Kangkung
Dosen: Lilis Imamah Ichadayati, M.Si,
Disusun Oleh:
Kelompok 3
Alfi Haryo Utomo
(11150920000034)
(11150920000059)
(11150920000051)
(11150920000053)
Benih/Bibit
Nazarudin (1998), menyebutkan kangkung darat diperbanyak dengan biji, benih yang dibutuhkan
untuk penanaman kangkung darat ialah 10kg/ha. Biasanya untuk keperluan benih disisakan
Jenis
Alat
Cangkul
Jumlah
(unit,bu
ah,Kg)
69
Harga
Satuan
(Rp)
30.000
Total
Biaya(Rp
)
2.070.00
Nilai
Penyusut
an (Rp)
552.000
Garu
32
35.000
Mesin
Air
Caping
Karet es
Geroba
k
sorong
Jumlah
25
2.500.0
00
10.000
20.000
160.000
4
5
6
30
15
15
0
1.120.00
0
62.500.0
00
300.000
300.000
2.400.00
0
68.690.0
00
224.000
298.668
12.500.0
00
60.000
60.000
480.000
16.666.6
67
240.000
240.000
640.000
13.738.0
00
1
1
3
18.637.3
35
Panen
Kangkung darat bisa dipanen dengan cara memetik atau mencabut seluruh bagian tanaman
termasuk akar. Sistem pencabutan seluruh bagian dapat dilakukan saat panjang tanaman sekitar
15-20 cm atau ketika tanaman sudah berumur 40 hari setelah tanam (Nazarudin, 1998).
Faktor Faktor Produksi
Usaha Tani Usaha tani adalah suatu kegiatan yang mengusahakan dan mengkoordinir faktorfaktor produksi berupa lahan, tenaga kerja dan modal sehingga memberikan manfaat sebaikbaiknya. Usaha tani merupakan cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan dan
mengkoordinasikan. Penggunaan faktorfaktor produksi seefektif dan seefesien mungkin sehingga
usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Hernanto, 1989).
Soekartawi (2001), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan faktor produksi adalah semua
korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan
dengan baik. Faktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan korbanan produksi. Faktor
produksi memang sangat menentukan besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi
lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen adalah
faktor produksi yang terpenting. Hubungan antara faktor produksi (input) dan hasil produksi
(output) biasanya disebut dengan fungsi produksi atau faktor relationship.
Lahan Pertanaman
Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan
fisik termasuk iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi dan bahkan keadaan vegetasi alami (natural
vegetation) yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan.
Penggunaan lahan untuk pertanian secara umum dapat dibedakan atas : penggunaan lahan
semusim, tahunan dan permanen. Penggunaan lahan tanaman semusim diutamakan untuk
tanaman musiman yang dalam polanya dapat dengan rotasi atau tumpang sari dan panen
dilakukan setiap musim dengan periode biasanya kurang dari setahun.
Modal (sarana produksi)
Dalam kegiatan proses produksi pertanian, maka modal dibedakan menjadi dua macam yaitu
modal tetap dan tidak tetap. Perbedaan tersebut disebabkan karena ciri yang dimiliki oleh modal
tersebut. Faktor produksi seperti tanah, 10 bangunan dan mesin-mesin sering dimasukkan
kedalam kategori modal tetap. Dengan demikian modal tetap didefenisikan sebagai biaya yang
dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam sekali proses produksi tersebut.
Peristiwa ini terjadi dalam waktu yang relatif pendek dan tidak berlaku untuk jangka panjang.
Sebaliknya dengan modal tidak tetap atau modal variabel adalah biaya yang dikeluarkan dalam
proses produksi dan habis dalam satu kali dalam proses produksi tersebut, misalnya biaya
produksi yang dikeluarkan untuk membeli benih, pupuk, obat-obatan atau yang dibayarkan untuk
membayar tenaga kerja.
Besar kecilnya modal dalam usaha pertanian tergantung dari:
1). Skala usaha, besar kecilnya skala usaha sangat menentukan besar-kecilnya usaha modal yang
dipakai makin besar skala usaha makin besar pula modal yang di pakai.
2). Macam komoditas, komoditas tertentu dalam proses produksi pertanian juga menentukan
besar-kecilnya modal yang dipakai.
3). Tersedianya kredit sangat menentukan keberhasilan suatu usaha tani (Soekartawi, 2003).
Faktor produksi tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan
dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup bukan saja dilihat dari tersedia tersedianya
tenaga kerja perlu pula diperhatikan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada faktor produksi tenaga kerja adalah:
Penggunaan tenaga kerja pada usaha budidaya kangkung darat tidak bersifat tetap. Pada
usaha tani kangkung darat terdapat dua jenis tenaga kerja yaitu tenaga kerja dalam
keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Penggunaan tenaga kerja keluarga seperti tenaga
kerja istri, anak dan adik maupun orang tua petani sendiri tidak digaji berbeda dengan
pemakaian tenaga kerja diluar keluarga. Tenaga kerja luar keluarga adalah teman petani
kangkung yang satu profesi.
Sementara itu, penggajian tenaga kerja diluar keluarga berdasarkan jumlah bedengan
yang dikerjakan, Setiap satu bedengan dibayar dengan upah antara Rp. 20.000,- sampai
Rp. 25.000,-. Tenaga kerja luar keluarga banyak dimanfaatkan untuk kegiatan
pemupukan, penggemburan tanah dan pemanenan. Adapun kegiatan pemupukan dan
pemanenan dilakukan pada pagi/sore hari. Jumlah keseluruhan TKLK (Tenaga Kerja
Luar Keluarga) adalah sebanyak 32 orang yang berasal dari 30 responden dan jumlah
total biaya untuk TKLK dari seluruh responden adalah Rp. 605.000,- sedangkan jumlah
rata-rata upah untuk perorangan selama 30 hari kerja adalah Rp. 570.000,-. Untuk jumlah
TKDK (Tenaga Kerja Dalam Keluarga) ialah sebanyak 30 orang yang berasal dari 31
responden dan jumlah total biaya untuk TKDK dari seluruh responden adalah Rp.
589.000,- sedangkan jumlah rata-rata upah untuk perorangan selama 30 hari kerja adalah
Rp. 570.000,-.
1). Tersedianya tenaga kerja
Setiap proses produksi diperlukan tenaga kerja yang cukup memadai. Jumlah tenaga kerja yang
diperlukan perlu disesuaikan dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu sehingga jumlahnya
optimal. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan ini memang masih banyak dipengaruhi dan
dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, musim dan upah tenaga kerja.
2). Kualitas tenaga kerja
Dalam proses produksi barang-barang pertanian atau bukan, selalu diperlukan spesialisasi.
Persediaan tenaga kerja spesialisasi ini diperlukan sejumlah tenaga kerja yang mempunyai
spesialisasi pekerjaan tertentu, dan ini tersedianya adalah dalam jumlah yang terbatas. Bila
masalah kualitas tenaga kerja ini tidak diperhatikan, maka akan terjadi kemacetan dalam proses
produksi. Sering dijumpai alat-alat teknologi canggih tidak dioprasikan karena belum tersedianya
tenaga kerja yang mempunyai klasifikasi untuk mengoprasikan alat tersebut.
sebagai tanaman semusim dengan cara panen cabut. Hal tersebut dilakukan untuk
menambah nilai jual kangkung. Sementara itu, kangkung mempunyai batang
yang subur dan gembur, kaya akan bahan organik dan tidak becek. Lahan yang
becek menyebabkan akar dan batang kangkung mudah busuk lalu mati (Praatim
,2004).
Manfaat Kangkung
Tanaman kangkung memiliki nutrisi untuk kesehatan tubuh dan juga
mempunyai manfaat yang sangat baik bagi kehidupan manusia. Kangkung darat
selain diolah untuk sayur, juga diolah sebagai produk makanan berupa biskuit
berserat tinggi. Sementara itu, batang muda kangkung dan daun-daunnya dapat
disayur sehingga sangat digemari masyarakat Indonesia, seperti di pulau Lombok
(NTB) yang terkenal dengan khas tradisional disebut plecing kangkung. Bahkan
ada juga orang yang makan kangkung mentah sebagai lalap, tapi rasanya agak
getir/kelat (Irawan et al, 2008).
Dari segi efek farmakologis, seorang pakar kesehatan bernama Herminia de
Guzman Ladion mengatakan bahwa tanaman kangkung berkhasiat sebagai
penyembuh penyakit sembelit. Dalam pustaka lain ditemukan bahwa akar
kangkung berguna untuk obat penyakit wasir, sementara zat besi yang terkandung
dalam kangkung sangat berguna untuk pertumbuhan badan (Sunarjono, 2003).
Irawan et al., (2008) menambahkan bahwa kangkung juga digunakan
sebagai anti racun, anti radang, peluruh kencing (diuretik), menghentikan
pendarahan dan obat tidur karena menurut Anggara (2009), kangkung
mengandung kalium dan natrium yang merupakan senyawa garam bromide,
dimana senyawa-senyawa ini bekerja menekan susunan syaraf pusat.
kandang/kotoran hewan yang berasal dari usahatani pertanian antara lain: kotoran
ayam, sapi, kerbau dan kambing. Komposisi hara pada masing-masing kotoran
hewan berbeda tergantung pada jenis, umur, alas kandang, kondisi, serta jumlah
dan jenis makanan yang dikomsumsinya (Samekto, 2006). Hasil penelitian Al dan
Sudarsono (2004), menunjukkan dengan pemberian pupuk kandang disertai
dengan penyiraman yang cukup dapat memperbaiki kondisi tanah. Pemanfaatan
pupuk kandang ayam sangat luas dan sering digunakan karena mengandung unsur
hara yang lengkap sesuai dengan kebutuhan tanaman dalam pertumbuhannya.
Dari beberapa hasil penelitian, aplikasi pupuk kandang ayam selalu memberikan
respon tanaman yang terbaik pada musim pertama. Hal ini terjadi karena pupuk
kandang ayam relatif lebih cepat terdekomposisi serta mempunyai kadar hara
yang cukup jika dibandingkan dengan jumlah unit yang sama dengan pupuk
kandang lainnya. Menurut Supriati dan Herliana (2010), kandungan unsur hara
yang terdapat pada pupuk kandang ayam adalah 1,5 % N, 1,5 % P 205, dan 0,8 %
K20.
Menurut Supriati dan Herliana (2010), diantara jenis pupuk kandang, pupuk
kandang sapi mempunyai kadar serat yang tinggi seperti selulosa. Tingginya kadar
C pada pupuk kandang sapi menghambat penggunaannya secara langsung ke
lahan pertanian karena akan menekan pertumbuhan tanaman utama. Untuk
memaksimalkan penggunaan pupuk kandang sapi maka harus dilakukan
pengomposan terhadap pupuk kandang dengan rasio C/N dibawah 20. Kandungan
unsur hara pupuk kandang sapi adalah 0,5% nitrogen, 0,2% P205, dan 0,5% K20.
Dilihat dari komponen penyusunnya, kotoran ayam lebih tinggi dari pada
kotoran sapi dalam perbandingan nitrogen, fosfor, dan kalium. Hasil penelitian
Jamilah (2003) menunjukkan bahwa nitrogen total tanah dipengaruhi faktor
tunggal dosis pupuk kandang sapi 30 ton/ha sebesar 0,087 % dengan tingkat
kelengasan kapasitas lapangan. Hasil penelitian Al dan Sudarsono (2004), pada
Pemberian kompos ayam dan sapi pada tanaman tomat menaikkan secara
nyata bobot buah, jumlah buah dan serapan N tanaman, tetapi tidak terdapat
perbedaan antara kompos ayam dan sapi. Pada penanaman selanjutnya pada
tanaman okra memperlihatkan bahwa residu kompos tersebut masih menaikkan
secara nyata bobot buah, jumlah buah dan serapan N tanaman. Pada penelitian
lainnya pada penanaman bayam sebanyak enam kali berturut-turut menunjukkan
bahwa pada penanaman keempat bobot basah bayam sudah berkurang
setengahnya di bandingkan dengan pada penanaman pertama. Sedangkan serapan
N tanaman pada penanaman kelima dan keenam tinggal setengahnya dari serapan
N tanaman pada penanaman pertama. Ini berarti bahwa pemberian kompos hanya
bisa dilakukan hanya sampai penanaman ketiga (Adil et al., 2006).
BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR.
Soebrantas KM 15 Panam, dan laboratorium Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Riau Jl. Kaharuddin Nasution No. 341, Pekanbaru. Penelitian ini
dilakukan mulai bulan Maret sampai Juni 2012.
Penunjuk Conway (metil red 0,19 g, bromerosol green 0,150 g dan etanol 96%
200 ml), Katalis (1.55 g CuS04 anhidrat, 96 g, Na2so4 anhidrat dan 1,55 g selen)
Larutan jenuh asam borat (H3BO3) 1% (10 g H3BO3 + 11 aquades), Larutan
NaOH 40% (400 g NaOH +1 liter aquades), Larutan asam sulfat 0,05 N, Larutan
asam sulfat pekat (H2SO4) berat jenis 1,84. Alat yang digunakan adalah polybag
ukuran 35 x 40 cm, cangkul, parang, gembor, sekop, timbangan, meteran, tali
rapia, ember, kamera digital, alat tulis, Kjedhal 300 ml, Erlenmeyer kapasitas 125
ml, Buret kapasitas 50 ml, destilator, timbangan analitik.
Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengaruh residu pupuk kandang ayam dan sapi terhadap serapan N secara
analisis sidik ragam tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan kangkung.
2. Residu pupuk kandang ayam dan sapi sampai dosis 80 ton/ha masih
menunjukkan kenaikan pertumbuhan tanaman kangkung
yang terserap lebih banyak menyebabkan proses fotosintesis lebih baik. Bobot segar
akar menunjukkan pertumbuhan akar sebagai organ vegetatif tanaman yang berfungsi
sebagai penyerap unsur hara dan air. Hasil penelitian menunjukkan penambahan
kompos media tanam jamur menyebabkan bobot segar akar secara nyata memiliki nilai
lebih besar dari pada kontrol.
Penyerapan unsur hara dan air berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan daun
seperti jumlah dan luas daun karena menjadi pelaku utama fotosintesis. Hasil
penelitianmenunjukkan bahwa penambahan kompos media tanam jamur secara nyata
memperbanyak dan memperluas daun. Jumlah daun yang semakin banyak memperluas
bidang serap tanaman untuk mendapatkan sinar matahari yang berperan sebagai
sumber energi untuk membentuk fotosintat. Indeks luas daun menurut Yin et al. (2003),
merupakan salah satu peubah yang penting untuk memprediksi hasil dan pertumbuhan
tanaman. Sebaliknya, penelitian Booij et al. (1996) menunjukkan bahwa nitrogen
merupakan faktor penting yang mempengaruhi indeks luas daun tanaman baik itu pada
fase awal pertumbuhan atau pada seluruh fase pertumbuhan tanaman.Indeks luas daun
secara nyata meningkat dengan aplikasi kompos limbah media tanam jamur.
Bobot daun khas menunjukkan bobot daun setiap luasan daun, menggambarkan
ketebalan daun. Penambahan kompos media tanam jamur memperbobot bobot daun
khas secara nyata. Semakin bobot bobot daun khas seharusnya memperbanyak
kandungan klorofil pada daun yang ditunjukkan dengan kehijauan daun, namun pada
penelitian ini kehijauan daun antara kontrol dengan tanaman yang diberi kompos media
tanam jamur tidak berbeda secara nyata.
Laju asimilasi bersih menggambarkan produksi bahan kering atau merupakan produksi
bahan kering per satuan luas daun dengan asumsi bahan kering tersusun sebagian
besar dari CO2 tiap minggu. bersih tergantung pada kandungan klorofil dan bobot daun
khas. Pada penelitian ini penambahan kompos media tanam menyebabkan laju asimilasi
bersih lebih cepat dari tanaman kontrol. Laju asimilasi bersih sebagai kemampuan daun
pada produksi fotosintat per minggu dan indeks luas daun sebagai kemampuan daun
menyerap cahaya pada suatu luasan tertentu menjadi faktor penting dalam aktivitas
metabolisme tanaman khususnya fotosintesis.
Kemampuan tanaman dalam memproduksi fotosintat pada interval waktu tertentu dapat
diukur dengan laju pertumbuhan tanaman. Laju pertumbuhan tanaman mempengaruhi
jumlah fotosintat yang dihasilkan. Pada penelitian ini penambahan kompos limbah media
tanam jamur secara nyata meningkatkan laju pertumbuhan tanaman kangkung darat,
sehingga berpotensi meningkatkan bobot kering tanaman.
Bobot kering menggambarkan akumulasi fotosintat tanpa kontribusi kadar air dalam
jaringan tanaman. Bobot kering yang tinggi menunjukkan pertumbuhan tanaman dan
hasil tanaman yang lebih baik seperti tinggi tanaman dan diameter batang, karena
variabel tersebut berfungsi sebagai bagian ekonomis pada budidaya kangkung.
Penambahan media tanam kompos limbah media jamur secara nyata meningkatkan
bobot kering kangkung darat. Tinggi tanaman dan diameter batang adalah efek dari
akumulasi fotosintat yang ditranslokasikan oleh daun ke daerah batang. Batang sendiri
berperan sebagai lubuk, sehingga tinggi tanaman dan diameter batang dapat digunakan
sebagai indikator kemampuan sumber dalam menghasilkan fotosintat. Tinggi tanaman
dan diameter batang pada penelitian ini secara nyata memiliki nilai yang lebih besar dari
kontrol karena penambahan kompos limbah media tanam jamur. Indeks panen
menggambarkan kemampuan tanaman dalam menyalurkan asimilat. Penambahan
kompos media tanam jamur meningkatkan indeks panen tanaman kangkung darat. Jika
kemampuan tanaman yang ditambah kompos dalam menyalurkan asimilat pada bagian
ekonomis lebih baik dari pada kontrol maka seharusnya hasil panen tanaman yang
diberi kompos limbah media tanam jamur lebih besar dari pada kontrol. Penambahan
kompos limbah media tanam jamur meningkatkan hasil panen secara nyata.
Penambahan kompos limbah media tanam jamur kuping mencapai takaran optimal pada
20 ton/ha, sedangkan kompos limbah media tanaman jamur tiram pada takaran 40
ton/ha. Kompos media tanam jamur kuping dan kompos media tanam jamur tiram
memerlukan takaran yang sama yaitu 40 ton/ha untuk menyebabkan bobot segar akar
yang maksimal.
Pertumbuhan akar yang baik berpengaruh secara langsung pada pertumbuhan daun,
pembentukan daun memerlukan nitrogen yang diserap oleh akar.Jumlah daun yang
maksimal didapatkan dengan penambahan kompos media tanam jamur kuping pada
takaran 20 ton/ha namun penambahan kompos media tanam jamur tiram membutuhkan
40 ton/ha untuk memberikan efek yang serupa. Indeks luas daun ketika ditambah
kompos media tanam jamur kuping dengan takaran 20 ton/ha tidak menunjukkan nilai
yang tinggi karena daun yang lebih luas begitu juga kompos media tanam jamur tiram
dengan takaran 40 ton/ha, daun yang lebih banyak dan luas mampu memperluas bidang
serap cahaya namun juga menyebabkan mutual shading.
Perlakuan
Kompos Media Jamur Kuping
10 ton/ha
20 ton/ha
40 ton/ha
Kompos Media Jamur Tiram
10 ton/ha
20 ton/ha
40 ton/ha
Rerata Perlakuan
Kontrol
Interaksi
CV (%)
Hasil Panen
Indeks Panen
5,687c
9,225a
7,794abc
0,720bc
0,842a..
0,806ab
5,689c
6,468bc
8,668ab..
0,668c..
0,729bc
0,737ab
2,758x
1,012y
(+)
0,725x
0,632y
(+)
19,95%
6,47%