Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pangan beras mempunyai peran yang sangat strategis dalam pemantapan
ketahanan pangan, ketahanan ekonomi dan stabilitas politik nasional, dalam hal
ini perlu ditingkatkan pembangunannya, strategi pembangunan tanaman pangan
beras yang ditempuh selama ini adalah pembangunan irigasi teknis, penggunaan
varietas unggul, pemupukan yang intensif, pemberantasan hama dan penyakit
pasca panen. Tujuannya adalah; Untuk meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan petani, Untuk mengatasi kekurangan pangan beras pada masyarakat,
Untuk menstabilkan harga pangan beras di pasar. (DKP Nasional, 2010: 24)
Tanaman pangan padi merupakan komoditas strategis bagi ketahanan
pangan nasional.Tanaman padi merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi
bahan pokok konsumsi pangan sebagian besar masyarakat Indonesia.karena itu
permintaannya selalu meningkat. Peningkatan permintaan ini harus diimbangi
dengan peningkatan produksinya. Dalam hal ini, peningkatan produksi beras tidak
akan efektif bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani dan
masyarakat jika tidak diimbangi oleh sistem pemasaran yang efisien. Pemasaran
beras mempunyai pengaruh terhadap pendapatan petani karena terkait dengan
tingkat harga yang diterima petani.
Secara konsepsional Sistem Agribisnis adalah semua aktivitas mulai dari
pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai kepada pemasaran produkproduk yang dihasilkan oleh usahatani dan agroindustri yang saling terkait satu
sama lain. Sistem Agribisnis merupakan suatu konsep kegiatan manusia yang
memanfaatkan sumberdaya alam untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Agribisnis juga dapat diartikan sebagai suatu cara pandang ekonomi bagi kegiatan
dalam bidang pertanian. Agribisnis mempejari strategi memperoleh keuntungan
dengan mengelola aspek budidaya, pasca panen, proses pengolahan hingga tahap
pemasaran. Secara luas, Agribisnis berarti bisnis berbasis sumberdaya Alam.
Pemasaran atau tataniaga (marketing) dari perspektif makro merupakan
aktivitas atau kegiatan dalam mengalirkan produk, mulai dari petani (produsen

primer) sampai konsumen akhir. Dalam aktivitas mengalirnya produk sampai ke


tangan konsumen akhir, banyak kegiatan produktif yang terjadi dalamupaya
menciptakan atau menambah nilai guna (bentuk, tempat, waktu dan kepemilikan)
dengan tujuan memenuhi kepuasan konsumen akhir.Pemasaran produk-produk
pertanian (Marketing of Agricultural) atau perkembangan produk pertanian
menjadi industri pertanian, lebih sesuai dengan konsep pemasaran agribisnis,
pengertiannya lebih luas dari pengertian pasar umumnya.
Dengan menganalisis pemasaran yang dilakukan pemasaran beras dapat
diketahui keefektifan pemasaran yang dilakukan oleh petani untuk menyalurkan
produknya hingga ke konsumen akhir melalui beberapa pendekatan seperti
pendekatan fungsi, pendekatan kelembagaan dan pendekatan system. Selain itu
dapat pula dengan menganalisis Marjin pemasaran, Farmers share, dan Rasio
Keuntungan dan Biaya.
Keseluruhan kajian atau analisis pemasaran agribisnis akan menganalisis
keseluruhan system dari aspek makro, mulai dari pendektan fungsi, kelembagaan,
pengolah/pabrikan dan organisasi fasilitas yang terlibat dari system pemasaran.
Bagaimana proses atau mekanisme disuatu tempat dapat terjadi negosiasi atau
penemuan harga yang dilakukan oleh pelaku bisnis di dalam pasar atau industri.
1.2 Perumusan Masalah
Pemasaran yang tidak efisien, bentuk pasar yang kurang bersaing, rantai
pemasaran yang terlalu panjang, sarana prasarana transportasi yang kurang
memadai, sistem kelembagaan pemasaran yang tidak sehat merupakan masalahmasalah pemasaran yang pada umumnya berpengaruh terhadap Pendapatan yang
diterima petani. Permasalahan pokok yang dikaji dalam analisis ini, yaitu :
1. Apa saja lembaga yang terlibat dalam saluran pemasaran Komoditas
Beras?
2. Bagaimana proses produksi dan pemasaran Komoditas Beras?
3. Siapa saja pihak yang terkait di dalam struktur pasar Komoditas Beras?
a. Berapa besarnya margin pemasaran, efisiensi pemasaran, dan
farmers share Komoditas Beras?
1.3 Tujuan
Tujuan menganalisis sistem pemasaran pada Komoditas Beras tersebut,
antara lain:

1) Menganalisis lembaga-lembaga yang terlibat dalam saluran pemasaran


Komoditas Beras
2) Mengetahui proses produksi dan distribusi Komoditas Beras
3) Menjelaskan pihak-pihak yang terkait di dalam struktur pasar
Komoditas Beras
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat dalam memahami lebih
mendalam tentang teori yang telah didapat guna menganalisis
permasalahan efisiensi pemasaran komoditi beras.
b. Lembaga pemasaran sebagai tambahan informasi untuk membantu
proses pengambilan keputusan dalam hal pemasaran komoditas
beras

serta

demi

terwujudnya

kerjasama

yang

saling

menguntungkan dan juga sebagai bahan pertimbangan lembaga


untuk mengetahui saluran pemasaran yang lebih efisien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Komoditas Beras
Secara historis komoditas beras tidak semata-mata hanya komoditas
ekonomi, melainkan juga sebagai komoditas sosial politik yang strategis.
Kegagalan dalam penyediaan beras sebagai pangan utama akan bisa menimbulkan
implikasi sosial politik yang sangat mahal. Di Indonesia beras diperlakukan
sebagai komoditas upah dan komoditas politik, sehingga apabila harga beras tidak
stabil dan sulit diperoleh, maka pemerintahan akan labil.
Pangan dapat dijadikan alat politik untuk menekan suatu negara.
Meningkatnya harga beras secara mencolok dikhawatirkan akan meningkatkan
laju inflasi, karena bagi Indonesia beras mempunyai bobot yang besar dalam
pengeluaran masyarakat. Dimana setiap kenaikan 10% harga beras akan
diterjemahkan pada kemiskinan sekitar 1% penduduk miskin atau tambahan 2 juta
penduduk miskin. (DKP Nasional, 2010: 59)
Nilai strategis beras secara sosial-budaya, sebagian besar masyarakat
Indonesia secara turun-temurun telah mengkonsumsinya, seolah-olah tak

tergantikan oleh makanan pokok lainnya yang berkelas dua, seperti jagung atau
ketela pohon. Makin superioritasnya beras dan seolah-olah ada stigma bahwa
beras tidak dapat tergantikan sebagai bahan makanan pokok sebagian besar
penduduk Indonesia oleh makanan pokok yang lain akan makin menyebabkan
tingginya

kebutuhan

beras

nasional

karena

naiknya

tingkat

konsumsi

(http://ekonomi.kompasiana.com, 2010).
Partisipasi konsumsi beras diberbagai wilayah adalah di atas besaran 90%.
Posisi beras dalam konsumsi rumah tangga memang masih menonjol. Beras
menempati pangsa rata-rata sebesar 30% dari pengeluaran rumah tangga total.
Angka tersebut tentunya akan semakin membesar jika dilihat pangsa pengeluaran
beras

pada

pengeluaran

total

rumah

tangga

untuk

bahan

makanan.

(http://database.deptan.go.id., 2009)
Komoditi beras bagi masyarakat Indonesia bukan saja merupakan bahan
pangan pokok, tetapi sudah merupakan komoditi sosial. Oleh karena itu,
perubahanperubahan yang terjadi pada beras akan begitu mudah mempengaruhi
kehidupan sosial-ekonomi yang lain. Perhatian pemerintah terhadap beras sudah
lama dimulai dan bahkan setelah Indonesia merdeka, perhatian terhadap beras ini
sudah menjadi program prioritas (http://database.deptan.go.id., 2009).
Strategisnya komoditi beras bagi masyarakat Indonesia, maka keadaan
pengadaan (supply) beras bukan saja ada di Jawa, Bali, dan Sulawesi Selatan yang
memang sudah lama dikenal sebagai gudangnya beras, tetapi sudah bergerak ke
daerah daerah lain yang sudah hampir merata ada di semua propinsi Indonesia
(Soekartawi, 1993:36).
Indonesia dikategorikan sebagai negara berketahanan pangan rendah,
dalam arti rentan terhadap gejolak sosial dan kenaikan harga pangan global.
Dalam keadaan harus melakukan impor, jumlah impor beras Indonesia berkisar
antara 5% hingga 10% dari total kebutuhan beras Nasional. Dana yang besar
diperlukan untuk membiayai penyediaan beras impor, dimana setiap tahunnya
jumlah permintaan beras dalam negeri atau lokal terus meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk (http://database.deptan.go.id., 2009).
2.1.2

Lembaga Pemasaran

Lembaga

pemasaran

adalah

badan

usaha

atau

individu

yang

menyelenggarakan aktivitas pemasaran, menyalurkan jasa dan produk pertanian


kepada konsumen akhir serta memiliki jejaring dan koneksitas dengan badan
usaha dan atau individu lainnya. Lembaga pemasaran muncul sebagai akibat
kebutuhan konsumen untuk memperoleh produk yang diinginkan sesuai waktu,
tempat dan bentuknya.
Peran lembaga pemasaran adalah melakukan fungsi-fungsi pemasaran
serta memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen secara maksimal. Konsumen
memberikan balas jasa atas fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga
konsumen. Nilai balas jasa tersebut tercermin pada besarnya margin pemasaran.
Umumnya lembaga pemasaran dapat digolongkan menurut penguasaannya
terhadap komoditi yang dipasarkan dan fungsi pemasaran yang dilakukan.
Berdasarkan penguasaannya terhadap komoditi yang diperjualbelikan lembaga
pemasaran dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu:
1) Lembaga pemasaran yang bukan pemilik namun mempunyai kuasa
atas produk (agent middleman) , di antaranya:
a. perantara, makelar, atau broker baik selling broker maupun buying
broker. Broker merupakan pedagang perantara yang tidak secara
aktif berpartisipasi dalam melakukan fungsi pemasaran, mereka
hanya berperan menghubungkan pihak pihak yang bertransaksi.
Bila transaksi berhasil dilaksanakan, broker akan memperoleh
komisi atas jasa mereka
b. commission agent, yaitu pedagang perantara yang secara aktif turut
serta dalam pelaksanaan fungsi pemasaran terutama yang berkaitan
dengan proses seleksi produk, penimbangan dan grading.
Umumnya mereka memperoleh komisi dari perbedaan harga
produk
2) Lembaga pemasaran yang memiliki dan menguasai produk pertanian yang
diperjualbelikan, antara lain:
a. pedagang pengepul atau pengumpul, penebas, tengkulak atau
contract buyer, whole seller: mereka umumnya menaksir total nilai
produk pertanian dengan cara menaksir jumlah hasil panen
dikalikan dengan harga yang diharapkan pada saat panen

(expectation price). Dalam praktek on farm bila contract buyer


adalah penebas atau ijon maka setelah ada kesepakatan harga,
mereka akan bertanggung jawab memelihara tanaman sampai
panen selesai dilakukan. Biaya panen dibayar oleh penebas.
b. Grain millers : pedagang atau lembaga pemasaran yang memiliki
gudang penyimpan produk pertanian. Mereka membeli aneka
produk pertanian utamanya padi dan palawija dan sekaligus
menangani pasca panen
c. eksporter dan importer
3) Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan tidak menguasai produk
pertanian yang ditransaksikan:
a. Processors dan manufaktur: lembaga-lembaga ini sangat berperan
dalam proses tata niaga agroproduk sebab keberadaannya menjadi
jaminan pasar bagi produk pertanian. Sebagai contoh dapat diamati
industri-industri pangan olahan seperti produsen sari apel, buah
kaleng, susu Pasteurisasi, pakan ternak, penggilingan padi, baik
dalam skala mikro, kecil, menengah hingga industri besar seperti
Pabrik Gula (PG), Pabrik Kelapa Sawit (PKS), dan sebagainya.
b. Facilitative organizations: salah satu bentuk organisasi fasilitatif
yang sudah dikenal di Indonesia adalah pasar lelang ikan. Sub
Terminal Agribisnis, walaupun belum sepenuhnya berjalan dengan
baik sudah menawarkan alternatif transaksi berbagai produk
pertanian melalui lelang.
c. Trade associations: asosiasi perdagangan agroproduk yang
terutama bertujuan untuk mengumpulkan, mengevaluasi, dan
mendistribusikan informasi pada anggotanya. Contoh asosiasi
dagang semacam ini adalah AEKI (Asosiasi Ekspor Kopi

2.1.3

Indonesia) dan ICO (international Coffe Agreement).


d.
Proses Produksi dan Proses Pemasaran
Proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana
sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada
diubah untuk memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegiatan untuk
menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa (Assauri, 1995).

Proses juga diartikan sebagai cara, metode ataupun teknik bagaimana


produksi itu dilaksanakan. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan danan
menambah kegunaan (Utility) suatu barang dan jasa. Menurut Ahyari (2002)
proses produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah keguanaan
suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada.
Melihat kedua definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa proses
produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu
barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja,
mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia.
Proses pemasaran yaitu merupakan tahapan dimana barang atau pun jasa
dapat sampai ke tangan konsumen dari produsen. Adapun proses pemasaran
terdiri dari:
a) Adanya Produk. Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan
kepada masyarakat untuk dilihat, dipegang, dibeli atau dikonsumsi.
Produk dapat terdiri dari product variety, quality, design, feature,
brand name, packaging, sizes, services, warranties, and returns.
Dimulai dengan adanya produk atau jasa yang ditawarkan
sangatlah penting sebagai awal terjadinya proses pemasaran.
Sehingga, pemasar dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang
akan dipasarkannya.
b) Penetapan Harga. Harga yaitu sejumlah uang yang konsumen
bayar untuk membeli produk atau mengganti hal milik produk.
Harga meliputi last price, discount, allowance, payment period,
credit terms, and retail price. Melalui penetapan harga, pemasar
bisa memasarkan produknya sesuai dengan harga yang sudah
ditetapkan.
c) Saluran Distribusi. Yaitu berbagai kegiatan perusahaan untuk
membuat produk yang dihasilkan/dijual terjangkau dan tersedia
bagi pasar sasaran. Tempat meliputi antara lain channels, coverage,
assortments, locations, inventory, and transport.Pemasar juga
bertindak sebagai ditrsibutor dimana tugasnya adalah menjadi
penghubung antara produsen dan konsumen agar memperlancar
kegiatan perekonomiannya.

d) Promosi. Promosi yaitu berbagai kegiatan perusahaan untuk


mengkomunikasikan dan memperkenalkan produk pada pasar
sasaran. Variabel promosi meliputi antara lain sales promotion,
advertising, sales force, public relation, and direct marketing.
Promosi dilakukan untuk memperkenalkan produk atau jasa yang
ditawarkan kepada para konsumen agar mereka tertarik untuk
membeli. Cara promosi ini dapat dilakukan melalui iklan. Agar
konsumen atau calon pembeli tertarik dengan apa yang ditawarkan,
maka promosi ini harus dilakukan semenarik mungkin.
e) Pembelian. Setelah promosi dilakukan dan terjadi ketertarikan
konsumen, maka yang terjadi adalah pembelian.
2.1.4

Analisis Pemasaran
Pemasaran adalah serangkaian proses kegiatan atau aktivitas yang
ditujukan untuk menyalurkan barang-barang atau jasa-jasa dari titik produsen ke
titik konsumen (Limbong dan Sitorus 1987).
Pemasaran menurut Kotler (1993), adalah proses sosial dan manajerial di
mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan
inginkan, dengan cara menciptakan, menawarkan serta mempertukarkan produk
dan nilai dengan pihak lain.
Pertukaran adalah konsep yang yang melandasi pemasaran. Agar terjadi
pertukaran

maka

lima

kondisi

berikut

harus

dipenuhi,

yaitu:

(1)

sekurangkurangnya ada dua pihak, (2) masing-masing pihak mempunyai sesuatu


yang bernilai bagi pihak lain, (3) masing-masing pihak mampu berkomunikasi
dan mengirim suatu produk kepada pihak lain, (4) masing-masing pihak bebas
untuk menerima atau menolak tawaran pihak lain, (5) masing-masing pihak
percaya dan berhubungan baik dengan pihak lain (Kotler 1993)
Tujuan akhir dari pemasaran menurut Hanafiah dan Saeffudin (1986)
adalah menempatkan barang-barang ke tangan konsumen akhir. Untuk mencapai
tujuan tersebut, perlu dilakukan kegiatan-kegiatan tataniaga yang dibangun
berdasarkan arus barang yang meliputi proses pengumpulan (konsentrasi), proses
pengimbangan (equalisasi) dan proses penyebaran (dispersi).

Proses konsentrasi merupakan tahap pertama dari arus barang.


Barangbarang yang dihasilkan dalam jumlah kecil dikumpulkan menjadi jumlah
lebih besar, agar dapat disalurkan ke pasar-pasar eceran secara lebih efisien.
Equalisasi (pengimbangan) merupakan proses tahap kedua dari arus barang,
terjadi di antara proses konsentrasi dan proses dispersi. Proses equalisasi ini
merupakan tindakan-81 tindakan penyesuaian permintaan dan penawaran,
berdasarkan tempat, waktu, jumlah dan kualitas. Dispersi atau penyebaran
merupakan proses tahap terakhir dari arus barang, di mana barang-barang yang
telah terkumpul disebarkan ke arah konsumen atau pihak yang menggunakannya.
Pemasaran dapat dipelajari dari berbagai sudut pandang dan pendekatan
yang berbeda. Seperti pendekatan fungsional atau fungsi pemasaran, pendekatan
organisasional atau kelembagaan yang meliputi seluruh partisipan yang terlibat
dalam pendekatan subsistem komoditas yang menggabungkan kedua pendekatan
sebelumnya. Dalam pendekatan subsistem komoditas, analisis kelembagaan
didasarkan pada identifikasi saluran pemasaran utama. Dimana analisis mengenai
saluran pemasaran tersebut menyediakan pengetahuan yang sistematis bagaimana
arus barang dan jasa mengalir dari titik asal (produsen) sampai titik akhir
(konsumen). Pendekatan ini meliputi mengenai marjin dan biaya pemasaran.
2.1.4.1 Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran adalah cara atau sistem untuk menyampaikan
produk yang dihasilkan oleh produsen kepada konsumen. Dalam saluran
pemasaran terdapat lembaga-lembaga pemasaran seperti produsen (petani),
pedagang pengumpul, pedagang antar kota dan sebagainya.Menurut
Hanafiah dan Saeffudin (1986) lembaga pemasaran (tataniaga) adalah
badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi pemasaran
dengan mana barang-barang bergerak dari pihak produsen sampai pihak
konsumen. Ke dalam istilah lembaga pemasaran ini termasuk golongan
produsen, pedagang perantara dan lembaga pemberi jasa.
Lembaga

Pemasaran

menurut

Sudiyono

(2001),

menurut

penguasaan terhadap komoditi yang diperjualbelikan dapat dibedakan atas


tiga :

1. Lembaga yang tidak memiliki tapi menguasai benda, seperti


perantara, makelar (Broker, Selling Broker dan Buying Broker).
2. Lembaga yang memiliki dan menguasai komoditi-komoditi
pertanian yang diperjualbelikan, seperti pedagang pengumpul,
tengkulak, eksportir dan importer.
3. Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan menguasai komoditikomoditi pertanian yang diperjualbelikan, seperti perusahaanperusahaan penyediaan fasilitas-fasilitas transportasi, asuransi
pemasaran dan perusahaan penentu kualitas produk pertanian
(surveyor). Banyaknya lembaga yang terlibat dalam saluran
pemasaran dipengaruhi oleh jarak dari produsen ke konsumen, sifat
komoditas, skala produksi dan kekuatan modal yang dimiliki
(Saefuddin dan Hanafiah 1986).
Saluran pemasaran yang dilalui oleh barang dan jasa akan sangat
menentukan nilai keuntungan dari suatu produk dan berpengaruh pada
pembagian penerimaan yang diterima oleh masing-masing lembaga
pemasaran. Dalam memilih saluran pemasaran ada beberapa faktor penting
yang harus dipertimbangkan (Sudiyono 2001), yaitu :
a) Pertimbangan pasar, meliputi konsumen sasaran akhir dengan
melihat potensi pembeli, geografi pasar, kebiasaan pembeli, dan
volume pemasaran.
b) Pertimbangan barang, meliputi nilai barang per unit, besar dan
berat harga, tingkat kerusakan dan sifat teknis barang.
c) Pertimbangan intern perusahaan, meliputi sumber permodalan,
pengalaman manajemen, pengawasan, penyaluran dan pelayanan.
d) Pertimbangan terhadap lembaga dalam rantai pemasaran, meliputi
segi kemampuan lembaga perantara dan kesesuaian lembaga
perantara dengan kebijakan perusahaan.
Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling
tergantung serta terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk atau
jasa yang siap digunakan atau dikonsumsi. Sebuah saluran pemasaran
melaksanakan tugas memindahkan barang dari produsen ke konsumen.
Hal ini mengatasi kesenjangan waktu, tempat dan kepemilikan yang

10

memisahkan barang dan jasa dari orangorang yang membutuhkan atau


menginginkannya (Kotler 1993). Saluran pemasaran dikarakteristikan
dengan jumlah tingkat saluran pemasaran. Setiap perantara yang
menjalankan

pekerjaan

kepemilikannya

agar

tertentu
lebih

untuk

mendekati

mengalihkan
pembeli

akhir

produk

dan

bisa

akan

memebentuk tingkat saluran, karena produsen dan pelanggan akhir, keduaduanya 83 melaksanakan pekerjaan terntentu dan keduanya merupakan
bagian dari setiap saluran pemasaran.
Terdapat tiga kelompok yang secara langsung terlibat dalam
penyaluran barang atau jasa mulai dari tingkat produsen sampai tingkat
konsumen, yaitu : (1)pihak produsen, (2) lembaga perantara, (3) pihak
konsumen akhir. Pihak produsen adalah pihak yang memproduksi barang
dan jasa yang dipasarkan. Pihak lembaga perantara adalah yang
memberikan pelayanan dalam hubungannya dengan pembelian atau
penjualan barang dan jasa dari produsen dan konsumen, yaitu pedagang
besar (wholeseller) dan pedagang pengecer (retailer). Sedangkan
konsumen akhir adalah pihak yang langsung menggunakan barang dan
jasa yang dipasarkan (Limbong dan Sitorus 1987).
Panjang-pendeknya saluran pemasaran yang dilalui oleh suatu hasil
perikanan menurut Hanafiah dan Saefudin (1986), tergantung pada
beberapa faktor, antara lain :
a. Jarak antara produsen dan konsumen.
Semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen
biasanya makin panjang saluran yang ditempuh oleh produk.
b. Cepat tidaknya produk rusak.
Produk yang cepat atau mudah rusak harus segera diterima
konsumen dan dengan demikian menghendaki saluran yang pendek
dan cepat.
c. Skala produksi
Apabila produksi berlangsung dalam ukuran-ukuran kecil
maka jumlah produk yang dihasilkan berukuran kecil pula, hal
mana akan tidak menguntungkan bila produsen langsung

11

menjualnya ke pasar. Dalam keadaan demikian kehadiran


pedagang perantara diharapkan dan dengan demikian saluran yang
akan dilalui produk cenderung panjang.
d. Posisi keuangan pengusaha
Produsen yang posisi keuangannya kuat cenderung untuk
memperpendek saluran pemasaran.
2.1.4.2 Fungsi Fungsi Pemasaran
Fungsi-fungsi pemasaran merupakan kegiatan-kegiatan yang
bertujuan untuk memindahkan barang-barang atau jasa-jasa dari sektor
produksi ke sector konsumsi (Hanafiah dan Saeffudin, 1986).
Fungsi pemasaran menurut Mubyarto (1994) adalah mengusahakan
agar pembeli atau konsumen memperoleh barang yang diinginkan pada
tempat, waktu dan harga yang tepat. Fungsi-fungsi pemasaran dalam
pelaksanaan aktivitasnya dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran.
Lembaga pemasaran ini yang akan terlibat dalam proses penyampaian
barang dan jasa dari produsen sampai ke tangan konsumen.
Fungsi-fungsi pemasaran menurut Hanafiah dan Saefudin (1986),
dapat dikelompokkan sebagai berikut :
I.

II.

III.

Fungsi Pertukaran :
- Penjualan
- Pembelian
Fungsi pengadaan secara fisik :
- Pengangkutan
- Penyimpan
Fungsi Pelancar :
- Permodalan
- Penanggung resiko
- Standardisasi dan grading
- Informasi pasar
Fungsi

pertukaran

adalah

kegiatan

yang

memperlancar

perpindahan hak milik dari barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi
pertukaran terdiri dari dua fungsi, yaitu fungsi penjualan dan fungsi
pembelian. Fungsi penjualan adalah kegiatan yang bertujuan mencari atau
mengusahakan agar ada pembeli atau ada permintaan pasar yang cukup

12

baik pada tingkat harga yang menguntungkan. Fungsi pembelian adalah


pembelian persediaan produksi untuk diolah dan dijual
kembali.
Fungsi pengadaan secara fisik adalah semua kegiatan atau tindakan
yang
menimbulkan kegunaan tempat, bentuk dan waktu pada barang dan jasa.
Fungsi
fisik meliputi pengangkutan dan penyimpanan.
Fungsi pelancar adalah semua tindakan yang berhubungan dengan
kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dengan konsumen.
Fungsi pelancar meliputi dari fungsi permodalan, penangungan resiko,
standardisasi dan
grading, informasi pasar.
2.1.4.3 Struktur Pasar
Struktur

pasar

adalah

suatu

dimensi

yang

menjelaskan

pengambilan keputusan oleh perusahaan atau industri, jumlah perusahaan


dalam suatu pasar, distribusi perusahaan menurut berbagi ukuran, deskripsi
produk atau deferensiasi produk, syarat-syarat masuk atau penguasaan
pangsa pasar (Limbong dan Sitorus, 1987).
Terdapat empat karakteristik pasar yang perlu dipertimbangkan
dalam menentukan struktur pasar, yaitu : jumlah atau ukuran pasar, kondisi
atau keadaan produk, kondisi keluar atau masuk pasar, tingkat
pengetahuan informasi pasar yang dimiliki oleh partisipan dalam
pemasaran misalnya biaya, harga, dan kondisi pasar antara partisipan
(Dahl dan Hammond 1977).
Berdasarkan sifat dan bentuknya, pasar menurut Limbong dan
Sitorus (1987) diklasifikasikan menjadi dua struktur pasar yaitu :
1. Pasar bersaing sempurna yang mempunyai ciri-ciri antara lain :
terdapat banyak jumlah pembeli maupun penjual, pembeli dan
penjual hanya menguasai sebagian kecil dari barang dan jasa
yang dipasarkan sehingga tidak dapat mempengaruhi harga

13

(penjual dan pembeli berperan sebagai penerima harga, barang


atau jasa yang dipasarkan bersifat homogen, serta penjual dan
pembeli bebas keluar masuk pasar).
2. Pasar bersaing tidak sempurna, dapat dilihat dari dua sisi yaitu
dari sisi pembeli dan sisi penjual. Dari sisi pembeli terdiri dari
pasar monopolistik, monopoli, oligopoli dan duopoli.
Karakteristik pasar persaingan murni adalah jumlah penjual dan
pembeli relatif banyak dan seimbang dalam jumlah sehingga harga yang
terbentuk merupakan hasil akhir dari interaksi penawaran dan permintaan.
Petani secara individu tidak dapat mempengaruhi harga bebas sebab
pangsa pasar (market share) yang dimiliki petani tersebut sangat kecil
sekali (Sudiyono 2001).
Pasar persaingan monopolistik mempunyai 3 karakteristik utama
yaitu, produk yang dihasilkan berbeda corak, jumlah penjual relatif banyak
dan adanya persaingan tidak sempurna, terdiri dari banyak penjual dan
pembeli yang melakukan transaksi pada berbagai harga dan bukan atas
harga dengan produk yang berbeda corak (Sudiyono 2001).
Karakteristik utama pasar oligopoli adalah adanya beberapa
perusahaan yang menghasilkan produk yang homogen ataupun berbeda
corak,

sehingga

tindakan

perusahaan

satu

mempengaruhi

dan

mendapatkan reaksi perusahaan lain. Oligopoli yang menghasilkan produk


yang homogen disebut oligopoli murni, sedangkan oligopoli yang
menghasilkan produk berbeda corak disebut oligopoly terdeferensiasi
(Sudiyono 2001).
Struktur pasar yang banyak dijumpai dalam praktek adalah pasar
persaingan monopolistik dan oligopoli (Sudiyono 2001). Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal :
1. Bagian pangsa pasar (market share) yang dimiliki petani
umumnya sangat kecil, sehingga petani dalam pemasaran
produk pertanian bertindak sebagai penerima harga (price
taker).

14

2. Produk pertanian pada umumnya diproduksi secara masal dan


homogen, sehingga apabila petani menaikkan harga komoditi
yang dihasilkan akan menyebabkan konsumen beralih untuk
mengkonsumsi komoditi yang dihasilkan petani lainnya.
3. Komoditi yang dihasilkan mudah rusak (perishable), sehingga
harus secepatnya dijual tanpa memperhitungkan harga.
4. Lokasi produksi terpencil dan sulit dicapai oleh alat
transportasi yang mudah dan cepat.
5. Petani kekurangan informasi harga dan kualitas serta kuantitas
yang diinginkan konsumen, sehingga petani mudah diperdaya
lembaga-lembaga pemasaran yang berhubungan dengan petani
langsung.
6. Adanya kredit dan pinjaman dari lembaga kepada petani yang
bersifat mengikat.
2.2 Efisiensi Pemasaran
Efisiensi pemasaran adalah maksimisasi dari ratio input dan output. Input
berupa biaya-biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam
memasarkan hasil perikanan. Sedangkan output adalah kepuasan dari konsumen.
Perubahan yang mengurangi biaya input tanpa mengurangi kepuasan konsumen
akan meningkatkan efisiensi sedangkan perubahan yang mengurangi biaya input
tetapi mengurangi kepuasan konsumen akan menurunkan efisiensi pemasaran.
(Soekartawi 1985).
2.3 Peneliitian Terdahulu
Fajarwulan Setiorini (2008), Pemasaran menjadi permasalahan utama yang
dialami oleh pembudidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran. Hal ini dapat dilihat
dari rendahnya harga jual Ikan Mas yang diperoleh pembudidaya. Perbedaan
harga jual pembudidaya dengan harga yang dibayarkan konsumen akhir dapat
menggambarkan seberapa efisien saluran pemasaran yang ditempuh oleh
pembudidaya. Semakin besar selisih antara harga jual pembudidaya dengan harga
yang dibayarkan konsumen akhir menjadi indikasi akan semakin tidak efisiennya
saluran pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat saluran
Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran. Saluran 1 terdiri dari pembudidaya, pedagang

15

pengumpul, pedagang pengumpul luar kecamatan, pedagang pengecer luar


kecamatan dan rumah makan. Saluran 2 terdiri dari pembudidaya, pedagang
pengumpul, pedagang pengecer. Saluran 3 pembudidaya, pedagang pengumpul,
pedagang pengumpul luar kecamatan, pedagang pengecer luar kecamatan. Saluran
4 terdiri dari pembudidaya, pedagang pengumpul, pedagang pengumpul lua
kecamatan, pemancingan. Farmers share dan rasio keuntungan dan biaya (total)
pada saluran 1 sebesar 34,36% dan 44,06%, pada saluran 2 sebesar 89,66% dan
120,40%, saluran 3 sebesar 72,22% dan 59,91%, saluran 4 sebesar 65% dan
107,89%. Dari keempat saluran pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran,
berdasarkan farmers share dan rasio keuntungan dan biaya (total) saluran yang
paling efisien adalah saluran 2 yang melibatkan pembudidaya, pedagang
pengumpul dan pedagang pengecer. Pada saluran 2, farmers share yang diterima
lebih besar dibandingkan saluran yang lainnya karena melibatkan sedikit
pedagang perantara sehingga memungkinkan Ikan Mas lebih cepat sampai ke
tangan konsumen dan margin yang terbentuk diantara pedagang perantara tidak
terlalu besar.
Budi Hartono (2014), Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
saluran pemasaran telur di Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri dan efisiensi
pemasaran. Penelitian ini telah dilakukan selama satu bulan, Februari hingga
Maret untuk 2014 di Ringinrejo Kecamatan Kediri Kabupaten. Penelitian telah
dilakukan dengan metode survei. Sampel terdiri dari petani (produsen) dan
lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses distribusi pemasaran telur. Sampel
produsen diambil menggunakan metode "purposive sampling" berdasarkan
kriteria kepemilikan skala, sedangkan sampel lembaga pemasaran yang diambil
oleh metode pencarian. Responden termasuk 16 peternak, 3 pedagang, besar 10
pedagang menengah dan 20 pedagang pengecer. Data primer dan sekunder yang
dikumpulkan untuk penelitian ini. Analisis data menggunakan share peternak,
biaya pemasaran, rasio keuntungan peternak dan bagian laba dari masing-masing
saluran pemasaran. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada tiga saluran
pemasaran I): peternak (produsen) pedagang besar pedagang menengah
pedagang pengecer konsumen akhir, II): peternak (produsen) pedagang besar
pedagang pengecer konsumen akhir dan saluran pemasaran III): peternak
16

(produsen) pedagang besar konsumen akhir. Saluran pemasaran yang paling


efisien adalah pola saluran pemasaran III berdasarkan kriteria berikut margin
pemasaran Rp. 1.900, bagian yang diterima peternak 87,74%, bagian keuntungan
77,44% dan rasio keuntungan 3,4
2.4 Kerangka Pemikiran
Penelitian kinerja pemasaran komoditas beras membahas mengenai
lembaga-lembaga komoditas beras di Kecamatan Cikarawang yang akan dinilai
dari kegiatan pemasaran komditi beras dari mulai produsen sampai ke konsumen
akhir, lembaga-lembaga pemasaran, struktur pasar yang terjadi dan marjin
pemasaran,serta menganalisis pendapatan usaha yang didapatkan oleh petani
beras.
Analisis struktur dan perilaku pasar dilakukan untuk menjelaskan tingkat
persaingan yang ada di dalam pasar dan melihat pengaruhnya dalam
penentuan harga juga kesepakatan atau kerjasama antara lembaga pemasaran
yang terjadi di dalam pasar. Margin pemasaran digunakan untuk melihat
perbedaan harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima
oleh produsen yang diakibatkan oleh struktur dan perilaku pasar yang terjadi.
Farmers share
digunakan untuk membandingkan harga yang diterima produsen atau
pembudidaya dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir yang sering
dinyatakan dalam persentase. Rasio keuntungan dan biaya digunakan untuk
mengetahui penyebaran rasio keuntungan dan biaya pada masing-masing
lembaga pemasaran. Marjin pemasaran, farmers share dan rasio keuntungan
dan biaya merupakan komponen untuk menilai efisiensi pemasaran.
Untuk lebih jelasnya, kerangka pendekatan studi dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1

17

Petani

Lembaga Pemasaran
Petani
Pedagang pengumpul
Pengecer
Konsumen akhir

Proses Produksi & Proses Pemasaran


Margin Pemasaran
Lembaga Pemasaran
Farmers Share
Saluran Pemasaran
Rasio Keuntungan
Fungsi Pemasaran
dan Biaya
Struktur Pasar

Efisiensi Pemasaran
18

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus
(case study) dengan satuan kasusnya berupa efisiensi sistem pemasaran di
Kecamatan Cikarawang, Kabupaten Bogor. Moleong (2010) menjelaskan bahwa
studi kasus dalam operasionalnya memiliki sesuatu atau mungkin juga lebih dari
satu kejadian atau gejala sosial untuk diteliti dengan menerapkan serumpun
metode.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Data
kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Data
kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya
wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi. Bentuk lain data
kualitatif adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video.
Data kualitatif berfungsi untuk mengetahui kualitas dari sebuah objek yang akan
diteliti. Data ini bersifat abstrak sehingga peneliti harus benar-benar memahami
kualitas dari objek yang akan diteliti.
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai
dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan
teknik perhitungan matematika atau statistika. Data kuantitatif berfungsi untuk
mengetahui jumlah atau besaran dari sebuah objek yang akan diteliti. Data ini
bersifat nyata atau dapat diterima oleh panca indera sehingga peneliti harus benar-

19

benar jeli dan teliti untuk mendapatkan keakuratan data dari objek yang akan
diteliti.
Lokasi penelitian ditentukan dengan cara purposive methode yaitu
memilih lokasi penelitian dengan cara sengaja. Pertimbangan bahwa Kabupaten
Bogor merupakan salah satu wilayah yang banyak memiliki lahan padi atau
komoditas beras tersebut. Penentuan lokasi yang digunakan sebagai tempat
penelitian yaitu di Kecamatan Cikarawang, Kabupaten Bogor.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer
yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden produsen dan responden
lembaga pemasaran (pedagang besar, pedagang menengah dan pedagang
pengecer) berdasarkan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya, sedangkan
data sekunder diambil dari lembaga/instansi yang terkait dengan masalah
penelitian. Data primer antara lain meliputi identitas responden, penentuan harga
jual dan harga beli, pola saluran pemasaran, biaya pemasaran dan keuntungan
usaha, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh tidak secara langsung
dari responden, diperoleh dari studi di Perpustakaan Fakultas Pertanian,
Perpustakaan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Badan Pusat Statistik, buku,
jurnal, internet, dan literatur-literatur lainnya yang terkait dengan topik penelitian.
3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel yaitu dengan purposive sampling pengambilan
responden dipilih secara sengaja. Purposive sampling adalah metode pengambilan
responden yang dilakukan sengaja tetapi dengan pertimbangan tertentu (Made
2006).
Pertimbangan dalam penelitian ini dalah pembudidaya yang telah
melakukan usahanya minimal satu tahun. Berdasarkan pertimbangan statistik
jumlah responden yang akan diambil berjumlah 30 orang (Walpole 1982).
Penarikan responden terhadap beberapa kelompok pedagang perantara dilakukan
dengan cara snowball sampling, dimana sampel ditentukan berdasarkan

20

keterangan yang diperoleh dari sampel unit yang dapat lebih menunjang tujuan
penelitian yang bersangkutan.
Sampel

pedagang

adalah

orang-orang

yang

terlibat

dalam

mendistribusikan beras hasil produksi dari petani hingga ke konsumen akhir.


Pedagang perantara ditentukan dengan metode penelusuran yaitu dengan
menelusuri semua pedagang yang terlibat dan hasil produksi produsen sampel di
daerah penelitian mulai dari pedagang besar sebanyak 3 orang, pedagang
menengah sebanyal 10 orang dan 20 orang pedagang pengecer.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik
observasi wawancara dan penyebaran kuisioner.
a. Teknik observasi adalah dengan melakukan pengamatan langsung
terhadap responden
b. Teknik wawancara yaitu dengan melakukan wawancara kepada
responden yang dituju
c. Teknik penyebaran kuisioner yaitu dengan membagi-bagikan kuisioner
kepada responden agar dapat menjawab pertanyaan yang telah
disediakan oleh peneliti.
3.5 Metode Analisis Data
Data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder dianalisis
secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis dilakukan dengan mengadakan saluran
dan lembaga pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur pasar, marjin
pemasaran, farmers share, rasio keuntungan terhadap biaya dan analisis
pendapatan usaha.
3.5.1

Analisis Marjin Pemasaran


Analisis marjin pemasaran digunakan untuk melihat tingkat
efisiensi produk beras. Marjin pemasaran adalah merupakan perbedaan
harga yang yang dibayar kepada produsen dan harga yang dibayar
konsumen (Saefudin dan Hanafiah 1986). Perhitungan analisis marjin
pemasaran dilakukan untuk mengetahui perbedaan harga per satuan di

21

tingkat produsen atau tingkat konsumen yang terjadi pada rantai


pemasaran (Sudiyono 2001). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Mi = Pki Ppi . (3)
Dimana :
Mi = Marjin pemasaran pasar tingkat ke-i
Pki = Harga beli konsumen tingkat ke-i
Ppi = Harga jual produsen ke-i
Margin pemasaran dapat pula diperoleh dengan menjumlah biaya
pemasaran dan keuntungan setiap lembaga. Secara sistematis margin
pemasaran dapat ditulis sebagai berikut :
Mi=Ci +i .......................................................(4)
Dimana :
Ci = Biaya lembaga pemasaran ditingkat ke-i
i = Keuntungan lembaga di tingkat ke-i
3.5.2

Analisis Farmers Share


Analisis ini digunakan untuk membandingkan harga yang diterima
produsen atau petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir
yang biasa disebut dengan farmers share (Limbong dan Sitorus 1987).
Farmers share berhubungan negatif dengan marjin pemasaran, semakin
tinggi marjin pemasaran maka bagian yang akan diperoleh produsen atau
petani semakin rendah. Secara matematis, farmers share dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Pf
x 100
Fs= Pr

.(5)

Keterangan :
Fs : Persentase yang diterima oleh petani
Pf : Harga di tingkat petani
Pr : Harga di tingkat konsumen
3.5.3

Analisis Rasio dan Keuntungan Biaya

22

Analisis ini digunakan untuk mengetahui penyebaran rasio


keuntungan dan biaya pada masing-masing lembaga pemasaran. Tingkat
efisiensi sebuah sistem pemasaran juga dapat dilihat dari rasio
keuntungan terhadap biaya pemasaran. Semakin meratanya rasio
keuntungan terhadap pemasaran, maka secara teknis (operasional) sistem
pemasaran tersebut semakin efisien. Rasio keuntungan dan biaya dalam
Hanapi (2006) dirumuskan sebagai berikut:

/C=

KPi
BPi

....................................................(6)

Keterangan :
KPi = Keuntungan lembaga pemasaran (Rp/kg)
BPi = Biaya pemasaran (Rp/kg)
Nilai /C lebih dari satu (/C > 1), maka usaha tersebut efisien
dan apabila /C kurang dari satu (/C < 1) maka kegiatan tersebut tidak
efisien.

3.6 Operasional Variabel


1) Responden adalah petani beras dan lembaga-lembaga pemasaran
yang terlibat di dalam saluran atau jaringan pemasaran komoditas
beras.
2) Lembaga pemasaran adalah lembaga-lembaga yang menjalankan
fungsi-fungsi pemasaran ketika komoditas mulai bergerak dari
produsen kepada konsumen.
3) Saluran pemasaran adalah rangkaian penyaluran produk dari
produsen ke tangan konsumen akhir.
4) Struktur pasar adalah bentuk pasar berdasarkan atas karakteristik
atas sifat yang dimiliki lembaga pemasaran yang terlibat.
5) Perilaku pasar adalah tingkah laku peserta pasar, dapat dilihat dari
proses praktek pembelian dan penjualan, penentuan harga, sistem
pembayaran dan kerjasama antar lembaga.

23

6) Fungsi pemasaran adalah kegiatan lembaga pemasaran dalam


menyalurkan beras.
7) Efisiensi pemasaran adalah kondisi pemasaran dimana pengusaha
dapat bekerja atas dasar biaya input yang rendah tanpa mengurangi
kepuasan konsumen. Efisiensi pemasaran dari masing-masing
saluran pemasaran diukur dengan margin pemasaran, farmers
share dan rasio keuntungan dan biaya.
8) Marjin pemasaran adalah perbedaan harga antara pembayaran
konsumen dengan harga yang diterima oleh petani beras di
Kecamatan Cikarawang.
9) Farmers share adalah perbandingan antara harga yang diterima
petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir dan
dinyatakan dalam persentase.
10) Rasio keuntungan dan biaya adalah perbandingan besarnya
keuntungan atas biaya pemasaran yang dikeluarkan.
3.7 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Provinsi
Jawa Barat pada bulan Desember 2014.

DAFTAR PUSTAKA

Hernanto, F. (1989). Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya.


Made, I. (2006). Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Penerbit
Abadi.
Nazir, M. (1998). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Usman, P. D. (2011). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

24

25

Anda mungkin juga menyukai