Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam dunia pendidikan mahasiswa dituntut untuk mempelajari berbagai ilmu
pengetahuan dan teori. Untuk menambah pengalaman kerja dan ilmu
pengetahuan, maka diperlukanlah magang kerja. Selain menambah pengalaman,
mahasiswa juga dapat menerapkan apa yang mereka pelajari di ruang kelas ke
dunia rill, supaya mahasiswa lebih siap kerja setelah lulus nanti dan berguna bagi
karir masa depanya.
Magang kerja merupakan salah satu kegiatan mahasiswa sebagai salah satu
sarat utama untuk mengakhiri proses pendidikan.
Magang kerja dilaksanakan untuk memberiken sebuah pengalaman yang sngat
berharga bagi mahasiswa, untuk menambah Sumber Daya Manusia.
Berikut peraturan magang kerja menurut UUD 1945:
Masalah magang telah diatur dalam Undang Undang No. 13 tahun 2003
tentang ketenagakerjaan khususnya pasal 21-30 dan lebih spesifiknya diatur dalam
peraturan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi no. Per.22/Men/2009 tentang
penyelenggaraan pemagangan di Dalam Negeri.
Dalam peraturan Menteri tersebut pemagangan diartikan sebagai bagian dari
sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan di
lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung di bawah bimbingan dan
pengawasan instruktur atau pekerja yang lebih berpengalaman dalam proses
produksi barang dan jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai keterampilan
atau keahlian tertentu.
Magang merupakan bagian dari pelatihan kerja, biasanya magang dilakukan
oleh mahasiswa tingkat akhir, sebagai salah satu syarat utama untuk meyelesaikan
proses pendidikan. Sedangkan pelatihan kerja biasanya diikuti oleh pekerja yang
sudah menandatangani kontrak kerja dengan perusahaan dalam rangka untuk
pengembangan kompetensi kerja dan produktifitas karyawan.
1
Perusahaan wajib memberikan perjanjian kerja magang. Program magang
dilaksanakan atas dasar perjanjian tertulis yang telah disepakati bersama antara
peserta magang dengan perusahaan. magang tersebut harus diketahui dan
disahkan oleh dinas kabupaten/kota .
Perjanjian antara peserta magang dan perusahaan, sekurang-kurangnya harus
memuat:
 Hak dan kewajiban peserta magang dan perusahaan
 Pembiayaan
 Jangka waktu
 Jenis program dan bidang kejuruan
 Jumlah peserta magang
Apabila dalam perjanjian magang tidak tertera 5 poin seperti yang
disebutkan diatas, maka anda perlu meminta surat perjanjian tulis yang baru.
Masalah magang juga telah diatur dalam Undang-Undang No. 13 tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan khususnya pasal 21 – 30. Dan lebih spesifiknya
diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi no.
Per.22/Men/IX/2009 tentang Penyelenggaraan Pemagangan di Dalam Negeri.
Dalam Peraturan Menteri tersebut, Pemagangan diartikan sebagai bagian
dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan
di lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung di bawah bimbingan dan
pengawasan instruktur atau pekerja yang lebih berpengalaman dalam proses
produksi barang dan/atau jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai
keterampilan atau keahlian tertentu.

1.2. Tujan Magang


Dengan magang kerja ini mahasiswa diharapkan mampu menerapkan ilmu
yang didapat dibangku kuliah ke dunia kerja dan mendapatkan ilmu serta
pengalaman baru dalam dunia kerja. Magang kerja yang dilaksanakan oleh
Akademi Manajemen Informatika dan Komputer ini memiliki beberapa tujuan
diantaranya adalah:
2
1. Mengembangkan ilmu Administrasi yang diperoleh dibangku kuliah dan dapat
menerapkannya dalam dunia kerja atau ditempat magang.
2. Melatih mahasiswa menjadi manusia yang disiplin, bertanggung jawab dan
berfikir maju.
3. Mempersiapkan atau menambah Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.
4. Meningkatkan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki oleh masing-masing mahasiswa.
5. Meningkatkan pengetahuan dalam kerja baik dalam hal keilmuan maupun
pengalaman kerja yang sangat berharga.
6. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi dengan kalangan
masyarakat di perusahaan.
7. Sebagai gambaran dunia kerja yang nantinya akan dijalani.
8. Mahsasiswa mendapatkan tambahan ilmu dari pembimbimg magang yang lebih
berpengalaman.

1.3. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan


Untuk menambah pengalaman, maka dari itu diperlukan magang di
perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan atau PT.Perkebunan Nusantara
XII, yang terletak di Kotta Blater , kecamatan Tempurejo, kabupaten Jember,
Jawa Timur, yang dilaksaakan pada tanggal, 1 April-30 Juli 2018.
-

3
BAB 2
SEJARAH
2.1.Sejarah

Perkebunan Kotta Blater didirikan pada tahun 1891 oleh N.V. Cultuur
Onderneming di kawasan hutan Meru Betiri dengan nama N.V. Cultuur
Onderneming Blater dengan budidaya serat nanas yang memiliki konsensi dalam
bentuk Hak Guna Usaha seluas 2.783,40 Ha.
Setelah nasionalisasi perkebunan – perkebunan belanda pada tahun 1958
dengan melalui beberapa kali penggantian pengelola, dengan perkembangan
sebagai berikut :

 Tahun 1958 berubah menjadi kebun kotta Blater Unit Budidaya A


Surabaya, dengan budidaya serat nanas.
 Tahun 1960 PPN Antan XIII Jember dengan budidaya serat nanas.
 Tahun 1963 PPN serat Jakarta ( PP 27 / 1963 / Budidaya serat nanas)
 Tahun 1968 PN Perkebunan XXIII Surabaya dengan budidaya karet.
 Tahun 1973 PT Perkebunan XXIII Surabaya ( UU/NYA05/275/8 Berita
Negara No.3/1974/Budidaya Karet dan Kakao )
 Tahun 1996 penggabungan PTP XXIII,XXVI,XXIX menjadi PTP
Nusantara XII ( Persero ) sampai sekarang.

2.2.Ekologi

1.Letak Lahan

Kebun Kotta Blater adalah salah satu kebun PT Perkebunan Nusantara XII,
yang terletak pada :

Dusun : Kotta Blater

Desa : Curahnongko

Kecamatan : Tempurejo

4
Kabupaten : Jember

Provinsi : Jawa Timur

Dengan perbatasan :

Utara : Kali Mayang / Desa Wonosari

Barat : PT Perhutani.

Timur : PTP Nusantara XII, Kebun Kalisanen.

Selatan : Taman Nasional Meru Betiri

Jarak kebun dari kota kecamatan tempurejo 15 Km, dari kota kabupaten
Jember 35 Km. dari Surabaya 200 Km.

2. Topografi

Keadaan topografi Kebun Kotta Blater sebagian berbatu, berbukit – bukit,


sebagian terdapat curah/lembah sehingga rawan terjadi banjir ketika hujan.

3. Tanah dan Iklim

Kebun Kotta Blater memiliki jenis tanah tipe tanah alluvial keabu-abuan.
Iklim di PT. Perkebunan Nusantara XII tipe iklim D ke E. Tinggi permukaan
tanah Kebun Kotta Blater 25 meter dpl.

C. Luas Areal

PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun Kotta Blater memiliki luas areal
2783.4 Ha, terdiri dari 4 afdeling. Dari luas tersebut luas areal yang ditanami
dengan tanaman karet yaitu 833.03 Ha, pembibitan 5.81 Ha. Tanaman kakao
seluas 36 Ha, dan aneka kayu : 1000.32 Ha, lahan tebu : 165.74 Ha, lain lain :
458.64 Ha. Dengan ketentuan :

 TM Kakao : 24,00 Ha
 Jumlah Tan. Karet : 261,38 Ha
 Jumlah Kakao – Karet : 285,38 Ha
 Jumlah Tan. Horti : 276,14
4
 Pembibitan : 5,05 Ha
BAB 3
KAJIAN TEORI MAGANG KERJA

3.1. Proses penerimaan latex di Tempat Pengumpulan Hasil (TPH)


1. Penyaringan latex
2. Pengambilan sempel
3. Pendataaan
Tabel penerimaan latex di Tempat Pengumpulan Hasil (TPH)
NO Nama Nomor Bul Hasil Latex (L)
Penyadap
1 Doni 11 20
2 Firman 12 25
3 Agung 13 23
4 Febri 14 24
5 Ayuk 15 21
6 Firda 16 22
7 Saiful 17 23
8 Tika 18 24
9 Restu 19 26
10 Rohman 20 27
11 Hakim 21 28
12 Riko 22 21
13 Sofyan 23 30
14 Nanda 24 23
Keterangan :
 Latex diukur dengan ukuran yang sudah dikalibrasi oleh
pabrik.

 Isi bul apabila penuh, warna putih 27 liter, biru gelap 31


Liter, biru terang 35 liter.
3.2.Tata Cara Penerimaan Latex
Ruang Lingkup
Standard Operating Procedure ini meliputi seluruh langkah, cara, metode
dan tahapan-tahapan yang diperlakukan untuk melakukan proses pengolahan karet
RSS yang meliputi kegiatan pedoman dan tatcara proses pengolahan mulai dari
penerimaan bahan baku hingga karet RSS siap dikirim pada pembeli.
Referensi dan Dokumen Terkait
1. Referensi
 Standarisasi Nasional Indonesia (SNI 06-0001-1987)
 Standar perusahaan (Surat Edaran Direksi dan Vademicum)
2. Dokumen Terkait
 Surat Edaran Direksi Nomor 23/SE/69/1998 Tentang Penegasan
Standard Mutu dan Koreksi LPM
 Surat Edaran Direksi Nomor 23/SE/099/2002 tentang Uji Petik
karet
 Laporan Pengujian Mutu Kebun
Prosedur Pengolahan Karet
Prosedur ini mulai dari penerimaan bahan baku latex sampai contoh karet RSS 1,
analisa mutu sampai pembuatan laporan pengujian mutu.
1. Jenis Mutu Karet
Jenis mutu karet dibagi menjadi 2 (dua) klasifikasi sebagai berikut:
 Ribbed Smoked Sheet (RSS)
 Thin Brown Crepe (Th Br Cr)
Perbedaan terhadap klasifikasi di atas adalah proses pengeringan karet.
2. Pesiapan pengolahan
Prosedur persiapan mengatur tentang tata cara persiapan pengolahan kare
RSS sebelom latex diterima di pabrik.
3. Peralatan dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan untuk pengolahan karet RSS sebagai
berikut:
 Angkutan (truck untuk mengangkut hasil panen)
 Saringan 10 mesh

3.3.Tatacara Pelaksanaan Proses Pengolahan Latex


A. Ketentuan
Melaksanakan pembekuan lateks sesuai peraturan dan ketentuan PTPN
XII (persero) antara lain: SNI 06-0001-1987, Vademikum, SE Direksi dan Memo
Manajer Kebun.
B. Definisi / singkatan
1. Lateks : Getah pohon karet
2. Bowl : Tempat/wadah penyimpan lateks
3. Lump : Getah tanah yang mengalami pra-kogulasi
4. KKK : Kadar karet kering
5. FP : Faktor pengering

C.Penerimaan
 Latex yang diterima harus langsung diolah dengan dialirkan ke bak
penerimaan disaring dengan menggunakan saringan ukuran 20
mesh dan apabila saringan tersumbat tidak diperkenannkan
digosok-gosok agar kotoran tidak terikut untuk itu disiapkan
saringan pengganti atau cadangan.
 Latex yang diterima diukur K3 dengan menggunakan gilingan
contoh, agar hasil uji dijamin ketelitiannya, canting pengambilan
contoh harus ditera atau dicek benar 100 cc.
 Penentuan faktor pengering dapat dilakukan dalam waktu 7 hari
sekali untuk memperkecil selisih antara antara taksiran dan
realisasi K3
 Limbah karet agar selalu cermati dan harus disalurkan ke IPAL
tidak di perkenankan dibuang ke sungai.
 Semakin besar air yang dipakai maka semakin besar limbah yang
dihasilkan, untuk itu perlu dilakukan effisiensi pemakaian air
pengolahan dengan cara memakai semprotan air, sehingga alat
yang terkena latex tidak tidak diglontor air minum cukup
disemprot saja.
 Air pengolahan harus dijamin kebersihannya yaitu dengan
melakukan pengendapan dan dalam pemakaian disaring dari blako
yang selalu diganti bila kotor siapkan cadangannya.

D.Pembekuan
 Latex dari bak penerimann dialirkan ke bak pembekuan disaring
dengan menggunakan saringan ukuran 40-60 mesh dan bila
saringan tersumbat tidak perkenannkan digosok-gosok, siapkan
saring pengganti.
 Sebelum diisi latex, bak harus bak harus diisi air sesuai latex yang
tersedia, siapkan table pengencerran latex.
 Pengeringan asam semut harus sesuai dengan standar konsentrasi
2%, siapkan tabel pengenceran asam semut, cara penuangan
dengan sistem gembor dan dilakukan berlawanan arah pengadukan
agar campuran homogen.
 Petugas 1 mengisi bak pembeku dengan air pengencer latex,
melalui saringan 80 – 120 mesh yang dilapisi kain blaco, jumlah
air yang dibutuhkan menurut perhitungan yang dibutuhkan oleh
mandor sesuai daftar tabel pengencer latex yang telah disediakan
diruang pengolahan.
 Petugas 2 mengalirkan dari tangki atau bak menerima lewat talang
melalaui saringan 30/40 meshdengan memperhatikn keadaan latex,
jumlah latex daam pembekuan ditetapkan sesuai dengan daftar
tabel pengenceran latex.
3.4. Penggilingan Karet
A. Ketentuan
Melaksanakan penggilingan karet sesuai peraturan dan ketentuan PTPN
XII (persero) antara lain: SNI 06-0001-1987, Vademikum, SE Direksi dan Memo
Manajer kebun.
B. Definisi/Singkatan
1. Koagulum : Koagulu latex hasil pembekuan
2. Sheet : Lembaran hasil proses penggilingan
3. Glantang : Batang bamboo tempat menggantung sheet
C. Persiapan Alat Alat Kerja
1. Talang penyalur koagulum/bekuan harus bersih dialiri air untu
melancarkan jalannya koagulum k sheet managel ( six in one/five in one )
2. Sheet mangel harus bersih, bebas dari karet, pelumas dan kotoran-
kotoran lainnya
3. Stelan rol-rol sheet mangel harus tepat, misalnya unntuk mangel jenis
five in one ukuran celah :
 Rol pertama 6,4 mm
 Rol kedua 3,2 mm
 Rol ketiga 1,3 mm
 Rol keempat 0,8 mm
 Rol kelima (Printer) 0,3 m

4.Menjaga kelancaran jalannya air pelincir pada masing-masing rol,


gunanya antara lain membersihkan lembaran sheet dari serum, mengurani
lengketnya lembaran sheet dan enurangi slip (gelincir).
5. Bak penerimaan pencucian sheet dari serum yang masih melekat
6. Sketmat/jangka sorong
7. Slang plastic yang digunakan unntuk pemersihan
8. Bolpen dan buku catatan
9. Petugas diwajibkan menggunakan alat pelindung diri sesuai kondisi dan
tahapan pekerjaan dilapangan
10. Masing-masing petugas wajib memastikan bahwa alat pelindung diri
telah dipakai baik dan benar.
11. Bila ada pelanggaran pemakaian APD maka Pengawas berhak
mencatat dan meluruskan pelanggaran yang terjadi
12. Bila pettugas lain (teman kerja) menemukan pelanggaran atas
pemakaian APD maka yang bersaangkutan berhak mengingatkan dan bila
diabaikan segera melaporkn kepada atasannya atau pengawas untuk
ditindak lanjuti.

Anda mungkin juga menyukai