Anda di halaman 1dari 9

Nama : Ilham Fauzan

Nim : 6111211087
Kelas : IP C 2
Mata kuliah : Rencana Tata Ruang Wilayah
Dosen : Zaenal Abidin AS, S.IP., M.Sc

Produksi padi di Indonesia selama 10 tahun terakhir

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi padi Indonesia cenderung menurun
dalam satu dekade terakhir. Pada 2012 volume produksi padi nasional mampu mencapai 69,05
juta ton gabah kering giling (GKG). Jumlahnya kemudian sempat meningkat hingga mencapai
81,07 juta ton GKG pada 2017.
Namun, mulai 2018 produksi padi anjlok menjadi 59,02 juta ton GKG, dan kembali
menurun pada 2019 menjadi 54,6 juta ton GKG. Pada 2020 produksinya naik tipis menjadi
54,64 juta GKG, tapi turun lagi menjadi 54,41 juta ton GKG pada 2021. Teranyar, produksi
padi pada 2022 mencapai 54,74 juta ton GKG. Capaian ini naik tipis dibanding tahun
sebelumnya, tapi jauh lebih rendah dibanding sedekade lalu seperti terlihat pada grafik.
Pada 2022 Jawa Timur menjadi provinsi dengan produksi padi terbanyak nasional,
yakni 9,52 juta ton GKG. Posisinya diikuti oleh Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan produksi
padi masing-masing 9,43 juta ton GKG dan 9,35 juta ton GKG.
Di sisi lain, produksi padi paling rendah berada di Kepulauan Riau dengan total hanya 506,91
ton GKG. Lalu, di atasnya ada DKI Jakarta dan Papua Barat dengan produksi padi masing-
masing 2,33 ribu ton GKG dan 23,96 ribu ton GKG.
Jika produksi padi dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk,
maka produksi padi sepanjang Januari hingga Desember 2022 setara dengan 31,54 juta ton
beras, atau mengalami kenaikan sebesar 184,50 ribu ton (0,59 persen) dibandingkan 2021 yang
sebesar 31,36 juta ton. Produksi beras tertinggi pada 2022 terjadi pada bulan Maret, yaitu
sebesar 5,49 juta ton. Sementara itu, produksi beras terendah terjadi pada bulan Desember,
yaitu sebesar 1,11 juta ton.
Pada Januari 2023, produksi beras diperkirakan sebanyak 1,33 juta ton beras, dan
potensi produksi beras sepanjang Februari hingga April 2023 ialah sebesar 12,46 juta ton.
Dengan demikian, potensi produksi beras pada Subround Januari−April 2023 diperkirakan
mencapai 13,79 juta ton beras atau mengalami kenaikan sebesar 77,39 ribu ton (0,56 persen)
dibandingkan dengan produksi beras pada Januari−April 2022 yang sebesar 13,71 juta ton
beras.

Luas lahan panen padi di Indonesia dari tahun ke tahun


Luas PanePadi Menurut Provinsi
Luas Panen (ha)
Provinsi 2018 2019
ACEH 329515.78 310012.46
SUMATERA
UTARA 408176.45 413141.24
SUMATERABARA
T 313050.82 311671.23
RIAU 71448.08 63142.04
JAMBI 86202.68 69536.06
SUMATERA
SELATAN 581574.61 539316.52
BENGKULU 65891.16 64406.86
LAMPUNG 511940.93 464103.42
KEP. BANGKA
BELITUNG 17233.59 17087.81
KEP. RIAU 375.87 356.27
DKI JAKARTA 673.37 622.59
JAWA BARAT 1707253.81 1578835.70
JAWA TENGAH 1821983.17 1678479.21
DI YOGYAKARTA 93956.45 111477.36
JAWA TIMUR 1751191.67 1702426.36
BANTEN 344836.06 303731.80
BALI 110978.37 95319.34
NUSA TENGGARA
BARAT 289242.59 281666.04
NUSA TENGGARA
TIMUR 218232.91 198867.41
KALIMANTAN
BARAT 286476.03 290048.44
KALIMANTAN
TENGAH 147571.69 146144.51
KALIMANTAN
SELATAN 323091.21 356245.95
KALIMANTAN
TIMUR 64961.16 69707.75
KALIMANTAN
UTARA 13707.00 10294.70
SULAWESI
UTARA 70352.62 62020.39
SULAWESI
TENGAH 201279.24 186100.44
SULAWESI
SELATAN 1185484.10 1010188.75
SULAWESI
TENGGARA 136673.75 132343.86
GORONTALO 56631.64 49009.95
SULAWESI
BARAT 65303.78 62581.47
MALUKU 29052.14 25976.85
MALUKU UTARA 13412.75 11700.50
PAPUA BARAT 7767.01 7192.15
PAPUA 52411.95 54131.72
11377934.4 10677887.1
INDONESIA 4 5

Luas Panen Padi Menurut Provinsi


Luas Panen (ha)
Provinsi 2020 2021 2022
ACEH 317869.41 297058.38 271750.20
SUMATERA UTARA 388591.22 385405.00 411462.10
SUMATERA BARAT 295664.47 272391.95 271883.10
RIAU 64733.13 53062.35 51054.04
JAMBI 84772.93 64412.26 60539.59
SUMATERA
SELATAN 551320.76 496241.65 513378.20
BENGKULU 64137.28 55704.69 57151.84
LAMPUNG 545149.05 489573.23 518256.10
KEP. BANGKA
BELITUNG 17840.55 18278.27 15107.80
KEP. RIAU 298.52 270.16 179.48
DKI JAKARTA 914.51 559.97 477.25
JAWA BARAT 1586888.63 1604109.31 1662404.00
JAWA TENGAH 1666931.49 1696712.36 1688670.00
DI YOGYAKARTA 110548.12 107506.16 110927.20
JAWA TIMUR 1754380.30 1747481.20 1693211.00
BANTEN 325333.24 318248.46 337240.70
BALI 90980.69 105201.31 112320.60
NUSA TENGGARA
BARAT 273460.82 276211.88 270092.90
NUSA TENGGARA
TIMUR 181690.63 174900.07 183092.00
KALIMANTAN
BARAT 256575.43 223165.74 241478.60
KALIMANTAN
TENGAH 143275.05 125870.05 108226.80
KALIMANTAN
SELATAN 289836.35 254263.59 214908.90
KALIMANTAN
TIMUR 73568.44 66269.46 64970.01
KALIMANTAN
UTARA 9883.05 8880.83 8604.19
SULAWESI UTARA 61827.86 59182.52 58195.56
SULAWESI
TENGAH 178066.94 182186.62 168993.20
SULAWESI
SELATAN 976258.14 985158.23 1038084.00
SULAWESI
TENGGARA 133697.15 127517.29 118258.80
GORONTALO 48686.34 48713.50 46823.47
SULAWESI BARAT 64826.18 59763.18 69323.95
MALUKU 28668.22 28319.75 23987.82
MALUKU UTARA 10301.91 7781.96 6416.45
PAPUA BARAT 7570.63 6414.94 5460.59
PAPUA 52727.52 64984.90 49741.91
INDONESIA 10657274.96 10411801.22 10452672.00
Rata-rata kebutuhan konsumsi beras di Indonesia (2018-2021)

Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi beras penduduk Indonesia secara
rata-rata mengalami peningkatan sejak pandemi.

Pada 2018 konsumsi beras dari semua jenis, termasuk beras lokal, kualitas unggul,
dan impor, rata-ratanya mencapai 1,404 kg per kapita per minggu. Jumlah ini kemudian
sempat turun menjadi 1,374 kg per kapita per minggu pada 2019. Namun, ketika pandemi
melanda, rata-rata konsumsinya naik ke 1,379 kg per kapita per minggu. Konsumsinya juga
terus bertambah pada tahun kedua pandemi, yakni menjadi 1,451 kg per kapita per minggu
pada 2021.

Adapun harga beras di Tanah Air tercatat mengalami tren kenaikan pada kuartal III-
2022. Walaupun tak begitu drastis, peningkatan harga sudah tercatat sejak Agustus 2022.
Kemudian kenaikan berlanjut pada September 2022 setelah pemerintah mengumumkan
kenaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Besaran impor beras negara Indonesia dalam setiap tahunnya

Negara Asal 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Berat Bersih : Ton


India 90,653.8 34,167.5 36,142.0 32,209.7 337,999.0 7,973.3 10,594.4 215,386.5
Thailand 366,203.5 126,745.7 557,890.0 108,944.8 795,600.1 53,278.0 88,593.1 69,360.0
Vietnam 306,418.1 509,374.2 535,577.0 16,599.9 767,180.9 33,133.1 88,716.4 65,692.9
Pakistan 61,715.0 180,099.5 134,832.5 87,500.0 310,990.0 182,564.9 110,516.5 52,479.0
Myanmar 15,616.0 8,775.0 16,650.0 57,475.0 41,820.0 166,700.6 57,841.4 3,790.0
Jepang 72.1 0.2 90.0 0.3 230.3
Tiongkok1 1,416.7 479.9 1,271.9 2,419.0 227.7 24.3 23.8 42.6
Lainnya 222.0 1,959.2 815.1 54.3 6.5 744.6 0.3 760.1
Jumlah 844,163.7 861,601.0 1,283,178.5 305,274.8 2,253,824.4 444,508.8 356,286.2 407,741.4
Nilai CIF: 000 US$
India 34,299.5 13,671.7 15,795.0 13,397.1 139,158.5 3,018.5 4,849.3 86,276.3
Thailand 175,387.4 66,772.4 243,131.2 60,286.9 386,533.7 38,561.5 76,301.6 41,322.6
Vietnam 175,387.4 202,563.1 212,602.8 6,761.3 360,745.6 16,609.5 51,107.5 32,474.5
Pakistan 23,909.3 62,949.2 49,124.1 34,793.1 134,416.0 67,819.9 41,519.8 20,322.1
Myanmar 5,082.8 2,732.3 6,382.8 19,546.1 15,161.4 56,287.2 21,147.8 1,609.4
Jepang 235.0 1.7 243.2 1.2 578.9
Tiongkok1 4,101.5 1,631.0 4,220.7 8,118.7 1,094.1 482.5 479.3 850.5
Lainnya 315.7 1,282.4 585.0 503.4 17.3 1,231.7 2.4 367.6
Jumlah 388,178.5 351,602.1 531,841.6 143,641.6 1,037,128.3 184,254.0 195,408.9 183,801.9

Berdasarkan tabel di atas, Indonesia paling banyak menerima suplay beras dari negara
Pakistan dan Myanmar. Tren impor beras di Indonesia tiap tahunnya mengalami fluktuatif.
Pada tabel tersebut menunjukan ,impor beras tahun 2018 ke 2019 mengalami surplus yang
cukup signifikan. Tahun 2019 impor yang paling rendah berasal dari Tiongkok yaitu sebesar
24,3 ton dan yang paling tinggi berasal dari Pakistan sebesar 182.564,9 ton.
Negara Indonesia telah melakukan impor beras terjadi pertama kali di era pemerintahan
kolonial Belanda sekitar tahun 1910. Alasan Indonesia mengimpor beras mengalami paceklik
yang membuat pemerintah Belanda mengimpor beras dari Burma, India dan Cina. Pada sebuah
pidato yang terkenal di IPB, soekarno menegaskan bahwa pangan itu hidup matinya sebuah
bangsa, dan petani merupakan tulang punggung utama pangan Indonesia sehingga sebenarnya
petani soko guru bangsa Indonesia. Dimana pemerintah lebih melihat pada pembangunan
sistem pertanian daripada merubah sistem agraria yang ada. Dimulai sejak tahun 1945 lewat
program peningkatan produksi padi, yang dilanjutkan lagi pada tahun 1947, baru terlaksana
pada tahun 1950 setelah situasinya stabil lewat pendirian Badan Pendidikan 23 Masyarakat
Desa (BPMD) sebagai badan penyuluhan pertanian. Disebabkan keterbatasan dana
menyebabkan program tersebut tidak berjalan, hal ini mengakibatkan kecilnya kenaikan
produksi padi. Pada akhir tahun 1950-an, harga beras meroket karena produksi beras
mengalami penurunan.
Pemerintah terpaksa melakukan impor beras dari 334.000 ton di tahun 1950 menjadi
800.000 ton di tahun 1959. Saat itu krisis pangan mulai mengganggu stabilitas politik. Diawal
mula krisis pangan disebabkan produksi beras menurun hingga akhirnya negara bergantung
kepada impor. Food crisis terjadi di Indonesia sampai tahun 1964, bahkan krisis pangan
tersebut memicu terjadinya social unrest di banyak tempat negara ini.
Impor beras di era saat ini masa presiden Joko Widodo, awal masa jabatannya tahun
2015 Jokowi mengimpor beras 861.601 ton. Kemudian di tahun 2016, impor beras
pemerintahan melonjak menjadi 1.283.178 ton. Setahun kemudian di 2017 angka impor beras
sempat menurun menjadi 305.274 ton. Namun penurunan tersebut tak terulang di tahun
selanjutnya, ketika Indonesia mengimpor beras 2.253.824 ton di tahun 2018 pemerintah paling
banyak mengimpor beras. Usai naik drastis, jumlah beras yang diimpor pemerintah kembali
menurun di tahun 2019, pada saat memasuki masa pemilu disepanjang 2019, Indonesia
mengimpor sebanyak 444.508 ton yang setara dengan US$ 184,2.
Berdasarkan data BPS dari 2000 hingga 2022 tercatat bahwa Indonesia selalu
mengimpor beras. Kemudian di tahun 2022 ini impor beras menyeruak karena stok bulog yang
digudang terus menipis. Dalam rencana impor beras umum untuk mengisi Cadangan Beras
Pemerintah (CBP) yang akan dilakukan Perum Bulog hingga 200 ribu ton terus menuai
polemik dan iron.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengimpor beras sebanyak 301,7
ribu ton pada periode Januari-Oktober 2022 dan jumlah tersebut susut 20,4 juta ton (6,34%)
dibanding Januari-Oktober 2021.Kemudian nilai impor beras nasional periode Januari-Oktober
2022 mencapai US$137,42 juta,turun 5% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Indonesia kembali dibuat riuh dengan datangnya 5.000 ton beras impor asal Vietnam. Beras
tersebut merupakan bagian dari 200 ribu ton rencana impor yang akan dirampungkan Bulog
hingga akhir tahun 2022.Pada saat ini, stok beras di Bulog tercatat hanya 295.337 ton atau
hanya 59,76% beras cadangan pemerintah (CBP/medium) dan sebanyak 198.865 atau dengan
persentase 40,24% beras komersial. Jauh dari target pemerintah 1,2 juta ton di akhir tahun
2022. Impor dibutuhkan untuk menambah stok beras untuk cadangan pemerintah, di sisi lain
perlu juga melakukan intervensi harga terutama di saat harga melonjak maupun kondisi darurat
seperti bencana alam. Maka, Menteri Perdagangan mengatakan bahwa jumlah beras yang akan
diimpor adalah sebanyak 500.000 ton. Rencananya akan masuk bertahap sampai dengan
Februari 2023 atau sebelum panen raya.

Kebijakan pemerintah terkait dengan ketahanan pangan


Menko Airlangga menjelaskan, secara khusus stimulus dan insentif yang dikeluarkan
untuk tetap menjaga kinerja di sektor pertanian dan perikanan, antara lain: 1) Program Padat
Karya Pertanian; 2) Program Padat Karya Perikanan; 3) Banpres Produktif UMKM Sektor
Pertanian; 4) Subsidi Bunga Mikro/Kredit Usaha Rakyat; 5) Dukungan Pembiayaan Koperasi
dengan Skema Dana Bergulir.

Ia pun menggarisbawahi mengenai program strategis sektor pangan dan pertanian tahun
2021. Mulai dari stabilitas harga dan pasokan pangan, pengembangan hortikultura orientasi
ekspor, kemitraan closed loop hortikultura, peremajaan sawit rakyat, hingga pengembangan
industri rumput laut.

Pemerintah pun telah menyusun kebijakan dalam menjaga rantai ketahanan pangan nasional.

• Pertama, Implementasi UU Cipta Kerja untuk terkait penyederhanaan, percepatan,


kepastian dalam perizinan, serta persertujan ekspor/impor.
• Kedua, Digitalisasi UMKM yang merupakan bentuk realisasi dari dua agenda besar
Pemerintah saat ini, yaitu agenda Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dan
Transformasi Digital.
• Ketiga, sinergi BUMN untuk distribusi hasil pertanian dari sentra produksi ke sentra
konsumen, yaitu pengembangan sistem logistik pangan berbasis transportasi Kereta
Api dalam bentuk distribusi bahan pangan ke wilayah timur.
• Keempat, penguatan kerja sama antardaerah khususnya dalam pemenuhan pangan.
• Kelima, Pembentukan holding BUMN Pangan dalam penguatan Ekosistem Pangan
Nasional.

“Program-program di sektor pertanian dan perikanan terus dijalankan untuk penguatan


ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani/nelayan,” tegas Menko Airlangga.
Khusus untuk industri perunggasan, Airlangga menerangkan bahwa industri ini merupakan
salah satu industri yang telah mengakar dan menjadi budaya masyarakat untuk menghasilkan
produk yang berkualitas.

Pemerintah juga meluncurkan program Ketahanan Pangan Nasional yang memberi dukungan
terhadap pasokan rantai makanan seperti melalui penyediaan peralatan mesin pertanian dan
peningkatan produktifitas lahan.

Kebijakan program Ketahanan Pangan Nasional pada tahun 2021 berfokus pada mendorong
produksi komoditas pangan dengan membangun sarana prasarana dan penggunaan teknologi.

Untuk informasi lebih lanjut tentang Ketahanan Pangan Nasional, yuk kita simak infografis di
bawah!
Referensi:

Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat , 2022. Statistik Indonesia Tahun 2022. Jakarta Pusat :

Bada pusat statistik

Badan Pusat Statistik BPS. 2018. “Luas Panen dan Produksi Beras 2020”. Katalog BPS

5203026 diakses dari http://www.bps.go.id/,

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/09/22/konsumsi-beras-penduduk-ri-
meningkat-sejak-pandemi

Anda mungkin juga menyukai