200110120061
KALEB NIGER
200110120078
FEBRI KERISYANA
200110120106
FARNINDA RANISYA
200110120108
Kelompok 1
Kelas B
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Indonesia merupakan daerah tropis yang kaya akan hasil sumber daya
alam tersebar. Sumber daya alam merupakan salah satu aset pembangunan yang
penting. Sebagai modal dasar pembangunan sumber daya alam harus
dimanfaatkan sepenuh-penuhnya tetapi dengan cara-cara yang tidak merusak,
bahkan sebaliknya, cara-cara yang dipergunakan harus dipilih yang dapat
memelihara dan mengembangkan agar modal dasar tersebut makin besar
manfaatnya dapat lebih lanjut di masa mendatang.
Sumber daya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu
ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara
makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya. Salah satu hubungan timbal balik
antara makhluk hidup yaitu seperti peternakan dengan sumber daya alam nabati
seperti hijauan. Peternakan memerlukan sumber daya alam nabati untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai bahan pakan. Sumber daya alam yang
tersedia tidak hanya dapat dijadikan sebagai sumber bahan pakan hijauan tetapi
dapat juga dijadikan sumber bahan pakan konsentrat. Oleh karena itu pada
makalah kali ini akan dibahas mengenai sumber daya alam sebagai bahan baku,
baik bahan baku pakan hijauan ataupun konsentarat berserta kandungan gizinya.
1.2. Tujuan
1. Mengetahui sumber daya alam sebagai bahan baku pakan hijauan.
2. Mengetahui sumber daya alam sebagai bahan baku pakan konsentrat.
3. Komposisi gizi bahan pakan hijauan.
4. Komposisi gizi bahan pakan konsentrat.
1.3. Kegunaan
1. Sebagai informasi mengenai sumber daya bahan baku pakan yang dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak untuk meningkatkan produktivitas.
II
LANDASAN TEORI
2.1.
maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan
hidup, berproduksi, dan berkembang biak. Pakan merupakan faktor utama dalam
keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan
tatalaksana. Pakan yang berkualitas akan sangat mendukung peningkatan produksi
maupun reproduksi ternak (Anggorodi, 1985). Tillman et al (1989) mengatakan
bahwa pakan atau makanan ternak adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan
dapat digunakan oleh ternak. Secara umum bahan makanan ternak adalah bahan
yang dapat dimakan, tetapi tidak semua komponen dalam bahan makanan ternak
tersebut dapat dicerna oleh ternak. Bahan makanan ternak mengandung zat
makanan dan merupakan istilah umum, sedangkan komponen dalam bahan
makanan ternak tersebut dapat digunakan oleh ternak disebut zat makanan.
Selanjutnya Badan Standarisasi Nasional juga mendefinisikan bahan pakan adalah
bahan-bahan hasil pertanian, perikanan, peternakan dan hasil industri yang
mengandung zat gizi dan layak dipergunakan sebagai pakan, yang telah maupun
belum diolah.
Sukria dan Krisna (2009) dan Wanapat et al. (2009) menyatakan bahwa
komposisi kimia bahan makanan ternak sangat beragam karena bergantung pada
varietas, kondisi tanah, pupuk, iklim, lama penyimpanan, waktu panen dan pola
tanam. Pengaruh iklim dan kondisi ekologi menurut Sajimin et al. (2000) sangat
menentukan ketersediaan hijauan sebagai pakan ternak di suatu wilayah sehingga
hijauan makanan ternak tidak dapat tersedia sepanjang tahun. Pada musim
penghujan produksi hijauan berlimpah dan sebaliknya di musim kering atau
kemarau hijauan sebagai sumber pakan ternak harus menghilang. Ketersediaan
hijauan secara kuantitas dan kualitas juga dipengaruhi oleh pembatasan lahan
tanaman pakan karena penggunaan lahan untuk tanaman pakan masih bersaing
dengan tanaman pangan.
2.2.
Sumber Daya Alam Sebagai Bahan Baku Pakan Hijauan dan
Konsentrat
Secara umum untuk pengembangan pakan bahan baku pakan yang berasal
dari sumber daya alam memiliki permasalahan-permasalahan, antara lain a)
kebutuhan bahan baku pakan tidak seluruhnya dipenuhi dari lokal sehingga masih
mengandalkan impor, b) bahan baku pakan lokal belum dimanfaatkan secara
optimal, c) ketersediaan pakan lokal tidak kontinyu dan kurang berkualitas, d)
penggunaan tanaman legum sebagai sumber pakan belum optimal, e) pemanfaatan
lahan tidur dan lahan integrasi masih rendah, f) penerapan teknologi pakan masih
rendah, g) produksi pakan nasional tidak pasti akibat akurasi data yang kurang
tepat, serta h) penelitian dan aplikasinya tidak sejalan (Budiman, 2001).
Untuk mengatasi berbagai permasalahan diatas, maka kebijaksanaan
pengembangan pakan ternak diarahkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan
bahan baku pakan lokal untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku
pakan. Kebijaksanaan pengembangan pakan ternak meliputi : a) kebijakan pakan
konsentrat, yaitu mengusahakan tersedianya bahan baku pakan konsentrat dengan
jumlah dan mutu yang terjamin, mudah diperoleh disetiap waktu dan tempat serta
harganya dapat dijangkau oleh peternak, mengusahakan adanya berbagai pilihan
produsen pengolah pakan mulai dari pabrik besar sampai pada unit-unit
pengolahan pakan skala kecil yang ada di pedesaan, mengusahakan agar dapat
dibangunnya silo-silo seperti silo jagung pada sentra produksi jagung, serta
mengkaji ulang standar mutu bahan baku pakan dan pakan. b) pengembangan
pakan hijauan, yaitu mengoptimalkan lahan-lahan potensial untuk penyediaan
bahan pakan hijauan dengan meningkatkan partisipasi peternak, mengembangkan
teknologi limbah pertanian dan industri pertanian untuk pakan, mengembangkan
jenis-jenis hijauan pakan sesuai dengan kondisi agroklimat setempat, serta
mengembangkan tanaman leguminosa lokal sebagai upaya untuk meningkatkan
kualitas pakan hijauan yang diberikan peternak (Sudardjat, 2000).
Jenis tanaman yang berasal dari sumber daya alam yang umum dipergunakan
sebagai hijauan makan ternak terdiri dari : (1) jenis rumput-rumputan
(gramineae); (2) peperduan atau semak (herba); dan (3) pepohonan. Cukup
banyak pilihan tersedia bagi spesies hijauan yang berpotensi tinggi, diantaranya
adalah : (a) rumput alam atau lapangan antara lain ; rumput para (Brachiaria
mutica), rumput benggala (Panicum maximum), rumput kolonjono (Panicum
muticum), rumput buffel (Cenchrus ciliaris ) dan lain-lain: (b) peperduan, baik
berupa legum seperti kacang gude (Cajanus cajan), komak (Dolichos lablab) dan
lain-lain: dan peperduan lainnya dari limbah tanaman pangan pertanian antara
lain: jerami padi, jagung, kedelai, kacang tanah, daun ubi jalar, ubi kayu dan lainlain; (c) legum pohon antara lain: sengon laut (Albazia falcataria), lamtoro
(Leucaena leucocephala), kaliandra (Callianddra calothyrsus), turi ( Sesbania sp)
dan lain-lain. Rumput-rumputan yang berpotensi sebagai rumput budidaya antara
lain: rumput gajah (Pennisetum purpereum), setaria (Setaria spachelata), rumput
raja (Pennisetum purpurhoides) dan lain-lain (Reksohadiprojo, 1984).
III
PEMBAHASAN
3.1.
sumber daya alam nabati dalam bentuk daun - daunan. Kelompok hijauan makan
ternak meliputi bangsa rumput (gramineae), leguminosa dan hijauan dari tumbuh
tumbuhan lain seperti daun nangka, daun waru, dan lain - lain. Hijauan sebagai
bahan makanan ternak dapat diberikan dalam dua macam bentuk, yaitu hijauan
segar dan hijauan kering.
Indonesia pada umumnya hijauan makanan ternak yang diperoleh dari
berbagai sumber daya alam diantara lain dari hasil panen sendiri, tepi - tepi jalan,
pinggir - pinggir jalan, pematang sawah, perkebunan, sisa hasil pertanian dan lain
sebagainya. Hijauan merupakan sumber pakan utama untuk ternak ruminansia
(sapi, kerbau, kambing dan domba), sehingga untuk meningkatkan produksi
ternak ruminansia harus diikuti oleh peningkatan penyediaan sumber daya alam
berupa hijauan pakan yang cukup baik kuantitas, kualitas maupun kontinuitasnya.
Hijauan pakan ternak yang umum diberikan untuk ternak ruminansia adalah
rumput-rumputan yang berasal dari padang penggembalaan atau kebun rumput,
tegalan, pematang serta pinggiran jalan. Bagi sebagian besar pertenak, pakan
ternak merupakan salah satu kendala untuk mengembangkan usaha peternakannya
termasuk juga dalam hal penyediaan hijauan pakan ternak karena sumber daya
alam yang saat ini makin berkurang.
Pada umumnya para peternak terutama di daerah tropis khususnya di
Indonesia menggantungkan tersedianya hijauan makanan ternak dari alam dan sisasisa hasil pertanian. Hijauan makanan yang berasal dari alam (rumput liar) tanpa
pemeliharaan yang khusus akan mempunyai produksi rendah yaitu 30 ton per hektar
pertahun (tanpa pemupukan) dan 100 hektar perhektar pertahun (dipupuk) juga nilai
gizi yang rendah, sehingga perlu dilakukan tindakan untuk meningkatkan produksi
dan kualitasnya yaitu dengan cara pemeliharaan dan budidaya rumput unggul.
Termasuk kedalam kelompok ini adalah semua jenis jerami dan hijauan pakan
ternak yang sudah dipotong dan dikeringkan. Kandungan serat kasarnya lebih
dari 18% (jerami, hay dan kulit biji kacang-kacangan). Beberapa pakan
hijauan yang terdapat dikota kendari yakni : Amaranthus spinosus (bayam
duri) dan Amarilis sp.(rumput bawang).
2. Hijauan segar
Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternak dalam
bentuk segar, baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh manusia) maupun yang
tidak (disengut langsung oleh ternak). Hijauan segar umumnya terdiri atas
daun-daunan yang berasal dari rumput-rumputan, tanaman biji-bijian/ jenis
kacang-kacangan. Hijauan segar memiliki kandungan air yang tinggi yankni >
65 %. Hijauan banyak mengandung karbohidrat dalam bentuk gula sederhana,
pati dan fruktosa yang sangat berperan dalam menghasilkan energi.
3. Silase
Silase adalah hijauan pakan ternak yang disimpan dalam bentuk segar
biasanya berasal dari tanaman sebangsa padi-padian dan rumput-rumputan.
1. Calliandra callothyrsus (kaliandra)
Axonorpus compressus atau yang sering kita sebut dengan rumput karpet
adalah rumput yang sering digunakan untuk penutup tanah pada lahan kosong di
pekarangan rumah. Rumput karpet dapat tumbuh pada tempat yang teduh dan
lembab, rumput karpet juga dapat tumbuh pada tanah yang memiliki tingkat
keseuburan rendah. Rumput kar[pet juga dapat dikonversikan sebagai pakan
ternak.
6. Melinis minutiflora (jampang piit)
Melinis minutiflora atau yang kita kenal sebagai jampang piit merupakan
suatu jenis rumput tetap dan menyebar dalam bentuk liar. Jampang piit dapat
tumbuh hingga 1,5 m. memiliki bunga berwarna kemerahan yang mekar dalam
beberapa periode singkat.
7. Pennisetum purpureum (rumput gajah)
Rumput gajah merupakan jenis rumput yang memiliki umur panjang.
Memiliki tinggi 2-4 m dan memiliki batang yang tebal. Rumput gajah memiliki
daun yang lebar, panjang dan memiliki tulang daun agak keras. Rumput gajah
dapat tumbuh pada dataran rendah hingga ke pegunungan. Kelebihan dari rumput
gajah yaitu dapat bertahan pada saat kekeringan.
8. Cynodon plectostachyus (Rumput Afrika)
Rumput afrika adalah rumput yang Besar dan kuat, non-rhizomatous
rumput. C. plectostachyus adalah diploid yang dengan mudah dapat diidentifikasi
oleh glumes kecil, jarang sebagai salah selama sepertiga dari spikelet, daun lunak;
racemes dalam dua atau lebih whorls dan melengkungkan stolon ruas.
9. Chencrus ciliaris (Rumput Ekor Rubah)
Rumput ekor rubah atau Chencrus ciliaris memiliki daun berbentuk pisau
linier 2-13 mm dengan lebar 3-30 cm dan berwarna hijau, scabrous, kadangkadang berbulu di dasar malai yang tegak, berwarna ungu, kasar, dengan unit biji
atau fascicles dimasukkan sepanjang sumbu zig-zag. Setiap bur-seperti bulir yang
terdiri dari satu spikelet atau cluster 2-4 spikelets, 3,5-5 mm dikelilingi oleh
penutup dari bulu panjang hingga 16 mm, bulu berduri dan (berbulu, memberikan
protein tinggi. Kelompok terbanyak adalah biji-bijian beras, jagung, sorghum dan
millet. SE dan TDN nya tinggi, kandungan potein kasar menengah dan serat
kasar yang rendah, kandungan mineral bervariasi.
darah, hasil samping pengolahan ikan seperti tepung ikan dan ikan kecil, hasil
sampingan pengolahan susu seperti bubuk susu skim, whey dan lemak susu.
Bahan-bahan ini ditandai dengan protein kualitas tinggi yang relatif banyak
jumlah yang dikandungnya dan kandungan mineral yang tinggi.
Semakin tingginya harga konsentrat untuk pakan ternak membuat peternak
harus mencari alternatif pakan lain untuk meminimalkan biaya produksi pakan,
Salah satu alternatif pakan murah dan melimpah yaitu aneka hijauan. Hijauan
yang tumbuh di Indonesia ternyata memiliki potensi kandungan nutrisi yang
berbeda beda bahkan protein kasar yang terkandung di dalam hijauan tersebut bisa
mencapai 20-35% Jauh dari kandungan konsentrat, namun tentunya harus
dikombinasikan dengan hijauan yang lain agar kandungan proksimat sesuai
dengan yang dibutuhkan ternak. Untuk itu hijauan untuk pakan ternak sebaiknya
dikombinasi tidak hanya satu jenis saja ketika diberikan ke ternak.
3.3. Komposisi Gizi Bahan Pakan Hijauan
Hijauan segar dapat dibudidayakan dengan memperhatikan mutu hijauan dan
nilai gizi hal tersebut yaitu sifat genetik dan lingkungan (keadaan tanah daerah,
iklim dan perlakuan manusia) agar dapat memenuhi kebutuhan gizi makanan
setiap ternak sehingga dapat meningkatkan produksi ternak secara optimal
Berikut daftar komposisi nilai gizi bahan pakan beberapa hijauan:
1. Gamal atau Gliricidia sepium
Gamal atau Gliricidia sepium adalah tanaman leguminosa pohon yang dapat
tumbuh dengan cepat didaerah tropis. Nilai gizi Gamal:
Komposisi Nilai Nutrisi Gamal
Parameter
%
Protein Kasar
Lemak
Energi Kasar kkal / kg
SDN
Lignin
Abu
Ca
P
Sumber: Siregal (1996)
25,17
2,9
19,89
35,0
8,6
8,8
2,7
0,35
2. Daun Lamtoro
Tanaman lamtoro berbentuk pohon mencapai ketinggian 10-50 m dan
memiliki sistem perakaran yang cukup dalam, daun kecil-kecil, bentuk lonjong
sedangkan bunganya bertangkai dan warnanya kekuningan. Daun tanaman
lamtoro untuk makanan ternak kambing dan memiliki protein yang tinggi dan
diberikan dalam bentuk segar juga diberikan dalam bentuk campur dengan bahan
pakan yang lain untuk melengkapi protein dan energy. Siregal (1996) menyatakan
bahwa, hijauan lamtoro memiliki kandungan zat gizi seperti PK: 24,2%, BK: 24,8%,
lemak: 3,7%, SK: 21,5%, dan BETN: 43,1%. Sedangkan Polo (1985) menyatakan bahwa
toleransia berbagai
Lamtoro mempunyai zat gizi yaitu PK: 36,80%, Lemak: 1,4%, sebagai sumber protein
yang di sukai oleh ternak.
3. Rumput Gajah
Rumput gajah merupakan tumbuhan yang memerlukan hari dengan waktu
siang yang pendek, dengan fotoperiode kritis antara 13 12 jam. Kandungan
nutrisi rumput gajah terdiri atas: 19.9% bahan kering (BK), 10.2% protein kasar
(PK), 1.6 % lemak, 34.2% serat kasar, 11.7% abu dan 42.3% bahan ekstrak tanpa
nitrogen (BETN) (Reksohadiprodjo, 1985).
4. Rumput Raja
Rumput Raja adalah hasil persilangan antara Pennisetum purpureum dan
Pennisetum thypoides. Rumput Raja adalah jenis tanaman perenial yang
membentuk rumpun, daya adaptasi yang baik di daerah tropis
Mutu hijauan Rumput Raja lebih tinggi dibandingkan dengan Rumput Gajah.
Kandungan protein kasar berkisar 13, 1995 % dan lemak berkisar 3,1995 %.
Sedangkan pada Rumput Gajah kandungan protein berkisar 12, 1993 % dan
lemak kasar berkisar 2, 1994 % (Rukmana, 2005).
5. Rumput Benggala
Tanaman ini berumur panjang, tumbuh tegak mencapai tinggi 2 m dan
membentuk rumpun. Daun tanaman ini cukup halus dan berwarna hijau kelabu.
Rumput setaria yang dipotong pada umur 43 56 hari mempunyai kandungan
bahan kering, lemak kasar, serat kasar, BETN, protein kasar, dan abu masingmasing sebesar 20,0%; 2,5%; 31,7%; 45,2%; 9,5%; dan 2,2 %. Pada kondisi
optimum, Setaria memiliki kandungan protein kasar lebih dari 18 % dan serat
kasar 25 %.
Berikut daftar kandungan gizi paling tinggi hingga terendah dari bahan baku
pakan hijauan dan limbah pasar yang sebagai bahan pakan ternak:
a. Hijauan
JENIS
PROTEIN
Rumput Australia
10.82
Rumput Raja
10.82
Rumput Gajah
9.72
Rumput Kawatan
8.67
Rumput Kolonjono
8.59
Rumput Setaria
8.40
Rumput Pahitan
8.29
Brachiaria decumbens
8.1
Rumput Lamuran
6.75
Jenis Bahan
BK (%)
PK (%)
LK (%)
SK (%)
TDN (%)
87
14.32
3.64
11.7
67.3
88.69
20.4
8.73
13.49
65.3
Gliricidia
89.7
19.1
18
69
90.5
20
3.6
22
74,1
Daun Bambu
91.27
4.24
8.11
27.2
36.42
Daun Kelapa
91.74
7.23
3.7
3.6
42.28
Daun Pisang
94.6
5.79
6.06
34.05
73.5
Lamtoro
31.06
25.80
Kaliandra
30.69
22.90
Sumber: Wina,1992
c. Limbah Pesar dan Pertanian
Jenis Bahan
Protein
TDN
Klobot Jagung
5,15
49,54
Jerami Padi
4,91
45,05
Jerami Kedele
11,96
42,74
8,00
58,90
12,94
62,29
12,94
62,29
16,05
48,93
23,26
58,08
Kulit coklat
15,04
55,52
5,77
31,70
Sumber: dokterternak,2013
3.4. Komposisi Gizi Bahan Pakan Konsentrat
Konsentrat bertujuan untuk meningkatkan nilai pakan dan menambah energi.
Tingginya pemberian pakan berenergi menyebabkan peningkatan konsumsi dan
daya cerna dari rumput atau hijauan kualitas rendah. Selain itu penambahan
konsentrat tertentu dapat menghasilkan asam amino essensial yang dibutuhkan
oleh tubuh. Penambahan konsentrat tertentu dapat juga bertujuan agar zat
makanan dapat langsung diserap di usus tanpa terfermentasi di rumen, mengingat
fermentasi rumen membutuhkan energi lebih banyak.
Berdasarkan kandungan gizinya, konsentrat dibagi dua golongan yaitu:
a.
dari 10%.
Contoh:
1. Dedak Padi
Menurut NRC 1994, energi yang terkandung dalam dedak padi bisa
mencapai 2980 kcal/kg. Namun nilai ini bukan harga mati, karena jumlah energi
yang bisa dihasilkan dari nutrient yang ada pada dedak tergantung dari jumlah
serat kasar, dan kualitas lemak yang ada didalamnya. Semakin tinggi serat kasar
maka semakin rendah pula jumlah energinya, sedangkan kandungan kadar air
sebesar 12%, protein kasar 12%, serat kasar 12%, Ca 0.07, P 1,5.
2. Dedak Jagung
Menutut NRC 1994 Dedak jagung sangat baik diberikan pada ternak. Analisa
nutrisi : 9.9% air, 9.8% protein, 61.8% bahan ekstrak tanpa N, 9.8 serat kasar,
6.4% lemak dan 2.3% abu serta nilai Martabat Pati (MP) adalah 68.
3. Polar
Pollard adalah hasil sampingan dari proses pembuatan tepung terigu.
Komposisi dari pollard adalah sebagai berikut menurut Hartadi et al (1993)
menyatakan bahwa, polar mengandung energi metabolis 2103 k kal/kg, protein
kasar 16,1 %, lemak kasar 4,5%, serat kasar 6,6%, kalsium 0,10% dan posfor
0,91%.
b.
Bungkil Kedelai
Bungkil kedelai merupakan hasil ikutan pembuatan minyak kedelai. Bungkil
kedelai sebagai bahan pakan sumber protein asal tumbuhan belum dapat
digantikan oleh bahan sejenis lainnya. Kandungan protein bungkil kedelai Bahan
Kering (BK) 84%, Protein Kasar (PK) 17,0%, Serat Kasar (SK) 8,8%, Lemak
Kasar 5,1%, Abu 24,1%, BETN 45%.(Hartadi et al., 1994).
2.
Bungkil Kelapa
Menurut Hartadi et al (1986), bahan pakan bungkil kelapa sawit mempunyai
kadar, Bahan Kering (BK) 86%, Protein Kasar (PK) 12,9%, Serat Kasar (SK)
16,9%, Lemak Kasar 9,4%, Abu 5,6%, BETN 41,2%.
3.
Ampas Tahu
Ampas tahu merupakan limbah dari proses pembuatan tahu. Untuk menjadi
bahan baku pakan, ampas tahu bisa langsung diberikan pada ternak, dapat juga
diubah terlebih dahulu menjadi tepung dengan mengeringkannya dalam
oven/dijemur lalu digiling. Ampas tahu mempunyai kandungan air 83,8 persen;
protein 23,7 persen; lemak 10,1 persen dan TDN 79 persen (Siregar, 1994).
IV
KESIMPULAN
1. Hijauan makanan ternak yang diperoleh dari berbagai sumber daya alam.
Hijauan merupakan sumber pakan utama untuk ternak ruminansia, sehingga
untuk meningkatkan produksi ternak ruminansia harus diikuti oleh
peningkatan penyediaan sumber daya alam berupa hijauan pakan yang cukup
baik kuantitas, kualitas maupun kontinuitasnya. Contoh bahan baku hijauan
yaitu rumput dan leguminosa.
2. Sumber daya alam yang digunakan sebagai bahan baku konsentrat terbagi
menjadi dua bahan baku yang berasal dari hewan dan tanaman. Konsentrat
yang berasal dari hewan seperti ikan, susu. Sedangkan bahan baku konsentarat
dari tumbuhan seperti biji-bijian, kedelai, kacang-kacangan.
3. Komposisi gizi dari bahan baku hijauan bervariasi tergantung jenis rumput
ataupun legume. Missal dedak padi yang berasal dari padi memiliki
kandungan 9.9% air, 9.8% protein, 61.8% bahan ekstrak tanpa N, 9.8 serat
kasar, 6.4% lemak dan 2.3% abu serta nilai Martabat Pati (MP) adalah 68.
4. Konsentrar terbagi menjadi dua yaitu konsentrat sebagai sumber energy dan
sebagai sumber protein. Kandungan gizi yang terkandung dalam bahan baku
konsentrat baik sebagai sumber protein atau energy memiliki kandung protein
atau energy diatas 18%.
V
SARAN
1. Diperlukan studi lanjut mengenai pengembangan model dinamik industri
pengolahan bahan pakan berbasis pertanian peternakan agar dapat diketahui
dengan pasti dampak masing-masing pengembangan industri terhadap
pengembangan peternakan
2. Pemerintah diharapkan memberikan perhatian lebih terhadap pengembangan
industri pengolahan bahan pakan. Perhatian tersebut dapat berupa kebijakan
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. P.
T. Gramedia: Jakarta.
Boonnop, K., M. Wanapat., N. Nontaso. and S. Wanapat. 2009. Enriching
nutritive value of cassava rootBy yeast fermentation. Sci. Agric. Piracicaba.
Braz. 66. (5) 629 633.
2000.
Potensi
dan
Prospek
Bahan
Pakan
Lokal
dalam