Anda di halaman 1dari 22

PROSES PENGOLAHAN KARET DI PTPN 07 UNIT PADANG PELAWI

MAKALAH

PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

Oleh :

ZOZI SAPUTRA

NPM. 20060001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan
hidaya-nya Sehingga penulis diberi-Nya kesempatan dan kesehatan untuk
menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang berjudul “Analisis
Perkebunan Dan Pengelolahan Usaha Tani Pohon Karet Dan Pabrik PTPN 07 Unit
Padang Pelawi” tepat pada waktunya. Syalawat beriring salam tak lupa pula penulis
haturkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta sahabat, dan
keluarga karena berkat perjuangan beliau sehingga kita bisa terlepas dari zaman
jahiliyah menuju zaman yang penuh ilmu pendidikan dan teknologi seperti yang
kita rasakan pada saat ini.

Penyusunan laporan prakit kerja lapangan ini merupakan hasil dan prakit
kerja lapangan (PKL) yang penulis laksanakan PTPN 07 Unit Padang Pelawi Suka
Raja kabupaen seluma kota Bengkulu yang bertujuan untuk memenuhi salah satu
syarat kurikulum dalam menyelsikan Strata Satu (S1) Pada Program Studi
Agribisnis Universitas Dehasen (UNIVED) Bengkulu.

Dalam Penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan Ini penulis Menyadari Masih
banyak kekurangan baik dari segi penulisan, penyajian materi maupun pembahasan.
Dalam kesempatan ini penulis menerima saran dan kritik yang membangun.
Semoga Laporan Prakterk Kerja Lapangan ini dapat memberikan manfaat dan
wawasan bagi para pembaca.

Bengkulu, November 2022

Zozi Saputra

NPM. 20060001

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini kami menyatakan bahwa makalah praktik kerja lapangan (farm
experience) yang disusun oleh:

Nama : Zozi Saputra


NPM : 20060001
Program Studi : AGRIBISNIS
Judul : Analisis Perkebunan Dan Pengelolahan Usaha
Tani Pohon Karet Dan Pabrik Ptpn 07 Unit Padang Pelawi

Telah diuji dan disyahkan oleh Tim Penguji


Pada tanggal Agustus 2022

TIM PENGUJI
Ketua,

Herri Fariadi, S.P.,SPd., M.Si


NIK.1703351

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah ............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Karet .............................................................................................................3


2.2 Luas Lahan ...................................................................................................3
2.3 Pengolahan dan Produksi Karet ...................................................................4

BAB III METODE PRAKTEK LAPANGAN KERJA

3.1 Sumber dan Pengumpulan Data ...................................................................9


3.2 Metode Analisis Data .................................................................................10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN

4.1 Gambaran Umum Ptpn 07 Unit Padang Pelawi ........................................12


4.2 Letak Geografis ..........................................................................................13
4.3 Lokasi Penanaman Karet........................................................................... 14

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan program pengembangan
wawasan, pengalaman dan pengetahuan praktis mahatiows melalui program
belajar sambil bekerja pada suatu kegiatan dari program atau waha
pemerintah maupun swasta. Program belajar sambil bekerja dilakukan,
sensi dengan bidang atau minat pada program studi yang ditempuh Praktik
Kerja Lapangan (PKL) adalah kegiatan mahasiswa yang dilakukan di
masyarakat untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dan melihat
relevaminya di dunia kerja serta mendapatkan umpan balik perkembangan
ilmu pengetahuan dari masyarakat.
Dalam kehidupan manusia modern saat ini banyak peralatan‐
peralatan yang menggunakan bahan yang sifatnya elastis tidak mudah pecah
apabila terjatuh dari suatu tempat. Dengan semakin meningkatnya
kebutuhan tersebut secara langsung kebutuhan karet juga meningkat dengan
sendirinya sesuai kebutuhan manusia.
Karet adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi
kesusuan (dikenal sebagai latex) yang diperoleh dari getah beberapa jenis
tumbuhan pohon karet tetapi dapat juga diproduksi secara sintetis. Sumber
utama barang dagang dari latex yang digunakan untuk menciptakan karet
adalah pohon karet Hevea brasiliensis (Euphorbiaceae). Ini dilakukan
dengan cara melukai kulit pohon sehingga pohon akan memberikan respons
yang menghasilkan lebih banyak latex lagi.
Pohon jenis lainnya yang mengandung lateks termasuk fig,
euphorbia dan dandelion. Pohon‐pohon tersebut tidak menjadi sumber
utama karet, dikarenakan pada perang dunia II persediaan karet orang
Jerman dihambat, sehingga Jerman mencoba mencari sumber‐sumber
alternatif lain, sebelum penciptaan karet sintetis.

1
Lebih dari setengah produksi karet yang digunakan sekarang ini
adalah sintetik, tetapi beberapa juta ton karet alami masih tetap diproduksi
setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri
termasuk otomotif dan militer.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses pengolahan karet di PTPN 07 Unit Padang Pelawi?
2. Bagaimana proses produksi karet di PTPN 07 Unit Padang Pelawi?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui proses pengolahan karet di PTPN 07 Unit Padang
Pelawi.
2. Untuk mengetahui proses produksi karet di PTPN 07 Unit Padang
Pelawi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karet
Karet merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin,
khususnya Brasil. Karenanya nama ilmiahnya Herea brasiliensis. Sebelum
dipopulerkan sebagai tanaman budidaya yang dikebunkan secara besar-
besaran, penduduk asli Amerika Selatan, Afrika, dan Asia sebenarnya telah
memanfaatkan beberapa jenis tanaman penghasil getah. Tanaman karet
adalah tanaman daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet
adalah pada zona antara 15°LS dan 15°LU, curah hujan yang cocok tidak
kurang dari 2000 mm. Optimal 2500-4000 mm/tahun. Tanaman karet
tumbuh optimal pada dataran rendah yaitu pada ketinggian 200 m di atas
permukaan laut sampai 600 m di atas permukaan laut, dengan suhu 25°-
30°C. Tanaman karet termasuk famili Euphorbiare atau tanaman getah-
getahan. Dinamakan demikian karena golongan famili ini mempunyai
jaringan tanaman yang banyak mengandung getah (latex) dan getah tersebut
mengalir keluar apabila jaringan tanaman terlukai. Mengingat manfaat dan
kegunaannya, tanaman ini digolongkan ke dalam tanaman industri.
Klasifikasi tanaman karet adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Family : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasiliensis Muell Arg

2.2 Luas Lahan


Luas lahan adalah jumlah seluruh tanah ditanami/diusahakan.
Dipandang dari sudut efisiensi, semakin luas lahan yang yang dapat

3
diusahakan maka semakin tinggi produksi dan pendapatan persatuan
luasnya (Suratiyah, 2015) Lahan Sebagai salah satu faktor produksi
besarnya. produksi dari usahatani antara lain dipengaruhi oleh luas
sempitnya lahan yang digunakan (Mubyarto, 1989) Luas usahatani dapat
digolongkan menjadi tiga bagian, yakni lahan yang sempit dengan luas >
0,5 hektar, lahan yang sedang, dengan luas antara 0,5 sampai dengan 2
hektar dan luas lahan yang luas dengan luas > 2 hektar (Hermanto, 1989).

2.3 Pengolahan dan Produksi Karet


1. Pengolahan Karet
Pengolahan adalah kumpulan metode dan teknik yang digunakan
untuk mengubah bahan mentah menjadi makanan atau mengubah makanan
menjadi bentuk lain untuk konsumsi oleh manusia (Minantyo, 2011) Pada
prinsipnya pengolahan buah kopi terdiri dari dua cara yaitu pengolahan
basah (WIB) dan pengolahan kering (OIB) Perbedaan kedua cara tersebut
adalah pengolahan basah menggunakan air untuk pengupasan maupun
pencucian buah kopi, sedangkan pengolahan kering setelah buah kopi
dipanen langsung dikeringkan (pengupasan daging buah, kulit tanduk dan
kulit ari dilakukan setelah kering) (Bramantya, 2016).
Proses pengolahan karet mentah atau karet alam telah mengalami
berbagai pengembangan teknis. Getah pohon karet atau biasa disebut
dengan lateks merupakan bahan baku karet yang dipergunakan untuk
pembuatan berbagai macam alat untuk keperluan dalam rumah ataupun
pemakaian di luar rumah seperti sol sepatu, ban mobil dan berbagai produk
lainnya yang semuanya terbuat dari bahan karet.
Berikut beberapa tahapan dari proses pengolahan karet mentah
tersebut:
Getah pohon karet atau lateks biasanya dipisahkan dengan
kandungan karet di dalamnya dengan cara tertentu yang menghasilkan suatu
produk yang biasa disebut dengan koagulan. Koagulan tersebut selanjutnya
diproses menjadi karet alam setengah jadi dengan melakukan beberapa cara

4
atau tehnik tertentu. Secara tradisional karet alam telah dibuat menjadi
lembaran yang kualitasnya bisa dikategorikan secara visual atau mudah
untuk dibedakan. Selain dalam bentuk lembaran karet alam juga
diperdagangkan dalam bentuk crepes, yang mana dalam bentuk crepes ini
juga mudah untuk dibedakan dalam mutunya hanya dilihat dari
penampilannya. Metode pengolahan menjadi lembaran dan bentuk crepes
ini masih banyak dipergunakan oleh para petani pada saat ini. Dan sejak
pertengahan tahun 1960-an Negara Malaysia telah mengembangkan proses
pengolahan menjadi bentuk karet blok, dan metode untuk penilaian mutu
atau kualitas karet alam ini lebih detail dan lebih bersifat teknis sehingga
memerlukan alat atau mesin laboratorium untuk mendapatkan hasil yang
lebih detail. Hingga saat ini pengembangan teknis terus dilanjutkan dan
termasuk tehnik pengolahan baru untuk lateks terus dikembangkan.

2. Produksi Karet
Produksi adalah hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi yang
memanfaatkan beberapa masukan input Artinya bahwa ini dapat dipahami
bahwa kegiatan produksi diartikan sebagai aktivitas dalam menghasilkan
output dengan menggunakan teknik produksi tertentu untuk mengolah atau
memproses input sedemikian rupa (Sukirno, 2002) Harga penjualan yang
dapat diperoleh petani atau pengusaha pertanian ditentukan oleh berbagai
faktor yaitu mutu hasil, pengolahan hasil, dan sistem pemasaran yang baik,
sementara biaya produksi lebih mudah dikendalikan oleh petani dan salah
satu faktor yang paling menentukan adalah produktivitas petani. Faktor
faktor lain yang biaya produksi adalah ketersediaan dan harga input,
produktivitas tenaga kerja dan kemampuan pengelolaan usahatani untuk
meningkatkan efisiensi (Simanjuntak 1996).
Urutan proses produksi karet blok adalah sebagai berikut:
Lateks yang dikumpulkan dari beberapa sumber atau lokasi yang
berbeda pertama-tama dicampur dalam suatu tangki besar. Bahan kimia
ditambahkan untuk mengatur keseragaman kekentalan / viskositas dan

5
warna. Lateks kemudian digumpalkan dengan menambahkan koagulan
(asam format). Gumpalan lateks yang terbentuk kemudian diolah menjadi
potongan-potongan kecil yang teratur dan memiliki kondisi fisik yang sudah
diatur atau diharapkan. Proses pengolahan ini melewati beberapa tahapan
dan kondisi tertentu, seperti proses penghancuran atau penggilingan hingga
menjadi remah-remah melewati mesin hammermill yang kemudian masuk
ke proses penggilingan melalui mesin ekstruder. Dalam beberapa kasus
karet remah-remah tersebut mendapat tambahan minyak yang bersifat tidak
menyatu atau tidak kompatibel di mana hanya berfungsi sebagai pembasah
atau wetting saja. Pada kondisi tersebut akan dilakukan proses pengeringan
dengan menggunakan udara panas. Karet kering yang dihasilkan akhirnya
dicampurkan, biasanya dilakukan dengan menggunakan proses tekanan
hidrolik dan kemudian dilakukan pembungkusan dengan menggunakan
plastik untuk mencegah terjadinya adhesi atau lengketnya antara karet blok
di peti.
Analisis ekonomi dilakukan untuk menghitung sejauh mana usaha
yang telah dijalankan dapat memberikan keuntungan. Pendapatan usahatani
tersebut baru dapat diperolehapabila semua biaya yang telah dikeluarkan
dapat ditutupi oleh hasil penjualan dari kegiatan produksi yang telah
dilakukan (Sockattawi, 1998).
a. Pupuk
Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat
fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi
pertumbuhan tanaman Dalam pengertian yang khusus pupuk adalah
suatu bahan yang mengandung satu atau lebih hara tanaman (Lingga dan
Marsono 2006)Pupuk merupakan alami dan sintens, organik dan
murganik yang menyuplai tanaman dengan nutrisi untuk pertumbuhan
tanaman Pengenaan pupuk sobagat salah satu usaha untuk
meningkatkan produk pertanian dah sangat membudaya dan para petani
telah menggap bahwa pupuk dan cars pemupukan sebagai salah satu hal

6
yang tidak dapat di pisahkan dalam kepulan usaha tani (Suwands dan
Rosti, 2003)
Kebutuhan unsur hara pada tanaman dapat dipenuhi dengan cara
pemupukan Pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk organk dan
pupuk anorganik Pupuk organik yang busa digunakan adalah pupuk
kandang Pemberian pupuk kandang disertai dengan pemberian kapur
(Suwarto ru 2014)
b. Bibit Tanaman Karet
Ada beberapa cara pembibitan yang bisa dilakukan untuk
mendapatkan bibit karet dengan sifat unggul. Pembibitan karet bisa
dilakukan dengan melalui beberapa tahap. Tahap yang pertama adalah
tahap persemaian perkecambahan sedangkan tahap pembibitan
selanjutnya adalah persemaian bibit.
Untuk tahap persemaian perkecambahan, benih karet akan disemai
di bedengan dengan ukuran lebar sekitar 1–1,2 meter dengan ukuran
panjang yang disesuaikan dengan tempat yang tersedia. Pasir dengan
tekstur halus disebarkan di atas bedengan dengan ketebalan 5–7 cm.
Natural Glio perlu pula dikembangbiakkan di dalam pupuk kandang
yang ditambah 1 mg Natural Glio sebelum siap ditebar di atas bedengan.
Dauh atau jerami dengan ukuran tinggi 1m diperlukan untuk naungan
sisi timur dan ukuran tinggi 80 cm diperlukan sebagai naungan sisi
barat.
Benih direndam dalam larutan POC NASA dengan takaran satu
tutup untuk satu liter air selama 3–6 jam. Benih akan disemaikan
langsung harus disiram dengan larutan POC NASA dengan takaran
setengah tutup per liter air. Untuk cara tanam benih yang benar, jarak
tanam dipertahankan selebar 1–2 cm. Benih yang sudah disemai harus
disiram secara teratur dan normalnya benih akan mulai berkecambah
pasa usia 10–14 hari setelah tanam.
Benih yang sudah berkecambah kemudian dipindahkan ke area
persemaian bibit yang sudah dicangkul dengan kedalaman 60–75 cm

7
kemusian dihaluskan serta diratakan. Area tersebut perlu dibuat
bedengan dengan ketinggian 20 cm termasuk parit antar bedengan
dengan kedalaman 50 cm. Selanjutnya, cara menanam benihnya adalah
dengan membuat jarak tanam 40x40x60 cm untuk bibit okulasi coklat
dan jarak tanam 20x20x60 untuk bibit okulasi hijau.
Selain perlu disiram secara teratur, bibit dalam persemaian perlu
pula dipupuk dengan pupuk makro selama 3 bulan sekali dan perlu pula
disiram dengan POC NASA setiap 1–2 minggu sekali. Klon untuk benih
dan bibit unggul bisa ditemukan di lembaga riset pemerintah maupun
swasta seperti Balai Penelitian Karet Getas.

8
BAB III
METODE PRAKTEK LAPANGAN KERJA
3.1 Sumber dan Pengumpulan Data

a. Sumber Data
Sumber data merupakan subjek penelitian dimana data
menempel. Sumber data berupa benda bergerak, manusia, tempat dan
sebagainya. Berdasarkan sumber datanya maka penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif Sugiyono (2017:9)
menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti
pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi dan Menurut Nazir (2016:43)
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Pengambilan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara
dilakukan di PTPN VII Unit Padang Pelawi Bengkulu.

b. Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi
Observasi adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh
peneliti terhadap suatu proses atau objek dengan tujuan untuk
mengetahui pemahaman dari suatu fenomena atau prilaku
berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui
sebelumnya.Oleh karena itu, observasi yang dilakukan penulis
adalah melalui pengamatan secara langsung pada lokasi penelitian
yaitu sistem pengembangan usaha ayam petelur di Desa Jenggalu

9
Kec.Sukaraja Kab. Seluma, yang sesuai dengan fakta atau kenyataan
yang ada.

2. Wawancara
Wawancara yaitu pengumpulan data dengan bertanya jawab
kepada responden.12 Kegiatan ini dilakukan dengan mengadakan
wawancara langsung dengan responden yang mengelola usaha ayam
petelur. Adapun bentuk yang digunakan ialah wawancara yang telah
dipersiapkan terlebih dahulu oleh penulis yang ditujukkan kepada
informan yang berpengaruh terhadap penelitian ini. Wawancara
yang dilakukan penulis menggunakan wawancara terbuka, yaitu
wawancara yang dilakukan dengan tidak merahasiakan informasi
mengenai narasumbernya dan juga memiliki pertanyaan-pertanyaan
yang tidak terbatas atau tidak terikat jawabannya. Waktu wawancara
disesuaikan dengan kondisi dan situasi informan pada saat
wawancara. Selama proses wawancara peneliti membuat catatan
yang bertujuan untuk menuliskan keadaan atau situasi saat
berlansungnya wawancara.

3.2 Metode Analisis Data


Analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data yaitu data
reduction, display data, conclusion drawing/verification.
a. Data reduction (reduksi data)
Mereduksi data merupakan merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal yang penting. Dengan demikian data
yang sudah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan
mempermudah penelitian untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya dan mencari bila diperlukan.
b. Display data (penyajian data)

10
Penelitian dengan pendekatan kualitatif penyajian data dapat
berupa uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya.
c. Conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan)
Kesimpulan dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif yaitu
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan
yang berupa gambaran suatu objek yang sebelumnya

11
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Ptpn 07 Unit Padang Pelawi

PTPN VII Unit Padang Pelawi Bengkulu diawali dengan terbitnya


surat Mentri Pertanian No. 518/Mentan/VI/1980 tanggal 6 Juli 1980 perihal
penugasan kepada Direksi PT. Perkebunan di Indonesia termasuk PT.
Perkebunan XXIII (Persero) Surabaya untuk melakukan penjajakan dan
penelitian kemungkinan pelaksanaan perkebunan inti rakyat (PIR) di daerah
Bengkulu yang dalam pelaksanaannya yang berkoordinasi dengan Dirjen
BUMN Dirjen Trans dan Pemda Tk. 1 bengkulu. Surat dari Dirjen
Perkebunan Departemen Pertanian Republik Indonesia No. 949/E/VII/1980
tanggal 17 Juli 1980 perihal mohon bantuan kepada Gubernur kepalaDaerah
Tk. 1 Bengkulu untuk penyediaan tanah inti kebun PTP XXIII dan Star-up
project dalam rangka proyek NES VI di Bengkulu.

Terbitnya surat keputusan Gubernur KDH tingkat 1 Bengkulu No.


320/SK/BIV/1980 tanggal 27 Oktober 1980 tentang penunjukan lokasitanah
untuk proyek PIR/NES V karet yang dilaksanakan oleh PT. Perkebunan
XXIII (Persero) di Kecamatan seluma kabupaten Bengkulu Selatan dengan
luas pncadangan untuk inti seluas 6.250 Ha. Surat GubernurKDH tingkat 1
Bengkulu No. 525/591/B.11/1982 tanggal 8 Februari 1982 perihal area yang
dicadangkan untuk NES V, VI, VII dan PIRSUS untuk PIRBUN, khusus
untuk NES V (inti) seluas 6.250 Ha dan untuk plasma seluas 25.000 Ha.
Keputusan Mentri dalam negeri No. 78/HGU/DA/1988 tanggal 1 Oktober
1988 tetang pemberian hak guna usaha atas nama PT. Perkebunan XXIII
(Persero) Surabaya melalui Kepala Direktorat Agraria Provini Bengkulu
yang isina antara lain:

1. Memberikan hak guna usaha pada PT. Perkebunan XXIII (Persero) yang
diuraikan dalam peta situasi lampiran Pemerintah panitia B Provinsi

12
Bengkulu NO. 16/RSLB/B/1988 tanggal 5 April 1988 seluas kurang lebih
5.905 Ha yang terletak di Desa Andalas Kecamatan Seluma Kabupaten
Bengulu Selatan Provinsi Bengkulu. Luas yang pasti akan ditentukan
kemudian berdasarkan hasil pengukuran dari instansi Agraria.
2. Hak guna usaha berlaku sejak tanggl didaftarkan pada kantor Agraria
Kabupaten yang bersangkutan dan berakhir pada tanggal 31 Desember
2023. Sertifikat (tanda bukti tanah) pada buku tanah Desa Andalas
Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bengulu Selatan Provinsi Bengkulu. Hak
guna usaha No. 03/BS dengan surat ukur No. 3.046/PT/1988 seluas 5.804
Ha yang dikeluarkan oleh kantor Agraria Bengkulu Selatan tanggal 30
Desember 1988.
3. Berdasarkan PP No. 12 tahun 1966 tanggal 14 Februari 1996 tertuang
dalam lembaran negara RI No. 1996 dan akte pendirian dihadapan Notaris
Harun Kamil SH. No. 40 tanggal 11 Maret 1996 dan disahkan oleh Mentri
Kehakiman No. C2- 8335HT.01-01 tahun 1996 tanggal 8 Agustus 1996
yang diumumkan dalam tambahan berita negara RI No. 80 tanggal 4
Oktober 1996 bahwa PT. Perkebunan XXIII (persero) bergabung dengan
PT. Perkebunan X (Persero), PT. Perkebunan XXX1 (Persero) dan kebun
proyek PT. Perkebunan XI (Persero) menjadi PTPN VII (Persero).

4.2 Letak Geografis


Unit Padang Pelawi berada dekat dengan jalan raya Bengkulu-
Manna kilometer 26,5 Desa Padang Pelawi, Kecamatan Sukaraja
Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu pada kordinat 03o 45’-04 o 00’ lintang
selatan dan 102 o17’-102 o-32’ garis bujur timur dengan luasan wilayah
sebesar 5.804 Ha. Sebelahtimur Unit Padang Pelawi berbatasan dengan
Kecamatan Air Pribun, sebelah baratberbatasan dengan wilayah Desa Niur
dan Desa Cahaya Negeri, sebelah utara berbatasan dengan perkebunan
masyarakat, dan sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Desa Kayu
Arang dan wilayah Desa Padang Pelawi. Pola penyebaran tempat tinggal
pekerja maupun masyarakat, 40% berada dalam wilayah Unit Padang

13
Pelawi, sedangkan sisanya bertempat tinggal di luar wilayah Unit Padang
Pelawi. Kondisi agroklimat unit Padang Pelawi berada dalam topografi
bergelombang dan berbukit dan tipe tekstur tanah yang liat-liat berpasir.
Secara ringkas kondisi agroklimat digambarkan dalam table di bawah ini:

4.3 Lokasi Penanaman Karet

Tanaman karet yang merupakan salah satu komoditas yang


dibudidayakan pada PTPN VII Unit Padang Pelawi Bengkulu. Lahan yang
digunakan dalam membudidayakan tanaman karet adalah seluas 3.000 ha,
dalam luasan 3.000 ha tersebut dibagi menjadi 8 bagian atau 8 Afdeling.
Afdeling tersebut dimulai dari Afdeling I hingga Afdeling VIII, pada setiap
Afdeling terdiri dari 5 hancak.

Tabel 3.3 Lokasi penanaman karet PTPN Unit Padang Pelawi


Bengkulu

No Wilayah Luas

Lahan (Ha)

1 Afdeling 1 418

2 Afdeling 2 575

3 Afdeling 3 396

4 Afdeling 4 472

5 Afdeling 5 305

6 Afdeling 6 380

7 Afdeling 7 279

14
8 Afdeling 8 175

Jumlah 3.000

Sumber : PTPN VII Unit Padang Pelawi

Afdeling I memiliki luasan lahan 418 ha yang keseluruhan tanaman


karet sudah dapat dipanen, pada Afdeling II memiliki luasan lahan seluas
575 ha, luasan lahan tersebut keseluruhan tanaman karet sudah dapat
dipanen, Afdeling III memiliki luasan lahan seluas 396 ha dan keseluruhan
tanaman karet sudah dapat dipanen, pada Afdeling IV memiliki luasan
seluas 472 ha, Afdeling V dengan luaslahan 305 ha, Afdeling VI dengan
luasan lahan 380 ha, Afdeling VII dengan luasan 279 ha dan Afdeling VIII
dengan luasan 175 ha. Jarak antara Afdeling I dengan Afdeling lain tidak
jauh, namun letak antar Afdeling tidaklah berurutan dan Afdeling VIII
merupakan Afdeling dengan lokasi yang lebih kecil apabila dibandingkan
dengan lokasi lainnya.

15
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pembangunan pertanian adalah suatu proses untuk meningkatkan
produksi hasil usahatani. Untuk hasil-hasil tersebut, perlu adanya pasar,
karena harga yang cukup untuk membayar kembali biaya-biaya tunai dan
daya upaya yang telah dikeluarkan petani pada saat memproduksikannya.
Tanaman karet dikenal dengan beberapa sebutan, seperti lastik bara
(Arab), coucho (Spanyol), atau kausuu (Kamboja). Di Indonesia dikenal
beberapa nama untuk menyebut tanaman karet, seperti pohon rambong,
pohon havea, pohongetah, atau pohon para (Siregar dan Suhendry, 2013).
Tanaman karet merupakan salah satu tanaman perkebunan utama yang
dikembangkan di berbagai wilayah di Indonesia. Karet merupakan produk
dari proses penggumpalan getah tanaman karet. Karet merupakan salah satu
komoditas perkebunan dengan nilai ekonomis tinggi. Tanaman karet
(Hevea barasiliensis) mulai di kenal di Indonesia sejak zaman penjajahan
Belanda. Awalnya tanaman karet ditanam di Kebun Raya Bogor sebagai
tanaman yang baru dikoleksi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Barani, A. M. 2012. Karet Alam Sebagai ATM Petani dan Sumber Devisa Negara.
Jakarta. Media Perkebunan.

Hanafie. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta. ANDI.

Heru, D dan Andoko, A. 2008. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Jakarta Selatan.
PT. Agro Media Pustaka.

Kadariah. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta. Fakultas Ekonomi


Universitas Indonesia

Nastalia, et al. 2014. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Perkebunan Karet Rakyat
Swadaya di Desa Sungai Jalau Kecamatan Kampar Utara Kabupaten
Kampar. Skripsi. Riau: Fakultas Pertanian Universitas Riau.

Nazir, M. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Pasaribu, M. 2012. Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis (Konsep dan


Aplikasi. Yogyakarta. ANDI.

Setiawan dan Andoko. 2013. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Jakarta Selatan.
Agro Media

Setyamidjaja. 1993. Karet. Yogyakarta. Kansius.

Siregar dan Suhendry, I. 2013. Bididaya dan Teknologi Karet. Jakarta. Penebar
Swadaya.

Soetriono, 2006. Daya Saing Pertanian dalam Tinjauan Analisis. Malang:


Bayumedia Publishing.

Soetriono, dkk. 2010. Daya Saing Agribisnis Kopi Robusta. Jember. Surya Pena
Gemilang.

17
Sucipto, A. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Malang: UIN-Maliki Press.

Suharman, dkk. 2013. Analisis Potensi Pengembangan Industri Barang Jadi Karet
di Sumatra Selatan. Jurnal: Riset Industri Vol. 7 No. 3.

ASuwanto, dkk. 2014. Top 15 Tanaman Perkebunan. Jakarta. Penebar


Swadaya.TimPenulis PS. 2008. Panduan Lengkap Karet. Depok. Penebar
Swadaya.

Suwarto. 2010. Budidaya 12 Tanaman Perkebunan Unggulan. Jakarta. Penebar


Swadaya.

18

Anda mungkin juga menyukai