Anda di halaman 1dari 31

I.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara agraris yang kehidupan masyarakatnya lebih banyak

bertumpu pada sektor pertanian, sehingga pembangunan pertanian merupakan syarat

mutlak untuk melaksanakan pembangunan perekonomian negara. Pembangunan

pertanian diarahkan agar dapat meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi

kebutuhan pangan dan kebutuhan industri dalam negeri, meningkatkan ekspor,

meningkatkan pendapatan petani dan memperluas lapangan kerja. Ada dua (2) cara

tambahan untuk mempercepat pembangunan pertanian, yaitu ; pertama, memperbaiki

mutu tanah, misalnya dengan pupuk, irigasi, pengaturan sistem tanam ; kedua,

mengusahakan tanah baru, misalnya pembukaan petak–petak sawah baru (Arsyad,

1992).

Usaha tani merupakan pengorganisasian faktor produksi dalam pertanian yang

meliputi alam, tenaga kerja dan modal untuk mencapai tingkat produksi tertentu

sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Usaha tani yang baik adalah usaha

tani yang produktif dan efisien sehingga dapat mengjhasilkan produk yang baik

dalam segi fisik maupun ekonomisnya. (Soekarwati dalam Zubaidi dan Sa’aduyah,

2012). Petani selama ini dalam melaksanakan usahataninya dengan melihat

pertimbangan-pertimbangan yang dilihat dari petani itu sendiri. Dimana sebenarnya

petani mengalami kerugian yang disebabkan oleh naik atau turunnya harga hasil

produksinya maupun sarana produksi yang digunakan. Petani biasanya kurang

memperhatikan masalah tenaga kerja. Sebenarnya tenaga kerja harus tetap

1
diperhitungkan dalam proses prosduksi sehingga dapat menghotung tingkat efektifitas

usaha taninya (Asri, et all., 2012).

Salah satu upaya untuk meningkatkan perekonomian petani adalah keberhasilan

pelaksanaan program diversifikasi usahatani di lahan petani dengan

mempertimbangkan komoditas alternatif non padi misalnya palawija dan hortikultura

(Sudaryanto, 2006). Salah satu produk hortikultura yang mempunyai potensi untuk

dikembangkan adalah semangka dan melon.

Secara geografis Kabupaten Kebumen Jawa Tengah terletak pada 7°27′- 7°50′

Lintang Selatan dan 109°22′-109°50′ Bujur Timur. Bagian selatan Kabupaten

Kebumen merupakan dataran rendah, sedang pada bagian utara berupa pegunungan,

yang merupakan bagian dari rangkaian Pegunungan Serayu. Di bagian pesisir pantai

selatan Kebumen, wilayah pedesaan yang bernamakan “Urut Sewu”. Wilayah yang

terbentang dari Kecamatan Mirit sampai Bulupesantren, kurang lebihnya 38 desa

yang berada dalam kawasan Urut sewu tersebut.

Pesisir Pantai Selatan Kebumen merupakan daerah yang mempunyai kualitas

tanah sangat subur. Di daerah Urut Sewu Kecarnatan Mirit, Luas lahan yang tersedia

± 1.000 Ha, sedang saat ini rata-rata 1 (satu) tahun baru bisa dikelola ± 300 Ha,

sehingga masih terbuka peluang ± 700 Ha. Kapasitas produksi rata-rata 1 (satu) tahun

sebanyak 12 ton/Ha. Di daerah Kecarnatan Mirit ini terdapat usaha tani semangka dan

melon. Semangka atau tembikai (Citrullus lanatus, suku ketimun-ketimunan atau

Cucurbitaceae) adalah tanaman merambat yang berasal dari daerah setengah gurun di

Afrika bagian selatan. Tanaman ini masih sekerabat dengan melon (Cucumis melo)

dan ketimun (Cucumis sativus). Karena cuaca yang tidak menentu membuat petani

2
takut untuk menanam melon, hal ini juga berakibat petani pun takut menanam melon

karena modal prosuksi melon yang lebih besar dibandingkan semangka.

Berdasarkan fenomena yang terjadi, maka penulis tergerak untuk melakukan

penelitian tentang perbandingan biaya tenaga kerja dan pendapatan usaha tani

semangka dan melon di Kecarnatan Mirit Kabupaten Kebumen. Berdasarkan latar

belakang tersebut, maka perumusan masalahnya, yaitu :

1. Apakah terdapat perbedaan tingkat keuntungan usahatani semangka dengan

melon?

2. Berapakah efisiensi usaha yang diperoleh usahatani semangka dan melon?

Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui perbedaan tingkat keuntungan usahatani semangka dengan

melon.

2. Untuk mengetahui efisiensi usaha yang diperoleh usahatani semangka dan

melon.

Adapun manfaat dari penelitian ini, yaitu:

1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi petani di

Kecarnatan Mirit Kabupaten Kebumen

2. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sumber informasi dalam melakukan

penelitian sejenis ataupun untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Usahatani

Menurut Soekartawi (1995) usahatani merupakan ilmu yang mempelajari

bagaimana seorang petani mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan

efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Menurut

Mosher dalam Shinta (2011), usahatani merupakan pertanian rakyat dari perkataan

farm dalam bahasa Inggris. Dr. Mosher memberikan definisi farm sebagai suatu

tempat atau sebagian dari permukaan bumi di mana pertanian diselenggarakan oleh

seorang petani tertentu, apakah ia seorang pemilik, penyakap atau manajer yang

digaji. Usahatani juga dapat diartikan sebagai himpunan dari sumber-sumber alam

yang terdapat pada tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah

dan air, perbaikan-perbaikan yang dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-

bangunan yang didirikan di atas tanah itu dan sebagainya .


Sedangkan menurut Kadarsan dalam Shinta (2011), usahatani adalah suatu tempat

dimana seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi

seperti alam, tenaga kerja, modal dan ketrampilan dengan tujuan berproduksi untuk

menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian. Harun (1999) dalam Ikbal Bahua (2008)

mendefenisikan usaha tani adalah sebagai organisasi dari alam, tenaga kerja, modal

dan pengelolahan yang ditjukan untuk memporoleh produksi dilapangan pertanian.

1. Biaya usaha tani


Biaya dalam usaha tani adalah sejumlah uang yang dibayarkan untuk

pembelian barang atau jasa bagi kegiatan usaha tani (Soekarwati, 1995).

Dalam usahatani dikenal dua macam biaya, yaitu biaya tunai atau biaya yang

4
dibayarkan dan biaya tidak tunai atau biaya yang tidak dibayarkan. Biaya

yang dibayarkan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga

kerja luar keluarga, biaya untuk pembelian input produksi seperti bibit, pupuk,

dan obat-obatan. Kadang-kadang juga termasuk biaya untuk iuran pemakaian

air dan irigasi, dan lain sebagainya (Daniel, 2002). Menurut Hermanto (1993),

biaya usaha tani berdasarkan jumlah output yang dihasilkan terdiri dari :
a. Biaya tetap, merupakan biaya yang besar kecilnya tidak tergantung kepada

besar kecilnya hasil produksi. Misalnya : pajak tanah, sewa tanah,

penyusutan alat-alat pertanian dan bunga pinjaman.


b. Biaya variabel, merupakan biaya yang besar kecilnya berhubungan

langsung dengan jumlah produksi. Misalnya : pembelian bibit, pupuk,

obat-obatan dan tenaga kerja.


2. Penerimaan usaha tani
Menurut Prasetya (1996), penerimaan usahatani dapat berwujud tiga hal

yaitu :
a. Nilai dari produk yang dikonsumsi sendiri oleh petani dan keluarganya

selama melakukan kegiatan usahanya seperti telur, sayuran dan buah-

buahan.
b. Nilai dari keseluruhan produksi usahatani yang dijual baik dari hasil

pertanaman, ternak, ikan maupun produk lainnya.


c. Kenaikan nilai inventaris, nilai benda-benda inventaris yang dimiliki

petani akan berubah-ubah setiap tahunnya. Karena ada perbedaan nilai

pada awal tahun dengan nilai pada akhir tahun perhitungan

3. Pendapatan usahatani

5
Pendapatan usahatani merupakan selisih penerimaan usahatani dengan

biaya usahatani. Pendapatan mempunyai fungsi untuk digunakan memenuhi

kebutuhan sehari-hari dan melanjutkan kegiatan usaha petani. Sisa dari

pendapatan usahatani adalah merupakan tabungan dan juga sebagai sumber

dana untuk memungkinkan petani mengusahakan kegiatan sektor lain.

Besarnya pendapatan usahatani dapat digunakan untuk menilai keberhasilan

petani dalam mengelola usahataninya (Prasetya, 1996). Menurut Hadisapoetra

(1973), pendapatan petani dapat diperhitungkan dengan mengurangi

pendapatan kotor dengan biaya-biaya alat luar dan dengan modal dari luar.

Pendapatan bersih dapat diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor

dengan biaya mengusahakan. Biaya mengusahakan adalah biaya alat-alat luar

ditambah upah tenaga kerja keluarga sendiri yang diperhitungkan berdasarkan

upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja luar.

B. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahatani keluarga. Khususnya

tenaga kerja petani beserta anggota keluarganya. Rumah tangga petani yang

umumnya sangat terbatas kemampuannya dari segi modal, peranan tenaga kerja

keluarga sangat menentukan. Jika masih dapat diselesaikan oleh tenaga kerja

keluarga sendiri maka tidak perlu mengupah tenaga luar, yang berarti menghemat

biaya. (Fitria Dina Riana, 2011)

Menurut Farwah Inal Abdi, (2013) Sumber tenaga kerja dalam usahatani

dibedakan atas:

6
1. Tenaga kerja dalam keluarga (family labour) yaitu seluruh tenaga kerja yang

terdapat dalam keluarga, baik manusia, ternak, maupun tenaga mesin.


2. Tenaga kerja luar keluarga (hired labour) yaitu tenaga kerja yang berasal dari luar

keluarga baik manusia, ternak maupun tenaga mesin.


3. Tenaga kerja keluarga dan luar keluarga

Peranan anggota keluarga juga sebagai tenaga kerja disamping tenaga luar yang

diupah. Banyak sedikitnya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam usahatani berbeda-

beda, tergantung konsep usahatani yang dijalankan. Banyak sedikitnya tenaga kerja

luar keluarga yang digunakan tergantung juga pada dana yang tersedia untuk

membiayai tenaga kerja luar tersebut.

Kegiatan tenaga kerja luar sangat dipengaruhi sistem upah, lamamya waktu kerja,

kehidupan sehari-hari, kecapakapan, keahlian, dan umur tenaga kerja. Sistem

pengupahan biasanya dibedakan menjadi tiga yaitu :

1. Upah borongan

Adalah upah yang diberikan sesuai dengan perjanjian antara pemberi kerja

dengan pekerja tanpa memperhatikan lamamya waktu kerja. Sistem ini

menunjukkan kecenderungan pekerjaan cepat terselesaikan, tetapi terkadang

meninggalkan prinsip kualitas pekerjaan.

2. Upah waktu

Adalah upah yang diberikan berdasarkan lamanya waktu kerja. Sistem

pengupahan ini cenderung membuat pekerja memperlama menyelesaikan

pekerjaannya agar mendapatkan upah yang lebih banyak.

7
3. Upah premi

Adalah upah yang diberikan dengan memperhatikan produktifitas dan prestasi

kerja. Seorang tenaga kerja yang bisa memberikan produktivitas dan prestasi kerja

yang tinggi, akan mendapatkan imbalan yang lebih besar sebagai upah dan

tambahan insentif yang diberikan oleh pemberi pekerjaan.

4. Lamanya waktu kerja seseorang sangat dipengaruhi oleh keadaaan dan

kemampuan fisik seseorang dalam melakukan pekerjaan. Dalam usahatani,

membutuhkan curahan fisik kerja yang cukup berat terutama dalam kegiatan

pengolahan tanah yang dilakukan oleh tenaga kerja laki-laki. Kegiatan usahatani

biasanya dimulai dari fajar hanya hingga siang dikarenakan kegiatan pertanian di

lahan sangat menguras tenaga secara fisik ditambah dengan teriknya sinar

matahari siang yang menyebabkan tenaga kerja pertanian mudah lelah.

5. Kecakapan dan keterampilan seorang tenaga kerja pertanian sangat menentukan

hasil kerjanya. Kegiatan usahatani terdiri dari banyak kegiatan yang

membutuhkan ketrampilan yang berbeda. Ada kegiatan yang menguras fisik

seperti pengolahan tanah dan pengaturan irigasi, dilakukan oleh tenaga kerja laki-

laki. Sedangkan kegiatan yang relatif lebih ringan secara fisik tetapi

membutuhkan ketelatenan yang tinggi seperti penanaman dan pemupukan,

dilakukan oleh tenaga kerja perempuan. Kecakapan dan ketrampilan yang

dimiliki oleh setiap tenaga kerja juga sangat dipengaruhi oleh pembelajaran dan

terutama pengalaman dalam kurun waktu yang lama.

6. Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut. Semakin

berat suatu pekerjaan dalam usahatani, semakin membutuhkan tenaga kerja yang

8
kuat. Tenaga kerja yang kuat sangat dipengaruhi oleh umur seseorang. Semakin

tua umur seseorang, semakin menurun kemampuannya untuk bekerja. Sehingga

untuk pekerjaan yang relatif berat biasanya dikerjakan oleh pekerja yang berumur

antara 25-45 tahun.

C. Budidaya Semangka
Semangka lebih cocok ditanam di daerah beriklim panas dan kering. Akan tetapi,

untuk tumbuh dan berproduksi secara optimal tanaman ini memerlukan persyaratan

tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah faktor iklim dan tanah. Faktor

iklim meliputi temperatur, kelembaban udara dan curah hujan. Adapun unsur tanah

meliputi tingkat kesuburan dan sifat kemasaman (Samadi, 1996).


Pada penanaman di lahan sawah, pengairannya dilakukan dengan cara

membendung saluran air keluar. Pembendungan saluran ini hingga air menggenangi

areal setinggi bagian mulsa terendah yang menutupi bedengan. Saluran air baru

dibuka kembali setelah penggenangannya berlangsung selama 18 sampai 24 jam.

Pengairan ini perlu diulang kembali setiap minggu. Adanya penggenangan air ini pun

dimaksudkan untuk menekan pertumbuhan gulma di sekitar parit (Duljupar dan Rina,

2000).

Setelah ditanam di lahan, bibit semangka membutuhkan perawatan rutin yang

intensif. Dengan perawatan intensif diharapkan tanaman semangka dapat

menghasilkan sesuai yang diharapkan. Perawatan yang harus dilakukan adalah

penyulaman, pemasangan ajir atau turus, pemangkasan dan pembentukan cabang,

perempelan bunga dan penjarangan buah, penyiraman, serta pemupukan susulan

(Agromedia, 2007). Umur panen tanaman semangka tergantung pada jenis atau

9
varietasnya dan pada ketinggian lokasi penanaman. Semakin tinggi lokasi

penanaman, buah semangka dapat dipanen pada umur 75 – 100 hari sejak ditanam.

Buah semangka yang akan dipasarkan jarak jauh sebaliknya dipanen lebih awal agar

tidak busuk saat sampai di tujuan (Agromedia, 2007).

D. Budidaya Melon

Tanaman melon dapat tumbuh pada daerah tropik dan subtropik. Melon dapat

tumbuh pada ketinggian 300-1000 meter diatas permukaan laut dan dengan suhu

antara 25-30 °C. Tanaman ini memerlukan sinar matahari penuh, sehingga tidak

cocok ditanam pada daerah lembab dan ternaung (Ashari 2006). Melon memerlukan

tanah dengan tingkat drainase baik, sehingga hasil melon lebih produktif (Rubatzky

dan Yamaguchi 1999), ketersediaan air yang konstan sangat diperlukan melon untuk

pertumbuhan tanaman dan pembentukan buah (Poincelot 2004). Persemaian melon

memerlukan tanah atau media semai dengan suhu 23.9-35.0 °C, untuk menunjang

perkecambahan benih harus tertutup media semai dengan ketebalan 0.5-1.5 inchi

(Poincelot 2004).

E. Penelitian Terdahulu

Pertama, Issusilo Ningtyas (2013) melakukan penelitian yang berjudul

Analisis Komparatif Usaha Pembuatan Gula Merah dan Gula Semut di Kabupaten

Kulon Progo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya, keuntungan,

profitabilitas dan efisiensi usaha pembuatan gula merah dan gula semut di Kabupaten

Kulon Progo serta mengetahui perbedaan keuntungan kedua usaha. Metode analisis

10
data yang digunakan berupa analisis total cost, r/c ratio, analisis profitabilitas dan uji t

untuk mengetahui perbedaan keuntungan usaha gula merah dan gula semut.

Hasil penelitian menunjukan keuntungan rata-rata untuk gula merah adalah Rp

2.868,96 dan gula semut Rp 1.652,08. Profitabilitas usaha gula merah sebesar 25,99%

dan gula semut sebesar 9,90%. Efisiensi usaha gula merah sebesar 1,26 dan gula

semut sebesar 1,10. Hasil uji-t menunjukkan adanya perbedaan antara keuntungan

usaha pembuatan gula merah dan gula semut di Kaupaten Kulon Progo. Hasil one

way anova menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan keuntungan antar kelompok

responden usaha pembuatan gula merah dan terdapat perbedaan keuntungan antar

kelompok responden usaha pembuatan gula semut.

Kedua , I Putu Ajus Heryana, et all (2016) melakukan penelitian yang berjudul

Perbandingan Pendapatan antara Usahatani Kopi dan Usahatani Jeruk di Desa Serai

Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui faktr-faktor yang mendorong petani melakukan perubahan budidaya

tanaman kopi menjadi jeruk danperbandingan antara pendapatan usahatani tanaman

kopi dengan tanaman jeruk di Desa Serai.

Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor – faktor yang mendorong alihfungsi

lahan dari tanaman kopi menjadi jeruk adalah suhu lingkungan, bibit tanaman kopi

yang kurang produktif, pemanenan kopi yang lama, penjualan hasil panen kopi lebih

susah, musim panen kopi lama, dan harga kopi yang sering anjlok. Pendapatan

usahatani tanaman jeruk lebih tinggi yaitu sebesar Rp 114.945.000 dibandingkan

dengan usahatani tanaman kopi hanya Rp 63.530.000 dengan masing-masing luas

0,50 Ha.

11
Ketiga, Ilham Suseno (2016) melakukan penelitian yang berjudul Studi

Komparasi Biaya Produksi, Produktivitas, Keuntungan, Keragaan Pemasaran Padi

Organik dengan Padi Anorganik Desa Klepu dan Desa Sukorejo Jawa

Tengah.Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis perbandingan biaya

produksi, produktivitas, keuntungan, keragaan pemasaran padi organik dengan padi

anorganik. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif komparatif. .

Hasil dari penelitian ini menunjukan ada perbedaan yang signifikan biaya

produksi padi organik dengan padi anorganik dikarenakan adanya perbedaan biaya

yaitu biaya pemupukan, penggunaan biaya obat-obatan pestisida dan biaya tenaga

kerja. Ada perbedaan yang signifikan produktivitas padi organik dengan padi

anorganik. Hal tersebut dikarenakan, penggunaan pupuk pestisida pada pertanian

anorganik dapat menghasilkan produktivitas dua kali lipat namun rendahnya

produktivitas pertanian organik dapat menghasilkan padi yang berkualitas tinggi,

ramah lingkungan, dan menyehatkan badan. Adanya perbedaan yang signifikan

penjualan hasil pertanian untuk pertanian organik dijual oleh tengkulak luar kota

sedangkan untuk pertanian anorganik dijual oleh tengkulak daerah.

Keempat, Nikolaus Kristanto Santoso, (2012) melakukan penelitian yang berjudul

Analisis Komparasi Usahatani Padi Organik dan Anorganik di Kecamatan Sambirejo

Kabupaten Sragen. Tujuan dari penelitian ini adalahmengetahui produktivitas padi

yang dibudidayakan secara organik dan anorganik dan membandingkan besarnya

modal lancar, pendapatan kotor dan bersih, dan biaya produksi yang meliputi benih,

pupuk, pestisida dan tenaga kerja di pertanian Padi organik dan anorganik. Penelitian

ini menggunakan uji-t sampel independen (independent sample t-test) yaitu metode

12
yang digunakan untuk menguji kesamaan rata-ratadari dua populasi yang bersifat

independen, dimana peneliti tidak memiliki informasi mengenai ragam populasi.

Variabel-variabel yang diuji adalah produksi, modal lancar, pendapatan yang meliputi

pendapatan kotor dan pendapatan bersih, serta biaya yang meliputi biaya saprodi:

pupuk, pestisida, benih, dan tenaga kerja. Dari hasil pengujian, diketahui ada tiga

variabel yang tidak signifikan, yaitu modal lancar, biaya pupuk, dan biaya tenaga

kerja.

Kelima, Amir Halid, et all. (2014) melakukan penelitin yang berjudul Analisis

Perbandingan Usahatani Cabai Rawit dan Tomat Dengan Pendekatan Resiko

Investasi di Desa Tolite Jaya Kecamatan Tolinggula Kabupaten Gorontalo Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan keuntungan usahatani cabai

rawit dan tomat dengan mengetahui perbandingan resiko investasi usahatani cabai

rawit dan tomat di Desa Tolite Jaya Kecamatan Tolinggula Kabupaten Gorontalo

Utara. Analisis data yang dipakai dalam penelitian, diantranya analisis deskriptif, R/C

ratio dan standar deviasi. Analisis deskriptif, digunakan untuk mendeskripsikan data

primer yang terkait dengan keadaan demografi petani yang dilokasi penelitian yang

menjadi sampel dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa

usahatani cabai rawit lebih menguntungkan dengan R/C Ratio 3,6 dibandingkan

dengan usahatani tomat dengan R/C Ratio 0,6. Investasi usahatani cabai rawit lebih

beresiko dibandingkan dengan usahatani tomat dengan nilai resiko masing-masing

1.949 dan 1,113.

Keenam, Yudika Ester Sigiro, et all. (2015) melakukan penelitian yang berjudul

Analisis Perbandingan Tingkat Ekonomi Petani Padi Rawa Lebak Saat Musim Hujan

13
Dan Musim Kemarau Di Desa Pelabuhan Dalam. Tujuan penelitian ini adalah 1)

Menghitung dan membandingkan besarnya pendapatan yang diterima oleh petani saat

musim hujan dan musim kemarau, 2) Menghitung besarnya jumlah konsumsi serta

besarnya tabungan yang dimiliki petani saat musim hujan dan musim kemarau, 3)

Mengidentifikasi penambahan asset yang dimiliki petani saat musim hujan dan

musim kemarau, 4) Mengetahui usaha yang dilakukan petani untuk mengantisipasi

kekeringan yang terjadi. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pelabuhan Dalam,

Kecamatan Pemulutan, Kabupaten. Analisis Perbedaan pendapatan petani padi musim

kemarau dan musim hujan di Desa Pelabuhan Dalam dilakukan dengan uji Paired

Samples T-Test.

Berdasarkan hasil penelitian, pendapatan yang diperoleh petani pada saat musim

hujan lebih besar daripada pendapatan yang diterima petani pada saat musim

kemarau.Begitu juga dengan jumlah tabungan serta jumlah uang yang dikeluarkan

untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi, lebih besar pada saat musim hujan daripada

pada saat musim kemarau.Serta alternatif yang digunakan untuk mengantisipasi

kekeringan adalah dengan menggunakan pompa air.

Ketujuh, Nyayu Neti Arianti, et all. (2016) melakukan penelitian yang berjudul

Analisis Produksi Dan Pendapatan Usahatani Padi Pada Daerah Sentra Dan Non-

Sentra Di Kabupaten Lebong. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

faktor-faktor produksi terhadap produksi usahatani padi pada daerah sentra dan non-

sentra, serta mengetahui dan membandingkan pendapatan usahatani padi pada daerah

sentra dan non-sentra padi di Kabupaten Lebong..Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode survey. Teknik penarikan sampel adalah cluster sampling

14
dan data yang digunakan berupa data primerdan data sekunder. Metode yang

digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata pendapatan usahatani padi pada daerah

sentra dan non-sentra padi di Kabupaten Lebong, dipakai uji beda nilai tengah (uji t).

Berdasarkan hasil penelitian faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap

produksi usahatani padi pada daerah sentra yaitu jumlah penggunaan tenaga kerja luar

keluarga, sedangkanpada daerah non-sentra adalah jumlah penggunaan tenaga kerja

dalam keluarga dan jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga, dan rata-rata

pendapatan usahatani padi pada daerah sentra di Kabupaten Lebongadalahsebesar Rp.

6.951.169,83/Ut/Mt dan rata-rata pendapatan usahatani padi pada daerah non-sentra

di Kabupaten Lebongadalah sebesar Rp. 1.657.611,41/Ut/Mt.

Kedelapan, Dedi Junaedi, et all (2012) melakukan penelitian yang berjudulStudi

Komparasi Kinerja Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Syariah dan

Konvensional Di Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi motif

pemilihan skema pembiayaan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP),

mengetahui faktor apa saja yang memengaruhi kinerja PUAP, serta menguji apakah

kinerja PUAP syariah berbeda dengan PUAP konvensional di Jawa Tengah tahun

2008-2011. Metode analisis yang dipakai adalah analisis multiple regression dummy

variabel dengan menggunakan panel data sampel LKMA PUAP tahun 2008-2011 di

lima kabupaten di Jawa Tengah. Kinerja antara LKMA syariah dengan LKMA

konvensional berbeda. Nilai kinerja Profitabilitas (NPM), Likuiditas (Rasio Lancar),

dan Solvabilitas (DER) LKMA syariah lebih baik dari konvensional. Kinerja ATO

antara LKMA syariah dan konvensional tidak signifikan perbedaannya, meski secara

rata-rata ATO LKMA PUAP syariah sedikit lebih baik. Maka, dapat dikatakan, di

15
Jawa Tengah, kinerja LKMA PUAP syariah lebih baik dari LKMA PUAP

konvensional.

Kesembilan, Arfah et all, (2013) melakukan penelitian yang berjudul Analisis

Komparatif Antara Pendapatan Usahatani Padi Sawah Sistem Tabela Dengan Tapin

Di Desa Air Terang Kecamatan Tiloan Kabupaten Buol. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui perbedaan pendapatan usahatani padi sawah pada sistem Tabela dan

sistem Tapin dan untuk mengetahui kelayakan usahatani padi sawah sitem Tabela dan

Tapin di Desa Air Terang Kecamatan Tiloan Kabupaten Buol. Analisis data

menggunakan rumus pendapatan dan rumus kelayakan usaha.

Rata-rata pendapatan usahatani padi sawah sistem Tabela sebesar Rp.

9.431.146,58/ha/MT, sedangkan sistem Tapin sebesar Rp. 8.497.927,41/ha/MT,

dengan nilai t-hitung > t-tabel (3,434 > 1,999). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan pendapatan usahatani padi sawah dengan sistem Tabela dan sistem Tapin.

Rata-rata nilai R/C ratio sistem Tabela sebesar 2,41 dan rata-rata nilai R/C ratio

sistem Tapin sebesar 2,24, maka dapat dikatakan bahwa usahatani padi sawah di Desa

Air Terang Kecamatan Tiloan layak untuk diusahakan.

Kesepuluh, Ayu Citra Asri, et all. (2000) melakukan penelitian yang berjudul

Studi Komparatif Pendapatan Petani Semangka dan Petani Padi. Tujuan dari

penelitian:(1) mengetahui besarnya pendapatan bersih petani semangka dan padi;(2)

mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh pada usahatani semangka dan padi;

(3)mengetahui besarnya manfaat dan biaya yang diperoleh petani dalam usahatani

semangka dan padi. Pengujian hipotesis menggunakan tabel silang, tabel frekuensi,

16
dan analisis regresi berganda. Teknik analisis yang digunakan adalah uji statistik

regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan tingkat pendapatan petani

semangka dan petani padi. Petani semangka memiliki rata-rata pendapatan lebih

tinggi dibandingkan dengan rata-rata pendapatan petani padi. Faktor produksi yang

paling berpegaruh terhadap pendapatan bersih petani semangka dan petani padi

adalah luas lahan. Manfaat dan biaya usahatani semangka dan usahatani padi

menunjukkan bahwa selisih input dan output yang lebih besar untuk usahatani

semangka, dengan perbandingan 3,1:1 untuk luas lahan < 0,25 ha; 2,1:1 untuk luas

162 lahan 0,25-0,5 ha; 1:1,8 untuk luas lahan > 0,5ha. Sedangkan untuk analisis B/C

ratio menunjukkan angka lebih dari 1, hal ini berarti keduanya layak dikembangkan.

Nilai B/C usahatani semangka lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani padi

sehingga usahatani semangka memberikan pendapatan yang lebih tinggi daripada

usahatani padi.

17
F. Kerangka Pemikiran

Usahatani

Semangka Melon
Melon

Faktor Produksi
- Lahan
- Bibit
- Pupuk
- Pestisida
- Tenaga kerja

Produksi Produksi

Pendapatan Pendapatan

Efisiensi usahatani Efisiensi usahatani

Perbandingan biaya tenaga kerja dan


pendapatan usahatani semangka dan melon

Hasil Studi Komparasi Finansial Usaha Tani


Semangka dan Melon

18
III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen karena di

daerah tersebut terdapat lahan luas yang digunakan untuk usaha semangka dan melon.

B. Sasaran penelitian

Sasaran penelitian merupakan sesuatu yang dijadikan objek dalam penelitian yang

dilakukan. Adapun sasaran penelitian ini adalah petani semangka dan melon di daerah

Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen.

C. Rancangan Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah para petani yang membudidayakan

semangka atau melon di Kecamatan Mirit.Jumlah petani semangka dan melon di

Kecamatan Mirit sebanyak 24 orang. Karena jumlah populasi kurang dari 30

orangmaka teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sensus. Sensus adalah

teknik pengambilan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai

sampel (Sugiyono, 2012).

D. Variabel dan Pengukuran

Menurut Sugiyono (2012) Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu

yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

19
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dibuat, maka variabel dan pengukuran

yang menjadi titik perhatian dalam penelitian ini yaitu :

1. Biaya variabel

Biaya variabel dalah biaya yang secara total meningkat secara proporsional

terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara proporsional

terhadap penurunan dalam aktivitas perusahaan. Contoh biaya variabel antara

lain biaya bahan baku, biaya pupuk dan biaya pestisida. Biaya variabel diukur

dalam bentuk rupiah (Rp)

2. Biaya tenaga kerja

Biaya tenaga kerja adalah sejumlah nilai uang yang harus dikeluarkan untuk

memberikan upah orang yang telah membantu pekerjaan usaha tani baik

keluarga atau orang lain. Biaya tenaga kerja dihitung berdasarkan kegiatan

yang dilakukan selama budidaya semangkadan melon dalam bentuk rupiah

(Rp).

3. Biaya tetap

Biaya tetap adalah adalah biaya yang jumlahnya tetap atau tidak berubah

dalam rentang waktu tertentu, berapapun besarnya penjualan atau produksi

perusahaan. Contoh biaya tetap antara lain beban penyusutan, beban sewa,

dan beban asuransi. Biaya tetap diukur dalam bentuk rupiah (Rp)

4. Biaya penerimaan

Biaya penerimaan adalah jumlah produksi yang dihasilkan dalam suatu

kegiatan usaha dikalikan dengan harga jual yang berlaku di pasar. Biaya

penerimaan diukur dalam bentuk rupiah (Rp).

20
5. Biaya produksi

Biaya yang dikeluarkan oleh seorang petani dalam proses produksi serta

membawanya menjadi produk disebut biaya produksi termasuk didalamnya

barang yang dibeli dan jasa yang dibayar didalamnya maupun diluar

usahatani. Biaya produksi diukur dalam bentuk rupiah (Rp).

6. Pendapatan

Pendapatan adalah sejumlah uang yang didapatkan oleh petani dari

usahataninya. Dapat dihitung berdasarkan jumlah produksi, harga produksi

dan biaya produksi dalam bentuk rupiah (Rp).

E. Analisis Data

1. Analisis Pendapatan Usahatani

Analisis pendapatan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2, yaitu pendapatan

atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai adalah

pendapatan yang didasarkan kepada biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam bentuk

uang, sedangkan pendapatan atas biaya total adalah pendapatan yang didasarkan atas

semua biaya yang dikeluarkan, baik tunai maupun tidak tunai. Adapun hal lain yang

mendasari pembagian analisis ini adalah karena pada umumnya petani hanya

memperhitungkan biaya yangdikeluarkannya dalam bentuk uang tunai. Dihitung

dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Boediono (2002) sebagai

berikut :

I = TR – TC

21
Keterangan :

I : pendapatan(Rp)

TR : total penerimaan(Rp)

TC : total biaya produksi(Rp)

Rumus penerimaan menurut Rosyidi (2004) sebagai berikut:

TR = P . Q

Keterangan :

TR : total penerimaan(Rp kg)

P : harga(Rp)

Q : jumlah produk(kg)

2. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio)

Analisis pendapatan pada usahatani selalu diikuti dengan pengukuran efisiensi

karena pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi. Ukuran

efisiensi yang biasanya digunakan adalah R/C dimana analisis ini mampu

menggambarkan penerimaan untuk tiap rupiah yang dikeluarkan dalam kegiatan

usahatani. Pengukuran efisiensi usahatani terhadap setiap penggunaan satu unit input

dapat digambarkan oleh nilai rasio antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya

(R/C). R/C rasio yang dihitung dalam analisis ini terbagi menjadi R/C atas biaya tunai

dan R/C atas biaya total yang dapat dirumuskan :

peneriman
R/C =
biaya

Secara teoritis, nilai R/C menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya/pengeluaran

akan memperoleh penerimaan, dengan ketentuan yaitu jika :

22
a. R/C > 1 : Kegiatan usahatani efisien untuk dijalankan

b. R/C < 1 : Kegiatan usahatani tidak efisien untuk dijalankan

3. Uji Beda

Analisis perbandingan rata-rata digunakan untuk mengukur adakah perbedaan

rata-rata pendapatan dan perbedaan rata-rata efisiensi. Dalam hal ini, yang akan

dilihat adalah perbedaan rata-rata pendapatan dan perbedaan rata-rata efisiensi yang

diterima oleh usaha tani semangka dan petani melon. Uji yang digunakan untuk

mengukur perbedaaan rata-rata dua kelompok bebas adalah uji t independen.

Hipotesis :

Ho : tidak terdapat perbedaan rata-rata variabel (pendapatan) antara kelompok

usahatani semangka dan melon

Ha : terdapat perbedaan rata-rata variabel antara kelompok usahatani semangka dan

melon

Apabila nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak. Artinya terdapat

perbedaan rata-rata pendapatan antara kelompok petani usahatani semangka dan

melon, pada taraf nyata 5%, jika sebaliknya maka H0diterima.

23
DAFTAR PUSTAKA

Abdi, Farwah Inal, Hasman Hasyim dan Sri Fajar Ayu. Faktor-Faktor yang
Berpengaruh Terhadap Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Pada Usaha
Tani Padi Sawah. Skripsi. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara. Medan.

Agromedia. 2007. Budidaya Semangka. Jakarta : PT. Agromedia Pustaka.

Arfah, Siti Y.C, Rustam A.R, dan Sulaeman. 2013. Analisis Komparatif Pendapatan
Usahatani Padi Sawah Sistem Tabela Dan Sistem Tapin. Jurnal Agribisnis. 1 (3)
: 244-249.

Arianti, Nyayu Neti., Reswita., Dan Fristado. 2010.Analisis ProduksiPendapatan dan


Usahatani Padi Pada Daerah SentraDan Pendapatan Usahatani. Padi pada
Daerah Sentra Dan Non-Sentra Di Kabupaten Lebong. Fakultas. Pertanian
Universitas Bengkulu.

Arsyad, L. 1992.Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta : Andi Offset.

Ashari S. 2006. Hortikultura: Aspek Budidaya. Jakarta (ID): Universitas Indonesia Pr.

Asri, Ayu Citra, Agus Susanto dan Dina Ruslanjari. 2012. Studi Komparatif
Pendapatan Petani Semangka dan Petani Padi. Jurnal Bumi Indonesia. 1 (3) :
156-163

Budiono. 2002. Ekonomi Mikro Seri Sinopsis: Pengantar Ilmu Ekonomi No.1.
Yogyakarta : BPFE.

Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : Bumi Aksara.

Duljupar, K dan Rina, N. 2000. Petunjuk Bertanam Semangka Sistem Turus.Jakarta :


Penebar Swadaya.

Hadisapoetra, S. 1973. Biaya Dan Pendapatan Di Dalam Usahatani.


DepartemenEkonomi Fakultas Pertanian.Yogyakarta : UGM.

Halid, Amir, Amelia Mutiasari, Ilin Abuya. 2014.Analisis Perbandingan Usahatani


Cabai Rawit dan Tomat Dengan Pendekatan Resiko Investasi di Desa Tolite
Jaya Kecamatan Tolinggula Kabupaten Gorontalo Utara.Jurnal Perspehtif
Pembiayaan dan Pembangunan Daerah. 1 (4): 191-196.

Hernanto.1993. Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya.

24
Heryana, I Putu Ajus, I Made Sudarma, dan I Gede Setiawan Adi Putra. 2016.
Perbandingan Pendapatan antara Usahatani Kopi dan Usahatani Jeruk di Desa
Serai Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli. Jurnal Agribisnis dan
Agrowisata. 5 (1) :1-9.

Junaedi, Dedi dkk. 2012. Studi Komparasi Kinerja Pengembangan Usaha Agribisnis
Pedesaan Syariah dan Konvensional di Jawa Tengah. Jurnal Agro Ekonomi.Vol
30 No. 2 ISSN 183-199.

Ningtyas, Issusilo, D. Padmaningrum, dan Umi Barokah. 2013. Analisis Komparatif


Usaha Pembuatan Gula Merah dan Gula Semut Di Kabupaten Kulon Progo.
Jurnal Agrista. 1 (2) : 1-9

Poincelot RP. 2004. Sustainable Horticulture : Today and Tomorrow.New Jersey :


Prentice Hall.

Prasetya, P. 1996. Ilmu Usahatani II. Fakultas Pertanian. Surakarta : UNS.

Riana Dina Fitri, (2011). Karastersitik Usaha Tani.


(http://dwiretno.lecture.ub.ac.id/files /2013/10/ PUT_5_TK.doc). Di Download
pada tanggal 22 Februari 2018 pukul 17.45

Rubatzky VE, Yamaguchi M. 1999. Sayuran Dunia 3 : Prinsip, Produksi, dan Gizi.
Herison C, penerjemah. Bandung (ID): Penerbit ITB. Terjemahan dari:
Principles, Production, and Nutritive Value

Samadi, B. 1996. Semangka Tanpa Biji. Yogyakarta : Kanisius.

Santoso, Nikolaus Kristanto. 2012. Analisis Komparasi Usahatani Padi Organid


danAnorganik di Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen. Skripsi. Fakultas
Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga.

Shinta, Agustina. 2011. IlmuUsahatani. Malang : Universitas Brawijaya Press (UB


Press).

Sigiro, Yudika Ester, M. Yamin Hasan, dan Henny Malini. Analisis Perbandingan
Tingkat Ekonomi Petani Padi Rawa Lebak Saat Musim Hujan dan Musim
Kemarau Di Desa Pelabuhan Dalam. Jurnal Komunikasi Agribisnis. 3 (2) : 1-
10.

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta

. 2006. Agribisnis Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rajawali Press.

25
Sudaryanto, Tahlim dan I Wayan Rusastra. 2006. Kebijakan Strategis Usaha Pertanian
dalam Rangka Peningkatan Produksi dan Pengentasan Kemiskinan. Jurnal
Litbang Pertanian., 25(4) :115-123.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Suseno, Ilham. 2016. Studi Komparasi Biaya Produksi, Produktivitas, Keuntungan,


Keragaan Pemasaran Padi Organik dengan Padi Anorganik Desa Klepu dan
Desa Sukorejo Jawa Tengah. Skripsi. Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta.

Zubaidi, I. Syafa’at Darmanto. 2012. Analisis Pengaruh Kecepatan Putardan


Kecepatan Pemakanan Terhadap Kekasaran Permukaan Material FCD 40 pada
Mesin Bubut CNC. Skripsi. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Wahid Hasyim Semarang. Semarang.

26
Lampiran 1. Kuesioner

KUESIONER
STUDI KOMPARASI USAHA TANI SEMANGKA DAN MELON
DI KECAMATAN MIRIT KABUPATEN KEBUMEN

Identitas Responden :
No Responden :
Nama :
Umur :
Pekerjaan Utama :
Pekerjaan Sampingan :
Luas Lahan Milik Sendiri :
Luas Lahan Sewa :

A. Biaya Variabel
1. Biaya sarana produksi tanaman semangka/melon
a. Benih
Jenis Jumlah Satuan Harga Total biaya
(pack) (gram) (Rp/pack) (Rp)
a. Varietas
non-biji
-
-
-
b. Varietas
berbiji
-
-
-
Total

27
b. Pupuk
Jenis Jumlah Satuan Harga Total biaya
(sak) (kg) (Rp/sak) (Rp)
a. Kapur
pertanian
b. Pupuk
kandang
c. ZA
d. Urea
e. NPK
f. TSP (SP-36)
g. KCL
h. Borate/fertibor
i. Karbofuran
j. Lain-lain
-
-
-
-
Total

c. Pestisida
Jenis Jumlah Satuan Harga Total biaya
(Rp)
a. Insektisida
semprot
b. Fungisida
c. Pupuk daun
d. Lain-lain
-
-
-
-
Total

28
2. Biaya Tenaga Kerja
Uraian Dalam Keluarga Luar Keluarga Biaya
Jumla Jam Jumla Jam Upah/har Total
h kerja/ h kerja/ i (Rp)
(orang) hari (orang) hari (Rp)
Pengolahan
tanah
- Pengolahan
tanah dan
pembuatan
bedengan
- Pengapuran
dan
pemupukan
dasar
- Pemasangan
mulsa dan
pelubangan
- Penanaman
bibit
Pemeliharaan
tanaman
- Pemupukan 1
- Pemupukan 2
- Pemupukan 3
- ………
- pengairan
- pemangkasan
- penyemprotan
1
- penyemprotan
2
- penyemprotan
3
- ……
- Penyerbukan
buatan

Panen
- biaya potong
dan pikul
Total

29
B. Biaya tetap
1. Biaya pengairan per tahun : Rp.
2. Biaya sewa lahan per musim : Rp.
3. Biaya pajak per tahun : Rp.
4. Biaya alat pertanian
NB−NL
NP=
UE

Uraian Harga Harga Umur Nilai


Lama (Rp) Baru (Rp) Ekonomis Penyusutan
(Th) (Rp)
- Handsprayer
- Gunting
- Cangkul
- Sabit
- Mulsa plastik
- Ember
- Garu
- Timbangan
- Parang
- Gerobak
- Lain-lain
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

30
Total

C. Penerimaan
Jenis Volume Harga Total penerimaan
penjualan (Rp/kg) (Rp)
(kg)
Grade A
Grade B
Grade C
Total

D. Pendapatan Bersih
1. Biaya produksi
a. Biaya tetap (FC) :
b. Biaya variabel (VC) :
c. Total biaya (TC) :
2. Penerimaan (TR) :
3. Pendapatan (I) : TR-TC :

31

Anda mungkin juga menyukai