EKONOMI
“FENOMENA KONSUMSI PENGGUNAAN MASYARAKAT TERHADAP
PRODUK-PRODUK BARANG YANG LAGI HITS/POPULER DI KAB.
LABUHANBATU”
DISUSUN OLEH:
SURYA
190521007
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan paper Pengantar Sosiologi Ekonomi ini
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan disusunnya paper ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Pengantar Sosiologi Ekonomi yang berjudul “Fenomena Konsumsi Masyarakat
Terhadap Produk-produk Yang Lagi Hits/Populer Di Kab. Labuhanbatu”. Terima
kasih kepada dosen pengampu mata kuliah ini Ibu Ance Marintan D. Sitohang, SP.,
M.Div., M.Th yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pemahaman penulis dalam menyelesaikan paper.
Dengan menyadari bahwa penulisan paper ini masih kurang sempurna dan terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, sangat diharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak. Semoga paper ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
hidup. Hal ini terbukti dengan munculnya brand-brand baru yang dibuat agar dapat
menikmati dan memuaskan produk barang favorit mereka.
1.3 Tujuan
2
2. Untuk mengetahui konsep Fenomena Konsumsi Penggunaan Masyarakat
Terhadap Produk-produk Barang Yang Lagi Hits/Populer di Kab.
Labuhanbatu dalam perbandingan antara pendekatan ekonomi dan sosiologi.
3. Untuk mengetahui konsep Fenomena Konsumsi Penggunaan Masyarakat
Terhadap Produk-produk Barang Yang Lagi Hits/Populer di Kab.
Labuhanbatu dalam teori sosiologi sebagai pendekatan.
3
BAB 2
TEORI
Selain itu pandangan Karl Marx tentang cara dan pola konsumsi seseorang
suatu kelas merupakan refleksi dari basis infrastruktur ekonominya. Pola konsumsi
borjuis akan berbeda dengan pola konsumsi porletar.
4
Menurut Durkheim, masyarakat terintegrasi karena adanya kesadaran
kolektif yaitu totalitas kepercayaan-kepercayaan dan sentimen-sentimen bersama.
Ia merupakan solidaritas yang bergantung pada individu-individu yang memiliki
sifat-sifat yang sama dan menganut kepercayaan-kepercayaan dan pola normative
yang sama pula.
5
Max Weber dalam Ekonomi and Society menyatakan bahwa tindakan
konsumsi dapat dikatakan sebagai tindakan sosial sejauh tindakan tersebut
memperhatikan tingkah laku dari individu lain dan oleh karena itu diarahkan pada
tujuan tertentu.
Veblen dalam bukunya “The Theory of the Leisure Class” melihat kapitalis
industry berkembang secara bar-bar, karena property private tidak lain merupakan
barang rampasan yang diambil melalui kemenangan perang.
6
Kapitalis seperti ini memunculkan abseente owner, yaitu para pemilik
modal yang tidak mengerjakan apa-apa tetapi memperoleh hasil yang banyak.
Dengan kata lain abseente owner tersebut memiliki atau menguasai sekelompok
perusahaan-perusahaan yang beragam, tetapi tidak mengelola sendiri perusahaan-
perusahaan tersebut namun memperkerjakan para professional dan teknisi.
Selanjutnya mereka tinggal memetik dan menikmati hasil usaha perusahaannya,
tanpa berbuat banyak.
5. Jean Baudrillard
7
2.2 Perbandingan Antara Pendekatan Ekonomi dan Sosiologi
8
disebut terakhir mengasumsikan bahwa aktor di hubungkan dan dipengaruhi oleh
aktor lain.
2. Konsep Tindakan Ekonomi
Tindakan yang di lakukan oleh aktor bertujuan untuk memaksimalkan
pemanfaatan (individu) dan keuntungan (perusahaan). Tindakan tersebut dipandang
rasional secara ekonomi. Sedangkan sosiologi melihat beberapa kemungkinan tipe
tindakan ekonomi. Tindakan ekonomi dapat berupa rasional, tradisional, dan
spekulatif-irrasional.
Tindakan ekonomi rasional, mempertimbangkan alat yang tersedia untuk
mencapai tujuan yang ada. Tindakan ekonomi rasional menjadi perhatian baik
ekonomi maupun sosiologi. Dua tindakan ekonomi lain yang tidak dilihat oleh
ekonomi, tetapi menjadi perhatian sosiologi adalah tindakan ekonomi tradisional
dan tindakan ekonomi spekulatif-irrasional. Tindakan ekonomi tradisional
bersumber dari tradisi atau konvensi. Sedangkan tindakan spekulatif-irrasional
merupakan tindakan berorientasi ekonomi yang tidak mempertimbangkan
instrument yang ada dengan tujuan yang hendak dicapai.
Perbedaan kedua antara ekonomi dan sosiologi adalah menanggap
rasionalitas sebagai asumsi, sementara sosiologi memandang rasioalitas sebagai
variable. Tindakan ekonomi dapat dilihat sebagai suatu tindakan sosial selama
tindakan tersebut memperhatikan tingkah laku orang lain. Seperti memperhatikan
orang lain, saling bertukar pandang, berbincang dengan mereka, dan sebagainya.
3. Hambatan pada Tindakan Ekonomi
Tindakan ekonomi dibatasi oleh selera dan kelangkaan sumber daya,
termasuk teknologi. Sedangkan sosiologi memperhatikan tidak hanya pengaruh
kelangkaan sumber daya, tetapi juga aktor-aktor lain yang akan memudahkan,
memperlancar, menghambat, dan membatasi tindakan ekonomi dalam pasar.
Tindakan ekonomi biasanya tidak berada dalam di ruang hampa, tetapi secara
umum terjadi dalam konteks hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan tersebut
tidak hanya sekedar hubungan ekonomi. Pada umumnya perselisihan dalam dunia
bisnis bersumber dari ketidakmampuan mempertahankan atau menjaga
9
kepercayaan yang dimiliki dari satu pihak kepada pihak lain. Apabila suatu
perselisihan telah terjadi maka akan menghambat terjadinya tindakan ekonomi.
4. Hubungan Ekonomi dan Masyarakat
Pusat perhatian dari kajian ekonomi adalah pertukaran ekonomi, pasar dan
ekonomi. Sedangkan masyarakat dianggap sebagai “sesuatu yang di luar “, dia
dipandang sebagai sesuatu yang telah ada (given). Oleh sebab itu, sosiolog tidak
terbiasa melihat kenyataan dengan melakukan ceteris paribus terhadap faktor –
faktor yang dipandang berpengaruh terhadap suatu kenyataan sosial. Tetapi
sebaliknya, sosiolog terbiasa melihat kenyataan secara holisti, melihat kenyataan
saling kait mengait antar berbagai faktor. Dengan demikian, sosiologi ekonomi
selalu memusatkan perhatian pada:
10
6. Penerapan Metode
Karena ekonomi terlalu menekankan prediksi maka metode yang cocok
dengan itu adalah metode yang ditujukan untuk penerapan hipotesa dan
penggunaan model-model dalam bentuk penerapan oleh karena itu ekonomi sering
menggunakan data resmi atau dikenal dengan data sekunder dan tidak mempunyai
data sendiri. Sedangkan sosiologi lebih menggunakan beberapa metode yang
berbeda satu sama lain seperti hermeneutik, etnografi, dan fenomenologi termasuk
metode historis dan perbandingan. Para sosiolog lebih sering mencari data sendiri
di lapangan.
11
berpakaian, sarapan pagi, lalu menonton televisi, dan ketika menjelang siang anda
shalat dzuhur, makan siang, lalu melakukan aktivitas yang lain kemudian anda
kuliah sore berangkat ke kampus dan begitulah seterusnya. Orang lain juga
melakukan hal yang sama seperti apa yang anda lakukan, tentunya dengan beragam
variasi yang ada. Anda tidak bisa melakukan suatu kegiatan sendiri walaupun ada
beberapa kegiatan yang bisa anda lakukan sendiri, dimana kita bisa membantu
maupun dibantu orang lain. Demikianlah aktivitas anda dalam masyarakat, juga
aktivitas orang lain dalam masyarakat. Kegiatan seperti itu anda lakukan secara
mantap dan stabil, dari hari ke hari terus bulan ke bulan terus tahun ke tahun, anda
rasakan relatif sama, hampir tidak berubah. Perubahan itu akan terasa berbeda pada
saat memperbandingkannya dari suatu titik waktu dengan titik lain yang sangat
berjarak.
b) Elemen-elemen Terstruktur Tersebut Terintegrasi dengan Baik
12
mempunyai fungsi. Fungsi tersebut memberikan sumbangan bagi bertahannya
suatu struktur sebagai suatu sistem.
d) Setiap struktur yang Fungsional Dilandaskan pada Suatu Konsensus Nilai di
Antara
Anggotanya
Untuk memahami ini mari kita ambil sebuah contoh, yaitu antara anda
dengan teman-teman anda. Katakanlah anda sedang mengerjakan tugas makalah
yang terdiri dari 3 orang, dimana anda bertugas meringkas atau merangkum
beberapa buku setelah itu diambil data-data nya yang penting untuk dijadikan
sebuah makalah, teman anda yang pertama bertugas mengetik ringkasan atau
rangkuman yang diambil dari beberapa buku, teman anda yang kedua bertugas
mengeprint untuk diberikan kepada dosen setelah itu di foto copy untuk diberikan
kepada teman-teman anda yang lain. Kesepakatan yang anda buat bersama teman-
teman anda merupakan suatu konsensus diantara anda dengan 2 orang teman anda.
2. Teori Struktural Konflik
13
menjadi bagian dari struktur maka elemen tersebut cenderung mempertahankan
disatu sisi. Sedangkan elemen yang lain berusaha untuk mendapatkannya juga.
b) Setiap Masyarakat, dalam setiap hal, memperlihatkan pertikaian dan konflik
; konflik social terdapat dimana-mana
Setiap struktur sosial terdiri dari beberapa elemen yang memiliki motif,
maksud, kepentingan, atau tujuan yang berbeda satu sama lain. Perbedaan itu
sumber terjadinya pertikaian dan konflik diantara berbagai elemen dalam struktur
sosial. Selama perbedaan tersebut masih ada di dalam struktur, maka selama itu
pula pertikaian dan konflik dimungkinkan ada. Menurut teoretisi konflik itu semua
adalah realitas kehidupan sosial.
c) Setiap elemen dalam suatu masyarakat menyumbang disintegrasi dan
perubahan.
Teori ini memahami realitas sebagai suatu interaksi yang dipenuhi berbagai
simbol, dalam kenyataannya yang menggunakan simbol-simbol termasuk kedalam
interaksi interpersonal. Banyak individu secara aktif mengonstruksikan tindakan-
14
tindakannya dengan menyesuaikan diri dan mencocokkan berbagai macam
tindakan dengan mengambil peran dan komunikasi simbol.
Asumsi Teori Interaksionisme Simbolis
Menurut Turner (1978:327-330) ada empat asumsi dari teori interaksionisme
simbolis, yaitu:
15
d) Masyarakat terbentuk, bertahan, dan berubah berdasarkan kemampuan
manusia untuk berpikir, mendefinisikan, melakukan refleksi diri dan untuk
melakukan evaluasi.
Ini semua merupakan proses interaksi social yang sangat penting dalam
mengembangkan kemampuan manusia. Dengan kemampuan tersebut, melalui
proses interaksi, manusia membentuk dan dapat merubah masyarakat.
4. Teori Pertukaran
Teori ini melihat dunia sebagai arena pertukaran, tempat orang-orang saling
bertukar ganjaran/hadiah. Apapun bentuk perilaku social tidak lepas dari soal
pertukaran.
Asumsi Teori Pertukaran
a) Manusia adalah makhluk yang rasional, dia memperhitungkan untung dan
rugi.
Dalam teori ini melihat bahwa manusia terus menerus terlibat dalam
memilih diantara perilaku-perilaku alternative, dengan pilihan mencerminkan cost
and reward yang diharapkan berhubungan dengan garis-garis perilaku alternative
itu. Suatu tindakan dikatakan rasional apabila berdasarkan perhitungan untung rugi.
Dalam suatu interaksi sosial seorang akan mempertimbangkan keuntungan yang
besar dari pada biaya yang dikeluarkannya. Oleh karena itu semakin tinggi ganjaran
(reward) yang didapatkan maka semakin sering perilaku itu akan diulang.
Sebaliknya apabila semakin besar hukuman atau tinggi biaya yang didapatkan maka
kemungkinan semakin kecil perilaku yang sama akan diulang.
b) Perilaku pertukaran sosial terjadi apabila: (1) perilaku tersebut harus
berorientasi pada tujuan-tujuan yang hanya dapat dicapai melalui interaksi
dengan orang lain dan (2) perilaku harus bertujuan untuk memperoleh sarana
bagi pencapaian tujuan-tujuan tersebut.
c) Transaksi-transaksi pertukaran terjadi hanya apabila pihak yang terlibat
memperoleh keuntungan dari pertukaran itu.
Pertukaran sosial akan terjadi apabila kedua belah pihak mendapatkan
keuntungan, bukan hanya salah satunya saja.
16
BAB 3
17
BAB 4
Hal inilah yang terjadi pada masyarakat kita sekarang ini, masyarakat
seperti ini disebut Baudrillard sebagai masyarakat konsumeris. Individu akan
merasa dicap sebagai masyarakat modern, kelas sosial menengah ke atas ketika
mereka menggunakan produk barang yang lagi hits/populer dan juga dikenal oleh
masyarakat kebanyakan dibanding menggunakan produk barang yang kurang
hits/populer dan kurang dikenali oleh masyarakat kebanyakan. Tujuan distinction
18
adalah demi mempertahankan prestise/harga untuk mengejar kehormatan.
Fenomena menggunakan produk barang yang lagi hits/populer di kalangan
masyarakat banyak erat kaitannya dengan pergeseran konsep status of object milik
Baudrillard, yaitu hilangnya nilai fungsi konsumsi yang sebenarnya. Dalam konteks
tersebut dapat diartikan bahwa menggunakan produk barang yang lagi hits/populer
tidak lagi dibeli sebagai produk barang yang sebagai kebutuhan semata, namun ada
nilai-nilai simbolik yang melekat dan harus dibayar mahal untuk mendapatkannya.
Jika Marx selalu menekankan bahwa kapitalis tugasnya memproduksi barang,
sedangkan bagi Baudrilland kapitalis memproduksi tontonan, karena konsumen
menginginkan sebuah differensiasi melalui permainan tanda-tanda di dalam
produk. Baudrilland menyempurnakan bahwa era kapitalis dapat dilihat dari
produksi tontonan, yaitu tontonan apa yang bisa diambil dari penggunaan produk-
produk barang yang lagi hits/populer.lam konsep simulakra (istilah reprentasi
symbol dan tanda) produk barang yang lagi hits/populer ini bersifat konkret yang
mampu berubah menjadi abstrak (imajinasi) dengan penunjang harga jual yang
tinggi sehingga menciptakan imajinasi lain atau biasa yang disebut Baudrillard
dengan hiperealitas ketika para konsumen menggunakan/memakai produk-produk
barang dengan brand yang lagi hits/populer dibanding produk-produk barang yang
kurang hits/populer brand lainnya.
19
menjangkau harga setiap produk barang yang lagi hits/populer tersebut, namun bagi
konsumen yang pendapatan rendah mungkin akan berpikir ulang sebelum mereka
membeli produk barang yang lagi hits/populer tersebut. Individu sendirilah yang
mengetahui nilai ekonominya sendiri apakah dia mampu untuk membeli produk
barang yang lagi hits/populer tersebut atau produk barang dengan brand lainnya
yang sesuai dengan nilai ekonominya. Perilaku mengonsumsi produk barang yang
dilakukan sekarang ini adalah suatu tindakan membeli produk barang yang kurang
diperlukan sehingga bersifat berlebihan. Dalam artian individu akan lebih
mementingkan faktor keinginan (want) daripada kebutuhan (need) dan individu
cenderung dikuasai oleh hasrat kesenangan material semata.
20
tidak hanya memenuhi kebutuhan hidup, akan tetapi juga sebagai alat untuk
mengekspresikan diri. Mengonsumsi produk barang yang lagi hits/populer saat ini
tampak menjadi suatu aktivitas baru yang mulai biasa dilakukan oleh tiap-tiap
individu.
21
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
22
5.2 Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
Nadya Afdholy. 2019. Perilaku Konsumsi Masyarakat Urban Pada Produk Kopi
Ala Starbucks. Satwika: Jurnal Kajian Budaya dan Perubahan Sosial. Volume 3,
Nomor 1.
24