Anda di halaman 1dari 16

POTENSI DAN PRODUKSI TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum

L.) DI INDONESIA

OLEH :
RIZKY FILIYANDA LHOKITASARI
1605101050004

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2019
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas hortikultura yang dijadikan
sebagai sumber pangan yang kaya akan vitamin C dan kalium (Setiadi, 2009) yang
dibudidayakan di Indonesia dan di beberapa negara termasuk Cina, Iran dan India karena
memiliki potensi ekonomis yang baik. Kentang juga memiliki prospek yang baik untuk
mendukung program diversifikasi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan
berkelanjutan.
Di Indonesia, kentang dapat tumbuh dengan baik di daerah dataran tinggi dengan
ketinggian antara 500 m – 3.000 m dpl. Tanaman kentang masih dapat tumbuh di iklim
hangat karena tahan terhadap kondisi kekeringan dan kesuburan rendah. Konsumsi kentang
di Indonesia terbilang tinggi, menurut hasil Survey Sosial Ekonomi (SUSENAS) sejak tahun
2014 hingga tahun 2016 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2014 konsumsi kentang
mencapai 1,460 kg kapita-1 tahun -1, 2,294 kg kapita-1 tahun -1 pada tahun 2015 dan
meningkat menjadi 2,503 kg kapita-1 tahun -1 (Kementan, 2019a). Namun, berdasarkan data
Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun yang sama produksi kentang di Indonesia mengalami
penurunan dari 1,347 juta ton, kemudian menurun menjadi 1,213 juta ton pada tahun 2016
(Kementan, 2019b). Uraian data produksi dan luas panen kentang pada tahun 2014 hingga
2018 dapat dilihat pada table dibawah ini.

Tabel 1. Data Produksi dan Luas Panen Kentang Tahun 2014-2018


Produksi Luas Panen
Tahun Wilayah
(Kuintal) (Ha)
2018 Nasional 12,847,597 68,683
2017 Nasional 11,647,381 75,611
2016 Nasional 12,130,384 66,450
2015 Nasional 12,192,697 66,983
2014 Nasional 13,478,151 76,291

Rendahnya produktivitas kentang di Indonesia disebabkan beberapa faktor, diantaranya


sifat kentang yang tidak toleran terhadap suhu tinggi. Suhu tinggi mengakibatkan stress dan
terjadinya penghambatan inisiasi umbi kentang sehingga budidaya kentang di Aceh sangat
rendah, pertumbuhan produksi kentang di Aceh hanya sebesar 23,9% (Kementan, 2019b).
Usaha peningkatan produksi kentang yang rendah di dataran rendah masih terus
dilakukan dengan penggunaan berbagai teknologi produksi yang juga diharapkan mendukung
konsep pertanian berkelanjutan dimana sedang maraknya masalah keterbatasan lahan
budidaya karena pertambahan jumlah penduduk dan alih fungsi lahan pertanian. Berbagai
solusi yang ditawarkan diantaranya budidaya secara urban farming seperti hidroponik dan
aeroponik.
Kentang dengan prospek pasar yang tinggi baik tingkat lokal, regional dan internasional
mempunyai masa depan cerah untuk lebih dikembangkan dalam skala yang lebih luas.
Permintaan pasar dengan spesifikasi tertentu akan semakin meningkat seperti rata-rata berat
dan ukuran yang seragam, kemudian memiliki permukaan kulit yang halus, tidak mudah
rusak, bersih dan dikemas dengan lebih menarik.

1.2. Tujuan Penulisan


Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui potensi dan produksi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) di Indonesia.
II. PEMBAHASAN

2.1. Deskripsi Tanaman Kentang


Klasifikasi tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) adalah sebagai berikut :
Kingdom: Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass: Asteridae
Ordo : Solanales (berumbi)
Family : Solanaceae (berbunga terompet)
Genus : Solanum (daun mahkota berletakan satu sama lain)
Species : Solanum tuberosum
Binomial name : Solanum tuberosum LINN. (Solanum tuberosum L.) (Setiadi, 2009)
Kentang merupakan tanaman semak dan menjalar semusim. Batang kentang berbentuk
segi empat dengan panjang bisa mencapai 50-120 cm dan tidak berkayu. Batang dan daun
berwarna hijau kemerah-merahan atau keungu-unguan. Tanaman yang dihasilkan dari biji
akan menghasilkan satu batang utama, sedangkan yang berasal dari umbi akan menghasilkan
lebih dari satu batang tanaman.
Kentang memiliki sistem perakaran tunggal dan serabut. Akar tunggang bisa
menembus sampai kedalaman 45 cm, sedangkan akar serabutnya tumbuh menjalar dan
menembus tanah dangkal. Dari akar-akar ini nantinya akan ada yang berubah bentuk dan
fungsinya menjadi bakal umbi (stolon). Bunga kentang termasuk kelompok bunga sempurna,
berukuran kecil dan berwarna putih kekuningan, ungu kemerahan. Bunganya terletak di
ketiak daun teratas. Daun kelopak (calyx), daun mahkota (corrola) dan benangsari (stamen),
masing-masing berjumlah lima buah dengan satu buah putik (pistilus). Daun mahkota
berbentuk terompet yang pada ujungnya berbentuk bintang. Umbi kentang merupakan
pembesaran bagian ujung stolon yang berfungsi sebagai tempat cadangan makanan. Bentuk
umbinya tergantung pada varietas tanamannya (Setiadi, 2009).
Tanaman kentang dapat tumbuh di iklim hangat dan sejuk, karena tahan terhadap
kondisi kekeringan dan kesuburan rendah, tetapi tidak toleran terhadap suhu tinggi (Ling et
al., 2015). Syarat tumbuh kentang dalam budidaya untuk konsumsi dan penangkaran benih
sedikit berbeda. Di Indonesia, tanaman kentang dapat tumbuh dengan baik di daerah dataran
tinggi yang memiliki ketinggian 500 m – 3000 m dpl. Penyebaran daerah budidaya kentang
konsumsi cenderung lebih luas daripada dengan daerah yang ideal bagi penangkaran benih
kentang.
Untuk penangkaran benih kentang sebaiknya dipilih lokasi dengan ketinggian lebih dari
1.400 m dpl. Daerah tersebut cocok bagi pembentukan umbi kentang. Selain itu pada dataran
tinggi, populasi penyakit bakteri layu semakin menurun sehingga ancaman penyakit relative
berkurang. Tanaman kentang dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan umbi yang
bekualitas tinggi jika ditanam di daerah yang berhawa dingin dan sejuk dengan suhu rata-rata
harian 100 – 150C (Pitojo, 2008). Menurut Smith (1977), pembentukan umbi kentang
memerlukan suhu tanah yang relative rendah, rata-rata 14,90C – 17,70C. Kelembaban udara
yang sesuai bagi pertumbuhan umbi tanaman kentang berkisar 80% - 90%.

2.2. Potensi dan Kendala Pengembangan Tanaman Kentang


Salah satu komoditas hortikultura yang menguntungkan adalah kentang. Kentang
merupakan salah satu komoditi pangan yang penting di dunia. Di Indonesia kentang
dikonsumsi sebagai sayur dan belakangan ini sudah mulai dikonsumsi sebagai makanan
alternatif yang disukai dalam bentuk french fries atau potato chips sebagai makanan ringan.
Kentang memiliki potensi dan prospek yang baik untuk mendukung program diversifikasi
pangan dalam rangka ketahanan pangan berkelanjutan. Kementerian Pertanian tengah
menggalakkan peningkatan produksi kentang, khususnya untuk memenuhi kebutuhan
industry, guna mewujudkan swasembada pada 2020.
Namun sayangnya, sampai saat ini produksi kentang di Indonesia masih dibawah
Negara-negara pengekspor kentang didunia. Banyak faktor yang mengakibatkan produksi
kentang Indonesia masih di bawah negara-negara lain, seperti tanah yang kurang subur,
ketersediaan unsur hara makro dan mikro yang rendah, serangan hama dan penyakit,
pemupukan yang tidak berimbang, pemakaian pupuk kimia dalam konsentrasi tinggi, serta
teknis budidaya yang kurang tepat (Suhaeni, 2010). Rendahnya produktivitas kentang di
Indonesia juga disebabkan sifat kentang yang tidak toleran terhadap suhu tinggi. Suhu tinggi
mengakibatkan stress dan terjadinya penghambatan inisiasi umbi kentang.
2.3. Prospek Pengembangan Kentang
2.3.1. Keadaan Produksi Kentang di Indonesia
Kentang merupakan salah satu komoditi pangan yang penting di dunia. Tanaman ini
pertama kali masuk ke Indonesia pada abad ke 18 dan hanya tumbuh dengan baik didataran
tinggi, diatas 1000 meter diatas permukaan laut. Berikut ini data produksi kentang di
Indonesia.

Tabel 1. Data Produksi Kentang di Indonesia Tahun 2014 - 2018

Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura

Berdasarkan data tersebut, Indonesia mengalami penurunan produksi kentang sejak


tahun 2014 hingga tahun 2017 dan meningkat pada tahun 2018. Pertumbuhan kentang pada
tahun 2018 meningkat 10,30%.
Tabel 2. Data Luas Panen Kentang di Indonesia Tahun 2014 - 2018

Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura

Berdasarkan data tersebut, Indonesia memiliki luas panen kentang yang fluktuatif
setiap tahunnya. Pada tahun 2014 sampai 2016 mengalami penurunan luas panen dan
mengalami peningkatan kembali pada tahun 2017. Hingga pada tahun 2018, luas panen
kentang kembali mengalami penurunan hingga 13,79% dari tahun 2017.
Provinsi yang memiliki areal panen kentang terluas di Indonesia yaitu di Jawa Barat,
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jawa Barat dengan luasan panen 12.218 Ha, Jawa Tengah
dengan luasan panen 15.461 Ha, dan Jawa Timur dengan luasan panen 13.390 Ha pada tahun
2018 menjadi sentra produksi kentang di Indonesia.
Tabel 3. Data Produktivitas Kentang di Indonesia Tahun 2014 - 2018

Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura

Berdasarkan data tersebut, produktivitas kentang di Indonesia fluktuatif setiap


tahunnya. Pada tahun 2014 sampai 2016, produktivitas kentang meningkat dan mengalami
penurunan kembali pada tahun 2017. Hingga pada tahun 2018, produktivitas kentang kembali
mengalami peningkatan hingga 21,44% dari tahun 2017. Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah
dan Jawa Timur merupakan sentra produksi kentang di Indonesia dengan produktivitas 21,73
ton/Ha, 18,80 ton/Ha, dan 23.37 ton/Ha pada tahun 2018.
2.3.2. Keadaan Pasar Kentang di Indonesia
Konsumsi kentang di Indonesia perkapita masih relative rendah dibandingkan dengan
standar konsumsi kentang rata-rata secara internasional, pertumbuhan konsumsi kentang di
Indonesia mengalami pertumbuhan yang berarti. Data tersebut dapat dilihat pada table
berikut ini.

Tabel 4. Data Konsumsi Rumah Tangga Kentang di Indonesia 2014-2017


TAHUN
URAIAN
2014 2015 2016 2017
Konsumsi seminggu
(kapita/minggu)
- Kuantitas (Kg) 0,028 0,044 0,048 0,043
- Nilai (Rp) 258,00 387,00 451,00 466,00
Konsumsi setahun (kapita/tahun)
- Kuantitas (Kg) 1,460 2,294 2,503 2,242
- Nilai (Rp) 13.452,86 20.179,29 23.516,43 24.298,57
Sumber : SUSENAS, BPS

Untuk mengetahui kondisi pasar dalam negeri perlu mengkaji tentang perkembangan
harga produsen dan harga konsumen kentang di Indonesia. Data-data tersebut dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.

30

25

20

15 Harga produsen
Haga konsumen
10

0
2014 2015 2016 2017

Gambar 1. Perkembangan rata-rata harga produsen dan harga konsumen kentang tahun
2014 – 2017
Tabel 5. Perkembangan Rata-rata Harga Konsumen Perdesaan Kentang 2013 – 2017

Sumber : Badan Pusat Statistik

Berdasarkan table diatas, dapat dilihat perkembangan harga konsumen perdesaan


kentang menurut provinsi di Indonesia pada tahun 2013 – 2017. Rata-rata harga konsumen
kentang secara nasional dari tahun 2013 sampai tahun 2017 yaitu Rp12.209, Rp13.176,
Rp12.954, Rp14.986 dan Rp16.327. Pada tahun 2017 harga konsumen kentang mengalami
peningkatan 7,72% dari harga konsumen kentang pada tahun sebelumnya.
Tabel 6. Perkembangan Rata-rata Harga Produsen Kentang 2013 – 2017

Sumber : Badan Pusat Statistik

Berdasarkan table diatas, dapat dilihat perkembangan harga produsen kentang


menurut provinsi di Indonesia pada tahun 2013 – 2017 terus mengalami peningkatan. Rata-
rata harga konsumen kentang secara nasional dari tahun 2013 sampai tahun 2017 yaitu
Rp7.020, Rp8.312, Rp8.845, Rp10.127 dan Rp11.097 yaitu naik 12,22% dari harga produsen
pada tahun sebelumnya.

2.3.3. Keadaan Pasar Kentang di Dunia Internasional


Untuk mengetahui keadaan pasar kentang luar negeri yaitu dengan melihat neraca
perdagangan kentang yang merupakan pengurangan antara volume/nilai ekspor dengan
volume/nilai impor kentang baik segar maupun olahan.
Tabel 7. Perkembangan Necara Perdagangan Kentang di Indonesia 2017-2018
No Uraian 2017 2018
1. Ekspor
- Volume (ton) 5.215 5.163
- Nilai (000USD) 4.345 4.647
2. Impor
- Volume (ton) 140.087 115.517
- Nilai (000USD) 107.251 100.889
3. Neraca Perdagangan
- Volume (ton) -134.872 -110.354
- Nilai (000USD) -102.906 -96.241
Sumber : BPS, diolah Pusdatin

Pada periode 2017 -2018 terlihat bahwa volume maupun nilai perdagangan kentang
mengalami defisit yang berarti bahwa volume impor kentang lebih besar bila dibandingkan
dengan volume ekspornya.

200

150

100

50
2017
2018
0
Ekspor Impor Neraca Perdagangan
-50

-100

-150

Gambar 2. Perkembangan neraca perdagangan kentang di Indonesia 2017 -2018


2.4. Upaya Pengembangan Kentang di Indonesia
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi dan nilai kentang di
Indonesia yaitu dengan menggalakkan pertumbuhan benih-benih bermutu di Indonesia,
menyesuaikan pola produksi dan topografi areal produksi, dan pengaturan cara budidaya
untuk memperoleh mutu tanaman kentang yang baik serta pengelolaan hama terpadu.
Strategi pengaturan cara budidaya kentang perlu dilakukan untuk memperoleh mutu
tanaman kentang yang baik. Mutu produk komoditas hortikultura diperoleh dengan
meningkatkan produktivitas dan kualitas produk yang sesuai dengan standar kemanan
pangan, dinamika prefensi konsumen, dan memiliki daya saing.
Kegiatan peningkatan mutu produk hortikulturan akan difokuskam pada penerapan
Good Agriculture Practices (GAP) dan Good Handling Practices (GHP), registrasi kebun,
fasilitasi budidaya, pas$apanen,implementasi teknologi budidaya yang ramah lingkungan.
Penerapan GAP melalui SOP yang spesifik lokasi, spesifik komoditas dan spesifik sasaran
pasar dimaksudkan agar meningkatkan produktivitas, kualitas produk, ramah lingkungan
dan memiliki daya saing tinggi dengan produk padananya dari luar negeri. Selain dari
teknik budidaya yang ditingkatkan, perlu juga penguatan kelembagaan dan pengembangan
kemitraan untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraan
petani beserta keluarganya.
III. KESIMPULAN

Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas hortikultura yang dijadikan


sebagai sumber pangan yang kaya akan vitamin C dan kalium (Setiadi, 2009) yang
dibudidayakan di Indonesia dan di beberapa negara termasuk Cina, Iran dan India karena
memiliki potensi ekonomis yang baik. Kentang juga memiliki prospek yang baik untuk
mendukung program diversifikasi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan
berkelanjutan. Di Indonesia kentang dikonsumsi sebagai sayur dan belakangan ini sudah
mulai dikonsumsi sebagai makanan alternatif yang disukai dalam bentuk french fries atau
potato chips sebagai makanan ringan.
Namun sayangnya, sampai saat ini produksi kentang di Indonesia masih dibawah
Negara-negara pengekspor kentang didunia. Banyak faktor yang mengakibatkan produksi
kentang Indonesia masih di bawah negara-negara lain, seperti tanah yang kurang subur,
ketersediaan unsur hara makro dan mikro yang rendah, serangan hama dan penyakit,
pemupukan yang tidak berimbang, pemakaian pupuk kimia dalam konsentrasi tinggi, serta
teknis budidaya yang kurang tepat (Suhaeni, 2010). Rendahnya produktivitas kentang di
Indonesia juga disebabkan sifat kentang yang tidak toleran terhadap suhu tinggi. Suhu tinggi
mengakibatkan stress dan terjadinya penghambatan inisiasi umbi kentang.
Berdasarkan data yang diperoleh, Indonesia mengalami penurunan produksi kentang
sejak tahun 2014 hingga tahun 2017 dan meningkat pada tahun 2018. Pertumbuhan kentang
pada tahun 2018 meningkat 10,30%. Begitu pula dengan penurunan luas panen kentang pada
tahun 2014 dan mengalami peningkatan kembali pada tahun 2017. Hingga pada tahun 2018,
luas panen kentang kembali mengalami penurunan hingga 13,79% dari tahun 2017.
Namun, produktivitas kentang meningkat pada tahun 2014-2016 dan mengalami
penurunan kembali pada tahun 2017. Hingga pada tahun 2018, produktivitas kentang kembali
mengalami peningkatan hingga 21,44% dari tahun 2017.
Provinsi yang memiliki areal panen kentang terluas di Indonesia yaitu di Jawa Barat,
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jawa Barat dengan luasan panen 12.218 Ha, Jawa Tengah
dengan luasan panen 15.461 Ha, dan Jawa Timur dengan luasan panen 13.390 Ha menjadi
sentra produksi kentang di Indonesia dengan produktivitas 21,73 ton/Ha, 18,80 ton/Ha, dan
23.37 ton/Ha pada tahun 2018.
Kondisi pasar kentang dalam negeri dilihat dari perkembangan harga konsumen dan
harga produsen kentang. Perkembangan harga konsumen perdesaan kentang menurut
provinsi di Indonesia pada tahun 2013 – 2017. Rata-rata harga konsumen kentang secara
nasional dari tahun 2013 sampai tahun 2017 yaitu Rp12.209, Rp13.176, Rp12.954, Rp14.986
dan Rp16.327. Pada tahun 2017 harga konsumen kentang mengalami peningkatan 7,72% dari
harga konsumen kentang pada tahun sebelumnya. Sedangkan perkembangan harga produsen
kentang menurut provinsi di Indonesia pada tahun 2013 – 2017 terus mengalami peningkatan.
Rata-rata harga konsumen kentang secara nasional dari tahun 2013 sampai tahun 2017 yaitu
Rp7.020, Rp8.312, Rp8.845, Rp10.127 dan Rp11.097 yaitu naik 12,22% dari harga produsen
pada tahun sebelumnya.
Kondisi pasar kentang luar negeri dilihat dari perkembangan neraca perdagangan
kentang. Pada periode 2017 -2018 terlihat bahwa volume maupun nilai perdagangan kentang
mengalami defisit yang berarti bahwa volume impor kentang lebih besar bila dibandingkan
dengan volume ekspornya. Volume ekspor pada tahun 2017-2018 rata-rata 5.189 ton
sedangkan volume impor rata-rata 127.802 ton.
Kentang dengan prospek pasar yang tinggi baik tingkat lokal, regional dan internasional
mempunyai masa depan cerah untuk lebih dikembangkan dalam skala yang lebih luas.
Kementerian Pertanian tengah menggalakkan peningkatan produksi kentang, khususnya
untuk memenuhi kebutuhan industry, guna mewujudkan swasembada pada 2020. Strategi
pengaturan cara budidaya kentang perlu dilakukan untuk memperoleh mutu tanaman
kentang yang baik. Mutu produk komoditas hortikultura diperoleh dengan meningkatkan
produktivitas dan kualitas produk yang sesuai dengan standar kemanan pangan, dinamika
prefensi konsumen, dan memiliki daya saing.
Kegiatan peningkatan mutu produk hortikulturan akan difokuskam pada penerapan
Good Agriculture Practices (GAP) dan Good Handling Practices (GHP), registrasi kebun,
fasilitasi budidaya, pas$apanen,implementasi teknologi budidaya yang ramah lingkungan.
Penerapan GAP melalui SOP yang spesifik lokasi, spesifik komoditas dan spesifik sasaran
pasar dimaksudkan agar meningkatkan produktivitas, kualitas produk, ramah lingkungan
dan memiliki daya saing tinggi dengan produk padananya dari luar negeri. Selain dari
teknik budidaya yang ditingkatkan, perlu juga penguatan kelembagaan dan pengembangan
kemitraan untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraan
petani beserta keluarganya.
IV. DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Pertanian. 2019a. Konsumsi per Kapita dalam Rumah Tangga Setahun menurut
Hasil Susenas 2014-2016 https://aplikasi2.pertanian.go.id/konsumsi/tampil_susenas2.php
[3 November 2019].
Kementerian Pertanian. 2019b. Produksi Kentang Menurut Provinsi 2014-2017. Kementan.
Jakarta.
Pitojo, S. 2004. Benih Kentang. Kanisius. Yogyakarta.
Pusat Data Informasi Pertanian Kementerian Pertanian. 2018. Statistik Harga Komoditas
Pertanian Tahun 2018. Kementan. Jakarta.
Pusat Data Informasi Pertanian Kementerian Pertanian. 2019. Statistik Indikator Makro
Sektor Pertanian. 11(1).
Setiadi. 2009. Budi Daya Kentang. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suhaeni, N. 2010. Petunjuk Praktis Menanam Kentang. Nuansa. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai