Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KELOMPOK PENGANTAR EKONOMI MAKRO

(EKSPOR)

Disusun Oleh:
NAMA NIM
NURFARIZAL KURNIAWAN B11.2020.80001
SHAFA ALIFIA PUTRI B11.2020.80022

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

2020

PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG

Ekspor adalah mengeluarkan barang dari daerah pabean. Ekspor adalah orang yang melakukan kegiatan mengeluarkan barang
dari daerah pabean ( www.beacukai.go.id ) Orang atau badan yang melakukan kegiatan ekspor disebut eksportir. Kegiatan ekspor
memegang peranan yang cukup penting dalam rangka pengendalian inflasi dan mendorong produksi dalam negeri, khususnya
komoditi yang akan diekspor. Ekspor adalah kebalikan dari impor. Negara pada umumnya sangat mendorong agar ekspor
meningkat. Banyak cara atau kebijakan yang ditempuh oleh suatu Negara dalam rangka mendorong ekspor antara lain:
1. Perbaikan atau rehabilitasi kapasitas produksi, khususnya komoditi ekspor.

2. Diversifikasi dalam komposisi ekspor, yaitu mengadakan perubahanperubahan susunan barang-barang ekspor dengan jalan
meningkatkan barangbarang ekspor lama ataupun menambah jenis hasil ekspor baru.
3. Peningkatan mutu barang yang akan diekspor sehingga menambah nilai.
4. Perluasan daerah pemasaran di luar negeri.
5. Memperkuat lembaga-lembaga pemasaran seperti penyempurnaan tata niaga komoditi ekspor nonmigas.
6. Pengolahan lebih lanjut serta perbaikan pola pemasaran hasil produksinya.
7. Suatu kegiatan ekspor dapat berkembang jika barang-barang adalah barangbarang yang laku di luar negeri serta mendatangkan
keuntungan bagi yang menjual (eksportir).
Daya saing adalah kemampuan produsen memproduksi suatu komoditi dengan mutu yang baik dan biaya yang cukup rendah
sesuai harga di pasar internasional, dapat dipasarkan dengan laba yang cukup dan dapat melanjutkan kegiatan produksi atau
usahanya ( Simanjuntak, 1992 ) dalam penelitian ( Candra, 2003 : 27 ).

Ekspor Perkebunan dan pertambangan merupakan salah satu sektor komoditi ekspor Indonesia contohnya dalam
perkebuan yaitu karet remah,kelapa,getah pinus dan lada hitam .di sektor pertambangan Indonesia mengekspor batu
bara Komoditi perkebunan sampai saat ini berperan sebagai andalan penghassil Devisa Negara dari Non Migas sektor
Pertanian, dimana Ekspor perkebunan Indonesia terlihat cukup stabil pada tahun 2015-2019 Hal ini menandakan
bahwa adanya peran penting ekspor komoditi perkebunan dalam meningkatian Daya Saing suatu daerah untuk berperan
aktif meningkatkan ekspor. Sedangkan dalam sektor pertambangan Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor
batu bara terbesar di dunia

Batubara adalah batu sedimen organik yang terbentuk oleh tekanan di perut bumi. Benda ini biasanya berwarna hitam,
dan kadang berwarna coklat tua. Batubara umumnya digunakan sebagai bahan bakar untuk memproduksi listrik dan
panas melalui proses pembakaran. Sumber daya ini dipakai di hampir semua negara di dunia dan dengan jumlah
konsumsi yang terus meningkat dari tahun ke tahun

PERKEMBANGAN EKSPOR SELAM 5 TAHUN (2015-2019)

A.KARET REMAH

Ekspor Karet Remah Menurut Negara Tujuan Utama, 2012-2019

Negara
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
tujuan
  Berat bersih : 000 Ton
Amerika 564. 601. 591. 615. 568. 577. 595. 543.
Serikat 2 5 2 8 4 2 4 1
384. 419. 401. 420. 413. 453. 472. 493.
Jepang
5 3 9 6 0 1 8 7
425. 500. 357. 282. 293. 433. 243. 211.
Tiongkok
9 9 9 2 4 7 9 9
134. 179. 183. 210. 247. 287. 192.
India 96.8
3 8 6 0 4 8 7
Korea 141. 146. 158. 182. 179. 192. 189. 169.
Selatan 9 7 4 8 3 4 5 2
Brasil 68.5 86.6 102. 94.4 95.5 97.9 93.9 80.6
8
Kanada 76.5 71.3 73.6 76.2 72.8 90.1 89.4 72.6
Jerman 57.9 70.2 72.9 68.4 68.0 72.4 69.2 60.0
Belgia 38.0 55.4 56.8 62.5 68.0 50.1 46.1 39.8
Turki 49.6 65.5 71.2 67.6 64.6 87.3 92.5 75.8
466. 475. 483. 489. 461. 621. 561. 501.
Lainnya
3 1 3 4 3 2 5 2
2 2 2 2 2 2 2 2
Jumlah
370.1 626.8 549.8 543.5 494.3 922.8 742.0 440.6
                 
  Nilai FOB : 000 000 US $
Amerika 1 1 1 861. 729. 980. 831. 760.
Serikat 808.9 540.3 060.9 3 2 4 7 5
1 1 715. 590. 538. 766. 659. 690.
Jepang
238.8 072.2 9 3 2 8 4 7
1 1 664. 393. 387. 740. 341. 297.
Tiongkok
379.2 278.8 4 3 3 6 2 3
310. 334. 323. 257. 274. 416. 404. 273.
India
1 1 0 2 8 7 2 5
Korea 454. 377. 284. 257. 232. 327. 263. 237.
Selatan 7 0 4 5 3 4 9 8
221. 220. 183. 132. 125. 163. 131. 114.
Brasil
0 4 1 2 7 0 7 1
246. 183. 133. 108. 151. 124. 101.
Kanada 94.9
3 9 0 4 1 3 2
186. 177. 130. 123.
Jerman 96.1 88.3 97.9 85.0
6 3 9 5
117. 140. 101.
Belgia 86.8 87.8 86.4 64.4 55.6
4 3 2
157. 167. 126. 149. 129. 106.
Turki 93.9 83.3
7 2 9 5 4 1
1 1 871. 687. 601. 1 788. 704.
Lainnya
506.0 215.4 4 1 2 052.9 6 3
7 6 4 3 3 4 3 3
Jumlah
626.7 706.9 595.1 564.1 243.0 958.3 836.7 426.1
Catatan:
Diolah dari dokumen kepabeanan Ditjen Bea dan Cukai (PEB dan PIB)
Dikutip dari Publikasi Statistik Indonesia

Berat ekspor karet remah selama 5 Tahun


3000
2900
2800
2700
2600
2500
2400
2300
2200
2100
2015 2016 2017 2018 2019
Nilai ekspor karet remah selama 5 Tahun
6000

5000

4000

3000

2000

1000

0
2015 2016 2017 2018 2019

Indonesia merupakan produsen karet terbesar kedua di dunia setelah Thailand. Karet yang diperjualbelikan di pasar domestik
maupun luar negeri berbentuk karet alam dan karet sintesis. Sebagian besar karet yang dihasilkan Indonesia dalam bentuk karet
alam dan 70 persen karet alam Indonesia diproduksi menjadi karet remah (crumb rubber). Karet remah (crumb rubber) merupakan
karet alam yang diolah secara khusus sehingga mutunya terjamin secara teknis. Karet remah digunakan sebagai bahan baku untuk
memroduksi ban, permintaan karet remah dunia meningkat seiring dengan peningkatan industri otomotif. Ketatnya persaingan
antara produsen karet remah di dunia menuntut Indonesia untuk dapat bersaing dengan produsen karet remah lain. Untuk itu, karet
remah yang dijual ke luar negeri harus dapat bersaing dalam hal mutu dan kuantitas penjualan dengan negara produsen karet
remah lain.

ditunjukan data ekspor karet remah Indonesia menurut ekspor dalam juta US$ dan volume ekspor dalam ton.nilai ekspor
dimulai tahun 2015 sebesar 2 543.5 ton dengan nilai sebesar 3 564.1 juta US$ mengalami penurunan sebesar 2 494.3 ton dengan
nilai sebesar 3 243.0 juta US$ pada 2016. Pada tahun 2017 mengalami kenaikan cukup signifikan sebesar 2 922.8 ton dengan
nilai sebesar 4 958.3 US$ dan mengalami penurunan pada tahun 2018 sebesar 2 742.0 ton dengan nilai sebesar 3 836.7 US$
mengalami penurunan lagi pada tahun 2019 sebesar 2 440.0 ton dengan nilai sebesar 3 426.1 US$

B.LADA

Ekspor Lada Hitam Menurut Negara Tujuan Utama, 2012- 2019

Negara tujuan 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
  Berat bersih : Ton
Vietnam 14 343,0 8 869,7 2 290,1 14 355,9 8 455,9 3 377,0 4 258,0 5 600,9
Amerika Serikat 19 038,1 11 315,9 4 511,0 8 147,2 5 986,1 4 497,1 2 391,9 2 499,0
India 4 820,0 2 288,0 2 750,3 2 913,5 5 162,5 2 633,2 3 117,6 3 196,0
Perancis  300,0  503,0  325,0  475,0 1 526,7 1 078,1  412,0  387,0
Tiongkok 1 405,1  650,0  947,0 2 101,0 1 303,0  350,0  830,1 1 815,6
Jerman  801,3  404,7  813,9  970,7 1 141,2  618,0  507,1  316,1
Belanda  698,6  766,2  340,0  405,6 1 264,8  343,4  192,7  411,5
Singapura 1 771,2 1 989,7 3 176,5 2 215,4  592,9  496,9  282,3  89,9
Italia  395,0  89,0  150,0  160,4  341,0  215,0  84,0  74,0
Sri Lanka  0,0  15,0  208,0  0,0  339,8  0,0  0,0  0,0
Lainnya 4 464,8 2 381,8 1 290,4 1 692,5 2 484,2 2 218,8 2 053,6 3 025,1
Jumlah 48 037,1 29 273,0 16 802,2 33 437,1 28 598,1 15 827,5 14 129,3 17 415,1
                 
  Nilai FOB : 000 US $
Vietnam 83 600,1 55 462,2 16 927,7 124 601,7 61 441,5 16 134,6 9 669,7 11 581,5
Amerika Serikat 121 478,8 75 333,7 35 978,9 77 914,4 49 148,5 28 353,5 8 184,9 7 025,8
India 29 996,8 13 072,4 21 440,7 23 063,8 38 840,8 13 129,6 9 441,9 8 627,5
Perancis 1 974,4 3 332,7 2 455,7 4 576,1 12 785,5 7 592,8 1 410,0 1 188,8
Tiongkok 10 538,1 4 853,1 9 570,1 21 151,5 12 493,7 1 872,9 2 677,4 5 295,9
Jerman 5 166,1 2 586,9 6 767,5 9 164,7 9 282,5 2 895,8 1 843,9  754,3
Belanda 4 596,9 4 951,8 3 212,3 3 935,6 9 034,0 1 878,0  776,9 1 180,6
Singapura 9 498,9 10 393,4 26 921,4 21 147,1 4 852,4 2 668,9 1 110,8  272,8
Italia 2 637,8  633,8 1 390,4 1 584,5 3 164,0 1 259,1  288,9  177,5
Sri Lanka  0,0  101,1 1 828,4  0,0 2 816,2  0,0  0,0  0,0
Lainnya 28 637,5 15 325,6 9 972,3 14 881,3 16 820,3 11 399,2 6 311,9 7 020,7
Jumlah 298 125,5 186 046,7 136 465,3 302 020,5 220 679,4 87 184,4 41 716,3 43 125,4
Catatan:
Diolah dari dokumen kepabeanan Ditjen Bea dan Cukai (PEB dan PIB)
Dikutip dari Publikasi Statistik Indonesia

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mencanangkan Rempah Indonesia Berjaya di Dunia. Program Kementerian Pertanian
(Kementan) sejak 2017 difokuskan untuk mengembalikan kejayaan rempah Indonesia.  Optimis akan tercapai, tercermin dari
meningkatnya produksi dan ekspor serta turunnya impor komoditas lada.  Alhasil, devisa yang dihasilkan dari ekspor lada di tahun 2016
mencapai USD 431,14 juta.
Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Kementan, Suwandi mengungkapkan produksi lada tahun 2016 mencapai 82,17 ribu ton.
Besarnya produksi ini naik 0,82% dari produksi tahun 2015 yang hanya mencapai 81,50 ribu ton. Sementara produksi lada di tahun
2017, diperkirakan meningkat 0,97% yakni 82,96 ribu ton dari tahun 2016.
“Dari besarnya produksi tersebut, di tahun 2016 total ekspor lada Indonesia 53,10 ribu ton. Ekspor lada pada periode Januari hingga
Agustus 2017 mencapai 27,46 ribu ton atau naik 16,57 persen dibanding pada periode yang sama di tahun 2016 yang hanya 23,56 ribu
ton,” demikian ungkap Suwandi di Jakarta, Senin (25/9/2017).
Karena itu, pejabat yang merangkap sebagai Plt Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan ini menegaskan sesuai kebijakan
pengendalian impor dan mendorong ekspor, hasilnya sudah terlihat dari meningkatnya volume ekspor tersebut diikuti dengan
menurunnya volume impor. Impor lada pada periode Januari hingga Agustus 2017 hanya 690 ton, sedangkan impor lada pada yang
sama tahun 2016 sangat tinggi yakni 2.663 ton.
“Artinya volume impor lada menurun signifikan yaitu 74 persen. Ini membuktikan kondisi pertanaman lada Indonesia memiliki potensi
untuk dikembangkan, sehingga bisa berjaya lagi seperti waktu 500 tahun lalu,” sebutnya.
Suwandi menyebutkan terdapat 5 provinsi penghasil komoditas lada yaitu Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Sumatera Selatan,
Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Lampung merupakan penghasil utama lada dengan
kontribusinya terhadap produksi nasional sebesar 58,32 persen. 
“Sementara Provinsi Sumatera Selatan, Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan kontribusinya terhadap produksi nasional sebesar 41,68
persen,” sebut dia.
Adapun potensi pasar ekspor lada Indonesia ke luar negeri cukup besar. Pasalnya terdapat negara-negara yang volume impornya sangat
tinggi. Misalnya, Amerika Serikat, Jerman, Vietnam, India, Thailand, Spanyol, dan Jepang.

C.BATU BARA

Ekspor Batu Bara Menurut Negara Tujuan Utama, 2012-2019

Negara
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Tujuan
  Berat Bersih: 000 ton
116 134 123 110 121
India 94 681,9 823,5 451,8 841,9 95 110,5 98 553,5 378,2 692,5
Tiongkok 81 528,9 89 777,8 49 782,0 36 684,5 50 961,1 48 167,4 48 135,7 65 670,5
Jepang 35 068,2 37 711,5 35 579,3 32 503,5 33 037,8 31 421,4 28 722,9 28 436,4
Korea Selatan 37 899,1 36 149,6 35 574,1 33 037,3 34 943,2 38 075,1 37 150,9 29 550,0
Taiwan 28 692,4 27 947,2 27 018,3 24 088,1 20 289,5 18 187,7 17 935,1 19 061,2
Malaysia  16 034,5 17 120,6 14 452,5 16 567,5 17 272,4 21 189,9 22 045,4 25 323,5
Philipina 11 621,1 14 508,8 15 021,3 15 811,3 17 503,4 18 977,9 22 595,0 27 450,8
Thailand  14 676,0 14 258,0 16 196,1 17 729,5 16 439,0 16 374,7 19 964,1 17 600,4
Hongkong  11 789,5 12 875,6 12 513,5 9 414,7 9 423,9 8 449,8 9 028,4 7 876,8
Spanyol 5 704,8 4 078,0 4 071,5 4 826,5 4 944,0 3 232,2 2 463,9  684,6
Lainnya 9 808,1 10 133,6 11 642,4 13 882,6 11 405,0 16 468,8 24 704,7 31 589,1
347 381 356 328 311 319 343 374
Jumlah 504,5 384,2 302,8 387,4 329,8 098,4 124,3 935,8
                 
  Nilai FOB: 000 000 US$
India 4 848,1 5 450,7 5 604,2 4 651,4 3 305,2 4 714,3 5 370,0 4 836,1
Tiongkok 5 609,0 5 275,7 2 697,6 1 537,7 2 097,0 2 714,6 2 760,1 3 143,0
Jepang 3 558,9 3 225,1 2 593,5 2 033,7 1 980,1 2 505,9 2 786,9 2 333,1
Korea Selatan 2 545,2 2 061,8 1 874,4 1 377,4 1 200,9 1 831,7 2 045,1 1 406,7
Taiwan 2 393,2 1 997,3 1 724,7 1 284,8  952,1 1 099,4 1 310,5 1 307,7
Malaysia  1 300,7 1 136,9  815,3  803,7  807,0 1 322,2 1 626,0 1 582,6
Philipina  969,6 1 007,2  921,8  801,4  788,3 1 195,5 1 540,7 1 493,4
Thailand   978,2  834,9  850,3  789,7  635,5  808,4  965,9  812,6
Hongkong   855,0  819,7  723,5  474,1  404,0  538,5  681,4  450,4
Spanyol  361,2  206,8  187,2  227,6  210,7  160,0  110,0  24,5
Lainnya  869,1  743,6  705,2  735,8  533,8  986,5 1 434,7 1 567,1
Jumlah 24 288,2 22 759,7 18 697,7 14 717,3 12 914,6 17 877,0 20 631,3 18 957,2
Catatan:
1) Berdasarkan Keppres No.12/2014 tentang penggunaan kata Tiongkok untuk menggantikan kata Cina
Diolah dari dokumen kepabeanan Ditjen Bea dan Cukai (PEB dan PIB)
Dikutip dari Publikasi Statistik Indonesia

Volume ekspor Batu Bara selama 5 Tahun


400 000.0

350 000.0

300 000.0

250 000.0

200 000.0

150 000.0

100 000.0

50 000.0

0.0
2015 2016 2017 2018 2019

Nilai ekspor Batu Bara selama 5 tahun


25 000.0

20 000.0

15 000.0

10 000.0

5 000.0

0.0
2015 2016 2017 2018 2019

Indonesia adalah salah satu produsen dan eksportir batubara terbesar di dunia. Sejak tahun 2005, ketika melampaui produksi Australia,
Indonesia menjadi eksportir terdepan batubara thermal. Porsi signifikan dari batubara thermal yang diekspor terdiri dari jenis kualitas
menengah (antara 5100 dan 6100 cal/gram) dan jenis kualitas rendah (di bawah 5100 cal/gram) yang sebagian besar permintaannya
berasal dari Cina dan India. Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia,
cadangan batubara Indonesia diperkirakan habis kira-kira dalam 83 tahun mendatang apabila tingkat produksi saat ini diteruskan.

Berkaitan dengan cadangan batubara global, Indonesia saat ini menempati peringkat ke-9 dengan sekitar 2.2 persen dari total cadangan
batubara global terbukti berdasarkan BP Statistical Review of World Energy. Sekitar 60 persen dari cadangan batubara total Indonesia
terdiri dari batubara kualitas rendah yang lebih murah (sub-bituminous) yang memiliki kandungan kurang dari 6100 cal/gram.

Ada banyak kantung cadangan batubara yang kecil terdapat di pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua, namun demikian
tiga daerah dengan cadangan batubara terbesar di Indonesia adalah:

1. Sumatra Selatan
2. Kalimantan Selatan
3. Kalimantan Timur
Industri batubara Indonesia terbagi dengan hanya sedikit produsen besar dan banyak pelaku skala kecil yang memiliki tambang batubara
dan konsesi tambang batubara (terutama di Sumatra dan Kalimantan).

Sejak awal tahun 1990an, ketika sektor pertambangan batubara dibuka kembali untuk investasi luar negeri, Indonesia mengalami
peningkatan produksi, ekspor dan penjualan batubara dalam negeri. Namun penjualan domestik agak tidak signifikan karena konsumsi
batubara dalam negeri relatif sedikit di Indonesia. Toh dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan penjualan batubara domestik
yang pesat karena pemerintah Indonesia berkomitmen terhadap program energi ambisiusnya (menyiratkan pembangunan berbagai
pembangkit listrik, yang sebagian besar menggunakan batubara sebagai sumber energi karena Indonesia memiliki cukup banyak
cadangan batubara). Selain itu, beberapa perusahaan pertambangan besar di Indonesia (misalnya penambang batubara Adaro Energy)
telah berekspansi ke sektor energi karena harga komoditas yang rendah membuatnya tidak menarik untuk tetap fokus pada ekspor
batubara, sehingga menjadi perusahaan energi terintegrasi yang mengkonsumsi batubara mereka sendiri.

Ekspor batubara Indonesia berkisar antara 70 sampai 80 persen dari total produksi batubara, sisanya dijual di pasar domestik.

Selama tahun 2000-an, "boom komoditas" menjadikan industri pertambangan batubara sangat menguntungkan karena harga batubara
cukup tinggi. Oleh karena itu, banyak perusahaan Indonesia dan keluarga kaya memutuskan untuk mengakuisisi konsesi pertambangan
batubara di pulau Sumatera atau Kalimantan pada akhir tahun 2000an. Waktu itu batubara dikenal sebagai "emas baru".

Apa yang mendorong peningkatan produksi dan ekspor batubara di Indonesia pada waktu itu?

 Batubara adalah kekuatan dominan di dalam pembangkitan listrik. Paling sedikit 27 persen dari total output energi dunia dan
lebih dari 39 persen dari seluruh listrik dihasilkan oleh pembangkit listrik bertenaga batubara karena kelimpahan jumlah
batubara, proses ekstrasinya yang relatif mudah dan murah, dan persyaratan-persyaratan infrastruktur yang lebih murah
dibandingkan dengan sumberdaya energi lainnya.
 Indonesia memiliki cadangan batubara kualitas menengah dan rendah yang melimpah. Jenis batubara ini dijual dengan harga
kompetitif di pasar internasional (ikut disebabkan karena upah tenaga kerja Indonesia yang rendah).
 Indonesia memiliki posisi geografis strategis untuk pasar raksasa negara-negara berkembang yaitu RTT dan India. Permintaan
untuk batubara kualitas rendah dari kedua negara ini telah naik tajam karena banyak pembangkit listrik bertenaga batubara baru
yang telah dibangun untuk mensuplai kebutuhan listrik penduduknya yang besar.

Dari data diatas nilai ekspor batubara pada tahun 2015 sebesar 14 717,3 US$ dengan berat 328 387,4 ton pada tahun0.
Pada tahun 2016 mengalami penurunan sebesar 12 914,6 US$ dengan berat sebesar 311 329,8 ton pada tahun 2017 mengalami
peningkatan cukup signifikan sebesar 17 877,0 US$ dengan berat 219 098,4 ton tahun 2018 meningkat signifikan dengan nilai sebesar
20 631,3 US$ dengan berat 343 124,3 ton pada 2019 mengalami penurunan menjadi 18 957,2 US$ dengan berat 374 935,8

D.GETAH PINUS
Produksi Hasil Hutan Non Kayu Menurut Jenis Produksi, 2015-2019
Jenis Produksi Satuan 2015 2016 2017 2018 2019

Getah Pinus Ton 33 529 29 270 32 531 31 645 30 299


Daun Kayu Putih Ton 18 831 19 245 20 158 21 257 21 922
Lak Cabang Ton 182 80 12 15 9 614
Bambu Btg - - - - -
Kokon Kg - - - - -
Cengkeh Kg - 18 612 25 905 20 -
Kopi Kg - 563 566 546 -
908 924
Minyak Kayu Putih Kg 394 111 20 158 177 180
650 367 430 880
Gondorukem Ton 24 770 21 564 - 22 355 21 704
Terpentin Ton 5 492 4 429 - 4 775 4 708
Lak Butiran Ton 15 7 12 - 1
Benang Sutera Kg - - - - -
Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur
Volume ekspor Getah Pinus selam 5 Tahun
34 000

33 000

32 000

31 000

30 000

29 000

28 000

27 000
2015 2016 2017 2018 2019

Getah pinus merupakan produk pertanian Sulteng yang diminati mancanegara selain produk pertanian unggulan ekspor lainnya
seperti biji kakao, jagung, kayu eboni, kayu olahan, dan sarang burung walet. Pada umumnya getah pinus diolah untuk keperluan
produk kesehatan dan industri seperti bahan pembuatan cat, plastik, dan lainnya.
……………………………………………………………………
E.KELAPA

TAHUN NILAI TRILIUN (RUPIAH)


2015 19,3
2016 18,7
2017 19,9
2018 4,9
2019 2

NILAI EKSPOR KELAPA SELAM 5 TAHUN


25

20

15

10

0
2015 2016 2017 2018 2019

pada 2015 turun menjadi US$ 1,36 miliar dan turun lagi menjadi US$ 1,32 miliar pada 2016.

Penurunan nilai ekspor kelapa ini terjadi karena semakin banyaknya ekspor buah kelapa segar ke luar negeri yang tanpa nilai tambah.

Nilai ekspor buah kelapa segar pada tahun 2014 misalkan hanya US$ 29 juta, tapi pada tahun 2016 melonjak signifikan menjadi US$ 62
juta," ujarnya kepada KONTAN, Rabu (21/6).

Ia mengatakan, banyaknya bahan baku kelapa yang langsung diekspor menyebabkan nilai ekspor turun, karena tidak ada nilai tambah.
Padahal bila kelapa tersebut diolah di dalam negeri, kemudian diekspor dalam bentuk jadi atau siap saji seperti dalam bentuk santan,
gula kelapa, minyak kelapa dan nata de coco, maka niscaya nilai ekspor kelapa akan tinggi.
Selain itu, penyebab turunnya nilai ekspor kelapa juga tak terlepas dari rendahnya harga kelapa yang ditentukan oleh coconut oil (CNO)
di pasar global.

Selama ini, ekspor kelapa Indonesia masih didominasi dari produk minyak kelapa sebesar 59,5%-62%, kemudan ekspor kelapa parut
kering sebesar 8,8%-11%, dan ekspor bungkil kelapa atau copra cake dan sisanya adalah ekspoor produk olahan kelapa lainnay
termasuk kelapa segar.

Meskipun ekspor kelapa dalam tiga tahun terakhir ini terus menunjukkan tren menurun, tapi HIPKI optimistis, nilai ekspor kelapa tahun
ini akan meningkat. Menurut Amrizal, pada kuartal pertama 2017, nilai ekspor buah kelapa meningkat cukup tinggi antara 8% sampai
10% dibandingkan periode sama tahun 2016. Hal itu terjadi karena ketersediaan bahan baku buah kelapa segar pada tahun ini
mencukupi.

Amrizal bilang, peningkatkan pasokan buah kelapa tahun ini terlihat dari kapasitas pabrik kelapa yang sudah terpenuh sekitar 55% sejak
awal tahun 2017. Hal ini lebih baik dibandingkan tahun lalu yang kapasitas produksi pabrik kelapa yang terpenuh rata-rata di bawah
40%. "Karena tahun ini iklim lebih baik dari tahun lalu, sehingga produksi buah kelapa juga tinggi," imbuhnya.

di tahun 2018 total ekspor olahan kelapa ini mencapai 8.615 ton atau senilai Rp. 111, 92 milyar. Sementara di tahun 2019 sudah
mencapai 6.221 ton senilai Rp. 82,85 milyar. "Meski baru 6 bulan namun sudah mencapai 72 % dibandingkan dengan ekspor 2018, .
 
Selain komoditas olahan kelapa, yang diekspor kali ini ada 11.000 MT cangkang sawit tujuan Jepang. Cangkang sawit merupakan
komoditas ekspor terbesar di Sumatera Barat. Di tahun 2019 sudah mencapai 234 ribu ton atau senilai Rp. 234 Milyar. Menurut Eka ini
merupakan ekspor perdana cangkang sawit bagi PT. Pinang Mas Energy.
 
"Hal ini sejalan dengan kebijakan Menteri Pertanian dalam upaya percepatan akselerasi ekspor,  penambahan ragam komoditas menjadi
salah satu program yang didorong selain menumbuhkan ekspotir baru dari kalangan muda."Barantan dengan program Agro Gemilang,
siap memberikan bimbingan  dan pendampingan teknis para eksportir komoditas pertanian ke pasar global," terang Eka.
 
Tiga komoditas lainnya yang ikut diberikan phytosanitary certificate pada hari ini adalah 173,2 ton kulit kayu manis tujuan Inggris,
Prancis dan Singapura senilai Rp. 14,6 milyar. 102,7 ton pinang biji tujuan Thailand senilai Rp. 1,8 milyar dan 100,8 ton karet olahan
tujuan India senilai Rp. 2,2 milyar.

C. KENDALA YANG DIHADAPI

1) Ekspor Indonesia selama ini cenderung ditopang natural intensive products


Sejauh ini dalam 50 tahun terakhir, Indonesia mayoritas mengandalkan ekspor komoditas ke luar dibandingkan produk manufaktur,
Faktor pertama adalah sebagian besar Pengusaha memilih mengekspor komoditas secara langsung tanpa diolah karena sudah memiliki
harga cukup tinggi.
Faktor kedua penyebab komoditas menjadi pendorong ekonomi karena keterbukaan Indonesia terhadap investasi asing masih tertinggal
jika dibandingkan tetangga dari ASEAN lainnya. Peringkat easy of doing business Indonesia berada pada posisi 73 berdasarkan data
World Bank pada akhir 2019.

2) Surplus Perdagangan disebabkan karena kenaikan harga dan bukan karena nilai tambah
Mengindikasikan bahwa belum optimalnya industri manufaktur sebagai lini yang mampu memberi nilai tambah terhadap suatu produk,
jika ditarik lebih jauh melambatnya manufaktur bisa jadi disebabkan DNI (Daftar Negatif Investasi) Indonesia yang masih tinggi
sehingga menghambat investor masuk. Manufaktur Indonesia belum cukup kuat juga terindikasi dengan ciri-ciri sebagai berikut :
• Sebaran Industri belum merata di daerah.
• Produksi domestik belum mampu memenuhi kebutuhan atau permintaan bahan baku domestik.
• Kandungan impor yang tinggi pada produk manufaktur menyebabkan kinerja ekspor non-migas menjadi fluktuatif.
• Kandungan impor yang tinggi menyulitkan perencanaan dan pengendalian biaya produksi untuk mewujudkan perusahaan yang efisien
serta produktif.

3) Pemaparan market analysis atau market intelligence masih minimal


Indonesia memiliki perwakilan dagang di luar negeri yakni ITPC (Indonesia Trade Promotion Center) dan Atase Perdagangan, pada
periode 2013-2017 pemaparan berupa market intelligence dan market brief akan suatu produk masih diterbitkan.
Pada 2018 hanya satu yakni ITPC Osaka menerbitkan pemaparan tentang produk seafood di pasar Jepang, hingga kini belum ada lagi
pemaparan yang diterbitkan.

4) Ego sektoral antar lembaga pemerintah terkait ekspor.-


Ada Suku Dinas pada tingkat kota/kabupaten, ada Dinas untuk tingkat provinsi, ada Kementerian untuk tingkat nasional dan ada pula
badan-badan yang menangani teknis ekspor dalam tahapan pengurusannya.
Masing-masing Instansi memiliki tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang berbeda-beda dengan rincian detail program dan cakupan
wilayah yang membatasi.
Sedikit ilustrasi betapa besarnya ego masing-masing sektoral. Pada satu kejadian antara Kementerian P & L.
Kementerian P memiliki lembaga di luar negeri yang ditugaskan sebagai sales untuk produk Indonesia, pada sisi lain Kementerian L
juga memiliki lembaga yang menjadi perwakilan Indonesia sebagai sebuah negara.
Ketika ada tamu ingin meminta informasi serta baru pertama kali datang ke Perwakilan Indonesia di negara yang bersangkutan, namun
dengan satu alasan perwakilan Indonesia ‘mengoper’ kepada lembaga dari Kementerian P yang bertugas sebagai sales untuk
menangani, di satu sisi lembaga dari Kementerian P menganggap hal ini bukan menjadi ranah mereka.

5) Kurang pemahaman dan pengenalan terkait informasi pasar non-tradisional.


Pelaku ekspor pun bisa jadi belum memahami apa itu Negara Tujuan Ekspor (NTE) non-tradisional dan FTA. Akses informasi mungkin
banyak, namun luput dari pengetahuan atau jangkauan Mereka. Sehingga diperlukan wawasan awal yang membuat mereka paham
tentang peluang pada pasar non-tradisional. Sebab, NTE non-tradisional memang tidak sekadar asal masuk hanya karena menghindari
NTE tradisional, sebab tiap produk punya karakteristik yang pasti berbeda dalam rangka optimalisasi pemasaran.

6) Free Trade Agreement : Dua mata pisau


Free Trade Agreement atau disingkat FTA merupakan suatu perjanjian perdagangan bebas yang dilakukan antara suatu negara dengan
negara lainnya. Umumnya adalah soal pengurangan tarif, Dalam perjanjian ini disepakati pengurangan (dapat hingga nol persen) tarif
bea masuk untuk seluruh produk barang (terdapat negative list dan sensitive list) dan menyepakati isu perdagangan jasa serta isu
perdagangan lainnya.

D. STRATEGI MENGATASI KENDALA TERSEBUT

Sikap dan persepsi manajemen terhadap kegiatan ekspor mempengaruhi motivasi perusahaan untuk terlibat di pasar internasional
(Aaby dan Slater, 1989; Leonidou, 1998).Persepsi manajemen terhadap ancaman dan peluang di pasar ekspor mempengaruhi strategi
pemasaran ekspor. Produk merupakan salah satu variabel strategi pemasaran yang paling menarik untuk diteliti pada 1970an sampai
dengan 1990an (Leonidou dkk, 2002). Elemen strategi produk yang pernah diteliti meliputi adaptasi produk (Hultman, 2009; Chung,
2009; Lages dkk, 2008; Julian dan Ahmed, 2005; Shoham 2002; Leonidou, 1996, Zou, 1997; Cavusgil dan Zou, 1994), pengembangan
produk baru (Lim dan Heinrichs, 2004), kualitas produk serta inovasi produk (Lages dkk, 2009; Lim dan Heinrichs, 2004). Hambatan
produk yang disebabkan oleh produk yang unik untuk pasar domestik tertentu, atau yang memiliki budaya spesifik, atau baru bagi
perusahaan, memerlukan adaptasi produk dengan derajat yang lebih tinggi untuk dapat bersaing dengan produk Wijaya Adidarma Jurnal
Manajemen dan Bisnis Sriwijaya Vol.13 No.1 Maret 2015 |41 lainnya di pasar internasional (Cavusgil dan Zou, 1994). Hambatan
lingkungan seperti intensitas persaingan yang tinggi di pasar ekspor membutuhkan strategi bauran pemasaran yang lebih efektif
(Theodosiou dan Leonidou, 2003; Cavusgil dan Zou, 1994). Hultman dkk (2009) menemukan adanya pengaruh perbedaan lingkungan
eksternal antara negara asal dengan negara tujuan ekspor terhadap tingkat adaptasi produk.Sementara itu, Theodosiou dan Leonidou
(2003) menemukan bahwa hambatan lingkungan seperti intensitas persaingan yang tinggi di pasar ekspor membutuhkan strategi produk
yang lebih lanjut.

E. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai