Anda di halaman 1dari 73

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan suatu kegiatan akademik terjadwal
dilakukan secara mandiri berupa observasi dan orientasi praktik yang dilakukan oleh
seorang mahasiswa pada suatu perusahaan perkebunan/instansi atau balai penelitian,
baik milik pemerintah atau swasta yang mempunyai beban sebesar 3 SKS. Dalam
pelaksanaan PKL seorang mahasiswa terikat kepada peraturan dan hukum yang
dikeluarkan oleh negara, perusahaan atau instansi dan peratuan mengenai tata tertib
selama pelaksanaan PKL yang dikeluarkan oleh Program Studi Agrokteknologi
Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Tujuan instruksional dilaksanakannya Praktek Kerja Lapangan adalah untuk
memberikan kesempatan kepada Mahasiswa agar:
1. Belajar mempersiapkan diri turun ke masyarakat dengan bekal ilmu yang sudah
didapat dan mampu membandingkan antara ilmu yang didapat selama dibangku
perkuliahan dengan kenyataan yang ada di dunia kerja nyata. Lebih dapat
memahami konsep-konsep non-akademis dan non-teknis di dunia kerja nyata.
2. Mampu menganalisa dan memahami permasalahan dalam sistem yang lebih
kompleks dan luas.
3. Dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan dengan memberikan
sedikit kontribusi pengetahuan pada perusahaan perkebunan dan instansi, secara
jelas dan konsisten dengan komitmen yang tinggi.
1.3 Profil Singkat Instansi
PT Sindora Seraya adalah badan usaha milik swasta yang berkedudukan di
Bantaian, Rokan Hilir yang merupakan bagian dari Panca Eka Group. PT Sindora
Seraya memiliki luas lahan sebesar 3.241,83 Ha. Untuk mempermudah dalam
manajemennya, maka PT Sindora Seraya dibagi dalam 5 divisi yang dimana luasnya
masing-masing adalah divisi I (satu) seluas 731,09 ha, Divisi II (dua) seluas 758,45

1
Ha, Divisi III (tiga) seluas 682,41 ha, divisi IV (empat) seluas 697,30 ha, Divisi V
(lima) seluas 349,55 ha dan Parit Sinchin seluas 23,03 ha.
Dalam menjalankan operasional kebun, PT Sindora Seraya dipimpin oleh
seorang Estate Manajer. Pada pelaksanaannya sehari-hari Estate Manajer dibantu
oleh beberapa staff, yang terdiri dari:
 Divisi I, terdiri dari Asisten Divisi 1 orang, Krani Divisi 1 orang, Mandor satu 1
orang, Mandor Panen 2 orang, Krani Cek Sawit 2 orang dan Mandor Pemel 2
orang, Mandor pupuk 1 orang, Mandor Hpt 1 orang,
 Divisi II, terdiri dari Asisten Divisi 1 orang, Krani divisi 1 orang, Mandor Satu 1
orang, Mandor Panen 2 orang, Krani Cek Sawit 2 orang, Mandor Pemel 1 orang,
Mandor penunasan 1 orang, Pk. Lapangna 2 orang, Perawatan pupuk 1 orang,
Perawatan chemist 1 orang.
 Divisi III, Terdiri dari Krani Divisi 1 orang, Mandor satu 1 orang, Mandor Panen
2 orang, Krani Cek Sawit 2 orang, dan Mandor Hpt 1 orang, Mandor perawatan 2
orang, Pk. Lapangan 2 orang.
 Divisi IV, Terdiri dari Asisten Divisi 1 orang, Krani Divisi 1 orang, Mandor
Panen 1 orang, Mandor Pupuk 1 orang, Mandor Hpt 1 orang, Mandor perawatan 1
orang, Pk. Lapangan 2 orang.
 Divisi V, Terdiri dari Asisten Divisi 1 orang, Krani Divisi 1 orang, Mandor satu 2
orang, Mandor Panen 1 orang, Krani Cek Sawit 1 orang dan Mandor Pemel 3
orang.
 Mandor traksi 1 orang, Mandor Workshop 1 orang
 Untuk mengurus administrasi kantor kebun, terdapat beberapa krani, yaitu: krani
traksi, krani amprah, krani tanaman, krani produksi, krani umum, krani
pembukuan dan kasir.
1.4 Durasi dan Lokasi Praktek Kerja Lapangan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilakukan dari tanggal 1 Februari 2016
sampai tanggal 26 Februari 2016. Lokasi Praktek Kerja Lapangan bertempat di PT
Sindora Seraya Kebun Sei Rokan bagian dari Panca Eka Group yang beralamat di
Desa Bantaian Kecamatan Rokan Hilir Kabupaten Bagan Siapi-Api.

2
1.5 Fasilitas Yang Didapatkan
Fasilitas yang didapatkan selama PKL adalah tempat tinggal berupa perumahan
staff/karyawan dan biaya makan sebesar Rp 350.000,-/orang.
1.6 Mekanisme Interaksi Dengan Pembimbing Lapangan
Bimbingan yang diperoleh selama melakukan praktek kerja lapangan berasal
dari Asisten Kepala (Askep) sebagai pembimbing lapangan. Bimbingan dan arahan
juga kami dapatkan dari Asisten Divisi dan Mandor-Mandor tiap divisi yang berada
di PT Sindora Seraya. Begitu juga perolehan data dan informasi serta pencatatan
administrasi di kantor dibantu oleh krani dan karyawan.

3
BAB II
METODOLOGI PRAKTEK KERJA LAPANGAN
2.1 Rancangan
Rancangan Praktek Kerja Lapangan ini adalah dengan membentuk kelompok
yang terdiri dari 5 orang. Kelompok tersebut yang diwakilkan oleh seorang ketua
memilih tempat Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan dengan cara pilih random di
kantor jurusan. Setelah mendapat surat pengantar dari Dekan, mahasiswa langsung
menghubungi instansi tujuan PKL agar mendapat surat kesediaan dari perusahaan
yang bersangkutan. PKL dilaksanakan kurang lebih 30 hari kerja. Mahasiswa
diwajibkan mengikuti kuliah pembekalan di kampus lalu berkonsultasi dengan
seorang pembimbing lapangan PKL yang ditunjuk oleh perusahaan dan menuliskan
kerangka acuan mengenai pekerjaan yang akan dilakukan selama PKL.
2.1 Implementasi
Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan dengan metode orientasi (melihat
secara langsung garis besar keadaan perusahaan yang berhubungan dengan Praktek
Kerja Lapangan), observasi (memahami, mengamati dan mengevaluasi secara
langsung di lapangan), dan asistensi (mengumpulkan dan menganalisa data yang
berhubungan dengan Praktek Kerja Lapangan). Selama di lapangan mahasiswa
ditempatkan satu orang per divisi dimana jam kerjanya adalah pagi waktu kerja
lapangan tiap divisi dan setelah istrahat siang jam kerja di kantor divisi.
Terdapat pokok pembelajaran yang dilakukan selama Praktek Kerja Lapangan
di PT Sindora Seraya meliputi:
2.2.1 Tanah Gambut
2.2.2 Tahap Pembukaan Lahan Gambut
2.2.3 Pembukaan Areal Perkebunan/LC (Leand Clering)
2.2.4 Penanaman
2.2.5 Manajement Tata Air
2.2.6 Manajement Pemeliharaan (TBM)
2.2.7 Manajement Pemeliharaan (TM)
2.2.8 Inventarisasi Hama dan Penyakit

4
2.2.9 Rekomendasi Pemupukan
2.2.10 Pemanenan
2.2.11 Pengangkutan
2.2.12 Administrasi Kantor

5
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Tanah Gambut
3.1.1 Deskripsi Tanah Gambut
Tanah gambut tergolong kepada ordo Histosols, histosols merupakan tanah yang
secara dominan tersusun dari bahan tanah organik, berupa sisa-sisa jaringan tumbuh-
tumbuhan (histos = tissue = jaringan tumbuh-tumbuhan)’Tanah gambut tergolong tanah
rawa dan terbentuk dari bahan organik sisa tanaman yang mati diatasnya dan
disebabkan keadaan lingkungan yang selalu jenuh atau terendam air sehingga tidak
memungkinkan berlangsungnya proses pelapukan.
3.1.2. Tingkat Ketebalan Lapaisan Bahan Organik Gambut
Berdasarkan ketebalan lapisan bahan organiknya gambut dibagi menjadi:
a. Gambut Dangkal (Tipis) = 0,5-1,0 m
b. Gambut Sedang (Agak Tebal) = 1,0-2,0 m
c. Gambut Dalam (Tebal) = 2,0-3,0 m
d. Gambut Sangat Dalam (Sangat Tebal) = > 3,0 m

Gambar 1. Alat pengukur kedalaman gambut


3.1.3 Sifat Kematang Gambut
Berdasarkan sifat kematangannya (ripeness) atau tingkat pelapukannya
(dekomposisi), gambut dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu gambut fibrik,
gambut hemik dan gambut saprik

6
a. Gambut Fibrik
Gambut dengan tingkat dekomposisi rendah : bahan tanah gambut masih
tergolong mentah yang dicirikan dengan tingginya kandungan bahan-bahan jaringan
tanaman atau sisa-sisa tanaman yang masih dapat dilihat keadaan aslinya.
b. Gambut Hemik
Gambut dengan tingkat dekomposisi sedang : bahan tanah gambut yang sudah
mengalami perombakan dan bersifat separuh matang.
c. Gambut Saprik
Gambut dengan tingkat dekomposisi matang : bahan tanah gambut yang
sudah mengalami perombakan sangat lanjut dan bersifat matang hingga sangat
matang. Berwarna gelap dan kandungan humus tinggi.
3.1.4. Hal-hal Penting dari Tanah Gambut
Pembukaan lahan dan pengelolaan kelapa sawit di tanah gambut memerlukan
paket teknologi khusus yang berbeda dengan tanah mineral.
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan tanah gambut adalah :
a. Ketebalan, kematangan serta sifat fisik dan kimia gambut.
b. Kemungkinan banjir serta sifat air.
c. Pengaturan tinggi permukaan air tanah. Pengaturan “trio tata air” yaitu saluran
drainase, tanggul dan pintu air.
d. Penurunan permukaan tanah gambut setelah di drain. Pemadatan (compacting)
sepanjang jalur tanaman. Penimbunan dan pemadatan jalan untuk transportasi
hasil panen dan logistik
3.2 Tahapan Pembukaan Lahan Gambut
3.2.1 Survey Tata Batas
Waktu pelaksanaan survey tata batas adalah setelah dilaksanakan survey
mikro oleh instansi pemerintah dan disesuaikan dengan rencana (program) kerja
perusahaan.
Tujuan :
- Membuat peta areal yang akan dikelola oleh perusahaan.
- Menentukan tata batas konsesi

7
- Mengetahui luas areal konsesi, sesuai dengan surat izin Pencadangan Areal
oleh Pemerintah.
- Inventarisasi bentang alam (parit, sungai) dan tata guna tanah di sekitar tata
batas.
3.2.2. Blok Design dan Blocking Area
Tujuan :
- Membagi areal kebun menjadi beberapa blok kerja yang luasnya sama.
- Memudahkan dalam pengalokasian kerja (dari beberapa jenis pekerjaan atau
kontraktor) sehingga tidak terjadi tumpang tindih (overlapping) pekerjaan.
- Memudahkan dalam pemberian nomor dan identifikasi areal.
- Memudahkan dalam perencanaan pembuatan jaringan jalan dan parit didalam
kebun.
Ketentuan :
- Block design dan blocking area dikerjakan segera setelah selesai dilakukan
survey tata batas, survey detail lahan dan izin lokasi perkebunan sudah
dikeluarkan oleh pemerintah daerah/pusat.
- Blocking area dilakukan oleh tim pengukuran yang terdiri dari 4 orang setiap
tim (1 orang juru ukur, 2 orang perintis dan 1 orang pembawa alat/barang).
- Blocking area harus diselesaikan paling lambat 3 bulan. Jadi untuk calon areal
yang luasnya besar memerlukan beberapa tim ukur berjalan sekaligus.
- Blocking area dimulai dari titik/tempat (bench mark = BM) yang mudah
dicari/dikenali sehingga apabila terjadi kesalahan atau penyimpangan
pengukuran mudah untuk menelusuri dan mengoreksinya. Biasanya titik BM
diambil tempat-tempat atau batas-batas alam seperti persimpangan jalan, cabang
sungai dan lain-lain. Selain itu, titik BM dibuat permanen dari beton dan dicat.
- Dalam blocking area, areal kebun dibagi menjadi blok-blok kecil berbentuk
persegi panjang yang luasnya 30 ha (panjang = 1.000 m dan lebar = 300 m).
Panjang blok dibuat Barat-Timur dan lebar blok arahnya Utara-Selatan.
- Hasil block design dan blocking area, harus dapat menggambarkan posisi jalan,
parit (kanal), outlet, emplasemen dan lain-lain. Block design yang arah Utara-

8
Selatan dijadikan production road dan production drain, sedangkan block design
Barat-Timur dijadikan collection road dan collection drain.
- Production road panjangnya 300 m dan di salah satu sisinya (sebelah kiri)
dibuat production drain (ukuran 3,0 x 2,0 x 2,0 m), sedangkan collection road
panjangnya 1.000 m dan di salah satu sisinya (sebelah atas) dibuat collection
drain (2,5 x 1,5 x 2,0 m).
- Selain production drain dan collection drain di-design juga subsidiary drain
(ukuran 1,0 x 1,0 x 1,0 m) yang letaknya dalam blok dengan jarak tertentu.
3.2.3 Pembuatan Saluran Batas ( Boundary Drain)
Tujuan :
- Membatasi areal dengan lokasi sekitarnya karena dalam pembuatan boundary
drain sekaligus membuat tanggul.
- Mencegah masuknya air dari luar areal sehingga proses pengeringan bisa
berjalan lancar.
Ketentuan :
- Saluran dibuat di sekeliling batas areal (boundary) yang direklamasi. Ukuran
saluran : – lebar 4 meter – dalam 4 meter
- Hasil galian parit ditimbun ke arah luar konsesi. Ini dapat dipergunakan untuk
membentuk badan jalan (boundary road), yang sekaligus berfungsi sebagai
tanggul.
- Tanggul dibuat lebih tinggi dari genangan air saat banjir sehingga air dari luar
dapat terbendung.
- Tanggul harus dibuat kokoh dan biasanya dipasang turapan dari kayu-kayu pada
kedua atau salah satu sisi tanggul, terutama pada tempat-tempat yang mudah
longsor. Tanggul berbentuk trapesium dengan ukuran lebar atas minimal 7 m
(dapat dilalui kendaraan)
Fungsi tanggul dan saluran batas :
- Mempertegas batas-batas areal yang akan dikelola.
- Mengatur tinggi permukaan air tanah dan mencegah masuknya air ke dalam
kebun dari areal sekitarnya.

9
- Mencegah masuknya peladang-peladang liar dan untuk jangka panjang
boundary drain dapat berperan untuk menghambat ruang gerak pencurian buah
di dalam kebun oleh pihak luar.
- Sebagai jalan transportasi dan kontrol.
3.2.4 Pembuatan Saluran Drainase dan Jalan
Pembuatan saluran drainase dan jalan di areal gambut atau rawa-rawa
dilakukan bersamaan (sekaligus) karena tanah dari galian parit (kanal) sekaligus
dijadikan badan jalan.
Jenis Saluran Drainase :
a. Main Drain : arahnya disesuaikan dengan letak dan arah aliran sungai
utama.
b. Production Drain : saluran yang sejajar dengan production road yaitu arah
Utara-Selatan.
c. Collection Drain : saluran yang sejajar dengan collection road yaitu arah
Barat-Timur.
d. Subsidiary Drain : saluran yang terdapat di dalam blok kerja (pada gawangan)
sejajar dengan production road. Jarak antar saluran dibuat 4 (gawang) : 1
(saluran) atau 8 (gawang) : 1 (saluran)
Waktu Pembuatan Saluran Drainase :
a. Main Drain : dilakukan bersamaan dengan pembuatan saluran batas (boundary
drain) atau 1 tahun sebelum LC
b. Production Drain : dilakukan bersamaan dengan pembuatan saluran batas atau
6 bulan sebelum LC.
c. Collection Drain : dilakukan bersamaan dengan pembuatan saluran batas atau
6 bulan sebelum LC.
d. Subsidiary Drain : dilakukan bersamaan dengan pekerjaan LC.
Fungsi /Kegunaan :
a. Main Drain :
- Mengalirkan air langsung ke arah daerah pembuangan akhir (sungai
utama)

10
- Mengatur ketinggian permukaan air dalam areal kebun.
- Sarana transportasi air.
b. Production Drain :
- Bermuara di saluan main drain
- Menampung dan mengalirkan kelebihan air dari saluran collection drain
- Sebagai batas blok.
c. Collection Drain :
- Bermuara di saluan production drain
- Menampung dan mengalirkan kelebihan air dari saluran block drain
- Sebagai batas blok.
d. Subsidiary Drain :
- Bermuara di saluran collection drain
- Mengatur ketinggian permukaan air tanah di dalam blok pertanaman.
Cara Pembuatan Saluran Drainase :
- Tentukan As jalan .
- Pancang daerah badan jalan sesuai dengan tipe jalan mengikuti As jalan.
- Pancang 4,5 m dari As jalan untuk Main Drain dan 3.5 m untuk Collection
Drain.
- Tentukan pancang untuk parit yang letaknya 7,5 m dari As jalan untuk Main
Drain, 6,0 m dari As jalan untuk Production Drain dan 5,75 m dari As jalan
untuk Collection Drain.
- Gali parit dengan menggunakan exavator dan tanah galian dari parit tersebut
ditimbunkan ke badan jalan kemudian diratakan dan dipadatkan dengan
excavator sehingga lebar menjadi 7 m untuk Collection Road dan 9 m untuk
Main Road.
- Air yang ada di Collection Drain harus dapat mengalir ke arah Production
Drain pada blok yang sama.
- Air yang ada di Production Drain harus dapat mengalir ke arah Main Drain
atau mengarah ke sungai.

11
- Antara Collection Drain pada blok yang satu tidak boleh tembus dengan
Collection Drain pada blok yang ada di sebelahnya.
- Semua kayu yang melintang dan tunggul harus disingkirkan dari dalam parit.
- Pada tempat-tempat tertentu dimana tanah galian longsor kembali atau
perengan parit longsor maka sebelum waktu satu bulan dari pembuatannya
harus digali lagi.
Subsidiary Drain :
- Tentukan titik pancang yang letaknya pada pertengahan dua jalur tanaman.
- Antara titik pancang subsidiary drain yang satu dengan yang lainnya berjarak
empat jalur tanaman.
- Gali parit dengan menggunakan exavator dan tanah galian dari parit tersebut
dibuang ke kanan dan kiri parit kemudian diratakan dan dipadatkan dengan
excavator sehingga tidak terjadi gundukan tanah pada tempat-tempat tertentu.
- Air yang ada di Subsidiary Drain harus dapat mengalir ke arah Collection
Drain.
- Antara Subsidiary Drain pada blok yang satu tidak boleh tembus dengan
Subsidiary Drain pada blok yang ada di sebelahnya.
3.2.5 Jalan Kebun
a. Jenis Jalan :
- Main Road : yaitu jalan utama atau akses yang menghubungkan kebun
dengan luar kebun atau antar afdeling dengan kantor induk/ perumahan
karyawan dengan kualitas jalan sudah diberi pengerasan.
- Production Road : yaitu jalan yang berfungsi untuk transportasi hasil
panen ke pabrik dan batas blok. Arah jalan Utara-Selatan
- Collection Road : yaitu jalan yang berfungsi untuk transportasi hasil
panen, kontrol dan batas blok. Arah jalan Barat-Timur.
b. Jarak antar Jalan :
- Main Road : tidak ada ketentuan.
- Production Road : 1.000 m
- Collection Road : 300 m

12
Arah production road tegak lurus terhadap letak sungai utama, misalnya untuk
areal rendahan, sungai utamanya terletak disebelah utara kebun, maka arah
production road adalah Utara-Selatan bukan Timur-Barat.
c. Pembuatan Badan Jalan (Ilustrasi gambar-2)
- Badan jalan dibuat dengan cara menggali tanah pada saluran drainase pada
salah satu sisi jalan dan ditimbunkan pada badan jalan dan kemudian
diratakan.
- Apabila dalam waktu 6 bulan kondisi parit sudah dangkal kembali maka
parit harus dicuci/digali lagi dengan menggunakan excavator long arm dan
tanah galian ditimbunkan pada badan jalan yang lama.
- Lebar badan jalan : 9,0 m untuk production road dan 7,0 m untuk
collection road.
- Masing-masing jalan dibuat kaki lima di kiri atau kanan jalan selebar 1 m
(hanya sebelah saja).
- Pembuatan tapak TPH di sepanjang collection road harus dilakukan
bersamaan dengan pembentukan badan jalan.
d. Pemadatan Jalan
- penimbunan dan pemadatan dengan tanah mineral yang mengandung liat
setebal 20 cm.
- penimbunan diikuti dengan perataan dan pemadatan menggunakan tanah
laterit. Ketebalan akhir timbunan laterit setelah dipadatkan adalah 20 cm.
- Pada saat penimbunan dan pemadatan, tanah harus dalam keadaan lembab.
- Lebar badan jalan yang ditimbun, production road adalah 7,0 m dan
collection road adalah 6,0 m.
- Tanah yang baik untuk menimbun adalah tanah yang mengandung liat
cukup tinggi (40 %) karena liat dapat meningkatkan daya ikat antar
agregat tanah.
- Alat yang dipakai untuk pemadatan jalan adalah : Compactor Roller.
e. Perawatan Jalan.

13
- Lapisan permukaan dijaga tetap rata dan tidak boleh ada air menggenang
di atas badan jalan.
- Bentuk/kemiringan jalan dipelihara dengan baik, untuk menjamin
pengeringan air di permukaan jalan (dibentuk seperti batok mengkurap
atau seperti punggung sapi)
- Parit jalan harus terpelihara dengan baik, untuk dapat menampung dan
mengalirkan kelebihan air dari permukaan jalan.
- Ditunjuk seorang pegawai (mandor) yang bertanggung jawab terhadap
perawatan jalan dan saluran drainase.

Gambar 2. Ekskapator PC 110


3.3 Pembukaan Area Perkebunan/LC( Land Clearing )
Salah satu hal yang menjadi kendala dalam pengelolaan lahan gambut adalah
kesulitan dalam melakukan pembukaan lahan karena disamping biayanya yang cukup
mahal, penggunaan alat berat (excavator) yang intensif dan waktunya cukup lama.
Ketentuan :
Pada saat mengimas dan menebang, tinggi muka air di lapangan/saluran drainase
diupayakan serendah mungkin. Tujuannya agar pada saat penebangan, kayu/tunggul
dapat dipotong serapat mungkin dengan permukaan tanah.
3.3.1 Imas
- Dilakukan secara manual.
- Pohon–pohon kecil yang berdiameter di bawah 10 cm dan semak belukar
ataupun akar-akar kayu dipotong mepet ke permukaan tanah.

14
3.3.2 Penumbangan Pohon
- Dapat dilakukan secara manual dan atau mekanis dengan menggunakan gergaji
mesin (chainsaw).
- Diupayakan arah jatuhnya pohon seragam untuk memudahkan perumpukan
(perun).
- Batas potongan diatas permukaan tanahyaitu batang 150 cm maksimum 150 cm
dari permukaan tanah.
- Kayu bekas tumbangan tidak boleh menggantung pada tunggul (sengkleh) tetapi
harus jatuh ke tanah untuk mengurangi resiko kecelakaan dan memudahkan
pekerjaan pencincangan.
- Pada waktu pelaksanaan penebangan harus diusahakan agar pohon yang
ditebang tidak jatuh ke arah sungai, parit, atau jalan untuk mencegah
terganggunya aliran air.
3.3.3 Cincang dan Perun
Pekerjaan cincang dan perun (stacking) adalah pekerjaan memotong dan
mengumpulkan hasil tebangan kayu ke dalam jalur gawangan mati atau jalur antara
dua baris tanaman dengan ketentuan sebagai berikut :
Kayu hasil tumbangan dipotong-potong menjadi beberapa bagian dengan panjang
kayu maksimum 4,0 m. Demikian juga cabang-cabang pohon dipotong-potong untuk
memudahkan pekerjaan rumpuk/perun (stacking)
- Stacking kayu-kayu yang sudah dicincang dikerjakan secara mekanis
menggunakan Excavator dengan cara memindahkan dan mengumpulkan kayu
cincangan tersebut pada tempat yang sudah ditentukan (jalur rumpukan).
- Jalur rumpukan harus berada di jalur gawangan mati. Lebar rumpukan kayu
maksimum dibuat 4,0 m dan tinggi rumpukan yang diperbolehkan 2,0 m.
- 6 m dari tepi jalan production road) atau sesuai pancang rumpukan yang telah
dipasang.Arah rumpukan membujur dari Utara ke Selatan. Rumpukan pertama
dimulai dari sebelah Barat antara baris tanaman 1 dan 2 (pada jarak
- Jarak antara rumpukan yang satu dengan jalur rumpukan lain adalah 2 – 4 baris
tanaman tergantung volume kayu-kayu hasil tumbangan.

15
- 16 m.Untuk areal rendahan, dimana areal tersebut agak basah maka
pelaksanaan land clearing dapat dikerjakan secara manual dan atau
menggunakan alat excavator dengan jarak antara rumpukan yang satu dengan
rumpukan lain adalah 2 (dua) baris tanaman atau dengan jarak
- 300 m harus dibuat secara terputus pada setiap jarak 50 m, sehingga ada jalan
untuk orang melintas antar jalur tanaman.Jalur rumpukan kayu yang
panjangnya
- Titik tanam yang akan di pancang harus bebas dari tunggul kayu dengan jarak
minimum 1,5 m dari kiri dan kanan jalur tanaman.
3.3.4 Pancang Jalur Tanam
Pekerjaan pemancangan adalah pekerjaan memasang tonggak kayu pada jarak
yang ditentukan dan pancang tersebut berfungsi sebagai acuan untuk penanaman.
Pekerjaan pemancangan harus memenuhi syarat-syarat (spesifikasi) sebagai berikut :
- Kayu yang dipakai untuk pemancangan (anak pancang) minimal berukuran
panjang 2 m dan diameter 2 cm.
- Pemancangan dilaksanakan dengan jarak 8,8 m x 8,8 m x 8,8 m (segitiga sama
sisi) atau populasi tanaman per hektar 150 pokok.
- Pancang kepala dibuat menurut jarak antar barisan tanaman (gawangan) arah
Timur-Barat dengan jarak 7,6 m.
- Dalam pengukuran untuk pemancangan, diasumsikan parit dan jalan dianggap
tidak ada sehingga seluruh areal yang diukur dianggap dipancang seluruhnya.
- Semua titik tanam yang telah dipancang harus dibebaskan dari kayu dengan
radius minimal 2,5 m. Demikian juga jalan untuk supervisi selebar 1,5 m harus
bebas dari kayu.
3.3.5 Pembersihan dan Pemadatan Jalur Tanam
a. Pembersihan
- Pembersihan jalur tanaman dilaksanakan setelah selesai pekerjaan rencek dan
perun.
- Sepanjang jalur tanam harus bersih dari tunggul dan kayu besar, agar tidak
menggangu ruang gerak alat berat pada saat pemadatan (compacting).

16
- Cara kerjanya adalah kayu dan tunggul yang berada di jalur tanam didorong ke
tepi, jika diperlukan dapat dilakukan rencek perun ulang, sehingga lahan betul-
betul bersih. Atau rumpukan-rumpukan yang ada diinjak-injak alat berat sampai
rata dengan tanah.
- Pekerjaan ini dilakukan secara mekanis dengan menggunakan Excavator atau
Bulldozer seri D6.
b. Pemadatan
Tujuan Pemadatan :
- Menurunkan permukaan tanah gambut secara cepat dan cukup dalam (30–50
cm), sehingga dalam proses penurunan permukaan gambut selanjutnya, akar
tanaman sudah dapat menjangkar kuat didalam tanah. Tindakan demikian akan
mengurangi kecenderungan tanaman menjadi miring dan roboh.
- Memudahkan mobilitas pekerja dalam pengelolaan tanaman karena tanpa
dipadatkan tanah menjadi lunak pada waktu basah dan berdebu pada waktu
kering.
Cara Pemadatan :
- Dibuat pancang/tanda yang jelas untuk setiap jalur tanam yang akan dipadatkan,
sehingga memudahkan operator alat berat pada saat bekerja di lapangan.
- Pemadatan dilakukan pada 2 (dua) jalur tanaman secara mekanis
mempergunakan alat berat.
- Alat berat yang dipergunakan adalah Bulldozer seri D6 atau seri D4 atau
Excavator dengan mengikuti jalur tanam yang sudah dibersihkan.
3.4 Penanaman
Jarak tanam 8m x 8m Jika jalur tanam tidak dipadatkan, kelapa sawit ditanam
dengan sistem lobang dalam lobang (hole in hole planting) dengan ukuran lobang
tanam sebagai berikut:
 Lobang luar : 140 x 140 x 140 cm
 Lobang dalam : 40 x 40 x 40 cm

17
 Lubang tanam “hole in hole planting“ dapat dibuat dengan menggunakan
Excavator PC 100 (preplant compactor) yang telah dimodifikasi bentuk ujung
lengannya (arm)
 Tunggul kayu yang terletak tepat di lobang tanam harus dibongkar, kecuali
jika tunggulnya tidak terlalu mengganggu dapat sedikit digeser.
 Setiap lubang tanam diberi pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk RP
dengan dosis 5 kg/lobang tanam
3.5. Managemen Tata Air
3.5.1. Bendungan
Bendungan adalah salah satu teknik yang digunakan untuk mengatur tata air
pada parit utama. Langkah-langkah pembuatan bendungan yaitu :
 Bendungan dibuat pada parit utama (main drain) dan paret sekunder
(collection drain).
 Bendungan terbuat dari balok broti sebagai cerucuk yang kemudian ditimbun
dengan karung yang telah diisi tanah merah dan disusun rapi.
 Tinggi bendungan sama dengan permukaan balok dan diberi pintu air (tinggi
50-70 cm dan lebar 50 cm dari permukaan tanah balok). Jumlah bendungan
bergantung pada ketinggian air dalam parit.
 Membuka pintu bendungan atau menurunkan ketinggian karung bendungan
pada musim hujan untuk mengeluarkan kemasaman pada tanah gambut.
 Menutup pintu bendungan atau mengembalikan ketinggian karung bendungan
sebelum akhir musim hujan untuk mengatur ketinggian air diparit-parit 50-70
cm dari permukaan tanah. Kelebihan air akan overflow diatas pintu
bendungan.

18
(a) (b) (c)
Gambar 3. Pembuatan bendungan (a,b) dan level air (c)
3.5.2. Pieziometer
Pieziometer adalah salah satu alat ukur tinggi rendahnya air dari permukaan
tanah.
Langkah-langkah pembuatan pieziometer sebagai berikut:
 Pieziometer dibuat dari pipa paralon diameter 3” dengan panjang 180 cm.
 Salah satu ujung paralon disumbat dengan material yang permeable (mudah
ditembus air), berada dibagian bawah.
 Dinding pipa sepanjang kurang lebih 100cm dibuat lubang-lubang kecil
dengan diameter 5 mm.
 Pipa ditanam dengan kedalaman 150 cm dan sisa 30 cm berada diatas
permukaan tanah.
 Mistar terbuat dari paraon berukuran 2 inch dengan dasar paralon diberi gabus
agar bisa mengapung. Mistar tersebut dibuat skala yang dimulai dari
perbatasan ujung pipa yang tidak tertanam (angka nol)
 Mistar dimasukan dalam pipa paralon berukuran 5 inch dan ditutup dengan
penutup yang mempunyai lubang ditengahnya sehingga mistar bisa bergerak
naik turun.
 Ketinggian air permukaan tanah dapat langsung diketahui sesuai dengan
angka yang sejajar dengan permukaan paralon yang telah diberi angka.
 Pengamatan dilakukan seminggu sekali, apabila ketinggian air dalam blok
turun > 70 cm pintu bendungan segera ditutup

19
 Penempatan pieziometer untuk satu blok 30 ha ada 2 unit. 1 unit berada 250 m
dari jalan utama sebelah selatan dan satu unit lagi berada 250 m dari jalan
utama sebelah utara.
 Untuk memudahkan pengamatan dan pemeriksaan, disarankan pieziometer
diletakan dipasar kontrol dengan jarak seperti diatas dan dibuat tanda petunjuk
dilapangan.

(a) (b) (c)


Gambar 4. Pieziometer (a,b, dan c)
3.6. Manajemen Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Pemeliharaan adalah suatu usaha untuk meningkatkan dan menjaga kesuburan
tanah dalam lingkungan pertumbuhan tanaman guna mendapatkan tanaman yang
sehat yang berproduksi sesuai dengan yang diharapkan.
Tanaman belum menghasilkan (TBM) yang ada di PT Sindora Seraya adalah
tanaman yang tahun penanamannya dilakukan pada tahun 2012 dan 2013. TBM
tersebut berada pada Divisi IV dan V. Adapun kegiatan pemeliharaan TBM yang
dilakukan di PT Sindora Seraya adalah:
3.6.1. Gawangan Manual
Gawangan manual adalah pengendalian gulma dengan cara manual pada area
gawangan mati dan gawangan hidup dengan tujuan mempermudahkan penyemprotan
serta pemupukan. Gawangan manual dilakukan dengan cara pembabatan
menggunakan parang babat dengan ketentuan tinggi gulma dengan sisa babatan 15-30
cm dari permukaan tanah. Adapun gulma yang dibabat adalah jenis pakis-pakisan,
anak kayu dan rerumputan dengan rotasi 3 bulan sekali. Pengerjaan gawangan

20
manual di awasi oleh mandor pemeliharaan dan dikerjakan oleh pemborong (SPKL)
yang berada di bawah kepala rombongan (KR).

Gambar 5. Melakukan gawangan manual/babatan.

3.6.2. Gawangan chemist / blanket


Chemist ialah pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida di
gawangan mati, antar pokok dalam barisan, pasar pikul, piringan, TPH, pinggiran
parit luar dan dalam blok serta badan jalan blok dengan cara penyemprotan. Gulma
yang harus di kendalikan adalah pakis kawat, pakis udang dan pakis gajah. Lalang
tidak di perbolehkan di semprot cukup di babat saja. Herbisida yang digunakan untuk
pengendalian gulma pada gawangan adalah campuran dari supretox 276 SL dengan
dosis 0,7 L/ha sedangkan supremo dan metsulindo 0,02 L/ha .Gawangan
chemist/blanket bertujuan untuk mengendalikan gulma yang berada di gawangan dan
juga jalan koleksi. Spesifikasi pengerjaan gawangan chemist/blanket adalah:
1. Memusnahkan gulma dengan memakai bahan kimia herbisida di seluruh areal
tanaman kelapa sawit termasuk di dalam parit dan jalan dalam blok
2. Alat semprot yang digunakan adalah knapsack solo sprayer volume 15 liter
3. Air yang digunakan adalah air bersih bebas dari lumpur
4. Pelaksanaan penyemprotan dimulai dari pagi hari sampai siang hari saat cuaca
cerah
5. Pihak pertama akan menyediakan bahan kimia herbisida dengan jumlah
takaran dosis yang sudah ditetapkan dibawah arahan mandor perawatan

21
tergantung jenis gulma yang akan dimusnahkan dengan bahan herbisida
kontak atau sistemik
6. Penyemprotan tidak boleh mengenai daun dan buah kelapa sawit
7. Penyemprotan harus merata dan basah sehingga gulma dapat mati
8. Dalam jangka 15 hari setelah penyemprotan gulma tidak menunjukkan gejala
mati maka pihak kedua harus melakukan penyemprotan ulang tanpa tambahan
biaya kerja (servis ulang)
9. Untuk areal yang tanamannya berumur ≤ 2 tahun (TBM II) wajib
menggunakan sungkup plastic, maksudnya agar tidak mengenai pelepah
kelapa sawit
3.6.3. Piringan Manual
Piringan manual adalah membersihkan gulma dengan cara digaruk pada
sekeliling pokok kelapa sawit dengan ketentuan panjang jari-jari pokok kelapa
sawit 1,5-2m.
Tujuan dilakukannya piringan adalah untuk memudahkan pemeliharaan
kelapa sawit, memudahkan pengutipan berondolan (TM) dan untuk
memudahkan pemupukan. Rotasi piringan manual adalah 4 bulan sekali yang
dikerjakan dibawah pengawasan mandor pemeliharaan. Pengerjaannnya
dilakukan secara borongan (SPKL) yang dipimpin oleh KR (kepala
rombongan). Spesifikasi pekerjaannya adalah sebagai berikut:
1. Membersihkan gulma disekeliling tanaman kelapa sawit (piringan)
2. Alat yang digunakan adalah parang babat mata dua atau cados (dodos yang
dibengkokkan)
3. Cara membersihkan dengan menggaruk piringan sampai ke akar gulma
4. Sampah-sampah dibersihkan seperti berondolan busuk/kering, sisa bunga,
pelepah dan ranting
5. Gulma yang merambat ke pokok kelapa sawit wajib dipotong dipangkal dan
diturunkan/ ditarik keluar piringan tanaman kelapa sawit

22
6. Ukuran jari-jari piringan untuk TBM adalah 1,5-2m dari pangkal batang atau
sampai ke ujung tajuk daun. Sedangkan untuk TM adalah 2-2,5m dari pangkal
batang.

Gambar 6. Pokok kelapa sawit yang telah dilakukan Piringan Manual di blok E 33
3.6.4. Kastrasi
Kastrasi adalah pembuangan bunga jantan serta bunga betina yang berada di pokok
kelapa sawit. Tujuan dari kastrasi untuk mempercepat pertumbuhan vegetatif
kelapa sawit dan pembesaran buah. Alat yang digunakan adalah dodos
kastrasi (dodos bermata pengkait) atau dodos biasa maksimum berukuran 8
cm dan gancu. Pada saat tanaman berumuran 13,14 dan 15 bulan setelah
tanam dengan cara membuang seluruh bunga jantan dan betina. Pada saat
berumur 16,17 dan 18 bulan setelah tanam dengan cara hanya membuang
bunga betina dan buah, bunga jantan dibiarkan untuk tempat
perkembangbiakan serangga untuk menyerbuk (Elaeidobius cameranicus).
Kastrasi dilakukan dengan cara:
 Bunga jantan dan bunga betina yang masih kuncup dipatahkan dengan mata
pengait
 Buah dan bunga jantan yang sudah tua dan seludang setelah dipotong dengan
mata dodos kemudian dibuang ke gawangan mati.
Dalam pengerjaan kastrasi diawasi oleh mandor panen dan di kerjakan oleh karyawan
panen.

23
3.6.5. Sanitasi
Sanitasi adalah pengambilan buah masak serta membuang buah busuk,
jangkos, pelepah dasar dan kering tidak diperbolehkan membuang pelepah dipasar
pikul. Tujuan dari sanitasi ini adalah untuk mempermudah proses panen dan
mendapatkan kondisi buah yang baik pada saat memulai panen. Alat yang digunakan
ialah dodos (tanpa mata pengkait) maksimum berukuran 8 cm, gancu, angkong untuk
mengangkut buah ke TPH kecil. Waktu pengerjaan sanitasi dilakukan 3 atau 4 bulan
sebelum panen pertama. Teknik pelaksaan sanitasi sebagai berikut:
- Membuang tandan Parthenocarpy dan tandan busuk terutama yang di serang
Tirataba. Tandan tersebut harus diletakkan di gawangan mati
- Membuang semua pelepah kering pada pangkal pohon dan diletakkan di
gawangan mati serta dilarang memotong pelepah segar
- Membersihkan semua sampah disekitar pohon untuk memudahkan pengutipan
berondolan.
Sanitasi yang kami ikuti langsung dilapangan pada blok F 35 dengan luas
36,06 ha dengan jumlah pokok 4,746 pokok tahun tanam 2012 dengan BJR 2,5, Basis
450 kg atau 180 tandan berlaku proposi apabila tidak memenuhi target. System
sanitasi HK berdasarkan Tonase (panen).

Gambar 7. Pembuangan buah busuk dan penyusunan buah TBS sebelah kanan, TBK
sebelah tengah dan sebelah kiri buah sortir

24
3.7. Manajemen Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)
3.7.1. Chemist Piringan, Pasar Pikul dan TPH (Tempat Pengumpulan Hasil)
Chemist piringan, pasar pikul dan TPH bertujuan untuk membebaskan
piringan dari gulma yang dapat merugikan tanaman utama melalui persaingan dalam
hal pemanfaatan unsure hara, pupuk dan air, memudahkan pelaksanaan panen seperti
pengangkutan buah ke TPH dan pengutipan brondolan, penenpatan pupuk agar pupuk
yang diberikan dapat mencapai sasaran yang optimal, memudahkan fungsi
pengawasan dan pekerjaan rawat lainnya, serta membersihkan TPH dari segala
rumput agar memudahkan peletakan TBS dan Brondolan. Pekerjaan CPT harus
dilakukan paling lambat 1 (satu) bulan setelah weeding manual. Khusus untuk
tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman sisipan pekerjaan perawatan
piringan harus dengan cara manual agar tanaman tidak keracunan terhadap bahan
kimia.
Pada blok E 4 dengan luas 30,32 ha dan jumlah pokok 3,981 pada tahun
tanam 2011. Norma bahan yang digunakan yaitu supretox 276 SL bahan aktif
paraquat diklorida 276 g/L dengan dosis 0,56 L/Ha, metsulindo 20 WP bahan aktif
metil metsulfuron 20% dengan dosis 0,02 Kg/Ha. Kebutuhan bahan dalam satu blok
ini yaitu untuk supretox 276 SL sebanyak 17,21 L/Ha, metsulindo 20 WP sebanyak
0,61 Kg/Ha. Dosis per knapsack sebanyak 60 cc/15 L air. Rotasi chemist dilakukan 4
bulan sekali. Pemakaian herbisida untuk CPT harus selektif sesuai dengan kondisi
gulma dan sifat bahan aktif herbisida yang dipakai. Spesifikasi pekerjaan sebagai
berikut:
- Mengendalikan semua gulma dengan menggunakan herbisida di area piringan,
pasar pikul dan TPH, dilakukan dengan cara penyemprotan. Sehingga area
piringan, pasar pikul dan TPH bersih dari gulma.
- Penyemprotan tidak boleh mengenai daun pokok tanaman kelapa sawit.
- Area penyemprotan adalah :
 Jari-jari piringan TBM 2-3 adalah 1,5 meter dari pangkal pokok tanaman kelapa
sawit.

25
 Jari-jari piringan TM adalah 2,5 meter dari pangkal pokok tanaman kelapa
sawit.
 Lebar pasar pikul adalah 1,25 meter.
- Untuk keperluan pekerjaan maka pihak pertama (perusahaan) menyediakan
bahan herbisida. Oleh sebab itu herbisida harus tepat sasaran, tepat dosis dan
tepat waktu, supaya pemakaian herbisida menjadi efektif. Teknik penyemprotan
diatur oleh kebun.
- Pada saat mendung atau hujan dilarang melakukan penyemprotan.
- Awal waktu penyemprotan yang efektif adalah pukul 07.30.
- Dalam jangka waktu 14 hari kondisi gulma tidak menunjukkan gejala mati yang
nyata, maka pihak kedua (pemborong) harus melakukan servis ulang dan
pengadaan herbisida menjadi tanggung jawab pemborong.
- Alat yang digunakan adalah Knapsak Solo Sprayer dan air yang digunakan
adalah air bersih bebas dari lumpur.

(a) (b)
Gambar 8. Pencampuran herbisida (supremo) (a) dan penyemprotan pada
piringan (b)
3.7.2. Gawangan Manual
Dilaksanakan pada blok E 4 luas 30,32 ha dengan jumlah pokok 3,981 pada
tahun tanam 2011. Dengan sistem borongan Rp.110,000/ha, norma HK 0,5

26
ha/hk. Rotasi pelaksanaan 4 bulan sekali. Spesifikasi pekerjaan sebagai
berikut:
 Mengendalikan Gulma di area gawangan tanaman kelapa sawit termasuk
pinggir parit luar dan dalam blok serta badan jalan dalam blok dengan cara
dibabat.
 Tinggi maksimal babatan adalah 20 cm dari permukaan tanah untuk gulma
dengan diameter batang < 5 cm. Dan untuk gulma dengan dimeter batang > 5
cm, tinggi babatan maksimal adalah 25 cm dari permukaan tanah.
 Gulma merambat harus dipotong pada pangkal akarnya, dan diturunkan
apabila ada yang merambat pada pokok tanaman kelapa sawit.
 Lalang tidak dibabat.
 Alat yang digunakan adalah parang babat atau alat kerja yang sesuai dengan
pekerjaan.
3.7.3. Prunning (Penunasan)
Pruning adalah memotong pelepah yang tidak produktif mulai dari dasar
pelepah dan mempertahankan songgo dua ( 2 pelepah di bawah buah) yang
bertujuan untuk mengefisienkan dalam hal metabolisme tanaman dalam
mengahasilkan produksi, kerapian dan estetika. Spesifikasi pekerjaan pruning
ialah:
 Pelepah yang dipotong harus mepet ke pangkal batang, maksimal panjang 8
cm dari pangkal batang.
 Berdasarkan umur tanaman :
 Tanaman dibawah umur 8 tahun : Pelepah yang harus dipotong menyisahkan
2 pelepah dibawah buah (Songgo 2)
 Tanaman diatas umur 8 tahun : Pelepah yang harus dipotong menyisahkan
1 pelepah dibawah buah (Songgo 1)
 Membuang atau membersihkan buah-buah busuk dari pokok.
 Pelepah yang dipotong harus disusun rapi di gawangan mati, pola penyusunan
diatur oleh kebun.

27
Alat yang digunakan adalah dodos atau egrek sesuai dengan ketinggian pokok
tanaman kelapa sawit. Rotasi tunasan 9-12 bulan. Pruning untuk tanaman
menghasilkan dilakukan dengan pertimbangan: 1. Keseimbangan jumlah
pelepah yang standar untuk satu pohon kelapa sawit sehingga tidak terjadi
persaingan dalam translokasi unsure hara. 2. Agar proses panen lancar dan
brondolan tidak menyangkut diketiak pelepah.
Standart pelepah berdasarkan umur tanaman
Tabel. Standart pelepah berdasarkan umur tanaman (tahun)
Umur Total pelepah Pelepah/spiral Songgo tandan masak
tanaman terbawah
(tahun)
4-7 56-64 7-8 3
8-10 48-56 6-7 2
10-15 40-48 5-6 2
>15 32 4 1

Syarat-syarat pruning
1. Potongan pelepah harus rapat ke pangkal batang
2. Pangkasan harus seimbang (timbangan air)
3. Pelepah disusun di gawangan mati
4. Tidak boleh over pruning.

Gambar 9. Pokok kelapa sawit yang telah di tunas.

28
3.8. Inventarisasi Hama dan Penyakit tanaman
Kegiatan yang berhubungan dengan hama dan penyakit tanaman pada tanaman
kelapa sawit khususnya di PT. Sindora Seraya Kebun Sei Rokan yaitu :
3.8.1. Sensus Hama Penyakit
Sensus merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan data
keadaan serangan hama dan penyakit di lapangan untuk di tindak lanjuti dengan
pengaplikasian pengendalian hama dan penyakit tanaman kelapa sawit agar tidak
mengakibatkan kerugian. Biasanya setelah melakukan sensus hama kegiatan
selanjutnya adalah pengendalian terhadap hama tersebut. Kegiatan pengendalian
dilakukan 2 hari setelah sensus.
Sensus dilaksanakan di blok E26 dengan luas lahan 29.46 Ha, jumlah pokok
4.142 pokok dan tahun tanam 2011 di Divisi III. Norma Hk yang digunakan untuk
sensus yaitu 0,20 HK dengan norma harga Rp. 85.000,- untuk KHT (Karyawan
Harian Tetap) dan Rp. 70.850,- untuk KHL (Karyawan Karian Lepas), tenaga kerja
yang dibutuhkan dalam satu blok ini yaitu 29.46 Ha x 0,20 HK= 6 HK.
Data yang disensus berupa
K (Kumbang) :
R (Rayap) :
T (Tikus) :
Pohon Mati :
Simbol yang digunakan dalam menandakan serangan hama yang terjadi di pokok
kelapa sawit :
 Pokok pertama dalam baris

Simbol untuk hama yang menyerang tanaman kelapa sawit setelah disensus
yaitu No sensus – jumlah pokok yang terserang dalam baris - periode sensus - tanggal
sensus – bulan sensus – tahun sensus.
Contoh : 03 – R5 / 1 - 16 – 02 – 2016.
 Pokok terserang
Tingkat serangan – tanggal, bulan, tahun sensus.

29
Contoh : RB - 16 – 02 – 2016
3.8.2. Pengendalian Hama Penyakit
A. Pengertian Hama

Hama dalam arti luas adalah semua bentuk gangguan baik pada manusia,
ternak dan tanaman. Pengertian hama dalam arti sempit yang berkaitan dengan
kegiatan budidaya tanaman adalah semua hewan yang merusak tanaman atau hasilnya
dan menimbulkan kerugian secara ekonomis. Adanya pengertian bahwa suatu hewan
dalam satu pertanaman belum menimbulkan kerugian secara ekonomis belum dapat
disebut sebagai hama. Namun demikian, potensi mereka sebagai hama nantinya perlu
dimonitoringkan dalam suatu kegiatan yang disebut pemantauan (monitoring)
(Sugiyanto, 2013).
B. Sebab Terjadinya Hama
Menurut Susniahti, N, dkk , (2005). ada beberapa faktor penyebab terjadinya
hama pada suatu areal perkebunan, yaitu :
 Perubahan lingkungan

Pada ekosistem alami makanan hama terbatas dan musuh alami berperan aktif
selain hambatan lingkungan, sehingga populasi hama rendah. Sebaliknya pada
ekosistem pertanian, terutama yang monokultur makanan hama relatif tidak terbatas
sehingga populasi bertambah dengan cepat tanpa dapat diimbangi oleh musuh
alaminya.
 Perpindahan tempat

Serangga hama dapat berpindah tempat secara aktif maupun pasif.


Perpindahan tempat secara aktif dilakukan oleh imago dengan cara terbang atau
berjalan. Secara pasif dilakukan oleh faktor lain seperti; tertiup angin atau terbawa
pada tanaman yang dipindahkan oleh manusia. Di tempat yang baru populasi hama
ini bertambah dengan cepat bila faktor lingkungan mendukungnya.

30
 Aplikasi pestisida yang tidak bijaksana

Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana akan menyebabkan permasalahan


hama semakin kompleks, banyak musuh alami yang mati sehingga populasi hama
bertambah tinggi disamping berkembangnya resistensi, resurgensi dan munculnya
hama sekunder. Resistensi terhadap pestisida bisa terjadi kalau digunakan jenis
insektisida yang sama (bahan aktif sama atau kelompok senyawa yang sama) secara
terus-menerus, terutama dosis yang digunakan tidak tepat. Pada populasi hama di
alam terjadi keragaman genetik antara individu - individunya. Ada individu yang
tahan terhadap suatu jenis pestisida dan ada yang tidak tahan. Bila digunakan jenis
pestisida yang sama secara terus menerus maka individu yang ada dalam populasi
tersebut akan terseleksi menjadi individu yang tahan. Apabila hama tersebut
berkembangbiak dan masih digunakan pestisida yang sama dengan dosis yang sama
maka jumlah individu yang tahan akan semakin banyak demikian seterusnya.
Resurgensi adalah peningkatan populasi hama yang terjadi. Setelah aplikasi
pestisida, populasi hama yang mula-mula rendah kemudian meningkat lagi dengan
cepat melebihi tingkat populasi sebelum aplikasi pestisida. Penyebab utama
terjadinya resurgensi adalah terbunuhnya musuh alami hama tersebut pada waktu
aplikasi pestisida. Musuh alami umumnya lebih rentan terhadap pestisida
dibandingkan hama. Apabila populasi hama tersebut meningkat lagi pada generasi
berikutnya atau datang dari tempat lain maka tidak ada lagi musuh alaminya yang
mengendalikan hama populasi hama meningkat.
C. Status Hama
Susniahti, N, dkk , (2005) berpendapat bahwa pada suatu ekosistem pertanian
ada hama yang setiap tahun merusak tanaman sehingga menimbulkan kerugian yang
cukup besar, ada hama yang populasinya tidak begitu tinggi tetapi merugikan
tanaman pula bahkan ada hama yang populasinya sangat rendah dan kerusakan yang
diderita tanaman kurang diperhitungkan. Untuk lebih jelasnya pengelompokan hama
dapat dikategorikan sebagai berikut :

31
 Major pest / main pest / key pest atau hama penting / hama utama, adalah
serangga hama yang selalu menyerang tanaman dengan intensitas serangan
yang berat sehingga diperlukan pengendalian. Hama utama itu akan selalu
menimbulkan masalah setiap tahunnya dan menimbulkan kerugian cukup
besar. Biasanya ada satu atau dua spesies serangga hama utama di suatu
daerah. Hama utama untuk tiap daerah dapat sama atau berbeda dengan
daerah lain pada tanaman yang sama. Sebagai contoh hama utama pada
tanaman kelapa sawit di PT. Sindora Seraya ini yaitu hama rayap, karena
serangan hama tersebut dapat menimbukan kerugian yang cukup besar
sehingga diperlukan strategi pengendaliannya.
 Secondery pest / potensial pest adalah hama yang pada keadaan normal akan
menyebabkan kerusakan yang kurang berarti tetapi kemungkinan adanya
perubahan ekosistem akan dapat meningkatkan populasinya sehingga
intensitas serangan sangat merugikan. Dengan demikian status hama berubah
menjadi hama utama. Sebagai contoh hama kumbang tanduk atau Oryctes
rhinoceros pada tanaman kelapa sawit kurang merugikan tanaman bila
populasi masih rendah. Apabila tempat perkembangbiakannya bertambah
yaitu berupa pengaplikasian janjang kosong yang tidak tepat maka populasi
akan meningkat dan menimbulkan kerugian yang besar.
 Incidently pest / occasional pest adalah hama yang menyebabkan kerusakan
tanaman sangat kecil atau kurang berarti tetapi sewaktu-waktu populasinya
dapat meningkat dan akan menimbulkan kerusakan ekonomi pada tanaman.
Sebagai contoh hama tikus yang menyerang buah tanaman kelapa sawit.
 Migratory pest adalah hama bukan berasal dari agroekosistem setempat tetapi
datang dari luar secara periodik yang mungkin menimbulkan kerusakan
ekonomi. Sebagai contoh serangga hama tikus pohon yang memakan dan
menggerek buah kelapa sawit.

32
D. Jenis Hama Kelapa Sawit

Salah satu permasalahan penting dalam budidaya tanaman, termasuk kelapa


sawit, adalah serangan hama yang dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman
hingga berdampak pada penurunan tingkat produksi kelapa sawit. Hama dapat
menyerang kelapa sawit sejak tahap pra-pembibitan hingga tahap menghasilkan.
Secara umum berikut ini adalah hama yang menyerang tanaman kelapa sawit periode
meghasilkan (Daun Hijau, 2012).

Hama yang menyerang batang atau pelepah :

 Rayap (Coptotermes curvignatus)


 Tikus pohon (Rattus rattus tiomanicus)

Hama yang menyerang daun :

 Ulat api : Sethothosea assigna, Setora nitens, Darna trima


 Kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros)

Hama yang menyerang buah dan tandan :

 Tikus pohon (Rattus-rattus tiomanicus)

Pengendalian terhadap hama-hama kelapa sawit tersebut harus dilakukan apabila


populasinya telah mencapai ambang ekonomi. Untuk mengetahui status populasi
hama, perlu dilakukan monitoring serangan hama secara berkala pada titik titik yang
telah ditentukan. Kesalahan dalam monitoring serangan hama dapat berdampak pada
peledakan hama di lapangan, dan tindakan pengendalian yang terlambat akan
berakibat pada kehilangan hasil yang signifikan.
1. Hama yang menyerang batang atau pelepah
a. Rayap (Coptotermes curvignatus)

Rayap memiliki nama latin Coptotermes curvignathus merupakan hama yang


serius dan harus ditangani secara rutin terutama pada perkebunan kelapa sawit di

33
lahan gambut. Bagian tanaman kelapa sawit yang terserang adalah bagian tanaman
seperti akar, batang bahkan sampai kedaun, baik pada pembibitan, tanaman belum
menghasilkan dan tanaman yang sudah menghasilkan juga tidak luput dari serangan
hama ini. Rayap memiliki tiga bagian utama tubuh yaitu, kepala, dada / thorax dan
perut / abdomen. Rayap memiliki sistem sosial, dengan raja, ratu, pekerja, dan
prajurit.

- Rayap pekerja, memiliki cirri berwarna putih dan panjang tubuhnya 5 mm


- Rayap tentara, tubuhnya berukuran 6 - 8 mm, kepalanya besar dan memiliki
rahang yang kuat. Apabila diganggu, rayap tersebut akan mengeluarkan cairan
putih dari kelenjar di bagian depan kepalanya
- Rayap ratu memiliki ciri-ciri, panjang tubuhnya dapat mencapai 50 mm. Ratu
mempunyai tugas utama untuk reproduksi anggota koloni
- Gejala serangan rayap pada tanaman kelapa sawit

Pada tanaman kelapa sawit gejala serangan rayap diketahui dari adanya
penumpukan tanah pada pangkal pelepah sampai ke pucuk tanaman. Di dalam lapisan
tanah tersebut, dapat ditemukan rayap prajurit yang melakukan penggerekan ke dalam
batang, mencapai titik tumbuh dan akhirnya tanaman tersebut mati (Andriaty, 2007).

Gejala serangan C. curvignathus pada bagian luar tanaman kelapa sawit


dewasa adalah berupa lapisan tanah mulai dari pangkal batang sampai ke tandan
buah. Pada bagian dalam batang gejala tersebut adalah berupa lubang besar dan
adanya sarang C. curvignathus yang menyerupai lapisan karton yang bercampur
dengan kotoran serta dikelilingi oleh kumpulan tanah liat. Sarang tersebut hanya
berisi rayap dari kasta prajurit, pekerja dan nimfa, sedangkan raja, ratu, dan telur
berada pada sarang utama. Sarang utama biasanya berada di dalam kayu mati yang
berada di bawah atau di atas permukaan tanah (Prasetiyo, 2006 ). Serangan ringan
ditandai dengan adanya lapisan tanah yang berada di ketiak kelapa sawit bagian
bawah. Serangan sedang ditandai dengan adanya lapisan tanah hingga pertengahan
pokok kelapa sawit, Tanaman kelapa sawit dikategorikan terserang berat apabila

34
serangan rayap sudah mencapai titik tumbuh yang dapat mengakibatkan tanaman
mati.

 Pengendalian rayap secara kimia

Untuk pengendalian secara kimia dapat dikendalikan dengan menggunakan


insektisida jenis kontak yang disarankan. Pegendalian secara kimia umumnya
dilakukan dengan metode penyemprotan (Daun Hijau, 2012).

Alat yang digunakan :

1. Parang : digunakan untuk memotong pelepah agar mempermudah


pengendalian dan penyemprotan pada pokok yang terserang hama rayap.

Gambar 10. Parang

2. Babat layang : digunakan sebagai alat pembersih gulma pada piringan saat
pengendalian dilaksanakan.

Gambar 11. Babat layang

35
3. Gancu rayap : digunakan sebagai pembersih atau penghancur lapisan-lapisan
tanah yang berada di ketiak maupun di pucuk kelapa sawit.

Gambar 12. Gancu rayap


4. Kep solo : digunakan sebagai alat penyemprotan bahan kimia pada pokok
yang terserang hama rayap tersebut.

Gambar 13. Knapsack sprayer


 Bahan yang digunakan
1. Penalty 50 SC
Bahan aktif : fipromil 50 g/ltr
Konsentrasi yang dianjurkan yaitu 25 cc/ltr

Gambar 14. Penalty

36
 Waktu pengendalian
Pengendalian dilakukan di Divisi III

1. Kamis/ 04 Febuari 2016 blok E22 tahun tanah 2011 dengan luas lahan 28.36
Ha.
2. Selasa / 16 Febuari 2016 blok E26 tahun tanam 2011 dengan luas 29.46 Ha.
3. Sabtu / 20 Febuari 2016 blok F23 tahun tanam 2011 dengan luas 28.12 Ha.
 Cara pengaplikasian
1. Pemotongan pelepah dari bawah yang telah terserang rayap sampai ke
songgok satu yang bertujuan agar mempermudah penyemprotan dan
pembersihan lapisan-lapisan tanah pada ketiak-ketiak pokok kelapa sawit.
2. Pembersihan piringan agar rayap yang berada dipokok jatuh ke tanah dan
akan di semprot menggunakan bahan kimia.
3. Menghancurkan sarang diseluruh pokok dengan gancu rayap mulai dari pucuk
hingga bawah ketiak kelapa sawit.
4. Penyemprotan dilakukan dengan dosis 0,025 L/pokok
5. Pokok yang terserang disemprot dengan 5 L/pokok dan untuk mencegah
pokok dekat tanaman terserang disemprot dengan 1,6 L/.
6. Setelah pengendalian dilakukan pokok akan di tandai dengan hama yang
terserang – tanggal, bulan,dan tahun pengendalian – X (berapa kali
pengendalian) menggunakan cet merah di bagian pelepah.
Contoh : R- 04 – 02 – 2016 – X

Gambar 15. pengisian air dan pelarutan Penalty

37
(a) (b)
Gambar 16. Sarang Rayap dan Pembersihan sarang rayap
b. Tikus pohon (Rattus rattus tiomanicus)

Tikus pohon termasuk golongan omnivora (pemakan segala) tetapi cenderung


untuk memakan biji-bijian. Pada tanaman kelapa sawit tikus memakan buah mentah
dan matang, atau mengerat bagian pangkal pelepah pada TBM, sehingga dapat
mematikan tanaman muda.
Tikus pohon tidak dapat membuat sarang dengan cara menggali tanah, tetapi
membuat sarang di antara pelepah-pelepah daun kelapa sawit atau celah-celah yang
ada di antara pohon pohon.

 Waktu pengendalian
Dilakukan di Divisi I jumat 12 Febuari 2016 blok B14 tahun tanam 1998
dengan luas 24.93 Ha.

 Pengendalian

Tikus pohon (Rattus rattus tiomanicus) adalah hama penting pada perkebunan
kelapa sawit. Pengendalian serangan tikus pohon pada perkebunan kelapa sawit
dilakukan dengan memberikan perlakuan klerat. biasa klerat digunakan 2 butir yang
di letakkan di piringan dan di atas pelepah dekat buah.

38
Gambar 17. Klerat
Kelerat memiliki kelebihan seperti bahan mudah didapat, dapat digunakan
pada TBM dan TM, dan mudah diaplikasikan. Kekurangannya, antara lain mahal,
tidak ramah lingkungan, dan dapat terjadi kekebalan/ kejeraan tikus (Daun Hijau,
2012).
Pengendalian yang lain, yaitu pengendalian untuk mengendalikan populasi
tikus pohon (R.r. tiomanicus), yaitu dengan menggunakan musuh alami. Musuh alami
yang biasa digunakan untuk mengendalikan populasi tikus pohon (R.r .tiomanicus)
sehingga serangan tikus pohon (R.r. tiomanicus) pada tanaman kelapa sawit dapat
diminimalisir, yaitu Tyto alba. Beberapa kelebihan penggunaan Tyto alba dalam
mengendalikan populasi tikus pohon (R.r. tiomanicus) di perkebunan kelapa sawit
adalah ramah lingkungan, mudah dilakukan, 60% lebih murah dari pada
menggunakan kelerat, tidak perlu pengawasan ketat karena secara alami Tyto alba
akan berburu tikus untuk kebutuhan makanannya.
Burung hantu T. alba merupakan predator hama tikus yang sangat potensial
karena 90% makanannya berupa tikus. Seekor T. alba dapat memangsa 150 ekor
tikus per bulan atau 4-5 ekor tikus dalam satu malam. Perkembangan cepat dan daya
jelajah tinggi sejauh 3-12 km. Oleh karena itu, penggunaan T. alba efektif dan efisien
dalam mengendalikan serangan tikus pohon (R.r. tiomanicus) pada perkebunan
kelapa sawit (Daun Hijau, 2012).

39
Gambar 18. Rumah burung hantu
2. Hama perusak daun kelapa sawit

Jenis hama yang banyak dijumpai yaitu ulat kantong, ulat api dan ulat bulu.
Akibat serangan berat hama tersebut diatas dapat menyebabkan pertumbuhan
tanaman muda terhambat sehingga akan memperpanjang masa. Tanaman belum
menghasilkan (TBM). Sedangkan akibat serangan berat pada tanaman menghasilkan
(TM) dapat menyebabkan penurunan produksi.
a. Ulat api

Gejala serangan ulat api pada kelapa atau kelapa sawit umumnya sama, yaitu
rusaknya daun tanaman. Gejala serangan dimulai dari daun bagian bawah. Larva akan
memakan helaian daun mulai dari tepi hingga helaian daun yang telah berlubang
habis, tinggal menyisakan tulang daun atau lidi. Bagian daun yang disukai ulat api
adalah anak daun pada ujung pelepah. Akibatnya tanaman terganggu proses
fotosintesisnya karena daun menjadi kering, pelepahnya menggantung dan akhirnya
berdampak pada tidak terbentuknya tandan selama 2-3 tahun.
Ulat api terkenal sangat rakus. Dalam sehari mampu memakan 300-500 cm
daun kelapa sawit. Batas ambang ekonomi (AE) untuk ulat api adalah 5-10 ekor. Ini
berarti bila dalam 1 pohon ditemukan sedikitnya 5 ekor larva, maka pengendalian
perlu segera dilakukan.
Jenis-jenis Ulat Api
Adapun jenis ulat api yang menyerang tanaman kelapa sawit yaitu :
 Ulat api Setothosea asigna

40
S. asigna merupakan jenis ulat api yang terpenting pada tanaman kelapa sawit.
Ulat ini berwarna hijau kekuningan dengan bercak-bercak yang khas di punggungnya
dengan panjang 30-36 mm dan lebarnya 14 mm. Jumlah ulat 5- 10/pelepah
merupakan populasi yang sudah kritis dan sudah harus dikendalikan (Pusat Penelitian
Kelapa Sawit, 2009)
 Ulat api Setora nitens

S. nitens berwarna hijau kekuningan, panjangnya mencapai 40 mm,


mempunyai 2 rumpun bulu kasar di kepala dan dua rumpun di bagian ekor. Jumlah
ulat 5-10/pelepah merupakan populasi kritis (Setyamidjaja, 2006).
- Pengendalian hama ulat api
Hama ulat api dikendalikan dengan menggunakan bahan :
 Decis 25 EC ( Bahan aktif Deltametrin )
 Alat Fogging
 Dosis yang dianjurkan :
1. Decis 25 EC dosisnya 0,25 ltr/ha
2. Solar dosisnya 3 ltr/ha
3. Bensin dosisnya 0,8 ltr/ha
- Cara pengendalian
1. Kapasitas fogging adalah ± 5 liter larutan dengan rincian :
a. Decis 25 EC sebanyak 0,25 ltr
b. Solar sebanyak 3 liter
c. Air sebanyak 1,75 liter
2. Satu alat Fogging untuk jangkauan 1-2 ha
3. Untuk kepadatan ulat yang ringan, aplikasi Fogging dapat dilakukan per 2
pasar pikul atau per 3 pasar pikul. Sedangkan untuk kepadatan ulat sedang
sampai berat dapat dilakukan per pasar pikul.
4. Waktu aplikasi Fogging adalah sore menjelang malam.

Selain menggunakan bahan kimia pengendalian ulat api dapat dilakukan dengan
cara menanam bunga tunera disekitar perkebunan pengendalian ini disebut

41
pengendalian alami karna jika kupu-kupu dari ulat api menghisap madu pada bunga
tunera akan menyebabkan kemandulan pada kupu-kupu tersebut, sehingga
perkembangan hama ulat api dapat dihentikan.

Gambar 19. Bunga turnera


b. Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros)

Oryctes rhinoceros atau kumbang tanduk merupakan salah satu hama penting
pada kelapa sawit dan dikenal sebagai hama pengerek pucuk kelapa sawit. Hama ini
menyebar hampir di seluruh provinsi yang ada di Indonesia karena ketersediaan inang
dan tumpukan bahan organik di lapangan sebagai tempat perkembangbiakan dan
makanan larva. Hama ini menyerang tanaman kelapa sawit yang ditanam di lapangan
sampai umur 2,5 tahun dengan merusak titik tumbuh sehingga terjadi kerusakan pada
daun muda. Kumbang tanduk pada umumnya menyerang tanaman kelapa sawit muda
dan dapat menurunkan produksi tandan buah segar (TBS) pada tahun pertama
menghasilkan hingga 69%, bahkan menyebabkan tanaman muda mati mencapai 25%
(Daud, 2007).
Gejala serangan Kumbang Tanduk pada kelapa sawit :
 Terlihat sisa dari bekas serangan kumbang berupa kumpulan serbuk dari
pelepah sawit bagian tengah lubang yang mengumpul keluar dari sela-sela
pelepah.
 Pupus patah/ sengkleh.
 Pelepah berlubang dan berwarna hitam pada bekas serangan dan dapat
mengakibatkan pelepah patah.

42
Cara pengendalian
Aplikasi menggunakan pheromone
 Bahan yang digunakan
1. Pheromone
2. Ember atau bekas jerigen 20 ltr sebagai tempat untuk memasang pheromone.
3. Tiang setinggi 2-2,5 meter tempat menggantungkan ember atau jerigen.
 Teknik pengendalian Kumbang Tanduk
a. Satu pheromone digunakan untuk areal 10 ha. Pengamatan pheromone
dilakukan tiap satu minggu
b. Data kumbang tanduk yang masuk perangkap dihitung, kemudian
dikonversikan ke satuan ekor/ha. Data tersebut sebagai dasar monitoring
untuk kepadatan populasi kumbang tanduk per hektarnya dan sebagai dasar
untuk melakukan pengendalian.
c. Setelah dihitung kumbang tanduk di musnahkan.
Diameter 6 cm

Lubang pada tutup ember

Lubang lembung air diameter 0,5-1 cm

Pheromone digantung ± 3cm dari lubang\


Gambar 20. Perangkap kumbang
3.9 Rekomendasi Pemupukan
3.9.1 Penentuan contoh daun

Daun kelapa sawit yang harus diambil untuk analisis kadar hara dan rekomendasi
pemupukan adalah daun dari pelepah No. 17. Penggunaan daun dari pelepah No. 17 ini
didasarkan pada hasil penelitian, dan telah menjadi standar internasional. Penilaian hasil
analisisnya juga dilakukan atas dasar standar kadar hara internasional.
Tanaman kelapa sawit rata-rata membentuk satu pelepah daun baru setiap 10 hari.
Daun yang terbentuk biasanya tumbuh tegak dan disebut daun tombak. Letak daun yang baru

43
tumbuh ini terhadap daun sebelumnya membentuk sudut ± 140 0 , demikian pula letak daun-
daun sebelumnya. Dengan susunan tersebut rumus daun kelapa sawit (phyllotaxis) adalah
3/8, yang artinya dalam 3 kali putaran mengelilingi batang akan ditemukan 8 pelepah daun.
Hal tersebut berarti bahwa dibawah daun No. 1 terletak daun No. 9, dan dibawah daun No. 9,
terletak daun No. 17 dan seterusnya. Namun letak daun No. 9 tidak persis dibawah daun No.
1, demikian pula daun No. 17 tidak terletak lurus dibawah daun No. 9, tetapi agak bergeser
ke kiri atau ke kanan tergantung pada sifat spiral daun tanamannya.
Pada tanaman yang spiral daunnya adalah spiral kanan pelepah daun No. 9 terletak
dibawah pelepah daun No. 1 tetapi agak bergeser ke kiri. Demikian pula letak pelepah daun
No. 17, dibawah pelepah daun No. 9 agak bergeser kekiri. Sebaliknya, pada tanaman yang
spiral daunnya adalah spiral kiri, pelepah daun No. 9 terletak dibawah pelepah daun No. 1
tetapi agak bergeser ke kanan. Demikian pula pelepah daun No. 17, terletak dibawah pelepah
daun No. 9 tetapi agak bergeser ke kanan.
Untuk menetapkan pelepah daun No. 17, disamping penetapan spiral daun, juga
sangat penting adalah penetapan pelepah daun No. 1. Pelepah daun No. 1 adalah pelepah
daun termuda yang telah membuka sempurna, artinya 100% helai daunnya telah membuka.
Di bawah pelepah daun No. 1 terletak pelepah No. 9, dan berikutnya adalah pelepah No. 17.
Penentuan pelepah daun No. 1 ini memerlukan keteletian khusus dan oleh karenanya harus
dilakukan oleh tenaga yang terlatih.
3.9.2 Pengambilan Contoh Daun
Waktu pengambilan contoh daun harus konsisten, artinya setiap tahun pengambilan
contoh dilakukan pada bulan yang sama. Pengambilan hendaknya dilakukan 3 (tiga) bulan
setelah pemupukan, tidak pada musim kering dan juga tidak pada waktu curah hujan tinggi.
Waktu pengambilan jam 07.00 – 12.00, tidak turun hujan.
Alat yang diperlukan untuk pengambilan contoh daun adalah :
a. Egrek
b. Parang yang tajam atau “cutter” besar
c. Kantong kertas atau kantong plastik
d. Label
e. Spidol

Setelah pelepah daun No. 1, 9, dan 17 ditetapkan, pelepah daun No. 17 dipotong dan
diturunkan.

44
Selanjutnya pengambilan contoh daun dilakukan sebagai berikut :
1. Daun yang digunakan sebagai contoh diambil dari tempat sekitar 0,6 X panjang
pelepah
2. Diambil 3 helai daun dari bagian kanan dan 3 helai daun dari bagian kiri pelepah
3. Helai-helai daun tersebut kemudian dipotong 1/3 bagian pangkal dan 1/3 bagian
ujungnya untuk dibuang, sedang yang digunakan sebagai contoh adalah 1/3 bagian
ditengah
4. Contoh-contoh daun dari satu KCD disatukan dalam kantong (kertas atau plastik) dan
diberi label yang mencantumkan :
a. Nama PT
b. Nama Kebun/Afdeling
c. Nomor Blok
d. Tahun Tanam
e. Tanggal pengambilan
f. Nama Petugas (Petugas yang mengambil contoh daun)
5. Semua contoh daun yang diambil segera dibawa kekantor ( Pusat atau Afdeling )
untuk diproses lebih lanjut.

3.9.3 Pemrosesan Contoh Daun


Contoh daun yang diambil dari setiap KCD (Blok) harus segera diproses dikantor.
Bila pemrosesan tidak dapat dilakukan pada hari yang sama, contoh daun harus disimpan
dalam almari es agar tidak terjadi fermentasi yang dapat mempengaruhui kadar haranya. Alat
dan bahan yang diperlukan untuk memproses contoh daun adalah :
a. Pisau tajam atau “Cutter”
b. Air suling (Aquades)
c. Waskom tempat air suling
d. Kapas
e. Alas kayu (telenan) yang bersih untuk merajang daun
f. Talam atau dos dari karton tempat contoh daun yang akan dikeringkan
g. Oven pengering

Urutan kegiatan dalam memproses contoh daun dikantor adlah sebagai berikut :
1. Setiap kantong contoh daun diproses secara terpisah agar tidak tercampur dengan
contoh daun yang lain.

45
2. Label harus tetap bersama contoh daun, sedang tulisan/keterangan yang tertera masih
jelas terbaca. Bila tulisan telah luntur label harus segera diganti.
3. Semua helai daun dalam satu kantong dikeluarkan diatas meja yang bersih
4. Buang lidinya
5. Bersihkan permukaan helai daun dengan kapas yang telah dicelupkan ke air suling
dan diperas. Tiap permukaan helai daun cukup dilap satu kali
6. Kapas sudah kotor harus diganti
7. Daun yang telah bersih kemudian dirajang dengan “ cutter “
8. Setelah semua helai daun dirajang, rajangan daun dikeringkan dalam oven pada suhu
800 C selama 12-15 jam.
9. Selanjutnya ambil contoh daun ke 2 dan pemrosesan dilakukan dengan urutan seperti
di atas dan seterusnya hingga semua contoh selesai diproses.
10. Daun yang telah dikering dimasukkan kedalam kantong palstik tertutup rapat, label
disertakan di dalam kantong, kekirim ke Head Office (HO) Jakarta, up. Divisi Tanah
Pemupukan.

3.9.4 Pemupukan
Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting dalam usaha perkebunan yang
berwawasan lingkungan. Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara ke dalam tanah
yang secara efektif dan efisien dapat diserap tanaman sehingga keperluan tanaman akan
unsure hara dapat terpenuhi dan pada pergilirannya tanaman dapat menghasilkan produksi
yang optimal.
Tujuan pemupukan antara lain:
 Untuk mencukupi kebutuhan unsure hara
 Mempertahankan diri dari factor lingkungan yang ekstrim
 Mempertahankan diri dari gangguan hama dan penyakit
 Memudahkan proses pemotongan pelepah

Cara kerja dalam pemupukan yaitu:


 Pada tanaman menghasilkan pupuk diaplikasikan dengan cara menyebarkan secara
merata dari jarak 60 cm dari pangkal batang sampai batas luar piringan dibawah
kanopi daun

46
 Pada tanaman belum menghasilkan cara meletakan pupuk makro dipiringan
dilakukan secara manual umur tanam sampai dengan 6 bulan pupuk ditabur dengan
jarak 20-30 cm dari pangkal pohon, umur tanam 6-12 bulan pupuk ditabur dengan
jarak 30-50 cm dari pangkal batang secara melingkar dan merata mengelilingi pohon
pemberian unsure hara makro diberikan sebelum pemberian unsure hara mikro.
 Cara meletakan pupuk mikro dipiringan aplikasi pupuk dilakukan secara manual,
aplikasi pupuk tidak boleh mengenai titik tumbuh tanaman, umur tanaman sampai
dengan 6 bulan pupuk ditabur dengan jarak 30-50 cm dari pokok secara merata, umur
tanaman 6-12 bulan pupuk ditabur dengan jarak 30-50 cm dari pokok secara merata

Kandungan unsur hara terbagi menjadi dua yaitu :


a. Pupuk makro
Yaitu pupuk yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang banyak seperti N,P,K
Mg,Ca dan S.
b. Pupuk mikro
Yaitu pupuk yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jmlah yang sedikit seperti Fe, Zn,
Mn, B, Cu, Mo, Ni dan Cl.
Menurut jenisnya pupuk anorganik dibagi menjadi :
a. Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsure hara
sebagai penambah kesuburan tanah
b. Pupuk tunggal adalah pupuk yang mengandung hanya satu satu jenis unsure hara
sebagai penambah kesuburan tanah.

3.9.5 Pupuk di PT. SINDORA SERAYA adalah:


 NPK ( nitrogen, pospor, dan kalium) 15%: 10%:19%
Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk dengan kandungan unsure hara yang
lengkap termasuk kedalam pupuk buatan berbentuk cair atau padat. Dengan dosis
pemberian yaitu 1,75/pokok dilakukan 2 x 1 tahun.
Fungsi pupuk NPK yaitu:
N: membantu pertumbuhan vegetative terutama daun
P: membantu pertumbuhan akar dan tunas
K: membantu pembungaan dan pembuahan

47
Kekurang pupk NPK yaitu: warna daun agak kekuningan hingga berubah menjadi
kuning, batang dan cabang lemah dan mudah rebah, ukuran buah menjadi lebih kecil.
 Pupuk MOP (Kcl) merupakan sumber kalium bagi tanaman unsure hara yang
tekandung yaitu sebanyak 64% dengan dosis 2 kg/pohon dilakukan 1x1 tahun
Fungsi pupuk MOP yaitu: membantu pembentukan protein dan karbohidrat,
memperkuat tubuh-tubuh tanaman agar daun bunga dan buah tidak mudah gugur,
membantu pembentukan buah kelapa sawit.
Kekurangan pupuk MOP yaitu : daun tua kelihatan bintik-bintik merah dan jika
gejala sudah berat maka bercak tersebut akan membesar dan merata pada daun kelapa
sawit
 Pupuk kaptan atau dolomid merupakan zat kapur dengan kandungan hara makro
kalsium (Cao 42%-51%) dan magnesium ( Mgo 12%) dengan dosis 2kg/ poko
dilakukan 1x1 tahun.
Fungsi pupuk kaptan yaitu: untuk memperbaiki PH tanah sekaligus dapat mencukupi
kebutuhan unsur hara makro kalsium dan magnesium bagi tanaman serta dapat
menjaga ketersediaan sebagian besar hara mikro bagi tanah.
Kekurangan pupuk kaptan yaitu: daun tua mengalami klorosis, menguning dan
bercak-bercak coklat hingga akhirnya rontok.
 Zincubor termasuk pupuk majemuk berwarna abu-abu berbentuk butiran kandungan
nya yaitu Zn 10%, Cu 10%, B2O3 10% Dosis yang diberikan yaitu 0,10 kg/ pokok
dilakukan 1x1 tahun.
Fungsi pupuk zincubor yaitu: menutrisis tanaman terutama pada bagian daun.
Kekurangan pupuk zincubor yaitu warna daun dan pelepah tua berwarna kuning,
daun mongering dan kurus.
3.10. Pemanenan
Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang
panen sesuai criteria matang panen, mengumpulkan dan mengutip brondolan serta
menyusun tandan di tempat pengumpulan hasil (TPH) dan pengangkutan hasil ke pa
brik (PKS). Tujuan panen adalah untuk memanen seluruh buah yang sudah matang
panen dengan mutu yang baik secara konsisten sehingga potensi produksi minyak dan
inti sawit dicapai dengan maksimal.

48
Berikut beberapa kegiatan pemanenan pada perkebunan PANCA EKA Group
PT. Sindora Seraya :
3.10.1 Menentukan Rotasi/Pusingan panen

Rotasi/Pusingan panen merupakan waktu yang diperlukan antara panen


pertama sampai dengan panen terahir di areal/blok yang sama. Penetapan rotasi panen
berguna untuk menentukan produksi TBS, kualitas/mutu buah dan mutu transport.
Pusingan panen dapat dikatakan normal apabila memenuhi beberapa hal yaitu :
 Mencapai 7 hari pusingan panen, artinya dibutuhkan waktu 7 hari untuk
memanen seluruh blok panen.
 Satu blok panen diselesaikan dalam satu/dua hari, lebih dari itu maka
pusingan panen tidak bisa diakatakan normal
 Apabila mengulang rotasi panen, pelaksanaan panen terjadi pada hari yang
sama dan areal yang sama.
Pusingan yang tinggi ( > 7 hari ) akan disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
 Tenaga panen tidak tercukupi, tenaga panen yang ada dialihkan ke kegiatan
teknis lainya sehingga berakibat pusingan panen lebih dari 7 hari.
 Tingkat ketidak hadiran pemanen tinggi, sehingga berakibat tidak adanya
tenaga panen untuk melaksanakn kegiatan potong buah pada ancak si
pemanen tersebut.
 Panen puncak, mengakibatkan pemanen kualahan untuk melakukan potong
buah karena kondisi buah yang sedang banyak, sehingga dibutuhkan waktu 1
atau 2 hari untuk menyelesaikan aancak dalam satu blok.
 Curah hujan tinggi, kondisi curah hujan yang tinggi apalagi hujan pada saat
jam kerja memaksa pemanen memutuskan untuk tidak bekerja dan
melanjutkannya pada esok hari, sehingga berakibat penyelesaian satu blok
panen lebih dari 1 atau 2 hari.
Pusingan yang tinggi tersebut dapat mengakibatkan beberapa hal, yaitu :

49
 Munculnya buah over ripe atau buah terlalu matang, hal ini dikarenakan
pemanen tidak mampu mengejar pusingan yang tinggi sehingga buah lambat
dipanen
 Buah restan atau buah tidak diantar ke pabrik selama 24 jam, kondisi buah
yang banyak mengakibatkan sistem pengangkutan tidak mampu mengangkut
TBS ke pabrik
 Potensi losses atau kerugian tinggi, banyaknya TBS dan brondolan di ancak
memungkinkan pemanen tidak mengutip dan membawanya ke TPH karena
kondisi buah yang banyak sehingga biasanya terjadi buah tidak dipanen dan
brondolan tinggal
Pusingan panen yakni meliputi :
- Jumlah luasan yang akan dipanen.
- Persiapan alat panen
Alat yang digunakan oleh pekerja panen adalah sebagai berikut :
a. Dodos
Adalah alat pemotong tandan yang digunakan untuk memanen buah
kelapa sawit. Pada tanaman umur ≤ 8 tahun peralatan yang disiapkan
adalah dodos dengan ukuran: Umur tanaman 4-5 tahun lebar mata dodos
8 - 12,5 cm. Umur tanamn > 5 - 8 tahun lebar mata dodos ±14 cm.
b. Egrek
Adalah alat pemotong tandan buah untuk memanen buah kelapa sawit
pada tanaman yang sudah tinggi pada tanaman umur > 8 tahun.
c. Gancu
Adalah perlengkapan panen yang bentuknya menyerupai kail bertangkai
digunakan untuk mengambil buah setelah panen, mencongkel brondolan
pada ketiak pelepah, serta memudahkan pengumpulan buah yang akan
diangkut ke angkong.
d. Kampak
Adalah perlengkapan panen yang digunakan untuk memotong tangkai
TBS

50
e. Karung Goni
Adalah wadah yang digunakan untuk pengutipan brondolan.
3.10.2 Sensus AKP (Angka Perapatan Panen) dan Taksasi Panen
 AKP dapat diperoleh dengan cara sensus buah. Sensus buah dilakukan 1 hari
sebelum dilaksanakan pemanenan pada suatu blok. Dalam sensus buah
dilakukan dengan cara menentukan pokok yang akan dijadikan sebagai sampel,
menghitung jumlah buah yang membrondol pada pokok sampel.
Tujuan AKP adalah sebagai berikut :
- Untuk mendapatkan estimasi jumlah janjang yang akan dipanen. Cara
mencari estimasi jumlah janjang dengan rumus :
Estimasi janjang = AKP x Jumlah pokok panen
- Menentukan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
- Menentukan jumlah angkutan jinlu dari TPH lapangan ke TPH Sentral.

Sensus AKP dilakukan dengan cara :


- Menentukan blok yang akan dipanen pada hari esok
- Jumlah pokok dalam 1 blok dikalikan dengan 10 %, untuk menentukan
jumlah pokok yang akan disensus
- Setelah mengetahui jumlah pokok yang akan disensus, mandor memasuki
pasar pikul, mulai dari pokok yang sudah ditentukan.
- Kemudian melihat tandan yang akan dipanen
- Banyak nya jumlah jalur yang kita sensus berarti semakin dekat dengan
kerapatan panen yang akan diperoleh.
- Cara mencari Angka Kerapatan Panen (AKP)
AKP = Jumlah Tandan x 100%
Pokok sampel
 Taksasi panen harian adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperkirakan
produksi TBS yang akan diperoleh besok. Hal tersebut juga bisa
memperkirakan kebutuhan tenaga pemanen dan memperkirakan jumlah
transportasi untuk mengangkut hasil panen.

51
Cara mencari taksasi
Taksasi (kg) = AKP x Luas (Ha) panen x Pokok/Ha x BJR
Taksasi Tandan = AKP x jumlah pokok Produktif
Berikut pemanenan di PT. Sindora Seraya yang kami ikuti pada saat kegiatan
dilapangan di Divisi II (Dua) pada blok E7 dengan luas 21,52 Ha jumlah pokok 3,969
pokok.
AKP = Jumlah Tandan x 100%
Pokok sampel
Diket :
Blok = E7
Tahun tanam = 2011
Basis = 450 Kg
Luas ha = 21,52 Ha
Jumlah pokok = 3,969 pokok
Jumlah pokok x 10% = 3,969 pokok x 10%
= 396 pokok
Dari 396 pokok yang akan disensus diperoleh misalnya 198 tandan siap panen.
Jadi :
198
𝑥 100% = 50 %
396
Jadi tandan siap panen pada blok E7 dengan AKP 50%
= 3,969 x 50% = 1984.5 tandan siap dipanen
BJR blok E7 = 6,5 maka berat total panen blok E7 = 1984.5 x 6.5 = 12.899.25 kg.
Sedangkan untuk mencari taksasi sebagai berikut :
Taksasi (kg) = AKP x Luas (Ha) panen x Pokok/Ha x BJR
Taksasi Tandan = AKP x jumlah pokok Produktif

52
3.10.3 Rotasi dan Sistem Panen
Panen adalah kegiatan produksi yang dilakukan setiap hari untuk memasok
TBS ke pabrik, maka kegiatan ini dilakukan setiap hari sehingga diperlukan rotasi
panen.
a. Rotasi Panen
Adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya
pada satu ancak panen yang sama. Rotasi panen dianggap baik bila buah
dipanen tidak lewat matang, yaitu menggunakan rotasi panen 7-10 hari.
Artinya satu areal TM harus dipanen oleh pemanen setiap 7-10 hari sekali,
sebab perkembangan buah mentah merah hingga menjadi matang panen
membutuhkan waktu 7-10 hari. Pada kebun sei rokan rotasi panennya/
pusingan sebesar 7-10 hari. Berdasarkan pertimbangan adanya hari-hari libur.
b. Sistem panen meliputi ancak panen :
- Ancak tetap
Pada sistem ini pemanenan diberi ancak dengan luas tertentu dan tidak
berpindah-pindah. Hal tersebut menjamin diperolehnya TBS dengan
kematangan yang optimal. Rendemen minyak yang dihasilkanpun tinggi.
Namun kelemahan sistem ini buah lebih lambat keluar sehingga lambat
pula sampai ke pabrik.
- Ancak giring
Pada sistem ini, apabila suatu ancak telah selesai dipanen, pemanenan
pindah ke ancak berikutnya yang telah ditunjuk oleh mandor, dan begitu
seterusnya. Sistem ini memudahkan pengawasan pekerjaan pemanenan
dan hasil panen lebih cepat sampai ke TPH dan pabrik. Namun ada
kecenderungan pemanen akan memilih buah yang mudah dipanen
sehingga ada tandan buah atau brondolan yang tertingal karena
pemanenannya menggunakan sistem borongan.
3.10.4 Kriteria pemanenan yang dilakukan di PT. Sindora Seraya
Kriteria Matang panen kelapa sawit dapat dilihat secara visual dan secara
fisiologi. Secara visual dapat dilihat dari perubahan warna kulit buah menjadi merah

53
jingga, sedangkan secara fisiologi dapat dilihat dari kandungan minyak yang
maksimal dan kandungan asam lemak bebas yang minimal. Pada saat matang tersebut
dicirikan pula oleh membrondolnya buah.
Tingkat kematangan tandan buah kelapa sawit terdiri dari Fraksi 1 jumlah
brondolan yang telah jatuh sebelum tandan dipanen yaitu 2 brondolan / kg tandan s/d
25 % lapisan luar membrondol dan Fraksi 2 jumlah brondolan yang telah jatuh
sebelum tandan dipanen yaitu 25 % s/d 50 % lapisan luar membrondol. Fraksi panen
yang dipakai pada perkebunan PT. Sindora Seraya adalah Fraksi 1 dengan 2 jumlah
brondolan/kg tandan s/d 25% lapisan luar membrondol warna buah kuning merah
derajat kematangan masak.
Dalam hal kriteria matang panen ini dikenal adanya fraksi-fraksi buah dan derajat
kematangan, yaitu sesuai tabel berikut ini :
Tabel. Fraksi buah
No Fraksi Jumlah brondolan yang telah Warna Derajat
urut buah jatuh sebelum tandan dipanen buah kematangan
00 Tidak ada Hijau/hitam Sangat
1.
mentah
0 0 s/d kurang dari 2 brondolan/ Hitam Mentah
2.
kg tandan
1 2 brondolan/kg tandan s/d 25 Kuning Masak
3.
% lapisan luar membrondol merah
2 25 % s/d 50 % lapisan luar Orange Masak
4.
membrondol
3 50 % s/d 75 % lapisan luar Orange Masak
5.
membrondol
4 75 % s/d 100 % lapisan luar Merah tua Masak
6.
membrondol
5 100 % lapisan luar Merah tua Lewat masak
7.
membrondol

54
3.10.5 Teknis pemanenan
a. Teknis pemanen yang dilakukan di PT. Sindora seraya sebagai berikut :
- Memotong tandan dengan menggunakan alat dodos tanpa merusak
pelepah disekitar tandan.
- Mengambil/mendodos buah yang telah siap untuk dipanen
- Mengutip brondolan hasil dari rontokan panen.
- Mengangkut hasih panen menggunakan angkong ke TPH ( tempat
pemungutan hasil).

Gambar 21. Pemanenan dengan dodos

Gambar 22. Pemanenan dengan egrek


b. Panen pada TM dewasa (umur > 9 tahun)
Adalah Pengambilan tandan kelapa sawit dengan menggunakan alat egrek
sebagai berikut ;
- Sebelum dilakukan pemotongan tandan kelapa sawit, pelepah yang
menyokong dibawah tandan dipotong terlebih dahulu dengan tujuan agar
memudahkan pengambilan tandan panen.
- Pelepah yang kondisinya mepet dengan tandan harus di potong maksimal
10 cm.

55
- Pelepah yang telah dipotong kemudian disusun rapi pada gawangan mati.
- Cara pengambilan buah, egrek dimasukkan pada sela/tangkai tandan
kemudian ditarik ke samping.
- Setelah dipotong buah tersebut dilangsir dan di kumpulkan pada TPH
lapangan dan disusun secara teratur. Tandan disusun 5 baris kebelakang.
Cara untuk menyusun tandan TPH lapangan, yaitu :
a. Tangkai tandan yang sudah dipotong mepet ditulis nomor pemanen.
b. Penyusunan buah berdasarkan pada kategori buah TBS,TBK, buah
Sanitasi, buah abnormal dan brondolan

Gambar 23. Pengutipan brondolan di piringan dan Susunan buah di TPH lapangan

- Brondolan dikutip kedalam karung goni dan diletakkan pada TPH


lapangan.
- Pengangkutan buah setelah panen dari TPH lapangan ke TPH sentral
dengan transportasi jinlu/jonder dengan melewati jalan main road.

c. Pengawasan dan pemeriksaan panen


Pengawasan dan pemeriksaan panen dilakukan setiap hari oleh mandor
panen, karani cek sawit, asisten divisi. Mandor panen bertugas mengawasi
kerja pemanen untuk dilaporkan pada mandor I. Mandor I memeriksa panen
yang meliputi pekerjaan panen. Krani cek sawit menghitung buah yang ada di
TPH lapangan dan memastikan kualitas buah yang akan dikirim ke PKS
(Pabrik Kelapa Sawit)
3.10.6 Pengangkutan Buah

56
Setelah kegiatan panen selesai dilaksanakan, masih terdapat kegiatan yang lainnya yaitu;
Pasca Panen. Hal – hal yang dilakukan pada kegiatan panen ini yaitu:
a. Perhitungan Buah di TPH lapangan

Setelah buah atau janjang yang telah di panen & terkumpul , buah kemudian di susun
& dihitung di TPH (Tempat Pengumpulan Hasil ). Tujuan dari perhitungan buah ini yaitu :
untuk mengetahui jumlah janjang yang telah di panen. Perhitungan buah mulai di lakukan
pada saat buah mulai di susun oleh para pemanen. Buah dari setiap TPH pemanen harus di
hitung kemudian dari hasil setiap TPH , dijumlahkan untuk mengetahui hasil janjang yang
telah di panen. Setelah dilakukan perhitungan buah dimasukan ke jinlu menggunakan tojok
untuk diangkut ke TPH Central divisi.

Gambar 24. Pemuatan buah ke jinlu

Gambar 25. Pengutipan Brondolan

57
Gambar 26. Pengangkutan buah dari jinlu ke TPH central divisi

Gambar 27. Pengumpulan buah ke TPH central divisi

Gambar 28. Kategori buah


Di TPH central buah digolongkan kedalam empat kategori yaitu:
1. TBS ( Tandan Buah Segar ) dengan berat diatas 5kg
2. TBK ( Tandan Buah Kecil ) dengan berat 3-5 kg

58
3. Buah sanitasi dengan berat dibawah 3 kg
4. Abnormal / sortasi yaitu buah sakit dan buah busuk
Buah TBK, Sanitasi dan abnormal dijual ke agen sedangkan TBS dan brondolan
dijual ke PKS
b. Pengangkutan TBS dari TPH central ke PKS

Teknis pengangkutan dilakkukan dengan cara :


 Buah yang berada di tiap TPH di muat dalam truck.
 Menaikkan janjangan satu persatu ke dalam truck menggunakan tojok.
 Menyusun janjangan yang telah dinaikkan
 Lakukan penimbangan untuk mengetahui berapa persen susut buah dalam 1 kali
pengangkutan
 Lakukan locis untuk menghindari kecurian buah dari truck
 Buah siap diantar ke PKS untuk dilakukan proses selanjutnya.

(a) (b) (c)


Gambar 29. Memuat buah TBS (a) dan Brondolan (b,c) ke dalam truck untuk di timbang ke
kantor kebun

Gambar 30. Penimbangan buah di kantor kebun

59
Gambar 31. Locis buah yang selesai ditimbang
Pengangkutan buah dari TPH central ke PKS harus dilakukan sesegera mungkin
yaitu 1x 24 jam. Penanganan buah yang baik akan dapat menjaga rendemen minyak tetap
tinggi. Pada waktu buah mencapai titik tepat matang, kandungan asam lemak bebas (ALB)
hanya sekitar 0,1 %, tetapi waktu sampai di lokasi pabrik kandungan ALB tersebut dapat
meningkat melampaui 2 % bahkan kadang melampaui 3 %. Meningkatnya kandungan ALB
disebabkan oleh beberapa peristiwa yaitu :
 Terjadi peningkatan akibat degredasi biologis buah yaitu proses buah menjadi lewat
matang.
 Jatuhnya buah tandan ke tanah waktu dipanen sehingga terjadi goresan atau memar .
 Sebagai akibat penanganan buah dalam rangka pengangkutan ke TPH dan kemudian
ke pabrik.
c. Perhitungan premi pemanen

 Basis
Tahun tanam 1997 = 1100 Kg
Tahun tanam 1998 = 1050 kg
Tahun tanam 2003 = 1000 kg
Tahun tanam 2005 = 850 kg
Tahun tanam 2007 = 750 kg
Tahun tanam 2010 = 600 kg
Tahun tanam 2011 = 450 kg
Tahun tanam 2012 = 450 kg
 Premi per tahun tanam dengan ketentuan sebagai berikut:

60
Tahun tanam 1997 premi I = 0-300kg x 60, premi II = 301-------kg x 70. premi prestasi
1400 kg
Tahun tanam 1998 premi I = 0-1550kg x 60, premi II = 1551-----kg x 70. premi prestasi
1450 kg
Tahun tanam 2003 premi I = 0-1400kg x 60, premi II = 1401-----kg x 70. premi prestasi
1300 kg
Tahun tanam 2005 premi I = 0-1250kg x 70, premi II = 1251--------kg x 80. premi 1150
kg
Tahun tanam 2007 premi I = 0-300kg x 75, premi II = 301------ kg x 85. premi prestasi =
1050 kg
Tahun tanam 2010 premi I = 0-300kg x 80, premi II = 301------ kg x 90. premi prestasi
800 kg
Tahun tanam 2011 premi I = 0-250kg x 90, premi I = 251----- kg x 100. premi prestasi
600 kg
Tahun tanam 2012 premi I =
 BJR ( berat janjang rata-rata ) untuk mendapatkan bjr yaitu:
BJR = kilo gram hasil buah dan brondolan
Jumlah tandan
KETERANGAN : jika pemanen mencapai basis atau target berarti pemanen
mendapatkan premi, untuk mendapatkan peremi prestasi ( Rp. 8000 )
Contoh I: untuk mendapatkan premi
Dik : tahun tanam 2011 = 834 kg
Basis = 450 kg
Dit: hitung total pendapatan pemanen!!
Jawab :
Untuk menentukan premi = kg pemanen – basis
= 834 kg – 450 kg
= 895 kg ( lebih dari basis ) berarti
Premi I = 250 X Rp. 90 = Rp. 22.500
Premi II = 134 X Rp. 100 = Rp. 13.400 ( 895-250 = 134)
Premi prestasi = Rp. 8000
Toptal pendapatan pemanen = 22.500+13.400+8.000
= Rp. 43.900 HK/orang

61
Proporsi ditentukan apa bila pemanen tidak mencapai basis
Contoh II: menentukan proporsi
Dik: tahun tanam 2010 = 450 kg
Basis = 600 kg
Dit: hitung pendapatan KHL dan KHT!!
Jawab:
Proporsi = kg pemanen
Basis
= 450 kg = 0,75
600
Pendapatan KHL = 0,75 X 70.850
= Rp. 53.137
Pendapat KHT = 0,75 X 85.000
= Rp. 63.750
 Potongan buah
Potongan buah dilakukan jika pada pemanen terdapat buah sanitasi dan brondolan. Untuk
sanitasi Rp. 100/ tandan dan brondolan Rp. 100/kg.
Contoh III. Perhitungan potongan buah
Dik : Tahun tanam 2010
Tandan panen = 230 tandan
Brondolan = 6 kg
Sanitasi = 15 tandan
BJR = 6,5 kg
Basis = 600 kg
Dit : hitung total pendapatan pemanen!!
Jawab: Untuk mengetahui kg pemanen maka
Tandan panen x BJR
= 230 x 6,5
= 1.495 kg ( lebih dari premi prestasi )
Untuk menentukan premi = kg pemanen x basis
= 1.495 x 600
= 859 kg ( lebih dari basis )
Premi I = 300 X 80 = Rp. 24.000

62
Premi II = 595 x 90 = Rp. 53.550
Brondolan = Rp. 100/kg
= 100 x 6 kg
= Rp.600
Sanitasi = Rp. 100/tandan
= 100 x 15 tandan
= Rp. 1500
Premi = Rp. 8000
Total pendapatan pemanen = Rp. 87.650

d. Denda Pemanen PT. SINDORA SERAYA

Tabel ketentuan tarif denda pemanen

No Kriteria Pemanen Mandor panen KCS


1. TBS mentah dipanen Rp.5000,-/TBS Rp. 5000,-/TBS -
2. TBS tidak disusun di TPH Rp. 5000,-/TBS - Rp. 5000,-
/TBS
3. Brondolan tidak dikutip - - Rp. 5000,-/kg
bersi di TPH, TBS
tertinggal di TPH
4. Brondolan tidak bersih Rp. 5000,-/kg - Rp.5000,-/kg
banyak sampah di TPH
mencatat data kualitas
TBS/brondolan tidak benar
5. TBS tangkai panjang > 3 Rp. 5000,-/TBS Rp. 5000,-/TBS Rp. 5000,-
cm /TBS
6. TBS matang tidak dipanen Rp. 5000,-/TBS Rp. 5000,-/TBS -
7. TBS matang tidak diangkut Rp. 5000,-/TBS Rp. 5000,-/TBS -
di TPH
8. TBS diperam dilapangan Rp. 5000,-/TBS Rp. 5000,-/TBS -

63
9. Potongan TBS tersisa Rp. 5000,-/TBS Rp. 5000,-/TBS -
dipokok/ buah matahari
10. Brondolan tidak dikutip Rp. 5000,-/Kg Rp. 5000,-/kg -
bersih, tinggal di blok.
11. Pelepah sengkleh tinggal Rp. 5000,-/TPH Rp. 5000,-/TPH -
dipokok
12. Pelepah tidak Rp. 5000,-/TPH Rp. TPH -
disusun/berserakan

Jika kesalahan terjadi dilapangan tanggung jawab mandor panen, sedangkan kesalahan terjadi
di TPH termasuk tanggung jawab KCS

e. Pemeriksaan di ancak meliputi :

 Buah matang tidak di panen,


 Buah mentah di panen,
 Brondolan yang tinggal di sekitar piringan, gawangan & pasar pikul.
f. Pemeriksaan di TPH :
 Jumlah buah,
 Tangkai buah yang panjang,
 Kebersihan brondolan.
Contoh I. inspeksi panen
No. dan nama Luasan/h No. Jumlah Tandan Buah Brondolan
pemanen a baris pokok panen tinggal
28. pandi s. 27.03 22/23 59 21 7 49
29. tugimin 27.03 26/27 58 13 1
26 julpan 27.03 50/51 58 17 2
22 julpikar 27.03 50/51 38 6 -
Jumlah - - 213 57 10 49

Blok E8=tandan panen = 57 tandan


Buah tingga = 10 tandan
Brondolan = 49 ( 1 butir 14 gr = 0,68 kg )

64
BJR = 4,5 kg
Untuk mengetahui kg = tandan panen x BJR
= 57 x 4,5
= 257 kg
Untuk mengetahui kg buah tinggal = buah tinggal x BJR
= 10 x 4,5 = 45 kg
Persentase losses = buah tinggal x 100%
Tandan panen
= 45,68
257
= 0,1777 x 100
= 17,77 %
Contoh I. Inspeksi panen
No. dan nama Luasan No. baris Jumlah Tandan Buah brondolan
pemanen ha poko panen tinggal
22. Julfikar 31.52 76/77 61 4 1 -
26. Julpan 31.52 56/57 63 3 - -
29. Tugimin 31.52 40/41 67 - 3 -
28. Pandi s. 31.52 20/21 62 4 1 -
Jumlah - - 253 11 5 -

Blok E8 = Tandan panen = 11 tandan


Buah tingga = 5 tandan
BJR = 4,5 kg
Untuk mengetahui kg = tandan panen x BJR
= 11 x 4,5
= 50 kg
Untuk mengetahui kg buah tinggal = buah tinggal x BJR
= 5 x 4,5
= 23 kg
Persentase losses = Buah tinggal x 100%
Tandan panen
= 23

65
50
= 0,46 x 100
= 46 %
3.11 Administrasi kantor
3.11.1 Kerani Pembukuan
Tugas dan Tanggung Jawab Kerani Pembukuan :
1. Menginput :
a. Laporan Manajemen (LM)
b. Mengambil data dari Kerani yang berhubungan dengan LM & memeriksa
kebenarannya
c. Mengirim LM ke Kandir P.Baru paling lambat tanggal 10 setiap bulannya
d. Laporan Triwulan
1. Melakukan pengarsipan laporan secara tertib dan rapi.
2. Menjaga kebersihan kantor
3. Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diperintahkan oleh atasan.
3.11.2 Kerani Tanaman
Tugas dan Tanggung Jawab Kerani Tanaman :
1. Menginput :
a. RKB dari Divisi untuk dikirim ke Kandir paling lambat tanggal 25 setiap
bulan dan melakukan Cross Check dan Cashflow.
b. Permohonan Pembayaran untuk pekerjaan kontraktor mengirim paling lambat
tanggal 10 setiap bulan seperti BAPP, BASTP.
c. SPK Kontraktor dikirim paling lambat tanggal 29 setiap bulannya.
d. Realisasi Perawatan dan Progress Kerja + Peta.
e. Weekly Report paling lambat tanggal 8,15,21 dan 1 setiap bulan.
f. Realisasi Pupuk dan Herbisida dari Divisi dan melakukan Cross Check
dengan data gudang.
g. Data curah hujan dari semua divisi.
h. Laporan perkembangan tanaman semua divisi.

66
i. Kerani Divisi agar memfollow up LHD untuk pengiriman tepat waktu dan
memeriksa kebenarannya.
j. Laporan Consultant Bank paling lambat tanggal 5 setiap bulannya.
k. Memastikan semua laporan tersebut benar dan akurat.
l. Memastikan semua laporn yang dikirim ke Kandir P.Baru sesuai jadwal dan
benar-benar terkirim.
2. Melakukan pengarsipan laporan secara tertib dan rapi.
3. Menjaga kebersihan kantor.
4. Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diperintahkan oleh atasan.
3.11.3 Kerani Payroll
Tugas dan Tanggung Jawab Kerani Payroll :
1. Menginput :
a. Hasil kerja dari semua divisi ke dalam Payrol/Amprah dan memastikan
kebenarannya
b. Slip gaji karyawan
c. Membuat daftar pendebetan rekening bank untuk transfer gaji karyawan
d. Membuat daftar pembayaran upah tunai
e. Membuat perhitungan THR dan THN
f. Memastikan Payroll/Amprah Gaji tersebut dikirim ke Kandir paling lambat
tanggal 5 setiap bulannya.
2. Melakukan pengarsipan Payroll/Amprah secara tertib dan rapi.
3. Menjaga kebersihan kantor.
4. Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diperintahkan oleh atasan.
3.11.4 Kerani Traksi
Tugas dan tanggung jawab Kerani Traksi :
1. Menginput :
a. Running Account paling lambat tanggal 6 setiap bulannya agar diinput oleh
Kerani Pembukuan dalam pembuatan LM
b. Hasil kerja dari Divisi Traksi dan memastikan kebenarannya
c. Bekerja sama dengan Kerani lainnya dalam menyelesaikan pekerjaan

67
d. Memastikan Running Account tersebut dikirim ke Kandir paling lambat
tanggal 10 setiap bulannya
2. Melakukan pengarsipan data dan laporan tersebut
3. Menjaga kebersihan kantor
4. Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diperintahkan oleh atasan.
3.11.5 Kerani Timbangan
Tugas dan Tanggung Jawab Kerani Timbangan :
Prosedur pelaksanaan dalam menjalankan tugas kerani timbangan :
Jinlu pengangkut buah yang dari lapangan langsung ke timbangan kemudian supir
turun membawa Karcis Pengantar Divisi dari KCS untuk dimasukkan datanya ke slip
timbangan dan Jinlu beserta buah ditimbang yang mencakup : No. Truck , Pengirim,
Penerima, Gross, Tare dan Netto.
Kemudian Jinlu yang sudah ditimbang beserta buahnya, TBS diturunkan di
TPH Central yang selanjutnya buah dimasukkan ke truk untuk diangkut ke PKS.
Setelah TBS diturunkan, Jinlu kosong ditimbang kembali. Supir turun untuk
menimbang Jinlu yang kosong dan kerani timbangan memberi tanda √ yang berarti
Jinlu sudah siap untuk ditimbang.
Untuk buah besar hasil panen diletakkan TPH Central sedangkan buah kecil
dipisahkan untuk diketek yang selanjutnya dijual ke agen. Untuk agen yang membeli
buah kelapa sawit dari lapangan, ditimbang terlebih dahulu truck yang kosong di
timbangan yang selanjutnya dibuat slip timbangan untuk dibawa ke lapangan. Pada
agen ada surat pengantar TBS kecil dengan ketentuan: untuk timbangan kebun dikali
5% sedangkan untuk pemotongan wajib tidak tetap dikali Rp 400,-.
Buah besar yang telah dimasukkan ke truck yang selanjutnya diangkut ke
PKS ditimbang untuk membawa:
Karcis Pengantar TBS Divisi
a. Surat Pengantar Tandan Buah Sawit Segar
b. Surat Tugas Kendaraan (Keluar Areal Perkebunan) untuk surat jalan
c. Bukti Pengeluaran KAS (Voucher) Slip timbanga

68
3.11.6 Kerani Umum
Tugas dan Tanggung Jawab Kerani Umum :
1. Menginput :
a. Pembelian Material
b. Pembelian Spare Parts
c. Pembelian Lokal menyangkut UD.Candra, Duta Diesel dan bagian Umum.
Permohonan Pembelian Barang Lokal
d. Absensi Karyawan, Pegawai Bulanan Tetap (PBT) & Staff
e. Laporan LHD dari Divisi Laporan TPH Central ke Monitoring Laporan
f. Surat Pengantar Laporan dan Barang-Barang yang dikirim ke Kandir ke Buku
Expedisi
2. Pengarsipan File-File :
a. Surat Keluar (Kandir & Pihak Luar dipisahkan)
b. Surat Masuk (Kandir & Pihak Luar dipisahkan)
c. Surat Cuti (Masukkan ke dalam File Karyawan)
d. Surat Teguran, Surat Peringatan (SP)
e. Surat Berobat, Surat Izin Keluar, Surat Jalan
f. Surat Mutasi
g. Data Karyawan.
3. Melakukan pengiriman laporan dan barang-barang yang perlu diservis ke
Kandir P. Baru.
4. Memastikan semua laporan & barang yang dikirim ke Kandir P.Baru sesuai
jadwal dan benar-benar terkirim.
5. Mengantar surat-surat untuk ditandatangani oleh yang berwenang
6. Mendistribusikan surat-surat kepada yang berwenang
7. Melakukan pengarsipan laporan secara tertib dan rapi
8. Menjaga kebersihan kantor
9. Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diperintahkan oleh atasan.
10. Melakukan penomoran Surat Keluar.
3.11.7 Kerani Produksi

69
Tugas dan tanggung jawab Kerani Produksi :
1. Menginput :
a. Statistik Produksi
b. Produksi
c. Pusingan Panen
d. Laporan Restan
e. Potongan Buah dan Susut Buah Antar Timbangan Kebun & PKS.
f. Papan Monitoring Produksi
2. Mengirim Laporan Tonase Produksi per Divisi ke Kandir P.Baru setiap hari (via
telepon).
3. Mengirim Laporan Produksi ke Kandir P.Baru setiap hari (via SMS).
4. Mengirim Laporan Statistik Produksi ke Kandir P.Baru paling lambat tanggal 5
setiap bulannya.
5. Melakukan pengarsipan data dan laporan tersebut secara tertib dan rapi.
6. Menjaga kebersihan kantor.
7. Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diperintahkan oleh atasan.
3.11.8 Kasir
Tugas dan Tanggung Jawab Kasir :
1. Menginput :
- Mutasi Kas setiap hari & memastikan kebenarannya.
- Kas Kebun, Kas P.Sinchin, Deposit Pembeli buah Ramp
2. Menerima & mengeluarkan uang sesuai Perintah Atasan dan sesuai Prosedure
3. Membuat Permintaan Kebutuhan Kas ke Kandir 2x sebulan
4. Mengeluarkan uang jalan supir & membuku pertanggung jawabannya
5. Bertanggung jawab terhadap uang Kas & Mutasi Kas
6. Melakukan pengarsipan data dan laporan tersebut secara tertib dan rapi
7. Menjaga kebersihan kantor
8. Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diperintahkan oleh atasan.
Kegiatan yang dilakukan :

70
a. Transaksi (Lampiran Bon, Permintaan Pembelian tunai) dimasukkan kedalam
Bukti Pengeluaran KAS (voucher) sesuai tanggal dan nomor urut.
b. Diinput ke buku KAS (Laporan Keuangan Debet, Kredit dan Saldo).
c. Data yang telah diinput ada di BPK /penerimaan KAS dimasukkan kedalam
Laporan Mutasi KAS (Laporan KAS) yang selanjutnya diinput ke komputer
dalam jangka waktu 1 bulan laporan KAS dibuat 2x / dilaporkan ke Kandir
(1-15 : periode pertama), (16-alur berikutnya : periode kedua) disertai laporan
permintaan dana KAS. Dana KAS lokasi berasal dari dana yang dikirim ke
Kandir.
d. Menginput rekapitulasi penjualan TBS Ramp lokal (buah kecil) mentransfer
dana hasil penjualan ke Rek. Kandir Bank.
e. Surat Pengantar Buah (TBS) untuk Ramp Lokal.

71
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Jadi dari setiap kegiatan diatas dapat disimpulkan bahwa tanaman kelapa
sawitmerupakan tanaman yang dibudidayakan yang memerlukan lingkungan yang
baik atau cocok, agar mampu tumbuh subur dan dapat diproduksi secara maksimal.
Maka oleh sebabitu pengelolahan LC ( Land Celering), penanaman, perawatan, dan
pemeliharaan hingga pemanenan harus sangat diperhatikan terutama pada lahan
gambut yang memilki Ph yang sangat rendah.

3.2 Saran
1. Sebaiknya perusahaan menyediakan APD (Alat Pelindung Diri) dalam segala
kegiatan dilapangan bagi tenaga kerja untuk meminimalisirkan terjadinya
resiko kecelakaan dilapangan.
2. Sebaiknya perusahaan memperhatikan sarana untuk pekerja dilapangan
3. Sebaiknya pembekalan akan pengetahuan prosedur kerja bagi setiap kariawan
baik dikantor maupun dilapangan agar pekerjaan yang dilakukan berjalan
sesuai prosedur terutama dilapangan.

72
DAFTAR PUSTAKA
D:/ bahan pkl/Kriteria Matang Panen .htm
Krisnohadi Ari.2011.Analisis Pengembangan Lahan Gambut Untuk Tanaman Kelapa
Sawit Kabupaten Kubu Raya. J. Perkebunan dan Lahan Tropika. Fakultas Pertanian
Universitas Tanjung Pura, Pontianak

73

Anda mungkin juga menyukai