PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pangan beras mempunyai peran yang sangat strategis dalam pemantapan
ketahanan pangan, ketahanan ekonomi dan stabilitas politik nasional, dalam hal
ini perlu ditingkatkan pembangunannya, strategi pembangunan tanaman pangan
beras yang ditempuh selama ini adalah pembangunan irigasi teknis, penggunaan
varietas unggul, pemupukan yang intensif, pemberantasan hama dan penyakit
pasca panen. Tujuannya adalah; Untuk meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan petani, Untuk mengatasi kekurangan pangan beras pada masyarakat,
Untuk menstabilkan harga pangan beras di pasar. (DKP Nasional, 2010: 24)
Tanaman pangan padi merupakan komoditas strategis bagi ketahanan
pangan nasional.Tanaman padi merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi
bahan pokok konsumsi pangan sebagian besar masyarakat Indonesia.karena itu
permintaannya selalu meningkat. Peningkatan permintaan ini harus diimbangi
dengan peningkatan produksinya. Dalam hal ini, peningkatan produksi beras tidak
akan efektif bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani dan
masyarakat jika tidak diimbangi oleh sistem pemasaran yang efisien. Pemasaran
beras mempunyai pengaruh terhadap pendapatan petani karena terkait dengan
tingkat harga yang diterima petani.
Secara konsepsional Sistem Agribisnis adalah semua aktivitas mulai dari
pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai kepada pemasaran produkproduk yang dihasilkan oleh usahatani dan agroindustri yang saling terkait satu
sama lain. Sistem Agribisnis merupakan suatu konsep kegiatan manusia yang
memanfaatkan sumberdaya alam untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Agribisnis juga dapat diartikan sebagai suatu cara pandang ekonomi bagi kegiatan
dalam bidang pertanian. Agribisnis mempejari strategi memperoleh keuntungan
dengan mengelola aspek budidaya, pasca panen, proses pengolahan hingga tahap
pemasaran. Secara luas, Agribisnis berarti bisnis berbasis sumberdaya Alam.
Pemasaran atau tataniaga (marketing) dari perspektif makro merupakan
aktivitas atau kegiatan dalam mengalirkan produk, mulai dari petani (produsen
serta
demi
terwujudnya
kerjasama
yang
saling
tergantikan oleh makanan pokok lainnya yang berkelas dua, seperti jagung atau
ketela pohon. Makin superioritasnya beras dan seolah-olah ada stigma bahwa
beras tidak dapat tergantikan sebagai bahan makanan pokok sebagian besar
penduduk Indonesia oleh makanan pokok yang lain akan makin menyebabkan
tingginya
kebutuhan
beras
nasional
karena
naiknya
tingkat
konsumsi
(http://ekonomi.kompasiana.com, 2010).
Partisipasi konsumsi beras diberbagai wilayah adalah di atas besaran 90%.
Posisi beras dalam konsumsi rumah tangga memang masih menonjol. Beras
menempati pangsa rata-rata sebesar 30% dari pengeluaran rumah tangga total.
Angka tersebut tentunya akan semakin membesar jika dilihat pangsa pengeluaran
beras
pada
pengeluaran
total
rumah
tangga
untuk
bahan
makanan.
(http://database.deptan.go.id., 2009)
Komoditi beras bagi masyarakat Indonesia bukan saja merupakan bahan
pangan pokok, tetapi sudah merupakan komoditi sosial. Oleh karena itu,
perubahanperubahan yang terjadi pada beras akan begitu mudah mempengaruhi
kehidupan sosial-ekonomi yang lain. Perhatian pemerintah terhadap beras sudah
lama dimulai dan bahkan setelah Indonesia merdeka, perhatian terhadap beras ini
sudah menjadi program prioritas (http://database.deptan.go.id., 2009).
Strategisnya komoditi beras bagi masyarakat Indonesia, maka keadaan
pengadaan (supply) beras bukan saja ada di Jawa, Bali, dan Sulawesi Selatan yang
memang sudah lama dikenal sebagai gudangnya beras, tetapi sudah bergerak ke
daerah daerah lain yang sudah hampir merata ada di semua propinsi Indonesia
(Soekartawi, 1993:36).
Indonesia dikategorikan sebagai negara berketahanan pangan rendah,
dalam arti rentan terhadap gejolak sosial dan kenaikan harga pangan global.
Dalam keadaan harus melakukan impor, jumlah impor beras Indonesia berkisar
antara 5% hingga 10% dari total kebutuhan beras Nasional. Dana yang besar
diperlukan untuk membiayai penyediaan beras impor, dimana setiap tahunnya
jumlah permintaan beras dalam negeri atau lokal terus meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk (http://database.deptan.go.id., 2009).
2.1.2
Lembaga Pemasaran
Lembaga
pemasaran
adalah
badan
usaha
atau
individu
yang
2.1.3
Analisis Pemasaran
Pemasaran adalah serangkaian proses kegiatan atau aktivitas yang
ditujukan untuk menyalurkan barang-barang atau jasa-jasa dari titik produsen ke
titik konsumen (Limbong dan Sitorus 1987).
Pemasaran menurut Kotler (1993), adalah proses sosial dan manajerial di
mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan
inginkan, dengan cara menciptakan, menawarkan serta mempertukarkan produk
dan nilai dengan pihak lain.
Pertukaran adalah konsep yang yang melandasi pemasaran. Agar terjadi
pertukaran
maka
lima
kondisi
berikut
harus
dipenuhi,
yaitu:
(1)
Pemasaran
menurut
Sudiyono
(2001),
menurut
10
pekerjaan
kepemilikannya
agar
tertentu
lebih
untuk
mendekati
mengalihkan
pembeli
akhir
produk
dan
bisa
akan
memebentuk tingkat saluran, karena produsen dan pelanggan akhir, keduaduanya 83 melaksanakan pekerjaan terntentu dan keduanya merupakan
bagian dari setiap saluran pemasaran.
Terdapat tiga kelompok yang secara langsung terlibat dalam
penyaluran barang atau jasa mulai dari tingkat produsen sampai tingkat
konsumen, yaitu : (1)pihak produsen, (2) lembaga perantara, (3) pihak
konsumen akhir. Pihak produsen adalah pihak yang memproduksi barang
dan jasa yang dipasarkan. Pihak lembaga perantara adalah yang
memberikan pelayanan dalam hubungannya dengan pembelian atau
penjualan barang dan jasa dari produsen dan konsumen, yaitu pedagang
besar (wholeseller) dan pedagang pengecer (retailer). Sedangkan
konsumen akhir adalah pihak yang langsung menggunakan barang dan
jasa yang dipasarkan (Limbong dan Sitorus 1987).
Panjang-pendeknya saluran pemasaran yang dilalui oleh suatu hasil
perikanan menurut Hanafiah dan Saefudin (1986), tergantung pada
beberapa faktor, antara lain :
a. Jarak antara produsen dan konsumen.
Semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen
biasanya makin panjang saluran yang ditempuh oleh produk.
b. Cepat tidaknya produk rusak.
Produk yang cepat atau mudah rusak harus segera diterima
konsumen dan dengan demikian menghendaki saluran yang pendek
dan cepat.
c. Skala produksi
Apabila produksi berlangsung dalam ukuran-ukuran kecil
maka jumlah produk yang dihasilkan berukuran kecil pula, hal
mana akan tidak menguntungkan bila produsen langsung
11
II.
III.
Fungsi Pertukaran :
- Penjualan
- Pembelian
Fungsi pengadaan secara fisik :
- Pengangkutan
- Penyimpan
Fungsi Pelancar :
- Permodalan
- Penanggung resiko
- Standardisasi dan grading
- Informasi pasar
Fungsi
pertukaran
adalah
kegiatan
yang
memperlancar
perpindahan hak milik dari barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi
pertukaran terdiri dari dua fungsi, yaitu fungsi penjualan dan fungsi
pembelian. Fungsi penjualan adalah kegiatan yang bertujuan mencari atau
mengusahakan agar ada pembeli atau ada permintaan pasar yang cukup
12
pasar
adalah
suatu
dimensi
yang
menjelaskan
13
sehingga
tindakan
perusahaan
satu
mempengaruhi
dan
14
15
17
Petani
Lembaga Pemasaran
Petani
Pedagang pengumpul
Pengecer
Konsumen akhir
Efisiensi Pemasaran
18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus
(case study) dengan satuan kasusnya berupa efisiensi sistem pemasaran di
Kecamatan Cikarawang, Kabupaten Bogor. Moleong (2010) menjelaskan bahwa
studi kasus dalam operasionalnya memiliki sesuatu atau mungkin juga lebih dari
satu kejadian atau gejala sosial untuk diteliti dengan menerapkan serumpun
metode.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Data
kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Data
kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya
wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi. Bentuk lain data
kualitatif adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video.
Data kualitatif berfungsi untuk mengetahui kualitas dari sebuah objek yang akan
diteliti. Data ini bersifat abstrak sehingga peneliti harus benar-benar memahami
kualitas dari objek yang akan diteliti.
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai
dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan
teknik perhitungan matematika atau statistika. Data kuantitatif berfungsi untuk
mengetahui jumlah atau besaran dari sebuah objek yang akan diteliti. Data ini
bersifat nyata atau dapat diterima oleh panca indera sehingga peneliti harus benar-
19
benar jeli dan teliti untuk mendapatkan keakuratan data dari objek yang akan
diteliti.
Lokasi penelitian ditentukan dengan cara purposive methode yaitu
memilih lokasi penelitian dengan cara sengaja. Pertimbangan bahwa Kabupaten
Bogor merupakan salah satu wilayah yang banyak memiliki lahan padi atau
komoditas beras tersebut. Penentuan lokasi yang digunakan sebagai tempat
penelitian yaitu di Kecamatan Cikarawang, Kabupaten Bogor.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer
yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden produsen dan responden
lembaga pemasaran (pedagang besar, pedagang menengah dan pedagang
pengecer) berdasarkan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya, sedangkan
data sekunder diambil dari lembaga/instansi yang terkait dengan masalah
penelitian. Data primer antara lain meliputi identitas responden, penentuan harga
jual dan harga beli, pola saluran pemasaran, biaya pemasaran dan keuntungan
usaha, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh tidak secara langsung
dari responden, diperoleh dari studi di Perpustakaan Fakultas Pertanian,
Perpustakaan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Badan Pusat Statistik, buku,
jurnal, internet, dan literatur-literatur lainnya yang terkait dengan topik penelitian.
3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel yaitu dengan purposive sampling pengambilan
responden dipilih secara sengaja. Purposive sampling adalah metode pengambilan
responden yang dilakukan sengaja tetapi dengan pertimbangan tertentu (Made
2006).
Pertimbangan dalam penelitian ini dalah pembudidaya yang telah
melakukan usahanya minimal satu tahun. Berdasarkan pertimbangan statistik
jumlah responden yang akan diambil berjumlah 30 orang (Walpole 1982).
Penarikan responden terhadap beberapa kelompok pedagang perantara dilakukan
dengan cara snowball sampling, dimana sampel ditentukan berdasarkan
20
keterangan yang diperoleh dari sampel unit yang dapat lebih menunjang tujuan
penelitian yang bersangkutan.
Sampel
pedagang
adalah
orang-orang
yang
terlibat
dalam
21
.(5)
Keterangan :
Fs : Persentase yang diterima oleh petani
Pf : Harga di tingkat petani
Pr : Harga di tingkat konsumen
3.5.3
22
/C=
KPi
BPi
....................................................(6)
Keterangan :
KPi = Keuntungan lembaga pemasaran (Rp/kg)
BPi = Biaya pemasaran (Rp/kg)
Nilai /C lebih dari satu (/C > 1), maka usaha tersebut efisien
dan apabila /C kurang dari satu (/C < 1) maka kegiatan tersebut tidak
efisien.
23
DAFTAR PUSTAKA
24
25