LAPORAN
BEDAH FISTULA PADA SAPI
Oleh:
Di Bawah Bimbingan:
Tujuan
Tindakan rumenostomi pada sapi ini bertujuan membuat lubang serta
memasang kanula pada fossa paralumbal kiri (flank) sapi. Pemasangan kanula
diharapkan berguna untuk prosedur sampling cairan rumen yang diperlukan oleh
pemilik sapi.
TINJAUAN PUSTAKA
Fistula rumen merupakan tindakan pembedahan dengan membuat
lubang permanen pada fossa paralumbal ruminansia hingga mencapai rumen.
Fistula rumen umumnya disertai dengan pemasangan kanula dengan tujuan untuk
eksperimental dan penanganan kasus bloat kronis. Pemasangan kanula
dimaksudkan untuk mencegah kebocoran isi gas dan rumen selama interval
pengambilan sampel. Tindakan eksperimental dengan pemasangan kanula pada
rumen memudahkan dalam mengukur tingkat kecernaan pakan pada sapi dengan
berbagai perlakuan (Girardi et al. 2017).
Fistula ideal adalah fistula yang menutup sempurna di sekitar kanula dan
mencegah kebocoran cairan rumen periode eksperimental. Beberapa komplikasi
dapat terjadi setelah implantasi kanula permanen, melonggarnya kanula, ukuran
fistula membesar karena nekrosis jaringan, dan peritonitis kebocoran isi rumen.
Kebocoran sejumlah besar isi rumen dapat menyebabkan hewan mengalami
dehidrasi dan malnutrisi, menyebabkan lesi kulit, menimbulkan bau yang tidak
sedap dan meningkatkan kejadian miasis pada bagian luka (Rafee et al. 2015).
Komplikasi postoperasi berupa peritonitis dapat dicegah dengan
melakukan penjahitan peritoneum dan otot dengan dinding rumen yang
menunjang perlekatan yang kuat sehingga mencegah kebocoran isi rumen ke
dalam kavitas peritoneum. Perlekatan yang kuat antara kulit, otot dan rumen dapat
terjadi apabila teknik penjahitan dilakukan dengan tepat dan infeksi sekunder
dapat dicegah dengan pemberian antibotik dan teknik operasi yang legeartis.
Penentuan diameter fistula juga perlu diperhatikan untuk mencegah terlepasnya
kanula dari lubang fistula (Grovum 1998).
Lidocaine HCL
Lidocaine HCl sediaan anestesi lokal golongan amino amide dengan
rumus kimia C14H22N2O.HCl (2-(Diethylamino)-2’-6’-acetoxylidide
monohydrochloride) dengan berat molekul 234.34 mol/g. Lidocaine adalah
anestetik lokal kuat sediaan anestesi lokal kuat yang diberikan secara topikal
maupun parenteral dan dalam kadar yang cukup dapat menghambat hantaran
impuls pada saraf yang dikenai (Kamaluddin dan Munaf 2009). Cara kerja
lidocaine yaitu bergabung dengan reseptor spesifik yang terdapat pada kanal
natrium menyebabkan terjadinya blokade pada kanal tersebut dan mengakibatkan
hambatan gerakan ion melalui membran sehingga konduksi impuls saraf
terhambat (Sunaryo 2004). Lidocaine diabsorbsi secara komplit segera setelah
diberikan secara parenteral, di metabolisme dengan cepat di hati, mengalami
dealkilasi oleh enzim pseudokolin esterase membentuk monoethyleglicyn xylidide
dan glycinexylidide yang kemudian dapat di metabolisme lebih lanjut menjadi
monoethyle glycine dan xylidide. Sebanyak kurang lebih 90% dari dosis lidocaine
yang disuntikkan ke dalam tubuh diekskresikan melalui urin dalam berbagai
bentuk metabolit dan kurang dari 10% dieksresikan dalam bentuk yang tidak
berubah (Catterall dan Mackie 2008).
Lidocaine digunakan secara parenteral untuk anestesi infiltrasi, blokade
saraf, dan anastesi epidural atau anestesi kaudal. Penggunaannya secara topikal
yaitu untuk tindakan kateterisasi uretra, sistoskopi dan pemasangan pipa
endotrakeal sebelum bronkoskopi, dan pruritus di daerah anogenital. Indikasi
lainnya yaitu untuk menurunkan iritabilitas jantung sehingga dapat digunakan
sebagai obat antiaritmia (Sunaryo 2004). Dosis yang berlebihan dapat
menyebabkan kematian akibat fibrilasi ventrikel jantung (Nahak 2013).
Amoksisilin
Antibiotika yang paling banyak digunakan untuk terapi infeksi bakteri
ialah antibiotika golongan β-laktam terutama penisilin dan turunannya.
Amoksisilin (C16H19N3O5S) merupakan salah satu turunan penisilin yang sering
digunakan (Pandean et al. 2013). Amoksisilin adalah antibiotik spektrum luas
yang digunakan untuk pengobatan infeksi saluran nafas, saluran empedu,
gastroenteritis, meningitis dan infeksi karena Salmonella sp. seperti demam tifoid.
Keuntungan amoksisilin yaitu cepat diabsorpsi dalam saluran cerna. Amoksisilin
bersifat bakterisid dan bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel (Tjay
dan Rahardja 2007).
Penicillin G
Penicillin G (C16H18N2O4S) merupakan obat hewan yang sering digunakan
pada sapi dan babi di Amerika. Antibiotik ini sering digunakan untuk mengobati
pneumonia bakterial, infeksi saluran nafas atas seperti rhinitis atau faringitis dan
juga blackleg pada ruminansia (Li et al. 2014). Penicillin G digunakan dalam
bentuk garam natrium atau kaliumnya ketika digunakan dalam rute administrasi
intravena (IV), sedangkan penicillin G procaine digunakan via intramuscular (IM)
dan subkutan (SC) pada sapi dan babi (Ranheim et al. 2002). Penicillin
merupakan antibiotik golongan β-laktam. Penicillin bekerja dengan cara
menghambat sintesis dinding sel bakteri (Petri 2011 dalam Brunton, Chabner,
Knollman 2011).
TINJAUAN KASUS
Pemeriksaan Fisik Hewan
Anamnesa
Sapi bernama Jayi akan digunakan untuk tujuan penelitian di kandang
Fakultas Peternakan IPB sehingga diminta untuk dibuatkan fistula dan dipasang
dengan kanula.
Signalement Hewan
Nama hewan : Jayi
Jenis hewan : Sapi
Ras/Breed : FH
Warna rambut dan kulit : Hitam putih
Jenis kelamin : Jantan
Bobot badan : 350 kg
Umur : 1.5 tahun
Tanda khusus : No. ID Eartag Kanan 317460
Status Present
Keadaan Umum
Perawatan : Baik
Habitus/tingkah laku : Jinak
Gizi : Baik
Pertumbuhan badan : Baik
Sikap berdiri : tegak ada keempat kaki
Suhu : 38.4°C
Frekuensi nafas : 60 x/menit
Frekuensi nadi : 32 x/menit
Adaptasi lingkungan :baik/adaptif
Kepala dan Leher
Inspeksi
Ekspresi wajah : Tenang
Pertulangan kepala : Simetris
Posisi tegak telinga : Tegak keduanya
Posisi kepala : Tegak, lebih tinggi dari dada
Palpasi
Turgor kulit : < 3 detik
Mata dan Orbita Kiri
Palpebrae : Membuka sempurna
Cilia : Keluar sempurna
Conjunctiva : Rose-basah-licin
Membran nictitans : Keluar/terlihat
Sclera : Putih
Cornea : Bening
Iris : Tidak ada perlekatan
Limbus : Rata
Pulpil : Sesuai ukuran
Refleks pupil : Ada
Vasa injectio : Tidak ada
Mata dan Orbita Kanan
Palpebrae : Membuka sempurna
Cilia : Keluar sempurna
Conjunctiva : Rose-basah-licin
Membran nictitans : Keluar/terlihat
Sclera : Putih
Cornea : Bening
Iris : Tidak ada perlekatan
Limbus : Rata
Pulpil : Sesuai ukuran
Refleks pupil : Ada
Vasa injectio : Tidak ada
Mulut dan Rongga Mulut
Rusak/luka bibir : Tidak ada perlukaan
Mukosa : Rose-licin-basah
Gigi geligi : Tidak ada karang gigi
Lidah : Rose, tidak ada perlukaan
Leher
Perototan leher : Teraba
Trachea : Teraba, cincin lengkap
Esofagus : Kosong, tdak ada sisa makanan
Telinga
Posisi :tegak keduanya
Bau :bau khas serumen
Permukaan daun telinga :halus
Krepitasi :tidak ada
Refleks panggilan :ada
Thoraks: Sistem Pernafasan
Inspeksi
Bentuk rongga thoraks : Simetris
Tipe pernafasan : Abdominal
Ritme : Teratur
Intensitas : Tidak ada perubahan
Frekuensi : 32 x/menit
Perkusi
Lapang paru-paru : Tidak ada perluasan
Gema perkusi : Nyaring
Auskultasi
Suara ikutan antara in dan ekspirasi : tidak ada
Palpasi
Penekanan rongga thoraks : Tidak ada reaksi sakit
Palpasi intercostalis : Tidak ada reaksi batuk
Thoraks: Sistem Peredaran Darah
Inspeksi
Ictus cordis : Tidak ada
Perkusi
Lapang jantung : Tidak ada perbesaran
Auskultasi
Frekuensi : 59 x/menit
Intensitas : Kuat
Ritme : Teratur
Suara sistol dan diastol : Jelas
Ekstrasistolik : Tidak ada
Sinkronisasi pulsus dan jantung : Sinkron
Abdomen dan Organ Pencernaan
Inspeksi dan auskultasi
Besar : Tidak ada perubahan
Bentuk : Simetris
Legok lapar : Masuk ke dalam
Rumen : Terdengar
Peristaltik usus : Tidak terdengar
Palpasi
Frekuensi gerakan rumen : 7 x/5 menit
Anus
Sekitar anus : Kotor
Refleks spincther ani : Ada
Kebersihan daerah perineal : Kotor
METODE
Waktu dan Tempat
Operasi dilaksanakan pada hari Minggu, 28 Maret 2019 bertempat di
Kandang Sapi Fakultas Peternakan IPB, Bogor, Jawa Barat.
Alat dan Bahan
Alat
Alat yang digunakan pada operasi ini adalah clipper, syringe, kapas, kassa,
tampon, scalpel, tang arteri anatomis, tang arteri sihurgis, Alice forceps, gunting
lurus, gunting bengkok, jarum, benang, pinset sihurgis, pinset anatomis, klem
besi, kanula/ karet fistula rumen, apron plastik operator, haircap dan gloves.
Bahan yang digunakan adalah alkohol 70%, betadine iodine solution,
Lidocaine 2%, antibiotik Betamox, antibiotik Penicillin, Tolfedin, gusanex
(antiektoparasit), antispetik Detol,
Prosedur Operasi
Pre-operasi
Preparasi Peralatan Operasi
Peralatan operasi (alat bedah minor) direndam didalam air sabun pada
suhu lingkungan karena air panas akan mengkoagulasi zat protein. Alat-alat yang
direndam disikat dan dibilas hingga bersih, kemudian dikeringkan dengan
menggunakan tissue/lap bersih.
Kemudian bak peralatan bedah minor dibungkus dengan 2 lapis kain
dengan cara lapis kain pertama dengan cara sisi kain dilipat dengan urutan sisi
yang paling dekat dengan tubuh, sisi sebaliknya, sisi kanan kemudian sisi kiri.
Pembungkusan dilanjutkan dengan lapis kain kedua (posisi kain berbentuk belah
ketupat), urutan lipatan yaitu sisi yang paling dekat dengan tubuh, sisi kanan, sisi
kiri, dan sisi yang paling jauh. Bagian yang dilipat disisakan (seperti lidah) untuk
memudahkan asisten operator membuka bungkusan alat. Peralatan bedah
disterilisasi menggunakan sinar UV selama 60 menit.
Persiapan dan Preparasi Hewan
Hewan dipuasakan selama kurang lebih 12 jam sebelum tindakan operasi
dilakukan. Sapi diukur terlebih dahulu bobot badannya untuk menentukan dosis
berbagai sediaan obat yang akan diberikan pada pre operasi, operasi, dan post
operasi. Preparasi hewan diawali dengan memeriksa status kesehatan hewan
dengan memeriksa suhu (°C), frekuensi napas (kali/menit), frekuensi jantung
(kali/menit), Capillary Refill Time (CRT) dan warna mukosa. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk mengetahui kelayakan hewan tersebut untuk melanjutkan
operasi.
Setelah seluruh evaluasi dilakukan, rambut di area flank kiri dicukur, lalu
dibersihkan dengan sabun, alkohol dan betadine iodine. Selanjutnya dilakukan
penandaan area yang akan dibuat fistula dan disuntikkan anestetikum lokal
Lidocaine 2% pada daerah lumbal dan sekitar area orientasi fistula. Setelah itu
penting untuk memastikan kulit dibius dengan memeriksa sensasi dengan jarum
hipodermik.
80
kali per menit
60
40 Frekuensi
Jantung
20
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Menit ke-
Gambar 6 Grafik frekuensi jantung dan frekuensi nafas sapi ID 317460 pada saat pre
operasi dan operasi
38.6
38.4
38.2
38
◦C 37.8
37.6
37.4
37.2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Menit ke-
Gambar 7 Grafik suhu tubuh sapi ID 317460 pada saat pre operasi dan operasi
80
70
60
Kali per menit
50
40
Frekuensi Detak
30 Jantung
20
10
0
1 (P) 1 (S) 2 (P) 2 (S) 3 (P) 3 (S) 4 (P) 4 (S)
Hari ke-
Gambar 8 Grafik frekuensi jantung dan frekuensi nafas sapi ID 317460 pada saat post
operasi
39.5
39
38.5
◦C
38
37.5
37
1 (P) 1 (S) 2 (P) 2 (S) 3 (P) 3 (S) 4 (P) 4 (S)
Hari ke-
Gambar 9 Grafik suhu tubuh sapi ID 317460 pada saat post operasi
Manajemen Post-operasi
Manajemen post operasi yang dilakukan adalah melakukan pemeriksaan
fisik selama 3 hari berturut-turut. Kemudian pemberian antibiotic amoxicillin 10
ml 2 hari sekali selama seminggu untuk menghindari adanya infeksi sekunder
oleh bakteri. Pemberian gusanex di sekeliling fistula agar tidak dihinggapi lalat
dan keadaannya tetap kering. Mengurangi terjadinya kontaminasi bakteri akibat
personil yang mengambil cairan rumen tidak hati-hati sehingga terkoyaknya
lubang perut dan terjadi kebocoran. Cairan rumen yang keluar disekitar lubang
akan mengundang lalat untuk bertelur dan terjadi infeksi. Membatasi konsumsi
pakan agar kanula tidak terlepas akibat terdorong oleh isi rumen yang berlebih
(Suwandi 2000).
SIMPULAN