SKRIPSI
Oleh :
M. Zaki Tiffani
NPM. E1C014072
2.1 Jangkrik
Jangkrik (Gryllidae) adalah serangga yang berkerabat dengan belalang, memiliki
tubuh rata dan antena panjang. Serangga ini berukuran kecil sampai besar dan tergolong
bangsa orthoptera. Menurut Mansy (2002) jangkrik merupakan serangga pemakan daun
yang biasa hidup di alam bebas, umumnya pakan hijauan yang digunakan adalah sayuran,
preferensi pakan bagi serangga selain dari kandungan nutrisi di dalamnya, didasari juga
oleh morfologi pakan seperti tekstur, kandungan dan teksturnya yang lembut serta
memiliki kandungan air yang tinggi.
Jangkrik memiliki ciri-ciri morfologis yang terdiri dari tiga bagian yaitu, kepala
(bagian interior), toraks (bagian dada), dan abdomen (bagian perut atau bagian posterior).
Kepala terdiri dari mata majemuk yang tersusun dalam satu segitga tumpul, sepasang
antena, satu mulut dan dua pasang kumis. Toraks merupakan tempat melekatnya enam
tangkai dan empat sayap, abdomen pada bagian posterior terdiri dari ruas-ruas mempunyai
sepasang cerci yang menjulur pada bagian belakang abdomen yang berfungsi sebagai
indera peraba atau perasa (Janwar, 2001).
Iklim dan cuaca sangat mempengaruhi jumlah populasi serangga. Jumlah paling
banyak dapat ditemui di Negara-negara tropis, jangkrik dapat ditemui dalam jumlah yang
banyak (Lumowo, 2001). Banyaknya spesies jangkrik pada suatu tempat tergantung pada
kondisi lingkunganya. Setiap sub family dari family gryllidae selain menunjukan perbedaan
morfologi juga menunjukan habitat biasanya berada. Di Indonesia, jangkrik umumnya
hidup baik di daerah yang bersuhu antara 20-300C, dengan kelembaban sekitar 65-80%
(Pusparini, 2001).
Menurut Susanto (2005), jangkrik termasuk serangga yang mengalami
metamorfosis tidak sempurna karena melalui tahapan larva dan pupa, seperti pada serangga
yang mengalami metamorphosis sempurna. Siklus hidupnya dimulai dari telur kemudian
menjadi jangkrik muda (nimfa) dan melewati beberapa kali stadium instar terlebih dahulu
sebelum menjadi jangkrik dewasa (imago), yang ditandai dengan terbentuknya dua pasang
sayap. Jangkrik hanya mengalami sedikit perubahan dalam bentuk, yaitu jangkrik muda
dan dewasa sangat mirip kecuali dalam ukuran tubuh (Intania, 2006).
Pakan yang cukup dibutuhkan untuk pertumbuhan perkembangbiakan dalam
budidaya jangkrik, pemberian pakan pada jangkrik dilakukan sebanyak dua kali sehari.
Cara pemberian pakan yang teratur dapat mengurangi kanibalisme. Pakan yang diberikan
terdiri atas hijauan dan sayuran yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan makan dan
minum secara langsung. Kebutuhan air untuk jangkrik diperoleh dari sayuran segar yang
diberikan, tergantung dari umur jangkrik (Rosyadi, 2001).
2.2 Pemasaran
Pemasaran merupakan proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok
mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan
menukarkan produk yang bernilai satu sama lain. Proses pertukaran ini memerlukan
banyak tenaga dan keterampilan. Manajemen pemasaran terjadi bila setidaknya satu pihak
dalam pertukaran potensial memikirkan sasaran dan cara mendapatkan tanggapan yang dia
kehendaki dari pihak lain (Kotler, 1998).
Menurut Kotler (2000) Pemasaran adalah suatu aktivitas yang bertujuan mencapai
sasaran perusahaan, dilakukan dengan cara mengantisipasi kebutuhan pelanggan atau klien
serta mengarahkan aliran barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan pelanggan atau klien
dari produsen. Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang
ditujukan untuk melancarkan, menentukan harga, mempromosikan dan memdistribusikan
barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun
pembeli potensial (Sumarni dan Soeprihanto, 1997)
Dalam pemasaran mengandung arti semua kegiatan manusia yang berlangsung
dalam hubungannya dengan pasar. Pemasaran berarti bekerja di pasar untuk mewujudkan
pertukaran potensial memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Jadi defenisi
pemasaran adalah semua kegiatan manusia yang diarahkan untuk memuaskan
kebutuhannya dan keinginannya melalui proses pertukaran melibatkan kerja. Penjual harus
mencari pembeli, menemukan dan memenuhi kebutuhan kerja serta merancang produk
yang tepat menemukan harga yang tepat, menyimpan dan mengangkutnya,
mempromosikan produk tersebut, menegosiasi dan sebagainya semua kegiatan tersebut
merupakan nilai dari pemasaran yang dikenal dari fungsi pemasaran yang terdiri atas
fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi penyedia sarana (Irawan et al., 2001)
Dalam konsep pemasaran modern, marketing mix merupakan salah satu kegiatan
pemasaran yang sangat menentukan keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan
perusahaan tersebut. Dalam marketing mix terdapat variable yang merupakan inti dari
sistem pemasaran, yakni produk, struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem distribusi
yang dapat menciptakan dan mendorong terciptanya pembeli (Swastha, 1993)
Pemasaran merupakan kegiatan produktif yang menciptakan kegunaan (utility)
yaitu menciptakan barang dan jasa menjadi lebih berguna. Kegunaan pemasaran yang
diciptakan pemasaran meliputi kegunaan bentuk (form utility), kegunaan tempat (place
utility), kegunaan waktu (time utility) dan kegunaan kepemilikan (possession utility).
Pemasaran dalam kegunaan waktu (time utility) yaitu pemasaran menyebabkan produk
tersedia sesuai pada waktu yang dinginkan (Baladina, 2010)
2.3 Biaya Pemasaran
Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga yang
dapat menutupi biaya akan mengakibatkan kerugian operasi maupun biaya non operasi
yang menghasilkan keuntungan, selanjutnya dikatakan bahwa biaya varable adalah biaya
yang berubah ubah untuk setiap tingkatan atau hasil yang diproduksi. Biaya total adalah
seluruh biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan atau biaya total merupakan jumlah biaya
variable dan biaya tetap (Swastha, 1993).
Mursid (1997) menyatakan bahwa penetapan harga secara teoritis dilakukan
dengan membuat model yang biasanya merupakan rumus matematika. Hasil dan
perhitungan model ini akan memberikan gambaran secara sepintas. Simamora (2001)
menyatakan bahwa bagi pembeli, harga memberikan dampak ekonomis dan psikologis.
Dampak ekonominya berkaitan dengan daya beli, sebab harga merupakan biaya atau cost
bagi pembeli. Semakin tinggi harga, semakin sedikit produk yang mereka beli. Sebaliknya
semakin rendah harga maka semakin banyak produk yang akan mereka beli. Dampak
psikologisnya, dimana harga tinggi mencerminkan kualitas tinggi dan harga rendah
mencerminkan kualitas rendah pula. Kalau ini berlaku untuk satu produk, menurunkan
harga bisa berakibat menurunkan permintaan.
Menurut pendapat Reksohadiprodjo dan handoko (1992) bahwa harga barang
sekarang menjadi faktor penting yang menentukan keberhasilan penjualan. Apalagi pada
masa inflasi harga merupakan unsur yang paling mendapatkan sorotan konsumen.
Perusahaan yang menjual barang akan dijual juga oleh perusahaan lain tetapi dengan harga
yang lebih murah pasti akan mendapatkan langganan lebih banyak sehingga orang harus
berhati-hati dalam menentukan harga.
Menurut Hamid (1984) berpindahnya barang niaga dari daerah pedesaan ke pusat
konsumsi tidak lepas dari biaya pemasaran. Biaya pemasaran adalah biaya yang
dikeluarkan selama transaksi pemindahan barang dari produsen ke konsumen.
Menurut Soekartawi ( 1995) biaya usaha tani diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang
relative tetap atau biaya yang tidak tergantung dengan besar kecilnya produksi yang
diperoleh. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi
yang diperoleh.
2.4. Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran adalah organisasi-organisasi yang terkait satu sama lain dan
terlibat dalam penyaluran produk sejak dari produsen sampai konsumen. Organisasi-
organisasi yang dimaksud bisa berupa pengecer, grosir, agen dan distributor fisik
(Simamora, 2001). Saluran pemasaran merupakan salah satu bagian dari pemasaran.
Barang barang yang dihasilkan oleh suatu perusahaan harus disampaikan ke konsumen
baik secara langsung maupun tidak langsung, sebelum transaksi jual beli antara penjual
dan pembeli dilaksanakan. Penentuan saluran pemasaran adalah penentuan lembaga
penyalur yang akan menyampaikan barang atau jasa kepada calon konsumennya. Pada
dasarnya beberapa macam lembaga penyalur yang dapat dipilih oleh seseorang pengusaha
untuk menyalurkan barang-barang hasil produksinya (Ranupandojo, 1990).
2.5 Margin
Hanafiah dan Saefuddin (1986) berpendapat bahwa margin pemasaran adalah
selisih harga suatu barang yang diterima produsen dengan harga yang dibayar konsumen.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya margin pemasaran yaitu :
1. Perubahan margin pemasaran, keuntungan dari pedagang perantara, harga yang dibayar
oleh konsumen dan harga yang diterima produsen.
2. Sifat barang yang diperdagangkan
3. Tingkat pengolahan barang
Selanjutnya dikatakan pula bahwa margin tataniaga adalah selisih antara harga
yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang yang diterima produsen. Margin ini
akan diterima oleh lembaga niaga yang terlibat dalam proses pemasaran tersebut. Makin
panjang tataniaga (semakin banyak lembaga niaga yang terlibat) maka semakin besar pula
margin tataniaga. Lembaga niaga adalah orang atau badan maupun perusahaan yang
terlibat dalam proses pemasaran pertanian. Ditingkat Desa kita lihat ada tengkulak, ada
pedagang perantara serta ada pula pedagang pengecer. Ditingat Kecamatan ada juga
pedagang perantara, pengepul dan pengecer. Kejadian ini ada juga ditingat Kabupaten dan
Provinsi. Masing-masing lembaga biaya mengeluarkan biaya tataniaga dan memperoleh
keuntungan yang disebut bagian dari margin tataniaga (Marketing Margin), (Daniel, 2002).
Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1986) menyatakan bahwa tataniaga adalah suatu
istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar kepada penjual
pertama (Hp) dan harga yang dibayarkan oleh pembeli terakhir (He), yang dituliskan
dalam rumus :
1. Margin tiap lembaga pemasaran
M = He – Hp
Dimana =
M = Margin Pemasaran (tataniaga)
Hp = Harga yang dibayar kepada penjualan pertama (Rp/kg)
He = Harga yang dibayar kepada pembelian terakhir (Rp/ kg)
2. Margin tiap saluran pemasaran (Swastha, 1991)
Mt = M1 + M2……… + Mn
Dimana=
Mt = Margin Saluran Pemasaran
M1 = Margin Pemasaran Lembaga Pemasaran ke-1
M2 = Margin Pemasaran Lembaga Pemasaran ke-2
Mn =Margin Penasaran Lembaga Pemasaran ke-n
2.6. Efisiensi Pemasaran
Efisiensi dapat diartikan sebagai upaya penggunaan input sekecil-kecilnya untuk
mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Bila efisiensi dimasukkan dalam analisis
maka variabel baru yang harus dipertimbangkan dalam model analisisnya adalah variabel
harga. Oleh karena itu ada dua hal yang harus diperhatikan sebelum efisiensi dikerjakan
yaitu tingkatkan transpormasi antarainput dan output, serta perbandingan antara harga
input dan harga output sebagai upaya mencapai indikator efisiensi (Soekartawi, 1993).
Pandangan lain menyatakan bahwa efisiensi merupakan ukuran dari produktivitas.
Sedangkan efisiensi sendiri merupakan perbandingan antara unsur output dan unsur input.
Apabila hasil perbandingan ini lebih besar dari ada 1 (satu) maka dapat dikatakan
produktif. Sebaliknya bila perbandingan antara output dan input hasilnya kurang dari 1
(satu) maka dikatakan kurang produktif. Perusahan yang produktif adalah perusahan yang
efisien. Perusahaan yang efisien apabila nilai output lebih besar dari nilai inputnya.
Sebaliknya perusahan tidak efisien jika output bernilai lebih kecil dari nilai inputnya
(Ranupandojo, 1990).
III. METODE PENELITIAN
Dimana :
Ep = Efisiensi Pemasaran (%)
Bp = Total Biaya Pemasaran (Rp)
Np = total nilai produk yang dipasarkan (Rp)
Jika : Ep yang nilainya paling kecil = paling efisien.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah Persentase
No Uraian responden (%)
1 Umur (Th)
30 – 35 1 10
36 – 40 3 30
41 – 46 5 50
47 – 51 1 10
Jumlah 10 100
2 Tingkat pendidikan
SLTP 4 40
SLTA 5 50
DIPLOMA 1 10
Jumlah 10 100
3 Lama usaha (Th)
4–6 4 40
7–9 5 50
10 – 12 1 10
Jumlah 10 100
4 Pekerjaan
Petani 7 70
Peternak 3 30
10 100
5 Tujuan pemeliharaan
Penghasilan tambahan 7 70
Penghasilan utama 3 30
Jumlah 10 100
Sumber : Data Primer Diolah 2019
Jumlah Persentasi
No Uraian responden (%)
1 Jumlah ternak yang dipasarkan (kg/bln)
50 2 20
60 5 50
70 3 30
Jumlah 10 100
2 Kreteria penentu harga (orang)
Ditentukan peternak 10 100
Jumlah 10 100
3 Umur penjualan ternak ( minggu)
2 3 30
3 5 50
4 2 20
Jumlah 10 100
4 Waktu penjualan ternak (kali/2 minggu)
2 2 20
3 5 50
4 3 30
Jumlah 10 100
Sumber : Data Primer Diolah 2019
Jumlah
penjualan Harga beli Harga jual Total
No Urut jangkrik jangkrik jangkrik penjualan
Uraian Responden (kg/bln) (Rp/kg) (Rp/kg) (Rp/bln)
Peternak 1 70 0 50.000 3.500.000
2 70 0 50.000 3.500.000
3 50 0 50.000 2.500.000
Jumlah 190 9.500.000
Rata-rata 63,3 50.000 3.166.666
Pengumpul 1 190 50.000 65.000 12.350.000
Jumlah 190 50.000 65.000 12.350.000
Pengecer 1 30 65.000 75.000 2.250.000
2 20 65.000 75.000 1.500.000
3 20 65.000 75.000 1.500.000
4 25 65.000 75.000 1.875.000
5 20 65.000 75.000 1.500.000
6 25 65.000 75.000 1.875.000
7 20 65.000 75.000 1.500.000
8 30 65.000 75.000 2.250.000
Jumlah 190 14.250.000
Rata-rata 23.75 65.000 75.000 1.781.250
Sumber : Data Primer Diolah 2019
Karung
(buah) 10 1.500 15.000
Pengumpul 1 190 Transportasi
(Kali/bulan) 12 10.000 120.000
Karpet telur
(lembar) 200 400 80.000
Jumlah 190 215.000
Rata-rata 190 215.000
Karpet telur
(lembar) 20 400 8000
Pengecer 1 30
Kantong
plastik 1 12.500 12.500
Karpet telur
(lembar) 15 400 6000
Pengecer 2 20
Kantong
plastik 1 12.500 12.500
Karpet telur
( lembar) 15 400 6000
Pengecer 3 20
Kantong
plastik 1 12.500 12.500
Karpet telur
( lembar) 20 400 8000
Pengecer 4 25
Kantong
plastik 1 12.500 12.500
Karpet telur
( lembar) 15 400 6000
Pengecer 5 20
Kantong
plastik 1 12.500 12.500
Karpet telur
( lembar) 20 400 8000
Pengecer 6 25
Kantong
plastik 1 12.500 12.500
Karpet telur
( lembar) 15 400 8000
Pengecer 7 20
Kantong
plastik 1 12.500 200
Karpet telur
( lembar) 25 400 10.000
Pengecer 8 30
Kantong
plastik 1 12,500 12,500
Jumlah 190 160.000
Rata-rata 23.75 20.000
Sumber : Data Primer 2019
Tabel 7 menunjukkan bahwa pedagang pengumpul mengeluarkan biaya pemasaran
meliputi karung, karpet telur dan transportasi setiapkali dalam penjualan jangkrik kepada
pedagang pengecer, rata-rata biaya sebesar Rp. 215.000 untuk 190 kg jangkrik dengan
biaya Rp.1.131/kg. Selanjutnya pedagang pengecer mengeluarkan biaya pemasaran seperti
karpet telur, dan kantong plastik dalam penjualan jangkrik kepada konsumen akhir dengan
biaya pemasaran Rp 20.000/pengecer.
B. Saluran Pemasaran III.
Saluran pemasaran III merupakan saluran pemasaran yang melibatkan lembaga
pemasaran yaitu peternak, pedagang pengumpul dan Konsumen akhir yang secara lebih
rinci dapat dilihat pada Gambar 3.
Jumlah
penjualan
Pelaku jangkrik Uraian biaya Jumlah Harga Jumlah biaya
pemasaran (kg/bln) pemasaran satuan satuan (Rp)
Transportasi
(kali/bln) 3 10.000 30.000
Pengecer 1 30 karpet telur
(lembar) 30 400 12.000
Kantong plastik 1 12.500 12.500
Transportasi
(kali/bln) 3 10.000 30.000
Pengecer 2 40 karpet telur
(lembar) 40 400 16.000
Kantong plastik 1 12.500 12.500
Transportasi
(kali/bln) 3 10.000 30.000
pengecer 3 30 karpet telur
(lembar) 30 400 12.000
Kantong plastik 1 12.500 12.500
Transportasi
(kali/bln) 3 10.000 30.000
pengecer 4 30 karpet telur
(lembar) 30 400 12.000
Kantong plastik 1 12.500 12.500
Transportasi
(kali/bln) 3 10.000 30.000
Pengecer 5 40 Karpet telur
(lembar) 40 400 16.000
Kantong plastik 1 12.500 12.500
Trasportasi
(kali/bln) 3 10.000 30.000
Pengecer 6 30 Karpet telur
(lembar) 30 400 12.000
Kantong plastik 1 12.500 12.500
Transportasi
(kali/bln) 3 10.000 30.000
Pengecer 7 40 Karpet telur
(lembar) 40 400 16.000
Kantong plastik 1 12.500 12.500
Jumlah 240 393.500
Rata-rata 34.28 56.214
Sumber : Data Primer Diolah 2019
Tabel 11 menunjukkan pedagang pengecer memerlukan transportasi untuk
mengambil jangkrik dari peternak sebanyak 3 kali/bulan dengan biaya transportasi Rp.
10.000 untuk setiap pengambilan jangkrik, pedagang pengecer membeli karpet telur
seharga Rp.400/lembar dan kantong plastik untuk memasarkan jangkrik ke konsumen
akhir. rata-rata biaya pemasaran pedagang pengecer sebesar Rp.56.214
4.6 Margin dan Efesiensi Pemasaran.
Hasil penelitian pada Saluran Pemasaran Ternak Jangkrik (Gryllidae Sp) di Kota
Bengkulu terdapat 4 saluran pemasaran. Lebih jelasnya rata-rata margin dan efisiensi pada
saluran I, II, III, dan IV dari pemasaran ternak jangkrik di Kota Bengkulu yang tertera
pada Tabel 12
Tabel 12. Rata-rata margin Pemasaran, dan Efisiensi saluran I, II, III, dan IV pada
pemasaran ternak jangkrik di Kota Bengkulu.
saluran Saluran saluran
No Uraian I saluran II III IV
1 Peternak (Orang) 2 4 1 3
Harga jual (Rp/kg) 70.000 50.000 50.000 50.000
Jumlah yang terjual (kg/bln) 50.5 63.3 70 34.28
Biaya pemasaran (Rp/bln) - - - -
2 Pedagang Pengumpul (Orang) - 1 1 -
Jumlah yang dibeli (kg/bln) - 63.3 70 -
Jumlah yang dijual (kg/bln) - 63.3 70 -
Harga beli (Rp/kg) - 50.000 50.000 -
Harga jual ( Rp/kg) - 65.000 70.000 -
Jumlah terjual (Rp/bln) - 3.166.666 4.900.000
Biaya pemasaran (Rp/kg) - 1.131 1000 -
Margin pemasaran (Rp/kg) - 13.869 19.000 -
Efisiensi pemasaran(%) - 1,77% 1.46% -
3 Pedagang pengecer (Orang) - 8 - 10
Jumlah yang dibeli (kg/bln) - 63.3 - 34.28
Jumlah yang dijual (kg/bln) - 63.3 - 34.28
Harga beli (Rp/kg) - 65.000 - 50.000
Harga jual ( Rp/kg) - 75.000 - 75.000
Jumlah terjual (Rp/bln) 1.781.250 2.520.000
Biaya pemasaran (Rp/kg) - 842 - 1.640
Margin pemasaran (Rp/kg) - 14.158 - 23.360
Efisiensi pemasaran(%) - 1.12% - 2.23%
Sumber : Data Primer diolah 2019
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat 4
saluran pemasaran jangkrik di Kota Bengkulu, meliputi saluran pemasaran I yaitu dari
peternak menjual ke konsumen langsung, saluran pemasaran II peternak menjual jangkrik
kepada pengumpul kemudian menjual ke pengecer dan sampai ke konsumen akhir, saluran
pemasaran III peternak menjual jangkrik kepada pengumpul kemudian langsung ke
konsumen akhir, saluran pemasaran IV yaitu peternak menjual jangkrik ke pengecer dan
pengecer menjual jangkrik ke konsumen akhir. Saluran pemasaran yang paling efisien pada
saluran II yaitu pada pedagang pengecer sebesar 1,12%.
5.2 Saran
Diharapkan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai pengolahan ternak
jangkrik yang ada di Kota Bengkulu agar peternakan jangkrik lebih berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Arinong, A.R, Kadir, dan Edi. 2008. Analisis Saluran dan Margin Pemasaran Kakao Desa
Timbunseng, Kec. Pattalasang, Kab. Goa. Jurnal Agribisnis. 4 (2) : 19-26.
Aslina, A. 2013. Margin dan Keuntungan Lembaga Pemasaran Peternak Puyuh dari
Kabupaten Bone ke Kota Makassar. Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Universitas Hasaniddin. Makassar.
Baladina, N. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian: Sistem pemasaran hasil pertanian.
http//rosihan.lecture.ub.ac.id. Diakses pada tanggal 20 Desember 2017.
Cahyaningsih. P. 2008. Analisis pemasaran beras dalam upaya peningkatan pendapatan
petani. Malang. Jurnal Agrise. 8 (1): 23-29.
Cahyono, S. Andy. 1998. Karakteristik sosial ekonomi yang mempengaruhi pendapatan
rumah tangga penyadap getah pinus di Desa Somagede, Kebumen, Jawa Tengah.
Jurnal Agribisnis. 3 (1) : 15-19.
Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara.
Dewi, A. 2013. Pola pemasaran peternak puyuh pada peternakan skala kecil di Kabupaten
Kediri. Jurnal Managemen Agribisnis. 13(1): 55-62
Edwina, S Cepriadi dan Zainina. 2006. Analisis pendapatan peternak ayam broiler pola
kemitraan di Kota Pekan Baru. Jurnal Peternakan. 3 (1): 7-13.
Erzal, F. Z. 2015. Analisis Saluran, margin, efisiensi pemasaran itik lokal pedaging Jawa
Barat. Jurnal Agribisnis. 3 (1): 7-13.
Hamid, A.K. 1984. Tataniaga Pertanian. Departeman ilmu—ilmu sosial ekonomi
pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Hanafiah, A.M., Saefuddin, A.M. 1986. Tataniaga hasil perikanan. Universitas Indonesia
Press. Jakarta.
Heriyatno. 2009. Analisis Pendapatan dan Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Susu
Sapi Perah Di Tingkat Peternak ( Kasus Anggota Koperasi Serba Usaha Karya
Nugraha Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat).
Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Heryadi, A. Y. 2011. Pola pemasaran sapi potong di Pulau Madura. Jurnal Sosial Ekonomi
Peternakan 5: 38-46.
Husna, S dan Suwarsono. 1999. Studi Kelayakan Proyek. Edisi 4. UPP AMP TKPN,
Yogyakarta.
Intania, A. 2006. Subtitusi Tepung Kunyit (Curcuma domestica Val) dalam Pakan
Jangkrik Kalung (Gryllus bimaculatus) pada Periode Bertelur. Skripsi Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Irawan, dan Sudjono. 2001. Pemasaran, prinsip dan kasus. Edisi kedua. BPFE-UGM.
Yogyakarta.
Jannah, R. 2000. Optimalisasi Manajemen Pemeliharaan Jangkrik Lokal (Gryllus
bimaculatus de greex) Selama Masa reproduksi. Skripsi. Jurusan Ilmu Produksi
ternak Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Mansy. 2002. Performa Jangkrik Kalung (Gryllus bimaculatus) yang diberi Kombinasi
Kosentrat dengan Daun Sawi dan Daun Singkong Selama Masa Pertumbuhan,
Skiripsi, Program Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Pusparini, Pani. 2001. Pengaruh Jenis Jangkrik dan Media Tetas Terhadap Daya
Reproduksi. Skripsi. Fakultas Peternakan. IPB. Bogor.
Prayitno, A.S, B. Hartanto, B.A. Nungroho. 2014. Efisiensi Pemasaran Ayam Broiler di
Kabupaten Bojonegoro. Universitas Brawijaya Malang Indonesia.
Simmamora. 2001. Manajemen pemasaran internasional. Jilid II. Salemba empat. Jakarta
Slamet, M. 1993. Pembangunan masyarakat berwawasan partisipasi. UNS Press.
Surakarta.
Soekartawi. 1993. Analisis usaha tani. Penerbit Universitas Indonesia Pers. Jakarta
Soeharto. 2002. Studi Kelayakan Proyek Industri. Jakarta: Erlangga.
Susanto, 2005. Peningkatan Kualitas Pakan Jangrik dengan Sistim Ekstrusi. PKL Faklutas
Peternakan Unversitas Muhamadiyah Malang. Malang.
Swastha, B. 1993. Konsep dan strategi analisa kuantitatif saluran pemasaran. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Syahidulhaq, Y. 2012. Analisis pemasaran itik di Kabupaten Sukoharjo. Skripsi. Fakultas
Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Wahid, S. 2012. Faktor-Faktor Pertumbuhan Penduduk. http://rakaneografi.blogspot.com
Diakses maret 2019.
Waris, at al. 2015. Pengaruh tingkat pendidikan, usia, dan lama beternak terhadap
pengetahuan manajemen reproduksi ternak sapi potong di Desa Kedung Pering
Kecamatan Balong Panggang Kabupaten Gresik. Jurnal Ternak. 6 (1) : 10-15.
Yulianti. I. 2014. Analisis Profitabilitas Usaha Penggemukan Sapi Potong (Studi Kasus Di
Kelompok Tani Ternak Gunung Rejo Makmur II, Desa Gunung rejo Kecamatan
Kedungpring Kabupaten Lamongan). Jurnal Universitas Brawijaya 15 (1) : 4.
L
A
M
P
I
R
A
N
Lampiran 1. Kuisioner Identitas Responden Peternakan Pada Usaha Ternak Kelinci
(Oryctolagus cuniculus) di Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang
Lebong
2. Jumlah kelahiran : 5
3. Jumlah kematian :7
4. Jumlah yang dijual : 25
5. Jumlah yang dipotong : 2
3. SISTEM PEMASARAN
1. Dijual kemana kelinci tersebut ?
a. Luar kota b. Dalam Kota
2. Bagaimana anda menentukan harga ?
a. Jenis b. Umur
3. Apakah anda melakukan pembelian ?
a. Ya b. Tidak
Jumlah 321 43
Lampiran 5. Karakteristik Responden Pemasaran Ternak kelincidi Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong
No Uraian Pedagang pengecer Persentase (%)
1 Umur (tahun)
21 – 30 2 40
31 – 40 2 40
41 – 50 1 20
Jumlah 5 100
2 Pendidikan
SD - 0
SMP 2 40
SMA 3 50
Jumlah 5 100
3 Pekerjaan
Petani 1 20
Buruh 1 20
Pedagang 3 60
Jumlah 5 100
4 lama usaha (tahun)
1–3 1 20
4–6 3 60
7–9 1 20
Jumlah 5 100
Sumber : Data Primer diolah 2018
Lampiran 6. Struktur Kepemilikan Ternak Kelinci di Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong
Jumlah Jumlah Jumalah Jumlah Jumlah
No Responden Pejantan Betina Anak kelahiran kematian dijual dipotong populasi
1 Peternak 1 3 10 20 5 3 20 0 51
2 Peternak 2 2 18 25 5 7 25 2 74
3 Peternak 3 3 10 30 6 10 20 0 69
4 Peternak 4 3 10 25 5 2 20 2 57
5 Peternak 5 5 36 40 6 5 40 0 102
6 Peternak6 6 15 30 6 3 35 0 70
Lampiran 7. Jumlah Ternak Yang Dipasarkan, Kriteria Penentu Harga, Fase Penerimaaan, Dan Biaya Pemasarandi Kecamatan Selupu Rejang
Kabupaten Rejang Lebong
No Uraian Jumlah responden persentasi (%)
1 Jumlah ternak yang dipasarakan (ekor)
1 - 20 3 50
20 - 40 3 50
Jumlah 6 100
2 Kreteria penentu harga (orang)
Ditentukan peternak 6 100
Harga pasar - 0
Jumlah 6 100
3 Fase penjualan ternak
Bibit 4 66,6
Dewasa 1 16,6
Indukan -
Afkir 1 16,6
Jumlah 6 100
4 Biaya pemasaran (orang)
- Ada 0 0
- Tidak ada 6 100
Jumlah 6 100
Sumber : Data Primer Diolah 2018
Lampiran 8.Jumlah Biaya Pemasaran Ternak Kelinci Pada Saluran IIdi Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong
No Pelaku pemasaran Uraian biaya pemasaran Jumlah satuan Harga satuan (Rp) Jumlah biaya(Rp)
1 Pengumpul
Keranjang (Unit) 1 10.000 10.000
1 30.000 30.000
Transportasi (Kali/bulan)
Jumlah 40.000
2 Pengecer 1
Kardus (Unit) 65 1.000 65.000
Keranjang (Unit) 1 10.000 10.000
1 40.000 40.000
Transportasi (Kali/bulan)
3 Pengecer 2
Kardus (Unit) 65 1.000 65.000
1 20.000 20.000
Transportasi (Kali/bulan)
Jumlah 200.000
Sumber : Data Primer Diolah 2018
Lampiran 9.Harga PenjualanKelinci Pada Saluran IIdi Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong.
No Uraian Responden (Orang) Jumlah (Ekor) Harga satuan (Rp/Ekor) Jumlah penjualan (Rp)
1 Peternak 3
Peternak 1 20 40.000 800.000
3 Pedagang pengecer 2
Pembelian 65 50.000 3250000
Penjualan 65 65.000 4.225.000
Biaya pemasaran 65 3.077 200.000
Sumber : Data Primer Diolah 2018
Lampiran 10.Jumlah Biaya Pemasaran Ternak Kelinci Pada Saluran IIIdi Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong
No Pelaku pemasaran Uraian biaya pemasaran Jumlah satuan Harga satuan Jumlah biaya (Rp)
1 Pengecer 1
Kardus (Unit) 85 1.000 85.000
Lampiran 11.Harga PenjualanKelinci Pada Saluran IIIdi Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong
Jumlah penjualan
No Uraian Responden (Orang) Jumlah (Ekor) Harga satuan (Rp) (Rp)
1 Peternak 1 1 35 40.000 1.400.000
Peternak 2 1 10 40.000 400.000
Peternak 3 1 40 40.000 1.600.000
Jumlah 3 85 3.400.000
2 Pengecer 3
Lampiran 12. Jumlah Penjualan Kelinci Pada Saluran IV Di Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong
Jumlah penjualan
No Uraian Responden (Orang) Jumlah (Ekor) Harga satuan (Rp)
1 Peternak 1 2 2 250.000
2 Pedagang pengumpul 1
Pembelian 2 125.000 250.000
Penjualan 2 150.000 300.000
Biaya pemasaran 7.500 15.000
Sumber : Data Primer Diolah 2018
Lampiran 13. Jumlah biaya pemasaran kelinci pada Saluran IV di Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong.
No Pelaku pemasaran Uraian biaya pemasaran Jumlah satuan Harga satuan Jumlah biaya(RP)
1 Pedagang pengumpul
Lampiran 14.Margin, Share Harga, dan Efisiensi Pemasaran Pada Saluran I, Saluran II, Saluran III, Dan Saluran IV di Kecamatan Selupu Rejang
Kabupaten Rejang Lebong.
No Uraian saluran I saluran II saluran III saluran IV
1 peternak (Orang) 1 3 3 1
Harga jual dari peternak (Rp/ekor) 40.000 40.000 40.000 125.000
Biaya pemasaran (Rp) - - - -
2 Pedagang Pengumpul (Orang) - 1 - 1
Jumlah yang dibeli (Ekor) - 65 - 2
Jumlah yang dijual (Ekor) - 65 - 2
Harga beli (Rp/ekor) - 40.000 - 125.000
Harga jual ( Rp/ekor) - 50.000 - 150.000
Biaya pemasaran (Rp/ekor) - 615 - 7.500
Margin pemasaran (Rp/ekor) - 50.000 - 17.500
Share Harga (%) - 80 - 83
Efisiensi pemasaran(%) - 1,2 - 5
3 Pedagang pengecer (Orang) - 2 3 -
jumlah yang dibeli (Ekor) - 65 85 -
jumlah yang dijual (Ekor) - 65 85 -
Harga beli (Rp/ekor) - 50.000 40.000 -
harga jual ( Rp/ekor) - 65.000 65.000 -
Biaya pemasaran (Rp/ekor) - 3.077 4.235 -
Margin pemasaran (Rp/ekor) - 65.000 17.100 -
Share Harga (%) - 77 61,5 -
Efisiensi pemasaran (%) - 4,7 6,5 -
Sumber : Data Primer diolah 2018