Dosen Pengampu:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Disusun Oleh:
Nama : Kirana Sahda Mazmury
NIM : C1M020068
Prodi/Kelas : Agroekoteknologi B
i
GEMEINSCHAFT-GESSELSCHAFT, PAGUYUBAN-PATEMBAYAN….21
1. Pengertian Solidaritas .........................................................................................21
3. Masyarakat .........................................................................................................25
ii
BAB I
PENGERTIAN, KONSEP, SERTA TUJUAN ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR
1
Sedangkan pengertian ilmu sosial budaya dasar menurut para ahli, salah
satunya diungkapkan oleh Kian Amboro yang menyebutkan bahwa intisari dalam
ISBD adalah ilmu pengetahuan yang dinilai dapat memberikan kontribusi nyata
dalam meningkatkan pengetahuan dasar yang mampu melakukan kajian pada
masalah-masalah sosial kemanusiaan dan kebudayaan.
Ilmu sosial Budaya Dasar juga dapat diartikan sebagai integrasi ISBD dan IBD
memberikan dasar-dasar pengetahuan sosial dan konsep-konsep budaya kepada
manusia sehinnga mampu mengkaji masalah sosial dan budaya secara arif.
ISBD sebagai kajian masalah sosial, kemanusiaan dan budaya sekaligus pula
memberi dasar yang bersumber dari dasar-dasar ilmu sosial yang terintregasi. ISBD
buknlah suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, melainkan hanyalah suatu
pengetahuan mengenai aspek-aspek yang paling dasar yang ada dalam kehidupan
manusia sebagai mahluk sosialyang berbudaya, dan masalah masalah yang terwujud
dari padanya.
2
3. Tujuan Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD)
Ada beberapa tujuan dari Ilmu Sosial Budaya Dasar(ISBD) di anataranya adalah :
Mengembangkan kesadaran mahasiswa menguasai pengetahuan tentang
keanekaragaman dan kesederajatan manusia sebagai individu dan mahluk
sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
Menumbuhkan sikap kritis, peka dfan arif dalam memahami keragaman
kesederajatan manusia dengan landasan nilai estetika, etika dan moral dalam
kehidupan bermasyarakat
Memberi landasan pengetahuan dan wawasan yang luas serta keyakinan
kepada mahasiswa sebagai bekal bagi hidup bermasyarakat, selaku individu
dan mahluk sosial yang beradab dalam mempraktikkan pengetahuan
akademik dan keahliannya
Mahluk sosial yang beradab dalam mempraktekan pengetahuan akademik
dan keahliannya.
3
memiliki tanggung jawab social kemasyarakatan. tanggung jawab itu diwujudkan
dengan keikutsertaan dalam memecahkan masalah social dimasyarakatnya sesuai
dengan ilmu yang dimilikinya.
Program pendidikan umum berusaha untuk memperluas cakrawala perhatian
dan pengetahuan para mahasiswa sehingga tidak terbatas pada bidang pengetahuan
keahlian serta golongan asal masing-masing; membantu mahasiswa menemukan diri
sendiri dan menempatkan diri dalam perkembangan masyarakat dan kebudayaan
yang sedang berlangsung, menghadapkannya dengan masalah-masalah susila serta
masalah yang diwujudkan oleh kenyataan-kenyataan kehidupan sosialm ekonomi,
dan politik yang secara sadar ataupun tidak sadar senantiasa dihadapinya;
memberikan pengertian pada mereka mengenai hubungan dan keterkaitan dari ilmu
pengetahuan. singkatnya, program pendidikan umum diharapkann dapat menjadikan
mahasiswa lebih peka dan lebih terbuka, disertai rasa tanggung jawab yang lebih
kuat.
4
ilmu social dan budaya yang lebih bersifat teoritis , baik yang menyangkut ruang
lingkup, metode dan sistematikanya.
Demikian pula halnya dengan pendekatan dalam ilmu-ilmu alam atau yang
bersifat eksakta. pendekatan dalam ilmu-ilmu alam dalam mengkaji gejala alamiah
juga bersifat subject oriented. mahasiswa yang menekini ilmu-ilmu eksakta akan
mengkaji gejala alam menurut sudut pandang ilmu mereka. dengan diberikan kajian
ISBD diharapkan dapat member wawasan akan pentingnya pendekatan social dan
budaya dalam menangani masalah alam. misalnya,seorang sarjana teknik sipil dalam
upayanya membuat jembatan harus mempertimbangkan aspek social dan budaya
masyarakat dan sekitarnya. ia semata-mata tidak boleh hanya mempertimbangkan
masalah teknis. harus dipahami bahwa manusia tidak lepas dari gejala alam dan
kehidupan lingkungan. alam dan manusia akan saling mempengaruhi.
namun,sebagai subjek kehidupan, manusia perlu memperlakukan alam secara baik
sehingga akan memberikan manfaat bagi kesejahteraan hidupnya.
Berdasarkan hal tersebut beberapa perguruan tinggi memberlakukan ISBD
sebagai mata kuliah wajib bagi mahasiswa dari program ilmu alam atau eksakta. hal
ini dimaksudkan agar pendekatan social dan budaya senantiasa dipertimbangkan dan
melandasi setiap upaya mencari solusi atas pemecahan dari masalah alam yang
mereka hadapi. dengan demikian manusia sebagai calon ilmuwan dan professional
harapan bangsa mampu bertindak secara arif dan bijaksana.
5
BAB II
PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA: PENGERTIAN SERTA FAKTOR-
FAKTOR PENYEBABNYA
6
Perubahan sosial budaya menurut Selo Soemardjan adalah semua
perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu
masyarakat. Di mana perubahan tersebut memengaruhi sistem
sosialnya.Perubahan sosial yang dimaksud mencakup nilai-nilai dan pola-pola
perilaku di antara kelompok-kelompok di dalam masyarakat.
d. W. Kornblum
Perubahan sosial budaya adalah perubahan sustu budaya masyarakat
secara bertahap dalam jangka waktu lama (dalam buku Sociology in Changing
World).
Secara umum ada 3 proses terjadinya perubahan sosial budaya, yaitu :
1. Akulturasi
Akulturasi adalah proses bertemannya dua atau lebih budaya, dimana
unsur – unsur budaya yang lama masih ada.
2. Asimilasi
Asimilasi adalah proses bertemunya dua atau lebih budaya yang
bercampur dan menghasilkan budaya baru. Asimilasi tidak seperti akulturasi
yang masih ada unsur lamanya. Jadi bisa disimpulkan bahwa budaya yang lama
sudah pasti hilang. Proses asimilasi ini berlangsung lama dan terus menerus.
3. Difusi
Difusi adalah proses penyebaran unsur budaya dari satu orang ke orang
lain atau dari satu kelompok masyarat ke kelompok masyarakat lain. Unsur
kebudayaan itu pertama-tama akan diambil alih oleh masyarakat yang paling
dekat hubungannya dari sumber kebudayaan baru tersebut. Kemudian,
kebudayaan baru tersebut diambil oleh masyarakat yang jauh hubungannya dari
sumber kebudayaan baru tersebut.
Setelah memahami tentang Perubahan Sosial Budaya selanjutnya kita akan
memahami apa saja factor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial
budaya.
7
jumlah penduduk, penemuan baru, terjadinya konflik atau revolusi; dan factor
eksternal seperti bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh
kebudayaan masyarakat lain. Ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya
perubahan, misalnya :
8
menjadikan dasar hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi
bangsa Indonesia.
c. Penemuan Baru
Adanya penemuan baru dalam kehidupan masyarakat baik itu
berupa ilmu pengetahuan maupun teknologi mempengaruhi dan
membawa perubahan dalam masyarakat. Penemuan mobil misalnya,
penemuan tersebut akan membawa perubahan kebudayaan dan sosial
masyarakat. Dalam masyarakat akan terbentuk status sosial / berdasarkan
harta (mobil) yang dimiliki, orang yang tidak memiliki mobil bisa
dianggap status sosialnya lebih rendah dibandingkan dengan orang yang
memiliki mobil. Selanjutnya, orang yang memiliki sebuah mobil bisa
dianggap lebih rendah statusnya dibandingkan orang yang memiliki lebih
dari satu mobil.
d. Peranan Nilai yang Diubah
Perubahan juga dapat disebabkan berubahnya perana nilai di
masyarakat. Misalnya, sosialisasi program keluarga berencana mampu
untuk menghambat pertambahan penduduk. Contohnya sebelum ada
program keluarga berencana dari pemerintah, masyarakat yang sudah
berkeluarga akan terlihat cenderung meningkatkan mempunyai anak
banyak, namun setelah ada sosialisasi program keluarga berencana
masyarakat tumbuh kesadaran untuk membatasi kelahiran anak demi
masa depan dan kesejateraan anak itu sendiri.
e. Peranan Tokoh Kharismatik
Tokoh kharismatik adalah tokoh yang disegani, dihormati dan
diteladani oleh masyarakat. Peranan tokoh kharismatik membawa
pengaruh dalam perubahan kehidupan masyarakat. Misalnya, Soekarno
sebagai presiden RI memiliki kharismatik dihadapan rakyat karena
keahliannya dapat berpidato dengan baik.
9
masyarakat merupakan hal yang wajar dalam perubahan sosial budaya
masyarakat. Pengaruh dari luar masyarakat tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pengaruh Lingkungan Alam
Pengaruh lingkungan alam sangat berpengaruh dalam terjadinya
perubahan sosial budaya. Misalnya, tanah yang subur dapat berguna
untuk lahan pertanian sehingga masyarakat di daerah tersebut memiliki
usaha sebagai petani. Kebudayaan di tanah suburpun tidak lepas dari
kehidupan sosial sebagai petani sehingga kebudayaan tetap akan
berhubungan dengan bidang pertanian.
b. Kebudayaan Masyarakatan lain
Kontak kebudayaan antar masyarakat mempunyai dampak yang
positif dan negatif. Contohnya, kontak kebudayaan bangsa Indonesia
dengan bangsa Barat (Eropa). Pengaruh positif berupa transfer ilmu
pengetahuan dan teknologi, sedangkan pengaruh negatif berupa pola
hidup kebarat-baratan (westernis) sekelompok anak muda.
c. Peperangan
Peperangan akan menyebabkan pengaruh negative terhadap
sebuah aspek kehidupan masyrakat. Misalnya, perang Irak yang
membawa derita dan trauma berkepanjangan bagi rakyat Irak. Selaian
disebabkan oleh beberapa hal di atas, suatu perubahan sosial budaya
terjadi karena adanya factor yang menyebabkannya. Faktor yang
menyebabkan perubahan sosial budaya terdiri atas faktor pendorong dan
penghambat.
10
Bertambah dan berkurangnya jumlah penduduk suatu daerah
mengakibatkan perubahan struktur masyarakat terutama lembaga
kemasyarakatannya.
c. Pertentangan atau Konflik.
Pertentangan yang terjadi dalam masyarakat karena
kemajemukan menyebabkan perubahan sosial. Dalam masyarakat yang
heterogen, sifat individualistis masih lekat sehingga satu sama lainnya
tidak memiliki hubungan yang dekat. Padahal sumber kebutuhan
semakin terbatas. Persaingan yang terjadi untuk memperebutkan segala
sumber kebutuhan mendorong masyarakt untuk berkreasi menciptakan
alternatif pemenuhan sumber kebutuhan.
d. Terjadinya Pemberontakan atau
Revolusi. Perubahan sosial budaya dapat bersumber dari luar
masyarakat itu sendiri diantaranya sebab yang berasal dari lingkungan
alam fisik di sekitar manusia, seperti bencana alam dan peperangan.
e. Sistem terbuka lapisan masyarakat
Masyarakat dengan sistem lapisan yang terbuka cenderung lebih
mudah mengalami perubahan dari pada dengan sistem lapisan tertutup.
Masyarakat akan selalu cenderung memberikan kesempatan berkarya
bagi manusia - manusia yang potensial.
f. Sifat menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju.
Sikap masyarakat yang mau menghargai hasil karya orang lain
akan membuat orang terdorong untuk melakukan penelitian. Dengan
demikian itu semua akan menghasilkan sebuah karya yang berguna bagi
masyarakat.
g. Sistem pendidikan formal yang maju
Kualitas pendidikan yang tinggi maupun mengubah pola pikir.
Masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi akan lebihrasional dalam
berpikir dan bertindak.
h. Orientasi ke masa depan
Keinginan untuk memperoleh masa depan yang lebih baik akan
mendorong perubahan sosial budaya masyarakat.
11
i. Akulturasi
Akulturasi merupakan pertemuan dua kebudayaan dari bangsa
yang berbeda dan saling mempengaruhi. Peroses akulturasi berlangsung
lama dan terus-menerus. Proses ini berkaitan pada perpaduan
kebudayaan sehingga pola budaya semua akan berubah.
j. Asimilasi
Definisi Asimilasi adalah perpaduan dua kebudayaan yang
berbeda secara berangsur - angsur berkembang sehingga memunculkan
budaya baru.
12
BAB III
TEORI-TEORI KEBUDAYAAN DAN TEORI-TEORI TENTANG INTERAKSI
SOSIAL
1. Pengertian Teori- Teori Kebudayaan
Kebudayaan ini berawal dari kata budaya, serta budaya ini kemudian berasal
Bahasa Sansekerta yakni buddhayah yang memiliki arti akal atau budi. Jadi,
kebudayaan merupakan suatu hal yang berhubungan dengan akal serta budi.
Koentjaraningrat. 2003:73) Menurut BAKKER kata kebudayaan dari
“Abhyudaya”, Sansekerta Kata “Abhyudaya” menurut Sanskrit Dictionary
(Macdonell, 1954): Hasil baik, kemajuan, kemakmuran yang serba Iengkap.
Menurut Koentjaraningrat (2000:181) kebudayaan dengan kata dasar budaya
berasal dari bahasa sangsakerta ”buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang
berarti “budi” atau “akal”. Jadi Koentjaraningrat, mendefinisikan budaya sebagai
“daya budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil
dari cipta, karsa dan rasa itu.
Budaya Sebagai Sistem Adaptif
Sejumlah besar penerbitan, populer dan teknis, telah membahas tentang
pentingnya dan tentang saling keterkaitan antara kom-ponen biologis dan
komponen kultural dalam tingkah laku manusia. Agresi, teritorialitas, peranan-
peranan jenis kelamin, ekspresi wajah, seksualitas, dan ranah-ranah lain di mana
kultural dan biologis saling terkait telah dibicangkan orang tanpa putus-putusnya
dan seringkali tanpa perasaan (mindlessly). Dari semua perbincangan ini kita
dapat menarik dua kesimpulan singkat.
Pertama, setiap pemikiran bahwa apabila kita menguliti lapisan konvensi
kultural maka pada akhirnya kita akan menemukan Primal man dan keadaan
manusia yang bugil di dasarnya, merupakan pemikiran yang steril dan
berbahaya. Kita memerlukan satu model interaksional yang kompleks, bukan
satu pelapisan yang sederhana seperti itu (19, 25).
13
ke dalam pola-pola kultural; dan ini memerlukan rencana penelitian yang
imajinasi dan hati-hati dan penyelidikan yang telaten, bukan polemik-polemik
dan sensasionalisme.
14
ekonomi memberi kendala (bukan menentukan) bentuk dunia yang kita hidupi
ini. Khususnya dalam mitologi, kondisi material tersebut membiarkan pemikiran
tentang dunia berkuasa secara bebas. Dunia fisik tempat manusia hidup
memberikan bahan mentah yang diperdalam lebih jauh oleh proses pemikiran
yang universal ke dalam pola-pola yang jauh berbeda secara substansif tetapi
sama secara formal.
Budaya Sebagai Sistem Simbolik
Geertz melihat pandangan kognitif Goodenough dan para ahli '"etnografi
baru" sebagai pandangan reduksionis dan formalistik yang kabur. Bagi Geertz,
makna tidak terletak di "dalam kepala orang". Simbol dan makna dimiliki
bersama oleh anggota masyarakat, terletak di antara mereka, bukan di dalam diri
mereka. Simbol dan makna bersifat umum (public), bukan pribadi (private)
Sistem kultural adalah ideasional. Sama seperti ideasionalnya kwartet
Beethoven. Sistem itu berada di luar atau di antara manifestasinya dalam pikiran
individu atau penampilan konkrit. Pola-pola kultural, katanya, tidak reified atau
metafisikal. Seperti batu dan mimpi, "mereka adalah benda dalam dunia nyata"
15
Teori Perbandingan sosial
Teori ini di kemukakan oleh Festinger (1950, 1954). Pada dasarnya teori
ini berpendapat bahwa proses saling mempengaruhi dan perilaku saling bersaing
dalam interaksi sosial ditimbulkan oleh adanya kebutuhan untuk menilai diri
sendiri (self evaluation) dan kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan
memebandingkan diri dengan orang lain.
Teori Inferensi Korespodensi
Teori ini dikembangkan oleh Jones & davis (1965). Teori ini pada
dasarnya mencoba untuk menernagkan kesimpulan yang ditarik oleh seorang
pengamat (perceiver) dari pengamatannya atas perilaku tertentu dari orang lain.
Dengan perkataan lain pengamat mengadakan peramalan (inferences) terhadap
niat (intention) orang lain dari perilaku orang lain tersebut.
Tesis utama dari teori ini adalah sebagai berikut : perkiraan tentang
intensi dari suatu perbuatan tertentu bisa ditarik dengan mempertimbangkan
kemungkinan-kemungkinan lain yang dapat dilakukan oleh si pelaku.
Teori Atribusi Eksternal.
Teori atribusi eksternal adalah teori yang membahas tentang prilaku
seseorang. Apakah itu di sebabkan karena faktor internal, misalnya sifat,
karakter, sikap, dan sebagainya. Atau karena faktor eksternal, misalnya tekanan
situasi atau keadaan tertentu yang memaksa seseorang melakukan perbuatan
tertentu. Sehingga pengamat dapat mengambil kesimpulan atas prilaku yang
sedang di tampilkan orang lain. Ini berarti setiap individu pada dasarnya adalah
seorang ilmuan semu yang berusaha mencari sebab kenapa seseorang berbuat
dengan cara tertentu.
16
orang-orang dan lingkungan fisik). Interaksi dan factor intern dan ekstern inilah
yang menjadi kerangka acuan dari setiap perilaku.
17
BAB IV
HIRARKHI KEBUTUHAN MANUSIA DAN KAITANNYA DENGAN
KEMUNCULAN BUDAYA
1. Pengertian Kebutuhan Manusia
2. Kerangka Teori
a. Teori Hirarki Abraham
18
Pada dasarnya menurut Maslow ada lima kebutuhan pegawai dalam
organisasi yang disusun secara hierarkis (bertingkat), yaitu:
1. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan manusia yang paling mendasar
untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan akan
makanan, minuman, tempat tinggal, tidur, istirahat dan udara. Atau dalam
artian lain, kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang paling kuat dan
mendesak yang harus dipenuhi paling utama oleh manusia dalam
menjalankan kehidupan kesehariannya. Seseorang yang mengalami
kekurangan makanan, harga diri dan cinta, pertama-tama akan mencari
makanan terlebih dulu. Ia akan mengabaikan atau menahan terlebih dahulu
semua kebutuhan lain sampai kebutuhan fisiologisnya terpenuhi. Bagi orang
yang berada dalam keadaan lapar berat dan membahayakan, tak ada minat
lain kecuali pada makanan. Bagi masyarakat sejahtera jenis kebutuhan ini
umumnya telah terpenuhi. Ketika kebutuhan dasar ini terpuaskan, dengan
segera kebutuhan lain (yang lebih tinggi tingkatnya) akan muncul dan
mendominasi perilaku manusia (Maslow, 1970: 35).
2. Kebutuhan Rasa Aman Atau Keselamatan
Maslow berpendapat bahwa apabila kebutuhan fisiologis relative telah
terpenuhi, maka akan muncul seperangkat kebutuhan baru yang kurang-lebih
dapat kita kategorikan dalam kebutuhan akan keselamatan, yaitu keamanan,
kemantapan, ketergantungan, perlindungan, bebas dari rasa takut, cemas dan
kekalutan; kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas, kekuatan
diri pelindung, dan sebagainya (Maslow, 1970: 39). Kebutuhan akan
keamanan merefleksi keinginan untuk mengamankan imbalan-imbalan yang
telah dicapai dan untuk melindungi diri sendiri terhadap bahaya, cedera,
ancaman, kecelakaan, kerugian atau kehilangan.
3. Kebutuhan Sosial
Menurut Maslow, jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa
aman telah terpenuhi, maka muncullah kebutuhan akan cinta, kasih sayang
dan rasa memiliki dan dimiliki. Orang akan mendambakan hubungan penuh
kasih sayang dengan orang lain pada umumnya, khususnya kebutuhan akan
19
rasa memiliki tempat di tengah kelompoknya, dan ia akan berusaha keras
mencapai tujuan yang satu ini (Supratinya, 1987: 74) 15
4. Kebutuhan Penghargaan
Maslow menemukan bahwa setiap orang memiliki dua kategori
kebutuhan akan penghargaan, yakni: harga diri dan penghargaan dari orang
lain. Harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi,
penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan dan kebebasan.
Penghargaan dari orang lain meliputi prestise, pengakuan, penerimaan,
perhatian, kedudukan, nama baik serta penghargaan. Seseorang yang
memiliki cukup harga diri akan lebih percaya diri serta lebih mampu sehingga
lebih produktif. Sebaliknya jika harga dirinya kurang maka akan
menyebabkan rasa rendah diri tidak berdaya, bahkan rasa putus asa serta
perilaku yang neurotik. Harga diri yang paling stabil dan sehat, tumbuh dari
penghargaan yang wajar dari orang lain, bukan karena nama harum, serta
sanjungan kosong (Maslow, 1970: 39).
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Maslow mengemukakan bahwa setiap orang harus berkembang sepenuh
kemampuannya. Kebutuhan manusia untuk bertumbuh, berkembang, dan
menggunakan kemampuannya, oleh Maslow disebut aktualisasi diri. Maslow
juga menyebut aktualisasi diri sebagai hasrat untuk makin menjadi diri sendiri
sepenuhnya, menjadi apa saja menurut kemampuan yang dimiliki. Kebutuhan
akan atualisasi diri ini biasanya muncul setelah kebutuhan akan cinta dan
akan penghargaan terpuaskan secara memadai. Kebutuhan akan 16 aktualisasi
diri ini merupakan aspek terpenting dalam teori motivasi Maslow. Munculnya
kebutuhan yang tanpa jelas ini biasanya berdasarkan suatu pemenuhan
kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keselamatan, cinta dan harga diri yang
ada sebelumnya (Maslow, 1970: 46).
20
BAB V
SOLIDARITAS SOSIAL KOTA DAN DESA (MEKANIS-ORGANIS,
GEMEINSCHAFT-GESSELSCHAFT, PAGUYUBAN-PATEMBAYAN)
1. Pengertian Solidaritas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata sosial adalah
berkenaan dengan masyarakat, perlu adanya komunikasi dalam usaha menunjang
pembangunan, suka memperhatikan kepentingan umum (Depdiknas, 2007).
Solidaritas sosial menunjuk satu keadaan hubungan antar individu atau kelompok
yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang
diperkuat oleh pengalaman emosional bersama (Alamsyah, 2016).
Solidaritas juga merupakan kesetiakawanan antar anggota kelompok sosial.
Terdapatnya solidaritas yang tinggi dalam kelompok tergantung pada kepercayaan
setiap anggota akan kemampuan anggota lain untuk melaksanakan tugas dengan
baik. Pembagian tugas dalam kelompok sesuai dengan kecakapan masing-masing
anggota dengan keadaan tertentu akan memberikan hasil kerja yang baik. Dengan
demikian, akan makin tinggi pula solidaritas kelompok dan makin tinggi pula sense
of belonging (Huraerah & Purwanto, 2006).
Mengenai soidaritas, Emile Durkeim mendalamkan penjelasan tersebut dalam
bukunya yang berjudul The Division of Labor in Society yang menganalisa pengaruh
atau fungsi kompleksitas dan spesialisasi pembagain kerja dalam struktur sosial dan
perubahan-perubahan yang diakibatkannya dalam bentuk-bentuk pokok solidaritas
sosial.
Durkeim juga membagi solidaritas menjadi dua kaitannya dalam pertumbuhan
pembagaian kerja yang meningkatkan suatu perubahan dalam struktur sosial dari
solidaritas mekanik dan organik. Solidaritas mekanik dapat dicontohkan dengan
adanya toleransi dalam perbedaan urusan, misahnya Majlis Ulama Indonesia degan
pemerintah negara, yang meskipun berbeda urusan tapi satu dengan yang lainnya
tetap bersolidaritas dalam berkedidupan bersama.
Seperti yang disebutkan pada paragraf awal sebelumnya yaitu Emile Durkheim
mengasumsikan bahwa gejala sosial itu riil dan mempengaruhi kesadaran individu
serta perilakunya yang berbeda dari karakteristik psikologis, biologis, atau
karakteristik individu lainnya. Maka dapat pahami bahwa rasa solidaritas dan
21
gotong royong pada masyarakat desa juga merupakan suatu gejala sosial yang nyata
keberadaannya dan mempengaruhi suatu sosial masyarakat secara menyeluruh,
bukan hanya tentang pengaruhnya terhadap seseorang atau individu saja.
Ini merupakan kesadaran masyarakat desa terhadap lingkungan sosialnya agar
tetap bisa menjaga stabilitas kehidupan bersama dengan baik. Pembiasaan
masyarakat menjalankan hubungan sosial secara lebih dekat dengan mengutamakan
rasa peduli tidak engenal kelas sosial, yang berada pada kelas sosial yang lebih
tinggi maupun sebaliknya serta merta berkecimpung dalam segala aktivitas yang
berdasar pada rasa solidaritas dan gotong royong. Solidaritas yang ada pada
masyarakat desa merupakan solidaritas organik berdasar pada hubungan mereka
yang saling membutuhkan dan melengkapi satu sama lain serta adanya tingkat
saling ketergantungan yang sangat tinggi.
Solidaritas Menurut Para Ahli
Adapun definisi ahli, terkait dengan pengertian solidaritas antara lain
adalah sebagai berikut;
a. Robert M.Z Lawang (1985), pengertian dari solidaritas dalam proses sosial
tetap bermuara pada sikap kesatuan, pertemanan, saling percaya yang
muncul akibat dari tanggung jawab atau keinginan untuk bersama diantara
para anggota masyarakat atau kelompok.
b. Soerjono Soekanto (1987), definisi solidaritas sosial ialah suatu ketertarikan
individu antar individu akan suatu kelompok, serikat, perhimpunan, strata,
kelas sosial, yang membentuk masyarakat dengan bagian-bagiannya
berdasarkan derajat-derajat yang sama.
22
masih sangat terlihat hingga sekarang, bahkan Negara Indonesia ini dikenal
sebagai bangsa yang mempunyai jiwa gotong-royong yang tinggi. Gotong-
royong masih sangat dirasakan manfaatnya, walaupun kita telah mengalami
perkembangan jaman yang agak cepat sehingga mengubah pola pikir
manusia menjadi pola pikir yang individualis, namun pada kenyataannya
manusia memang tidak akan pernah bisa untuk hidup sendiri dan selalu
membutuhkan bantuan dari orang lain untuk kelangsungan hidupnya di
masyarakat.
b. Kerja sama
Selain gotong-royong yang merupakan bentuk dari solidaritas sosial
adalah kerja sama. Menurut Hasan Shadily, kerja sama adalah proses
terakhir dalam penggabungan. Proses ini menunjukkan suatu golongan
kelompok yang lain yang digabungkan itu (Jamaluddin, 2017). 12 Kerja
sama merupakan penggabungan antara individu dengan individu lain, atau
kelompok dengan kelompok lain sehingga bisa mewujudkan sebuah hasil
yang dapat dinikmati bersama. Setelah tercapainya penggabungan itu
barulah kelompok dapat bergerak sebagai kelompok sosial. Kerja sama itu
diharapkan memberikan suatu manfaat bagi anggota kelompok yang
mengikutinya dan tujuan utama dari bekerja sama bisa dirasakan oleh
anggota kelompok yang mengikutinya. Kerja sama timbul karena secara
khusus adanya orientasi tiap individu terhadap kelompoknya (In-Group) atau
secara umum keterlibatan kelompok lainnya (Out-Group).
2. Macam-Macam Soldaritas
a. Solidaritas Mekanik
Masyarakat yang memiliki ikatan solidaritas mekanik menjadi satu padu
karena seluruh orang dalam solidaritas tipe ini adalah generalis (umum). Ikatan
solidaritas dalam masyarakat yang memiliki karakter seperti ini umumnya
terjadi karena mereka ikut terlibat dalam aktivitas yang serupa dan memiliki
tanggung jawab yang sama.
Solidaritas mekanik ini memiliki kecenderungan mempunyai kesadaran
kolektif yang lebih tinggi dan kuat. Keasadarn kolektif tersebut ialah; norma,
pemahaman, dan kepercayaan bersama.
23
Tidak adanya persaingan dan pembagian keraja yang cukup ketat.
Mengedepankan kesamaan perilaku dan sikap yang telah ada dalam tengah-
tengah masyarakat. Sikap individualitas masyarakatnya cenderung lemah dan
tidak bisa berkembang pesat, dikarenakan memiliki orintasi pada kepentingan
bersama.
Kehidupan masyarakat pada tipe ini masih sangat sederhana.
Ketidakhadiran individu sebagai anggota masyarakat tidak mempengaruhi
keberlangsungan suatu kelompok. Kesadaran bersama yang dibangun dalam
masyarakat yang mencakup keseluruhan nilai-nilai dan kepercayaan bersifat
eksternal dan memaksa individu.
Dalam solidaritas mekanik, tipe solidaritas ini identic dengan masyarakat
yang hidup di pedesaan. Hal ini disebabkan karena solidaritas mekanik hanya
akan muncul kepermukaan pada kelompok masyarakat yang masih memiliki
pola kehidupan sederhana atau masyarakat yang masih mempunyai tigkat
kolektifitas nilai yang tinggi dan kuat, hal-hal semacam ini tadi bisa kita jumpai
di desa.
Pada kehidupan sehari-hari, contoh solidaritas mekanik bisa kita jumpai.
Missal; tetangga kita lagi tertimpa musibah akibat adanya bencana alam maupun
sebab lainnya, maka seluruh warga secara sukarela akan bahu- membahu untuk
memberikan pertolongan.
Walaupun disini hamper tidak ada pembagian kerja,namun beberapa
warga bisa melakukan suatu pekerjaan, sehingga pekerjaan menjadi menjadi
ringan dan cepat selesai.
b. Solidaritas Organik
Sementara itu, kebalikannya dari masyarakat yang mempunyai ikatan
solidaritas mekanik, solidaritas organis bertahan bersama justru dengan
perbedaan yang berada di dalamnya, dengan fakta bahwa semua orang memiliki
pekerjaan dan tanggung jawab berbeda.
24
zaman primitif) dipimpin oleh seorang ayah yang menjadi pemburu dan seorang
ibu menjadi peramu yang secara sederhana untuk mencukupi kebutuhan sehari-
hari keluarga.
Sementara keluarga yang sudah berada di zaman modern yang
dibutuhkan ialah kebutuhan yang bersifat jasa,missal; adanya penjual makanan,
tukang montir, tukang roti, polisi, guru dan lain sebagainya.
Solidaritas tipe ini berkembang dan banyak terjadi di daerah perkotaan
yang relative kehidupan sosila masyarakat yang kompleks yang dipersatukan
atas dasar adanya perbedaan. Pada masyarakat dengan solidaritas tipe ini,
banyak pembagian kerja dan spesialisasi pembagian kerja. Sehingga pembagian
kerja sudah jelas dan kerja lebih terorganisir.
Contoh ini bisa kita lihat pada perkotaan dengan beragam pabrik dan
perusahaan, dimana setiap perusahaan membagi setiap bagian dengan
departemen-dpartemen yang masing-masing sudah mempunyai tugas dan
wewenang tersendiri.
Ada yang menjadi ketua di perusahaan yang memiliki tanggung jawab
penuh untuk mengorganisir timnya. Ada yang diberi posisi menjadi sekretaris
yang mengurus semua kebutuhan perusahaan perihal surat-menyurat. Bendahara
yang bertugas mengelola keuangan perusahaan atau organisasi.
Bagian penjualan yang bertugas memasarkan produk dari sebuah
perusahaan. Semua bagian di tiap departemen-departemen bekerja sebagaimana
tugasnya untuk menjalankan roda organisasi perusahaan.
3. Masyarakat
Gemeinschaft (Masyarakat Paguyuban)
Masyarakat yang ditandai hubungan Gemeinschaft berfifat homogeny,
sebagian besar kekerabatan dan hubungan organic diikat, dan memiliki kohesi
moral yang didasarkan pada sentiment keagamaan yang umum. Gemeinschaft
(masyarakat paguyuban) sendiri terbagi menjadi tiga bagian yaitu, Gemeinschaft
by blood, Gemeinschaft by place, Gemeinschaft of mind.
Gemeinschaft of blood yaitu ikatan-ikatan kekerabatan, Gemeinschaft by
place yaitu ikatan berlandaskan kedekatan letak tempat tinggal serta tempat kerja
25
yang mendorong orang untuk berhubungan secara intim satu sama lain dan
mengacu pada kehidupan bersama didaerah pedesaan. Sedangkan Gemeinschaft
of mind yaitu hubungan persahabatan yang disebabkan karena persamaan
keahlian atau pekerjaan serta pandangan yang mendorong untuk saling
berhubungan secara teratur.
Paguyuban secara luas ditandai oleh ciri-ciri pembagian kerja yang
moderat, hubungan pribadi yang kuat, keluarga yang kuat, dan lembaga sosial
yang relatif sederhana. Dalam komunitas semacam itu, jarang ada kebutuhan
untuk menegakkan kontrol sosial secara eksternal, karena rasa kesetiaan kolektif
yang dirasakan individu terhadap masyaraka.
Gesellschaft (Masyarakat Patembayan)
Globalisasi merupakan tahap lanjut dari perkembangan peradaban
manusia. Ibnu Khaldun memandang bahwa kohesi sosial (ashobiyah) begitu
kuat dalam masyarakat tradisional dan primitif. Hal ini sering dijumpai pada
masyarakat pedesaan yang bercirikan paguyuban atau gotong royong, dan
berbanding terbalik dengan masyarakat perkotaan yang bercirikan invidualistik.
Untuk kenyataan di zaman sekarang perbedaan antara masyarakat pedesaan dan
masyarakat perkotaan sulit dibedakan, hal itu karena peradaban sudah mulai
masuk pada wilayah-wilayah pedesaan. Meskipun demikian, kita masih bisa
menemukan adanya perbedaan melalui kebudayaan, adat kebiasaan yang masih
dipertahankan oleh masyarakat pedesaan.
26
individu kepada masyarakat. Kohesi sosial dalam masyarakan patembayan
biasanya berasal dari pembagian kerja yang lebih rumit. Contoh patembayan di
dunia saat ini adalah komunitas Amish. Amerika Serikat akan dianggap sebagai
masyarakat patembayan. Masyarakat semacam itu dianggap lebih rentan
terhadap konflik kelas serta konflik ras dan etnis. Gejolak sosial selama era
Rekonstruksi Amerika Serikat memperumit kategori sosiologis gemeinschaft
karena mantan budak, yang ikatan kekerabatannya rumit di bawah perbudakan,
membentuk komunitas baru yang berbagi aspek gemeinschaft dan gesellschaft.
27
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani. 2012. Sosiologi Sistematika Teori dan Terapan. Jakarta : Bumi Aksara.
Muftazinur. 2019. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Banda Aceh : Lembaga Kajian
Konstitusi Indonesia (LKKI).
Mulyono. 2018. Buku Ajar Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar. Semarang : Stikes
Widya Husada Semarang.
Sumber Internet :
Ahmad. 2021. Perubahan Sosial Budaya. Yuksinau. Diakses pada 31 Mei 2021 melalui
https://www.yuksinau.id/perubahan-sosial-budaya/
Anonim. 2020. Latar Belakang Hirarki Kebutuhan dari Maslow. Diakses pada 4 Juni
2021 mlalui file:///C:/Users/USER/Downloads/bab-i-pendahuluan-konseptual-
sebagai-landasan-untuk-memahami-kekuatan-kekuatan-yang.pdf
Anonim. 2021. Pengertian Kebudayaan. Pendidikan. Diakses pada tanggal 4 Juni 2021
melalui https://pendidikan.co.id/pengertian-kebudayaan/
Anonim. 2020. Solidaritas Mekanik Organik. Dosen Sosiologi. Diakses pada tanggal 4
Juni 2021 melalui https://dosensosiologi.com/solidaritas-mekanik-organik/
Anonim. 2020. Teori Interaksi Sosial Menurut Para Ahli. Universitas Psikolog. Diakses
Pada 4 Juni 2021 melalui https://www.universitaspsikologi.com/2020/12/teori-
interaksi-sosial-menurut-para-ahli.html
28
Nova. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Blogspot. Diakses pada 30 Mei 2021 melalui
https://nova32bhsaindo2c.blogspot.com/2011/03/pengertian-tujuan-fungsi-
ilmu-sosial.html
Rahayu, G. 2018. Interaksi Sosial. Diaskses pada tanggal 4 Juni 2021 melalui
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032-
RAHAYU_GININTASASI/INTERAKSI_SOSIAL.pdf
29