DASAR" (ISBD)
BAB 1
PENGANTAR ISBD
TUJUAN PEMBELAJARAN
setelah melakukan pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa mampu :
1. mengemukakan kompetensi dasar dan pokok substansi kajian sebagai ruang lingkup ISBD
2. menjelaskan pentingnya ISBD sebagai kelompok mata kuliah berkehidupan bermasyarakat
(MBB) dan program pendidikan umum perguruan tinggi.
3. menggunakan ISBD sebagai sudut pandang alternative atas pemecahan masalah social dan
budaya.
MATERI PEMBELAJARAN
A. Hakikat dan ruang lingkup ISBD
B. ISBD sebagai MBB dan penddikan umum
C. ISBD sebagai alternative pemecahan masalah social budaya.
KATA-KATA KUNCI
Ilmu social dasar, ilmu budaya dasar, kompetensi, matakuliah berkehidupan masyarakat,
system nilai budaya.
pada bagian pertama buku ini, akan diuraikan topic mengenai pengantar kuliah ilmu social
dan budaya dasar (ISBD)sebelum menguraikan lebih lanjut materi-materi pokok yang ada dalam
substansi kajian ISBD. bagian pengantar ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan umum
mengenai mata kuliah ISBD. dalam pengantar ini akan disajikan mengenai hakikat dan ruang
lingkup ISBD, ISBD sebagai MBB dan pendidikan umum, dan ISBD sebagai alternative
pemecahan masalah dan social budaya.
BAB II
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA
TUJUAN PEMBELAJARAN
setelah melaksanakan pembelajaran ini, mahasiswa diarapkan mampu :
1. menganalisis manusia sebagai makhluk berbudaya
2. menjelaskan hakekat kemanusiaan dan kebudayaan
3. membedakan antara etika dan estetika berbudaya
4. menunjukkan sikap hormat dan menghargai sesama manusia
5. memberikan contoh problema kebudayaan dewasa ini
MATERI PEMBELAJARAN
1. hakikat manusia sebagai makhluk budaya
2. apresiasi terhadap kemanusiaan dan kebudayaan
3. etika dan estetika berbudaya
4. memanusiakan manusia
5. problematika kebudayaan
KATA KUNCI
akal budi, budaya, kebudayaan, etika,estetika.
bab ini membahas tentang manusia sebagai makhluk budaya yang berkemampuan
menciptakan kebaikan, kebenaran,keadilan, dan bertanggung jawab. sebagai makhluk berbudaya,
manusia mendayakan akal dan pikirannya untuk menciptakan kebahagiaan baik bagi dirinya
maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan hidupnya. sebagian makhluk berbudaya, manusia
menciptakan kebudayaannya.
dalam bab ini akan dibahas mengenai hakikat manusia sebagai makhluk budaya, apresiasi
terhadap kemanusiaan dan kebudayaan, etika dan estetika berbudaya, memanusiakan manusia,
dan problematika kebudayaan.
A. HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA
Manusia adalah salah satu makhluk tuhan di dunia. makhluk tuhan di alam fana ini ada empat
macam, yaitu alam,tumbuhan, binatang, dan manusia, sifat-sifat yang dimiliki ke empat makhluk
ini sebagai berikut :
1. alam memiliki sifat wujud
2. tumbuhan memiliki sifat wujud dan hidup
3. binatang memiliki sifat wujud,hidup dan dibekali nafsu
4. manusia memiliki sifat wujud,hidup, dibekali nafsu serta akal budi.
akal budu merupakan pemberian sekaligus potensi dalam diri manusia yang tidak dimiliki
makhluk lain. kelebihan manusia disbanding mekhluk lain terletak pada akal budi. anugrah tuhan
akan akal budilah yng membedakan manusia dengan makhluk lain. akal adalah kemampuan
berfikir manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki. berpikir merupakan kegiatan operasional
dari akal yang mendorong untuk aktif berbuat demi kepentingan dan peningkatan hidup manusia.
jadi, fungsi dari akal adalah berfikir. karena manusia di anugerahi akal maka manusia dapat
berfikir. kemampuan berfikir manusia juga digunakan untuk memecahkan masalah-masalah
hidup yang dihadapinya.
budi berarti juga akal. budi menurit kamus lengkap bahasa Indonesia adalah bahian dari
kata hati yang berupa paduan akal dan perasaan dan yang dapat membedakan baik-buruk
sesuatu. budi dapat pula berarti tabiat atau perangai dan akhlak. sultan takdir alisyabanha
mengungkapkan bahwa budilah yang menyebabkan manusia mengembangkan suatu hubungan
yang bermakna dengan alam sekitarnya dengan jalan memberikan penilaian objektif terhadap
objek atau kejadian. dengan akal budinya, manusia mampu menciptakan,mengkreasikan,
memperlakukan, memperbaharui, memperbaiki, mengembangkan dan meningkatkan sesuatu
yang ada untuk kepentingan hidup manusia. contohnya, manusia bisa membengun rumah ,
membuat aneka masakan, menciptakan beragam jenis pakaian, membuat alat transportasi,sarana
komunikasi, dan lain-lain. binatangpun bisa membuat rumah dan mencari makan. akan tetapi,
rumah atau makanan jenis suatu binatang tidak akan pernah berubah ataupun berkembang.
rumah burung, atau sarang burung dari dulu sampai sekarang tetap saja wujudnya, tidak ada
pembaharuan dan peningkatan. manusia dengan kemampuan akal budinya bisa memperbaharui
dan mengembangkan sesuatu untuk kepentingan hidup.
kepentingan hidup manusia adalah dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidup.
secara umum, kebutuhan manusia dalam kehidupan dapat dibedakan menjadi 2. pertama,
kebutuhan yang bersifat kebendaan(sarana-prasarana), atau badani / ragawi/ jasmani/rohani.
contohnya adalah makan,minum, bernafas,istirahat dan seterusnya. kedua, kebutuhan yang
bersifat rohani, atau mental dan psikologi. contohnya adalah kasih saying,pujian,perasaan aman,
kebebasan dan lain sebagainya.
Abraham maslow seorang ahlu psikologi berpendapat, bahwa kebutuhan manusia dalam
hidup dibagi menjadi 5 tingkatan. kelima tingkatan tersebut adalah sebagi berikut :
1. kebutuhan fisiologis
2. kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan
3. kebutuhan social
4. kebutuhan akan penghargaan
5. kebutuhan akan aktualisasi diri
meurut maslow, kebutuhan manusia awalnya diawali dengan kebutuhan fisiologis atau
paling mendesak, kemudian ecara bertahap beralih pada tingkat kebutuhan diatasnya sampai
tingkatan tertinggi, yaitu kebutuhan aktualisasi diri. beliau menjelaskan bahwa kita tidak dapat
memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi kalau kebutuhan yang lebih rendah belum terpenuhi. itu
berarti kebutuhan nomor 5 akan diupayakan pemenuhannya kalau kita sudah memenuhi
kebutuhan-kebutuhan sebelumnya. jadi, kebutuhan manusia bertingkat dan membentuk hierarki.
dengan akal budi, manusia tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga
mampu mempertahankan juga meningkatkan derajadnya sebagai makhluk yang tinggi bila
disbanding makhluk lain. ,manusia tidak sekedar homo tetapi human (manusia yang manusiawi).
dengan demikian manusia mempu mengembangkan sisi kemanusiaanya.
dengan akal budi, manusia mampu menciptakan kebudayaan. kebudayaan pada dasarnya
adalah hasil akal budi manusia dalam interaksinya, baik dengan alam maupun alam sekitarnya.
manusia merupakan makhluk yang berbudaya. manusia adalah pencipta kebudayaan.
hakikat manusia harus dipandang secara utuh, manusia merupakan makhluk tuhan yang
paling sempurna, karena ia dibekali akal budi. manusia memiliki harkat dan derajad yag tinggi.
harkat adalah nilai sedangkan derajat adalah kedudukan. pandangan demikian berlandaskan
pada ajaran agama yang diyakini oleh manusia sendiri . contoh dalam ajaran agama islam surah
at-tin ayat 4 dikatakan sesungguhnya kami (allah) telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknya.
karena manusia memiliki harkat dan derajat yang tinggi maka manusia hendaknya
mempertahankan hal tersebut. dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan hal tersebut,
maka prinsip kemanusiaan berbicara, prinsip kemanusiaan mangandung arti adanya penghargaan
dan penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia yang luhur itu, semua manusia adalah
luhur, karena itu manusia tidak harus dibedakan perlakuannya hanya karea perbedaan
suku,ras,keyakinan,status social ekonomi, asal usul dan sebagainya.
ada ungkapan bahwa the makind is one (kemanusiaan adalah satu). dengan demikian,
sudah sewajarnya antar semua manusia tidaksaling mennindas, tapi saling menghargai dan
menghormati dengan pijakan prinsip kemanusiaan.prinsip kemanusiaan yang ada pada diri
manusia menjadi penggerak manusia untuk berperilaku yang seharusnya sebagai manusia.
dalam pancasila sila kedua terdapat konsep kemanusiaan yang adil dan beradap.
kemanusiaan yang adil dan beradab berarti sikap dan perbuatan manusia yang sesuai dengan
kodrat hakikat manusia yang sopan dan susila yang berdasarkan atas nilai dan norma moral.
kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kesadaran akan sikap dan perbuatan yang didasarkan
pada budi murni manusia yang dihubungkan dengan norma-norma, baik terhadap diri sendiri,
sesame manusia, maupun terhadap lingkungannya..
2. manusia dan dan kebudayaannya
kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta, yaitu budhayah yang merupakan bentuk
jamak dari budhi (budhi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan
akal. ada pendapat lain mengetakan budaya berasal dari kata budi dan daya. budi merupakan
unsure rohani, sedangkan daya adalah unsure jasmani manusia. dengan demikian, budaya
merupakan hasil budi dan daya dari manusia.
dalam bahasa inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata lain colere,
yaitu mengolah atau mengerjakan. dalam bahasa belanda, cultur berarti sama dengan culture,
cultur atau culture bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. dengan demikian kata
budaya ada hubungannya dengn kemampuan manusia dalam mengelola sumber-sumber
kehidupan, dalam hal ini pertanian. kata culture juga terkadang diterjemahkan sebagai
kultur dalam bahasa Indonesia.
kebudayaan sebagai system pengetahuan yang meliputi system idea tau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan bersifat
abstrak. sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa prilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya
pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi social,religi,seni, dan lain-lain, yang
kesemuannya ditujukan untuk membentu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakatnya.
C. ETIKA DAN ESTETIKA BERBUDAYA
jika estetika dibandingkan dengan etika, maka etika berkaitan dengan nilai yang berkitan
dengan baik-buruk, sedangkan estetika yang berkaitan dengan indah jelek. sesuatu yang estetik
berarti memenuhi unsure keindahan (secaraestetik murni maupun secara sempit, baik dalam
bentuk warna , garismkata, ataupun nada). budaya yang estetik berarti budaya itu memiliki
unsure keindahan.
apabilai nilai etik bersifatrelativuniversal, dalam arti bisa diterima banyak orang, namun
nilai estetik amat subjektif dan particular. sesuatu yang indah bagi seseorang belum tentu indah
bagi orang lain. misalkan dua orang memandang sebuah lukisan, orang pertama akan mengakui
keindahan yang terkandung di dalam luksan tersebut, namun bisa jadi orang kedua sama sekali
tidak menemukan keindahan di lukisan tersebut.
oleh karena subjektif, nilai estetik tidak bisa dipaksakan pada orang lain. kita tidak bisa
memaksa seseorang untuk mengakui keindahan sebuah lukisan sebagaimana pandangan kita,
nilai-nilai estetik lebih bersifat perasaan, bukan pernyataan.
budaya sebagai hasil karya mausia sesungguhnya diupayakan untuk memenuhi unsure
keindahan. manusia sendiri memang suka akan keindahan. disinilah manusia berusaha
berestetika dalam berbudaya. semua budaya pastilah dipandang memiliki nilai-nilai estetik bagi
masyarakat pendukung budaya tersebut. hal-halyang indah dan kesukaannya pada keindahan
diwujudkan dengan menciptakan aneka ragam budaya.
namun sekali lagi, bahwa suatu produk budaya yang di pandang indah oleh masyarakat
pemiliknya belum tentu indah bagi masyarakat budaya lain. contohnya, budaya suku-suku
bangsa di Indonesia. tarian suatu suku berikut penari mungkin dilihat tidak ada nilai estetikanya,
bahkan dipandang aneh oleh warga dari suku lain, demikian pula sebaliknya.
oleh karena itu, estetika berbudaya tidak semata-mata dalam berbudaya harus memenuhi
nilai-nilai keindahan. lebih dari itu estetika berbudaya menyiratkan perlunya manusia untuk
menghargai keindahan budayayang dihasilkan oleh manusia lainnya.keindahan adalah subjektif.
tetapi kita akan dapat melepas subjektivitas kita untuk melihat adanya estetik.
5. BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KEKUATAN PSIKISNYA
Menurut pandangan aliran psikoanalisa kesenian, kesusasteraan, dan 9segala jenis
idealisme sosial dan politik muncul dari kenyataan bahwa kekuatan psikis yang dapat
ditanamkan di dalam obyek-obyek yang secara sosial dapat diterima, memberiknnya suatu nilai
yang tegas dan pasti. Masalah besar yang dihadapi sosiologi dewasa ini ialah menemukan cara-
cara untuk mempergunakan kekuatan psikis ini sehingga bermanfaat secara kemasyarakatan.
Telah kita pahami bahwa idealisasi dan sublimasi adalah bentuk-bentuk khusus dari apa
yang kita sebut secara lebih umum dengan pemindahan kekuatan psikis, menggunakan
kekuatan psikis yang sama dengan yang digunakan dalam kasus neorosa atau rasionalisasi atau
pembentukan reaksi, namun dengan akibat yang sungguh berbeda. Apakah kekuatan psikis itu
ditanamkan di dalam obyek-obyek yang secara kemasyarakatan dapat diterima, tentu saja
tergantung kepada kepribadian individual, namun demikina mungkin pula tergantung kepada
sifat dari bimbingan kekuatan-kekuatan yang bekerja di dalam masyarakat dimana individu yang
bersangkutan hidup.
Kita kini hidup dalam suatu periode dimana ide perencanaan sosial tidaak lagi merupakan
konsepsi yang asing sama sekali. Mungkin sekali bimbingan terhadap kekiatan psikis kita, cepat
atau lambat akan dianggap sebagai suatu masalah sosial yang penting. Bimbingan demikian tentu
saja bukan berarti bahwa kita dapat atau menghendaki untuk mengatur perkembangan individual
kita secara mekanik atau kita harus mencoba meramalkan perkembangan evolusi dari individdu
tertentu. Peramalan evolusi dari individu demikian itu adalah suatu hal yang tak mungkin dan tak
perlu; namun ada kemungkinan bahwa faktor-faktor umum cenderung membentuk perilaku
manusia dan kondisi pemanfaatan kekuatan psikis yang berlebih-lebihan mungkin ditampung
dan dibimbing karena mempengaruhi kebanyakan orang kearah tingkat tertentu dan kedalam
aturan tertentu. Dalam hal ini orang harus membedakan dua hal. Pertama, kondisi individual
tertentu dalam keadaan sebelum ditentukan, yakni sebelum mendapatkan bantuan dari institusi
tertentu yang menghasilkan tipe khusus individu. Sekiranya ada orang yang mempercayai
terbentuknya kepribadian individu menurut cara ini, maka orang itu tentu berasumsi bahwa
perkembangan masyarakat secara berangsur-angsur dapat diramalkan, dan merupakan suatu yang
tak dapat dielakkan. Tetapi ini sama sekali bukan pendirian kita. Kita berasumsi bahwa kondisi
tertentulah yang menyebabkan timbulnya beberapa pengaruh dengan derajat kemungkinan
statistik tertentu. Namun kebebasan berkembang diluar tipe itu adalah sesuatu yang esensial
terhadap perkembangan yang lebih banyak bersifat tentatif dan yang mudah disesuaikan ini.
Bimbingan terhadap kekuatan psikis dan emosional dalam masyarakat yang lebih
sederhana, pertama terdiri dari penyesuaian kekuatan aktif menurut kebutuhan masyarakat yang
lebih sederhana seperti yang lahir dari proses pembagian kerja dalam masyarakat, dan kedua
dalaam menyelaraskan kekuatan yang berlebihan dengan merangsang pertumbuhan pola
sublimasi dengan mempengaruhi aktivitas yang menyenangkan dan sebagainya. Kita harus
mempelajari dengan sangat hati-hati bagaimana proses sublimasi dan pemindahan kekuatan
psikis dan emosional itu mendapatkan bimbingannya dalam masyarakat yang lebih kuno.
ii. Kepentingan
Sedemikian jauh kita telah menganggap penting unsur-unsur yang tidak disadari dan yang
irrasional dari kehidupan manusia. Meskipun kehidupan sosial tanpa terelakkan dibimbing
sedemikian luasnya oleh faktor-faktor ketidaaksadaran dan emosi, namun adalah suatu
kekeliruan besar bila diabaikan peranan yang dimainkan oleh kepentingan rasional.
Kita akan membedakan dua ide tentang kepentingan. Pertama, kepentingan dalam arti
luas. Contohnya seperti: yang berkepentingan atau berminat terhadap rakyat, terhadap kesenian,
atau terhadap filsafat. Kepentingan demikian ini adalah murni dalam pengertian psikologi.
Kedua, di sebut kepentingan rasional.
Kepentingan dalam arti luas adalah pasangan dari sikap. Menurut MacIver, sikap adalah
keadaan berpikir secara subyektif, mencakup kecenderungan bertindak menurut cara-cara yang
khas, kapan saja suatu stimuli timbul. Sikap seperti itu misalnya sikap cemburu, iri-hati, benci,
jijik, pemujaan, keyakinan atau ketidakyakinan. Seluruh sikap secara tak langsung menyatakan
obyek tertentu, ke arah mana sikap itu di tujukan, tetapi obyek ini menyatakan keadaan pikiran,
bukan obyek seperti yang ditunjukkan dengan istilah sikap/
Sebaliknya, jika kita mengalihkan perhatian kita dari subyek kepada obyek, maka kita
akan berbicara tentang obyek dari kepentingan. Seorang politisi misalnya, adalah obyek
kepentingan dari banyak orang walaupun sikap orang itu terhadapnya mungkin sangat berbeda-
beda.
Kita dapat memulai dengan mengingat suatu obyek kepentingan dari sudut pandangan
elemen subyektif. Sekali kepentingan saya dipusatkan kepada obyek itu maka hubungan obyektif
antara obyek itu dengan saya mejadi semakin penting. Dalam arti luas ini kita dapat
membicarakan tentang kepentingan terhadap obyek kultural seperti terhadap filsafat. Dalam hal
ini kepentingan berarti suatu obyek yang mendapatkan perhatian kita.
Dari kepentingan dalam arti saya berminat terhadap sesuatu, maka kita harus
membedakannya dari kepentingan yang mempunyai implikasi khusus terhadap keuntungan
personal yang kadang-kadang kita sebut kepentingan sendiri. Sebagai contohnya, saya mungkin
menginginkan untuk mencapai sejumlah terbesar kemungkinan dalam bidang kekuasaan, prestise
atau keuntungan ekonomi. Keinginan utama untuk memperoleh keuntungan, mendorong saya
untuk melakukan kegiatan. Ini berarti bahwa kepentingan memaksa saya untuk mengorganisir
tingakah laku saya untuk mencapai tujuan tertentu dan dalam hal ini kita berbicara tentang
makna kedua dari kepentingan yang kita bicarakan, yakni kepentingan rasional. Kepentingan
rasional ini secara tak langsung enyatakan adanya perhitungan dan perjuangan untuk mencapai
tujuan tertentu itu, dan bentuk-bentuk yang kompleks dari penyesuaian diri, karena perhitungan
secara tak langsung berarti memilih cara-cara yang paling efektif dan jalan yang paling singkat
untuk mencapai tujuan itu serta dengan upaya ekonomi yang paling besar. Ini secara tak
langsung menyatakan pula adanya suatu kontrol positif terhadap sumber daya dan dana yang
diperlukan untuk mencapai tujuan itu; kontrol positif terhadap pemilihan alat-alat dan cara-cara
untuk memuaskan keinginan-keinginan dan melatih kekuatan berpikir terutama inisiatif serta
mencerminkan kebutuhan terhadap kehati-hatian dan kebijaksanaan melihat jauh ke depan.
Sebagai contoh, sementara kelompok berdasarkan atas hubungan darah (keluarga atau
suku) maka individu demikian kuatnya dibatasi oleh keluarganya atau oleh sukunya sehingga
individu itu tak mampu membebaskan diri dari peraturan bersama dan tabu. Dalam kasus ini
individu tak dapat mengarahkan aktivitasnya menurut kepentingan dirinya sendiri, tetapi
menurut interpretasi kelompok terhadap situasi, kecuali jika individu itu mencapai kepentingan
persoalannya didalam kerangka kepentingan kelompoknya itu. Tradisi sangat menetukan dala
situasi seperti itu, sebagai mana ditunjukkan oleh Malinowski dalam penelitiannya terhadap
kehidupan ekonomi penduduk di Kepulauan Koral, dimana harga tidak mengikuti hukum
permintaan dan penawaran, melainkan menurut tradisi.
Jika saya sedang berjuang untuk mencapai sesuatu yang baik, dimana orang lain juga
ingin mencapainya, masing-masing untuk dirinya sendiri, maka kita berbicara
tentang kepentingan yang sama (like interest). Jika dua orang atau lebih mengejar suatu tujuan
yang mana masing-masing orang tetap merupakan unit-unit dari kesemuanya dan mereka
menyadari sebagai suatu keseluruhan, maka kita berbicara tentangkepentingan bersama (commo
interest). Kepentingan yang sama mendorong terjadinya kompetisi untuk mendapatkan barang
sesuatu yang sama, sedangkan kepentingan bersama mendorong terciptanya kerjasama. Satu
masalah terpenting dalam menciptakan keharmonisan masyarakat ialah bagaimana mengubah
kepentingan yang sama menjadi kepentingan bersama, bagaimana mengubah kompetisi menjadi
kooperasi atau kerjasama. Masalah ini menyangkut bimbingan terhadap pemindahan libido.
Perbedaan penting lainnya ialah antara kepentingan jangka panjang dan jangka pendek.
Jika seseorang mempunyai kebiasaan mengubah-ubah keinginan dan keppentingan maka ia
takkan mampu mengorganisir perilakunya sejalan dengan tujuan jangka panjang. Contoh
perilaku serupa itu ditunjukkan oleh kemanjaan seorang anak yang selalu menuntut dan
menerima pemenuhan keinginannya dalam waktu singkat atau seseorang pengembara yang tidak
mempunyai tujuan yang jelas dalam hidupnya. Satu syarat terpenting untuk pertumbuhan
aktivitas yang terorganisir dan syarat terpenting untuk semua epentingan-kepentingan jangka
panjang, dan kekayaan pribadi telah menjadi kekuatan yang sangat berarti sepanjang sejarah
dalam menciptakan kepentingan jangka panjang bagi individu. Setiap sistem produksi yang
kompleks atau organisasi sosial yang kompleks, memerlukan aktivitas jangka panjang dan bagi
kelompok pemimpin aktivitas itu kebanyakan diciptakan melaui kekayaan pribadi. Tetapi
aktivitas jangka panjang itu juga dapat diciptakan dengan mengorganisir kepentingan bersama
yang didasarkan atas kesadaran terhadap kekayaan bersama atau dengan mengutamakan hasil
usaha bersama yang terbesar. Contohnya dapat ditemukan dalam sikap kesetiaan terhadap hukum
atau terhadap cita-cita ideal di Inggris yang terlihat di kalangan tentara, olahragawan, pegawai
pemerintah, dan juga terlihat di Uni Soviet dalam kesuksesan apa yang disebut kompetisi
sosialis. Pemaksaan mendatangkan akibat-akibat buruk, dan perbudakan adalah paling
menyedihkan. Kekayaan pribadi dan usaha yang didasarkan atas intensif berupa penghargaan
atau keuntungan, memberikan hasil yang jauh lebih baik.
Kekayaan pribadi, menekankan kepada perhitungan jangka panjang dan pada gilirannya
mengorganisir perilku individu. Wujud yang tepat dari kepentingan dan pengorganisasian
perilaku, berbeda-beda menurut jenis kekayaan yang dimiliki. Kepentingan terhadap tanah
sebagai contoh, menciptakan fiksasi libido yang jauh lebih besar terhadap obyek yang konkrit
dibandingkan dengan kepentingan terhadap uang yang menciptakan suatu tipe abstrak fiksasi
libido. Kepentingan terhadap tanah sebaliknya mendorong munculnya perasaan kemengangan
hidup dari kesuburan tanah melalui perjuangan pribadi dan melalui pemahaman terhadap bumi
dan penduduk yang mengolahnya.
Penciptaan perilaku yang tidak disenangi dalam masyarakat adalah masalah yang amat
penting yang akan merepotkan kita terus-menerus. Ini dirangsang oleh kenyataan bahwa terdapat
suatu mata rantai yang panjang yang menghubungkan antara langkah pertama dan yang terakhir
dari aktivitas kita. Orang yang termasuk anggota partai sosialis misalnya, mungkin tidak pernah
mempunyai kesempaatan untuk melihat atau memahami tujuan-tujuan dari gerakan yang
mana ia termasuk salah seoraang diantara yang ingin mencapainya selama hayatnya. Dengan
demikian bukan hanya kekayaan pribadi, tetapi setiap jenis kerjasama dan pembagian kerja
meningkatkan kesempatan bagi perilaku yang abstrak, mengembangkan kapasitas untuk
memperpanjang ketegaangan antara keinginan-keinginan dan pemenuhannya.
Integrasi sosial dari keinginan dan sikap sangat besar perbedaannya daripada
pengintegrasian kepentingan. Pengintegrasian kepentingan itu sebgaian besar terbentuk melalui
kompromi, yang berarti bahwa orang yang mempunyai kepentingan yang serupa misalnya yang
berkompetisi untuk mendapatkan suatu keuntungan, melepaskan sebagian dari keuntungan
mereka atas dasar persetujuan rasional. Keseluruhan pertukaran secara barter dilakukan dalam
suatu penolakan terhadap keuntungan yang diharaapkan dalam setiap jenis perserikatan adalah
merupakan hasil dari pengintegrasian kepentingan.
Pengintegrasian sikap sebaliknya terbentuk atas dasar identifikasi secara langsung. Ini
berarti bahwa kita mengidentifikasikan diri kita sendiri dengan anggota lainnya dari komunitas
dan juga antara komunitas yang satu dengan yang lain. Masyarakat modern membentuk
kepentingan jangka panjang, cenderung menekan elemen libido dari bidang kegiatan publik dan
dari pekerjaan, dan ini mungkin merupakan suatu handikap yang serius dalam aktivitas sosial
tertentu dan dalam situasi sosial tertentu.
BAGIAN KEDUA
PROSES-PROSES SOSIAL YANG PALING MENDASAR
BAB III
KONTAK SOSIAL DAN JARAK SOSIAL
Kini kita tidak lagi membicarakan perlengkapan psikologis dari kehidupan individual
tetapi memusatkan perhatian terhadap proses-proses sosial yang mendasar, yyang serta merta
mempegaruhi perkembangannya. Di sini hanya akan dibahas sedikit saja dari proses sosial yang
mendasar itu, namun demikian pentingnya sehingga tak ada kehidupan individual dan kehidupan
sosial yaang dapat dijelaskan dengan sempurna tanpa pengetahuan yang mendasar itu. Proses
yang dimaksud, sebagai contohnya ialahkontak sosial, dan isolasi sosial.
Sosiolog yang hanya lebih mengutamakan mempelajari fenomena yang disebut
masyarakat luas (Great Society) seperti mobilitas sosial, stratifikasi sosial, dan pranata sosial,
tanpa mwnghubungkan studinya dengan penyelidikan yang cermat terhadap proses sosial yang
mendasar ini kemungkinan besar belum dapat menampilkan suatu analisa setepatnya bagaimana
mestinya.
3. JARAK SOSIAL
Dalam setiap kontak sosial, secara tak langsung menyatakan suatu jarak sosial. Jarak
sosial itu mungkin berati jarak eksternal atau jarak internal atau jarak mental. Seluruh jenis dan
aneka ragam kehidupan sosial dan kultural tak kan dapat dijelaskan dengan memadai tanpa
mengkategorikan jarak sosial. Tanpa jarak sosial, takkan ada obyek dan takkan ada kehidupan
sosial itu sendiri. Pengambilan jarak, pada waktu bersamaan adalah salah satu dari pada perilaku
yang penting untuk mempertahankan dan untuk melanjutkan otoritas peradaban manusia.
Demokrasi mengurangi jarak sosial. Prestise-prestise komandan ketentaraan misalnya sebagian
besar adalah persoalan jarak sosial. Secara harfiah jarak sosial berarti mengubah barang sesuatu
menjadi terpencil, memindahkan suatu obyek yang dekat kepada suatu posisi yang jauh dari titik
semula. Perkataan jarak berasal dari pengalaman langsung kita terhadap ruang. Anehnya ialah
bahwa pengalaman mngenai ruang juga menyediakan pola bagi pengalaman mental. Behawa
seseorang berada pada jarak 5 meter dari saya misalnya, adalah suatu pengalaman tentang ruang;
tetapi jika saya mengatakan bahwa seseorang mempunyai jarak sosial dari saya, maka ini berarti
bahwa saya mempunyai status sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah dari orang yang
bersangkutan. Ada persamaan tertentu antara kedua jenis jarak ini meskipun keduanya tidaklah
identik. Ahli sosiologi berbicara tentang penciptaan jarak buatan. Lalu apa gerangan yang
dimaksudkannya? Jarak mengenai ruang, yang dapat diukur dengan mudah dalam arti pisik
adalah dapat diubah melalui suatu tindakan dengan sengaja oleh manusia, menjadi barang
sesuatu yang dapat disebut jarak mental. Pengurangan identifikasi termasuk ke dalam penciptaan
jarak mental ini. Bergerak dari tindakan-tindakan yang intim dan simpatik menuju pengasingan
diri tanpa perlu menerapkan tingkah laku yang menggolong-golongkan atau yang bersifat
menyerang.
Baiklah saya berikan contoh di sini di lapangan yang murni pengalaman yang
berhubungan dengan panca-indera tentang bagaimana proses yang fundamental dari
pengambilan jarak itu dapat di selidiki. Seorang pelaut dalam pelayarannya menuju pelabuhan,
mungkin pertama kali menyenagi pemandangan yang jelas terhadap kota pelabuhan yang terletak
di depannya di kejauhan. Tiba-tiba keseluruhan penglihatannya berubah menjadi jauh disebabkan
karena adanya kabut. Sebenarnya kota pelabuhan itu tidaak lebih jauh dari pada jarak
sebelumnya tetapi kabut telah menciptakan suatu kepalsuan ilusi, seakan-akan kota pelabuhan itu
sedemikian jauhnya dalam penglihatan pelaut itu. Dalam contoh ini, jarak bukanlah di ciptakan
oleh subyek, melainkan oleh halimum atau kabut. Keseluruhan jarak mentaal yang akan kita
bicarakan berikut ini berasal dari spontanitas subyek; yang dalam kenyataannya kesemuanya
diciptakan oleh subyek.
Evolusi jarak mental dari jarak ruang dapat ditunjukkan dengan jelas dalam kasus
ketakutan. Kenyataan, jarak yang disebabkan karena rasa takut adalah jarak yang paling
sederhana. Jika saya tetap mempertahankan jarak ruang antara saya dengan orang lain yang lebih
kuat dari saya, maka dalam jarak ruang antara kami ini, berisi jarak mental dari rasa takut itu.
Binatang yang dikurung, dalam situasi tertentu masing-masing memelihara jarak ruang terhadap
yang relatif lebig kuat secara proporsional. Makin pengecut binatang itu, makin jauh jarak ruang
yang diambilnya terhadap binatang yang ditakutinya.
Schjelderup Ebbe yang melakukan penyelidikan yang cermat, menyatakan adanya suatu
hierarki yang teratur di kalangan kehidupan sosial binatang seperti di kalangan ayang betina,
ayam jantan, dan anak ayam. Ebbe meneliti kehidupan ayam itu dalam kelompok yang terdiri
atas 2-25 ekor dan kemudian terhadap kelompok yang terdiri atas 25-100 ekor. Menurutnya hal
pertama yang dikemukakannya ialah bahwa selama mencari makan, selama memakan/makanan
di pot makanan atau pergi bertengger untuk beristirahat atau pergi kesarang , ayam jantan
melihatkan untuk bertelur, ayam jantan memperlihatkan suatu keteraturan yang pasti. Ayam yang
terkuat atau paling jagoan, selalu yang mula-mula sekali datang ke tempat-tempat tersebut baru
kemudian disusul oleh ayam yang lain menurut urutan tingkat keberaniannya terhaadap
sesamanya. Seluruh tempat tersebut selalu diambil oleh ayam yang terkuat itu lebih dulu.
Persoalan yang timbul ialah: bagaimana aturan itu dibentuk.? Penelitian menunjukkan bahwa
aturan itu dibentuk melaui pertarungan antara sesamanya. Jika dua anak ayam bertemu maka
pertama kali yang dilakukannya adalah membuat tingkatan sosial diantara mereka melalui
pertarungan. Anak ayam yang lari pertama kali, akan menjadi taklukan untuk selama-lamanya.
Dengan demikian, suatu urutan lengkap dapat disusun menurut hasil pertarungan itu dan terlihat
pula bahwa hierarki ini dipertahankan dengan keras oleh ayam itu. Penelitian ini juga
menemukan bahwa tingkatan yang teratur ini tidak mengikuti dengan keras perbedaan dalam
segi kekuatan fisik tetapi mengikuti apa yang disebut superioritas psikolgi, di mana aspek
keberanian sangat besar peranannya. Tetapi adalah suatu kenyataan pula bahwa ketakutan selalu
memainkan peranan pula.
Penyelidikan berikutnya mempelajari tingkahlaku khas dari ayam-ayam yang paling
jagoan dan ayam yang ditaklukkannya. Terlihat adanya aturan umum bahwa ayam yang berada
di puncak hierarki, dalam arti yang terkuat, lebih penuh dengan kebajikan debandingkan dengan
ayam yang yang berada di tingkat menengah. Terlihat bahwa sekali jagoan itu mencapai tingkat
jagoan dalam arti mengalahkan semua ayam lainnya, maka ia tak perlu lagi berkelahi untuk
mempertahankan posisi jagoan itu. Dia menjadi jagoan untuk selamanya. Jarak psikologis telah
terbentuk dan berlangsung secara stabil. Tetapi ayam berada di tingkat menengah hierarki, sangat
agresif karena mereka khawatir dalam mepertahankan posisinya yang secara permanen terancam
dari dua fron. Percobaan selanjutnya ialah untuk mengetahui bagaimana cara ayam tersebut
bertingkah laku dalam mengubah kondisi. Jika kita mengambil seekor ayam jantan yang menjadi
pemimpin dari satu kelompok lain dimana ia menjadi salah seekor yang berkedudukan sebagai
anggota kelas mengengah, maka ternyata ia mengubah pola tingkahlakunya. Dari semula penuh
kebajikan, kemudian berubah menjadi lebih agresif. Jelas ini disebabkan karena kekhawatiran
dalam mempertahankan posisinya. Sebaliknya jika ayam yang paling jagoan dari satu kelompok
besar kemudian digabungkan kedalam dan menjadi jagoan kelompok kecil, maka tingkahlakunya
lebih penuh kebajikan dibandingkan dengan tingkahlakunya ketika berada pada posisi sebagai
jagoan kelompok besar. Ujung dari penelitian ini melihat kemungkinan besar bahwa tingkahlaku
ayam itu lebih banyak tergabung kepada posisi sosialnya dibandingkan dengan karakter
bawaannya.
Ebbe kemudian mencoba pula meneliti keteraturan jarak sosial dan tingkahlaku sosial di
kalangan anak sekolah. Peneliti menemukan bahwa dalam suatu hierarki tertentu yang
kesemuanya tak serupa dengan penilaian gurunya tetapi merupakan hasil ciptaan kehidupan
kelompo anak sekolah itu.
Jika pimpinan dari satu kelompok dimasukkan ke dalam kelompok lain dimana ia
menjadi anggota kelas menengah disana, maka tingkahlakunya berubah. Dengan demikian di
antara anak sekolah itu juga supaya tingkah lakunya tergantung kepada sosialnya secara
individual dan juga kepada apa yang disebut: karakter, yang untuk sebagian besar merupakan
hasil dari berbagai situasi sosial.
Adalah jelas sekali trdapat tendensi umum tertentu yang melekat dalam kehidupan
kelompok anak sekolah seperti itu yang berperan menurut aturan yang sama, wlaupun mereka di
ubah oleh perlengkapan mental dari komposisi kehidupan kelompok. Salah satu perbedaan utama
antara tingkah laku binatang dan tingkah laku manusia dalam kehidupan kelompok, terlihat dari
kenyataan bahwa binatang tidak mampu mengatur tindakan yang menjurus ke arah perubahan
secara revolusioner. Hanya ada pemberontakan secara individual yang ada dalam kehidupan
kelompok binatang. Ayam yang ditaklukkan selalu berusaha meningkatkan posisinya melalui
pertarungan baru terutama dalam kasus di mana ayam yang ditaklukkan itu tak harus inferior
secara badaniah tetapi disebabkan karena ketakutan psikologis yang timbul. Dengan mengamati
pertarungannya orang dapat melihat bahwa binatang yang ditaklukkan itu adalah sangat gelisah,
ia berupaya untuk menciptakan kebiasaan dan membangun sikap takluk, menciptakan jarak
ketakutan. Revesz, seorang peneliti di bidang sosiologi binatanng lainnya meneliti tingkah laku
kera yang dikandangkan. Dikandang yang diamatinya itu terdapat seekor kera yang unggul,
empat ekor yang lemah, dan seekor anak kera. Ketika makanan yang dibawa ke kandangnya,
yang terjadi mula-mula ialah perebutan makanan menurut dorongan hati (impulse) masing-
masing kera itu. Tetapi tingkah laku demikian segera membuka jalan bagi situasi di mana kera
yang terkuat mampu memuaskan dirinya sendiri tanpa rintangan, sebagai kera utama. Kera lain
yang rebut makanan yang ada ditepi tiba-tiba rupanya menyadari dan mengingat hasil
pertarungan dan gigitan kera yang terkuat yang terjadi sebelumnya, sehingga kemudian mereka
menghindar ke arah yang berlawanan dan mengakhiri perebutan makanan itu. Segera setelah hal
ini terjadi, anak kera maju ke depan dan menempatkan dirinya berdekatan dengan kera yang
terkuat, mulai memakan pisang yang tersedia dengan tenang tanpa digigit oleh sang jagoan.
Sepanjang anak kera ini tidak mencampuri persaingan kera yang lain itu, maka ia menjadi seekor
kera yang mendapat bagian dalam kompetisi, maka ia segera ditaklukkan dan akan sama
nasibnya dengan kera lain yang berkompetisi. Jelas kiranya bahwa dalam setiap situasi yang
khas, suatu jarak tertentu terus-menerus tercipta dengan sendirinya di kalangan kehidupan
binatang itu. Di sini jarak ruang pada waktu bersamaan mengandung jarak ketakutan dan rasa
hormat. Jarak obyektif cenderung dihubungkan dengan kualitas jarak mental.
Ungkapan bahasa Jerman drei Schritt von Leib (tiga langkah dari manusia) digunakan
untuk menandai sikap pemeliharaan jarak dari seseorang menggambarkan dengan sempurna
keadaan masyarakat dimana jarak ruang pada waktu bersamaan mengungkapkan ketakutan dan
rasa hormat.langkah pertama ialah jarak normal antara anggota dari suatu masyarakat. Jarak dari
tiga langkah selanjutnya, merupakan pemaksaan terhadap orang yang berada di luar kelompok
dominan sebagai tanda dari status yang disubordinasikan di dalam hirarki masyarakat yang ketat.
Jarak yang berlebih ini, yang dapat dipertentangkan dengan keadaan berkurangnya jarak
menggambarkan keintiman. Keintiman yang berhubungan erta dengan keakraban dan kontak
pisik yang terjadi antara individu dalam kelompok, sekali lagi menunjukkan kenyataan bahwa
jarak obyektif cenderung berhubungan erat dengan kualitas jarak mental.
Selama berlangsungnya proses diferensiasi, tipe-tipe jarak yang lebih kompleks muncul
dari jarak ketakutan; sebagai contohnya adalah jarak kekuasaan. Jarak konvensional yang telah
berkembang dengan cepat dalam suatu masyarakat sebagai tanggapan terhadap keperluan akan
keamanan pribadi telah berkembang dengan cepat dalam suatu masyarakat senagai tanggapan
terhadap keperluan akan keamanan pribadi telah berkembng dalam berbagai masyarakat menjadi
suatu simbol antar hungan kekuasaan dan berpengaruh nyata terhadaap hiraarki sosial.
Kita dapat membedakan tiga jenis jarak. Pertama, jarak yang menjamin terpeliharanya
tata sosial dan hirarki sosial tertentu. Kedua, jarak eksistensial. Ketiga, jarak diri sendiri, yakni
jarak yang diciptakan di dalam diri seseorang individu tertentu.
5. JARAK EKSISTENSIAL
Jarak sosial jenis ini dapat diamati jika kita mengenyampingkan seluruh tindakan
pengambilan jarak yang berasal dari pergaulan sosial. Dengan demikian akan terdapat suatu
bentuk jarak tertentu yang lain dari jenis jarak sosial yang dapat ditunjukkan melalui contoh
berikut. Jika seorang wanita dari kalangan yang sederhana mengunjungi seorang pendeta demi
untuk maksud pengakuan dosa, maka baginya pendeta itu bukanlah sebagai seorang yang khas
tetapi merupakan suatu kepribadian yang mencerminkan kemampuan untuk meningkatkan status
sosial. Namun pada waktu bersamaan, wanita itu mungkin pula dipengaruhi oleh rasa
keakrabannya terhadap si pendeta atau oleh perasaannya sendiri yang merasa sedemikian
renggangnya dengan pendeta itu. Perasaan terakhir inilah yang kita sebut sebagai jarak
eksistensial itu. Tetapi kedua topeng individual biasanyaa berpengaruh secara serentak. Proses
demokratisasi lazimnya cenderung mengurangi jarak sosial dan membuka hubungan eksistensial
yaang murni antara manusia.
Perbedaan-perbedaan eksistensial merupakan suatu antara hubungan antara individual
yang lahir secara eksklusif dari kualitas kejiwaan manusia. Perbedaan eksistensial ini terlihat
ketika seseorang sekonyong-konyong menyadari keintiman dirinya dengan orang lain, dan ia
mengadakan kontak yang erat dengan batinnya yang paling dalam. Jarak eksistensial ini dalam
sebagian besar masyarakat sejak lama dikacaukan dengan jarak sosial, mislanya dalam
masyarakat berkasta. Kelahiran individualisme akhirnya merobek topeng sosial dari manusia.
BAB 1V
ISOLASI
BAB V
INDIVIDUALISASI
Kerahasiaan pribadi (privasi) hanyalah satu bentuk individualisasi. Banyak jenis kekuatan
sosial yang membantu perkembangan individualisasi, yang dimaksud individualisasi ialah proses
sosial yang cenderung menyebabkan individu kurang lebih terlepas dari kelompoknya dan yang
menciptakan di dalam dirinya suatu kesadaran diri sendiri mengenai miliknya diri sendiri.
Dalam menganalisa bagaimana proses individualisasi berlangsung, maka dua kesalahan
konsepsi perlu dikoreksi terlebih dahulu. Pertama, bahwa individualisasi ialah proses yang
semata-mata dibantu oleh individu itu sendiri. Ini didasarkan atas asumsi bahwa seseorang
membebaskan atau kurang bebas sama sekali dari pengaruh kelompoknya, hanya dengan
menggunakan kualitas mental. Kekeliuruan konsepsi kedua didasarkan atas asumsi bahwa
individualisasi terutama adalah proses mental atau spiritual yang tersebar melalui ide-ide umum
dari satu periode waktu atau tempat tertentu. Jika ahli sejarah misalnya berbicara mengenai
Renaisan maka mereka mengumpulkan kalimat-kalimat yang membuktikan bahwa suatu
penilaian baru terhadap individualitas telah muncul pada waktu tertentu dan kemudian
menunjukkan bahwa ide itu swcara berturut-turut diterima oleh kelompok lain dan oleh individu
lain. Upaya sosiolog tidak hanya sekedar mempelajari bahwa ide demikian itu ada pada waktu
tertentu tetapi berupaya pula menemukan bagaimana ide itu timbul. Kita dapat bertanya kepada
diri kita sendiri,kekuatan-kekuatan sosial apa saja yang menimbulkannya di dalam lingkungan
yang lebih sempit dan perangkat pengaruh sosial yang bagaimana yang mempersiapkan
kelompok manusia yang lebih besar menerina ide-ide itu. Ide itu biasanya hanyalah merupakan
ekspresi mental belaka dari proses individualisasi,yang dasar-dasarnya telah dipersiapkan oleh
perubahan sosial yang cenderung mengarahkannya. Di tengah-tengah jaringan sosial baru yang
demikian itu diungkapkan ide-ide yang memperkuat dan yang secara meyakinkan membentuk
situasi baru tetapi ide-ide itu sendiri tidak menciptakannya ketika saya mengatakan bahwa di
setiap situasi sosial terdapat seperangkat kekuatan sosial, di dalam situasi mana individualisasi
cenderung bekerja,saya menyadari bahwa periode waktu tertentu seperti Renaisan atau periode
Rasionalisme abad ke 18 dan liberalisme abak ke 19 membantu kelangsungan proses
individualisasi sedemikian besarnya dibandingkan dengan periode sejarah lainnya.
Untuk menghindarkan kebingungan terhadap berbagai jenis individualisasi,maka saya
akan memulai dengan menjelaskan perbedaan bentuknya dan mencoba menemukan kekuatan
sosial yang spesifik yang menunjang masing-masing bentuk tersebut.
Saya membedakan empat aspek utama individualisasi,masing-masing sebenarnya masih
dapat dipecah lagi menjadi beberapa sub-aspek.
1. Individualisasi sebagai proses menjadi berbeda dari orang lain.
2. Individualisasi pada tingkat bentuk baru dari penghormatan terhadap sikap sendiri: baik melalui
kesadaran terhadap ke unukan dan kekhasan kepribadian orang lain maupun melalui jenis
penilaian baru terhadap diri sendiri atau pengaturan diri sendiri.
3. Individualisasi dari keinginan-keinginan,yakni mengindividualisasikan hubungan dengan
obyek.,
4. Individualisasi sebagai sejenis perenungan ke dalam diri kita sendiri, yakni sejenis pemusatan
perhatian dan pemikiran terhadap diri sendiri (intriversi) yang secara tak langsung menyatakan
penerimaan pengalaman yang kita miliki sendiri dan meningkatkan kekuatan individualisasi di
sekitar dan di dalam diri kita sendiri. Ini juga dapat dijelaskan sebagai tindakan tidak
menyingkapkan dimensi yang terdalam dari kehidupan seseorang.
Dilihat dari satu segi,kepribadian individualistis terdiri dari semakin sadar terdapat kekhasan
karakter kita sendiri dan munculnya jenis penilaian baru terhadap diri sendiri. Dengan demikian,
pengorganisasian terhadap diri sendiri berlangsung sebagai bentuk kemunculan penilaian
terhadap diri sendiri. Contoh proses ini dapat ditemukan dalam sejarah di mana pemujaan
terhadap kepribadian yang kuat menciptakan suatu tipe individualisasi tertentu. Prakondisi
proses ini adalah suatu diferensiasi yang ketat dan pengambilan jarak oleh elite pemimpin,
pengorganisasian kelompok sedemikian rupa sehingga menyediakan kesempatan bagi
sekumpulan orang tertentu untuk menjadi lalim (despotic);adanya lingkungan pergaulan istana
yang tak terjangkau oleh penilaian publik di mana sang penguasa lalim itu dapat berilusi sebagai
seorang yang `maha kuasa`. Ini adalah prakondisi untuk terciptanya seorang penguasa yang
kejam dan lalim yang biasa disebut dengan satu kata `tirani` yang bersandar kepada kekuatan
pisik dan paksaan spiritual (biasanya berdasarkan sikap yang mengira ia memiliki sejenis
kekuatan gaib) bersama dengan kekuatan yang berasal dari pemilikan tanah, uang dan harta
kekayaan lainnya serta prestise dan kemegahan.
Proses serupa terlihat dalam bentuk yang lebih moderat dan dalam lingkungan pergaulan
yang lebih sempit,jika seorang anak menjadi tirani dari suatu keluarga. Dalam kasus di atas
terlihat adanya impuls kecintaan terhadap diri sendiri pada si tiran atau pada si despot itu, dan ini
terima oleh kelompoknya.
Perasaan mengenai keunikan kehidupan seseorang dan karakter yang dimilikinya, dapat
ditemukan pada asal mula pemujaan terhadap otobiografi: pemujaan ini berkembang di
penghujung periode kekaisaran Romawi yang berhubungan erat dengan timbulnya suatu
perasaan bahwa kehidupan dan karakter seseorang adalah unik. Namun asal mula perasaan
demikian ditemukan juga di permulaan kehancuran despotisme di dunia Timur. Di permulaan
tingkat perkembangan individualisasi ini, penilaian terhadap diri sendiri dibangun dengan
membiarkan orang lain menjadi mangsa ketakutan dan hormat kepada kita sendiri. Contoh
kemegahan diri sendiri serupa itu dapat ditemukan dalam riwayat Assurbanipal (885-860 SM)
yang menyatakan ; `Aku adalah raja`.`Aku adalah Tuhan`.`Aku adalah yang maha agung`.`Aku
adalah yang terbesar ,yang terkuat`. `Aku adalah yang termasyhur`. `Aku adalah
pangeran,bangsawan,panglima perang`. `Aku adalah seekor singa.......`Aku adalah wakil Tuhan`.
`Aku adalah senjata yang tak terkalahkan,yang membuat bumi musuh menjadi puing`. `Aku
menangkap mereka hidup-hidup, dan menenggelamkan mereka`. `Aku mencat gunung dengan
darah mereka`. `Aku menguliti mereka dan menutupi dinding istanaku dengan kulit mereka`.
`Aku mendirikan pilar istanaku dengan batok kepala mereka. Dan diantara pilar-pilar itu aku
menggantungi kepala mereka dengan tanaman anggur.....`Aku menyiapkan gambar klosal tokoh-
tokoh keluarga kerajaanku dan menggoreskan kemauanku dan keagunganku padanya...sinar
wajahku terpancar pada puing-puing. Dalam melayani kemarahanku,aku menemukan
kepuasanku`.
Melalui periode terakhir kekaisaran Romawi dan melalui otobiografi filosof Stoa serta
melalui pernyataan lainnya,kita dapat menunjukkan situasi sosial yang menyokong bertambah
kuatnya perasaan keunikan diri sendiri itu. Kita dapat menunjukkan kelemahan organisasi
masyarakat yang besar dan keadaan yang kacau dari kekaisaran,dan sehubungan dengan itu kita
dapat pula menunjukkan kemungkinan bagi individu untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi
dalam skala sosial. Kelemahan organisasi yang besar ialah bahwa kekuatan mengikat normanya
hampir hilang sama sekali. Kita melihat di sini pembubaran cita-cita yang terkandung di dalam
negara-negara kota Yunani (prolis) yang kecil-kecil itu.
BAB VI
E. KOMPETISI DAN MONOPOLI
Salah satu kekuatan sosial terpenting ialah kompetisi. Kita dapaat mengklasifikasikan
kekuatan sosial menjadi dua kelompok. Pertama, kekuatan sosial yang mendorong
perkembangan kerjasama, dan kedua kekuatan yang memaksa orang untuk bertidak bertentangan
dan beroposisi satu sama lain. Kekuatan sosial utama yang mendorong orang untuk bertindak
bertentangan satu sama lain adalah perjuangan. Prjuangan dapat dirumuskan sebagai antar
hubungan sosial di mana kita ingin memaksa orang lain atau kelompok lain dengan kekuatan,
agar supaya bertindak menurt kemauan kita. Melalui perjuangan ini, perlawanan dari orang lain
itu diatasi. Kompetisi, sebaliknya dapat dianggap sebagai sejenis perjuangan secara damai.
Dengan demikian, dapat dirumuskan sebagai suatu upaya secara damao dari beberapa individu
atau kelompok untuk mendapatakan barang sesuatu yang sama.
Kompetisi, seperti perjuangan, adalah suatu kategori universal dari kehidupan. Dalam biologi
kita berbicara tentang : perjuangan untuk mempertahankan hidup dan ini adalah kategori
universal dari kehidupan sosial. Banyak orang yang percaya bahwa kompetisi adalah suatu
fenomena ekonomi murni, yang terutama dilambangkan oleh barter. Namun tak ada yang lebih
keliru daripada pemberian arti yang terbatas seperti itu terhadap istilah kompetisi. prinsip
kompetisi ialah samaa-sama bekerja ketika sejenis perlombaan terjadi, tujuan bersama bagi
setiap orang yang berkompetisi adalah mencoba untuk mencapai tujuan paling dahulu daripada
orang lain. Tetapi adalah juga kompetisi, jika dua sekolah yang berbeda mencoba menyelesaikan
problema ilmiah yang sama,atau juka dua orang laki-laki ingin merebut hati dan mengawini
wanita yang sama. Ini penting untuk diperhatikan bahea semua barang-barang yang berbeda itu
kepunyaan bersama, dan kompetisi bekerja dalam keseluruhan bidang itu. Kompetisi ekonomi
termasuk ke dalam lapangan yang sama dan dalam hubungan ini sekali lagi menjadi jelas bahwa
ilmu ekonomi berhubungan erat dengan sosiologi.
Melihat riwayat ide kompetisi, adalah menarik dicatat bahwa prinsip kompetisi mula-mula
diselidiki dalam ilmu ekonomi, baru kemudian dialihkan ke bidang biologi. Adam smith dan para
penganut aliran physiocrat lainnya adalah orang yang mula-mula melakukan analisa sistematis
tentang kompetisi. Menurut mereka, kemerdekaan dan kompetisi adalah elemen yang diperlukan
dalam mencpai keselarasan kepentingan. Malthus dalam karyanya Essay on the principle of
population (1798) menyatakan suatu pandangan yang mengecilkan hati tentang adanya suatu
kecenderungan umum bahwa pertambahan jumlah penduduk berlangsung menurut deret ukur
sedangkan pertambahan produksi bahan makanan hanya menurut deret hitung. Charles Darwin
adalah orang yang mula-mula mengalihkan ide tentang kompetisi kehidupan biologi di tahun
1859. Ia menganggap kehidupan makhluk hidup sebagai suatu perjuangan untuk
memepertahankan hidup dan sampai kepada suatu kesimpulan bahwa perjuangan ini mendorong
organisme secara individual untuk menyesuaikan dirinya terhadap situasi khususnya sendiri. Jadi
Darwin yang dipengaruhi oleh esei Malthus, mengembangkan prinsip mengenai seleksi alamiah
melalui perjuangan mempertahankan hidup.
Hendaknya jangan dilupakan bahwa esei Malthus itu adalah suatu reaksi yang pesimis
melawan optimisme teori sosial yang diajukan oleh Godwin dan Condoret yang mempercayai
tentang kesempurnaan yang tak ada akhirnya dan persamaan alamiah umat manusia.
1. FUNGSI KOMPETISI
Kita membedakan antara kompetisi perseorangan dan kompetisi antar kelompok. Walaupun
kompetisi didorong oleh tujuan-tujuan perseorangan tetapi kompetisi itu melaksanakan fungsi
sosial dari seleksi, terutama dalam menetapkan satu tempat untuk setiap orang di dalam sistem
sosial. Alternatif utama bagi kompetisi sebagai suatu cara untuk menetapkan tempat bagi
masing-masing individu di dalam sistem sosial adalah sebagai berikut;
a) Penetapan status sosial melalui warisan turun menurun
b) Penetapan prinsip senioritas
c) Penetapan ukuran kemampuan melalui bentuk-bentuk testing yang bertingkat.
Masyarakat yang merencanakan dan seluruh masyarakat lainnya yang ingin menimalkan
kompetisi, boleh memilih diantara alternatif di atas.
Sejumlah aktivitas yang berhubungan dengan proses seleksi dalam setiap masyarakat
adalah suatu indek dari kompetisi. Di dalam masyarakat yang statis, di mana biasanya anak-anak
mengikuti pekerjaan orangtuanya; di mana posisi tertentu dipertahankan pleh segelintir
kasta, dimana sistem memilih melalui suatu proses pemilihan tidak dikenal, maka orang hanya
mengorbankan sedikit tenaga untuk menemukan suatu tempat di dalam sistem sosial demikian.
Intensitas kompetisi berbeda-beda, sesuai dengan tingkat kemerdekaan perseorangan, sesuai
dengan tingkat perubahan sosial, dan berkebalikan dengan sifat badan-badan selektif.
Semakin bebas individu dalam memilih tingkat upah yang lebih baik, atau semakin
jarang orang mengalami diskriminasi rasial, keagamaan atau diskriminasi kelas, maka semakin
tinggi tingkat kemajuan umum yang dicapai oleh masyarakat yang bersangkutan.
Perubahan sosial membuaka kesempatan baru banyak orang, yang dalam keadaan yang
lain orang mungkin harus meyakinkan dirinya sendiri bahwa mereka ditentukan untuk selama-
lamanya. Contoh menarik dari proses ini ialah pengaruh peningkatan industri mobil di Amerika
Serikat, yang mana selama 25 tahun menyerap tenaga kerja sejuta orang dan sangat sedikit di
antara mereka yang mewariskan pekerjaan mereka kepada anak mereka. Makin baik badan-
badan selektif makin ekonomis dan makin tepat penyaringan terhadap orang-orang yang
berkompetisi.
2. AKIBAT KOMPETISI
Setiap orang yang berkompetisi akan mencoba menyesuaikan diri mereka sendiri sebaik
mungkin dengan kondisi khusus mereka sendiri agar supaya menjadikannya sebagai orang yang
terbaik, dan individualisasi adalah suatu produk dari penyesuaian diri ini, di mana mentalitas
perseorangan dari seorang individu mencerminkan struktur dari situasi dan kekhasan dari orang
yang berkompetisi itu. Kompetisi mempertinggi keanekaragaman kepandaian, kekenyalan dan
mobilitas individu yang terlibat di dalamnya. Kompetisi dalam sebagian besar kasus,
berhubungan erat dengan mobilitas. Hanya jika saya dapat maju menuju kemungkinan mencapai
prestasi terbaiklah maka kompetisi mampu mengembangkan potensi sosial saya. Bagaimana pun
juga, kompetisi individual adalah suatu perantara yang cenderung memecah solidaritas
kelompok.
Pasar adalah tempat di mana kompetisi mula-mula timbul,mula-mula terdapat di kawasan
perbatasan suku, yakni ditempat mana komunikasi antar suku berlangsung. Pandangan yang
timbul di dalam situasi marjinal ini kemudian menerobos ke tengah-tengah masyarakat dan
dengan demikian dimulailah transformasi ke arah situasi masyarakat yang serakah.
Secara psikologis,kompetisi cenderung menciptakan perasaan inferior. Ini adalah
konsekuensi dari cara-cara melalui mana kompetisi itu berlangsung. Di sini dibedakan dua jenis
perasaan inferior yang bersumber pada kompetisi. Pertama, perasaan inferior yang menyebabkan
individu menjadi aktif,yang memaksanya untuk menyesuaikan dirinya sendiri dengan cara yang
lebih baik terhadap situasinya. Perasaan seperti ini menciptakan insentif baru dan mendorong
untuk menghormati kepribadian orang lain. Perasaan inferior kedua, ialah yang melumpuhkan
kekuatan individu dan memaksanya untuk menerima saja perasaan inferiornya itu. Jenis pertama
adalah potensial dan aktual dan dalam kebanyakan kasus di sebabkan karena kompetisi yang
benar-benar bebas. Sedangkan jenis perasaan inferior kedua, terutama dibantu perkembangannya
oleh tingkahlaku yang otoriter dari mereka yang mendominasi individu yang berbeda pada posisi
yang lemah.
Pertanyaan yang timbul di sini adalah seperti berikut: siapakah saingan kompetisi anda?
Bagaimana acaranya anda mengkonpensasikan perasaan inferior anda? Apakah kompetisi itu
meningkatkan kekuatan anda ataukaah situasi kompetisi demikian itu anda hadapi dengan
menarik diri dan lari ke dalam diri sendiri, sehingga anda menjadi seorang pendiam dan
pelamun? Apakah kompetisi itu membesarkan hati dan mendorong anda ataukah mengecilkan
dan menciutkan hati anda dalam berusaha?
Suatu perasaan inferior yang minimum sering perlu untuk menemukan cara-cara
penyesuaian diri yang baru, yang dibutuhkan dalam menghadapi situasi baru. Perasaan
inferiorlah yang menciptakan dalam diri individu suatu desakan untuk mengkompensasikan
perasaan inferiornya sendiri. Mekanisme ini dapat mengubah penampilan yang buruk menjadi
penampilan yang lebih baik di sekolah, di tempat bekerja, dan sebagian. Tetapi sejumlah
perasaan inferior yang berlebih-lebihan melumpuhkan aktivitas individu,karena perasaan
demikian merusak keseimbangan kepribadiannya dan penilaiannya terhadap dirinya sendiri.
Tentu saja juga ada metode untuk menghilangkan perasaan inferior seseorang.
Contohnya, pertama sebagai pengganti pengembangan kemampuan diri kita sendiri, kita
mencoba membatasi lawan berkompetisi kita seperti ketika seorang pimpinan menengah dalam
suatu birokrasi memilih para asistennya dari kalangan orang yang tidak berbakat, dan dengan
demikian menimbulkan kemungkina untuk menguasai perasaan inferior itu. Atau kedua, dengan
mencemarkan ide-ide atau nama baik orang lain yang berkompetisi dengan kita. Menurut cara
ini, kebencian, iri hati, dan dendam kesumat di lawan dengan kepahlawanan, dengan
kekesatriaan. Atau ketika prestasi kita sedang meningkat,kelompok lain yang kurang berefektif
mungkin mencoba menghasut orang lain untuk memusuhi kita yang lebih efisien dan yang lebih
berhasil. Contohnya kasus demikian ini dapat ditunjukkan ketika para bangsawan pemilik tanah
mencoba menciptakan perasaan permusuhan melawan pengusaha industri yang banyak
menghasilkan uang. Pencarian `kambing hitam` juga bukan suatu hal yang taklazim dilakukan
orang; kegagalan yang bersumber sebenarnya pada kelemahan kita sendiri, kita lemparkan
kesalahannya kepada orang lain sebagai biang keladinya.
BAB VII
MANUSIA, SAINS, DAN SENI
A. HAKIKAT DAN MAKN SAINS, TEKNOLOGI, DAN SENI BAGI MANUSIA
Selama perjalanan sejarah, umat manusia sudah berhasil menciptakan berbagai ragam
kebudayaan. Berbagai macam atau ragam kebudayaan, tersaebut hanya meliputi tujuh buah
kebudayaan. Ketujuh unsur kebudayaan tersebut merupakan unsur-unsur pokok yang selalu Vada
pada pokok kebudayaan. masyarakat yang ada dibelahan dunia ini. Menurut Kluchkhon
sebagaimana dikutip Koenjaraningrat (1996), bahwa ketujuh unsur pokok kebudayaan tersebut
meliputi peralatan hidup (teknologi), sistem mata pencaharian hidup (ekonomi), sistem
kemasyarakatan (organisasi sosial), sistem bahasa, kesenian (seni), sistem pengetahua ( ilmu
pengetahuan/sains), serta sistem kepercayaan (religi).
Ketujuh unsur budaya tersebut merupakan unsur-unsur budaya pokok yang pasti ada atau
kita ketemukan apabila kita meneliti atau mempelajari setiap kehidupan masyarakat mana pun di
dunia ini. Karena ada pada setiap kehidupan masyarakat didunia, maka ketujuh unsur pokok dari
kebudayaan yang ada di dunia itu sering kali dikatakan sebagai unsur unsur budaya yang
bersifat universal, atau unsur-unsur kebudayaan universal.
Ilmu pengetahuan (sains), peralatan hidup (teknologi), serta kesenian (seni), atau yang
disingkat Ipteks, termasuk bagian dari unsur-unsur pokok dari kebudayaan universal tersebut.
Maka dapat dipastikan Ipteks akan kita jumpai pada setiap kehidupan masyarakat manusia
dimana pun berada, baik yang telah maju, sedang berkembang, sampai pada masyarakat yang
masih sangat rendah tingkat peradabannya. Bahkan, pada kehidupan masyarakat purba atau pada
zaman prasejarah sekalipun, ketujuh unsur-unsur budaya universal tersebu telah ada, termasuk
Ipteks, meskipun tentunya pada tingkatan yang sangat sederhana atau primitif sekali.
Salah satu bukti bahwa pada zaman purba telah muncul ketujuh unsur-unsur budaya
universal adalah pada zaman itu manusia telah mengenal adanya peralatan hidup atau teknologi
berupa alat-alat sederhana yang terbuat dari batu maupan dari tulang yang diginakan untuk
mencari makanan (berburu, meramu makanan, atau bercocok tanam secara sederhana atau
berladang). Kemudian, pada saat itu manusia purba juga telah mengenal adanya sistem
kepercayaan yang sekaligus menunjukkan adanya nilai seni serta sistem mata pencaharian hidup
manusia purba, yakni sebagaimana terpotret pada gambar gambar mistis berupa lukisan telapak
tanganserta lukisan babi rusa yang terkena panah pada bagian perutnya, yang ditemukan di gua-
gua tempat tinggal mereka. Pad zaman purba, ternyata juga telah dikenal adanya sistem
pengetahuan dalam pelayaran yang menggunakan sandaran pengetahuan pada perbintangan.
Demikianlah pada masa-masa sesudahnya, pelan tetapi pasti Ipteks terus berkembang
semakin maju sejalan dengan kemajuan penalaran yang telah dicapai oleh umat manusia.
Bahkan, kini Ipteks yang pada awal perkembangannya berasal dari embrio filsafat, sekarang
pertumbuhannya telah bercabang-cabang menjadi puluhan, bahkan ratusan disiplin ilmu ataupun
teknologi yang masing-masing memiliki karakteristik serta dasar keilmiahannya sendiri-sendiri.
Salah satu fungsi utama ilmu pengetahuan dan teknologi adalah untuk sarana bagi
kehidupan manusia, yakni untuk membantu manusia agar aktivitas kehidupannya menjadi lebih
mudah, lancar, efisien, dan efektif,sehingga kehidupannya menjadi lebih bermakna dan
produktif. Oleh karena itu, khususnya dalam ilmu antropologi, istilah atau pengertian ilmu
pengetahuan sering dipakai untuk merujuk pada keterkaitan antar manusia, lingkungan, dan
kebudayaan. Hal ini dikarenakan dalam berinteraksi menghadapi lingkungannya, manusia mau
tidak mau pasti akan berusaha menggunakan sarana-sarana berupa pengetahuan yang dimiliki
serta menciptakan peralatan hidup untuk membantu kehidupannya. Dengan demikian, Iptek bagi
manusia selalu berkaitan dengan usaha manusia untuk menciptakan taraf kehidupannya yang
lebih baik.
Dalam definisi lain (terutama berdasarkan kajian filsafat ilmu) istilah Iptek
(ilmu,pengetahuan, dan teknologi) juga sering dibedakan secara terpisah atau sendiri-sendiri,
karena masing-masing dari ketiga istilah itu dianggap memiliki bobot keilmiahan yang berbeda-
beda. Menurut pengertian ini, pengetahuan merupakan pengalaman yang bermakna dalam diri
tiap orang yang tumbuh sejak ia dilahirkan. Oleh karena itu, manusia yang normal, sekolah atau
tidak sekolah, sudah pasti dianggap memiliki pengetahuan. Pengetahuan dapat dikembangkan
manusia karena dua hal. Pertama, manusia mempunyai bahasa yang dapat mengomunikasikan
informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua, manusia
mempunyai kemampuan berpikir menurut suatu alur pikir tertentu yang merupakan kemampuan
menalar. Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang
berupa pengetahuan.
Namun begitu, yang namanya pengetahuan sifatnya acak, dan bagi kita (manusia),
pengetahuan tersebut sangat potensial. Hanya saja, dalam kehidupan yang makin berkembang,
kompleks, serta penuh tantangan ini, pengetahuan yang sifatnya acak tersebut nilai
fungsionalnya tidak sampai mencapai tingkatan yang optimum guna menghadapi tantangan serta
memecahkan masalah yang makin rumit. Oleh karena itu, pengetahuan yang sifatnya acak tadi
perlu ditingkatkan derajat atau bobot keilmiahannya sehingga berubah menjadi ilmu. Dengan
demikian, pengetahuan yang bersifat acak serta terbuka itu dengan melalui proses yang cukup
anjang, dapat diorganisasikan dan disusun menjadi bidang bidang seperti filsafat, humaniora,
serta ilmu.
Selanjutnya dalam kaitannya dengan ilmu. Ilmu itu sendiri secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi dua buah golongan besar, yakni ilmu eksak dan noneksak, atau ilmu
pengetahuan alam (IPA ) serta ilmu pengetahuan sosial (IPS ). Jika dilihat dari ciri-cirinya serta
dibandingkan dengan pengetahuan yang acak dan terbuka lainnya, terletak pada adanya unsur
sistematika, obkek kajian, ruang lingkup kajian, serta metode yang diterapkan serta
dikembangkannya. Jadi, ilmu sesungguhnya merupakan pengetahuan yang sudah mencapai taraf
tertentu yang telah memenuhi sistematika, memiliki objek kajian, dan metode pembahasan akan
kajian tersebut.
Ilmu dapat diartikan sebagai pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan
menggunakan kekuatan pemikiran, dimana pengetahuan tersebut selalu dapat dikontrol oleh
setiap orang yang ingin mengetahuinya. Berpijak dari pengertian ini, maka ilmu memiliki
kandungan unsur-unsur pokok sebagai berikut.
1. Berisi pengetahuan (knowledge)
2. Tersusun secara sistematis.
3. Menggunakan penalaran.
4. Dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain.
Dalam filsafat ilmu, setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Oleh
karena itu, ada seseorang yang hanya mendalami bidang ilmu tertentu dalam masyarakat, yang
kemudian disebut sebagaispesialis, dan ada pula seseorang yang banyak tahu dalam bidang ilmu,
namun tidak sampai mendalam, atau yang kemudian disebut generalis. Namun, karena
keterbatasan manusia maka sangat jarang ditemukan adanya seseorang dalam masyarakat yang
menguasai beberapa ilmu secara mendalam.
Setelah kita mengetahui tentang pengertian sains (ilmu pengetahuan) dan teknologi,
kemudian perbedaan serta hubungannya masing-masing, lalu muncul pertanyaan lagi, yaitu
bagaimana hubungannya dengan seni dalam kehidupan manusia ? Nah, untuk dapat menjawab
pertanyaan ini, berikut akan kita uraikan sedikit tentang bagaimana keterkaitan di antara unsur-
unsur Ipteks itu dalam kaitannya dengan kehidupan manusia di alam semesta ini.
Dalam pemikiran Barat, sains emiliki tiga karakteristik pokok, yaitu bersifat obyektif,
netral, serta bebas nilai. Karakteristik sebuah ilmu pengetahuan bersifat obyektif dan netral itu
sudah jelas, namun apakah benar bahwa sains itu juga harus bebas nilai ? tampaknya disinilah
permulaan yang akan kita bahas didalam menghubungkan antara pengetahuan, sains, teknologi,
serta seni dalam kehidupan manusia. Menurut sebagian ahli, bahwa sekalipun diakui berpijak
dari sistem nilai, namun sains tetap bebas dari pertimbangan-pertimbangan nilai. Akan tetapi,
mereka mengakui bahwa sains tetap berpijak pada sistem nilai. Karena dalam pandangan
mereka, hubungan langsug diantara fakta dan bukan fakta, sedangkan pertimbangan-
pertimbangan nilai menurut mereka bukanlah wewenang dari sains. Namun perlu juga diketahui
bahwa fakta itu sangat tergantung pada sains, dan tergantung pula pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan oleh para ilmuwan sendiri, karena memang dialah yang menentukan fakta mana saja
yang lebih relevan dan apa saja yang dapat dikatakan sebagai fakta ilmiah.
Jadi, dalam pengertian tersebut bahwa fakta itu jelas sangat tergantung pada jiwa
seseorang dalam memilih pertanyaan yang diformulasikan dan yang tergabung dalam aksioma
serta pemilihan aksioma tadi. Jadi, bukanlah pilihan pertanyaan dan aksioma terlepas dari pilihan
serta pertimbangan nilai nilai ? meskipun memang benar dikatakan bahwa nilai itu tidak akan
bisa langsung keluar dari fakta, namun sebuah fakta hanya akan menjadi relevan dan signifikan
apabila melalui sebuah sistem niali. Karena disini yang dikatakan fakta hanya akan timbul karena
daya sains yang bersifat objektif dan tanpa pamrih.
Sedangkan pada sisi lainnya, dikatakan bahwa meskipun teori pada sains juga dibangun
diatas fakta, tetapi laporan tentang fakta itu sendiri juga tidak luput dari interprestasi. Oleh
karena itu, dikatakan bahwa sains terbentuk karena adanya pertemuan dua orde pengalaman,
yakni orde observasi dan orde konsepsional. Orde observasi didasarkan pada hasil observasi
fakta, sedangkan orde konsepsi didasarkan pada hasil pemahaman manusia mengenai alam
semesta, karena itu sifatnya menjadi sangat subjektif. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa
sains, tidak bisa bebas dari nilai-nilai. Jadi, sesuai dengan sifat sains itu sendiri yang
kebenaranya bersifat tidak mutlak.
Sedangkan berbicara masalah teknologi, dimana istilah teknologi itu sendiri sebenarnya
sudah mengandung pengertian sains dan teknik atau engineering, sebab produk teknologi
tidaklah mungkin ada tanpa didasari adanya sains. Sementara itu, dalam sudut pandang budaya,
teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari sains.
Walaupun pada dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik objektif dan netral, namun dalam
kenyataannya teknologi tidak bisa netral seluruhnya karena memerlukan juga sentuhan estetika
yang bersifat objektif.
Pada titik ini kita berbicara tentang seni. Seni berasal dari bahasa Latin, yaitu ars yang
berarti kemahiran. Secara etimologis, seni (art) diformulasikan sebagai suatu kemahiran dalam
membuat barang atau mengerjakan sesuatu. Pengertian seni merupakan kebalikan dari alam,
yaitu sebagai hasil campur tangan (sentuhan) manusia. Seni merupakan pengolahan budi
manusia secara tekun untuk mengubah suatu benda bagi kepentingan rohani dan jasmani
manusia. Seni merupakan ekspresi jiwa seseorang yang hasil ekspresi tersebut berkembang
menjadi bagian dari budaya manusia. Seni dan keindahan yang tercipta merupakan dua sisi yang
tidak bisa dipisahkan. Dengan seni, cipta dan karya manusia, termasuk teknologi, di dalamnya
mendapat sentuhan keindahan atau estetika.
Dari uraian di atas, seni diartikan sebagai kegiatan manusia (human activity), yaitu proses
kegiatan manusia dalam menciptakan benda-benda yang bernilai estetik. Jadi, dengan sentuhan
seni, teknologi sebagai hasil karya ilmu pengetahuan manusia tidak sekadar menjadi alat, tetapi
juga bernilai indah. Contohnya, pesawat terbang sebagai karya teknologi tidak hanya
berkembaang dari sisi kualitas, kemampuan mesin, dan ketahanannya, tetapi juga berkembang
semakin estetik, baik dalam hal bangunan bodi, model, interior pesawat, warna, dan sebagainya.
Selain itu, seni juga berarti hasil karya seni itu sendiri. Pesawat adalah teknologi hasil karya dan
juga hasil seni dari manusia.
Ilmu pengetahuan merupakan usaha manusia untuk memahami gejala dan fakta alam, lalu
melestarikan pengetahuan tersebut secara konsepsional dan sistematis. Sedangkan teknologi
adalah usaha manusia untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan itu untuk kepentingan dan
kesejahteraan. Karena hubungan tersebut, maka perkembangan ilmu pengetahuan selalu terkait
dengan perkembangan teknologi, demikiann pula sebaliknya.
Sains dan teknologi saling membutuhkan, karena sains tanpa teknologi bagaikan pohon tak
berakar(science without technology has no fruit, technology without science has no root). Sains
hanya mampu mengajarkan fakta dan nonfakta pada manusia, ia tidak mampu mengajarkan apa
yang harus atau tidak boleh dilakukan oleh manusia. Jadi, fungsi sains di sini hanyalah
mengoordinasikan semua pengalaman manusia dan menempatkannya ke dalam suatu sistem
yang logis, sedangkan fungsi seni sebagai pemberi persepsi mengenai suatu keberaturan dalam
hidup dengan menempatkan suatu keberaturan padanya. Tujuan sains dan teknologi adalah untuk
memudahkan manusia dalam menjalani kehidupannya. Sedangkan seni memberi sentuhan estetik
sebagai hasil budaya yang indah dari manusia.
Manusia dengan potensi akalnya, telah diberi kebebasan untuk memilih dan
mengembangkan mana yang benar dan mana yang salah. Sedangkan dengan potensinya pula
manusia dapat menggali dan mengembangkan rahasia alam semesta ini sehingga lahirlah apa
yang kemudian disebut sains, teknologi, danseni (disingkat Ipteks). Pada saat ini, perkembangan
Ipteks sudah sedemikian pesatnya, bahkan telah berpengaruh baik secara langsung maupun tidak
langsung bagi kehidupan manusia, dan pengaruh tersebut menyangkut pola pikir, pola kerja,
pola hidup, maupun tingkah lakunya. Semestinya, semakin tinggi penguasaan terhadap Ipteks,
harusnya manusia semakin kritis dalam berpikir, semakin disiplin dalam bekerja, dan semakin
efisien dalam bertindak. Akan tetapi, pada kenyatannya kebanyakan manusia justru semakin
merasa dibuai dengan semua fasilitas dan produk yang dihasilkan oleh Ipteks tersebut.
Dalam kehidupan modern, hampir tidak ada orang yang hidup tanpa menggunakan jasa
Iptek. Semakin tinggi orang yang menggunakan jasa Iptek, semakin tinggi pula tingkat
ketergantungannya kepada alat-alat tersebut. Dampak langsung dari kemajuan Iptek adalah
kemudahan-kemudahan dalam beraktivitas. Memang Iptek diciptakan dengan tujuan untuk
memberikan berbagai kemudahan dan memperingan beban pekerjaan manusia yang tadinya
sangat melelahkan menjadi ringan. Namun, dampak negatif dari kemajuan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni, dapat mengakibatkan masyarakat semakin terbuai, karena mereka hampir
tidak sadar bahwa ternyata dirinya telah berada dalam situasi pola hidup konsumtif, hedonistik,
dan materialistik.
Perkembangan Iptek yang demikian pesat mampu menciptakan perubahan-perubahan
yang berpengaruh langsung pada kehidupan masyarakat, khususnya dalam elemen-
elemen sebagai berikut.
1. Perubahan di bidang intelektual; masyarakat meninggalkan kebiasaan lama atau kepercayaan
tradisional, mereka mulai mengambil kebiasaan serta kepercayaan baru, setidaknya mereka telah
melakukan reaktualisasi.
2. Perubahan dalam organisasi sosial yang mengarah pada kehidupan politik.
3. Perubahan dan benturan-benturan terhadap tata nilai dan tata lingkungannya.
4. Perubahan di bidanng industri dan kemampuan di medan perang.
Keempat persoalan di atas kini secara langsung telah menyentuh sendi-sendi kehidupan
manusia yang menuntut keterlibatan semua pihak, yang pada akhirnya ikut menentukan pula
kelangsungan hidup umat manusia di muka bumi ini.
Dalam pemikiran teologis, ada suatu pernyataan yang seolah-olah tabu untuk
dipersoalkan, yaitu Kapan kira-kira kiamat itu akan terjadi?. Di sini jawabannya sangat
normatif, yaitu hanya Tuhanlah yang tahu karena Dia-lah yang menentukan kapan kiamat itu
akan tiba. Sedangkan dalam pemikiran saintifik, pertanyaan semacam itu ternyata bisa
dikembangkan, yaitu bahwa kiamat akan terjaadi apabila alam semesta ini sudah kehilangan
keseimbangannya, dan yang menjaga keseimbangan alam itu adalah salah satu tugas manusia.
Jadi, apabila pengembangan Iptek (oleh manusia) sampai tidak memedulikan keseimbangan dan
kelestarian (yang juga menjadi salah satu tugas manusia), maka kiamat akan segera tiba. Dengan
demikian, peristiwa kiamat dalam pandangan saintifik sangat tergantung pada ulah manusia,
yakni sejauh mana manusia di muka bumi ini dapat menjaga dan melestarikan alam ini. Oleh
karena itulah, menjadi tugas manusia sebagai makhluk yang telah diangkat oleh Tuhan menjadi
khalifah di muka bumi ini untuk menjaga kelestarian alam ini dengan memanfaatkan serta
menerapkan hasil karya Ipteks dengan cara yang tepat.
Seperti sudah menjadi hukum alam, di samping ada sisi positif juga muncul sisi negatif
dari kemajuan Iptek. Selain yang sudah disebutkandi atas, contoh dampak negatif Ipteks di
antaranya adalah perlombaan senjata nuklir, pelanggaran norma kesusilaan, kriminalitas,
penurunan kesehatan, dan pencemaran lingkungan hidup.
Adanya sisi positif dan negatif dari Ipteks maka sering dikatakan bahwa kemajuan Ipteks
bermata dua atau bersifat dilematis. Di satu sisi, Iptek secara positif telah mendatangkan rahmat,
dalam arti dapat meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Oleh karena itu, ada pihak yang
menyatakan bahwa Iptek menjadi tulang punggung kesejahteraan. Namun di sisi lain, seperti
dapat kita amati dalam kehidupan, penerapan dan pemanfaatan Ipteks itu juga telah membawa
dampak negatif atau membawa laknat dalam bentuk munculnya masalah lingkungan, seperti
pencemaran, kekeringan, banjir, tanah longsor, dan kenaikan susu udara global. Oleh karena itu,
kita sebagai umat manusia tentunya harus penuh kewaspadaan dan kehati-hatian dalam
menerapkan dan memanfaatkan Iptek, yakni yang sesuai dengan asas-asas keserasian,
keseimbangan, maupun kelestarian. Dengan demikian, kehidupan di bumi ini akan tetap berjalan
secara seimbang dan lestari.
Bukan hanya sampai disitu, pada saat ini perkembangan Iptek juga telah merambah ke
bidang teknologi informasi dan komunikasi. Sebagaimana kita dengar atau lihat di berbagai
media massa, semenjak runtuhnya komunisme dan dilanjutkan dengan munculnya keterbukaan,
dunia seakan dilanda arus informasi dan globalisasi. Akibat kemajuan di bidang teknologi
informasi yang ditandai dengan munculnya berbagai media komunikasi canggih, seperti pesawat
telepon, komputer, faksimili, internet, dan lain-lain, maka arus informasi semakin cepat, dan
akibat lebih lanjutnya ialah dunia seakan-akan menjadi semakin transparan (terbuka) dan sempit.
Akan tetapi, pemanfaatan dan penerapan teknologi di bidang informasi dan komunikasi juga
mengandung suatu dilema atau bermata dua, yakni rahmat dan laknat. Di bidang komunikasi,
rahmat Iptek dapat Anda amati dan hayati, yang bukan hanya telah mengglobal, melainkan juga
telah mengangkasa luar. Bahkan, satelit komunikasi juga semakin memacu derasnya informasi.
Derasnya arus informasi ini sebagaimana dilakukan stasiun-stasiun televisi yang telah
memanfaatkan berbagai penyiaran globalnya melalui satelit-satelit komunikasi tersebut.
Sedangkan dampak negatif yang membawa laknat juga telah mengglobal. Berbagai
pencemaran yang berpengaruh terhadap kesehatan fisik biologis dan mental psikologis pun telah
mengglobal. Dampak negatif dari perkembangan kemajuan serta penerapan Iptek yang telah
menghasilkan berbagai ketimpangan itu oleh Alvin Toffler (1976) disebut sebagai guncangan
hari esok (future shock), yang tidak saja telah menimbulkan guncangan fisik (physical shock),
melainkan juga guncangan kejiwaan (psychological shock). Sekarang cobalah Anda lihat dan
amati sendiri, bagaimana telah mengglobalnya berbagai penyakit yang timbul di masyarakat
pada saat ini. Mulai dari ketegangan urat sraf, darah tinggi, sadisme, kriminalitas, mabuk,
teler,dan sebagainya, adalah berbagai macam penyakit ataupun gangguan-gangguan fisik-
biologis maupun mental-psikologis, yang tidak hanya terjadi di negara-negara tertentu saja,
melainkan juga telah meluas ke berbagai negara di penjuru dunia. Dalam kaitan ini, maka
perkembangan kemajuan Iptek di bidang komunikasi dan informasi itulah yang dianggap
menjadi salah satu sarana penyebarannya. Di sinilah kiranya letak tuntutan bagi dunia
pendidikan pada khususnya, serta masyarakat dan pemerintah pada umumnya, bagaimana
caranya menciptakan kiat-kiat khusus guna mengatasi dampak negatif Iptek terhadap guncangan
fisik serta psikologis tadi.
Namun demikian, masalah yang dihadapi bangsa Indonesia terkait dengan pemanfaatan
dan kemampuan Iptek ini dapat didefinisikasi sebagai berikut (RPJMN 2004-2009).
1. Rendahnya kemampuan Iptek nasional dalam menghadapi perkembangan global. Hal ini
ditunjukkan dengan Indeks Pencapaian Teknologi (IPT) dalam laporan UNDP tahun 2001
menunjukkan tingkat pencapaian teknologi Indonesia masih berada pada urutan ke-60 dari 72
negara.
2. Rendahnya kontribusi Iptek nasional di sektor produksi. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh
efisiensi dan rendahnya produktivitasnya, serta minimnya kandungan teknologi dalam kegiatan
ekspor.
3. Belum optimalnya mekanisme intermediasi Iptek yang menjembatani interaksi antara kapasitas
penyedia iptek dengan kebutuhan pengguna. Masalah ini dapat terilihat dari belum tertatanya
infrastruktur Iptek, antara lain institusi yang mengolah dan menerjemahkan hasil
penggembangan Iptek menjadi preskripsi teknologi yang siap pakai untuk difungsikan dalam
sisitem produksi.
4. Lamahnya sinergi kebijakan Iptek, sehingga kegiatan Iptek belum sanggup memberikan hasil
yang signifikan.
5. Masih terbatasnya sumber daya Iptek, yang tercermin dari rendahnya kualitas SDM dan
kesenjangan pendidikan di bidang Iptek. Rasio tenaga peneliti Indonesia pada tahun 2001 adalah
4,7 peneliti per 10.000 penduduk, jauh lebih kecil dibandingkan Jepang sebesar 70,7.
6. Belum berkembangnya budaya Iptek di kalangan masyarakat. Budaya bangsa secara umum
masih belum mencerminkan nilai-nilai Iptek yang mempunyai penalaran objektif, rasional, maju,
unggul, dan mandiri. Pola pikir masyarakat belum berkembang kea rah yang lebih suka
mencipta daripada sekedar memakai, lebih suka membuat daripada sekadar membeli, serta lebih
suka belajar dan berkreasi daripada sekadar menggunakan teknologi yang ada.
7. Belum optimalnya peran Iptek dalam mengatasi degradasi fungsi lingkungan hidup. Kemajuan
iptek berakibat pula pada munculnya permasalahan lingkungan. Hal tersebut antara lain
disebabkan oleh belum berkembangnya system menajeman dan teknologi pelestarian fungsi
lingkungan hidup.
8. Masih lemahnya peran Iptek dalam mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam. Wilayah
Indonesia dalam konteks ilmu kebumian global meruapakan wilayah yang rawan bencana.
Banyaknya korban akibat bencana alam merupakan indikator bahwa pembangunan Indonesia
belum berwawasan bencana. Kemampuan Iptek nasional belum optimal dalam memberikan
antisipasi dan solusi strategis terhadap berbagai permasalahan bencana alam, seperti pemanasan
global, anomali iklim, kebakaran hutan, banjir, longsor, gempa bumi, dan tsunami.
BAB VIII
MANUSIA DAN LINGKUNGAN
Hakikat pengelolaan lingkungan hiduop oleh manusia adalah bagaimana manusia melakukan
berbagai upaya agar kualitas manusia meningkat sementara kualitas lingkungan juga semakin
baik. Lingkungan yang berkualitas pada akhirnya akan memberikan manfaat bagi manusia yaitu
meningkatkan kesejahteraan.
Pengelolaan lingkungan yang berhasil akan memberi manfaat atau nilai bagi manusia.
Terdapat nilai ekonomi, nilai mental, nilai ilmiah, dan nilai budaya dari lingkungan. Nilai
ekonomi, yaitu menambah penghasilan dari hasil alam, menambah devisa, memperluas lapangan
kerja, dan lain-lain. Nilai mental , yaitu lingkungan yang bisa menambah rasa estetika, rasa
keagungan dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Nilai ilmiah, yaitu lingkungan bisa dijadikan
objek penelitian, pengembangan sains, botani, proteksi tanaman, budidaya tanaman. Nilai
budaya, adalah bahwa lingkungan yang khas akan memberikan kebanggaan tersendiri bagi
warganya. Misalnya, bangga Indonesia dikenal sebagai zamrud khatulistiwa.
Undang-undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang mengatur
hak, kewajiban, dan peran warga negar perihal pengelolaan ini. Hak,kewajiban dan peran itu
sebagai berikut :
a. Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
b. Setiap orang mempunyai ha katas informasi yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan
lingkungan hidup. Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan
lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan
menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.
d. Setiap orang yang melakukan usaha atau kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang
benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup.
e. Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan dalam
pengelolaan lingkungan hidup.
2. Hubungan Penduduk dengan Lingkungan dan Kesejahteraan
Sejak awal, manusia merupakan subjek sekaligus objek dalam perjalanan hidupnya guna
mendapatkan kesejahteraan. Manusia membuat, menciptakan, mengerjakan, dan memperbaiki
berbagai hal yang ditujukan untuk kepentingan hidupnya. Penduduk pada dasarnya adalah orang-
orang yang tinggal disuatu tempat yang secara bersama-sama menyelenggarakan kehidupannya.
Penduduk Negara adalah orang orang yang bertempat tinggal disuatu wilayah Negara, tunduk
pada kekuasaan politik Negara dan menjalani kehidupannya dibawah tata aturan Negara yang
bersangkutan.
Dinegara, penduduk merupakan salah satu modal dasar pembanguna. Sebagai modal
dasar atau asset pembangunan, penduduk tidak hanya sebagai sasaran pembangunan, tetapi juga
merupakan pelaku pembanguna. Mereka adalah subjek dan objek dari pembangunan Negara.
Pembangunan pada dasarnya dilakukan oleh penduduk Negara dan ditujukan untuk pemenuhan
kebutuhan dan kesejahteraan penduduk yang bersangkutan.
Hal yang bersangkutan dengan penduduk Negara meliputi :
a. Aspek kualitas penduduk mencakup tingkat pendidikan, keterampilan, etos kerja, dan
kepribadian.
b. Aspek kuantitas penduduk yang mencakup jumlah penduduk, pertumbuhan, persebaran,
perataan, dan perimbangan penduduk ditiap wilayah Negara.
c. Dewasa ini, kualita penduduk merupakan aspek yang penting bagi kesejahteraan hidup.
Kesejahteraan hidup
Dewasa ini, kualitas penduduk merupakan aspek yang penting bagi kesejahteraan hidup.
Kesejahteraan hidup penduduk Negara sangat ditentukan oleh kualitas penduduk yang
bersangkutan. Kualitas penduduk mencerminkan kualitas insani dan sumber daya tersebut
dipengaruhi beberapa factor, antara lain tingkat pendidikan, keterampilan, kesehatan, etos kerja,
dan karakter atau kepribadian.
Dari segi lingkungan, masalah pemukiman merupakan masalah penduduk (Soerjani, 1987).
Ketika jumlah penduduk kecil dan hidup bersahaja, maka cara hidup dan bermukimnya
lingkungan hidup. Namun, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan majunya
peradaban, maka cara hidup dan bermukimnya penduduk tidak lagidiserasikan dengan
lingkungan. Justru sebaliknya, lingkungan diubah dan dicocokkan dengan cara hidup dan
pemukiman manusia.
Lingkungan alam seperti tanah, dirombak untuk menampung berbagai fasilitas kebutuhan
manusia. Misalnya perumahan dan fasilitas lain seperti pelayanan kesehatan, perndidikan,
hiburan, pasar, jalan, saluran. Air tidak hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari. Air
juga untuk pembangkit listrik.Pertumbuhan penduduk akan selalu berkaitan dengan masalah
lingkungan hidup. Penduduk dengan segala aktivitasnya akan memberikan dampak terhadap
lingkungan. Demikian pula makin meningkatnya upaya pembangunan menyebabkan makin
meningkata dampak terhadap lingkungan hidup. Dampak lingkungan hidup adalah pengarauh
perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha atau kegiatan. Lingkungan
hidup bisa berdampak positif dan negative bagi kesejahteraan penduduk.
Perubahan positif akibat kegiatan manusia terhadap lingkungan, misalnya dengan
pembangunan jalan-jalan raya yang bisa menghubungkan daerah-daerah yang sebelumnya
terisolir. Pembuatan saluran air, taman kota, penghijauan, penanaman turus jalan, pembuatan
bendungan, adalah contoh-contoh kegiatan yang menjadikan lingkungan memberi dapak positif
bagi manusia. Perubahan yang positif dari lingkungan tersebut tentu saja dapat memberikan
keuntungan dan sumber kesejahteraan bagi penduduk.
Perubahan lingkungan sebagai akibat tindakan manusia tidak jarang memberikan dampak
negative, yaitu kerusakan lingkungan hidup. Kerusakan lingkungan hidup tidak hanya
meniadakan daya dukung lingkungan itu sendiri, tetapi juag memberikan resiko bagi kehidupan
manusia. Kerusakan lingkungan hidup merupakan problema besar yang dialami umat manusia
sekarang ini.
Beberapa problema lingkungan hidup dewasa ini antara lain :
1. Pencemaran (polusi) lingkungan, yang mencakup pencemaran udara, pencemaran air,
pencemaran tanah, dan pencemaran suara.
2. Masalah kehutanan, seperti penggundulan hutan, pembalakan hutan, dan kebakaran hutan.
3. Erosi dan banjir.
4. Tanah longsor, kekeringan, dan abrasi pantai.
5. Menipisnya lapisan ozon dan efek rumah kaca.
6. Penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang buruk, seperti gatal-gatal, batuk, batuk, infeksi
saluran pernapasan, diare, dan tipes.
Di Indonesia berhasil diidentifikasikanberbagai kerusakan sumber daya alam dan lingkungan
hidup. Kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup tersebut dikhawatirkan akan
berdampak besar bagi kehidupan makhluk bumi, terutama manusia yang populasinya semakin
besar. Beberapa masalah tersebut antara lain :
a. Terus menurunnya kondisi hutan Indonesia. Indonesia merupakan Negara ASEAN terbesar
hutannya. Laju deforestrasi p[ada periode 1985-1997 adalah sekitar 1,6 juta hektar per tahun
meningkat menjadi 2,1 juta hektar per tahun pada periode 1997-2001.
b. Kerusakan DAS (Daerah Aliran Sungai). Praktik penebangan liar dan konversi lahan
menimbulkan dampak yang luas, yaitu kerusakan ekosistem dalam tatanan DAS.
c. Habitat ekosistem pesisisr dan laut semakin rusak.kerusakan habitat ekosistem diwilayah pesisir
dan laut semakin meningkat, khususnya diwilayah padat kegiatan seperti pantai utara Pulau Jawa
dan Pantai timur Pulau Sumatra.
d. Citra pertambangan yang merusak lingkungan. Sifat usaha pertambangan, khusus nya tambang
terbuka (open pit mining), selalu mengubah bentang alam sehingga memengaruhi ekosistem dan
habitat aslinya. Dalam skala besar akan mengganggu keseimbangan fungsi lingkungan hidup dan
berdampak buruk bagi kehidupan manusia. Dengan citra semacam ini, usaha pertambangan
cenderung ditolak masyarakat.
e. Tingginya ancaman terhadap keanekaragaman hayati (biodiversity). Sampai saat ini, 90 jenis
flora dan 176 fauna di Pulau Sumatera terancam punah. Populasi orang utan di Kalimantan
menyusut tajam. Kerusakan ekosistem dan perburuan liar yang dilator belakangi rendahnya
kesadaran masyarakat, menjadi ancaman utama bagi keanekaragaman hayati di Indonesia.
f. Pencemaran air semakin meningkat. Kualitas air permukaan danau, situ dan perairan umum
lainnya juga menunjukkan kondisi yang memprihatinkan. Umumnya disebabkan karena
tumbuhnya fitoplankton secara berlebihan sehingga menyebabkan terjadinya timbunan senyawa
fosfat yang berlebihan.
g. Kualitas udara semakin menurun, khususnya dikota-kota besar. Kualitas udara di 10 kota besar
Indonesia cukup mengkhawatirkan, dan di enam kota diantaranya, yaitu Jakarta, Surabaya,
Bandung, medan, jambi, dan Pekanbaru dalam satu tahun hanya dinikmati udara bersih selama
22 sampai 62 hari saja.
Kerusakan lingkungan hidup memberi efek yang besar bagi kelangsungan hidup manusia itu
sendiri. Lingkungan sangat berkaitan dengan masalah ketahanan hidup (survival) manusia.
Ketahanan hidup amat bergantung pada hubungan yang saling menopang dari lingkungan yang
terdiri atas berbagai system yang menunjang kehidupan itu ataupun yang saling menyayanginya.
Bagi manusia, problema lingkungan pada dasar timbunya kalau terjadi ketidakseimbangan
antarmanusia dengan sumber-sumber yang ada dalam lingkungannya. Pemanfaatan yang
berlebihan oleh manusia menyebabkan daya dukung lingkungan berkurang sehingga
keseimbangan tidaak terjadi lagi. Oleh karena itu, pengelolaan lingkungan pada hakikatnya
adalah menciptakan keseimbangan hubungan antara manusia dengan lingkungan itu sendiri.
Masalah kependudukan tidak hanya menciptakan masalah pemukiman dan problema
lingkungan. Pertambahan penduduk berpengaruh terhadap tingkat pendidikan. Dinegar-negara
yang anggaran pendidikannya rendah biasanya menunjukkan angka kelahiran yang tinggi.
Pertambahan penduduk yang cepat juga menghambat perimbangan pendidikan.
Pertumbuhan penduduk juga berpengaruh terhadap tingkat konsumsi penduduk.
Penduduk yang besar jelas membutuhkan konsumsi dalam jumlah yang besar pula. Pemenuhan
konsumsi yang besar,umumnya tidak diimbangi dengan kandungan gizi yang layak. Tidak
terpenuhinya konsumsi pangan penduduk berakibat pada kelaparan. Demikian pula gizi yang
kurang dapat berakibat pada timbulnya penyakit seperti busung lapar dan cacat mental pada
anak.
Seiring dengan tidak tercukupinya kebutuhan pangan, maka akan muncul
keterbelakangan dan kemiskinan. Keterbelakangan dan Kemiskinan ibaratnya adalah saudara
kembar. Keterbelakangan dan kemiskinan merupakan penyakit yang bisa melemahkan fisik
dan mental manusia dan juga berpengaruh negatif terhadap lingkupan.
Sejak dulu air di akui sebagai sumber kehidupan.Air,khususnya air bersih banyak dimanfaatkan
manusia untuk berbagai keperluan,terutama sekali untuk minum. Dengan demikian,ketersediaan
air bersih merupakan keharusan bagi penduduk disuatu wilayah. Sumber-sumber air bersih
didapatkan dari mata air, atau sungai yang telah dilakukan proses penyulingan.
Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dunia,kebutuhan air bersih juga
meningkat tajam. Seiring dengan itu,sumber-sumber air bersih mejadi berkurang atau justru
semakin habis. Dewasa ini,penduduk dunia dilanda kekurangan air bersih. Padahal masalah
kekurangan air langsung berdampak terhadap kesehatan dan kelangsungan hidup manusia.
Kurangnya ketersediaan air bersih berarti telah terjadi kelangkaan air sebagai sumber
kehidupan. Kelangkaan air bersih menyebabkan orang terpaksa bergantung pada sumber air yang
mungkin tidak aman. Tidak tersedianya air bersih dapat memicu timbulnya berbagai
penyakit,seperti kolera,tifus,malaria,demam berdarah,dan penyakit lain yang menular.kelangkaan
air juga dapat menjadikan orang kehabisan waktu dan dana untuk mendapatkan air bersih.
Perubahan iklim, kekeringan, dan banjir yang sering kali terjadi, ditenagarai berpengaruh
terhadap ketersediaan air bersih. Contohnya, kekeringan pada sebagian sungai-sungai besar
didunia. Indonesia juga dilaporkan mulai terancam kekurangan air bersih.
D. Perubahan Iklim
Sumber energi fosil(minyak bumi, batu bara, dan gas alam) yang dihasilkan oleh banyak
pembangkit energi membangkitkan terjadinya pencemaran udara. Hal ini karena pembangkit
tersebut mengeluarkan gas dan zat-zat pencemar, seperti gas (SO2) dan gasgas rumah kaca
(GRK), seperti karbondioksida (CO2). Banyak penelitian menyebutkan bahwa GRK telah
memicu terjadinya pemanasan global akibat adanya efek rumah kaca.
Efek rumah kaca terjadi akibat GRK yang terkumpul diatmosfer membentuk selubung
yang menghalangi radiasi panas matahari yang dipantulkan bumi sehingga tidak dapat lepas
keatmosfer. Panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan
global.
Lebih lanjut, pemanasan global telah memicu terjadinya perubahan iklim (climate
change). Perubahan iklim mengakibatkan adanya perubahan-perubahan yang tidak terkirakan
sebelumnya, seperti peningkatan suhu, melelehnya gunung es, permukaan air laut naik,
banyaknya banjir dan badai, serta musim panas yang semakin panjang. Puahan-perubahan iklim
yang ekstrem ini dapat engancam kehidupan manusi di bumi. Ancaman tersebut antara lain :
1. Panasnya suhu menimbulkan makin banyak nya wabah penyakit endemik seperti leptospirosis,
demam berdarah, diare, dan malaria.
2. Wilayah-wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil terancam tenggelam oleh naiknya air laut.
3. Maraknya banjir dan badai topan yang sewaktu-waktu melanda pemukiman manusia.
4. Berkurang nya ketersediaan air bersih karena kekeringan dalam jangka waktu lama.
5. Kegagalan panen karena cuaca yang tidak mendukung.
c. Wabah Penyakit
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang
jumlah penderitanya meningkat secara nyata, melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan
daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Sumber penyakit dapat berasal dari
manusia, hewan,tumbuhan dan benda-benda yang mengandung atau tercemar bibit penyakit,
serta yang dapat menimbulkan wabah.
Penyakit yang mewabah sekarang ini dengan cepat sekali menyebar menembus batas-
batas wilayah dan negara. Penyakit yang sebelumnya hanya melanda sebuah negara atau suatu
kawasan dengan cepat menyebar ke negara dan kawasan lain dibumi. Tepat kiranya jika sekarang
ini terdapat istilah globalisasi penyakit. Globalisasi penyakit merupakan dampak negatif dari
semakin cepatnya pergerakan manusia, hewan, tumbuhan dan barang-barang yang dibawa.
Wabah penyakit menyebar sedemikian cepat.
Penyakit yang menyebar sekarang ini makin banyak dan beragam. Jika dulu orang hanya
mengenal sakit malaria, sekarang telah muncul virus poli, SARS,AIDS, dan sebagainya. Selain
penyakit infeksi diatas, penyakit modern yang muncul akibat perubahan gaya hidup yang kini
juga menjadi penyakit yang mengglobal. Sama seperti penyakit infeksi, penyakit gaya hidup juga
tidak mengenal batasan negara atau batasan status ekonomi. Penyakit gaya hidup, contohnya
serangan jantung, darah tinggi, depresi, stroke, obesitas. Penyakit gaya hidup pada mulanya
muncul di negara-negara maju. akan tetapi sekarang ini penyakit tersebut melanda pula negara-
negara industri baru di Asia.
Wabah penyakit yang menimbulkan malapetaka yang menimpa umat manusia dari dulu
sampai sekarang maupun masa mendatang tetap merupakan ancaman terhadap kelangsungan
hidup dan kehidupan. Selain wabah membahayakan kesehatan masyarakat karena dapat
mengakibatkan sakit, cacat, dan kematian, wabah juga akan mengakibatkan hambatan dalam
pelaksanaan pembangunan nasional. Penyakit dapat menurunkan tingkat produktivitas manusia
dalam bekerja yang bisa berpengaruh terhadap pendapatan mereka. Banyak produktivitas yang
hilang akibat serangan penyakit. Disisi lain, pendapatan yang diperoleh banyak dikeluarkan
untuk biaya pengobatan. Pada akhirnya, timbulnya penyakit bisa berpengaruh terhadap tingkat
ekonomi masyarakat.