Oleh :
1. LATAR BELAKANG
Sampah merupakan permasalahan yang paling sering ditemukan di Indonesia
bahkan di seluruh negara di dunia. Sampai saat ini permasalahan sampah masih
menjadi topik yang serius karena pertumbuhan sampah dunia masih belum bisa
dikendalikan. Seperti yang kita ketahui, permasalahan sampah ini bisa
mengakibatkan efek negatif seperti mempercepat penularan penyakit, banjir akibat
penyumbatan saluran oleh sampah, pencemaran laut, hingga menurunnya nilai
pariwisata karena buruknya penanganan sampah.
Berdasarkan data laporan Kaza dkk. (2018), dunia menghasilkan 2,01 milyar ton
sampah padat setiap tahunnya dan 33% diantaranya tidak dikelola dengan cara
semestinya. Dalam laporan tersebut, setiap orang menghasilkan 0,11 – 4,54 kg
sampah perharinya dengan rata-rata 0,74 kg. Diperkirakan proyeksi produksi
sampah dunia pada tahun 2050 yaitu sebesar 3,40 milyar ton sampah pertahunnya.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Undang-undang (UU) Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah Tempat pemrosesan akhir adalah tempat untuk memroses dan
mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan
lingkungan. Dalam undang-undang tersebut tercantum bahwa Infrastruktur Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) menjadi salah satu solusi untuk pemrosesan sampah di
Indonesia. Adapun jenis sampah yang diatur dalam undang-undang tersebut
meliputi sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga, dan sampah
khusus. Dalam pasal 4 dijelaskan tujuan pengelolaan sampah yaitu untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan
sampah sebagai sumberdaya.
Menurut Kahfi (2017) Sampah dapat dijelaskan sebagai materi sisa yang tidak
diinginkan yang akhirnya dibuang setelah suatu proses selesai atau berakhir. Ini
menunjukkan bahwa sampah adalah konsep yang terkait dengan aktivitas manusia
dan merupakan hasil dari tindakan manusia.
Menurut Utami dkk (2021) Ekologi adalah cabang ilmu yang mengkaji interaksi
timbal balik antara organisme hidup atau makhluk hidup dengan lingkungannya.
Timbal balik ini bisa berdampak positif dan negatif. Bila perilaku organisme hidup
atau dalam kasus ini adalah manusia melakukan hal negatif terhadap lingkungan,
maka lingkungan juga akan berdampak buruk bagi kelangsungan manusia. Sebagai
contoh kasus yaitu perilaku masyarakat yang tidak mengabaikan pengolahan
sampah dengan benar, maka lingkungan juga akan memberikan timbal balik dengan
buruknya lingkungan yang berdampak pada menurunnya kualitas kehidupan
manusia. Maka dari itu, ekologi sangat perlu diperhatikan untuk menjaga
kelangsungan hidup manusia.
3. METODE
Data yang digunakan yaitu data sekunder berupa data jumlah penduduk Provinsi
Nusa Tenggara Barat tahun 2020 dari BPS dan juga data statistik infrastruktur dari
kementerian PUPR tahun 2022 sebagai acuan untuk mengetahui keberhasilan
indikator pembangunan ekologi. Data jumlah jumlah penduduk diperlukan untuk
menghitung volume timbulan sampah. Kemudian data penduduk tersebut
diproyeksikan hingga 2030 untuk mengetahui apakah kapasitas TPA yang sudah
terbangun memenuhi kapasitas timbulan sampah (saat ini atau/dan hingga 2030)
atau bahkan tidak memenuhi. Berdasarkan Badan Pusat Statistik NTB, laju
pertumbuhan di NTB yaitu di angka 1,63%. Adapun rumus untuk memproyeksikan
jumlah penduduk NTB yaitu sebagai berikut.
Pt = P0 (1 + r)t
keterangan :
Pt : Jumlah penduduk tahun perhitungan (Jiwa)
P0 : Jumlah penduduk tahun awal (Jiwa)
t : Jangka waktu perhitungan (Tahun)
r : Laju pertumbuhan penduduk (%)
Adapun rumus untuk menghitung luas area TPA sampah menurut Manurung &
Santoso (2019) yaitu sebagai berikut.
𝑉+𝑆𝐶
LTPA = 𝑇
keterangan :
LTPA : Luas Tempat Pemrosesan Akhir (m2)
LPenyangga : Luas Area Penyangga TPA (m2)
V : Volume Sampah (m3)
Sc : Soil Cover/Lapisan Tanah Penutup 15% dari Volume Sampah (m3)
T : Tinggi Timbunan Sampah dan Penutup (di Indonesia 10-15 m)
Dari data dan rumus di atas kita dapat mencari luas area TPA yang seharusnya
dibutuhkan berdasarkan jumlah penduduk di NTB. Lalu hasil luas area yang
didapatkan akan dibandingkan dengan total area TPA yang sudah di bangun di NTB
dengan merujuk pada data statistik infrastruktur PUPR.
10
Volume Volume
Penduduk
Sampah/Hari Sampah/Tahun
Tahun Jumlah (kg) (kg)
2020 5125622 2050248.80 543315932.00
2021 5209170 2083667.86 552171981.69
2022 5294079 2117631.64 561172384.99
2023 5380373 2152149.04 570319494.87
2024 5468073 2187229.07 579615702.63
2025 5557202 2222880.90 589063438.59
2026 5647785 2259113.86 598665172.64
2027 5739844 2295937.41 608423414.95
2028 5833403 2333361.19 618340716.61
2029 5928487 2371394.98 628419670.30
2030 6025122 2410048.72 638662910.92
Total 6488170820.19
Dari hasil proyeksi timbulan sampah dari 2020 hingga 2030 didapatkan total berat
sampah yaitu 6.488.170.820,19 kg. Selanjutnya angka ini dimasukkan dalam
asumsi yang telah dibuat. Berat jenis sampah tersebut dipadatkan menjadi 250
kg/m3. Maka volume yang didapatkan yaitu 6.488.170.820,19 kg × 250 kg/m3 =
25.952.683.28 m3. Lalu berikutnya dimasukkan dalam asumsi aktivitas pemulung
di TPA yang mengurangi volume sampah sebanyak 25% maka akan diperoleh
25.952.683,28 m3 - (25.952.683,28 m3×25%) = 19.464.512,46 m3.
Lalu hasil volume tersebut dipakai sebagai nilai volume sampah dalam perhitungan
kebutuhan luas area TPA beserta asumsi penyusutan tinggi timbunan sampah setiap
hari sebesar 0,002 m. Maka hasil yang didapatkan yaitu 101,19 ha untuk luas TPA
11
dan 25,3 ha untuk area penunjang TPA. Berarti luas total area TPA yang dibutuhkan
dalam jangka waktu hingga tahun 2030 yaitu 126,49 ha. Berdasarkan data dari
Informasi Statistik PUPR untuk infrastruktur TPA di Provinsi NTB, angka
perhitungan ini jelas memiliki selisih yang cukup jauh. Data dari PUPR yaitu
sebesar 20,5 ha untuk infrastruktur TPA yang sudah terbangun, sedangkan untuk
kebutuhan hingga tahun 2030 yaitu sebesar 126,49 ha.
Berikutnya untuk hasil perhitungan berat timbulan sampah dari 2020 hingga 2023
yaitu 2.226.979.793,55 kg. Volume yang didapat setelah memasukkan berat total
ke dalam perhitungan semua asumsi yaitu sebesar 6.680.939,38 m3. Maka luas TPA
yang seharusnya tersedia yaitu 34,73 ha dengan area penunjang seluas 8,68 ha.
Berarti luas total TPA beserta area penunjang yang dibutuhkan yaitu 43,42 ha.
Angka ini 2 kali lebih besar dibandingkan luas TPA yang tersedia di NTB. Hal ini
jelas mengindikasikan bahwa pembangunan ekologi di NTB mulai terganggu.
Dengan besarnya selisih ini maka pihak berwenang dalam hal ini PUPR perlu untuk
mempertimbangkan penambahan infrastruktur TPA ini agar tidak berdampak pada
buruknya ekologi.
Jika melihat volume timbulan sampah pada tahun 2023 saja, maka luas area TPA
yang dibutuhkan yaitu seluas 11,12 ha. Angka ini menunjukkan area TPA yang
tersedia hanya efektif untuk memproses timbulan sampah selama 1 hingga 2 tahun
saja. Bila hal ini dibiarkan saja, maka akan menimbulkan masalah yang serius bagi
sistem ekologi kedepannya. Perlu dilakukan tindakan serius dari stakeholder agar
masalah ini tidak membesar semakin lama. Perencanaan untuk pembangunan TPA
yang berkelanjutan sangat perlu dilakukan mengingat permasalahan sampah yang
berdampak pada buruknya ekologi menjadi permasalahan yang serius secara global.
12
5. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini diantaranya sebagai berikut.
1. Infrastruktur TPA sampah di NTB pada tahun 2030 setidaknya harus memiliki
luas 126,49 ha agar tidak berdampak buruk pada ekologi.
2. Infrastruktur TPA di NTB pada tahun 2023 sudah mengalami kelebihan
kapasitas dan seharusnya memiliki luas total 43,42 ha.
3. Kapasitas TPA di NTB pada tahun 2023 yaitu 20,5 ha hanya dapat
menampung timbulan sampah 1 hingga 2 tahun saja.
4. Pihak berwenang dalam hal ini PUPR hendaknya lebih memperhatikan
perencanaan infrastruktur TPA yang berkelanjutan agar tidak berdampak pada
buruknya ekologi.
13
6. DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat. (t.t.). Diambil 5 Oktober
2023, dari https://ntb.bps.go.id/indicator/12/286/1/jumlah-penduduk-
menurut-jenis-kelamin-dan-kabupaten-kota.html
Kaza, S., Bhada-Tata, P., & Van Woerden, F. (2018). ATLAS of Sustainable
Development Goals 2023. World Bank.
Kaza, S., Yao, L., Bhada-Tata, P., & Woerden, F. Van. (t.t.). WHAT A WASTE 2.0
A Global Snapshot of Solid Waste Management to 2050 OVERVIEW.
Utami, D. P., Melliani, D., Niman Maolana, F., Marliyanti, F., & Hidayat, A.
(2021). IKLIM ORGANISASI KELURAHAN DALAM PERSPEKTIF
EKOLOGI. Jurnal Inovasi Penelitian, 1(12), 2735–2742.
https://doi.org/10.47492/JIP.V1I12.536