Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Produksi kelapa sawit merupakan bagian penting dalam ekonomi Indonesia karena negara ini
merupakan produsen dan konsumen sawit terbesar di dunia. Indonesia memasok kurang lebih
separuh pasokan sawit di dunia. Luas kebun kelapa sawit di Indonesia mencapai 6 juta hektar
(dua kali luas Negara belgia). Pada tahun 2015, Indonesia berencana membangun 4 juta hektar
kebun untuk produksi bahan bakar bio yang bersumber dari minyak sawit. Per 2012, Indonesia
memproduksi 35 persen minyak sawit berkelanjutan tersertifikasi (CSPO) dunia.

Selain memenuhi kebutuhan pasar, Indonesia juga mulai merintis produksi biodiesel.
Tiongko dan India adalah pengimpor minyak sawit terbesar di dunia. Sepertiga minyak sawit
dunia di impor oleh dua Negara tersebut. Kelapa sawit di datangkan ke Indonesia oleh
pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam kebun rawa Bogor,
sementara sisa beningnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias dideli, Sumatra utara
pada 1870. Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati akibat refolusi
industry pertengahan abad ke 19. Dari sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa
sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka di kenal jenis sawit “Deli dura”.

Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai di usahakan dan dibudidayakan secara komersial
dengan printisnya di Hindia Belanda andrien hallet, seorang belgia, yang lalu di ikuti oleh
k.schadt. perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di pantai timur sumatera (Deli) dan Aceh.
Tepatnya di daerah Pulu Raja (Sumatera Utara) dan di sungai luput (Aceh) luas areal perkebunan
mencapai 5.123 ha. Pusat pemulian dan penangkaran kemudian didirikan di marihat (terkenal
sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-
1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di lading Tenmaran, Kuala
Selangor menggunakan benih dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman
kelapa sawit besar-besaran baru dimulai tahun 1910.
Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok utama minyak
sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang, produksi merosot hingga tinggal seperlima dari
angka tahun 1940.

Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil (buruh militer)
yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian di ambil alih Malaya (lalu
Malaysia).

Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan dengan
sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat
meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energy
alternatif.

Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di kebun Botani Bogor hingga sekarang masih
hidup, dengan ketinggian sekitar 12m, dan merupakan kelapa sawit tertua di Asia Tenggara yang
berasal dari Afrika.

Sejak 1964, produksi minyak sawit di Indonesia naik draktis dari 157.000 ton menjadi 33,5
juta ton pada tahun 2014. Minyak sawit mencakup 11% ekspor Indonesia dengan nilai $5,7
miliar. Sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia. Indonesia memperkirakan ekspornya
naik menjadi 40 juta ton pada tahun 2020. Jumlah produksi minyak sawit global menurut
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAQ) mencapai 50 juta ton pada tahun 2012, dua kali lipat
jumlah produksi tahun 2002. Kenaikan jumlah tersebut sesuai dengan kenaikan produksi minyak
sawit Indonesia pada periode waktu yang sama, dari 10,3 juta ton tahun 2012 menjadi 28,5 juta
ton tahun 2012.

Produksi minyak sawit bergantung pada hutan hujan Indonesia yang luasnya terbesar ketiga
di dunia setelah Amazon dan Kongo. Menurut gabungan pengusaha kelapa sawit Indonesia,
sepertiga produksi sawit di pegang oleh petani kecil dan sisanya oleh perusahaan multinasional.
Pohon kelapa sawit yang ditanam 25 tahun yang lalu memiliki tingkat produksi rata-rata 4 ton
minyak per hektar per tahun. Sejumlah produsen berencana menaikan jumlah tersebut dengan
memperkenalkan varietas kelapa sawit baru yang mampu melipatgandakan tingkat produksi per
hektar.
Provinsi Sumatera Selatan adalah salah satu penghasil kelapa sawit yang terbesar di
Indonesia dengan luas pertanaman mencapai 866.763 hektar dengan total produksi Tandan Buah
Segar (TBS) dihasilkan. Perkebunan kelapa sawit di Sumatera Selatan terbesar di beberapa
kabupaten dan kota. Kelapa sawit di Sumatera Selatan dengan total luas sekitar 867 ribu hektar
sebagai tanaman unggulan sebagai sumber pendapatan petani basis pertumbuhan ekonomi di
pedesaan, sumber pendapatan CPO, penyerap tenaga kerja.

Kegiatan magang merupakan kegiatan lapangan atau praktek kerja yang dilakukan secara
aktifdalam suatu prtusahaan atau instansi yang diikuti oleh mahasiswa peserta magang. Pihak
perusahaan atau instansi berhak untuk mendayagunakan mahasiswa peserta magang seoptimal
mungkin selama berkaitan dengan lingkup tugas magangnya. Dengan adanya program magang
ini diharapkan mahasiswa peserta magang dapat mengetahui tentang pengalaman dan terjun
langsung ke dunia kerja. Selain menjadi persyaratan kelulusan,magang dapat memperlihatkan
kepada mahasiswa peserta magang tentang dunia kerja yang sebenarnya dan penerapan
ilmu,teori-teori yang selama ini dipelajari dan didapat mahasiswa selama mengikuti perkuliahan
di Univeritas Muhammadiyah Palembang.

Dengan adanya program magang ini maka dapat menjadi pembelajaran yang baik bagi
mahasiswa apalagi ini merupakan praktek nyata dunia kerja,pengimplementasian dari teori yang
dipelajari.mahasiswa peserta magang harus tanggap menghadapi segala kemungkinan yang
mungkin terjadi dalam prosesnya.bagaimana menghadapi orang yang menjadi atasan
kita,bagaimana mengatasi setiap permasalahan yang muncul dan bagaimana pembawaan diri kita
agar kita dapat menjaga nama baik diri sendiri dan menjaga nama baik lembaga pendidikan
dalam hal ini Universitas Muhammadiyah Palembang.

B. Tujuan Praktik Kerja Lapangan / Magang

Memberikan kesempatan kepada mahasiswa peserta magang untuk memperoleh


pengalaman kerja sekaligus mempraktekkan konsep dan teori yang diperoleh selama masa
perkuliahan dalam kegiatan praktek di perusahaan atau instansi secara nyata

Untuk mengetahui lingkungan kerja yang sebenarnya dari suatu perusahaan atau instansi
Untuk mempersiapkan diri dan menumbuhkan minat dan kaitannya dengan penyusunan tugas
akhir

Untuk mengetahui proses kerja yang terdapat diperusahaan atau instansi,terutama di PT. Bumi
Khatulistiwa Mandiri
BAB III

TEKNIS PERSIAPAN PANEN

A. Alat panen

1 Alat

Dalam kegiatan panen Tanaman Kelapa Sawit, hal utama yang paling di butuhkan oleh
para pemanen yaitu: Alat kerja yang sering digunakan pada kegiatan panen adalah :
Alat Spesifikasi Penggunaan

Dodos kecil Lebar 8 cm Pada panen umur tanaman 3 -


4 tahun

Dodos besar Lebar 14 cm Panen pada umur tanaman 5 -


8 tahun

Tangkai dodos 1. Kayu keras (ulin) Dipasang pada lubang dodos


berbentuk bulat panjang 4 m,
diameter 4 - 5 cm.

2. Logam alumunium yang


dirancang khusus untuk
tangkai dodos

3. pipa galvanis diameter 1


inc

Angkong Ban dari karet mati dengan Mengeluarkan buah dari


ketebalan besi plat 0,8 mm dalam ke TPH

Mengeluarkan buah dari


dalam ke TPH

Batu asah Batu asah dengan lapisan Pengasah dodos


kasar dan halus

Kampak Lebar mata 12 cm Memotong tangkai TBS yang


masih panjang

Ganco Bentuk seperti tanda baca“?” Bongkar muat TBS ke


dengan salah satu ujung angkong dan TPH
runcing

Tojok Pipa galvanis ¾ inch, Bongkar dan muat TBS


panjang 1,0-1,5 m, salah satu ke/dari aala transport
ujung runcingdibuat dari besi
Benton 3/8 inch.
2. Transfortasi

B. Infrastruktur

1. Piringan

Piringan merupakan daerah yang berada di sekitar pokok kelapa sawit yang berbentuk
lingkaran dengan diameter ± 4 m. Pada setiap pokok kelapa sawit harus di beri piringan dengan
Tujuan :

 Memudahkan dalam proses pemanenan.


 Memudahkan dalam pengutipan brondolan & perawatan tanaman.
 Mencegah terjadinya Hama & Penyakit pada tanaman.Khususnya hama yang menyerang
buah yaitu: Ulat Terataba

Dalam pembuatan piringan biasanya dilakukan secara manual terlebih dahulu setelah itu
dilakukan secara chemis. Dengan manual biasanya untuk membentuk piringan pada pokok sesuai
dengan diameter yang di tentukan,dengan membabat gulma yang tumbuh di sekitar piringan
Setelah piringan pada setiap pokok sudah mulai terbentuk kemudian dilakukan secara chemis
dengan menyemprot gulma yang tumbuh dengan larutan herbisida. Apabila pada setiap pokok
sawit sudah di beri piringan dapat memudahkan pemanenan & sekitar pokok sawit tidak terlihat
gulma yang tumbuh sehingga pokok sawit dapat mampu menyerap berbagai unsur hara di sekitar
piringan. Lebar piringan menurut umur sawit :

 Tanaman umur 2-6 bulan lebar piringan jari jari 60 cm,


 Tanaman umur 6-12 bulan lebar piringan jari jari 75 cm,
 Tanaman umur 12-24 bulan lebar piringan jari jari 100 cm,
 Tanaman umur 24-36 bulan lebar piringan jari jari 100-125 cm,
 Tanaman umur lebih dari 24 bulan laebar piringan jari jari 200 c

Gambar Piringan

2.Pasar pikul

Pasar pikul yaitu: Jalan / akses panen yang di buat diantara dua jalan jaluran tanaman.
Pembuatan pasar pikul dilakukan pada persiapan panen, sehingga dapat memudahkan didalam
proses pemanenan, terutama pada proses pengangkutan TBS dari dalam blok ke TPH. Pada
setiap pasar pikul biasanya memiliki ukuran dengan lebar ±1,2 m Pada setiap blok tanaman
kelapa sawit perlu diberi pasar pikul dengan Tujuan untuk :

 Sebagai jalan panen Yang digunakan untuk mengangkut & mengeluarkan buah yang telah
di panen untuk di susun di TPH.
 Sebagai tempat sementara untuk meletakkan buah yang telah di panen dari setiap pokok,
supaya buah yang telah di panen tidak tertinggal. Dalam pembuatan pasar pikul dapat di
lakukan dengan 2 cara:
 Dengan cara Manual
 Membersihkan gulma pada daerah yang akan di buat pasar pikul
 Meratakan tanah daerah yang akan di buat pasar pikul selebar 1.2.
 Dengan cara mekanis Pembuatan pasar pikul dengan cara mekanis, dapat di lakukan di 2
areal, yaitu :

a. Pada areal daratan Pembuatan pasar pikul di arel ini menggunakan alat berat berupa Buldozer.
Cara pembuatannya dengan meratakan tanah yang berada pada daerah yang akan di buat Pasar
pikul.

b. Pada areal Low Land Pembuatan pasar pikul di arel ini, cara pembuatannya dengan meratakan
& membentuk jalan yang dibuat di antara 2 jaluran tanaman. Alat berat yang biasa di gunakan
yaitu ; Excavator & Buldozer.,

Gambar Pasar Pikul

3. Titian panen

Titi panen merupakan titian yang di buat sebagai jalan untuk menyebrangi parit dari
jalan Collection menuju ke dalam blok. Titi panen ini hanya di gunakan pada kondisi lahan yang
antara TPH & pasar pikul terpisahkan oleh parit. Titi panen ini biasanya digunakan pada kondisi
lahan Low land, titi panen ini biasa di letakkan pada setiap pasar pikul yang terpisahkan oleh
parit

Gambar Titian Panen

4. TPH

tempat pengumpulan hasil ( TPH ) yaitu: Tempat yang di gunakan untuk meletakkan &
menyusun buah hasil dari pemanenan. Biasanya dalam 3 pasar pikul terdapat 1 TPH yang
letaknnya di depan jalur pokok yang berada di pinggir jalan koleksi. Tujuan dari pembuatan TPH
yaitu:

 Memudahkan dalam perhitungan jumlah janjang yang telah di panen.


 Mempermudah dalam proses pengangkutan buah.
Dalam pembuatan TPH dalam suatu blok dilakukan ketika tanaman akan memasuki masa
produksi. Pembuatan TPH dilakukan dengan cara : Meratakan tanah yang akan di buat TPH,
bentuk dari TPH yaitu: persegi panjang dengan ukuran panjang 4 m & lebar 2m.

Gambar TPH

C. Perawatan

1. Kastrasi

Kastrasi yaitu pembuangan bunga bunga pertama baik jantan maupun betina serta buah-
buah pasir pada tanaman Kelapa Sawit yang belum siap untuk memasuki masa panen normal.
Masa panen normal yaitu: memasuki usia 12 bulan sejak mulai tanam. Tujuan dari Kastrasi
yaitu :

 Memaksimalkan fase vegetatif pada tanaman sehingga, tanaman menjadi kokoh pada fase
Generatif.
 Mencegah terserangnya Hama Penyakit pada tanaman Biasanya hama yang menyerang
buah adalah Ulat Terataba Kastrasi mulai di hentikan 6 bulan sebelum tanaman
memasuki masa panen. Jika pada usia tanaman 24 bulan tanaman sudah panen, di usia 12
bulan tanaman mulai dilakukan Kastrasi & memasuki usia 18 bulan Kastrasi sudah di
hentikan.
Gambar Pekerjaan kastrasi

2. Pruning

Pruning atau pemangkasan adalah pembuangan pelepah- pelepah yang sudah tidak
produktif / pelepah kering pada tanaman kelapa sawit. Pruning / pemangkasan merupakan
termasuk dalam kegiatan persiapan panen. Pruning atau pemangkasan dilakukan dengan tujuan
untuk :

 Memangkas pelepah yang sudah tidak produktif.


 Mempermudah di dalam proses pemanenan serta pengutipan brondolan.
 Mempertahankan jumlah pelepah setiap pokoknya minimal 56-64 pelepah.
 Sanitasi ( Menjaga kebersihan ) tanaman agar tidak diserang oleh Hama & Penyakit.
Pruning perlu dilakukan untuk menjaga jumlah pelepah yang optimal yang berguna untuk
tempat munculnya bunga & pemasakan buah. Pruning dilakukan setelah dilakukan
kastrasi & tanaman sudah mulai memasuki tahap awal panen. Teknis pruning dilakukan
dengan cara :
 Memangkas pelepah searah dengan arah spiral / letak alur pelepah. Supaya hasil dari
pangkasan terlihat rapi.
 Memangkas pelepah yang tidak produktif, dengan ciri-ciri :
 Pelepah yang sudah tua dan kering
 Pelepah sudah tidak dijadikan pelepah songgo ( minimal songgo 2).
 Memangkas pelepah secara mepet & tepat pada bagian bawah pangkal pelepah. Pelepah
harus dipangkas mepet dengan tujuan untuk mencegah tersangkutnya brondolan pada
pelepah.
 Menyusun pelepah hasil sisa pangkasan di Gawangan Mati atau disusun di antara pokok
tanaman & dipotong menjadi 3 bagian.

3. PHP

Hama dan penyakit pada kelapa sawit belum menghasilkan dan sudah
menghasilkan adalah tidak berbeda, Terkait dengan tugas manajemen nengendalian maka perlu
jenis hama dan penyakit dominan.

a. Hama Tanaman Kelapa Sawit

Beberapa jenis hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit yaitu:

 Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)

Gambar Daun pokok sawit dimakan Hama ulat api


UPDKS antara lain ulat api, ulat kantong (Mahasena corbett), ulat bulu merupakan hama
utama yang dapat nenurunkan produksi 30-40 % ) dalam 2 tahun setelah kehilangan daun
sebanyak 50%. Contohulat api yang menyerang pohon muda terdapat pada Gambar ?.

Hama ini hiasanya menyerang daun muda dari hagian hawah. Daun-daun yang terserang
hiasanya berlubang atau sobek hinga tinggal tulang-tulang daun, ada serangan hebat, daun akan
habis. Pengendalian UPDKS dilaksanakan dengan sistem pngendalian hama terpadu (PH) yaitu
berdasarkan monitoring populasi kritis, mengutamakan pelestarian, dan pemanfaatan musuh
alami.Penentuan populasi diterapkan dengan mengamati pohon contoh/ha kelapa sawit setiap
bulan sekali.Setiap pohon diambil 2 pelepah yangterletak pada bagian bawah dan tengah pada
kelapa sawit.Apabila lerjadi serangan UPDKS, maka jumlah pohon contoh ditambah menjadi 5
pohon/ha dan diamati setiap 2 minggu sekali.Pengamatan dilakukan terhadap 1 pelepah/pohon
contoh, yakni pada pelepah yang diduga paling banyak dijumpai UPDKS.

Apabila perlu dilakukan tindakan pengendalian, maka pada saat sebelum pengendalian,
populasi UPDKS harus dihitung, begitu pula 1 minggu setelah pengendalian.

Hal ini dimaksudkan untuk menentukan perlu tidaknya pengendalian ulangan.


Penggunaan insektisida sistemik diupayakan sebagai tindakan terakhir dan dipilih jenis yang
aman terhadap lingkungan, parasitoid, dan predator.

Tanaman yang bermanfaat bagi tanaman kelapa sawit adalah:

 Euphorbia heterophylla L (patik emas)


 Barreria alata L (Setawar/jukut minggu/Emprah/Goletrak).
 Cassia tora L
 Turnera subulata L.

 Tikus (Rattus tiomanicus, Rattus sp.)


Jenis tikus yang sering ditemukan di areal kebun kelapa sawit adalah tikus belukar
(Rattus tiomanicus), tikus sawah (Rattusrattus argentiventer), tikus rumah (Rattus rattus diardii)
dan tikushama(Rattus exulans).Dari keempat jenis tikus di atas, tikus belukar merupakan
dominan di perkebunan kelapa sawit. Contoh kelapa sawit yang terserang tikus dapat dilihat pada
Gamhar
Gambar Kelapa Sawit (TBM) Terserang Hama Tikus

Tikus menyerang tanaman kelapa sawit yang berumur 0-1 tahun pada bagian titik
tumbuh/umbut, merusak bunga jantan dan bunga betina, menggigit dan mengerek buah tanaman
kelapa sawit. Pada pembibitan tanaman umumnya hama tikus ini menyerang titik tumbuh. Pada
bibit tanaman yang terserang hama ini tumbuh tidak normal karena jaringan- jaringan titik
tumbuh rusak. Pada serangan berat dapat menyebahkan bibit tanaman tidak dapat berkembang
dan akhirnyamati. Hama ini dapat menimbulkan kehilangan produksi mencapai 5% .
Permukaan buah akibat keratan tikus dapet meningkatkan kadar asam lemak bebas
minyak kelapa sawit. Oleh karena itu hama ini perlu dikendalikan. Hama tikus ini padaumumnya
agak sulit untuk diberantas, karena tempat hidupnya luas dan sering berpindah-pindah.
Pengendalian hama tikus dapat dilakukan dengan cara antara lain:
secara mekanis yakni dengan cara merusak sarangnya dan pengasapan/empasan serta
membunuhnya pada saat hama tikus keluar dari sarangnya.
secara biologis yakni menggunakan musuh alami atau predator seperti burung hantu, kucing,
ular.

 Kumbang penggerek(Oryctes sp)


Kumbang penggerek pucuk merupakan hama yang menimbulkan masalah pada seluruh
perkebunan kelapa sawit di Indonesia yaitu dari Oryctes rhinoceros. Kumbang ini secara
morfologi berukuran panjang 4 cm berwarna coklat tua kehitaman.Pada bagian kepala memiliki
tanduk keil sehingga sering disebut kumbang tanduk atau kumbang badak.

Gambar . Beberapa jenis Hama kumbang badak

Kumbang betina mempunyai bulu lebat pada bagian ujung perutnya, sedangkan yang
jantan tidak berbulu.Kumbang yang baru keluar langsung menyerang kelapa sawit kemudian
kawin.Selanjutnya kumbang betina meletakkan telur pada bahan organik yang sedang mengalami
pembusukan seperti batang kelapa sawi mati, kotoran kerbau sapi.kompos sampah dan lain-lain.
Telur menetas dalam waktu 9 -14 hari.Kumbang terbang dari tempat persembunyiannya
menjelang senja sampai agak malam (sampai dengan jam 21.00 WIB), dan jarang dijumpai pada
waktu larut malam.Dari pengalaman diketahui, bahwa kumbang banyak menyerang kelapa pada
malam sebelum turun hujan.Keadaan tersebut ternyata merangsang kumbang untuk keluar dari
persembunyiannya.KumbangOryctesrhinoceros menyerang tanaman kelapa sawit yang baru
ditanam di lapangan sampai berumur 25 tahun.
Kumbang jantan maupun betina menyerang kelapa sawit.Kumbang tanduk hinggap pada
pelepah daun yang agak muda, kemudian mulai menggerek ke arah titik tumbuh kelapa sawit.
Panjang lubang gerekan dapat mencapai 4.2 cm dala sehari, jika titik tumbuhnyahabis maka
tanaman akan mati. Pucuk kelapa sawit yang terserang, bila membuka daunnya tampak seperti
kipas atau bentuk lain yang abnormal

Gambar Kerusakan Titik Tumbuh Akibat Serangan Hama Kumbang Badak

Metode pengendalian dilakukan dengan monitoring secara teratur setiap bulan terhadap
15% jumlah seluruh tanaman (sampel tanam; setiap baris diambil 1 baris tanaman).Selama 2
tahun pertama setelah kelapa sawit dipindah tanam ke lapangan, apabila ditemukan 3-5 ekor
kumbang/ha, maka pemberantasan harus dilakukan. Pada kelapa sawit yang berumur lebih dari
dua tahun, akihat serangan hama ini menjadi kurang berbahaya. Dengan demikian, padat
populasi kritis dinaikkan menjadi 15-20 ekor/ha.
Upaya pencegahan yang dapat menghambat perkemhangan larva Oryctes rhinoceros
adalah penutupan batang kelapa sawit bekas replanting dengan kacangan penutup tanah secepat
mungkin.Hal ini dapat mencegah serangga untuk meletakkan telurnya pada batang mati tersebut.
Tindakan pemberantasan yang dapat dilakukan:

 pengumpulan kumbang secara manual dari lubang gerakan pada kelapa sawit, dengan
menggunakan alat kail kawat. Tindakan ini dilakukan tiap bulan apabila populasi
kumbang 3-5 ekor/ha, setiap dua minggu jika populasi kumbang 5-10 ekor/ha, dan
setiap minggu jika populasi kumbang 5-10 ekor/ha, dan setiap minggu jika populasi
kumbang lebih dari 10 ekor.
 penghacuran tepat peletakkan telur secara nanual dan dilanjutkan dengan pengumpulan
larva untuk dibunuh, apabila jumlahnya masih terbatas.
 pemberantasan secara kimiawi menaburkan insektisida butiran karbosulfan sebanyak
(0.05-0.10 gr bahan aktif per pohon, setiap 1-2 minggu) atau 3 butir kapur barus/pohon,
setiapl-2 kali/bulan pada pucuk kelapa sawit.
 perangkapan kumbang O. rhinoceros dengan menggunakan ferotrap. Ferotrap tersebut
terdiri atas satu kantong feromonsintetik (etil-4 metil oktanoat) yang digantungkan
dalam ember plastik kapasitas 12 liter. Tutup ember plastik diletakkan terbalik dan
dilubangi 5 buah dengan diameter 55 mm. Pada dasar ember plastik dibuat 5 lubang
dengan diameter 2 mm untuk pembuangan air hajan. Ferotrap tersebut kemudian
digantungkan pada tiang kayu setinggi 4 m dan dipasang di dalam areal kelapa sawit,
Selain ember plastik dapat juga digunakan pelengkap PVC diameter 10 cm, panjang 2
m. Satu ferotrap cukup efektif untuk l ha dan satu kantong feromon sintetik dapat
digunakan selama sekitar 60 hari. Setiap 2 minggu dilakukan pengumpulan kumbang
yang terperangkap dan dibunuh.

b. Penyakit Tanaman Kelapa Sawit


Beberapa penyakit dominan ada tanaman kelapa sawit sebelum menghasilkan buah
adalah:
 Penyakit Busuk Pangkal Buah (BPB)
Penvakit disebabkan oleh Ganoderma boninense.Ganoderma boninense merupakan
jamur tanah hutan hujan tropis. Jamur G. boninense bersifat saprotit (dapat hidup pada sisa
tanaman) dan akan berubah menjadi patogenik apabila bertemu dengan akar tanah kelapa sawit
yang tumbuh di dekatnya.Serangan BPB dapatmenjadi sejak bibit sampai tanaman tua, tetapi
gejala penyakit biasanya baru terliat setelah bibit ditanam di lapangan. Penyakit ini dijumpai
pada tanaman baru 5 tahun Serangan peyakit ini yang paling tinggi dijumpai pada umur 10-15
tahun, tetapi hal ini bervariasi tergantung pada kebersihan kebun dan sejarah tanaman di kebun
tersebut. Kehilangan tana sampai dangan 80 % telah dilaporkan pada tempat-tempat yang berasal
dari konversi kelapa. Patogen ini umumnya menyerang pangkal batang tanaman. Gejala yang
tampak pertama kali adalah adanya bercak kekuningan pada pelepah muda.Begitu penyakit
berkembang warna kuning semakin jelas. Daun yang tua menjadi layu, patah pada pelepahnya
dan mengantung pada batang.Sedang pangkal batang menghitam, getah keluar dari tempat yang
terinfeksi dan akhirnya batang membusuk dengan warna coklat muda.Tanda pertama adanya
infeksi adalah munculnya bagian busuk pada pangkal batang.Bagian yang busuk kemudian
berkemhang ke atas dan sekitar batang.

Gambar Penyakit Busuk Pangkal Batang Disebabkan Oleh (Ganoderma boninens)

Serangan penyakit ini pada bagian atas tanaman dapat terjadi dimana saja pada batang
tanaman.Gejala pertama yang dapat dilihat adalah adanya bagian atas tajuk patah. Beberapa
tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit busuk pangkal batang sebagai berikut:

 Melakukan pembersihan lahan terutma terhadap sisa-sisa tunaman kelepa atau kelapa
sawit.
 Menghindari penanaman kelapa sawit dekat dengan perkbunan kelapa (Cocos nucifera
L.).
 Melakukan sensus terhadap tanaman setiap 6 bulan sekali untuk mengidentifikasi
tanaman yang terserang/terinteksi jamur.

Tindakan pengendalian dapat dilakukan, antara lain:

 Pengendalian secara mekanis yakni membongkar, mengumpulkan dan membakar


tanaman yang terserang penyakit, terutama bagi tanaman yang terinfeksi ada jamur.
 Pangkal batang dan perakarannya dibogkar sehingga kedalaman 15 -20 cmserta
dikeluarkan dari lahan perkebunan kelapa sawit.
 Tanaman yang terinfeksi tanpa ada jamur, tetapi masih tetap berproduksi, harus
dimonitor/kontrol terus.
 Pengendalian secara kimiawi yakni sekitar pohon yang terserang dibuat parit selebar 30
cm dalam 1 m (parit isolasi).Kemudian pinggir parit disemprot dengan fungisida.
 Menggunakan biofungisida Marfu-PBahan aktif yang digunakan untuk biofungisida
Marfu-P adalahsporakonidia dan klamidospora jamur Trichoderma koningii.

4 widding

1) Chemis

2) Manual

D. Tenaga kerja
1) Tenaga kerja panen

Perlu diketahui, faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kebutuhan tenaga pemanen


yaitu luas lahan yang akan dipanen, tingkat kerapatan pohon kelapa sawit, dan rata-rata buah
yang matang setiap pohon. Selain itu, populasi tanaman per hektar juga turut mempercayakan
jumlah tenaga yang dibutuhkan di setiap kali pemanenan kelapa sawit. Sedangkan faktor
kapasitas per panen berbanding terbalik dengan jumlah kebutuhan tenaga.

Jadi rumus yang dapat dipergunakan yaitu :

Kebutuhan Tenaga Panen = (A x B x C x D) / E

Keterangan :

A adalah luas lahan yang akan dipanen

B adalah tingkat kerapatan pohon yang akan dipanen


C adalah rata-rata bobot buah yang akan dipanen

D adalah tingkat populasi tanaman per hektar

E adalah tingkat kapasitas panen per hektar

Dari rumus di atas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan tenaga panen kelapa sawit akan
bertambah apabila luas lahan, kerapatan panen, rata-rata bobot buah, dan tingkat populasi
semakin meningkat. Sementara itu, peningkatan kapasitas panen kelapa sawit bakal mengurangi
jumlah tenaga pemanen yang diperlukan.

Perhitungan jumlah tenaga panen ini harus didasarkan pada kebutuhan tenaga di panen
puncak.

Jumlah Pemanen = Total Luas TM (ha)

6 x (2,25 s/d 2,50) ha

Rata-rata satu pemanen bekerja di areal seluas 15-16,5 ha TM atau untuk areal 5000 ha
diperlukan 333-370 pemanen.

2) Tenaga kerja perawatan


3) Supervisor ( pengawas )
4) Tenaga kerja operator

Anda mungkin juga menyukai