Anda di halaman 1dari 19

Ekonomi Produksi

Kangkung
Dosen: Lilis Imamah Ichadayati, M.Si,

Disusun Oleh:
Kelompok 3
Alfi Haryo Utomo

(11150920000034)

Anastasya Astina Rony

(11150920000059)

Jannisah Dwi Rahadiski

(11150920000051)

Nanda Wahyu Muharam

(11150920000053)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Fakultas Sains dan Teknologi
Program Studi Agribisnis
2016/2017

Benih/Bibit
Nazarudin (1998), menyebutkan kangkung darat diperbanyak dengan biji, benih yang dibutuhkan
untuk penanaman kangkung darat ialah 10kg/ha. Biasanya untuk keperluan benih disisakan

pertanaman kangkung darat sampai berbuah. Pada dasarnya, benih kangkung


didapatkan petani melalui pedagang yang berasal dari Jawa dengan merek
Roda Terbang dan Kuda Terbang (gambar 4). Pedagang ini secara langsung
menawarkan ke petani dengan keringanan pembayaran, yang mana
pembayaran dapat dilakukan setelah masa panen dengan harga benih per
bungkus adalah Rp. 20.000,- sampai Rp. 25.000,- /kg
Penanaman
Tanaman kangkung darat sebaiknya ditanam di musim penghujan. Ini di sebabkan olehkebutuhan
air pada kangkung tinggi, apalagi jika kangkung di tanam di lahan kering. Tanah yang hendak
ditanami kangkung darat sebaiknya diolah terlebih dahulu, misal di cangkul sedalam 30 cm.
Tambahkan pupuk kandang, lalu dibuat bedengan dengan lebar 90-120cm yang panjangnya
disesuaikan dengan kondisi di lahan dan jarak antara antar bedengan ialah 30 cm
(Nazarudin,1998).
Pemeliharaan
Suhaeni (2008), menyebutkan pada kangkungdarat perlu dilakukan pemeliharaan yang lebih
spesifik dibanding kangkung air, seperti pengairan kangkung darat harus diperhatikan karena jika
kekurangan air hujan maka pada tanaman harus dilakukan penyiraman, hal ini baik dilakukan
untuk peningkatan produksi kangkung, selain itu juga harus dilakukan penyiangan pada
rumputrumput pengganggu tanaman.
Pemupukan
Bagi tanaman kangkung darat terdiri dari pupuk dasar yaitu pupuk kandang, yang diberikan
seminggu sebelum tanam (setelah selesai pembuatan bedengan). Selain itu juga diberikan pupuk
urea 200 kg/ha, seminggu setelah tanam, kemudian 2 minggu setelah tanam, TSP 200 kg/ha dan
KCL 10 kg/ha, untuk pupuk buatan biasa diberikan dengan cara guratan atau tugal
(Suhaeni,2008). Adapun pupuk kandang dibeli dengan rata-rata harga
Rp.700/1kg Urea dibeli dengan harga Rp. 10.000,-/1kg. Sementara itu, harga
pupuk bisa berubah- ubah setiap waktu.
Hama Penyakit
Menurut Nazarudin (1998), tanaman kangkung tidak teralu banyak musuhnya, sekalipun
terserang biasanya tidak parah, paling hanya sedikit sekali yang rusak. Hama yang biasa
mengganggu tanaman kangkung darat antara lain, ulat groyak (spodop teralitura) atau kutu daun
(myzus prsiceae), dengan gejala serangan daun berlubang atau pinggirnya tidak merata akibat
gigitan ulat sedangkan kangkung yang diserang kutu daun akan menunjukkan pertumbuhan kerdil
dan daun melengkung. Dan untuk pengendalian dapat digunakan insektisida ambush 2
EC/Chmbush 50 EC dengan dosis 1-2 ml/air.
Peralatan
Peralatan yang digunakan pada usaha tani kangkung ini terdiri dari cangkul,
garu, mesin air, caping, karet kecil (karet es), gerobak sorong.
Alat Dan Nilai Penyusutan Pada Budi Daya Kangkung Darat
No

Jenis
Alat

Cangkul

Jumlah
(unit,bu
ah,Kg)
69

Harga
Satuan
(Rp)
30.000

Total
Biaya(Rp
)
2.070.00

Nilai Sisa Umur


(Rp)
Ekonom
is (Th)
414.000 3

Nilai
Penyusut
an (Rp)
552.000

Garu

32

35.000

Mesin
Air
Caping
Karet es
Geroba
k
sorong
Jumlah

25

2.500.0
00
10.000
20.000
160.000

4
5
6

30
15
15

0
1.120.00
0
62.500.0
00
300.000
300.000
2.400.00
0
68.690.0
00

224.000

298.668

12.500.0
00
60.000
60.000
480.000

16.666.6
67
240.000
240.000
640.000

13.738.0
00

1
1
3

18.637.3
35

Panen
Kangkung darat bisa dipanen dengan cara memetik atau mencabut seluruh bagian tanaman
termasuk akar. Sistem pencabutan seluruh bagian dapat dilakukan saat panjang tanaman sekitar
15-20 cm atau ketika tanaman sudah berumur 40 hari setelah tanam (Nazarudin, 1998).
Faktor Faktor Produksi
Usaha Tani Usaha tani adalah suatu kegiatan yang mengusahakan dan mengkoordinir faktorfaktor produksi berupa lahan, tenaga kerja dan modal sehingga memberikan manfaat sebaikbaiknya. Usaha tani merupakan cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan dan
mengkoordinasikan. Penggunaan faktorfaktor produksi seefektif dan seefesien mungkin sehingga
usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Hernanto, 1989).
Soekartawi (2001), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan faktor produksi adalah semua
korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan
dengan baik. Faktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan korbanan produksi. Faktor
produksi memang sangat menentukan besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi
lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen adalah
faktor produksi yang terpenting. Hubungan antara faktor produksi (input) dan hasil produksi
(output) biasanya disebut dengan fungsi produksi atau faktor relationship.
Lahan Pertanaman
Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan
fisik termasuk iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi dan bahkan keadaan vegetasi alami (natural
vegetation) yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan.
Penggunaan lahan untuk pertanian secara umum dapat dibedakan atas : penggunaan lahan
semusim, tahunan dan permanen. Penggunaan lahan tanaman semusim diutamakan untuk
tanaman musiman yang dalam polanya dapat dengan rotasi atau tumpang sari dan panen
dilakukan setiap musim dengan periode biasanya kurang dari setahun.
Modal (sarana produksi)
Dalam kegiatan proses produksi pertanian, maka modal dibedakan menjadi dua macam yaitu
modal tetap dan tidak tetap. Perbedaan tersebut disebabkan karena ciri yang dimiliki oleh modal
tersebut. Faktor produksi seperti tanah, 10 bangunan dan mesin-mesin sering dimasukkan
kedalam kategori modal tetap. Dengan demikian modal tetap didefenisikan sebagai biaya yang
dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam sekali proses produksi tersebut.
Peristiwa ini terjadi dalam waktu yang relatif pendek dan tidak berlaku untuk jangka panjang.

Sebaliknya dengan modal tidak tetap atau modal variabel adalah biaya yang dikeluarkan dalam
proses produksi dan habis dalam satu kali dalam proses produksi tersebut, misalnya biaya
produksi yang dikeluarkan untuk membeli benih, pupuk, obat-obatan atau yang dibayarkan untuk
membayar tenaga kerja.
Besar kecilnya modal dalam usaha pertanian tergantung dari:
1). Skala usaha, besar kecilnya skala usaha sangat menentukan besar-kecilnya usaha modal yang
dipakai makin besar skala usaha makin besar pula modal yang di pakai.
2). Macam komoditas, komoditas tertentu dalam proses produksi pertanian juga menentukan
besar-kecilnya modal yang dipakai.
3). Tersedianya kredit sangat menentukan keberhasilan suatu usaha tani (Soekartawi, 2003).
Faktor produksi tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan
dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup bukan saja dilihat dari tersedia tersedianya
tenaga kerja perlu pula diperhatikan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada faktor produksi tenaga kerja adalah:

Penggunaan tenaga kerja pada usaha budidaya kangkung darat tidak bersifat tetap. Pada
usaha tani kangkung darat terdapat dua jenis tenaga kerja yaitu tenaga kerja dalam
keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Penggunaan tenaga kerja keluarga seperti tenaga
kerja istri, anak dan adik maupun orang tua petani sendiri tidak digaji berbeda dengan
pemakaian tenaga kerja diluar keluarga. Tenaga kerja luar keluarga adalah teman petani
kangkung yang satu profesi.
Sementara itu, penggajian tenaga kerja diluar keluarga berdasarkan jumlah bedengan
yang dikerjakan, Setiap satu bedengan dibayar dengan upah antara Rp. 20.000,- sampai
Rp. 25.000,-. Tenaga kerja luar keluarga banyak dimanfaatkan untuk kegiatan
pemupukan, penggemburan tanah dan pemanenan. Adapun kegiatan pemupukan dan
pemanenan dilakukan pada pagi/sore hari. Jumlah keseluruhan TKLK (Tenaga Kerja
Luar Keluarga) adalah sebanyak 32 orang yang berasal dari 30 responden dan jumlah
total biaya untuk TKLK dari seluruh responden adalah Rp. 605.000,- sedangkan jumlah
rata-rata upah untuk perorangan selama 30 hari kerja adalah Rp. 570.000,-. Untuk jumlah
TKDK (Tenaga Kerja Dalam Keluarga) ialah sebanyak 30 orang yang berasal dari 31
responden dan jumlah total biaya untuk TKDK dari seluruh responden adalah Rp.
589.000,- sedangkan jumlah rata-rata upah untuk perorangan selama 30 hari kerja adalah
Rp. 570.000,-.
1). Tersedianya tenaga kerja
Setiap proses produksi diperlukan tenaga kerja yang cukup memadai. Jumlah tenaga kerja yang
diperlukan perlu disesuaikan dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu sehingga jumlahnya
optimal. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan ini memang masih banyak dipengaruhi dan
dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, musim dan upah tenaga kerja.
2). Kualitas tenaga kerja
Dalam proses produksi barang-barang pertanian atau bukan, selalu diperlukan spesialisasi.
Persediaan tenaga kerja spesialisasi ini diperlukan sejumlah tenaga kerja yang mempunyai
spesialisasi pekerjaan tertentu, dan ini tersedianya adalah dalam jumlah yang terbatas. Bila
masalah kualitas tenaga kerja ini tidak diperhatikan, maka akan terjadi kemacetan dalam proses
produksi. Sering dijumpai alat-alat teknologi canggih tidak dioprasikan karena belum tersedianya
tenaga kerja yang mempunyai klasifikasi untuk mengoprasikan alat tersebut.

3). Jenis Kelamin


Kualitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, apalagi dalam proses produksi
pertanian. Tenaga kerja pria mempunyai spesialisasi dalam bidang pekerjaan tertentu seperti
mengolah tanah dan tenaga kerja wanita mengerjakan tanaman.
4). Tenaga kerja musiman
Pertanian ditentukan oleh musim, maka terjadilah penyediaan tenaga kerja musiman. Bila terjadi
pengangguran semacam ini, maka konsekuensinya juga terjadi migrasi atau urbanisasi musiman
(Soekartawi, 2003). Soekartawi (2003) menjelaskan bahwa manajemen usaha tani terdiri dari
merencanakan, mengorganisasikan dan melaksanakan serta mengevaluasi suatu proses
produksi.Proses produksi budidaya melibatkan sejumlah orang (tenaga kerja) dari berbagai
tingkatan, maka manajemen usaha tani berarti pula bagaimana mengelola orang-orang yang
terkait dalam usaha tani tersebut dalam tingkatan atau dalam tahapan proses produksi. Faktor
manajemen usaha tani dipengaruhi oleh: 1). Tingkat pendidikan, 2). Pengalaman berusahatani, 3).
Skala usaha tani, 4). Besar kecilnya jumlah kredit, 5). Macam komoditas.
Menurut (Kasmir,2006) menjelaskan bahwa studi kelayakan usaha dilakukan untuk
mengidentifikasi masalah dimasa yang akan datang, sehingga dapat meminimalkan kemungkinan
melesetnya hasil yang ingin dicapai dalam suatu investasi yang akan dijalankan. jadi, dapat
disimpulkan bahwa studi kelayakan usaha adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara
mendalam tentang kegiatan usaha tau bisnis yang akan dijalankan dalam rangka menentukan
layak atau tidak layaknya suatu usaha tersebut untuk dijalankan. 2. 4. Posisi Penelitian dari
Peneliti
Terdahulu Banyak penelitian yang membahas tentang kehidupan petani, akan tetapi terfokus
kepada salah satu komuditi seperti penelitian Widiyanto (2007) melakukan penelitian analisis
usaha tani kentang di Desa Gubug Klaka Kec. Poncokusuma, Kabupaten Malang. Dilain Tempat,
Rahmadani dan Suryani (2010) juga melakukan penelitian tentang analisis budidaya rosella di
lahan gambut Kota Pekanbaru. Dengan memakai usaha tani yang berbeda yaitu, petani kangkung
darat maka penulis meneliti tentang bagaimana.

Pengaruh Residu Pupuk Kandang Ayam dan Sapi terhadap Pertumbuhan


Kangkung
Menurut (Dewi, 2002) kangkung merupakan tanaman tropik yang
menyerbuk sendiri dan tumbuh menjalar serta memiliki percabangan yang banyak
tanaman ini diperbanyak secara generatif, sedangkan pemanenan kangkung dapat
dilakukan pada umur 30 hari setelah tanam dengan memetik bagian yang muda
atau mencabut seluruh bagian tanaman termasuk akarnya .
Menurut Praatim (2004), tanaman kangkung darat adalah tanaman yang
menetap dan dapat dipanen dengan cara memetik batang hingga lima kali dalam
sekali penanaman, namun beberapa pengusaha hortikultura memperlakukannya

sebagai tanaman semusim dengan cara panen cabut. Hal tersebut dilakukan untuk
menambah nilai jual kangkung. Sementara itu, kangkung mempunyai batang

berbentuk bulat panjang, berbuku-buku, banyak mengandung air (herbaceous)


dan berlubang-lubang seperti pipa. Warna batangnya hijau keputih-putihan.
Kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dengan menyebar kesemua
arah sehingga dapat menembus tanah sampai pada kedalaman 60-100 cm, dan
melebar secara mendatar pada radius 100-150 cm lebih. Tangkai daun kangkung
melekat pada buku-buku batang dan pada ketiak daunnya terdapat mata tunas
yang dapat tumbuh sebagai percabangan baru. Bentuk daun tanaman kangkung
darat lebih langsing dari ujung hingga tunas dan biasanya seperti jantung hati
dengan ujung yang runcing, panjang, dan memiliki warna hijau tua pada
permukaannya, sedangkan bagian bawah daun berwarna hijau muda keputihputihan (Praatim, 2004).
Selama fase pertumbuhannya, tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah
dan berbiji, terutama jenis kangkung darat. Bentuk bunga seperti terompet dengan
daun mahkota berwarna putih polos. Buah kangkung berbentuk bulat telur
berdiameter 7-9 mm, halus dan berwarna kecoklatan serta memiliki empat ruang
buah, dan setiap ruang terdapat dua atau empat butir biji. Biji kangkung termasuk
pada biji dicotyledon (berkeping dua), agak bulat, dan berwarna coklat atau
kehitam-hitaman (Sunarjono, 2003).
Tanaman kangkung dapat tumbuh dan berproduktivitas baik didataran
rendah dan tinggi lebih kurang 2000 m di atas permukaan laut. Lokasi
pembudidayaan diutamakan lokasi terbuka agar mendapat sinar matahari yang
cukup. Lokasi lahan yang ternaungi menyebabkan kangkung tumbuh tinggi
namun memiliki batang yang kurus-kurus., syarat tanah yang ideal adalah tanah

yang subur dan gembur, kaya akan bahan organik dan tidak becek. Lahan yang
becek menyebabkan akar dan batang kangkung mudah busuk lalu mati (Praatim
,2004).
Manfaat Kangkung
Tanaman kangkung memiliki nutrisi untuk kesehatan tubuh dan juga
mempunyai manfaat yang sangat baik bagi kehidupan manusia. Kangkung darat
selain diolah untuk sayur, juga diolah sebagai produk makanan berupa biskuit
berserat tinggi. Sementara itu, batang muda kangkung dan daun-daunnya dapat
disayur sehingga sangat digemari masyarakat Indonesia, seperti di pulau Lombok
(NTB) yang terkenal dengan khas tradisional disebut plecing kangkung. Bahkan
ada juga orang yang makan kangkung mentah sebagai lalap, tapi rasanya agak
getir/kelat (Irawan et al, 2008).
Dari segi efek farmakologis, seorang pakar kesehatan bernama Herminia de
Guzman Ladion mengatakan bahwa tanaman kangkung berkhasiat sebagai
penyembuh penyakit sembelit. Dalam pustaka lain ditemukan bahwa akar
kangkung berguna untuk obat penyakit wasir, sementara zat besi yang terkandung
dalam kangkung sangat berguna untuk pertumbuhan badan (Sunarjono, 2003).
Irawan et al., (2008) menambahkan bahwa kangkung juga digunakan
sebagai anti racun, anti radang, peluruh kencing (diuretik), menghentikan
pendarahan dan obat tidur karena menurut Anggara (2009), kangkung
mengandung kalium dan natrium yang merupakan senyawa garam bromide,
dimana senyawa-senyawa ini bekerja menekan susunan syaraf pusat.

Residu Pupuk Kandang dan Serapan N Tanaman


Salah satu usaha yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produksi
tanaman adalah dengan meningkatkan penggunaan pupuk. Respon tanaman
terhadap pemberian pupuk akan meningkat sesuai dengan jenis, dosis, dan cara
pemberian pupuk tersebut. Sebelum abad ke-20, orang sudah mengenal
pemupukan dengan rumput-rumputan, jerami, dan lain sebagainya. Namun
sekarang pemupukan sudah banyak dengan menggunakan pupuk organik dan
anorganik (Samekto, 2006).
Salah satu alternatif untuk mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah
adalah dengan pemberian bahan organik seperti pupuk kandang ke dalam tanah.
Menurut Rahadi (2008), pupuk kandang berfungsi untuk memperbaiki struktur
tanah sebagai media tumbuh, meningkatkan kapasitas tukar kation, dan
mendorong kehidupan jasad renik dalam tanah. Pupuk kandang mengandung
unsur hara lengkap untuk pertumbuhan tanaman yang terdiri dari unsur hara
makro dan mikro. Berdasarkan hasil penelitian Susanti et al., (2008), terlihat
penambahan pupuk kandang ayam pada berbagai dosis dapat mengubah sifat fisik
dan kimiawi tanah.
Ada beberapa kelebihan pupuk kandang sehingga pupuk ini sangat disukai
petani diantaranya memperbaiki struktur tanah, menaikkan kondisi kehidupan di
dalam tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air, dan sebagai sumber zat
makanan bagi tanaman. Selain itu, pupuk kandang juga tidak menimbulkan efek
buruk bagi kesehatan karena bahan dasarnya alamiah jika dibandingkan dengan
pupuk kimia yang berefek buruk dan bisa meracuni tanah serta air (Samekto,
2006).
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak, baik berupa
feses yang tercampur dengan sisa makanan maupun urin yang dapat digunakan
untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik, dan biologi tanah. Pupuk

kandang/kotoran hewan yang berasal dari usahatani pertanian antara lain: kotoran
ayam, sapi, kerbau dan kambing. Komposisi hara pada masing-masing kotoran
hewan berbeda tergantung pada jenis, umur, alas kandang, kondisi, serta jumlah
dan jenis makanan yang dikomsumsinya (Samekto, 2006). Hasil penelitian Al dan
Sudarsono (2004), menunjukkan dengan pemberian pupuk kandang disertai
dengan penyiraman yang cukup dapat memperbaiki kondisi tanah. Pemanfaatan
pupuk kandang ayam sangat luas dan sering digunakan karena mengandung unsur
hara yang lengkap sesuai dengan kebutuhan tanaman dalam pertumbuhannya.
Dari beberapa hasil penelitian, aplikasi pupuk kandang ayam selalu memberikan
respon tanaman yang terbaik pada musim pertama. Hal ini terjadi karena pupuk
kandang ayam relatif lebih cepat terdekomposisi serta mempunyai kadar hara
yang cukup jika dibandingkan dengan jumlah unit yang sama dengan pupuk
kandang lainnya. Menurut Supriati dan Herliana (2010), kandungan unsur hara
yang terdapat pada pupuk kandang ayam adalah 1,5 % N, 1,5 % P 205, dan 0,8 %
K20.
Menurut Supriati dan Herliana (2010), diantara jenis pupuk kandang, pupuk
kandang sapi mempunyai kadar serat yang tinggi seperti selulosa. Tingginya kadar
C pada pupuk kandang sapi menghambat penggunaannya secara langsung ke
lahan pertanian karena akan menekan pertumbuhan tanaman utama. Untuk
memaksimalkan penggunaan pupuk kandang sapi maka harus dilakukan
pengomposan terhadap pupuk kandang dengan rasio C/N dibawah 20. Kandungan
unsur hara pupuk kandang sapi adalah 0,5% nitrogen, 0,2% P205, dan 0,5% K20.
Dilihat dari komponen penyusunnya, kotoran ayam lebih tinggi dari pada
kotoran sapi dalam perbandingan nitrogen, fosfor, dan kalium. Hasil penelitian
Jamilah (2003) menunjukkan bahwa nitrogen total tanah dipengaruhi faktor
tunggal dosis pupuk kandang sapi 30 ton/ha sebesar 0,087 % dengan tingkat
kelengasan kapasitas lapangan. Hasil penelitian Al dan Sudarsono (2004), pada

tanah pasir di kawasan pantai Samas, Bantul Yogyakarta memperlihatkan bahwa


tanaman sawi dan kangkung darat dipengaruhi oleh pemberian pupuk kandang
dari kotoran ayam dan sapi. Dosis aplikasi pasir : pupuk kandang = 2 : 1 atau 1 : 1
mendukung pertumbuhan sawi dan kangkung dengan baik terlihat dari warna
daun yang hijau segar dan produksi yang tinggi.
Penelitian yang dilakukan Syahputra (2007) mengenai pemberian berbagai
dosis pupuk kandang ayam pada tanaman sawi memperlihatkan bahwa residu
pupuk kandang masih menaikkan produksi sawi yang ditanam untuk kedua
kalinya. Produksi sawi pada penanaman kedua lebih rendah dari penanaman
kesatu dengan perbedaan hasilnya tidak banyak. Hasil penelitian Eghball et al.,
(2004) menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang atau kompos sapi selama
empat tahun berturut-turut (tahun 1992 sampai 1995), masih menaikan hasil
jagung yang ditanam 2 tahun setelahnya (tahun 1997). Demikian pula dengan
serapan N tanaman masih tinggi pada residu pupuk kandang atau kompos
dibandingkan tanpa pupuk kandang atau kompos.

Penelitian lainnya pada tanaman kentang memperlihatkan bahwa hasil


kentang pada tahun 2008 naik secara nyata dengan pemberian pupuk kandang atau
kompos sapi yang diberikan beberapa tahun sebelumnya selama 3 tahun berturutturut pada tahun 2003, 2004 dan 2005. Sebaliknya serapan N pada buku keempat
tidak dipengaruhi oleh residu pupuk kandang atau kompos karena pengambilan
sampel daun dilakukan tidak lama setelah pemberian pupuk anorganik N (Moore
et el., 2011). Penelitian yang dilakukan pada pupuk kandang sapi di Nebraska,
Amerika Serikat memperlihatkan bahwa pupuk kandang sapi dengan kandungan
1,5% N yang diberikan kedalam tanah, maka pada tahun pertama, kedua, ketiga
dan keempat akan tersedia sekitar 35%, 15%, 10% dan 5% N yang dikandung
oleh pupuk kandang sapi tersebut (Gilley and Eghball, 2002).
Hasil penelitian Sunarlim et al., (1999b) memperlihatkan bahwa pengaruh
residu kompos ayam dan sapi yang diberikan pada tanaman cabe masih menaikan
produksi tomat yang ditanam berikutnya. Kompos yang berasal dari kotoran ayam
memberikan residu lebih baik dari kompos yang berasal dari sapi. Demikian pula
halnya dengan serapan N tanaman pada tanaman tomat naik secara nyata dengan
kenaikan dosis residu kompos. Efisiensi N untuk kompos sapi pada kedua
tanaman (cabe dan tomat) tertinggi dicapai pada dosis 5,0 g/10 kg tanah kering
angin yaitu sebesar 25,5%, sedangkan untuk kompos ayam dicapai pada dosis 10
g/10 kg tanah kering angin yaitu sebesar 32,2 %.

Pemberian kompos ayam dan sapi pada tanaman tomat menaikkan secara
nyata bobot buah, jumlah buah dan serapan N tanaman, tetapi tidak terdapat
perbedaan antara kompos ayam dan sapi. Pada penanaman selanjutnya pada
tanaman okra memperlihatkan bahwa residu kompos tersebut masih menaikkan
secara nyata bobot buah, jumlah buah dan serapan N tanaman. Pada penelitian
lainnya pada penanaman bayam sebanyak enam kali berturut-turut menunjukkan
bahwa pada penanaman keempat bobot basah bayam sudah berkurang
setengahnya di bandingkan dengan pada penanaman pertama. Sedangkan serapan
N tanaman pada penanaman kelima dan keenam tinggal setengahnya dari serapan
N tanaman pada penanaman pertama. Ini berarti bahwa pemberian kompos hanya
bisa dilakukan hanya sampai penanaman ketiga (Adil et al., 2006).
BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR.
Soebrantas KM 15 Panam, dan laboratorium Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Riau Jl. Kaharuddin Nasution No. 341, Pekanbaru. Penelitian ini
dilakukan mulai bulan Maret sampai Juni 2012.

3.2. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kangkung darat
(Lampiran 1) tanah bekas tanaman sawi-sawi yang mengandung residu pupuk
kandang sapi

yang berasal dari Rumah Potong Hewan Pekanbaru dan residu

pupuk kandang ayam yang

berasal dari peternakan ayam di Jl Garuda Sakti.

Penunjuk Conway (metil red 0,19 g, bromerosol green 0,150 g dan etanol 96%
200 ml), Katalis (1.55 g CuS04 anhidrat, 96 g, Na2so4 anhidrat dan 1,55 g selen)
Larutan jenuh asam borat (H3BO3) 1% (10 g H3BO3 + 11 aquades), Larutan

NaOH 40% (400 g NaOH +1 liter aquades), Larutan asam sulfat 0,05 N, Larutan
asam sulfat pekat (H2SO4) berat jenis 1,84. Alat yang digunakan adalah polybag
ukuran 35 x 40 cm, cangkul, parang, gembor, sekop, timbangan, meteran, tali
rapia, ember, kamera digital, alat tulis, Kjedhal 300 ml, Erlenmeyer kapasitas 125
ml, Buret kapasitas 50 ml, destilator, timbangan analitik.
Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengaruh residu pupuk kandang ayam dan sapi terhadap serapan N secara
analisis sidik ragam tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan kangkung.
2. Residu pupuk kandang ayam dan sapi sampai dosis 80 ton/ha masih
menunjukkan kenaikan pertumbuhan tanaman kangkung

PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS LIMBAH MEDIA TANAM JAMUR PADA


PERTUMBUHAN DAN HASIL KANGKUNG DARAT
Pengaruh Kompos pada Pertumbuhan Tanaman
Pemberian kompos dari rumput mampu meningkatkan tinggi dan jumlah daun tanaman
kangkung lebih baik jika dibandingkan dengan kompos dari sayuran dan limbah
budidaya nanas (Sriharti, 2007). Pemberian kompos pelepah daun pisang dengan dosis
100 g/tanaman berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman kangkung darat
(Firdaus,2010). Hasil penelitian Kariada dan Sukadana (2000) menunjukkan bahwa
produktivitas sawi dengan perlakuan kascing 5 ton/ha sejak musim pertama perlakuan
pupuk adalah sebesar 28.09 ton/ha sedangkan produktivitas sawi dengan perlakuan
pupuk buatan (250 kg Urea/ha, 250 kg ZA/ha, 200 kg SP36/ha dan KCl 100 kg KCl/ha)
hanya sebesar 12.82 ton/ha. Krishnawati (2003) melaporkan bahwa tanaman kentang
dengan perlakuan kascing 1 kg/tanaman menghasilkan tinggi tajuk 35% lebih besar
dibandingkan perlakuan tanpa kascing.
Penggunaan pupuk organik juga dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik yang
harganya semakin tinggi. Harga eceran tertinggi pupuk urea berdasarkan keputusan
pemerintah adalah Rp 1800/kg, namun harga pupuk yang harus dibayar oleh petani
tetap saja lebih dari Rp 1800/kg (Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia,
2013). Dengan menggunakan pupuk organik maka input yang harus dikeluarkan petani
lebih rendah karena selain harganya yang lebih murah, pupuk organik juga dapat
diproduksi sendiri oleh petani. Vegetalika Vol. 4 No. 2, 2015: 79-89 83
Gadjah Mada ,Yogyakarta pada bulan Februari 2013 sampai dengan April 2013.
Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap Faktorial. Faktor
pertama yaitu jenis limbah jamur dengan 2 taraf perlakuan, yaitu limbah jamur tiram (P1)
dan limbah jamur kuping (P2). Faktor kedua yaitu dosis pupuk limbah jamur dengan 3
taraf perlakuan, yaitu takaran 10 ton/ha (T1), takaran 20 ton/ha (T2)dan takaran 40
ton/ha (T3). Kontrol pada penelitian ini adalah tanpa pemberian pupuk kompos limbah
jamur. Pelaksanaan penelitian meliputi pengomposan limbah media tanam jamur,
pengolahan tanah, pemupukan, penanaman, pemeliharaan, dan panen, semua
dilakukan secara berurutan. Variabel yang diamati dibedakan menjadi dua kelompok
yaitu destruktif (setiap 6 hari sekali) dan non destruktif (setiap 3 hari sekali). Variabel non
destruktif meliputi: tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang. Variabel destruktif
meliputi: kehijauan daun, kandungan klorofil daun, luas daun, laju fotosintesis, bobot
segar total per tanaman, bobot segar tajuk, bobot segar akar, bobot kering tajuk, bobot
kering akar dan bobot kering total tanaman.
Data yang diperoleh dianalisis varian dengan taraf kepercayaan 5%, dan apabila
terdapat beda nyata antar perlakuan kompos dilanjutkan dengan uji DMRT.Data yang
diperoleh dianalisis dengan analisis varian dan nilai varian genetiknya diduga dengan
metode Singh dan Chaudhary yang disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap
Faktorial.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kebutuhan bahan organik dalam usaha tani biasanya diperoleh dari pupuk kandang,
akan tetapi ketersediaan pupuk kandang semakin terbatas karena semakin banyak yang
menggunakannya sehingga semakin sulit diperoleh dan mahal harganya. Alternatif yang
dapat dilakukan adalah memanfaatkan limbah sebagai sumber bahan organik, misalnya
kompos yang diproduksi dari limbah media tanam jamur (Simatupang, 2006). Kompos
media tanam jamur merupakan alternatif pupuk yang ramah lingkungan karena tidak
berasal dari bahan kimia yang dapat meracuni lingkungan. Penggunaan kompos media
tanam jamur menyebabkan pengurangan limbah media tanam jamur yang telah menjadi
polutan di lingkungan sekitar sehingga meningkatkan kelestarian lingkungan. Disamping
itu, pemanfaatan kompos dari limbah media tanam jamur dapat mengurangi biaya
produksi pertanian sehingga berpotensi meningkatkan margin keuntungan yang
diperoleh para petani.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kompos media tanam menyebabkan
pertumbuhan dan hasil kangkung lebih baik dari tanaman kontrol tanpa penambahan
pupuk kompos media tanam jamur. Hal tersebut dapat dilihat dengan pertumbuhan akar
berupa bobot segar akar yang merupakan organ penyerap unsur hara. Jika bobot segar
akar makin bobot, akar makin panjang dan lebih luas maka jumlah unsur hara dan air

yang terserap lebih banyak menyebabkan proses fotosintesis lebih baik. Bobot segar
akar menunjukkan pertumbuhan akar sebagai organ vegetatif tanaman yang berfungsi
sebagai penyerap unsur hara dan air. Hasil penelitian menunjukkan penambahan
kompos media tanam jamur menyebabkan bobot segar akar secara nyata memiliki nilai
lebih besar dari pada kontrol.
Penyerapan unsur hara dan air berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan daun
seperti jumlah dan luas daun karena menjadi pelaku utama fotosintesis. Hasil
penelitianmenunjukkan bahwa penambahan kompos media tanam jamur secara nyata
memperbanyak dan memperluas daun. Jumlah daun yang semakin banyak memperluas
bidang serap tanaman untuk mendapatkan sinar matahari yang berperan sebagai
sumber energi untuk membentuk fotosintat. Indeks luas daun menurut Yin et al. (2003),
merupakan salah satu peubah yang penting untuk memprediksi hasil dan pertumbuhan
tanaman. Sebaliknya, penelitian Booij et al. (1996) menunjukkan bahwa nitrogen
merupakan faktor penting yang mempengaruhi indeks luas daun tanaman baik itu pada
fase awal pertumbuhan atau pada seluruh fase pertumbuhan tanaman.Indeks luas daun
secara nyata meningkat dengan aplikasi kompos limbah media tanam jamur.
Bobot daun khas menunjukkan bobot daun setiap luasan daun, menggambarkan
ketebalan daun. Penambahan kompos media tanam jamur memperbobot bobot daun
khas secara nyata. Semakin bobot bobot daun khas seharusnya memperbanyak
kandungan klorofil pada daun yang ditunjukkan dengan kehijauan daun, namun pada
penelitian ini kehijauan daun antara kontrol dengan tanaman yang diberi kompos media
tanam jamur tidak berbeda secara nyata.
Laju asimilasi bersih menggambarkan produksi bahan kering atau merupakan produksi
bahan kering per satuan luas daun dengan asumsi bahan kering tersusun sebagian
besar dari CO2 tiap minggu. bersih tergantung pada kandungan klorofil dan bobot daun
khas. Pada penelitian ini penambahan kompos media tanam menyebabkan laju asimilasi
bersih lebih cepat dari tanaman kontrol. Laju asimilasi bersih sebagai kemampuan daun
pada produksi fotosintat per minggu dan indeks luas daun sebagai kemampuan daun
menyerap cahaya pada suatu luasan tertentu menjadi faktor penting dalam aktivitas
metabolisme tanaman khususnya fotosintesis.
Kemampuan tanaman dalam memproduksi fotosintat pada interval waktu tertentu dapat
diukur dengan laju pertumbuhan tanaman. Laju pertumbuhan tanaman mempengaruhi
jumlah fotosintat yang dihasilkan. Pada penelitian ini penambahan kompos limbah media
tanam jamur secara nyata meningkatkan laju pertumbuhan tanaman kangkung darat,
sehingga berpotensi meningkatkan bobot kering tanaman.
Bobot kering menggambarkan akumulasi fotosintat tanpa kontribusi kadar air dalam
jaringan tanaman. Bobot kering yang tinggi menunjukkan pertumbuhan tanaman dan
hasil tanaman yang lebih baik seperti tinggi tanaman dan diameter batang, karena
variabel tersebut berfungsi sebagai bagian ekonomis pada budidaya kangkung.
Penambahan media tanam kompos limbah media jamur secara nyata meningkatkan
bobot kering kangkung darat. Tinggi tanaman dan diameter batang adalah efek dari
akumulasi fotosintat yang ditranslokasikan oleh daun ke daerah batang. Batang sendiri
berperan sebagai lubuk, sehingga tinggi tanaman dan diameter batang dapat digunakan
sebagai indikator kemampuan sumber dalam menghasilkan fotosintat. Tinggi tanaman
dan diameter batang pada penelitian ini secara nyata memiliki nilai yang lebih besar dari
kontrol karena penambahan kompos limbah media tanam jamur. Indeks panen
menggambarkan kemampuan tanaman dalam menyalurkan asimilat. Penambahan
kompos media tanam jamur meningkatkan indeks panen tanaman kangkung darat. Jika
kemampuan tanaman yang ditambah kompos dalam menyalurkan asimilat pada bagian
ekonomis lebih baik dari pada kontrol maka seharusnya hasil panen tanaman yang
diberi kompos limbah media tanam jamur lebih besar dari pada kontrol. Penambahan
kompos limbah media tanam jamur meningkatkan hasil panen secara nyata.
Penambahan kompos limbah media tanam jamur kuping mencapai takaran optimal pada
20 ton/ha, sedangkan kompos limbah media tanaman jamur tiram pada takaran 40
ton/ha. Kompos media tanam jamur kuping dan kompos media tanam jamur tiram
memerlukan takaran yang sama yaitu 40 ton/ha untuk menyebabkan bobot segar akar
yang maksimal.
Pertumbuhan akar yang baik berpengaruh secara langsung pada pertumbuhan daun,
pembentukan daun memerlukan nitrogen yang diserap oleh akar.Jumlah daun yang

maksimal didapatkan dengan penambahan kompos media tanam jamur kuping pada
takaran 20 ton/ha namun penambahan kompos media tanam jamur tiram membutuhkan
40 ton/ha untuk memberikan efek yang serupa. Indeks luas daun ketika ditambah
kompos media tanam jamur kuping dengan takaran 20 ton/ha tidak menunjukkan nilai
yang tinggi karena daun yang lebih luas begitu juga kompos media tanam jamur tiram
dengan takaran 40 ton/ha, daun yang lebih banyak dan luas mampu memperluas bidang
serap cahaya namun juga menyebabkan mutual shading.

Perlakuan
Kompos Media Jamur Kuping
10 ton/ha
20 ton/ha
40 ton/ha
Kompos Media Jamur Tiram
10 ton/ha
20 ton/ha
40 ton/ha
Rerata Perlakuan
Kontrol
Interaksi
CV (%)

Hasil Panen

Indeks Panen

5,687c
9,225a
7,794abc

0,720bc
0,842a..
0,806ab

5,689c
6,468bc
8,668ab..

0,668c..
0,729bc
0,737ab

2,758x
1,012y
(+)

0,725x
0,632y
(+)
19,95%

6,47%

Anda mungkin juga menyukai