Anda di halaman 1dari 66

BAB I

GAMBARAN UMUM

A. Keadaan Geografi

Kecamatan Lambandia merupakan

salah satu Kecamatan yang ada di

Kabupaten Kolaka Timur dengan Ibu

Kota Kelurahan Penanggo jaya yang

merupakan salah satu kecamatan yang

terletak dibagian Selatan Kab. Kolaka

Timur dengan Luas Wilayah 113 Km²

atau 3,11% dari Luas Kabupaten Kolaka

Timur, dengan batas-batas wilayah

sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Poli-Polia

Sebelah Timur : Kabupaten Konawe Selatan

Sebelah Selatan : Kabupaten Konawe Selatan

Sebelah Barat : Kecamatan Aere

B. Demografi

Pada Tahun 2005 Kecamatan Lambandia terdiri dari 19 Desa dan 1 Kelurahan

namun dengan adanya Pemekaran Tahun 2012 Wilayah Kecamatan Lambandia

kemudian dibagi menjadi 14 Desa dan 1 Kelurahan dan sampai sekarang belum

ada perubahan. Adapun luas wilayah desa bervariasi dan secara pembagian

daerah administratif masing-masing desa dapat dilihat pada tabel berikut :

1
Tabel. 1
Luas Wilayah Kecamatan Lambandia
Tahun 2019

Luas Wilayah Dusun/


No Nama Desa/Kelurahan Lingkungan
(Km²)

1. Pomburea 7,85 4
2. Wonuambuteo 22,15 6
3. Lalolera 12,85 5
4. Lambandia 10,62 6
5. Penanggosi 15,58 6
6. Penanggotu 15,15 4
7. Penanggo Jaya 13,11 5
8. Atolanu 19,70 6
9. Lere Jaya 10,20 5
10. Inotu 7,00 3
11. Lowa 10,50 4
12. Mondoke 4,64 4
13. Mokupa 22,07 6
14. Onemanu 6,59 4
15. Bou 23,00 5

Kecamatan 201,28 73

1. Keadaan Penduduk

Berdasarkan Hasil sensus penduduk Tahun 2019 Jumlah Penduduk

Kecamatan Lambandia sebesar 23,984 Orang yang terdiri dari 12,412 orang

laki-laki dan 11,572 orang perempuan, secara umum Rasio penduduk

Kecamatan Lambandia Tahun 2019 adalah sebesar 107, yang artinya jumlah

penduduk laki-laki 7% lebih banyak dibandingkan dengan jumlah perempuan.

Rasio jenis kelamin terbesar terdapat didesa Lere Jaya yaitu sebesar 116 dan

yang terkecil di Desa Onemanu yaitu sebesar 94.

Sedangkan berdasarkan distribusi penduduk menurut jenis kelamin dan

kelompok umur kita dapat memperoleh gambaran Piramida penduduk

Kecamatan Lambandia Tahun 2019 sebagai berikut :

2
Grafik. 1
Gambaran PiramidaPenduduk Kecamatan Lambandia
Tahun 2019

1. Kepadatan Penduduk

Penduduk Kecamatan Lambandia Tahun 2019 yang tersebar di 14 Desa dan 1

Kelurahan berjumlah 23,984 Jiwa, yang terbagi atas 12,412 Laki-laki dan

11,572 Perempuan, adapun kepadatan Penduduk di Kecamatan lambandia pada

masing-masing desa dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel. 2
Kepadatan penduduk Kecamatan Lambandia
Tahun 2019

Penduduk Kepadatan
Nama Luas Wilayah
No Tahun Penduduk
Desa/Kelurahan (Km²)
2019 (Jiwa/Km²)
1. Pomburea 7,85 1.041 133
2. Wonuambuteo 22,15 2.435 110
3. Lalolera 12,85 874 68
4. Lambandia 10,62 1.735 163
5. Penanggosi 15,58 1.921 121
6. Penanggotu 15,15 823 54
7. Penanggo Jaya 13,11 4.543 347
8. Atolanu 19,70 1.149 58
9. Lere Jaya 10,20 1.271 125
10. Inotu 7,00 516 74
11. Lowa 10,50 1.214 116
12. Mondoke 4,64 964 208
13. Mokupa 22,07 1.926 87
14. Onemanu 6,59 1.054 160
15. Bou 23,00 2.518 109
Jumlah 201.28 23.984 119

3
Tabel 2 menunjukkan bahwa Desa yang terpadat penduduknya adalah

Kelurahan Penanggo jaya sebesar 347 Jiwa per kilo meter persegi sedangkan

yang terendah adalah desa Penanggotu yakni 54 Jiwa per kilo meter

persegi.

2. Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga

Penduduk Kecamatan Lambandia pada tahun 2019 yang tersebar di 14 Desa

dan 1 Kelurahan berjumlah 23,984 jiwa, yang terbagi atas 12,412 laki-laki dan

11,572 jiwa perempuan dan Jumlak Kepala Kleuarga sebanyak 5,166 KK.

Adapun Penduduk terbanyak berada pada Kelurahan Penanggo jaya sebesar

4,543 Jiwa dan yang terendah di Desa Inotu sebesar 516 Jiwa. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada berikut ini :

Tabel. 3
Jumlah Penduduk dan Jumlah KK menurut Desa
Berdasarkan Jenis Kelamin
Kecamatan Lambandia Tahun 2019

Nama Jumlah
No Penduduk Laki-laki Perempuan
Desa/Kelurahan KK

1. Pomburea 1.041 521 519 269


2. Wonuambuteo 2.435 1,235 1,199 345
3. Lalolera 874 459 415 175
4. Lambandia 1.735 873 862 372
5. Penanggosi 1.921 1,022 899 410
6. Penanggotu 823 437 386 213
7. Penanggo Jaya 4.543 2,337 2,206 953
8. Atolanu 1.149 606 543 162
9. Lere Jaya 1.271 682 590 263
10. Inotu 516 264 252 137
11. Lowa 1.214 638 577 326
12. Mondoke 964 509 455 193
13. Mokupa 1.926 1,018 908 466
14. Onemanu 1.054 510 544 223
15. Bou 2.518 1,302 1,216 559

Jumlah 23,984 12,412 11,572 5,166

4
3. Jumlah Penduduk berdasarkan Umur dan jenis Kelamin

Dengan bervariasinya tingkat kelahiran, kematian dan migrasi Kecamatan

Lambandia secara terperinci struktur umur berdarkan jenis kelamin dapat

dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel. 4
Jumlah Penduduk
Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
Kecamatan Lambandia Tahun 2019

Kelompok Umur Laki-laki +


No Laki-laki Perempuan
(Tahun) Perempuan

1. 0–4 1,150 1,193 2,343


2. 5–9 1,270 1,169 2,439
3. 10 – 14 1,242 1,138 2,380
4. 15 – 19 1,045 890 1,935
5. 20 – 24 992 870 1,862
6. 25 – 29 932 953 1,885
7. 30 – 34 1,048 1,125 2,173
8. 35 – 39 1,082 1,039 2,121
9. 40 – 44 974 929 1,903
10. 45 – 49 815 693 1,508
11. 50 – 54 605 516 1,121
12. 55 – 59 422 406 828
13. 60 – 64 356 298 654
14. 65 – 60 227 158 385
15. 70 – 74 131 95 226
16. 75+ 121 100 221

Jumlah 12,412 11,572 23,984

c. Sosial Ekonomi

1. Tingkat Pendapatan

Untuk mengukur tingkat keberhasilan pembangunan dibidang ekonomi salah

satu tolak ukur yang digunakan adalah dengan mengevaluasi laju

pertumbuhan ekonomi setiap tahun. Umumnya Mata Pencaharian Kepala

Keluarga yang ada di Kecamatan Lambandia adalah Petani yakni sebesar 4,837

KK.

5
2. Tingkat Pendidikan

Dalam pelaksanaan pembangunan sosial, pemerintah telah mengupayakan

berbagai usaha guna tercapainya kesejahteraan masyarakat diamana salah

satunya adalah di bidang pendidikan. Jalur pendidikan di Indonesia terdiri

atas pendidikan formal, pendidikan Nonformal dan Pendidikan Informal yang

ketiganya dapat saling melengkapi dan memperkaya (undang-undang N0.20

Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Adapun Jumlah sarana Pendidikan di Kecamatan Lambandia yakni sekolah TK

sebanyak 23, SD/MIS sebanyak 22, SMP/MTs sebanyak 7 dan SMA/SMK

sebanyak 4. adapun persentase tingkat pendidikan masyarakat yang ada di

Kecamatan Lambandia dapat di lihat pada tabel berikut ini :

Tabel .5
Tingkat Pendidikan Di Kecamatan Lambandia
Tahun 2019

Persentase
No Tingkat Pendidikan Jumlah
(%)

1. Tidak/belum sekolah 3.849 16.04


2. Belum tamatSD/Sederajat 3.732 15.56
3. Tamat SD/Sederajat 8.543 35.62
4. Tamat SLTP/Sederajat 3.967 16.54
5. Tamat SLTA/sederajat 3.101 12.93
6. DIII/Sarjana Muda 237 1.14
7. DIV/Sarjana 518 2.16

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Tingkat Pendidikan di Kecamatan

Lambandia yang tingkat pendidikannya Tidak/belum sekolah sebanyak 3.849

(16.04%), Belum tamatSD/Sederajat sebanyak 3.732 (35.62%), Tamat

SD/Sederajat sebanyak 8.543 (35.62%), Tamat SLTP/Sederajat sebanyak 3.967

(16.54%), Tamat SLTA/sederajat Sebanyak 3.101 (12.93%), DIII/Sarjana Muda

sebanyak 237 (1.14), DIV/Sarjana sebanyak 518 (2.16%).

6
d. Keadaan Lingkungan

Menurut HL. Blum dari 4 faktor yang mempengaruhi derajat Kesehatan

masyarakat salah satunya adalah Kondisi Lingkungan. Upaya Penyehatan

Lingkungan dilaksanakan dengan lebih diarahkan pada peningkatan kualitas

Lingkungan melalui pemanfaatan dan kepemilikan Sanitasi Dasar. Sanitasi

merupakan salah satu faktor penting dalam menciptakan lingkungan sehat.

Banyaknya penyakit yang ditularkan karena tidak dilakukan cara-cara

penanganan sanitasi yang benar. Upaya peningkatan kualitas Air Bersih akan

berdampak positif apabila diikuti upaya perbaikan dan penggunaan jamban,

pembungan air limbah (SPAL), pembungan sampah rumah tangga serta

perbaikan lingkungan tempat tinggal.

7
BAB II
SARANA KESEHATAN

A. SARANA/FASILITAS KESEHATAN

Penyediaan sarana kesehatan di Provinsi Sulawesi Tenggara telah menyebar

sampai ke desa-desa diseluruh wilayah kecamatan Lambandia melalui

Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Poskesdes, Polindes, Posyandu, Desa Siaga,

Posbindu PTM, Posyandu Lansia dan Puskesmas Keliling. Penyediaan sarana

tersebut diatas merupakan kebutuhan pokok dalam upaya meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat dan menjadi salah satu perhatian utama

pembangunan dibidang kesehatan yang bertujuan agar semua lapisan masyara-

kat dapat menikmati pelayanan kesehatan.

1. Puskesmas

Puskesmas Lambandia merupakan puskesmas Perawatan yang berlokasi di

Jalan Sangia Nibandera Kel. Penanggo Jaya Kec. Lambandia Kab. Kolaka

Timur Porinsi Sultra. Terbagi atas ruang Rawat Jalan, Rawat Inap, Fasilitas

Ruangan, Fasilitas Kendaraan dan Perumahan Dinas.

 Ruang Rawat Jalan

Ruang Kepala Puskesmas

Ruang Tata Usaha

Ruang Kartu

Ruang Program

Ruang KIA/ KB

Ruang MTBS

Ruang Laboratorium Sederhana

Ruang Apotik

Ruang Gudang Obat

Ruang igd

Ruang Poli Gigi

8
Ruang Poli Umum

Klinik Gizi

Ruang Gudang Alkes

 Ruang Rawat Inap

 Ruang untuk Pasien Perempuan sebanyak 2 Ruangan dan Laki- Laki 2

Ruangan

 Ruang Bersalin 1 Buah

 Fasilitas Ruangan

 Tempat Tidur Pasien 24 Buah

 Kamar Mandi / WC 8

 Meja Kerja 26 Buah

 Kursi Kerja 75 Buah

 Kursi Ruang Tunggu 8 Buah

 AC 9 Unit

 Kipas Angin 7 Buah

 Fasilitas Kendaraan

Untuk meningkatkan Jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan pada

masyarakat serta penunjang kinerja Petugas, adapun fasilitas kendaraan

yang ada di puskesmas lambandia yaitu

 Kendaraan Roda 4 ( 2 Buah)

 Kendaraan Roda 2 ( 7 Buah )

 Fasilitas Perumahan Dinas

Untuk sarana perumahan terdiri atas :

 Perumahan Dokter Umum 1 Unit

 Perumahan Dokter Gigi 1 Unit

 Perumahan Paramedis 7 Unit

2. Pustu ( Puskesmas Pembantu)

Puskesmas Pembantu (Pustu) merupakan unit pelayanan kesehatan yang

9
sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu memperluas jangkauan

puskesmas dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan

puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil serta jenis dan

kompetensi pelayanan yang disesuaikan dengan kemampuan tenaga dan

sarana yang tersedia. Adapun Pustu yang tersebar diwilayah Kecamatan

lambandia terdiri dari:

a. Pustu Lowa

b. Pustu Bou

c. Pustu Mokupa

d. Pustu Wonuambuteo

3. Polindes dan Poskesdes

Pondok bersalin Desa (Polindes) didirikan dengan tujuan untuk mendekatkan

dan mendekatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang merupakan upaya

yang sangat bermanfaat bagi masyarakat khususnya di wilayah pedesaan yang

masih sangat jauh dari jangkauan pelayanan kesehatan, selain polindes dalam

upaya mendukung pelaksanaan desa siaga terdapat pos kesehatan desa

( Poskesdes) sebagai bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat

(UKBM) yang juga merupakan upaya kewaspadaan dini terhadap berbagai

resiko dan masalah kesehatan yang dikelola kader/forum masyarakat desa

dengan bimbingan tenaga kesehatan. Adapun polindes dan poskesdes yang

tersebar di Kecamatan Lambandia terdiri dari:

a. Polindes Penanggoosi
b. Polindes Onemanu
c. Polindes Atolanu
d. Polindes Penanggotu
e. Polindes Inotu
f. Polindesa Mondoke
g. Poskesdes Pomburea
h. Poskesdes Lere Jaya

i. Poskesdes Lalolera

10
4. Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat

(UKBM) yang dikelola oleh dan untuk masyarakat engan program kegiatan

utama adalah pemantauan tumbuh kembang balita, imunisasi, kesehatan ibu

dan anak, penyuluhan kesehatan dan penanggulangan masalah kesehatan.

Untuk mengetahui peningkatan strata posyandu maka dilakukan telaah

kemandirian posyandu dengan mengelompokkan kedalam 4 kategori

perkembangan yaitu Posyandu Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri.

Adapun secara rinci sarana posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas

Lambandia dari tabel berikut:

Tabel. 6
Strata Posyandu Wilayah Kecamatan Lambandia
Tahun 2019

Strata
No Nama Desa Nama Posyandu
Posyandu

1 Desa Pomburea Permata Bunda Madya

Melati Madya
2 Desa Wonuambuteo
Serbaguna Madya
3 Desa lalolera Amelonado Madya
4 Desa Lambandia Bakti Ibu Madya
Anugrah Madya
5 Desa Penangoosi
Dahlia Madya
6 Desa Penanggotu Rezki Madya
7 Kel. Penanggo Jaya Mawar Madya
Bahagia Madya
8 Desa Atolanu
Sejahtera Madya
Kamboja Madya
9 Desa Lere Jaya
Asoka Madya
10 Desa Inotu Tunas mekar Madya
11 Desa Lowa Mekar Jaya Madya
12 Desa Mondoke Teratai Madya
13 Desa Mokupa Melati Madya
14 Desa Onemanu Cemara Madya
Tawakkal Madya
15 Desa Bou
Hikma Madya

11
5. Desa Siaga

Desa Siaga merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan berbasis

masyarakat (UKBM) yang dikelola oleh dan untuk masyarakat engan program

kegiatan utama adalah pemantauan tumbuh kembang balita, imunisasi,

kesehatan ibu dan anak, penyuluhan kesehatan dan penanggulangan masalah

kesehatan. Untuk mengetahui peningkatan strata posyandu maka dilakukan

telaah kemandirian posyandu dengan mengelompokkan kedalam 4 kategori

perkembangan yaitu Posyandu Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri.

Adapun secara rinci sarana posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas

Lambandia dari tabel berikut:

Tabel. 7
Strata Desa Siaga Wilayah Kecamatan Lambandia
Tahun 2019

Strata Desa
No Nama Desa
Siaga
1 Desa Pomburea Pratama
2 Desa Wonuambuteo Pratama
3 Desa lalolera Pratama
4 Desa Lambandia Pratama
5 Desa Penangoosi Pratama
6 Desa Penanggotu Pratama
7 Desa Atolanu Pratama
8 Desa Lere Jaya Pratama
9 Desa Inotu Pratama
10 Desa Lowa Pratama
11 Desa Mondoke Pratama
12 Desa Mokupa Pratama
13 Desa Onemanu Pratama
14 Desa Bou Pratama

12
6. Pos Pembinaan Terpadu PTM (Posbindu PTM)

Posbindu PTM merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan berbasis

masyarakat (UKBM) yang dikelola oleh dan untuk masyarakat dalam rangka

melakukan deteksi dini untuk mengetahui factor resiko penyakit tidak

menular. Adapun secara rinci sarana Posbindu PTM yang ada di wilayah kerja

Puskesmas Lambandia dari tabel berikut:

Tabel. 8
Strata Posbindu PTM Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Lambandia
Tahun 2019

Strata
No Nama Desa
Posbindu
1 Desa Pomburea Dasar
2 Desa Wonuambuteo Dasar
3 Desa lalolera Dasar
4 Desa Lambandia Dasar
5 Desa Penangoosi Dasar
6 Desa Penanggotu Dasar
7 Desa Atolanu Dasar
8 Desa Lere Jaya Dasar
19 Desa Inotu Dasar
10 Desa Lowa Dasar
11 Desa Mondoke Dasar
12 Desa Mokupa Dasar
13 Desa Onemanu Dasar
14 Desa Bou Dasar

7. Posyandu Lansia

Posyandu lansia merupakan Pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia

lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh

masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Adapun

kegiatan posyandu lansia yang berjalan diwilayah kecamatan Lambandia

berjalan sesuai dengan jadwal Posbindu PTM yang terbentuk.

13
8. Puskesmas Keliling

Puskesmas Keliling merupakan kegiatan Puskesmas yang bertujuan untuk

meningkatkan pelayanan kesehatan terutama yang berhubungan dengan

promotif dan kuratif diwilayah terpencil yang jauh dari fasilitas kesehatan,

selain itu puskesmas keliling juga untuk melakukan monitoring pelayanan

puskesmas induk secara umum melalui penjaringan kasus penyakit diwilayah

setempat. Adapun kegiatan puskesmas keliling yang berjalan diwilayah


kecamatan Lambandia berjalan sesuai dengan jadwal Posbindu PTM yang
terbentuk.

9. Kefarmasian

Koneksitasi pola penyakit dan penggunaan obat menunjukkan hal yang

sinkron dimana secara umum obat analgetik, antipiretik, Antihistamin,

vitamin dan antibiotik digunakan dalam pengobatan pada 10 penyakit utama.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafik berikut ini:

Grafik 5
Rekapitulasi 20 Item Obat Terbanyak Puskesmas Lambandia
Tahun 2019

Omeprazol 20 mg 1515.0
Allopurinol 100 mg 1536.0
Vitamin B6 1751.0
Ibu Profen 400 mg 1792.0
Amplodipin 10 mg 1905.0
Gliseril Guaiacolat 100 mg 3343.0
Vitamin B Comp 3892.0
Ambroxol 30 mg 3978.0
Vitamin C 50 m 4103.0
Asam Mefenamat 500 mg 4277.0
Ranitidin 150 mg 4371.0
Natrium Diclofenat 25 mg 4540.0
Cloraohenicol 250 mg 4750.0
Dexametazone 0.5 mg 4818.0
Metocloparamide 10 mg 5470.0
Antasida tablet 5642.0
CTM 4 mg 5803.0
Prednisone 5 mg 8580.0
Paracetamol 500 mg 10009.0
Amoxicilin 500 mg 11814.0
0.0 5000.0 10000.0 15000.0

Sumber : Laporan Tahunan Program Obat dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2019

14
Lima obat urutan pertama yaitu: Amoxicillin 500 mg tablet, Paracetamol 500 mg

tab, Prednisone 5 mg tab, CTM 4 mg tab dan Antasida tablet, sedangkan vitamin

B6, Alopurinol 100 mg dan Omeprazole 20 mg menjadi urutan tiga terakhir.

Penggunaan Amoxicillin 500 mg tab merupakan Antibiotika pilihan utama dalam

pengobatan sebanyak 11.814 tab, diikuti Kloramfenikol 250 mg kapsul sebanyak

4750 kapsul.

Evaluasi Laporan Penggunaan Narkotika dan Psikotropika dari sarana

pelayanan kesehatan Tahun 2019. Jumlah Penggunaan Psikotropika di Apotek

Kecamatan Lambandia Tahun 2019 dapat dilihat pada grafik berikut :

Grafik 6
Jumlah Penggunaan Psikotropika di Apotik
Kecamatan Lambandia Tahun 2019

Jumlah Pemakaian Obat Psikotropik


Diazepam Injeksi 5 mg/mil 7

Diazepam Tablet 5 mg 40

Haloperidol 5 mg 50

Haloperidol 1.5 mg 75

klorpromazin HCL 100 mg 129

Neurodial 506

0 100 200 300 400 500 600

Sumber : Laporan Tahunan Program Obat dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2019

Berdasarkan diagram di atas menunjukkan bahwa jumlah penggunaan


psikotropika di apotek Kecamatan Lambandia Kabupaten Tahun 2019 terbanyak
adalah Neurodial (Diazepam + Metamizole sodium) sebanyak 506 kaplet,
Klorpromazine HCl tab 100 mg sebanyak 129 tablet, Haloperidol tab 1,5 mg
sebanyak 75 tablet, Diazepam tab 5 mg sebanyak 40 tablet dan Diazepam injeksi
5 mg/ml sebanyak 7 ampul. Obat-obatan psikotropik tersebut pada umumnya
merupakan obat program Kesehatan Jiwa yang digunakkan guna pengobatan
pasien ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa). Hanya Neurodial yang bukan
merupakan obat program Kesehatan Jiwa.

15
BAB III
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

1. Sumber Daya Tenaga

Keberhasilan upaya kesehatan di UPTD Puskesmas Lambandia banyak

ditenatukan oleh tersedianya sumber daya kesehatan yang memadai, baik itu

sumber daya sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan ketersediaan

pembiayaan. Ketersediaan sumber daya kesehatan untuk tahun 2019 cenderung

mulai memadai jika dibanding tahun-tahun sebelumnya. Diharapkan akan

diperoleh keseimbangan antara kebutuhan sumber daya kesehatan yang

dibutuhkan dengan sumber daya kesehatan yang disediakan oleh pemerintah

dengan mengikut sertakan masyarakat secara aktif.

a. Tenaga Medis

Untuk tahun 2019 jumlah tenaga Medis yang ada di Puskesmas Lambandia

sebanyak 3 Orang, yang terdiri dari dari Dokter Umum 2 Orang dan 1 Orang

Dokter Gigi

b. Tenaga Keperawatam adalah Perawat dan Bidan

Untuk Tahun 2019 jumlah Tenaga Keperawatan sebanyak 70 Orang secara

rinci dapat dijelaskan sebagai berikut :

c. Tenaga Perawat

Tenaga Perawat umum sebanyak 29 Orang dengan Kualifikasi

pendidikan S1 4 Orang, DIII sebanyak 25 orang. Perawat Gigi sebanyak

1 orang. Dengan jumlah PNS 8 orang dan Honor/sukarela 21 orang.

d. Tenaga Bidan

Tenaga Bidan sebanyak 41 orang dengan kualifikasi pendidikan SI/D IV

1 Orang, DIII 40 orang. Dengan jumlah PNS sebanyak 15 orang dan

Honor/sukarela sebanyak 26 orang.

16
e. Tenaga Gizi

Tenaga Gizi sebanyak 1 orang dengan kualifikasi pendidikan DIII dengan

jumlah PNS 1 Orang.

f. Tenaga Farmasi/Apoteker

Tenaga Farmasi sebanyak 2 orang dengan kualifikasi pendidikan SI/2

Orang, Dengan jumlah PNS sebanyak 1 orang dan Honor/sukarela

sebanyak 1 orang.

g. Tenaga Kesehatan Masyarakat

Tenaga Kesehatan Masyarakat sebanyak 7 orang dengan kualifikasi

pendidikan SI 7 Orang, Dengan jumlah PNS sebanyak 2 orang dan

Honor/sukarela sebanyak 5 orang. Yang terdiri dari Tenaga AKK 3 Orang,

Epidemiologi 1 orang, Promkes 1 orang, Kespro 1 orang dan sanitarian 1

orang.

Grafik. 7
Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Kategori
UPTD Pukesmas Lambandia Tahun 2019

41

29

7
3 2 1 1

Dokter Perawat Bidan Kesmas Farmasi Gizi Perawat


gigi

17
Adapun jumlah Tenaga di Puskesmas Lambandia berdasarkan jenis ketenagaan

baik tenaga PNS, Honor Daerah dan Sukarela dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel. 9
Jumlah Tenaga berdasarkan Jenis Ketenagaan
Di UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

No Jenis Ketenagaan PNS Honor Daerah Sukarela


1. Dokter Umum 2

2. Dokter Gigi 1

3. SI Kesmas 2 5

4. S1 Keperawatan /Ns 4 3

5. D IV Kebidanan 1 18

6. DIII Keperawatan 4 19 1

7. DIII Kebidanan 14 6

8. D IV Gizi 1

9. Apoteker 2 1

10 Perawat Gigi 1 1

Jumlah 30 45 9

Kecukupan jumlah tenaga kesehatan di suatu wilayah akan sangat menentukan

keberhasilan pembangunan dibidang kesehatan di wilayah tersebut. Jumlah

tenaga kesehatan di UPTD Puskesmas lambandia pada tahun 2019 tercatat

sebanyak 84 orang.

Adapun jumlah presentase keadaan Tenaga PNS yang ada di UPTD Puskesmas

Lambandia dapat dilihat pada Grafik berikut ini:

18
Grafik 33
Keadaan Tenaga Kesehatan Kecamatan Lambandia
Tahun 2019

Sum
ber : Laporan Tahunan Program Pengembangan SDK Tahun 2019

Jika dilihat berdasarkan grafik diatas, nampak bahwa tenaga kesehatan bidan

adalah jumlah tenaga kesehatan yang terbanyak di Puskesmas Lambandia

untuk tahun 2019 disusul tenaga perawat, tenaga dokter umum, tenaga dokter

gigi, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, Tenaga

Apoteker, Tenaga Gizi dan perawat Gigi

19
BAB IV
PEMBIAYAAN KESEHATAN

A. PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

1. Jumlah Penduduk Miskin Di Kecamatan Lambandia

Berdasarkan data BPS jumlah penduduk di Kecamatan Lambandia pada

tahun 2019 berjumlah 23.984 jiwa. Jumlah ini tersebar di 14 Desa dan 1

Kelurahan. Sedangkan untuk penduduk miskin yang ada di wilayah

kecamatan lambandia berjumlah 7989 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Tabel 10
Distribusi Penduduk Miskin Di Kecamatan Lambandia
Tahun 2019

Jumlah
Kecamatan Jumlah Penduduk Miskin
Penduduk

Lambandia 23.984 7.989

Sumber : Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

2. Hasil Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional

a) Pendanaan

Agar pelaksanaan Program Jamkesmas dapat berjalan sesuai yang diharapkan


maka pemerintah pusat melalui anggaran APBN Tahun 2019 telah
mengalokasikan dana Jaminan Kesehatan Nasional melalui dana Kapitasi dan
Non Kapitasi dalam bentuk kegiatan pembiayaan sebagai berikut:

- Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Tingkat Primer


- Pelayanan Kesehatan Rawat Inap
- Pertolongan Persalinan
- Transportasi Rujukan
Adapun Alokasi dan realisasi anggaran dana Jaminan Kesehatan Nasional baik
dana Kapitasi maupun Non kapitasi UPTD Puskesmas Lambandia tahun 2019
dapat dilihat pada tabel berikut ini:

20
Tabel 11
Alokasi Dana Program Jaminan Kesehatan Nasional
Dana Kapitasi dan Non Kapitasi UPTD Puskesmas Lambandia
Tahun 2019

Realisasi
No Jenis Dana Alokasi (Rp) Sisa Dana (Rp)
Rp %
JKN

1 Kapitasi 793.392.565,- 734.812.673,- 95 58.579.892,-

Non
2 323.984.150,- 323.984.150,- 100 0,-
Kapitasi
Sumber : Laporan Tahunan Jaminan Kesehatan Nasional UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

Tabel diatas menunjukkan total anggaran yang dialokasikan untuk

dana Kapitasi sebanyak Rp. 793.392.565,- dengan realisasi dana mencapai

95% atau Rp. 734.812.673,- dengan sisa saldo sebanyak 58.579.892,-.

Adapun untuk alokasi dana Non kapitasi sebanyak 323.984.150,- dengan

tingkat penyerapan dana mencapai 100%. Dalam hal penyerapan dana

kapitasi yang belum mencapai 100% dikarenakan jumlah pagu anggaran

dalam DPA dana kapitasi yang terbatas dan tidak berbanding lurus dengan

jumlah dana kapitasi yang diterima setiap bulan oleh puskesmas yang

sifatnya fluktuatif mengikuti jumlah kepesertaan BPJS, sementara

pembelanjaan dana kapitasi tidak boleh melebihi pagu anggaran yang telah

ditetapkan, sehingga hal inilah yang membuat adanya silva dana kapitasi

UPTD Puskesmas Lambandia diakhir tahun 2019 yang penggunaaanya

dapat dibelanjakan pada tahun berikutnya.

3. Distribusi Kartu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Distribusi kartu JKN merupakan kegiatan yang sangat menentukan

keberhasilan pelaksanaan program JKN. Berikut ini daftar jumlah penerima

Kartu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Wilayah Kecamatan Lambandia

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

21
Tabel 12
Jumlah Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Di Kecamatan Lambandia Tahun 2019

Jumlah Jumlah
No Kecamatan Peserta Penduduk
Jumlah % %
JKN Non JKN
Penduduk

23.984 12.839
Lambandia 11.145 Jiwa
Jiwa Jiwa
1 53,5 46,5

Sumber : Laporan Akhir Tahun Jaminan Kesehatan Nasional UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

Dari tabel diatas, menunjukkan bahwa dari jumlah penduduk Kecamatan

Lambandia sebanyak 23.984 jiwa, yang terdaftar sebagai peserta Jaminan

Kesehatan nasional (JKN) sebanyak 12.839 jiwa (53,5%) dan yang belum

terdaftar sebagai peserta JKN sebanyak 11.145 jiwa (46,5%).

4. Anggaran Kesehatan

Adapun sumber Pembiayaan UPTD Puskesmas Lambandia pada Tahun 2019

bersal dari Dana Operasional, BOK, Jampersal dan JKN secara rinci dapat

dilihat pada Tabel berikut ini :

Tabel. 13
Alokasi Anggaran Kesehatan berdasarkan sumbernya
Di UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

Jumlah Alokasi
no Jenis Pembiayaan Realisasi
Anggaran

1. Operasional Rp 73.400.000,- Rp 73.400.000,-

2. BOK Rp 890.494.200,- Rp 890.494.200,-

3. Jampersal Rp 164.850.000,- Rp 164.850.000,-

4. JKN

5. a. Kapitasi Rp 722.887.150,- Rp 734.812.673,-

b. Non Kapitasi Rp 323.984.150,- Rp 323.984.150,-

Jumlah Rp 2.175.615.500,- Rp 2.187.541.023,-

22
5. Dana Desa Untuk Kesehatan

Selain anggaran Kesehatan diatas ada pula Dana desa yang diperuntukkan

untuk UKBM yang sangat membantu program-program UPTD Puskesmas

Lambandia, adapun besaran dana dari setiap desa berbeda-beda tergantung dari

prioritas masalah kesehatan yang ada di desa masing-masing.

23
BAB V
KESEHATAN KELUARGA

1. Program kesehatan Ibu

a. Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (K1) Kecamatan Lambandia

Adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal

oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Grafik 9
Pencapaian Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (K1)
Kecamatan Lambandia Tahun 2019

Sumber : Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

Dari grafik diatas menunjukkan bahwa pencapaian pelayanan ibu hamil (K1)

untuk tingkat Kecamatan Lambandia pada Tahun 2019 mencapai 90,4 % dari

438 ibu hamil. Angka ini telah mencapai target Kabupaten yaitu 90 %.

Cakupan tertinggi di di desa Atolanu yaitu sebesar 27 bumil (128.6 %) dari 21

bumil (berdasarkan sasaran proyeksi BPS 2019) dan terendah di Penanggootu

sebesar 9 bumil (52.9 %).

b. Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (K4) Kecamatan Lambandia

Adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar

paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan yang

dianjurkan adalah minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada

24
Triwulan kedua dan 2 kali pada triwulan ketiga umur kehamilan. Pada

cakupan pelayanan ibu hamil (K4) menunjukan bahwa pencapaian pelayanan

ibu hamil (K4) untuk tingkat Kecamatan Lambandia pada Tahun 2019

mencapai 73,1 % dari 438 ibu hamil. Angka ini belum mencapai target

Kabupaten yaitu 84 %. Cakupan tertinggi di Desa Lere Jaya sebesar 29 bumil

(111.5 %) dan terendah di Didesa Penanggootu yaitu sebesar 7 (41.2 % Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Grafik 8
Pencapaian Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (K4)
Kecamatan Lambandia Tahun 2019

K4
450

400

350

300

250

200

150

100

50

0
a o ra ia si u ya nu ya u a e a u u AS
re te le nd oo ot ja la ja ot w ok up an Bo
bu bu lo ba g g o o o e In Lo d ok em S M
m am La ng ng gg At Le
r on M KE
Po u La
m na na an M On US
on Pe P e
P en P
W

Sumber : Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

c. Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Kabupaten

Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan dimulai pada sampai

dengan kala IV persalinan. Adapun cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan

dapat dilihat pada Grafik berikut ini :

25
Grafik 11
Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Kecamatan Lambandia Tahun 2019

Sumber : Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

Dari grafik diatas menunjukan bahwa pencapaian cakupan persalinan oleh

nakes untuk tingkat Kecamatan Lambandia pada Tahun 2019 mencapai 79.8

%. Angka ini masih dibawah target yang diharapkan yaitu 87%. Cakupan

tertinggi di Desa Inotu sebesar 13 bumil (130%) dan terendah di Mondoke

yaitu sebesar 9 bumil (52.9%).

Untuk tenaga dibidang kesehatan merupakan sumber daya manusia yang

diperlukan dalam menyelenggarakan berbagai upaya kesehatan. Kecukupan

jumlah tenaga kesehatan disuatu wilayah akan sangat menentukan

keberhasilan pembangunan bidang kesehatan di wilayah tersebut khususnya

tenaga bidang dalam menolong persalinan. Jumlah tenaga bidan desa Tahun

2019 tercatat 29 orang total bidan didesa, seluruhnya belum mengikuti

pelatihan APN dan GDON.

d. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang di tangani

Komplikasi yang dimaksud adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu

nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayi. Dimana cakupan

komplikasi kebidanan adalah cakupan ibu dengan komplikasi kebidanan

26
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani secara

definitif sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan kompoten pada tingkat

pelayanan dasar dan rujukan. Penanganan definitif adalah

penanganan/pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan

permasalahan setiap kasus komplikasi kebidanan.

Grafik 12
Cakupan Penanganan Komplikasi Obstetri
Kecamatan Lambandia Tahun 2019

Sumber : Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019


Dari grafik diatas menunjukkan bahwa pencapaian cakupan komplikasi

kebidanan yang ditangani oleh tenaga kesehatan untuk tingkat Kecamatan

Lambandia pada Tahun 2019 mencapai 47 bumil (95,9%) dar 49 perkiraan

bumil dengan komplikasi kebidanan.

e. Cakupan Pelayanan Nifas Kecamatan Lambandia

Nifas adalah periode mulai 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan.

Sedangkan cakupan pelayanan nifas adalah cakupan pelayanan kepada ibu

pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca bersalin sesuai standar paling

sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6 jam – 3 har, 8 – 14 hari dan 36 – 42

hari setelah bersalin disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Pada cakupan pelayanan nifas menunjukan bahwa pencapaian pelayanan

27
nifas untuk tingkat Kecamatan Lambandia pada Tahun 2019 mencapai 83.1

% dari 331 ibu nifas. Angka ini masih dibawah target yang diharapkan yaitu

87%. Cakupan tertinggi di Desa Bou 28 ibu nifas (107.7 %) dari 26 sasaran

Nifas (berdasarkan Data sasaran Proyeksi BPS 2019), dan terendah di Desa

Lalolera yaitu 4 bufas (50 %) dari 8 sasaran Bufas.Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada grafik di bawah berikut :

Grafik 13
Pencapaian Cakupan Kunjungan Nifas (Kf3)
UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

Cak. Kunjumgan Nifas (KF3)


120.0 107.7
102.1
100.0 97.0 96.7
82.6 80.0 84.6 86.7 87.0
81.8
80.0 70.0 71.4 73.7 77.8
68.2
60.0 50.0
40.0

20.0

0.0
a eo a a osi u a u a u a e a u u ah
re t ler di ot jay lan jay not Low dok kup an Bo uml
bu bu alo ban ggo ggo go o e I
on Mo ne
m
m m L m an n g At Ler J
Po nua La en ena nan M O
o P P P e
W

cak. Kunjumgan Nifas (KF3)

Sumber : Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

f. Cakupan Peserta KB Aktif Puskesmas Lambandia

Peningkatan cakupan layanan KB aktif adalah salah satu indikator program

yang diharapkan dapat mendukung peningkatan kualitas kesehatan ibu dan

anak. Peserta KB aktif adalah pasangan usia subur yang salah satu

pasangannya masih menggunakan alat kontrasepsi dan terlindungi oleh alat

kontrasepsi tersebut. Berdasarkan cakupan peserta KB aktif Tingkat

28
Kecamatan Lambandia pada tahun 2019 mencapai 55 % dengan cakupan 2230.

Angka ini Lalolera sebesar 140 ibu (101 %) dan terendah di Desa Lere Jaya

sebesar 66 (27%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Grafik 14
Pencapaian Cakupan KB Aktif
Uptd Puskesmas Lambandia Tahun 2019

Sumber : Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

Derajat kesehatan masyarakat dapat diukur dengan menggunakan indikator

Angka Kematian Bayi (AKB) Infant Mortality Rate (IMR), Angka Kematian Ibu

(AKI) Mathernal Mortality Rate (MMR), Angka Kematian Kasar (CDR) , Angka

Kesakitan (Morbiditas) dan Status Gizi masyarakat serta Angka Umur Harapan

Hidup(UHH).

Kematian Bayi adalah kematian yang terjadi pada bayi sebelum mencapai usia

satu tahun. Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tapi tidak

mudah untuk menentukan faktor yang kurang dominan. Tersedianya berbagai

fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis

yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan

tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan

faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat AKB.

Beberapa penyebab kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan 28

29
minggu sampai hari ke-7 setelah persalinan (masa perinatal). Penyebab

kematian bayi yang banyak adalah karena pertumbuhan janin yang lambat,

kekurangan gizi pada janin, kelahiran premature dan berat badan bayi lahir

rendah.

Pada Tahun 2019 di Puskesmas Lambandia Jumlah Kematian Bayi (Umur 29

hari – 11 bulan) tercatat 4 kasus lahir mati. Dengan distribusi penyebab

kematian yaitu pnemonia 1 orang, diare 1 orang, kelainan saluran cerna 1 orang

dan penyebab lain 1 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

Tabel 14
Jumlah Kematian Bayi
UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

Jumlah Kematian Bayi


Sebab-Sebab Kematian
No Desa Kelainan Kelaiana Lai
Total Pnemonia Diare Saluran Tetanu n n-
Cerna s Saraf Lai
n
1. Pomburea 0 0 0 0 0 0 0
2. Wonuambuteo 1 0 0 1 0 0 0
3. Lalolera 0 0 0 0 0 0 0
4. Lambandia 0 0 0 0 0 0 0
5. Penanggosi 0 0 0 0 0 0 0
6. Penanggotu 0 0 0 0 0 0 0
7. Penanggo Jaya 1 0 1 0 0 0 0
8. Atolanu 0 0 0 0 0 0 0
9. Lere Jaya 0 0 0 0 0 0 0
10. Inotu 0 0 0 0 0 0 0
11. Lowa 1 0 0 0 0 0 1
12. Mondoke 0 0 0 0 0 0 0
13. Mokupa 1 1 0 0 0 0 0
14. Onemanu 0 0 0 0 0 0 0
15. Bou 0 0 0 0 0 0 0
Kecamatan 4 1 1 1 0 0 1
Sumber :Laporan Tahunan Puskesmas Lambandia 2019

Sedangkan untuk jumlah kematian neonatal di Puskesmas Lambandia tahun


2019 umur < 1 minggu sebanyak 3 kasus. Distribusi kematian neonatal umur <
1 minggu tertinggi terdapat di Desa Atolanu yaitu 1 kasus, Desa Penanggotu 1
kasus dan Desa Lere Jaya 1 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:

Tabel. 15
Jumlah Kematian Neonatal

30
UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

Jumlah Kematian
Neonatal
No Kabupaten/Kota Total
1 minggu-
< 1 Minggu
28 hari
1. Pomburea 0 0 0
2. Wonuambuteo 0 0 0
3. Lalolera 0 0 0
4. Lambandia 0 0 0
5. Penanggosi 0 0 0
6. Penanggotu 1 1 0
7. Penanggo Jaya 0 0 0
8. Atolanu 1 1 0
9. Lere Jaya 1 1 0
10. Inotu 0 0 0
11. Lowa 0 0 0
12. Mondoke 0 0 0
13. Mokupa 0 0 0
14. Onemanu 0 0 0
15. Bou 0 0 0
Kecamatan 3 3 0
Sumber :Laporan Tahunan Puskesmas Lambandia 2019

Tabel.16
Sebab-Sebab Kematian Neonatal
UPTD Puskesmas Lambandia
Tahun 2019

Jumlah Kematian Neonatal


Sebab-Sebab Kematian
No Kab/Kota Kelainan
BBL Asfiksi Teta Infek Sep Lain-
Total Kongenita Ikterus
R a nus si sis Lain
l
1. Pomburea 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2. Wonuambuteo 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3. Lalolera 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4. Lambandia 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5. Penanggosi 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6. Penanggotu 1 1 0 0 0 0 0 0 0
7. Penanggo Jaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8. Atolanu 1 0 0 0 0 0 1 0 0
9. Lere Jaya 1 0 0 0 0 0 0 0 1
10. Inotu 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11. Lowa 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12. Mondoke 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13. Mokupa 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 Onemanu 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15. Bou 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kecamatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Sumber :Laporan Tahunan Puskesmas Lambandia 2019

31
Tidak ada kematian anak balita di Puskesmas Lambandia tahun 2019. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

Tabel. 17
Jumlah Kematian Anak Balita Puskesmas Lambandia
Tahun 2019

Jumlah Kematian Anak Balita


Sebab-Sebab Kematian
Kel.
No Kab/Kota Tota Pnemo Malari Cam DB Tifu Lain-
Diare Sal
l nia a pak D s Lain
Cerna
1. Pomburea 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2. Wonuambuteo 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3. Lalolera 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4. Lambandia 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5. Penanggosi 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6. Penanggotu 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7. Penanggo Jaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8. Atolanu 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9. Lere Jaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10. Inotu 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11. Lowa 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12. Mondoke 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13. Mokupa 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 Onemanu 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15. Bou 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kecamatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Salah satu tujuan upaya program kesehatan ibu adalah mempercepat

penurunan angka kematian dan kesakitan ibu. Angka kematian ibu disamping

memberikan gambaran status kesehatan masyarakat, juga dapat memberikan

status gizi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama

pelayanan ibu hamil, ibu melahirkan dan masa nifas dan juga masih

menunjukkan masih rendahnya kemampuan ekonomi masyarakat.

Pada Tahun 2019 tidak ada kematian Ibu diwilayah Kerja UPTD Puskesmas

Lambandia, Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel dibawah ini :

32
Tabel 18
Jumlah Kematian Ibu
Diwilayah kerja UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

Jumlah Kematian Ibu


Sebab Kematian
No Kab/Kota Abortu Partus Lain-
Total Perdarahan HDK Infeksi
s Lama Lain
1. Pomburea 0 0 0 0 0 0 0
2. Wonuambuteo 0 0 0 0 0 0 0
3. Lalolera 0 0 0 0 0 0 0
4. Lambandia 0 0 0 0 0 0 0
5. Penanggosi 0 0 0 0 0 0 0
6. Penanggotu 0 0 0 0 0 0 0
7. Penanggo Jaya 0 0 0 0 0 0 0
8. Atolanu 0 0 0 0 0 0 0
9. Lere Jaya 0 0 0 0 0 0 0
10. Inotu 0 0 0 0 0 0 0
11. Lowa 0 0 0 0 0 0 0
12. Mondoke 0 0 0 0 0 0 0
13. Mokupa 0 0 0 0 0 0 0
14 Onemanu 0 0 0 0 0 0 0
15. Bou 0 0 0 0 0 0 0
Kecamatan 0 0 0 0 0 0 0

Sumber :Laporan Tahunan Puskesmas Lambandia 2019

2. Program Kesehatan Anak

a. Cakupan Kunjungan Bayi

Adalah cakupan kunjungan bayi umur 29 hari-11 bulan disarana


pelayanan kesehatan (polindes, pustu, puskesmas, rumah bersalin dan
Puskesmas) maupun di rumah, posyandu, tempat penitipan anak,
panti asuhan dan sebagainya melalui kunjungan petugas.

Grafik 15
Cakupan Kunjungan Bayi Kecamatan Lambandia Tahun 2019

Cakupan Kunjungan Bayi


100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
98.130841121495
100 97.368421052631 3
5
98 96
96
94 92
92
90
88

Sumber : Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

33
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa cakupan kunjungan bayi untuk

tingkat Kecamatan Lambandia pada Tahun 2019 mencapai 98.13 %. Angka

ini mencapai target Kabupaten yaitu 80%.

b. Cakupan Pelayanan Anak Balita

Setiap anak umur 12-59 bulan memperoleh pelayanan pemantauan

pertumbuhan setiap bulan, minimal 8 x dalam setahun yang tercatat di kohor

anak balita dan pra sekolah, Buku KIA/KMS, atau buku pencatatan dan

pelaporan lainnya. Adapun pelayanan pemantauan balita diposyandu dapat

dilihat pada grafik berikut :

Grafik 16
Cakupan Pelayanan Anak Balita
UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

100.0 94.4
91.4 89.8 90.0
88.7 88.4
90.0 85.0 85.1
81.7
78.4
76.4
79.2 79.9 77.5
80.0
69.8
70.0 61.5

60.0

50.0

40.0

30.0

20.0

10.0

0.0
I
REA TEO ERA DIA OS OTU AYA NU AYA OTU WA OKE UPA NU OU TAN
L J A J IN A B A
BU BU LO BAN GGO GO O TOL RE LO ND OK EM M
M M A G G E O N
PO NUA
L AM AN N NG
A
A L M M O
ECA
L EN N A K
W
O P PE PEN

Sumber : Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan kunjungan balita dikecamatan

lambandia tahun 2019 sebesar 77.5 persen, cakupan ini belum mencapai

target RPJMN, cakupan tertinggi didesa Inotu (94.4%) dan terendah

dikelurahan Penanggo Jaya (61.5%).

34
c. Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak

Cakupan pelayanan deteksi dini tumbuh kembang anak balita pada

dasarnya terkait dengan peningkatan status kesehatan anak secara

umum. Berdasarkan cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita

tingkat Kecamatan Lambandia pada Tahun 2019 mencapai 15,47%.

Cakupan tertinggi di kecamatan Lambandia yaitu 82 % dan terendah di

Desa Lowa yaitu 55 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar

di bawah ini

Grafik 17
Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak (DDTK)
Kecamatan Lambandia Tahun 2019

600
524
500
428
400

300

200
94 100 95 100 100 100 100 82
100 78 77 66 77 61
55

0
2 2 2 2 2 I2 U A U A E AS
A A NU EA U OT DI RA AN PA OK
Y Y BO OS P. LE U W M
JA JA A R P . AN LO EM OK LO D S
P. RE OL BU B ON SK
E
LE AT M M LA ON M M PU
P O LA

SASARAN CAPAIAN % CAPAIAN

Sumber : Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

d. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD

Penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat adalah pemeriksaan kesehatan

umum, kesehatan gigi dan mulut siswa SD dan setingkat melalui penjaringan

kesehatan terhadap murid kelas 1 SD dan Madrasah Ibtidaiyah yang

dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama guru, dokter kecil.

35
Grafik 18
Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat
Kecamatan LambandiaTahun 2019

Sumber : Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

Dari grafik diatas menunjukkan bahwa pencapaian cakupan penjaringan

kesehatan siswa SD dan setingkat untuk tingkat Kecamatan Lambandia pada

Tahun 2019 mencapai 94 %. Angka ini telah mencapai target dari target (80%).

3. Status Gizi

Status Gizi merupakan salah satu indikator derajat kesehatan yang dapat

menggambarkan situasi derajat kesehatan masyarakat suatu wilayah.

Penanggulangan masalah gizi kurang dan Balita Kurus pada tahun 2019

puskesmas Lambandia yaitu dengan pemberian makanan PMT Pemulihan

dengan bahan dasar Lokal dan makanan Pabrikan berupa Biscuit.

Disamping itu pula dilakukan Pemantauan Pertumbuhan Balita di Posyandu,

Pemberian Kapsul Vitamin A pada Bayi, Balita dan Ibu Nifas, Pelacakan dan

36
Penanggulangan Kasus Gizi Buruk, Pemberian Tablet Besi pada bumil,

Surveilans Gizi.

Adapun jumlah kasus gizi kurang, dan Stunting pada tahun 2019 di Wilayah

Kerja Puskesmas Lambandia tahun 2019 berdasarkan hasil pemantauan

Pertumbuhan diposyandu dan Kunjungan lansgsung kerumah sasaran dapat

dilihat pada Grafik berikut:

Grafik. 19
Jumlah Gizi Kurang UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

Status Gizi Balita(Gizi Kurang dan Stunting)


250
217

200
167

150

100

30
50 29 36
21 19 22
1517 15
44 34 7 12 2 6 12
63 76 6 8 9 13

0 16 19 23 10
ea o r a ia osi tu ya nu ya tu a ke pa nu u n
r te le d g o a a a o Low do ku ma Bo ata
bu bu alo ban ang ngg go J tol re J In n o m
m m L m en a g A Le o M One ca
Po nua La P P en nan M Ke
o Pe
W

Kurang Pendek

Grafik diAtas menunjukan Bahwa Status gizi balita Berdasarkan indeks BB/U

atau status gizi kurang adalah 167 balita sedangkan balita dengan status

stunting adalah 217 balita.

a. Pemantauan Pertumbuhan Balita di Posyandu

Kurangnya asupan zat gizi pada bayi dan balita akan mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental. Untuk mengetahui status

37
pertumbuhan dan perkembangan fisik bayi dan balita seorang ibu harus

menimbang bayi dan balitanya secara rutin di Posyandu setiap bulan sehingga

pertumbuhan bayi dan balita dapat dipantau secara terus-menerus sampai

balita berusia 5 tahun. Oleh karena itu pemantauan pertumbuhan merupakan

salah satu kegiatan utama program perbaikan gizi, yang menitik beratkan pada

upaya pencegahan dan peningkatan keadaan gizi balita.

Pemantauan pertumbuhan merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari

penilaian pertumbuhan balita secara teratur melalui penimbangan setiap bulan,

tindak lanjut yang dilakukan berupa kebijakan dan program ditingkat

masyarakat, serta mendorong dan memberdayakan masyarakat. Dalam

pelaksanaan pemantauan pertumbuhan balita ada beberapa indikator spesifik

yang menggambarkan kinerja pelaksanaan pemantauan pertumbuhan

diantaranya adalah indikator N/D dan D/S. Indikator D/S memberikan

gambaran tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pemantauan

pertumbuhan balita di Posyandu. Sedangkan indikator N/D memberikan

gambaran tingkat keberhasilan program dalam kegiatan pemantauan

pertumbuhan balita di Posyandu.

Adapun sebaran pencapaian D/S berdasarkan hasil Kegiatan posyandu Tahun

2019 dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Grafik 22

38
Pencapaian Partisipasi Masyarakat (D/S) Kecamatan
Lambandia Tahun 2019

Sumber : Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

Dari grafik di atas terlihat bahwa cakupan D/S diwilayah kerja puskesmas

Lambandia tahun 2019 menjacapai 83.81 persen. Pencapaian tertinggi

partisipasi masyarakat (D/S) dalam pelaksanaan Penimbangan diposyandu yaitu

desa Penanggootu yaitu sebesar sebesar 95.7 persen dan terendah di kelurahan

Penanggo Jaya sebesar 63.8 persen.

Rata-rata pencapaian tingkat keberhasilan pemantauan pertumbuhan

pemantauan pertumbuhan (N/D) Kecamatan Lambandia pada tahun 2019

Sudah mencapai 80,0 persen dan menurun menjadi 77,5 di tahun 2007 dan

meningkat lagi tahun 2008 menjadi 78,28 persen dan turun lagi menjadi 75,9%

Tahun 2019. Sedangkan bila dianalisis menurut Kabupaten/Kota,

39
pencapaian tertinggi indikator N/D dicapai oleh Kabupaten Buton Utara yaitu

sebesar 90,0 persen dan terendah di Kota Bau-Bau yang baru mencapai 68,0

persen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafik berikut :

Grafik 21
Keberhasilan Penimbangan (N/D) Kecamatan Lambandia
Tahun 2019

Sumber : Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

b. Pemberian Kapsul Vitamin A Pada Bayi, Balita dan Ibu Nifas

Kurang vitamin A (KVA) dapat mengakibatkan kebutaan, menurunnya daya

tahan tubuh, meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian. Salah satu

pencegahan dan penanggulangan kurang vitamin A yang dilakukan selama ini

adalah dengan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi yaitu kapsul vitamin A

yang berwarna merah yang mengandung 200.000 IU untuk bayi berusia 12-59

bulan dan kapsul vitamin A berwarna biru yang mengandung 100.000 IU untuk

bayi 6-11 bulan yang diberikan setiap bulan Februari dan Agustus.Cakupan

pemberian vitamin A Puskesmas Lambandia di bulan Februari balita usia 6-59

adalah 71 persen, cakupan tertinggi pemberian Vitamin A adalah Desa Atolanu

40
58 Balita (84.45), Sedangkan cakupan terendah dikelurahan Penanggo Jaya 132

balita (45.3 %) dari 263 balita sasaran. Pada Bulan Agustus Cakupan pemberian

Vitamin A mengalami peningkatan, menjadi 92 Persen, dimana cakupan

tertinggi pemberian Vitamin A bulan Agustus adalah Desa Onemanu 58 Balita

(84.45), Sedangkan cakupan terendah dikelurahan Penanggo Jaya 132 balita

(45.3 %) dari 263 balita sasaran Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Grafik 22
Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Kecamatan Lambandia
Februari dan Agutsus Tahun 2019

Cak. Pemberian Vitamin A Februari dan Agustus


2019

PUSKESMAS 79.04
71.4
78.66
BOU 72.1
74.03
ONEMANU 70.9
63.27
MOKUPA 47.9
84.09
MONDOKE 68.1
94.12
LOWA 73.5
85.00
INOTU 81.0
85.11
LERE JAYA 77.9
89.21
ATOLANU 84.4
54.14
PENANGGO JAYA 45.3
81.48
PENANGGOOTU 73.6
78.95
PENANGGOOSI 79.8
71.56
LAMBANDIA 58.2
89.47
LALOLERA 83.8
76.25
WONUAMBUTEO 75.2
80.21
POMBUREA 79.4

- 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0
AGUSTUS FEBRUARI

Sumber : Laporan Bulanan UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

41
Kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) juga diberikan kepada ibu nifas dan

bertujuan untuk meningkatkan kadar vitamin A dalam air susu ibu (ASI)

sehingga bayi yang disusuinya mendapat asupan vitamin A yang cukup.

Kematian Bayi adalah kematian yang terjadi pada bayi sebelum mencapai usia

satu tahun. Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tapi tidak

mudah untuk menentukan faktor yang kurang dominan.

Beberapa penyebab kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan 28

minggu sampai hari ke-7 setelah persalinan (masa perinatal). Penyebab

kematian bayi yang banyak adalah karena pertumbuhan janin yang lambat,

kekurangan gizi pada janin, kelahiran premature dan berat badan bayi lahir

rendah.

Pada Tahun 2019 di Puskesmas Lambandia Jumlah Kematian Bayi (Umur 29

hari – 11 bulan) tercatat 4 kasus lahir mati. Dengan distribusi penyebab

kematian yaitu pnemonia 1 orang, diare 1 orang, kelainan saluran cerna 1

orang dan penyebab lain 1 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

4. Kesehatan pada Penduduk usia produktif dan Usia Lanjut

Untuk cakupan pelayanan kesehatan usia Produktif yang mendapatkan

pelayanan kesehatan dapat di lihat pada tabel berikut ini :

Tabel 23
Cakupan Pelayanan Usia Produktif
Puskesmas Lambandia Tahun 2019

16000
14000 15336

12000 12134
10000
8000
6000
5668
4000
2000 46.7
0
jml Sasaran mendpt Pelay Yg beresiko %

42
BAB IV

PENGENDALIAN PENYAKIT

Angka Kesakitan berguna untuk mengetahui situasi Pola penyakit yang terjadi
dimasyarakat, di Kecamatan Lambania tahun 2019 situasi penyakit mengalami
transisi epidemiologi dimana penyakit menular masih menepati urutan tertinggi,
bersamaan dengan itu penyakit tidak menular mulai pula meningkat.

Adapun angka kesakitan yang disajikan dalam Profil Kesehatan Kecamatan


Lambandia Tahun 2019 adalah angka kesakitan Penyakit menular langsung,
Penyakit menular bersumber binatang. Untuk penyakit tidak menular khusus
diamati dan 10 penyakit terbesar di Kecamatan lambandia.

1. Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi

a. Surveilans Accut Flaccid Paralysis (S-AFP)

Kegiatan penemuan kasus anak lumpuh layuh (AFP) usia < 15 tahun di
wilayah kerja UPTD Puksemas lambandia pada tahun 2019 tidak ditemukan
adanya kasus.

b. Tetanus Neonatorum (TN)


Kegiatan penemuan kasus Tetanus Neonatorum di wilayah kerja UPTD
Puksesmas Lambandia pada tahun 2019 tidak ditemukan adanya kasus.

c. Campak

Kegiatan penemuan kasus campak di wilayah kerja UPTD Puksesmas


Lambandia pada tahun 2019 juga tidak ditemukan adanya kasus.

d. Pertusis

Kegiatan penemuan kasus pertusis di wilayah kerja UPTD Puksesmas


Lambandia pada tahun 2019 tidak ditemukan adanya kasus.

2. Penyakit Menular langsung

a. Angka Kesakitan Penyakit TBC

Berikut ini jumlah cakupan penemuan penderita TB BTA Positif Dan


Rongen Positif dapat dilihat pada tabel berikut ini :

43
Tabel 19
Jumlah Cakupan Penemuan Penderita Tuberclosis
Diwilayah kerja UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

Sasar Jumlah Penderita Cakupa


NO Desa/ Kel
an BTA (+ )dan RO ( + ) n (%)
1 POMBUREA 3 2 66,7
2 WONUAMBUTEO 7 2 28,6
3 LALOLERA 3 3 100,0
4 LAMBANDIA 5 3 60,0
5 PENANGGOOSI 6 1 16,7
6 PENANGGOOTU 2 1 50,0
7 PENANGGO JAYA 13 4 30,8
8 ATOLANU 3 2 66,7
9 LERE JAYA 4 2 50,0
10 INOTU 1 2 100,0
11 LOWA 3 0 0
12 MONDOKE 3 1 33,3
13 MOKUPA 6 1 16,7
14 ONEMANU 3 1 33,3
15 BOU 7 3 42,9
JUMLAH 69 28 40,6
Sumber : Laporan Tahunan Program P2 TB UPTD Puskemas Lambandia Tahun 2019

Berdasarkan tabel diatas, Jumlah penemuan penderita TB tahun 2019


diwilayah kerja UPTD Puskemas Lambndia sebanyak 28 orang penderita BTA
Positi dan Rontgen positif dengan cakupan 40,6%. Penemuan Kasus tertinggi
terdapat di Kel.penanggo Jaya sebanyak 4 orang. Untuk melihat Angka
kesembuhan ,Pengobatan Lengkap dan keberhasilan Pengobatan Tuberclosis
dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 20
Angka Kesembuhan,Kasus Tuberclosis
Diwilayah kerja UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

Keberha
Jumlah Angka Pengoba silan Meningg
NO Desa/ Kel Penderit Kesem tan Pengoba al
a TB buhan Lengkap tan
1 POMBUREA 2 2 2 2 0
2 WONUAMBUTEO 2 2 2 2 0
3 LALOLERA 3 2 3 3 0
4 LAMBANDIA 3 2 3 2 1
5 PENANGGOOSI 1 1 1 1 0
6 PENANGGOOTU 1 1 1 1 0
7 PENANGGO JAYA 4 1 4 4 0
8 ATOLANU 2 1 2 2 0
9 LERE JAYA 2 2 2 2 0
10 INOTU 2 2 2 2 0
11 LOWA 0 0 0 0 0
12 MONDOKE 1 0 1 1 0
13 MOKUPA 1 1 1 1 0
14 ONEMANU 1 0 1 1 0
15 BOU 3 2 3 3 0
JUMLAH 28 19 28 27 1
Sumber : Laporan Tahunan Program P2 TB UPTD Puskemas Lambandia Tahun 2019

44
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa penderita TB diwilaya kerja UPTD

Puskesmas Lambandia adalah 28 Orang,dari data tersebut dapat dilihat angka

kesembuhan sebanyak 19 orang .

b. Angka Kesakitan penyakit ISPA

Berikut ini adalah jumlah kunjungan penderita ISPA di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Lambandia Tahun 2019 sesuai dengan target pencapaian dan
realisasinya dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 21

Jumlah Kunjungan Penderita ISPA Di wilayah Kerja

UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

Jumlah
NO Desa/ Kel Ket
Kunjungan
1 POMBUREA 42
2 WONUAMBUTEO 84
3 LALOLERA 40
4 LAMBANDIA 52
5 PENANGGOOSI 36
6 PENANGGOOTU 37
7 PENANGGO JAYA 156
8 ATOLANU 24
9 LERE JAYA 36
10 INOTU 13
11 LOWA 20
12 MONDOKE 23
13 MOKUPA 34
14 ONEMANU 31
15 BOU 30
JUMLAH 658
Sumber : Laporan Tahunan Program P2 Ispa UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

Pada Tabel diatas dapat diketahui di wilayah kerja UPTD Puskesmas Lambandia

pada tahun 2019 didapatkan jumlah kunjungan penderita ISPA sebanyak 658

orang, dengan jumlah kunjungan tertinggi berasal dari Kelurahan Penanggo

Jaya dan terendah dari desa Inotu.

c. Angka Kesakitan Penyakit Diare

Tujuan P2 Diare ini adalah untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan

diare bersama program dan sektor terkait dengan sasaran semua umur,

menurunkan angka kematian diare dan menurunkan episode kejadian diare.

45
Berikut ini dapat dilihat jumlah penderita dan Cakupan Pengobatan penderita

diare di wilayah kerja UPTD Puskesmas Lambandia pada tabel dibawah ini:

Tabel 22
Cakupan Pengobatan Penderita Diare
Di wilayah Kerja UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019
d.
MINUM %
NO DESA/ KEL KUNJUNGAN
ORALIT CAKUPAN
1 POMBUREA 11 11 100
2 WONUAMBUTEO 20 20 100
3 LALOLERA 4 4 100
4 LAMBANDIA 9 9 100
5 PENANGGOOSI 21 21 100
6 PENANGGOOTU 3 3 100
7 PENANGGO JAYA 28 28 100
8 ATOLANU 21 21 100
9 LERE JAYA 14 14 100
10 INOTU 18 18 100
11 LOWA 23 23 100
12 MONDOKE 10 10 100
13 MOKUPA 27 27 100
14 ONEMANU 10 10 100
15 BOU 14 14 100

JUMLAH 233 233 100

Sumber : Laporan Tahunan Program P2 Diare UPTD Puskemas Lambandia Tahun 2019

Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2019 jumlah penderita

diare di wilayah kerja UPTD Puskesmas Lambandia sebanyak 233 orang dan

yang diobati 233 orang ( cakupan 100%),

e. Angka Kesakitan Penyakit Kusta

1) Indikator
a.) Angka Prevalensi : < 1/10.000 pddk
b.) Proporsi Penderita Kusta Anak : < 5 %
c.) Proporsi Cacat Tingkat - 2 : < 5 %

Meskipun Indonesia telah mencapai eliminasi pada pertengahan tahun 2000,

penyakit kusta masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di

Wilayah kerja UPTD Puskesmas Lambandia. Berikut ini cakupan penemuan

penderita kusta di wilayah kerja UPTD Puskesmas Lambandia tahun 2019 dapat

dilihat pada tabel dibawah ini:

46
Tabel 23

Cakupan Penemuan Penderita Kusta Di Wilayah Kerja

Pusksemas Lambandia Tahun 2019

JUMLAH KATEGO
RI KUSTA YANG CAPAIA
NO BULAN PENDERIT
DIOBATI N%
A KUSTA PB MB
1 POMBUREA 0 0 0 0 100
2 WONUAMBUTEO 0 0 0 0 0
3 LALOLERA 0 0 0 0 0
4 LAMBANDIA 0 0 0 0 0
5 PENANGGOOSI 0 0 0 0 0
6 PENANGGOOTU 0 0 0 0 0
7 PENANGGO 0 0 0 0 0
8 JAYA 0 0 0 0 0
9 ATOLANU 1 0 1 1 100
10 LERE JAYA 0 0 0 0 0
11 INOTU 0 0 0 0 0
12 LOWA 0 0 0 0 0
13 MONDOKE 0 0 0 0 0
14 MOKUPA 0 0 0 0 0
15 ONEMANU 0 0 0 0 0
BOU

JUMLAH 1 0 1 1 100

Sumber : Laporan Tahunan Program P2 Kusta UPTD Pusksesmas Lambandia Tahun 2019

Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah penemuan penderita kusta di

wilayah kerja UPTD Puskesmas Lambandia tahun 2019 berasal dari Desa Lere

Jaya dengan kategori kusta Multi Basiler (MB)/ Kusta Basah sebanyak 1 orang,

yang diobati sebanyak 1 orang (cakupan 100%).

f. Angka Kesakitan Penyakit HIV/AIDS

Penyakit AIDS sampai saat ini masih merupakan penyakit dengan jumlah kasus

yang masih tinggi dan menjadi epidemic selama 20 tahun. Menghadapi

percepatan penambahan kasus baru HIV perlu dilakukan akselerasi program

penanggulangan AIDS. Bersamaan dengan itu, akan dibangun sistem

penanggulangan AIDS jangka panjang yang mencakup program pencegahan,

perawatan, dukungan dan pengobatan. Secara umum program penanggulangan

AIDS terdiri dari pengembangan kebijakan, program pencegahan, program

47
perawatan, dukungan dan pengobatan. Implementasi program penanggulangan
AIDS yang efektif memerlukan dukungan kebijakan, kejelasan strategi
operasional dan panduan teknis. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk
mendukung implementasi program adalah sebagai berikut:

 Penelaahan dan pengembangan kebijakan untuk mendukung beberapa


intervensi pokok untuk penanggulangan AIDS, antara lain kebijakan
pemakaian kondom 100%, kebijakan penanganan yang menyangkut
perawatan, dukungan dan pengobatan
 Fasilitasi untuk pengembangan kebijakan dan kesepakatan pada tingkat

provinsi dan kabupaten/kota dalam bentuk peraturan daerah untuk

mendukung implementasi program penanggulangan AIDS

 Penelaahan panduan teknis untuk intervensi yang spesifik, antara lain

panduan teknis untuk Voluntary Conseling and Testing (VCT), panduan teknis

program pencapaian target Universal Akses

 Pengembangan kebijakan dan strategi untuk meningkatkan pencapaian

MDG’s

Berikut ini adalah Distribusi Penderita HIV/AIDS di wilayah Kerja UPTD

Puskesmas Lambandia Tahun 2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 24
Distribusi Penderita HIV/ AIDS Per Desa di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Lambandia Tahun 2019

JUMLAH PENDERITA
NO DESA/KEL KET
HIV/ AIDS
1 POMBUREA 0
2 WONUAMBUTEO 0
3 LALOLERA 0
4 LAMBANDIA 0
5 PENANGGOOSI 0
6 PENANGGOOTU 0
7 PENANGGO JAYA 0
8 ATOLANU 0
9 LERE JAYA 0
10 INOTU 0
11 LOWA 0
12 MONDOKE 0
13 MOKUPA 0
14 ONEMANU 0
15 BOU 0
JUMLAH 0
Sumber : Laporan Tahunan Program P2 HIV/ AIDS UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

48
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa distribusi HIV/AIDS di wilayah kerja

UPTD Puskesmas Lambandia tahun 2019 tidak ditemukan adanya kasus

HIV/AIDS.

3. Penyakit Menular bersumber vektor dan Binatang

Tabel dibawah ini menjelaskan pencapaian angka kesakitan beberapa penyakit

menular bersumber vektor dan binatang, yaitu angka kesakitan Ppenyakit

DBD, angka kesakitan Malaria, angka kesakitan penyakit filariasis dan angka

kesakitan kasus gigitan anjing tersangka rabies dengan hasil sebagai berikut :

a. Angka Kesakitan Penyakit DBD

Program DBD bertujuan untuk menghentikan dan mencegah penularan

penyakit dari penderita ke orang sehat melalui pemberantasan vector, nyamuk

Aedes aegypti. Penduduk yang menjadi sasaran program termasuk individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat terutama yang tinggal di daerah endemis

dan lingkungan tempat pemukiman baik yang ada di dalam dan di luar rumah

agar bebas dari tempat perkembangan Aedes aegypti.

Tabel 25
Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue ( DBD )
Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

TOTAL Jumlah
No Desa/ Kel
P M Penduduk Ket
1 POMBUREA 0 0 1.040
2 WONUAMBUTEO 0 0 2.434
3 LALOLERA 0 0 874
4 LAMBANDIA 0 0 1.735
5 PENANGGOOSI 4 0 1.921
6 PENANGGOOTU 0 0 823
7 PENANGGO 0 0 4.543
8 JAYA 0 0 1.149
9 ATOLANU 0 0 1.272
10 LERE JAYA 0 0 516
11 INOTU 0 0 1.215
12 LOWA 0 0 964
13 MONDOKE 0 0 1.926
14 MOKUPA 0 0 1.054
15 ONEMANU 1 0 2.518
BOU
JUMLAH 5 0 23.984
Sumber : Laporan Tahunan Program P2 DBD UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

49
Dari tabel tabel diatas dapat diketahui tahun 2019, jumlah kasus di Demam
Berdarah Dengue (DBD) diwilayah kerja UPTD Puskesmas lambandia sebanyak
5 orang yang terdistribusi di Desa Penanggoosi 4 orang dan Desa Bou 1 orang.
Kasus Demam Berdarah di Kecamatan Lambandia terjadi karena beberapa
kemungkinan penyebab yakni tingkat mobilisasi penduduk yang cukup tinggi
yang datang atau yang keluar dari Kecamatan Lambandia, kondisi perumahan
yang padat, kesadaran masyarakat dalam hal menjaga kebersihan lingkungan
dalam rangka upaya pencegahan penyakit demam berdarah belum maksimal,
atau budaya 3 M menguras menimbun dan menutup belum berjalan dengan
baik.

b. Angka Kesakitan Penyakit Malaria

Malaria merupakan salah satu penyakit prioritas sampai saat ini masih menjadi
ancaman di Indonesia dengan Angka Kesakitan dan Kematian tinggi serta sering
menimbulkan KLB dengan tujuan program pemberantasan dan pencegahan
penyakit malaria ini adalah untuk meningkatkan kemampuan setiap orang dan
kepedulian masyarakat untuk mengatasi masalah malaria, terciptanya
lingkungan yang bebas dari penularan malaria serta terselenggaranya upaya
pemberantasan malaria. Berikut ini Jumlah Penderita Malaria Tahun 2019
dapat dilihat pada tebel dibawah ini:

Tabel 26
Penderita Malaria Klinis Di wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

JUMLAH
PENDERIT YANG
NO BULAN CAPAIAN %
A DIOBATI
MALARIA
1 POMBUREA 0 0 0
2 WONUAMBUTEO 0 0 0
3 LALOLERA 0 0 0
4 LAMBANDIA 0 0 0
5 PENANGGOOSI 0 0 0
6 PENANGGOOTU 0 0 0
7 PENANGGO JAYA 7 7 100
8 ATOLANU 0 0 0
9 LERE JAYA 0 0 0
10 INOTU 0 0 0
11 LOWA 0 0 0
12 MONDOKE 0 0 0
13 MOKUPA 0 0 0
14 ONEMANU 0 0 0
15 BOU 0 0 0

JUMLAH 7 7 100

Sumber : Laporan Tahunan Program P2 Malaria UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

50
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah penemuan penderita malaria di

wilayah kerja UPTD Puskesmas Lambandia tahun 2019 di kelurahan Penaggo

Jaya sebanyak 7 orang, yang diobati sebanyak 7 orang (cakupan 100%). Kasus

malaria di Kecamatan Lambandia terjadi karena beberapa kemungkinan

penyebab yakni tingkat mobilisasi penduduk yang cukup tinggi yang datang

atau yang keluar dari Kecamatan Lambandia terutama yang merantau ke daerah

endemis papua, kondisi perumahan yang padat serta kesadaran masyarakat

dalam hal menjaga kebersihan lingkungan.

c. Angka Kesakitan Filariasis

Tujuan dari Program P2 Filariasis ini adalah Meningkatkan kepedulian dan

kemampuan masyarakat untuk mengatasi masalah filaria sehingga terbebas dari

penularan filaria dilingkungannya dan terjaminnya pelayanan kesehatan yang

terjangkau dan bermutu dan berkualitas untuk eliminasi filariasis 2020 dengan

cakupan programnya adalah sebagai berikut : Mikrofilaria Rate (Mf Rate) < 1%,

Cakupan pengobatan massal > 85%, Kasus filaria yang ditangani 90%. Berikut

ini adalah Jumlah Penderita Filaria tahun 2019 dapat di lihat pada Tabel berikut

ini

Tabel 27
Jumlah Kasus FilariasisDi Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Lambandia
Tahun 2019

JUMLAH PENDERITA
NO NAMA DESA/KEL KET
FILARIASIS
1 POMBUREA 0
2 WONUAMBUTEO 0
3 LALOLERA 0
4 LAMBANDIA 0
5 PENANGGOOSI 0
6 PENANGGOOTU 0
7 PENANGGO JAYA 0
8 ATOLANU 0
9 LERE JAYA 0
10 INOTU 0
11 LOWA 0
12 MONDOKE 0
13 MOKUPA 0
14 ONEMANU 0
15 BOU 0
JUMLAH 0
Sumber : Laporan Tahunan Program P2 Filariasis UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

51
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah kasus Filariasis di wilayah kerja

UPTD Puskesmas Lambandia tahun 2019 tidak ditemukan adanya kasus

filariasis. Akan tetapi karena Kabupaten Kolaka Timur merupakan

Kabupaten/Kota yang masuk kategori dari endemis filariasis sesuai dengan

indikator program yaitu di atas 1 (satu) %. Untuk itu perlu ditindaklanjut

kegiatan berupa kegiatan pengobatan massal selama satu tahun satu kali

selama 5 tahun dengan satuan pengobatan 1 (satu) Kabupaten. Cakupan

Pengobatan Massal Filaria Tahun 2019 di wilayah kerja UPTD Puskesmas

lambandia dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

Tabel 28
Cakupan Pengobatan Massal Filaria Per Desa di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Lambandia Tahun 2019
d.

NO NAMA DESA/KEL SASARAN REALISASI CAKUPAN (%)

1 POMBUREA 873 788 90


2 WONUAMBUTEO 1708 1589 93
3 LALOLERA 602 600 100
4 LAMBANDIA 1219 1121 92
5 PENANGGOOSI 1360 1268 93
6 PENANGGOOTU 655 605 92
7 PENANGGO JAYA 2685 2157 80
8 ATOLANU 820 744 91
9 LERE JAYA 1009 988 98
10 INOTU 346 322 93
11 LOWA 750 715 95
12 MONDOKE 598 578 97
13 MOKUPA 1300 1118 86
14 ONEMANU 771 709 92
15 BOU 1602 1471 92
JUMLAH 16298 14773 91
Sumber : Laporan Tahunan Program P2 Filariasis UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa cakupan pengobatan massal filaria di

wilayah kerja UPTD Puskesmas Lambandia tahun 2019 dengan jumlah sasaran

16.298, terealisasi 14.773 dengan cakupan 91%.

Diharapkan dengan cakupan pengobatan diatas 85 % setiap tahun selama 5

tahun berturut- turut dapat mengeliminasi penyakit filariasis sehingga angka

mikro filaria rate menjadi dibawah 1 % dan tidak ada lagi transmisi penularan

penyakit filaria.

52
e. Kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies

Cara pencegahan Rabies pada manusia adalah: Bila seseorang digigit hewan

tersangka rabies atau menderita rabies, tindakan pertama adalah “mencuci luka

gigitan secepatnya dengan sabun atau detergen selama 10-15 menit”. Kemudian

luka dicuci dengan Alkohol 70% atau Yodium tintura. Setelah itu segera ke

puskesmas atau rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut.

Di Puskesmas (yang ditunjuk sebagai Rabies Center ) akan diberikan vaksin

anti rabies sesuai dengan kondisi lukanya. Adapun tujuan dari P2 Rabies adalah

Meningkatkan pemahaman, kemampuan dan peran serta masyarakat serta

pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau dalam mencegah penyakit

rabies pada manusia dan hewan untuk mencapai Indonesia bebas rabies dengan

Indikator Program P2 Rabies adalah sebagai berikut :

a. Penanganan kasus gigitan berdasarkan protap tatalaksana kasus: 100%

b. Pemberian VAR minimal 60% dari jumlah kasus

c. Kematian karena Rabies mendekati 0%

Berikut ini adalah cakupan progam P2 Rabies di wilayah kerja UPTD Puskesmas

Lambandia tahun 2019 dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 29
Cakupan Program P2 Rabies Di wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Lambandia Tahun 2019

YANG
NO BULAN JUMLAH KASUS CAPAIAN %
DIOBATI
1 JANUARI 1 1 100
2 FEBRUARI 0 0 0
3 MARET 3 3 100
4 APRIL 4 4 100
5 MEI 2 2 100
6 JUNI 1 1 100
7 JULI 0 0 0
8 AGUSTUS 0 0 0
9 SEPTEMBER 2 2 100
10 OKTOBER 0 0 0
11 NOVEMBER 0 0 0
12 DESEMBER 4 4 100
JUMLAH 13 13 100
Sumber : Laporan Tahunan Program P2 Rabies UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

53
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah penemuan kasus rabies di

wilayah kerja UPTD Puskesmas Lambandia tahun 2019 sebanyak 13 orang,

yang diobati sebanyak 13 orang (cakupan 100%). Hal ini antara lain disebabkan

jumlah populasi hewan yang cukup banyak dan adanya budaya memelihara

hewan untuk membantu dalam hal kegiatan berkebun.

5. Penyakit Tidak Menular

a. Hipertensi

Berikut ini pelayanan kesehatan penderita Hipertensi yang mendapatkan

pelayanan kesehatan di wilayah Kerja UPTD Puskesmas Lambandia tahun 2019,

dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 30
Penderita Hipertensi yang mendapatkan Pelayanan Kesehatan
Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Lambandia
Tahun 2019

No Nama Desa/ Kel Sasaran Kunjungan Capaian %


1 POMBUREA 347 320 92,2
2 WONUAMBUTEO 480 445 92,7
3 LALOLERA 163 132 81,0
4 LAMBANDIA 552 496 89,9
5 PENANGGOOSI 322 292 90,7
6 PENANGGOOTU 223 192 86,1
7 PENANGGO JAYA 1.780 1.562 87,8
8 ATOLANU 348 295 84,8
9 LERE JAYA 302 274 90,8
10 INOTU 160 139 86,9
11 LOWA 224 201 89,7
12 MONDOKE 177 154 87,1
13 MOKUPA 350 311 88,9
14 ONEMANU 225 201 89,3
15 BOU 532 462 86,8
JUMLAH 6.185 5.476 88,5
Sumber : Laporan Tahunan Program PTM UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah cakupan Penderita Hipertensi

yang mendapatkan pelayanan kesehatan di wilayah kerja UPTD Puskesmas

Lambandia dengan jumlah sasaran 6.185 orang, yang diperiksa sebanyak 5.476

orang, cakupan 88,5%.

b. Diabetes Melitus

54
Berikut ini pelayanan kesehatan penderita Diabetes Melitus yang mendapatkan

pelayanan kesehatan di wilayah Kerja UPTD Puskesmas Lambandia tahun 2019,

dapat dilihat dari tabel berikut ini.

Tabel 31
Penderita Diabetes Melitus (DM) yang mendapatkan Pelayanan Kesehatan Di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Lambandia
Tahun 2019
No Nama Desa/ Kel Sasaran Kunjungan Capaian %
1 POMBUREA 10 8 80,0
2 WONUAMBUTEO 22 21 95,5
3 LALOLERA 6 5 89,7
4 LAMBANDIA 14 12 85,7
5 PENANGGOOSI 18 17 94,4
6 PENANGGOOTU 8 6 75,0
7 PENANGGO 46 41 89,1
8 JAYA 10 9 90,0
9 ATOLANU 10 8 80,0
10 LERE JAYA 4 3 75,0
11 INOTU 10 8 80,0
12 LOWA 8 7 89,7
13 MONDOKE 16 15 93,8
14 MOKUPA 10 9 89,7
15 ONEMANU 22 22 100,0
BOU
JUMLAH 214 192 89,7
Sumber : Laporan Tahunan Program PTM UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah cakupan Penderita Diabetes

Melitus yang mendapatkan pelayanan kesehatan di wilayah kerja UPTD

Puskesmas Lambandia dengan jumlah sasaran 214 orang, yang diperiksa

sebanyak 192 orang, cakupan 89,7%.

6. Pola Penyakit Utama

Pola penyakit terbesar di Puskesms lambandia memberi gambaran adanya

beban ganda, dimana penyakit menular belum dapat di tekan sementara

penyakit tidak mmenular sudah mulai meningka. Hal ini memberikan

gambaran bahwa faktor yang mempengaruhi derajat

kesehatan masyarakat di kecamatan lambandia adalah faktor lingkungan,

perilaku dan genetik. Adapaun distribusi 10 penyakit terbanyak di

Puskesmas Lambandia dapat dilihat pada grafik berikut ini:

55
Grafik
Distribuisi 10 Besar Penyakit
UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

Pneumonia 26
Hipotensi 71
Asma Bronhial 85
Diare 237
Remathoid Athritis 273
Demam Typhoid 288
Dermatitis Alergi 365
Hipertensi 542
ISPA 689
Gastritis 836
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Lambandia Tahun 2019

Jika dilihat pada tabel diatas, pada tahun 2019 jenis penyakit yang terbanyak
adalah penyakit Gastritis sebanyak 836 kasus, sedangkan jenis penyakit yang
terendah adalah penyakit pneumonia sebanyak 26 kasus.

7. Pencapaian Sasaran Program UKP Tahun 2019

a. Pasien Rawat Inap Puskesmas Kecamatan Lambandia

Kunjungan Pasien di ruang Rawat Inap Puskesmas Kecamatan Lambandia


Tahun 2019 dapat di lihat pada tabel grafik dibawah ini :

Grafik 20
Distribusi Kunjungan Pasien Rawat Inap Di Puskesmas Kecamatan
Lambandia Tahun 2019

Sumber : Laporan Tahunan Program Pelayanan Kesehatan Rujukan Tahun 2019

56
Tabel diatas menunjukkan bahwa kunjungan pasien di ruang rawat inap

Puskesmas se Kecamatan Lambandia sejak Januari sampai Desember 2019

terbanyak adalah Pasien dengan status JKN yaitu 368 Kunjungan.

Sedangkan Pasien Dengan tanpa JKN atau Umum adalah sebanyak 138

kunjungan.

b. Kunjungan Pasien di ruang Rawat Jalan Puskesmas Lambandia

Kunjungan Pasien di ruang Rawat Jalan Puskesmas Kecamatan Lambandia


Tahun 2007 sampai Tahun 2019 dapat di lihat pada tabel grafik dibawah ini
:

Grafik 21
Distribusi Kunjungan Pasien Rawat Jalan Di Puskesmas Kecamatan
Lambandia Tahun 2019

Sumber : Laporan Tahunan Program Pelayanan Kesehatan Rujukan Tahun 2019

Tabel diatas menunjukkan bahwa kunjungan pasien di ruang rawat Jalan

Puskesmas se Kecamatan Lambandia sejak Januari sampai Desember 2019

terbanyak adalah Pasien dengan status JKN yaitu 5621 Kunjungan.

Sedangkan Pasien Dengan tanpa JKN atau Umum adalah sebanyak 934

kunjungan.

57
BAB VII
KESEHATAN LINGKUNGAN

A. Pembinaan Kesehatan Lingkungan

Peningkatan kesehatan lingkungan perumahan dan pemukiman perlu

diselenggarakan untuk dapat mewujudkan mutu lingkungan perumahan dan

pemukiman yang sehat yaitu keadaan lingkungan yang bebas dari resiko

pencemaran yang dapat membahayakan kesehatan maupun juga keselamatan

kesehatan manusia.

Dalam upaya menciptakan lingkungan perumahan dan pemukiman yang sehat

dalam melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan adalah

penyehatan perumahan dan pemukiman harus ditingkatkan dengan

melakukan pengawasan terhadap sumber-sumber pencemaran yang dapat

menimbulkan dampak terhadap lingkungan yang pada akhirnya dapat

menimbulkan gangguan kesehatan. Pencapaian kegiatan pengawasan dan

penyehatan lingkungan perumahan di wilayah kerja UPTD Puskesmas

lambandia tahun 2019 adalah sebagai berikut:

1. Rumah Sehat

Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat

kesehatan, yaitu bangunan yang memiliki sarana sanitasi dasar antara

lain : jamban yang sehat sarana air bersih, tempat pembungan sampah,

sarana pembungan air limbah , ventilasi rumah yang baik, kepadatan

hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari

tanah. Adapun jumlah presentase rumah sehat yang ada di wilayah kerja

UPTD Puskesmas lambandia dapat dilihat pada tabel berikut ini :

58
Tabel 32
Jumlah dan Persentase KK yang Memiliki Rumah Sehat
Di wilayah Kerja UPTD Puskesmas LambandiaTahun 2019

JUMLAH
RUMAH
RUMAH RUMAH
No DESA/ KEL MEMENU %
YG DIPERIKS
HI
TERDAFTAR A
SYARAT
1 POMBUREA 215 215 215 100
2 WONUAMBUTEO 469 267 267 100
3 LALOLERA 148 129 129 100
4 LAMBANDIA 298 213 213 100
5 PENANGGOOSI 337 223 223 100
6 PENANGGOOTU 198 113 113 100
7 PENANGGO JAYA 884 631 631 100
8 ATOLANU 229 186 186 100
9 LERE JAYA 206 143 143 100
10 INOTU 87 87 87 100
11 LOWA 212 189 189 100
12 MONDOKE 178 165 165 100
13 MOKUPA 392 269 269 100
14 ONEMANU 190 190 190 100
15 BOU 447 407 407 100

TOTAL 4490 3427 3427 100

Sumber : Laporan Tahunan Program Kesling UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

2. Pengawasan tempat pembuangan kotoran (JAGA)

Sarana pembuangan kotoran (Jaga) adalah merupakan tempat pembuangan

kotoran manusia yang terdiri dari berbagai macam bentuk atau model yang

digunakan oleh masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan. Upaya

yang dilakukan agar mencegah terjadinya penyakit yang berbasis lingkungan

salah satunya adalah melakukan pengawasan terhadap sarana pembuangan

kotoran/jamban keluarga agar tetap memenuhi syarat kesehatan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan rumah di Kecamatan lambandia sampai akhir

tahun 2019 dari jumlah rumah yang terdaftar sebanyak 4490 rumah yang

memiliki jamban keluarga (Jaga) sebanyak 3427 rumah (100 %), dari jumlah

rumah yang diperiksa dan memiliki jamban tersebut yang memenuhi syara

kesehatan sebanyak 3427 rumah (100 %), lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel berikut.

59
Tabel 33
Jumlah dan Persentase Rumah yang MenggunakanJamban Keluarga (JAGA) Di
wilayah Kerja UPTD Puskesmas LambandiaTahun 2019

JUMLAH
RUMAH RUMAH JAGA
No DESA/ KEL
YG DGN JAGA MEMENUHI %
TERDAFTAR DIPERIKSA SYARAT
1 POMBUREA 215 215 215 100
2 WONUAMBUTEO 469 267 267 100
3 LALOLERA 148 129 129 100
4 LAMBANDIA 298 213 213 100
5 PENANGGOOSI 337 223 223 100
6 PENANGGOOTU 198 113 113 100
7 PENANGGO JAYA 884 631 631 100
8 ATOLANU 229 186 186 100
9 LERE JAYA 206 143 143 100
10 INOTU 87 87 87 100
11 LOWA 212 189 189 100
12 MONDOKE 178 165 165 100
13 MOKUPA 392 269 269 100
14 ONEMANU 190 190 190 100
15 BOU 447 407 407 100
JUMLAH 4490 3427 3427 100
Sumber : Laporan Tahunan Program Kesling UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

Jika dilihat berdasarkan tabel diatas, nampak bahwa di Kel. Penanggo Jaya

dengan jumlah rumah yang terdaftar sebesar 884 hanya 631 yang mempunyai

jamban keluarga memenuhi syarat kesehatan kemudian disusul Desa Bou, hal

ini disebabkan sebagian masyarakat atau keluarga masih membuang hajad di

aliran sungai atau dikebun-kebun terlihat dari rumah yang diperiksa rata-rata

tidak mempunyai jamban keluarga.

3. Pengawasan sarana pembuangan air limbah (SPAL)

Secara umum air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah

tangga, industri dan tempat-tempat umum lainya yang biasa mengandung

bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan terhadap kesehatan

manusia serta dapat mengganggu kelestarian lingkungan. Air limbah dapat

dipengaruhi oleh tingkat kehidupan masyarakat, semakin tinggi tingkat sosial

masyarakat semakin beragam pula air limbah yang dihasilkan olehnya itu

maka pengawasan terhadap air limbah harus di tingkatkan secara terus

menerus.

60
Untuk meningkatkan kondisi lingkungan perumahan dan pemukiman yang

memenuhi syarat kesehatan sangat erat kaitannya dengan kegiatan

pengawasan sarana pembuangan air limbah (SPAL) rumah tangga. Pengawasan

sarana pembuangan air limbah (SPAL) di wilayah kerja UPTD Puskesmas

Lambandia dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 34

Jumlah dan Persentase Rumah yang Menggunakan SPAL Kecamatan


Lambandia Tahun 2019

JUMLAH
RUMAH RUMAH SPAL
DESA/ KEL YG DGN SPAL MEMENU %
TERDAFT DIPERIKS HI
AR A SYARAT
1 POMBUREA 215 215 206 96
2 WONUAMBUTEO 469 267 267 100
3 LALOLERA 148 129 124 96
4 LAMBANDIA 298 213 200 94
5 PENANGGOOSI 337 223 219 98
6 PENANGGOOTU 198 113 113 100
7 PENANGGO JAYA 884 631 609 97
8 ATOLANU 229 186 186 100
9 LERE JAYA 206 143 143 100
10 INOTU 87 87 87 100
11 LOWA 212 189 189 100
12 MONDOKE 178 165 162 98
13 MOKUPA 392 269 269 100
14 ONEMANU 190 190 184 97
15 BOU 447 407 407 100
JUMLAH 4490 3427 3365 98
Sumber : Laporan Tahunan Program Kesling UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa cakupan penggunaan sarana

pembunagan air limbah di wilayah kerja UPTD puskesmas Lambandia sebesar

98 persen.

4. Pengawasan Tempat Pembuangan Sampah Rumah Tangga

Sampah tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia oleh karena itu adanya

sampah pada umumnya sebagai akibat dari kegiatan manusia itu sendiri.

Permasalahan sampah timbul sejalan dengan tingkat perkembangan dan

kemajuan di bidang teknologi disamping itu juga produksi sampah terus

61
meningkat seiring dengan perkembangan penduduk. Sampah yang tidak atau

kurang pengelolaannya akan menimbulkan dampak negatif baik langsung

maupun tidak langsung, dan dari segi estetika sampah dapat menimbulkan bau

yang tidak enak dan akibatnya dapat menimbulkan gangguan kesehatan.

Dari hasil pemeriksaan rumah di Kecamatan Lambandia dari jumlah rumah

yang terdaftar sebanyak 4490, yang diperiksa dan mempunyai tempat

pembuangan sampah sementara sebanyak 3427 rumah dan yang memenuhi

syarat sebanyak 3427. dan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 35
Pengawasan Tempat Pembuangan Sampah Sementara
Kecamatan Lambandia Tahun 2019

JUMLAH
RUMAH RUMAH TPS
No KAB/KOTA YG DGN TPS MEMENU %
TERDAFTA DIPERIK HI
R SA SYARAT
1 POMBUREA 215 215 215 100
2 WONUAMBUTEO 469 267 267 100
3 LALOLERA 148 129 129 100
4 LAMBANDIA 298 213 213 100
5 PENANGGOOSI 337 223 223 100
6 PENANGGOOTU 198 113 113 100
7 PENANGGO JAYA 884 631 631 100
8 ATOLANU 229 186 186 100
9 LERE JAYA 206 143 143 100
10 INOTU 87 87 87 100
11 LOWA 212 189 189 100
12 MONDOKE 178 165 165 100
13 MOKUPA 392 269 269 100
14 ONEMANU 190 190 190 100
15 BOU 447 407 407 100

TOTAL 4490 3427 3427 100

Sumber : Laporan Tahunan Program Kesling UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2009

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa dari 3427 jumlah rumah yang

diperiksa, secara keseluruhan (100 %) masuk dalam Kategori TPS yang

memenuhi syarat .

62
5. Penyehatan Air

Untuk mengetahui tingkat resiko pencemaran sarana air bersih yang


digunakan masyarakat sebagai sumber air minum di Propinsi Sulawesi
Tenggara sampai akhir tahun 2009 baik perkotaan maupun di pedesaan, maka
telah dilaksanakan kegiatan inspeksi sanitasi sarana air bersih (SAB). Untuk
mengetahui tingkat resiko pencemaran dari berbagai jenis sarana air bersih
yang digunakan masyarakat sebagai sumber air minum baik tingkat resiko
pencemaranya Rendah, Sedang, Tinggi maupun Amat Tinggi sehingga
memudahkan dalam melakukan perbaikan baik fisik sarana maupun kualitas
sarana air bersih tersebut. inspeksi sanitasi ini merupakan elemen pokok
dalam pengawasan dan perbaikan kualitas air.

Hasil kegiatan surveilans dalam rangka inspeksi sanitasi sarana air bersih

sampai akhir tahun 2019 jumlah sarana air bersih yang diinspeksi sanitasi

sebanyak 3.173 sarana (93 %) dari jumlah sarana air bersih yang ada sebanyak

3.422 sarana. lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 37
Cakupan Pemeriksaan Sanitasi SAB
Kecamatan Lambandia Tahun 2019

JUMLAH SAB % %
Rumah Rumah Memenuhi Diperiksa Memenuhi
No Desa/Kelurahan tangga yang syarat syarat
terdaftar diperiksa
SAB
1 POMBUREA 194 194 194 100 100.0
2 WONUAMBUTEO 396 315 315 80 100.0
3 LALOLERA 98 86 85 88 98.8
4 LAMBANDIA 169 169 169 100 100.0
5 PENANGGOOSI 248 211 208 85 98.6
6 PENANGGOOTU 100.0
84 84 84 100
7 PENANGGO JAYA 793 564 564 71 100.0
8 ATOLANU 172 142 142 83 100.0
9 LERE JAYA 188 180 180 96 100.0
10 INOTU 53 53 53 100 100.0
11 LOWA 164 163 159 99 97.5
12 MONDOKE 329 292 292 89 100.0
13 MOKUPA 93 311 311 334 100.0
14 ONEMANU 153 121 121 79 100.0
15 BOU 288 288 288 100 100.0
TOTAL 3422 3173 3165 93 99.75
Sumber : Laporan Tahunan Program Kesling UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2009

6. Tempat-tempat Umum (TTU) dan Tempat pengelolaan Makanan


(TPM)

63
Untuk memperkecil resiko resiko terjadinya penyakit atau gangguan

kesehatan akibat dari lingkungan yang tidak sehat, dilakukan berbagai

upaya peningkatan kualitas lingkungan, antara lain pembinaan kesehatan

lingkungan pada institusi dan tempat pengelolaan makanan yang dilakukan

secara berkala. Upaya yandilakukan mencakup pemantauan dan pemberian

rekomendasi terhadap aspek fasilitas sanitasi dasar.

Dari hasil pemantauan dan Inspeksi TTU di 14 desa dan 1 kelurahan

menunjukkan bahwa dari 94 TTU yang ada di Wilayah kerja UPTD Puskesms

TTU yang memenuhi syarat sebanyak 49 ( 53%). Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Grafik berikut ini:

Grafik 23
Cakupan TTU yang memenuhi syarat
UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2019

100 % 100 %
100
90 80 %
77 %
80
70
60
50 43

40
30
20 10 8 6 6
10 2 2 3

0
JASA BOGA R. MAKAN KANTIN SEKOLAH DAMIU

SASARAN MS %
Sumber : Laporan Tahunan Program Kesling UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2009

Sedangkan dari hasil pemantaun dan Inspeksi pada Tempat pengelolaan

makanan dan minuman di wilayah kerja Puskesmas Lambandia dengan

sasaran 61 TPM yang memenuhi syarat sebanyak 19 TPM (31%).untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Grafik dibawah ini :

Grafik 24
Cakupan TTU yang Memenuhi syarat
Puskesmas lambandia Tahun 2019

64
100 % 100 %
100
90 80 % 77 %
80
70
60
50 43
40
30
20 10 8
3 6 6
10 2 2
0
JASA BOGA R. MAKAN KANTIN SEKOLAH DAMIU

SASARAN MS %
Sumber : Laporan Tahunan Program Kesling UPTD Puskesmas Lambandia Tahun 2009

BAB VIII
PENUTUP

65
Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan pemantauan dan

evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari

penyelenggaraan pelayanan minimal dibidang kesehatan di Wilayah kerja UPTD

Puskesmas Lambandia adalah Profil Kesehatan

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa profil kesehatan UPTD Puskesmas

Lambandia ini pada intinya berisi berbagai data/informasi yang menggambarkan

situasi dan kondisi kesehatan masyarakat kecamatan lambandia.

Data dan Informasi dibidang kesehatan di Puskesmas Lambandia diperoleh melalui

Penyelenggaraan Sistem Informasi dengan sistem pencatatan dan Pelaporan

Puskesmas yang secara rutin dilaporkan oleh para Programer. Perlu disadari bahwa

Sistem Informasi kesehatan yang ada saat ini masih belum dapat memenuhi

kebutuhan data dan Informasi kesehatan secara optimal. Hal ini berimplikasi pada

kualitas data dan informasi yang disajikan dalam profil Puskesmas belum sesuai

dengan harapan. Namun demikian diharapkan Profil Puskesmas Tahun 2019 ini

dapat memberi gambaran secara garis besar dan menyeluruh tentang seberapa jauh

pencapaian indikator derajat kesehatan masyarakat, Capaian Standar Pelayanan

Minimal.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu

dalam pengumpulan data maupun informasi yang diperlukan dalam penyususnan

profil ini. Kritik dan saran yang membangun kami harapkan dari semua pihak demi

sempurnya penyusunan Profil Puskesmas Lambandia dimasa yang akan datang.

66

Anda mungkin juga menyukai