Anda di halaman 1dari 9

REVIEW JURNAL

MATA KULIAH GIZI KESEHATAN MASYARAKAT PESISIR

KELOMPOK 9

1. Raditya Noriski 25010116130175


2. Reyzi Hanandita 25010116130207
3. Dika Deviana 25010116140216
4. Olivia Nada Destiany 25010116140234
5. Annisa Kharismaningtyas A. 25010116140253
6. Fathi Rabiatul Adawiyah 25000118183011

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

DI Indonesia, tanaman bawang merah sudah sejak lama diusahakan oleh para petani.
Bawang merah sebagai salah satu jenis sayuran memiliki kandungan gizi serta komposisi
energi dan kalori yang tinggi dan lengkap, serta kaya akan protein dan kalsium jika
dibandingkan dengan yang lainnya (Suwandi dan Hilman, 1995). Produktivitas tanaman
bawang merah ditingkat petani masih rendah yaitu sebesar 7,17 ton/ha sedangkan potensi
hasil bawang merah bias mencapai lebih dari 10 ton/ha. Sehingga, petani terus melakukan
upaya untuk meningkatkan produksi bawang merah.
Pestisida merupakan gabungan bahan kimia yang berfungsi untuk membunuh atau
mengendalikan hama. Pemakaian pestisida yang berlebihan dapat menjadi sumber pencemar
bagi bahan pangan, air, dan lingkungan hidup (Atmawidjaja, dkk., 2004). Penggunaan
pestisida dapat merusak keseimbangan antara spesies dnegan ekosistemnya. Kerusakan yang
disebabkan pestisida bersifat akumulatif karena sengaja ditebarkan pada lingkungan dengan
tujuan mengontrol hama tanaman atau organisme lainnya yang tidak diinginkan. Penggunaan
pstisida banyak digunakan pada lahan hortikultura dan pada lahan tanaman pangan
(Ardiwinata, 2008). Banyak petani yang meyakini dengan mengaplikasikan pestisida maka
tanamannya akan terhindar dari berbagai hama, penyakit, dan gulma. Dengan penggunaan
pestisida yang sering dilakukan inilah dapat memberikan dampak berupa tertinggalnya residu
pestisida di dalam produk pertanian yang dihasilkan, di dalam tanah, serta dapat membawa
bahaya bagi kesehatan manusia (Sastroutomo, 1992).
Residu pestisida yang terdapat pada tanaman yang selanjutnya dikonsumsi manusia
dapat terakumulasi pada tubuh manusia dan berbahaya bagi kesehatan. Tubuh manusia akan
terkontaminasi zat toksik dan apabila terus terkumpul dapat menimbulkan kanker yang
mengakibatkan kematian.
BAB II
REVIEW JURNAL

Kabupaten Brebes merupakan Sentara produsen bawang maerah terbaesar di Indonesia


yang menyuplai sekitar 75% kebutuhan bawang merah di provinsi Jawa Tengah dan 23%
kebutuhan nasional.
Upaya peningkatan produksi bawang merah seringkali menghadapi kendala berupa
terjadinya serangan hama dan penyakit yang menyebabkan gagal panen atau hasil panen menjadi
berkurang. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menggunakan pestisida
untuk tanaman.
Para petani meyakini bahwa dengan menggunakan pestisida, maka mereka akan terhindar
dari kerugian akibat hama dan penyakit pada tanaman bawang, akibatnya penggunaan pestisida
pun cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Pada umumnya, petani menggunakan pestisida
dengan mencampurkan 3-5 jenis pestisida dengan frekuensi penyemprotan hampir setiap hari,
terutama pada saat musim penghujan.
Pestisida adalah bahan kimia beracun, pemakaian pestisida secara berlebihan juga dapat
menyebabkan efek yang buruk bagi lingkungan dan juga kesehatan. Salah satu dampak dari
penggunaan pestisida adalah tertinggalnya residu pestisida di dalam produk pertanian.
Penelitian yang berjudul Analisis Residu Pestisida pada Tanaman Bawang Merah (Allium
ascalonicum L.) di Kabupaten Brebes dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya residu pestisida
yang tertinggal pada tanaman bawang di brebes.
Berdasarkan hasil analisis sampel tanaman bawang merah di laboratorium, menunjukkan
bahwa tanaman bawang merah yang diproduksi dan dihasilkan oleh petani di wilayah kecamatan
Larangan, Kabupaten Brebes masih berada dibawah ambang batas maksimum residu (BMR)
pestisida yaitu dibawah 0,05 ppm, sedangkan BMR pestisida adalah 0,05 ppm sesuai dengan
Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri Kesehatan, Nomor
881/MENKES/SKB/VIII/1996;711/Kpts/TP.270/8/1996 tentang batas maksimum residu pestisida
pada hasil pertanian. Sehingga, masih relatif aman untuk dikonsumsi. Hal ini disebabkan karena
pestisida yang digunakan oleh petani termasuk golongan pestisida yang diperbolehkan untuk
digunakan dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman dan bersifat kontak.
Kabupaten Brebes termasuk ke dalam daerah yang bersuhu tinggi dan beriklim panas.
Daerah yang beriklim panas degradasi pestisida terjadi lebih cepat dibandingkan daerah yang
beriklim sedang. Kemudian praktik yang dilakukan oleh petani dalam melakukan penyemprotan
pestisida dengan frekuensi yang sangat tinggi, namun dosis pestisida yang diaplikasikannya sesuai
dan mengikuti rekomendasi yang ditetapkan atau bahkan aplikasinya di bawah dosis yang
direkomendasikan. Kemudian pada saat penanaman bawang merah masih sering terjadi hujan
yang rata-rata sekitar 217,83 mm per bulan, sehingga residu pestisida yang menempel pada bagian
luar tanaman bawang merah tercuci dan terbawa bersama air hujan dan air permukaan yang
mengakibatkan pestisida yang terakumulasi di dalam bawang merah tidak tinggi (relatif sedikit).
Banyaknya curah hujan mempengaruhi residu pestisida pada tanaman. Hujan bisa mencuci
pestisida yang terdapat di permukaan tanaman. Selanjutnya dosis yang rendah juga memungkinkan
makin rendah residu pestisida yang ada pada tanaman. Keadaan seperti ini menyebabkan
keberadaan residu pestisida dalam bawang merah dapat terurai dan larut dengan cepat dan tidak
menimbulkan bahaya. Pestisida golongan organofosfat diperbolehkan untuk digunakan di
Indonesia dan dapat dinonaktifkan (deaktifasi) di lingkungan. Air hujan dapat melarutkan pestisida
yang tertahan dalam permukaan tajuk tanaman, kemudian terbawa aliran permukaan menuju badan
air penerima seperti sungai. Pestisida yang bersifat non-sistemik atau bersifat kontak dan tidak
persisten, mengakibatkan pestisida tidak diserap oleh jaringan tanaman, namun hanya menempel
pada bagian luar tanaman.
Pestisida yang tidak persisten akan mudah didegradasi di lingkungan, sehingga kurang
menimbulkan residu dibandingkan pestisida yang lebih persisten. Disamping itu pestisida jenis
organofosfat termasuk pestisida yang lebih mudah terurai, tidak bertahan lama, dan mudah hilang
di alam.
Pengaruh residu pestisida terhadap kesehatan manusia adalah dapat mengganggu
metabolisme steroid, merusak fungsi tiroid, berpengaruh terhadap spermatogenesis, terganggunya
sistem hormon endokrin (hormon reproduksi), atau yang lebih dikenal dengan istilah EDs
(Endocrine Disrupting Pesticides), disamping dapat merangsang timbulnya kanker. Gejala
keracunan akut pada manusia adalah paraestesia, tremor, sakit kepala, keletihan, perut mual dan
muntah. Efek keracunan kronis pada manusia adalah kerusakan sel-sel hati, ginjal, sistem syaraf,
sistem imunitas, dan sistem reproduksi (Ardiwinata, 2008; Irawati, 2004).
Kandungan berbahaya yang terdapat dalam beberapa pestisida salah satunya adalah logam
berat Pb. Berdasarkan hasil penelitian dari Balai Penelitian dan Pengembangan Industri Semarang,
diketahui bahwa terdapat beberapa jenis pestisida mengandung logam berat Pb.
Logam berat Pb adalah jenis logam yang bersifat toksik terhadap manusia yang biasanya
berasal dari tindakan mengkonsumsi makanan, minuman atau melalui inhalasi udara, debu yang
tercemar Pb, kontak kulit, kontak lewat mata dan parental.
Logam berat Pb yang terakumulasi di dalam tubuh manusisa dapat menghambat aktivitas
enzim yang terlibat dalam pembentukan hemoglobin, menghambat sistem saraf, sistem urinaria,
sistem gastrointestinal, sistem kardiovaskular, sistem reproduksi dan endokrin, serta bersifat
karsinogen pada dosis yang tinggi.
Berdasarkan penelitian yang berjudul Kadar Plumbum (Pb) dalam Umbi Bawang Merah
di Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes didapatkan hasil bahwa umbi bawang merah yang
dihasilkan oleh tanah pertanian di Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes semuanya mengandung
logam berat Pb dan dalam batas yang cenderung kurang aman karena mendekati batas kritis
(kriteria Ditjen POM Departemen Kesehatan adalah 0,2 ppm). Kondisi seperti ini akan berdampak
butuk terhadap kesehatan petani dan konsumen. Sampai saat ini belum ada nilai ambang batas
konsentrasi logam berat di dalam tanah yang aman bagi produk pertanian yang dihasilkan,
sehingga sekecil apapun konsentrasi logam berat baik dalam tanah maupun dalam produk/hasil
pertanian harus mendapatkan perhatian yang khusus.
Timbal (Pb) sebagian besar diakumulasi oleh organ tanaman, yaitu daun, batang, akar, dan
akar umbi-umbian (bawang merah). Tanaman dapat menyerap logam Pb pada saat kondisi
kesuburan tanah, kandungan bahan organik, serta Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah rendah.
Pada keadaan ini logam berat Pb akan terlepas dari ikatan tanah dan berupa ion yang bergerak
bebas pada larutan tanah. Jika logam tidak mampu menghambat keberadaannya, maka akan terjadi
serapan Pb oleh akar tanaman (Charlena, 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi Pb dalam tanah, yaitu umur tanaman, morfologi dan
fisiologi tanaman, kandungan Pb dalam tanah dan faktor yang mempengaruhi lahan seperti
banyaknya tanaman penutup serta jenis tanaman disekeliling tanaman tersebut (Darmono, 1995
dalam Nurjaya, dkk, 2006). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi adanya residu logam berat
Pb dalam umbi bawang merah yang dihasilkan, yaitu:
1. Kandungan Pb dalam Tanah Pertanian
Hasil survei di sentra produksi bawang merah di Kabupaten Brebes menunjukkan
bahwa terjadi penurunan kadar Pb dalam tanah yang semakin jauh dari jalan raya, dari 5 tempat
pengambilan contoh tanah masing-masing berjarak 500, 1000, 1500, dan 2500 m dari jalan
raya diperoleh keadaan kadar hara Pb dalam tanah berturut-turut adalah 17,69; 16,14; 15,05
dan 14,49 ppm (Nurjaya, dkk, 2003). Desa Kemukten, Limbangan dan Sutamaja berjarak
sekitar 2000 m dari jalan raya, sehingga kemungkinan dalam tanah pertanian tersebut juga
terdapat unsur logam berat Pb.
2. Penggunaan Pestisida oleh Petani
Pemasok loga berat dalam tanah pertanian, yaitu bahan agrokimia (pupuk dan
pestisida), asap kendaraan bermotor, bahan bakar minyak, pupuk organik, buangan limbah
rumah tangga, industri, dan pertambangan. Beberapa pestisida di pasaran selalu
mencantumkan rekomendasi dosis sesuai dengan penggunaannya, namun kebanyakan petani
bawang merah kurang memperhatikan rekomendasi tersebut. Para petani beranggapan tidak
mau ambil resiko jika tanaman bawang merah terserang Organisme Pengganggu Tanaman
(OPT) dengan dosis sesuai anjuran sehingga diberikan dosis tinggi supaya dapat mematikan
OPT.
Para petani akan lebih mudah menggunakan sistem konsentrasi daripada sistem dosis,
maka konsentrasi ini disebut konsentrasi riil. Sebenarnya dosis aplikasi dan konsentrasi
pestisida umumnya diberikan dalam suatu kisaran (range), misal konsentrasi Hostathion 2-4
ml/liter. Bila serangan OPT tidak terlalu berat maka disarankan menggunakan takaran terendah
dan takaran yang tinggi hanya digunakan bila serangan OPT berat. Menurut penelitian dan
pengamatan di Jawa, ternyata petani sayuran cenderung untuk menggunakan volume aplikasi
yang sangat berlebihan, petani bukan hanya menyemprot tanamannya, tetapi “memandikan”
tanamannya sampai basah kuyup.
Dampak Residu logam berat Pb di dalam Tubuh :
 Apabila asupan Pb seseorang sekita 2,5 mg/hari, maka waktu yang diperlukan untuk
menunjukkan efek toksik dari Pb adalah sekitar 4 tahun, asupan Pb sekitar 3,5 mg/hari,
maka efek toksisk akan terlihat dalam beberapa bulan saja.
 Selain melalui pernapasan, logam Pb dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran
pencernaan. Pada orang dewasa, sekitar 5 – 19% Pb diserap melalui usus. Tingkat
penyerapan ini bergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhi, antara lain adalah
puasa. Dalam keadaan puasa, penyerapan Pb dari usus lebih besar dibandingkan dengan
keadaan normal, yaitu sekitar 15 – 20%. Selain itu, umur juga mempengaruhi tingkat
penyerapan Pb pada makanan. Anak-anak mampu menyerap jumlah Pb lebih banyak dari
orang dewasa. Bahkan anak-anak yang berumur 3-8 tahun dapat menyerap Pb hingga 50%.
 Logam Pb didistribusikan ke gigi pada anak-anak dan tulang pada semua umur. Setelah
diserap oleh usus, Pb didistribusikan ke dalam jaringan melalui darah. Ada 3 lokasi atau
jaringan utama dimana Pb dapat diteksi di dalam tubuh, yaitu:
1. Sel darah merah
Logam Pb terikat dalam sel darah merah dengan waktu paruh sekitar 25-40 hari.
2. Jaringan lunak, seperti hati, otak dan ginjal. Sebagian kecil Pb disimpan di dalam otak.
Waktu paruh Pb di dalam jaringan lunak adalah sekitar beberapa bulan.
3. Tulang dan jaringan-jaringan keras, seperti gigi dan tulang rawan.
 Menurut Alsuhendra dan Ridawati (2013), gangguan yang ditimbulkan Pb terhadap
kesehatan, yaitu:
1. Anemia
2. Efek terhadap syaraf (sistem syaraf pusat)
3. Encephalopathy, yaitu sindrom gejala neurologis yang berat dan dapat berakhir dengan
kerusakan otak atau kematian.
4. Gangguan pendengaran
5. Efek terhadap ginjal. Dapat menyebabkan penyakit renalprogresif dan tidak dapat
disembuhkan
6. Efek terhadap sistem reproduksi, baik pria maupun wanita.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada jurnal pertama, diketahui bahwa residu pestisida
yang terdapat dalam bawang merah di Brebes masih berada di bawah ambang batas
dikarenakan beberapa faktor seperti : Curah hujan yang cukup tinggi, dosis dari pestisida
sendiri yang dibawah dari dosis yang direkomendasikan, serta iklim yang panas dan suhu
tinggi di Kabupaten Brebes sendiri yang menyebabkan degradasi pestisida lebih cepat
dibanding daerah beriklim rendah. Residu pestisida di dalam tubuh dapat menyebabkan
berbagai masalah kesehatan
Untuk penelitian pada jurnal kedua, didapatkan hasil bahwa umbi bawang merah
yang dihasilkan oleh tanah pertanian di Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes
mengandung logam berat Pb yang mendekati batas kritis. Faktor-faktor yang
mempengaruhi Pb dalam tanah, yaitu umur tanaman, morfologi dan fisiologi tanaman, dan
penggunaan pestisida tanpa menggunakan takaran yang pasti. Residu pestisida di dalam
tubuh dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan
B. Saran
1. Bagi petani supaya menggunakan pestisida yang ramah lingkungan sebagai alternatif
pengganti pestisida kimia, sehingga tidak meninggalkan residu di linkungan
2. Bagi pemerintah melakukan sosialisasi kepada para petani tentang penggunaan
pestisida dan batas maksimum dosisnya, sehingga dalam penggunaannya tidak
berlebihan
DAFTAR PUSTAKA

Joy, Benny, dkk. (2016). Residu Pestisida pada Tanaman Hortikulturan (Studi Kasus di Desa
Chianjuang Rahayu Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat). Jurnal
Agrikultura, Vol. 27 (1): 23-29
Yuli, Endang, dkk. (2013). Pencemaran Residu Pestisida di Sungai Umbulrejo Kecamatan
Dampit Kabupaten Malang. Jurnal Manusia dan Lingkungan, Vol. 20 (3): 262-268
Jazilah, Syakiroh., Badrudin, Ubad. Analisis Residu Pestisida pada Tanaman Bawang Merah
(Allium ascalonicum L.) di Kabupaten Brebes. Hlm. 75-86.
Hartini, Eko. (2011). Kadar Plumbum (Pb) dalam Umbi Bawang Merah di Kecamatan Kersana
Kabupaten Brebes. Jurnal Visikes, Vol. 10 (1) : 69-75

Anda mungkin juga menyukai