DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL HORTIKULTURA 2005 I. Pendahuluan
Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Di J awa Barat, pisang disebut dengan Cau, di J awa Tengah dan J awa Timur dinamakan gedang.
J enis pisang dibagi menjadi tiga: 1. Pisang yang dimakan buahnya tanpa dimasak yaitu M. paradisiaca var Sapientum, M. nana atau disebut juga M. cavendishii, M. sinensis. Misalnya pisang ambon, susu, raja, cavendish, barangan dan mas. 2. Pisang yang dimakan setelah buahnya dimasak yaitu M. paradisiaca forma typicaatau disebut juga M. paradisiaca normalis. Misalnya pisang nangka, tanduk dan kepok. 3. Pisang berbiji yaitu M. brachycarpa yang di Indonesia dimanfaatkan daunnya. Misalnya pisang batu dan klutuk. 4. Pisang yang diambil seratnya misalnya pisang manila (abaca).
Pisang sebagai bahan konsumsi adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat. Pisang dijadikan buah meja, sale pisang, pure pisang dan tepung pisang. Kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka melalui proses fermentasi alkohol dan asam cuka. Daun pisang dipakai sebagai pembungkus berbagai macam makanan trandisional Indonesia. Batang pisang abaca diolah menjadi serat untuk pakaian, kertas dsb. Batang pisang yang telah dipotong kecil dan daun pisang dapat dijadikan makanan ternak ruminansia (domba, kambing) pada saat musim kemarau dimana rumput tidak/kurang tersedia. Secara radisional, air umbi batang pisang kepok dimanfaatkan sebagai obat disentri dan pendarahan usus besar sedangkan air batang pisang digunakan sebagai obat sakit kencing dan penawar racun.
Kandungan gizi pisang terdiri dari air, karbohidrat protein, lemak dan vitamin A, B1, B2 dan C. Komposisi kandungan gizi pisang dapat dilihat pada tabel berikut :
Hampir di setiap tempat dapat dengan mudah ditemukan tanaman pisang. Pusat produksi pisang di J awa Barat adalah Cianjur, Sukabumi dan daerah sekitar Cirebon. Indonesia termasuk salah satu negara tropis yang memasok pisang segar/ kering ke J epang, Hongkong, Cina, Singapura, Arab, Australia, Negeri Belanda, Amerika Serikat dan Perancis. Nilai ekspor tertinggi pada tahun 1997 adalah ke Cina.
Perkebunan pisang yang permanen (diusahakan terus menerus) dengan mudah dapat ditemukan di Meksiko, J amaika, Amerika Tengah, Panama, Kolombia, Ekuador dan Filipina. Di negara tersebut, budidaya pisang sudah merupakan suatu industri yang didukung oleh kultur teknis yang prima dan stasiun pengepakan yang modern dan pengepakan yang memenuhi standard internasional. Hal tersebut menunjukkan bahwa pisang memang komoditas perdagangan yang sangat tidak mungkin diabaikan. Permintaan pisang dunia memang sangat besar terutama jenis pisang Cavendish yang meliputi 80% dari permintaan total dunia. Selain berpeluang dalam ekspor pisang utuh, saat ini ekspor pure pisang juga memberikan peluang yang baik. Pure pisang biasanya dibuat dari pisang cavendish dengan kadar gula 21-26 % atau dari pisang lainnya dengan kadar gula < 21%. Di Indonesia pisang hanya ditanam dalam skala rumah tangga atau kebun yang sangat kecil. Standard internasional perkebunan pisang kecil adalah 10-30 ha. Angka ini belum dicapai di Indonesia. Tanah dan iklim Indonesia sangat mendukung penanaman pisang, karena itu secara teknis pendirian perkebunan pisang sangat potensial.
II. Kondisi Saat Ini
Budidaya pisang sesuai dengan iklim Indonesia baik dataran rendah maupun tinggi s/d 1300 dpl, dan optimal pada suhu 18 27 o C, dan secara teknis mudah dibudidayakan. Produksi pisang adalah produksi buah terbesar di Indonesia yaitu 40% dari produksi buah nasional. Budidaya pisang hampir ada di seluruh wilayah di Indonesia (terutama di J abar, J atim, J ateng, Sulsel, Sumbar, NTB, Sumsel, Lampung, NTT dan Bali). Daerah sentra produksi pisang diantaranya : Pisang Barangan : sumut Pisang Ambon : lampung, sumbar, jabar, jatim Pisang Raja (bulu, sereh) : jabar, jatim, bali Pisang Kepok : kalimantan, sulawesi Pisang Tanduk: lampung, jabar, jatim Pisang Cavendis : lampung jatim
Produksi pisang tidak bersifat musiman dan merata sepanjang tahun. Secara teknis pisang memiliki bermacam varietas yang sesuai dengan berbagai kecocokan penggunaan, diantaranya : Pisang konsumsi pangan Pisang untuk diambil seratnya Pisang liar (utk hiasan interior, taman) untuk diambil lilinnya Pisang tumbuh di perkebunan, pekarangan, ladang dll
Sedangkan jenis pisang konsumsi terdiri dari beberapa jenis seperti : Pisang meja untuk konsumsi segar olahan : pisang ambon putih, ambon hijau, ambon lumut, pisang raja, pisang mas, pisang susu, pisang cavendish Pisang olahan : pisang kapok, pisang tanduk, pisang nangka, pisang kapas, uli, siem, raja bulu Di Indonesia ada 14 kultivar pisang yang dikembangkan di Indonesia, selain itu Indonesia memiliki keragaman plasma nutfah yang besar.
Secara usahatani budidaya pisang memberikan keuntungan yang cukup besar dalam waktu yang relatif singkat (1-2th) dengan BEP 1,76 akan tetapi budidaya di Indonesia yang sekarang belum dikelola secara optimal. Produktifitas budidaya pisang semakin membaik, th 1999: 39,1 ton/ ha menjadi pada th 2003 : 48,75 ton/ha
Tabel Produksi Pisang (dalam ton) Tahun National/ Propinsi 2000 2001 2002 2003 NASIONAL 3746962 4300422 4384384 4177155 Nanggroe Aceh Darussalam 28076 26491 27833 88682 Sumatera Utara 52132 60235 93467 118808 Sumatera Barat 60015 64099 46389 32244 Riau 37827 37697 31243 56673 J ambi 12301 19841 14664 16059 Sumatera Selatan 69457 79108 95687 95048 Bengkulu 11010 10339 14237 20265 Lampung 142153 142470 184554 319081 Bangka Belitung 0 4857 1154 6870 Daerah Khusus Ibukota J akarta 2741 2870 1490 1677 J awa Barat 1435103 1431941 1473460 1068875 J awa Tengah 508801 522261 503841 455031 Daerah Istimewa Yogyakarta 38581 39633 41306 46239 J awa Timur 706266 700836 731230 873616 Banten 0 208854 229511 179696 Bali 60381 90094 124253 102157 Nusa Tenggara Barat 69048 283548 83520 39395 Nusa Tenggara Timur 173446 167757 189543 33992 Timor Timur Kalimantan Barat 46055 119687 55711 94155 Kalimantan Tengah 14395 16466 16810 15436 Kalimantan Selatan 22706 29409 42445 76059 Kalimantan Timur 24247 27945 42905 58325 Sulawesi Utara 11479 13567 44833 47834 Sulawesi Tengah 34354 33061 45063 57893 Sulawesi Selatan 145999 119884 165036 98973 Sulawesi Tenggara 34601 33443 36554 26280 Gorontalo 0 4300 2094 3237 Maluku 4326 2816 3374 2474 Papua 1462 3794 14005 4177155 Maluku Utara 0 3119 28163 125532
Tabel Luas Panen Pisang Indonesia (dalam Ha) Tahun National/ Propinsi 2000 2001 2002 2003 NASIONAL 73539 76923 74751 85690 Nanggroe Aceh Darussalam 1096 708 562 1790 Sumatera Utara 1526 1705 2638 3118 Sumatera Barat 1434 1523 1032 715 Riau 867 787 829 1242 J ambi 438 403 533 380 Sumatera Selatan 3155 2911 2382 2760 Bengkulu 259 207 321 457 Lampung 3659 4824 5833 7587 Bangka Belitung 0 150 26 291 Daerah Khusus Ibukota J akarta 82 50 42 48 J awa Barat 22899 19591 16347 15446 J awa Tengah 11046 9380 8643 7981 Daerah Istimewa Yogyakarta 678 759 744 812 J awa Timur 10265 10515 10141 15727 Banten 0 3686 4362 3532 Bali 1886 2311 2314 2524 Nusa Tenggara Barat 2980 3217 4502 1455 Nusa Tenggara Timur 2585 3846 2169 1445 Kalimantan Barat 1118 1464 635 1448 Kalimantan Tengah 448 693 679 506 Kalimantan Selatan 711 936 1380 2039 Kalimantan Timur 569 883 928 1271 Sulawesi Utara 365 388 978 988 Sulawesi Tengah 581 680 773 992 Sulawesi Selatan 4158 4281 4027 2881 Sulawesi Tenggara 482 582 514 369 Gorontalo 0 144 72 152 Maluku 193 91 127 93 Papua 59 110 307 657 Maluku Utara 0 98 911 6984
Belum ada standard produksi pisang di Indonesia, di sentra pisang dunia produksi 28 ton/ha/tahun hanya ekonomis untuk perkebunan skala rumah tangga. Untuk perkebunan kecil (10-30 ha) dan perkebunan besar (>30 ha), produksi yang ekonomis harus mencapai sedikitnya 46 ton/ha/tahun. Produktifitas budidaya pisang di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut Tabel Produktifitas Budidaya Pisang di Indonesia (dalam Ku/Ha)
Tahun National/ Propinsi 2000 2001 2002 2003 NASIONAL 509.52 559.06 586.53 487.5 Nanggroe Aceh Darussalam
256.17 374.17 495.25 495.4 Sumatera Utara 341.63 353.28 354.31 581 Sumatera Barat 418.51 420.87 449.51 451 Riau 436.3 479 376.88 456.3 J ambi 280.84 492.33 275.12 422.6 Sumatera Selatan 220.15 271.76 401.71 344.4 Bengkulu 425.1 499.47 443.52 443.4 Lampung 388.5 295.34 316.4 420.6 Bangka Belitung 0 323.8 443.85 236.1 Daerah Khusus Ibukota J akarta 334.27 574 354.76 349.4 J awa Barat 626.71 730.92 901.36 692 J awa Tengah 460.62 556.78 582.95 570.1 Daerah Istimewa Yogyakarta
569.04 522.17 555.19 569.4 J awa Timur 688.03 666.51 721.06 555.5 Banten 0 566.61 526.16 508.8 Bali 320.15 389.85 536.96 404.7 Nusa Tenggara Barat 231.7 881.41 185.54 270.8 Nusa Tenggara Timur 670.97 436.19 873.87 235.2 Kalimantan Barat 411.94 817.53 877.34 650.2 Kalimantan Tengah 321.32 237.6 247.57 305.1 Kalimantan Selatan 319.35 314.2 307.57 373 Kalimantan Timur 426.13 316.48 462.34 458.9 Sulawesi Utara 314.49 349.66 458.42 484.1 Sulawesi Tengah 591.29 486.19 582.96 583.6 Sulawesi Selatan 351.13 280.04 409.82 343.5 Sulawesi Tenggara 717.86 574.62 711.17 712.2 Gorontalo 0 298.61 290.83 213 Maluku 224.15 309.45 265.67 266 Papua 247.8 344.91 456.19 251.9 Maluku Utara 0 318.27 309.14 179.7 Sumber : Pusdatin, DEPARTEMEN PERTANIAN, 2004
Sasaran ekspor pisang pada tahun 2025 sebesar 1.000.000 ton. J epang, Korea, China, Singapura, Malaysia dan negara-negara asia lain. Kepada Standar mutu yang diinginkan negara tujuan dan proses produksi dengan menerapkan GAP.
J enis Pisang utama yang akan di ekspor adalah Pisang Cavendish. Seperti Barangan, Mas dan juga kepok akan dirintis varietas andalan pisang Indonesia. Areal pengembangan pisang dipilih daerah yang masih terbebas dari serangan penyakit layu fusarium dan bakteri. Untuk mencapai sasaran 900.000 ton pada tahun 2025 tersebut maka pada tahun 2010 dan 2015 akan diadakan realisasi ekspor sebesar 30.000 ton dan 150.000 ton yang diharapkan dapat dipasok dari sentra-sentra produksi utama yang dikelola secara komersial.
Propinsi Sektor Komoditi Sumatera Utara Pertanian Pisang Sumatera Utara Industri Pengolahan Industri Keripik Pisang Sumatera Utara Perdagangan Perdagangan Eceran Pisang Sumatera Barat Pertanian Pisang Riau Pertanian Pisang Riau Industri Pengolahan Industri Keripik Pisang J ambi Pertanian Pisang J ambi Industri Pengolahan Industri Pisang Sale Sumatera Selatan Pertanian Pisang Bengkulu Pertanian Pisang Lampung Pertanian Pisang Lampung Industri Pengolahan Industri Keripik Pisang Lampung Perdagangan Perdagangan Eceran Pisang J akarta Pertanian Pisang J akarta Pertanian Pisang-Pisangan J awa Barat Pertanian Pisang J awa Barat Industri Pengolahan Industri Pisang Sale J awa Barat Industri Pengolahan Industri Keripik Pisang J awa Tengah Pertanian Pisang J awa Tengah Industri Pengolahan Industri Pisang Sale J awa Timur Pertanian Pisang J awa Timur Industri Pengolahan Industri Keripik Pisang Banten Pertanian Pisang Banten Industri Pengolahan Industri Keripik Pisang Bali Pertanian Pisang Bali Industri Pengolahan Industri Keripik Pisang Nusa Tenggara Barat Pertanian Pisang Nusa Tenggara Timur Pertanian Pisang Nusa Tenggara Timur Pertanian Pisang-Pisangan Kalimantan Barat Pertanian Pisang Kalimantan Tengah Pertanian Pisang Kalimantan Selatan Pertanian Pisang Kalimantan Selatan Industri Pengolahan Industri Keripik Pisang Kalimantan Timur Pertanian Pisang Kalimantan Timur Industri Pengolahan Industri Pisang Sale Sulawesi Utara Pertanian Pisang Sulawesi Selatan Pertanian Pisang Sulawesi Selatan Industri Pengolahan Industri Keripik Pisang Sulawesi Tenggara Pertanian Pisang Sulawesi Tenggara Pertanian Pisang-Pisangan Sulawesi Tenggara Industri Pengolahan Industri Keripik Pisang Maluku Pertanian Pisang Maluku Utara Pertanian Pisang Papua Pertanian Pisang Irian J aya Barat Pertanian Pisang
III. Kendala dan Permasalahan Penyakit fusarium, bakteri pada penanaman pisang, perkebunan swasta sebagai produsen utama untuk ekspor menghentikan produks. Ekspor menurun. Belum merupakan usaha utama, luasan kebun dibawah 1 ha dan sporadis Pengairan, sarana/prasarana kurang memadai Budidaya masih menggunakan benih anakan dgn teknologi minimum input Belum adanya dukungan permodalan sesuai kebutuhan petani SDM pisang belum mengenal teknologi maju/SOP Belum menggunakan teknologi pasca panen dan teknik pemeraman yang baik Kelembagaan petani yg masih lemah dan belum berfungsi Belum ada RUTR utk pisang Kepulauan-kepulauan produsen pisang masih belum mempunyai pelabuhan yg memadai untuk distribusi pemasaran pisang IV. Kebijakan, Strategi dan Program Pengembangan Berbagai kebijakan, strategi dan program pengembangan Industri Pisang ditujukan untuk: 1. Memenuhi kebutuhan konsumsi pisang segar 2. Memenuhi kebutuhan bahan baku industri pengolahan pisang 3. Peningkatan kapasitas dan kualitas produksi industri pengolahan pisang 4. Peningkatan pendapatan petani pisang danpelaku usaha pengolahan
Berbagai kebijakan, strategi dan program pengembangan Industri Pisang didasarkan pada nalisa SWOT industri pisang Indonesia seperti tertera di tabel berikut : STRENGTH WEAKNESS Sesuai iklim indonesia baik dataran rendah maupun tinggi s/ d 1300 dpl, dan optimal pada suhu 18 27 o C, mudah dibudidayakan Produksi terbesar buah di Indonesia : 40% dari produksi buah nasional Hampir tersedia di seluruh wilayah di Indonesia (terutama di J abar, J atim, J ateng, Sulsel, Sumbar, NTB, Sumsel, Lampung, TT dan Bali) Tidak bersifat musiman Produksi merata sepanjang tahun Memiliki bermacam varietas sesuai dengan berbagai kecocokan penggunaan, ada 14 kultivar pisang yang dikembangkan di Indonesia, Indonesia memiliki keragaman plasma nutfah yang besar Usahatani pisang memberikan keuntungan yang cukup besar dalam Penyakit fusarium, bakteri pada penanaman pisang, perkebunan swasta sebagai produsen utama untuk ekspor menghentikan produksi. Ekspor menurun. Belum merupakan usaha utama, luasan kebun dibawah 1 ha dan sporadis Pengairan, sarana/prasarana kurang memadai Budidaya masih menggunakan benih anakan dgn teknologi minimum input Belum adanya dukungan permodalan sesuai kebutuhan petani SDM pisang belum mengenal teknologi maju/SOP Belum menggunakan teknologi pasca panen dan teknik waktu yang relatif singkat (1-2th) dengan BEP 1,76 akan tetapi budidaya yang sekarang belum dikelola secara optimal Produktifitas semakin membaik, th 1999: 39,1 ton/ha menjadi pada th 2003 : 48,75 ton/ ha Keragaman jenis konsumsi pisang, baik sebagai bahan pangan maupun industri pengolahan pisang SDA agroekologi humid tropic SDM petani/swasta yang cukup besar pemeraman yang baik Kelembagaan petani yg masih lemah dan belum berfungsi Belum ada RUTR utk pisang Kepulauan-kepulauan produsen pisang masih belum mempunyai pelabuhan yg memadai untuk distribusi pemasaran pisang
OPPORTUNITY TREAT Unggulan ekspor indonesia sejak 1996- 1999 tp turun drastis pada tahun 2002 hy 512 ton Konsumsi 2002 domestik : 7,8 kg/org/th luar negeri/negara maju 22,05 kg/org/hari Populer di domestik dan internasional sebagai buah/sumber karbohidrat, vitamin dan mineral Andalan ekspor nasional selain nenas, manggis dan mangga Rantai pemasaran yang terlalu panjang Impor meningkat karena permintaan pasar ritel, hypermarket dan toko buah yang menginginkan mutu baik
V. Penutup Komoditi pisang adalah salah satu komoditas unggulan pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Baik terkait dengan karakteristik teknis, sosial maupun ekonomis, dan dapat dibudidayakan di seluruh wilayah di Indonesia. Kebijakan, strategi dan program kegiatan pengembangan komoditi pisang disusun setelah memperhatikan berbagai aspek sehingga kebijakan, strategi dan program kegiatan yang dibuat nantinya dapat mencapai target yang telah ditetapkan. Berbagai kebijakan, strategi dan program pengembangan Industri Pisang tahun 2006-2009 dapat dilihat pada tabel berikut :
NO URAIAN PERMASALAHAN KEBIJ AKAN YG BERLAKU USULAN KEBIJ AKAN PROGRAM/ KEGIATAN ESTIMASI KEB. DANA 2006 KET. 1 Pasca panen
Perlakuan paska panen di lapangan masih sederhana Belum ada kebijakan penerapan pasca panen Mendorong/me wajibkan petani melakukan perlakuan pasca panen Fasilitasi penerapan pasca panen pisang sesuai SOP (apresiasi & pilot project) Panduan perlakuan pasca panen pisang untuk meningkatkan shell life dan appearance quality pisang 2 Pengolahan Industri pengolahan pisang yang telah ada masih sederhana, skala kecil/rumah tangga dgn produk yang msh belum beragam Belum ada insentif kebijakan investasi Promosi usaha pengolahan pisang
Sosialisasi aneka produk pengolahan pisang Magang aneka olahan pisang Brosur aneka pengolahan pisang Analisa kelayakan usaha pengolahan pisang Skim bantuan modal Panduan aneka pengolahan pisang Pengembangan industri pengolahan pisang pada tahun 2025 akan diarahkan pada pembuatan tepung pisang, puree, pasta atau selai yang diperkirakan menghasilkan 300.000 ton pisang olahan. Kebutuhan bahan baku diperkirakan sekitar 60.000 ton. 3 Mutu Belum adanya SOP pengolahan pisang dan standard mutu aneka olahan pisang - SNI aneka olahan pisang Sistem pembinaan dan pengawasan mutu Penyusunan SNI aneka olahan pisang Sosialisasi Penerapan sistem jaminan mutu sesuai Peningkatan SDM petugas pembina dan pengawas mutu kriteria mutu yang diharapkan: kulit mulus dan tidak ada luka atau lecet, bentuk buah seragam, tingkat kematangan optimal, Rasa yang konsisten, aman dikonsumsi 4 Pasar domestik Konsumsi pisang indonesia masih rendah Panjangnya rantai/distribusi Belum adanya promosi konsumsi pisang Belum adanya kebijakan retensi bahan baku Promosi konsumsi pisang kebijakan retensi bahan baku impor pisang untuk Pameran/sosialisasi/apresias i konsumsi pisang dan olahan pisang Kebijakan retensi bahan baku impor pisang untuk industri pengolahan pisang
pemasaran. Kebutuhan bahan baku industri olehan pisang masih belum terkelola dgn optimal impor pisang untuk industri pengoalhan pisang industri pengoalhan pisang Kajian rantai pemasaran pisang 5 Pasar Internasional pasr internasional Promosi luar negeri masih terbatas Informasi pasar berdasrkan segmentasi masih terbatas Fasilitasi pelaksanaan promosi Fasilitasi PIP Analisa pasokan, permintaan dan harga Sasaran ekspor pisang pada tahun 2025 sebesar 1.000.000 ton dengan tujuan : J epang, Korea, China, Singapura, Malaysia dan negara-negara asia lain. Kesesuaian dengan standar mutu yang diinginkan negara tujuan/CODEX dan proses produksi dengan menerapkan GAP. 2010 dan 2015 akan diadakan realisasi ekspor sebesar 30.000 ton dan 150.000 ton yang diharapkan dapat dipasok dari sentra-sentra produksi utama yang dikelola secara komersial. J enis Pisang utama yang akan di ekspor adalah Pisang Cavendish. Dirintis varietas andalan pisang Indonesia : seperti Barangan, Mas dan juga kepok