NOMOR: 853/Kpts/KH.020/L/5/2011
TENTANG
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
Ditetapkan di : Jakarta
1. Menteri Pertanian;
2. Para Pejabat Eselon I Kementerian Pertanian;
3. Para Pejabat Eselon II Badan Karantina Pertanian;
4. Para Kepala Balai Besar/Balai/Stasiun Karantina Pertanian di Seluruh Indonesia.
LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN
NOMOR : 853/Kpts/KH.202/L/5/2011
TANGGAL : 4 Mei 2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.1. Maksud
1.2.2. Tujuan
1. Area adalah daerah dalam suatu pulau, pulau, atau kelompok pulau di
dalam negara Republik Indonesia yang dikaitkan dengan pencegahan
penyebaran hama penyakit hewan karantina.
10. Negara asal pemasukan yang selanjutnya disebut negara asal adalah
suatu negara yang mengeluarkan benih, bibit ternak, dan ternak potong
ke suatu tempat pemasukan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
11. Negara tujuan adalah suatu negara yang menerima benih, bibit ternak,
dan ternak potong dari wilayah negara Republik Indonesia.
20. Bibit dasar atau foundation stock (FS) adalah bibit hasil dari suatu proses
pemuliaan dengan spesifikasi bibit yang memiliki silsilah dan telah
melalui uji performans dan atau uji zuriat.
21. Bibit induk atau breeding stock (BS) adalah bibit dengan spesifikasi
tertentu yang mempunyai silsilah untuk menghasilkan bibit sebar.
22. Bibit sebar atau commercial stock (CS) adalah bibit dengan spesifikasi
tertentu untuk digunakan dalam proses produksi.
23. Penyakit Hewan Eksotik adalah penyakit yang belum pernah terjadi atau
muncul di suatu negara atau wilayah, baik secara klinis, epidemiologis,
maupun laboratoris (catatan: termasuk HPHK).
2.1 Impor
Dokumen persyaratan untuk lalu lintas sapi impor adalah sebagai berikut:
Dokumen persyaratan untuk lalu lintas sapi antar area adalah sebagai
berikut:
2.3 Ekspor
Dokumen persyaratan untuk lalu lintas sapi ekspor adalah sebagai berikut:
3.1.1. Pemeriksaan
Mukosa/selaput lendir;
Parasit kulit;
Permukaan kulit;
Luka;
Feses;
Nafsu makan/minum;
Pergerakan rumen;
Alat pergerakan;
Alat pernafasan;
Alat kardiovaskuler
(iv) Waktu
3.1.3. Pelakuan
6) Susu
Brucellosis, dengan metode pengujian Milk Ring Test.
7) Kulit
Paratuberculosis, dengan metode pengujian tuberkulinasi
(intradermal test) / delayed type hypersensitivity (DTH).
Trichomonosis, dengan metode intradermal tricin test.
8) Cairan udem
Hemorrhagic septicemia, dengan metode pengujian preparat
ulas.
b. Spesimen/sampel untuk pemeriksaan/pengujian laboratorium
pada sapi jantan adalah sebagai berikut:
3) Kulit
Paratuberculosis, dengan metode pengujian tuberkulinasi
(intradermal test) / delayed type hypersensitivity (DTH).
Trichomonosis, dengan metode intradermal tricin test.
3.1.5. Penahanan
3.1.6. Penolakan
3.1.7. Pemusnahan
3.1.8. Pembebasan
Pada prinsipnya tindakan karantina terhadap lalu lintas sapi antar area sama
dengan tindakan karantina sapi impor.
3.2.1. Pemeriksaan
d. Waktu
Pemeriksaan dilakukan pada siang hari, kecuali atas
pertimbangan dokter hewan karantina.
Pemeriksaan dilakukan sejak hewan diserahkan sampai dengan
tindakan karantina dinyatakan selesai/berakhir.
3.2.3. Pelakuan
6) Susu
Brucellosis, dengan metode pengujian Milk Ring Test.
7) Kulit
Paratuberculosis, dengan metode pengujian tuberkulinasi
(intradermal test) / delayed type hypersensitivity (DTH).
Trichomonosis, dengan metode intradermal tricin test.
8) Cairan udem
Hemorrhagic septicemia, dengan metode pengujian preparat
ulas.
3) Kulit
Paratuberculosis, dengan metode pengujian tuberkulinasi
(intradermal test) / delayed type hypersensitivity (DTH).
Trichomonosis, dengan metode intradermal tricin test.
3.2.5. Penahanan
3.2.6. Penolakan
3.2.7. Pemusnahan
3.2.8. Pembebasan
a) Darah tepi
Sampel darah tepi diambil dari pembuluh darah perifer daerah
telinga.
Pada daerah telinga dioleskan alkohol 70% lalu dengan
menggunakan jarum, pembuluh darah ditusuk dan tetesan darah
diusapkan pada gelas objek, dibuat preparat ulas darah.
b) Whole blood
Sampel diambil dari vena leher (vena jugularis) atau vena ekor
(vena coxae).
Rambut di sekitar vena leher dicukur bila perlu.
Pembuluh darah dibendung, setelah darah terbendung, daerah
tersebut diusap dengan kapas yang dibasahi alkohol untuk
desinfeksi.
Jarum suntik steril ditusukkan, saat darah keluar ditampung
beberapa tetes dan diusapkan pada gelas objek untuk membuat
preparat ulas darah guna pemeriksaan parasit darah.
Setelah pembuatan preparat ulas darah selesai, darah ditampung
ke dalam tabung reaksi (+ 5 ml) untuk membuat serum atau
tabung antikoagulan untuk mendapatkan sampel whole blood.
c) Serum
Darah dalam tabung reaksi (+ 5 ml) dibiarkan pada suhu kamar
sampai terjadi pemisahan antara serum dan bekuan sel darah. Cairan
serum yang sudah terpisahkan dari bekuan darah ini kemudian
dipindahkan ke dalam tabung gelas/plastik (tabung venoject/ampul)
yang steril.
4.3. Pengiriman
Spesimen yang dikirim harus bersifat komunikatif agar dapat dimengerti oleh
petugas penguji di laboratorium, maka spesimen perlu diberikan kelengkapan
atau informasi yang relevan. Kelengkapan yang diperlukan untuk menyertai
spesimen sampai ke laboratorium penguji adalah surat pengiriman atau
formulir penyerahan spesimen, yang berisi:
Nama dan alamat pengirim, termasuk nomor telepon dari personal kontak.
Pengujian laboratorium lanjutan untuk sapi juga mengacu pada pedoman lain
yang telah ditetapkan, yaitu: