Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDHULUAN

A. SEJARAH BERDIRINYA PERUSAHAAN


PT.Perkebunan Nusantara disingkat PTPN XIII adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
di dirikan pada tanggal 11 maret 1996 berdasarkan peraturan pemerintah (PP) No.18 Tahun
1996 dan akte notaries Harun Kamil, SH No.46 Tanggal 11 maret 1996 dan telah disahkah
oleh mentri kehakiman R.I melalui keputusan No. C2-8341.IIT.01.01. TII.96 serta tambahan
berita Negara R.I No.81, pada awal operasinya (maret s/d juli 1996) kantor direksi berpindah
semantara waktu kekantor PT.POS Indonesia dari tahun 1996 s/d 1998.

Kemudian setelah pembangunan gedung kantor Direksi yang baru selesai maka hingga
saat ini kantor Direksi PTPN XIII merupakan penggabungan dari Proyek pengenbangan 8 Eks
PTP yaitu kelapa sawit dan karet. Sedangkan pengembangan yang bersifat vertikal merupakan
strategi membangun Dome Stream Industri, dimana terdapat industri Frakinasi, Refinery,
Oleo kimia dan Industri pemanfaatan sisa olahan.

Dari sistem menajemen, daya upaya mewujudkan visinya PTPN XIII melakukan
Program Transformasi Bisnis (PTB) yang direncanakan sejak mei 2001. Salah satu produk
dari PTB adalah menejemen telah menetapkan Setrategi Initiatives (SI) yang merupakan
terobosan fundamentaldalam upaya meningkatkan pola kerja Konvesional (Business as
Ussual) menjadi perusahaan berbasis ilmu pengetahuan Standar kelas Dunia. Dalam proses
Transformasi Bisnis, Setrategi Initiatives menjadi penting karena sebagai pijakan untuk
melakukan lompatan bisnis dalam keseluruhan operasional perusahaan, PTPN XIII berkantor
pusat di Pontianak Kalimantan Barat, PTPN XIII memiliki lebih dari 15.000 orang karyawan
tersebut, PTPN XIII telah menunjukan kinerja yang konsisten.

1
B. STRUKTUR ORGANISASI

2
C. DENAH INSTANSI/INDUSTRI

3
BAB II
RUANG LINGKUP PRAKERIN

A.Tujuan prakerin
Tujuan Praktek Kerja Lapangan ini adalah:
1. Untuk mengetahui proses pemeliharaan tanaman karet yang baik.
2. Untuk mengetahui masalah–masalah yang ada dalam proses pemeliharaan
tanaman karet.

B.Sasaran kerja prakerin


Mengetahui semua tentang tanaman karet untuk membandingkan materi dan
praktek yang kami dapatkan disekolah dengan materi dan praktek yang kami
dapatkan di PT.Perkebunan Nusantara XIII Batulicin.

C.Tempat dan waktu


Prakerin/Praktek Kerja Industri dilakukan di PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA XIII
Kebun Batulicin/Pamukan Desa Karang Bintang, Kecamatan Karang Bintang,
Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. Pelaksanaan prakerin
dimulai dari tanggal 1 desember 2015 – 29 februari 2016.

4
D. Pendekatan , Metode dan Teknik

metode yang di gunakan dalm praktik kerja lapangan ini antara lain sebagai berikut
:
 Observasi, dengan mengadakan peninjauan kelapangan dengan cara melihat
langsung. Pelaksanaan kegiatan proses pemeliharaan tanaman karet atau
melalui pengamatan langsung ditempat kerja pada saat melakukan praktik
industri ( PI ).
 Wawancara yaitu dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada petugas
yang bersangkutan di lapangan.
 Pustaka, yaitu mempelajari atau belajar dari berbagai leteratur atau catatan
yang ada di instansi yang bersangkutan maupun dari luar sebagai pelengkap

5
BAB III
HASIL KERJA
A. Pembibitan
1. Okulasi

Okulasi adalah kegiatan vegetatife buatan dengan cara menempelkan


mata tunas dari batang atas kebatang bawah. Okulasi bertujuan untuk
menggabungkan sifat yang baik dari masing-masing tanaman sehingga
mendapatkan varietas yang baik.

Gambar

6
7
8
B.Perawatan Tanaman Belum Menghasilkan ( TBM )
1.Tanaman Belum Menghasilkan
1.1. Penyisipan
Batas waktu penyisipan dengan bibit polybag yang dapat ditolerir maksimum hingga
TBM II.
1. TBM I
Setiap pohon yang mati disetiap barisan tanaman disisip secara keseluruhan,
sehingga pada TBM I tidak diperkenankan adanya lobang kosong (hiaten).

2. TBM II
Apabila dalam 1 (satu) barisan tanaman terdapat 1 (satu) pohon yang mati, maka
penyisipan tanaman tidak perlu dilakukan (ditiadakan).

1.2. Penyiangan
1. Penyiangan jalur / piringan pohon
9
a. piringan pohon oada TBM 1 dengan diameter 1,25 – 1,5 meter harus bersih dari
gulma dilakukan secara manual baik di areal datar maupun diareal teras bersambung,
rotasi 12 kali setahun.
b. jalur / barisan pohon pada TBM II, III dan IV dengan lebar 1,5-2 meter harus 2 meter
bersih dari gulma dilakukan dengan cara kimia.penggunaan herbisida tergantung pada
jenis dan dominan gulma serta biaya, rotasi 4 (empat) kali setahun.

2. Penyiangan Gawangan
a. Dilakukan secara manual, gulma berkayu dicabut / didongkel
b. Apabila pertumbuhan gulma bisa ditelelir didalam gawangan pengendalian dilakukan
secara slashing (babat) setinggi ± 10 cm dari permukaan tanah.

3. Pengendalian lalang
Pengendalian dilakukan dengan wimping dengan rotasi 12 kali setahun.bahan
yang digunakan adalah glifosate dengan dosis 0,05-0,06 liter / ha

4. Penunasan/ wiwil
a. Penunasan dilaksanakan sampai ketinggian 2,75 meter.
b. Penunasan dilaksanakan1 bulan setelah penanaman dengan rotasi 12 kali setahun.
c. Tunasan samping segera dibuang agar tidak timbul benjolan pada kulit pohon.

4.Pengukuran Lilit Batang


a. pengukuran lilit batang dilakukan pada ketinggian 100 cm dari pertautan okulasi
(kaki gajah).
b. pada TBM IV dan V pengukuran lilit batang dilakukan 2(dua) kali setahun yaitu
pada bulan juni dan desember dengan cara pemberian tanda totol.

5.Inventaris pohon

10
Inventaris pohon berdasarkan blok 400 x 400 meter = 16 ha, hasil inventasi
Dibukukan pada buku inventasi sendiri.

6.Seleksi pohon
Untuk memperoleh tanaman karet dengan pertumbuhan optimal dan homogen:
a. Dilaksanakan pada TBM taahun terakhir menjelang matang sadap sesuai kondisi
masing-masing kebun.
b. penjarangan tidak boleh menimbulkan areal kosong/hiaten
c. pohon yang di bongkar adalah pohon yang terserang hama/ peyakit yang tidak bisa
diharapkan lagi : pohon patah/ rusak karena angin, pohon kerdil ( non valuer )

3.1 Menurunkan Mucuna Pada Tanaman Karet

Melakukan penurunan mucuna/kacangan pada tanaman karet , Bertujuan agar pertumbuhan


tanaman karet tidak terhambat dan batang karet tumbuh dengan baik.

C.Tanaman Menghasilkan ( TM )

11
Mengukur ketinggian dari kaki gajah pohon karet

12
Mengukur pohon karet dengan diameter 45 cm

3.2 Menggambar Bidang Sadap/Melakar

Menggambar bidang sadap/melakar bertujuan untuk mendapat kemiringan bidang sadap yang
tepat, agar para penyadap lebih mudah melakukan penyadapan dengan kemiringan 40 derajat

13
14
3.3 Menyadap

Sebelum dilakukan penyadapan harus diketahui kematangan pohon karet yang akan disadap.
Menentukan matang sadap berdasarkan umur tanaman dan lilit batang. Pohon karet dikatakan
sudah matang sadap apabila tanaman karet sudah berumur 3,5 – 6 tahun, namun demikian umur
tidak dapat dijadikan patokan baku karena pada umur yang sama besar batang karet sangat
bervariai tergantung dari pemeliharaan tanaman. Sedangkan menentukan kematangan pohon
karet yang umum dengan lilit batang 45 cm tebal kulit 7 mm.

15
3.5 Menotol
Menotol adalah membatasi pemakaian kulit selama satu bulan.

3.6 Mengoles/Stimulansia
Mengoles bertujuan untuk merangsang dan membuka pori pori karet agar karet lebih banyak
mengeluarkan latek/getah karet.

3.7 Jenis obat

16
17
18
C. Produksi
19
Mengeluarkan lump dari cetakan

Menimbang lump yang telah dikeluarkan dari

cetakan

Memasukan lump yang telah di timbang


kedalam truk

20
Menurunkan dan menimbang lump yang
telah di angkut dari TPH ke gudang
penyimpanan

D.Proses Pengolahan Lump di pabrik PT.NUSANTARA BATALICIN

D.1 Pabrik

21
A. Penerimaan LUMP Di Pabrik
 Lateks yang tiba di pabrik diukur volumenya
 Lateks yang akan diolah tidak mengalami prakoagulasi
 Selanjutnya dilakukan penentuan Kadar Karet Kering (Kkk)

Penurunan lump di pabrik

Menurunkan lump di pabrik PT.Nusantara Batulicin dan di timbang


sekaligus memotong bagian lump untuk mengetahui adanya serpihan
kulit kayu ( secrub ).

22
Mengumpulkan bokar

Bokar dikumpulkan dengan alat Bobcat.

Bokar yang sudah terkumpul

Bokar yang sudah terkumpul siap untuk diproses.

23
Belt conveyor 1

Bokar di naikkan ke Belt Conveyor untuk di masukkan kedalam


Blanding Tank1.

Slab cutter

Setelah itu bokar di angkat menggunakan Bucket dan di cacah dengan


Slab Cutter.

24
Blading tank 1

Bokar yang sudah di cacah di tampung kembali ke dalam Blanding Tank.

Bucket 1

Setelah di tampung di Blanding Tank bokar diangkat


menggunakan Bucket 1 untuk di proses selanjutnya.

25
Slab cutter 2

Setelah bokar diangkat menggunakan Bucket bokar di cacah


menggunakan Slab Cutter 2 agar lebih kecil

Pre bracker

Setelah di cacah dengan Pre Bracker bokar kembali di tampung di


blanding tank 2.

26
Bucket

Setelah di tampung di blanding tank 2 bokar di angkat menggunakan


bucket 2.

Waffre

Bokar yang telah diangkat menggunakan bucket 2 di cuci dengan


Waffre di blanding tank 3 dan di masukan ke dalam truck untuk di
timbang.

27
Ruang maturasi

Setelah di timbang bokar dimasukan ke dalam ruang maturasi untuk


dikeringkan selama 14 hari.

Screw conveyor

Setelah dikeringkan selama 14 hari bokar dinaikkan ke Screw


Conveyor lalu di angkut ke Slab Cutter 3 untuk di cacah.

28
Rotay water

Setelah bokar dicacah bokar ditampung di Rotary Water .

Bucket 3

Setelah ditampung di Rotary Water bokar diangkut menggunakan


Bucket 3 untuk dicacah lebih kecil.

29
Ekstunder

Setelah di cacah lebih kecil bokar di tampung di Blanding Tank 4 dan


di cuci.

30
worming box

Ball dimasukkan ke dalam Worming Box sebanyak 36 Ball dan di


lapisi dengan plastik dan dipindahkan.

Worming box

Worming box yang telah dipindahkan ditindih dengan besi berbeban


berat untuk dipress

31
SIR

Sir di kumpulkan di gudang penyimpanan sebelum di jual.

Gudang

Tempat penyimpanan dan pengambilan produk untuk dipasarkan


keluar kota hingga mengekspor keluar negeri.

32
HAMMER MILL ( untuk menggiring sempel ) sempel bokar penjual ( Rakyat dan bokar PTP )

33
Sempel yang sudah digiling atau di seragamkan proses saat menggiling

dengan ketebalan 1,6 ml

Timbangan Digital

Alat pemotong sempel untuk pengujian PRI Timbangan Digital

( PRI adalah pengujian SIR di PTNB untuk meneliti kualitas karet )

34
Wadah contoh untuk menguji PRI

CV. rabber

( contoh untuk menguji alat plastimeter

apakah sudah sesuai apa tidak untuk di gunakan ) Alat pengukur ketebalan sampel yang sudah

ditpiskan

35
PLastimeter ( untuk menguji kekenyalan karet ) kertas cigaret ( untuk pengujian PRI )

Bokar yang dibeli dari rakyat atau PTP untuk

Diambil sempel k3 Proses Penimbangan Bokar

36
Proses penggilingan bokar cravver
proses penimbangna dan pemotongan

bokar yang sudah di giling Bandela SIR yang siap di jual

37
BAB IV
38
FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT
A.Faktor Pendukung
1. Perumahan
2. Perkantoran
3. Sarana Transportasi

1. Perumahan
Perusahaan menyediakan perumahan bagi para pekerja tetap agar pekerja
bisa tinggal dengan gratis dan tanpa harus membayar.

2. Perkantoran
Perusahaan menyediakan kantor untuk melakukan kegiatan kegiatan yang
berhubungan dengan administrasi DLL.

3. Sarana Transportasi
Perusahaan menyediakan sarana transportasi bagi para pekerja agar pekerja
bisa lebih mudah melakukan pekerjaan di area yang lebih jauh.

B. Faktor Penghambat

39
1. Cuaca

2. Jarak

3. Jalan

1.Cuaca
Cuaca yang tidak menentu dapat menghambat pekerjaan para pekerja.

2. Jarak
Jarak yang jauh dapat menyebabkan pekerja dapat terlambat dalam bekerja .

3. Jalan
Jalan yang rusak dapat menghambat suatu perjalanan pekerja

C. Upaya penanggulangan
upaya penanggulangan dari kendala prakerin adalah menyiapkan segala sesuatu
terlebih dahulu sebelum melakukan kerja

40
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari praktek kerja lapangan di PT. Perkebunan Nusantara XIII
ini kami dapat mengetahui bagaimana cara manajemen budaya karet
dan berkat praktek ini kami bisa melakukan atau mempraktekan
kegiatan- kegiatan yang ada di perusahaan ini.
Dan PT. Perkebunan Nusantara XIII ini selain membudidaya kan
tanaman karet tapi juga dapat memberi pekerjaaan pada
masyarakat setempat khususnya daerah Karang Bintang.
Selain memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat,
PT. Perkebunan Nusantara XIII juga memberi ilmu kepada siswa
SMK khususnya jurusan Agribisnis Tanaman Perkebunan dan
Agribisnis Pembibitan Kultur Jaringan

B. SARAN
Dari hasil praktek kerja lapangan kami menyarankan sebagai berikut :
1. Kepada seluruh afdeling dan karyawan PT. Perkebunan Nusantara
XIII agar memperhatikan keselamatan kerja.
2. Disiplin kerja itu perlu perlu di itngkat kan baik tiap afdeling
maupun karyawan sehingga rencana kerja dapat berjalan.
3. Pada pelaksanaan PKL , sebaiknya bisa memberikan PKL sesuai
kebutuhan siiswa.
4. PT. Perkebunan Nusantara XIII harus memperhatikan keselamatan
siswa PKL baik masa sekarang maupun akan datang.

41
LAMPIRAN
LANDASAN TEORI
2.2 Morfologi Tanaman Karet
2.2.1 Benih
Tanaman karet diperbanyak secara generatif (dengan biji) dan vegetatif (menggunakan
klon). Benih karet menghasilkan daun yang berturut - turut, salah satu yang lebih rendah jatuh
sesuai umur mereka dan akar utama akan bertambah panjang. Sistem percabangan tergantung
pada klon karet yang berbeda. Biasanya tanaman karet mudah roboh karena angin.
2.2.2 Batang
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi
pohon dewasa mencapai 25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki
percabangan yang tinggi pada bagian atas.
Di beberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanaman agak miring ke arah
timur. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks.

2.2.3 Daun
Daun karet berselang-seling, tangkai daunnya panjang dan terdiri atas 3 anak daun yang
licin berkilat, tipis, berwarna hijau, panjang 3,5 - 30 cm. Helaian anak daun bertangkai pendek
dan berbentuk lonjong-oblong, pangkal sempit dan tegang, ujung runcing, sisi atas daun hijau tua
dan sisi bawah agak cerah, panjangnya 5 - 35 cm dan lebar 2,5 - 12,5 cm.
Daun karet terdiri atas tangkai utama sepanjang 3 – 20 cm dan tangkai anak daun sepanjang
3 – 10 cm dengan kelenjar di ujungnya. Setiap daun karet biasanya terdiri dari tiga anak daun
yang berbentuk elips memanjang dengan ujung runcing. Daun karet ini berwarna hijau san
menjadi kuning atau merah menjelang rontok. Seperti kebanyakan tanaman tropis, daun – daun
karet akan rontok pada puncak musim kemarau untuk mengurangi penguapan tanaman (Setiawan
& Andoko, 2005)

42
2.2.4 Buah
Pohon karet mulai menghasilkan buah pada usia ± 4 tahun. Setiap buah terdiri atas tiga atau
empat biji, yang jatuh ke tanah ketika buah matang dan pecah. Setiap tanaman karet
menghasilkan 800 biji (1,3 kg) dua kali setahun.
Buah karet dengan diameter 3 – 5 cm, terbentuk dari penyerbukan bunga karet dan
memiliki pembagian ruang yang jelas. Masing-masing ruang berbentuk setengah bola. Jumlah
ruang biasanya tiga, kadang-kadang sampai enam ruang. Setiap ruang terbentuk setengah bola.
Bila buah sudah masak, maka akan pecah dengan sendirinya menurut ruang-ruangannya dan
setiap pecahan akan tumbuh menjadi individu baru jika jatuh ketempat yang tepat.
2.2.5 Bunga
Bunga majemuk ini terdapat pada ujung ranting yang berdaun. Tiap-tiap karangan bunga
bercabang-cabang. Bunga betina tumbuh pada ujung cabang, sedangkan bunga jantan terdapat
pada seluruh bagian karangan bunga. Jumlah bunga jantan jauh lebih banyak daripada bunga
betina. Bunga berbentuk “lonceng” berwarna kuning. Ukuran bunga betina lebih besar daripada
bunga jantan. Apabila bunga betina terbuka, putik dengan tiga tangkai putik akan tampak. Bunga
jantan bila telah matang akan mengeluarkan tepung sari yang berwarna kuning. Bunga karet
mempunyai bau dan warna yang menarik dengan tepung sari dan putik yang agak lengket.

Bunga karet terdiri atas bunga jantan dan bunga. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng.
Pada ujungnya terdapat lima tajuk yang sempit. Panjang tenda 4 - 8 mm. Bunga betina berambut
vilt (keriting). Ukurannya lebih besar sedikit daripada bunga jantan dan mengandung bakal buah
yang beruang tiga. Kepala putik yang akan dibuahi dalam posisi duduk juga berjumlah tiga buah.
Bunga jantan mempunyai sepuluh benang sari yang tersusun menjadi suatu tiang. Kepala sari
terbagi dalam 2 karangan, tersusun satu lebih tinggi daripada yang lain. Paling ujung adalah
suatu bakal buah yang tidak tumbuh sempurna.

2.3 Syarat Tumbuh

43
2.3.1 Iklim
Tanaman karet tumbuh baik di dataran rendah. Yang ideal adalah pada tinggi 0 - 200 m dari
permukaan laut. Penyebaran perkebunan karet di Indonesia terbanyak adalah hingga tinggi 400
m dari permukaan laut. Tanaman karet tumbuh baik di daerah yang mempunyai curah hujan
2000 - 4000 mm per tahun. Tanaman karet dapat tumbuh pada suhu diantara 25° hingga 35° C.
Suhu terbaik adalah rata-rata 28° C.
Kelembaban nisbi (RH) yang sesuai untuk tanaman karet adalah rata-rata berkisar diantara 75
- 90 %. Angin yang bertiup kencang dapat mengakibatkan patah batang, cabang atau tumbang.
Lama penyinaran dan intensitas cahaya matahari sangat menentukan produktivitas tanaman. Di
daerah yang kurang hujan yang menjadi faktor pembatas adalah kurangnya air, sebaliknya di
daerah yang terlalu banyak hujan, cahaya matahari menjadi pembatas.
Daerah tropis yang baik ditanami karet mencakup luasan antara 15° Lintang Utara sampai
10° Lintang Selatan. Walaupun daerah itu panas, namun tetap menyimpan kelembaban yang
cukup. Suhu harian yang diinginkan tanaman karet rata-rata 25° - 30° C. Dalam sehari tanaman
karet membutuhkan sinar matahari dengan intensitas yang cukup, paling tinggi antara 5 – 7 jam.
Curah hujan tahunan yang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet tidak kurang dari 2000
mm. Optimal antara 2000 – 4000 mm/tahun, yakni pada ketinggian sampai 200 m di atas
permukaan laut. Untuk pertumbuhan karet yang baik memerlukan suhu antara 25° - 35° C,
dengan suhu optimal rata-rata 28° C.
Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Angin yang kencang pada musim-
musim tertentu dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman karet yang berasal dari klon - klon
yang peka terhadap angin kencang.

44
2.1 PEMBUKAAN LAHAN

Pembukaan lahan ( Land Clearing ) dimaksudkan agar lahan bersih dari sisa-sisa tumbuhan
hasil tebang, sehingga tidak menggangu dalam proses selanjutnya.

Kegiatan Pembukaan Lahan ini meliputi sebagai berikut :

1. Penebangan Pohon
2. Pendongkelan Akar kayu yang masih tertinggal
3. Pembabatan Semak Belukar
4. Penataan dan pembersihan lahan.

Setelah kegiatan Pembukaan Lahan ini selesai kita bisa melanjutkan kegiatan berikutnya yaitu
Menata blook-blok, Pembuatan Jalan Kebun dan Penataan saluran air.

 Penataan blok-blok nantinya untuk mengatur jenis/ kloon tanaman karet dan waktu
penanaman. Lahan kebun di petak-petak kedalam blok-blok dan disatukan dalam satu
hamparan untuk memudahkan kita mengatur penanaman.

 Pembuatan Jalan Kebun harus saling berkaitan antara blok satu dengan yang lainnya
supaya proses pengambilan produksi di kebun tidak terhambat, Jarak pikul tidak terlalu
jauh, dan Kontrol kebun lebih mudah. Lebar jalan bisa disesuaikan dengan kondisi
kebun.

 Penataan saluran air dibuat dengan. Luas penampang disesuaikan dengan curah hujan
pada satuan waktu tertentu, dan mempertimbangkan faktor peresapan dan penguapan.
Seluruh kelebihan air pada Filed Drain dialirkan pada parit-parit penampungan untuk
selanjutnya dialirkan ke saluran pembuangan (outlet drain).

Pembibitan

45
Pembibitan merupakan tempat penyiapan dan penyediaan bahan tanam (bibit), baik yang
berasal dari hasil perbanyakan generatif (benih) maupun vegetatif (klonal). Ada beberapa tahapan
dalam kegiatan pembibitan karet, yaitu mulai dari pengadaan biji, persemaian biji, persemaian
bibit rootstock, okulasi, pembuatan bibit polibag dan penanaman. Pembibitan sangat diperlukan
untuk penyiapan dan penyediaan bibit tanaman perkebunan untuk memenuhi kebutuhan areal
pertanaman dalam skala luas dan hanya satu kali dalam setiap satu siklus umur ekonomis
tanaman (20 – 25 tahun).

 Seleksi Biji

Benih yang digunakan berupa biji diperoleh dari kebun sendiri dan berasal dari
tanaman yang berumur lebih dari 10 tahun. Benih diperoleh pada saat musim biji yang
biasanya terjadi pada bulan Januari. Benih yang telah diperoleh harus diseleksi untuk
mendapat benih berkualitas

baik. Ada dua cara seleksi benih yang biasa digunakan adalah metode pantul, dimana biji
satu persatu dijatuhkan di atas alas yang keras, misal lantai, lembaran kayu. Biji yang
baik adalah biji yang memantul/melenting, sementara biji yang afkir adalah biji yang
menggulir ke samping dengan bunyi hampa.

 Persemaian Biji

Tujuan persemaian biji adalah untuk memperoleh bibit yang pertumbuhannya


seragam dengan cara seleksi dan mengelompokkan bibit yang tumbuh cepat dan baik
serta memisahkan bibit yang tumbuh lambat dan kurang baik. Sebelum dilakukan
persemaian, media persemaian (kimbed) harus dipersiapkan terlebih dahulu. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan kimbed, yaitu :

1. Buat bedengan dengan ukuran lebar 1,2 m, tinggi 0,2 m dan panjang disesuaikan
dengan kebutuhan.
2. Bedengan dibuat dengan mengarah timur barat.
3. Cangkul tanah di dalam ukuran bedengan tersebut sedalam 40-60 cm, bersihkan dari
sisa-sisa akar dan kotoran lainnya.
4. Permukaan tanah setelah dicangkul halus, dilapisi pasir halus setebal 5-10 cm.
5. Bedengan dibuat diberi atap/naungan miring arah utara selatan dengan tinggi di sebelah
utara 1,5 m dan sebelah selatan 1,2 m.
6. Naungan dibuat dari rumbia, daun kelapa atau plastik.

46
Setelah kimbed dapat digunakan, persemaian benih (pendederan) dapat segera
dilaksanakan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan selama persemaian biji, yaitu :

1. Jarak antar barisan biji 5 cm dan jarak antar biji dalam barisan 2 cm. Bila jumlah biji
yang dikecambahkan lebih banyak, penanaman biji pada kimbed dapat lebih rapat.

2. Letakkan biji dengan bagian “perut” yang lebih rata mengarah ke bawah di atas
permukaan pasir dan tekan sampai 3/4bagian biji terbenam.

3. Arah “mata” keluarnya lembaga mengarah ke satu arah.

Pemeliharaan kimbed dilakukan dengan melakukan penyiraman pagi dan sore.


Penyiraman pada pagi hari dilakukan pada pukul 06.00 - 09.00 WIB, sementara
penyiraman pada sore hari dilakukan pada pukul 15.00 - 18.00 WIB.

Biji akan tumbuh menjadi kecambah setelah 10-14 hari. Jika biji tumbuh lebih
dari 14 hari maka biji tersebut diafkir. Pemindahan ke lokasi pembibitan untuk batang
bawah sewaktu kecambah masih pendek dan sebelum membentuk daun (fase pancing).
Kecambah yang telah dicabut dari kimbed harus ditanam di pembibitan pada hari itu
juga.

 Persemaian Bibit (Main Nursery)

Persemaian bibit dilakukan adalah sebagai persemaian tempat pemeliharaan bibit sebagai
batang bawah yang akan diokulasi. Bibit dipelihara untuk beberapa bulan sampai tiba
saatnya untuk siap diokulasi. Sebelum pelaksanaan penanaman kecambah yang akan
dijadikan bibit batang bawah, lahan yang akan digunakan sebagai areal pembibitan harus
memenuhi beberapa syarat, yaitu:

1. Datar atau agak miring sedikit.


2. Dekat sumber air dan cukup subur.
3. Dekat areal rencana tanam untuk memudahkan pengangkutan.
4. Bebas sisa-sisa akar dan gulma.
5. Bebas penyakit akar.
6. Drainase baik.
7. Mudah untuk melakukan pengontrolan.

47
Setelah memperoleh lahan yang sesuai, perlu dilakukan beberapa persiapan lahan,
antara lain :

1. Pengolahan lahan dengan menggunakan menggunakan cangkul kasar dengan


kedalaman 60-70 cm dan berishkan lahan dari sisa-sisa akar, gulma dan kotoran lainnya.
2. Pengolahan lahan dengan cangkul halus untuk meratakan tanah dan membentuk petak-
petak.
3. Pembuatan terasan jika pembibitan dilakukan pada lahan miring
4. Pembuatan parit-parit untuk mengalirkan kelebihan air.
5. Pembuatan jalan setapak untuk keperluan kontrol dan pekerja.

Media tanah yang telah diratakan permukaannya dengan cangkul diberi tanda
lubang/jarak tanam dari ajir bambu ukuran pensil. Benih yang ditanam berada dalam fase
pancing dan harus dijaga akar tunggang dan bakal daun dari kerusakan. Jarak tanam yang
digunakan adalah 0 x 40 cm untuk okulasi coklat (brown budding)

Kegiatan pemeliharaan benih di areal pembibitan batang bawah sebagai berikut :

1. Penyiraman dilakukan pada awal bibit ditanam selama + 1 minggu, pemulshingan


dilakukan juga pada bibit yang baru ditanam, karena bibit yang baru ditanam sangat
rentan terhadap sinar matahari yang terlalu terik.
2. Penanaman bibit rootstock dilakukan saat awal – awal penanaman, penyulaman
dilakukan pada bibit yang mati, tumbuh tidak normal, hal ini dilakukan agar bibit
rootstock yang ditanam dapat memenuhi kebutuhan bibit untuk okulasi.
3. penyiangan dilakukan dengan cara manual yaitu menggunakan sabit, biasanya
penyiangan dilakukan sebelum dilakukan pemupukan, hal ini bertujuan untuk
mengoptimalkan unsur hara dari pemupukan pada bibit.
4. Pengendalian hama penyakit dilakukan dengan cara pemberian fungisida dan belerang.
Untuk pengendalian penyakit akar dilakukan dengan mengisolasi tanaman yang terserang
agar tidak menular pada tanaman lainnya dengan cara mencabut bibit dengan akar –
akarnya dan memberi belerang pada lubang bekas bibit.
5. Pemupukan bibit rootstock di Perkebunan Tugusari dilakukan 3 bulan sekali
menggunakan pupuk urea 8 gram, KCl 2 gram dan TSP 4 gram dosis per bibit.

48
 Okulasi

Okulsasi merupakan cara pembiakan vegetatif dengan tujuan meningkatkan sifat


tanaman agar lebih baik, sehingga produktivitas menjadi lebih tinggi dan lebih tahan
terhadap hama dan penyakit. Okulasi dilakukan di Perkebunan Bayah adalah Brown
Budding, yaitu okulasi pada batang yang sudah berwarna coklat dan berusia 9 – 12
bulan.

Untuk mendapatkan klon yang baik maka dalam pemilihan batang bawah dan
entres harus memenuhi beberapa kriteria. Kriteria batang bawah yang baik antara lain : 1)
berusia 9 – 12 bulan, 2)
memiliki lingkaran batang ± 4 cm,
3)daun tua dan tidak gundul.

Kriteria entres yang baik antara lain:


1)entres berasal dari tanaman yang jelas klonnya.
2) tidak terserang hama dan penyakit.
3)pertumbuhan tanaman lurus ke atas,.
4) mempunyai banyak mata tunas,
5) berdaun banyak dan agak tua, dan 6) kulit berwarna coklat, mudah dikelupas dan tidak
mudah patah.

Berikut langkah-langkah okulasi :

1. Membuat keretan/jendela pada batang bawah.


2. Membersihkan getah dari keretan/jendela

2.2 PEMELIHARAAN TBM DAN TM

Setelah penanaman tanaman karet selanjutnya ke tahap pemeliharaan, baik secara rutin
maupun secara berkala. Untuk pemeliharaan ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu:

A. Penyulaman

Bibit yang baruditanam selama tiga bulan pertama setelah tanam diamati terus-menerus.
Tanaman yang mati segera diganti.
Klon tanaman untuk penyulaman harus sama .
Penyulaman dilakukan sampai umur dua tahun.
Penyulaman setelah itu dapat berkurang atau terlambat pertumbuhan nya.

49
B. Pemotongan Tunas Palsu

Tunas palsu dibuang selama dua bulan pertama dengan rotasi 1 kali 2 minggu, sedangkan
tunas liar dibuang sampai tanaman mencapai ketinggia 1,80 meter.

C. Merangsang Percabangan

Bila tanaman sudah berumur 2 – 3 tahun dengan tinggi berkisar3,5 meter belum mempunyai
cabang perlu diadakan perangsang dengan cara:

Pengeringan batang (ring out)


Pembungkusan pucuk daun( leaf felding)
Penanggalan (tapping)

D. Pemupukan

Pemupukan dilakukan 2 kali setahun nya itu menjelang musim hujan dan akhir musim kemarau,
sebelumnya tanaman dibersihkan dulu dari rerumputan dibuat larikan melingkar selama – 10
cm. pemupukan pertama kurang lebih 10 cm dari pohon dan semakin besar di sesuaikan dengan
lingkar tajuk.

2.3 Mutasi dari TBM ke TM


Untuk mengetahui apakah tanaman sudah siap untuk di mutasi perlu dilakukan
pengukuran lilit batang. Untuk tanaman sel, okulasi telah siap disadap jika terdapat
minimal 60% pohon mempunyai lilit batang 45 cm pada ketinggian 1 meter diatas
pertautan ( kaki gajah).
Tinggi pembukaan sadap tanaman asal buka sadapan pertama pada bidang sadap pertama
maupun kedua pada 130 cm dari batas pertautan .
Arah dan sudut letak sadapan, arah penyadapan dari kiri atas ke kanan bawah dan
kemiringan sadapan 40 derajat.
Panjang irisan sadapan
Panjang irisan sadapan dianjurkan tidak melebihi setengah lingkaran batang.
Pengirisan dimulai dari garis vertical pada sebelah kanan pohon.

50
2.4 PRODUKSI

 Kegiatan penyadapan
Beraangkat kerja mulai pukul 04.00. apabila cuaca tidak normal tunggu perintah mandor
sadap / mandor 1 atau Sinder afdeling.
Penyadapan dimulai dari jalan tengah, doro pohon ke pohon dalam barisan dengan
mengikuti norma sadapan dan semua pohon harus siap disadap dengan tahapan.
Mengambil scrap dari bekas irisan yang bekas kemarin dan mengumpulkannya.
Membetulkan letak talang
Memperbaiki/ membuat alurbatas bagian depan dan belakang.
Menyadap kulit dengan di dahulukan sorongan .
Memasang mangkok.
Memperbaiki aliran lateks.

 Mengumpulkan produksi
Lateks dipungut pada hari itu juga pada waktu yang sudah ditentukan.
Lateks dipungut dari pohon pertama sadap sampai pohon terakhir.
Lump mangkok hasil sadapan hari ini harus dipungut pada sore hari.
Memungut lelesan lannjut apabila adaperlakuan stimula.
Mengangkut produksi ke TPH.
Menimbng hasil di TPH
Melaporkan srangan mouldy rot, BB dan pencurian.
Mencuci mangkok sadap.

PENYADAPAN
1.Pengertian Dasar
1.1 Kriteria Matang sadap
1.1.1.Umur 4,5- tahun tergantung jenis klon
1.1.2.Limit batang minimal 45 cm diukur 1 meter dari kaki gajah.
1.1.3.Jumlah pohon dengan lilit batang 45 cm = 60 % (ketebalan kulit perawan yang
ideal untuk disadap ± 7 mm, ketebalan kulit pulihan berumur 6-7 tahun minimal 7 mm).

51
1.1.4 Pada areal tanaman heterogen lilit batang yang berukuran 45 cm minimal 150
pohon per hektar.

Persiapan Panen:
Pemungutan hasil panen karet disebut penyadapan karet. Biasanya penyadapan
dilakukan pada saat pagi hari hingga pukul 07.30.
Hal tersebut dilakukan untuk menghindari terjadinya koagulasi pada lateks.
Pembuatan tempat penampungan hasil (TPH).
TPH dibuat untuk menampung hasil lateks dari kebun sebelum diangkut ke pabrik.
Satu TPH biasanya digunakan untuk menampung latek dari luasan areal sadap 20 sampai
30 hektar. Pada lokasi TPH disediakan bak/tangki penampung yang diletakan di atas,
sehingga lateks yang ditampung dapat langsung dimasukkan ke truk pengangkut.

Pembuatan jalan panen:


Pembuatan jalan panen biasanya dibuat pada saat pekerja hendak melakukan
penyadapan. Biasanya jalan panen di perkebunan hanya sederhana dan berupa jalan
setapak, sehingga yang dibutuhkan hanyalah parang atau sabit untuk memotong rumput
atau gulma yang mengganggu jalan yang akan dibuat.

Alat-alat panen.:
Alat-alat panen yang perlu dipersiapkan adalah pisau sadap, mangkok sadap, talang
sadap, ember dan pengasah pisau. Pisau sadap, ember dan pengasah pisau hanya
disediakan untuk masing-masing tenaga penyadap, sedangkan mangkok dan talang sadap
harus disediakan untuk setiap tanaman.

Kebutuhan tenaga panan:


Kebutuhan tenaga penyadap diperhitungkan dengan cara menghitung luas lahan yang
disadap per hari (tergantung frekuensi sadap yang digunakan). Pada umumnya luas yang
disadap per hari adalah 1/3 dari luas TM. Untuk kebutuhan tenaga penyadap dapat
dihitung dengan memperhatikan kemampuan seorang penyadap dalam melakukan

52
penyadapan dalam satu hari. Untuk lahan datar 1 orang penyadap mampu menyadap
seluas 1 hektar.

Kriteria matang sadap:


Kriteria matang sadap pada tanaman karet ditentukan oleh dua syarat yaitu, (1) lilit
batang (lingkar batang 1 meter di atas pertautan lebih besar dari 45 cm dan (2) 60% dari
populasi memenuhi syarat nomor 1. Biasanya masa ini akan dicapai setelah tanaman
berumur 5 tahun.

Hanca panen:
Hanca panen atau luas yang dipanen per hari sangat tergantung dari rotasi eksploitasi
yang digunakan. Pada umumnya tanaman karet disadap 3 hari sekali, sehingga luas panen
per hari kurang lebih 1/3 dari total luas tanaman menghasilkan (TM). Untuk lahan yang
datar, 1 orang penyadap mampu menyadap seluas 1 hektar.

Rotasi panen:

Lamanya rotasi panen dilakukan tergantung luasan hanca panen. Semakin luas hanca
panen, maka rotasi panen semakin lama. Rotasi panen juga tergantung pada berapa kali
dalam seminggu dilakukan penyadapan.

Aturan teknis panen:


Setiap penyadap biasanya sudah berada di kebun pada pukul 05.00 untuk melakukan
persiapan-persiapan seperti : pembagian lokasi sadap, pengecekan peralatan dan
pengecekan kehadiran tenaga penyadap. Setiap penyadap akan melakukan penyadapan
pada hancanya sendiri (setiap penyadap memiliki lokasi penyadapan masing-masing).
Penyadapan dilakukan dengan memotong kulit karet (setelah melepas lateks yang
membeku pada alur sadap) pada alur sadap yang telah ada serta memasang mangkok dan
pemberian anti koagulan (2 tetes) pada mangkok sadap. Anti koagulan ini berfungsi
untuk mencegah terjadinya pembekuan lateks sebelum sampai di pabrik. Setelah seluruh
hanca sadap di sadap (selesai pada pukul 07.30) maka lateks ditunggu mengalir hingga
pukul 11.00 dan selanjutnya lateks dikumpulkan di TPH. Pada setiap penyadap akan

53
dicatat volume lateks yang terkumpul pada hari itu dan akan digunakan sebagai salah satu
penentu besarnya upah yang akan diterima.

Pengangkutan Hasil Panen:


Setelah lateks hasil sadapan terkumpul seluruhnya, selanjutnya lateks dari tangki
penerimaan/pengumpulan yang berada di lokasi tempat pengumpulan hasil di kebun,
kemudian diangkut dengan tangki pengangkut ke pabrik. Tangki pengangkut ada yang
ditarik dengan traktor, dan ada pula yang terpasang pada truk-truk tangki. Dalam
pengangkutan lateks ke pabrik harus dijaga agar lateks tidak terlalu tergoncang dan
terlalu kepanasan karena dapat berakibat terjadinya prakoagulasi di dalam tangki. Dalam
keadaan tertentu, lateks dalam tangki tersebut perlu diberi obat anti koagulan.

Sarana angkutan:
Sarana angkutan yang digunakan untuk pengangkutan lateks dari kebun ke pabrik adalah
truk tangki dengan kapasitas biasanya antara 2.000 sampai 3.000 liter. Tangki dibuat dari
bahan alumunium dan dirancang sedemikian rupa sehingga mudah dipasang dan dilepas
dari alat penarik (truk/taktor) dan dengan mudah dibersihkan. Jumlah truck yang
diperlukan tergantung dari tingkat produksi lateks yang dihasilkan per hari. Sedapat
mungkin harus diusahakan semua lateks dapat diangkut ke pabrik pusat agar dapat
dilakukan pencampuran lateks dari semua bagian kebun dalam satu atau beberapa bak
pencampur di pabrik, sehingga dapat diharapkan hasil yang seragam. Jika keadaan tempat
memaksa untuk dilakukan koagulasi di kebun, jumlah lateks yang dikoagulasi sedapat
mungkin harus dibatasi.

Prasarana jalan:

Prasarana jalan yang digunakan untuk pengangkutan lateks dari kebun harus cukup baik.
Hal ini untuk menghindari terjadinya goncangan-goncangan selama pengangkutan yang
dapat meningkatkan proses prakoagulasi. Oleh karena itu TPH biasanya
diletakkan/berada di pinggir-pinggir jalan produksi.

PEMBERIAN STIMULAN

54
1.1 Pengertian Dasar

Penggunaan stimulan merupakan satu upaya untuk meraih produksi apabila tenaga kerja sulit didapat.
Stmuan yang dipergunakan adalah Ethrel 10 LS atau Cepha 10 LS dengan bahan aktif 10 % (2-Chloro-
Enthly-Phosponic-Acid/Ethephone).

Sebelum diaplikasikan stimulant Ethrel 10 LS atau Cepha 10 LS harus direncanakan dengan air terlebih
dahulu sesuai konsentrasi yang ditentukan. Jika diencerkan dengan air disebut Groove-Simulan-Aquades
(GEA) dan jika diencerkan dengan minyak sawit disebut Scrapping-Stimuan-Sawit (SES) serta bila
Diencerkan dengan grease disebut Shell-Otina-Compound (SOC).

1.2 Pembuatan Stimulan


3.1.1 Bahan
a. Ethephone 10 % (Ethrel 10 LS atau Chepa 10 LS)
b. Carrier air distilat, yaitu aquadest / air hujan yang ditamung langsung dan sudah disarig
dengan kain kassa bersih.
3.1.2 Alat-alat
a. Ember plastic besar atau drum stainless steel volume 50-100 liter.
b. Alat pengaduk yang digerakkan motor listrik (electromotor) dengan RPM 1.5000-3.000 atau
mixer dengan RPM minimal 1000 jika kebutuhan stimulan sedikit.
c. Gelas ukur volume 1 liter.
d. Ember berskala pada dindingnya.
e. Corong plastik.
f. Timbangan.

3.1.3 Cara pembuatan

a. Pembuatan stimulant GEA 2,0 %

- Masukkan 1 (satu) bagian stimulan 10 LS dan 4 (empat) bagian air kedalam ember besar
(pengaduk) kemudian diaduk dengan menggunakan motor listrik RPM 1.500 – 3.000 selama
10 – 15 menit

-Setelah diencerkan dimasukkan kedalam jerigen plastik yang tertutup dan diberi label
(catatan) tentang jumlah stimulan, waktu pencampuran dan persentase kandungan ethephone.
Wadah tempat stimulan harus bersih dan terbuat dari bahan plastik atau stainless steel.

b. Pembuatan Stimulan GEA 2,5 %

- Komposisi perbandingannya adalah 1 (satu) bagian stimulan 10 LS dan 3 bagian air.

-Cara pembuatan sama dengan Stimulan GEA 2,0 %

c. Pembuatan Stimulan GEA 3,0 %

- Komposisi perbandingannya adalah 1 (satu) bagian stimulan 10 LS dan 2,33 bagian air.

- Cara pembuatan sama dengan Stimulan GEA 2,0

55
d. pembuatan stimulan GEA 3,5

-komposisi perbandingannya adalah 1 (satu) bagian stimmulan 10 LS dan 1,86


bagian air.

-Cara pembuatan sama dengan Stimulan GEA 2,O%

56

Anda mungkin juga menyukai