OLEH:
OLEH:
YUSRISKA SAPITRI
D1B1 16 305
Menyetujui,
Asissten I Asissten II
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan
Laporan ini telah penulis susun dengan semaksimal mungkin dan mendapat
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar penyusunan laporan ini.
Untuk itu penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
Tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari bahwa masih jauh dari
sempurna baik dari segi sesunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
penulis dengan tangan terbuka menerima saran dan kritikkan yang bersifat
penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul ............................................................................................... i
Halaman Judul ................................................................................................. ii
Halaman Pengesahan ...................................................................................... iii
Kata Pengantar ................................................................................................ vi
Riwayat Hidup................................................................................................... v
Daftar Isi ........................................................................................................ vii
Daftar Tabel....................................................................................................viii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 3
1.3 Tujuan Praktikum .......................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Teori ............................................................................................. 4
2.2. Biochar Arang Kayu .................................................................................... 5
III. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................................ 8
3.2 Alat dan Bahan .............................................................................................. 8
3.3 Prosedur Kerja ............................................................................................... 8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ............................................................................................................ 11
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 11
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 13
5.2 Saran ............................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Gambar Halaman
biasa disebut “arang aktif”. Biomassa yang dapat digunakan untuk membuat
biochar dapat berasal dari beberapa limbah pertanian dan kehutanan seperti sekam
padi, jerami, tempurung kelapa, kayu bekas gergajian, ranting pohon, potongan kayu,
mirip dengan arang kayu yang sering kita jumpai di pasaran. Teknologi biochar
kembali karena fungsinya yang sangat penting di bidang pertanian dan peng
em-bangan energialternatif.
manfaat yang cukup besar antara lain dapat memperbaiki struktur tanah, menahan air
dan tanah dari erosi karena luas permukaannya lebih besar, memperkaya karbon
Biochar adalah produk yang kaya akan karbon ya ng dipero leh s aat bioma
ssadipanaskan dalam wadah tertutup dengan udara yang terbatas dengan maksud
yang diterapkan u ntu k tanah m eni ngk atk an produktivitas tanah, penyimpanan
Taylor & Mason yang dimodifikasi. Kedua jenis biochar ini dibuat menggunakan
alat tungku sederhana dan drum pertamina yang tertutup dengandiameter dalam 56
cm dan tinggi 42 cm.Biochar sekam padi, juga berupa arang yang proses
pembuatannya sama dengan biochar kotoran ayam, akan tetapi disini tidak dilakukan
proses sortasi bahan bakubiochar, melainkan hanya dicek kadar airnya agar
memakan waktu juga lebih kurang 5 jam dengan suhu yang sama. Dari proses ini
dihasilkan rendemen biochar sekam padi sebesar 70% (Gani, 2010). Pembuatan arang
bakar dan serabut kelapa (bahan bakar masyarakat setempat). Pemanasan dilakukan
sampai terbentukarang aktif yang memakan waktu lebih kurang 5 jam dan setiap
pertumbuhan tanaman?
kegunaannya praktek ini yaitu sebagai bahan pelajar mahasiswa dalam proses
pemanfaatan limbah pertanian sebagai biochar dan cara mengaplikasikan hasil dari
teknik drum tertutup (retort), B = teknik drum terbuka dan C = teknik tradisional.
Diantara ketiga teknik tersebut, teknik drum tertutup (retort) yang lebih prospektif
untuk dikembangkan lebih lanjut karena tidak hanya menghasilkan biochar yang
memiliki sifat dan daya benah yang lebih tinggi, melainkan juga rendemen lebih
tinggi dan penanganan saat pembuatan biochar lebih mudah. Selain itu, meskipun
tidak didukung oleh hasil uji statistik, media tanam dengan perlakuan 20% biochar
(tinggi dan jumlah daun) tanaman yang lebih besar. (Syahrinudin, et al., (2018).
umur 30 dan 45 HST, bobot tongkol tanaman sampel dan produksi per plot.
Perlakuan terbaik dijumpai pada perlakuan B4 (biochar 7,5 ton/ha) dan perlakuan
limbah ikan berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 30 dan 45
HST, bobot tongkol tanaman sampel, produksi per plot. Perlakuan terbaik dijumpai
pada perlakuan L4 (Limbah ikan 150 ml/liter air) serta interaksi biochar dan limbah
ikan berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman 15, 30 dan 45 HST, bobot
tanaman sampel dan produksi perplot. Kombinasi perlakuan terbaik dijumpai pada
B4L4 (biochar 7,5 ton/ha dan limbah ikan 150 ml/liter air) (Rosmaiti et al., 2019).
Salah satu bahan yang memenuhi sifat tersebut adalah biochar, yaitu padatan
kaya kandungan karbon yang merupakan hasil konversi dari biomas melalui proses
pertanian yang terdegradasi. Selain itu pemanfaatan bahan organik dalam bentuk
biochar merupakan tindakan yang dapat mendukung konservasi karbon tanah (Glaser
et al., 2002).
Aplikasi biochar terbukti mampu meningkatkan kualitas sifat fisik dan kimia
Aplikasi biochar pada lahan pertanian bukanlah praktek baru, namun disadari bukan
hal yang mudah untuk meyakinkan para pihak khususnya petani untuk
Biochar limbah pertanian dengan bahan baku dari pangkasan G. sepium dan
brangkasan jagung memiliki karakteristik kimia yang lebih baik dibandingkan dengan
biochar kotoran sapi dan sekam padi, sehingga layak dijadikan sebagai pembenah
tanah dalam memperbaiki tanah terdegradasi dan pemberian jenis bochar limbah
pertanian dari pangkasan G. sepium dan brangkasan jagung, secara nyata berpengaruh
2017).
persentase kandungan C organik dalam tanah adalah kombinasi biochar sekam padi
dan kompos berangkasan jagung. Kombinasi biochar dengan kompos terbaik untuk
kombinasi biochar jerami padi dan kompos berangkasan kacang tanah. KTK dan pH
tanah tidak dipengaruhi oleh jenis kombinasi biochar dan kompos limbah tanaman
serasah jagung tanpa aplikasi seresah jagung menurunkan pH dan Ca sebesar 14.47%,
dosis pupuk menjadi 3/4 dosis rekomendasi tidak menyebabkan terjadinya penurunan
pertumbuhan tanaman. Pada kondisi cuaca yang ekstrim kering, aplikasi mulsa dan
pembenah tanah dengan dosis 2,5 t/ha belum mampu meningkatkan pertumbuhan dan
produksi tanaman. Pemberian pembenah tanah berbahan baku biochar dengan dosis
2,5 t/ha cenderung meningkatkan persentase agregasi tanah (Dariah dan Nurida
2012).
Untuk satu musim tanam dosis biocar kulit kakao belum mampu
tinggi terdapat pada perlakuan 15 t ha-1 biocarkulit kakao yaitu sebesar 130,12.
tetapi tidak untuk kemampuan tanah meretensi air. Produksi tanaman jagung paling
tinggi terdapat pada perlakuan D40 dengan berat biji kering 3,95 t ha-1, berat
biomassa kering 1,82 t ha-1, berat bonggol kering 2,28 t ha-1, maka semakin tinggi
dosis biochar kulit kakao semakin tinggi produksi tanaman jagung (Farahmitha et al.,
2017).
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu parang, drum, sekop, timbangan,
Bahan yang digunakan pada raktikum ini yaitu, ranting kayu, kantung kresek
cm. Dasar lubang pada arah pengeluaran asap ditinggikan sehingga kedalamannya
lubang.
panjang lubang dan membutk kerucut. Timbunan ranting tersebut harus padat,
permukaan tanah.
5. Menyalakan api pada bagian tengah tumpukan kayu dengan memasukkan seresah
daun ke bagian tengah tumpukan kayu, membiarkan sampai nyalanya stabil dan
6. Ketika asap terlihat jernih dan semua ranting terbakar menjadi arang, diperkirakan
membutuhkan waktu 6– 8 jam, tetapi pada praktikum hanya dilakukan selama 1-2
jam. Setelah itu permukaan tumpukan disiram dengan air sampai basah dan semua
7. Setelah menjadi dingin dan tidak ada asap yang ke luar, membuka tumpukan kayu
Arang yang telah halus dimasukkan ke dalam kantung kresek putih, itulah produk
biochar yang dihasilkan. Lalu menimbang berat biochar yang telah dimasukkan
3. Mengatur posisi ranting dan dahan kayu didalam drum. Ranting atau dahan kayu
4. Membakar ranting atau dahan kayu dengan memasukkan seresah daun kedalam
5. Melalui bara api yang ada dalam drum tersebut, proses pembakaran akan
berlangsung merata ke seluruh bagian drum. Setelah itu, penutup drum dipasang
6. Pada praktikum ini dilakukan pembakaran selama 1-2 jam, seharusnya lama
pembakaran yang untuk mencapai hasil pembakaran yang merata yaitu 2-3 jam.
Bahan yang dibakar sudah tidak lagi banyak mengeluarkan asap, arang
dikeluarkan dan langsung disemprot air agar tidak menjadi abu atau tidak terjadi
pembakaran sempurna.
Arang yang telah halus dimasukkan ke dalam kantung kresek putih, itulah produk
biochar yang dihasilkan. Lalu menimbang berat biochar yang telah dimasukkan
4.1. Hasil
Hasil pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
4.2.Pembahasan
Biochar merupakan substansi arang kayu yang berpori (porous), sering juga
disebut charcoal atau agrichar berperan sebagai bahan pembenah tanah dan dan bahan
organik. Karena berasal dari makhluk hidup disebut arang hayati. Di dalam tanah,
biochar menyediakan habitat yang baik bagi mikroba tanah, tapi tidak dikonsumsi
seperti bahan organik lainnya. Dalam jangka panjang biochar tidak mengganggu
keseimbangan karbon nitrogen, bahkan mampu menahan dan menjadikan air dan
nutrisi lebih tersedia bagi tanaman.Bila digunakan sebagai pembenah tanah bersama
pupuk organik dan anorganik, biochar dapat meningkatkan produktivitas, serta
Berdasarkan hasil tabel di atas, berat biochar yang paling tinggi terdapat pada
kelompok 2 dengan berat biochar yang telah di ayak yaitu 3.0 kg. Sedangkan berat
biochar yang paling rendah di dapat pada kelompok 6 dengan berat biochar yang
Pemberian biochar jerami padi, tandan kosong kelapa sawit, kulit durian dan
tinggi tanaman, bobot kering tajuk, serapan N dan P, serta kecepatan umur berbunga
terhadap serapan K dan bobot kering akar tanaman. Biochar kotoran sapi lebih baik
dalam memperbaiki sifat kimia tanah Ultisol dan pertumbuhan tanaman jagung
dibandingkan dengan biochar jerami padi, TKKS dan kulit durian (Vici et al., 2017).
Aplikasi biochar ke dalam tanah merupakan pendekatan baru dan unik untuk
ekosistem darat. Di samping mengurangi emisi dan menambah pengikatan gas rumah
kaca, kesuburan tanah dan produksi tanaman pertanian juga dapat ditingkatkan.Dua
hal yang menjadi pilar bagi pemanfaatan biochar di bidang pertanian adalah
afinitasnya yang tinggi terhadap hara dan persistensinya (Lehmann, 2007). Semua
termasuk retensi beberapa unsur hara yang esensial bagi tanaman. Biochar jauh lebih
efektif dalam retensi hara dan ketersediaannya bagi tanaman dibanding bahan
organik lain seperti kompos atau pupuk kandang. Hal ini juga berlaku bagi hara P
yang tidak diretensi oleh bahan organik biasa. Biochar lebih persisten dalam tanah
dibanding bahan organik lain. Karena itu, semua manfaat yang berhubungan dengan
retensi hara dan kesuburan tanah dapat berjalan lebih lama dibanding bentuk bahan
organiklain yang biasa diberikan. Persistensi biochar yang lama dalam tanah juga
sink yang sangat potensial bagi CO2 udara. Menurut Haefele (2007) serta Lehmann
dan Rondon (2006), walaupun biochar dapat digunakan sebagai arang kayu untuk
bahan bakar, namun manfaat lingkungannya jauh lebih besar bila dibenamkan ke
meningkat.
Sifat penting arang kayu adalah kerapatan totalnya antara 1,38-1,46 g/cm3;
porositasnya 70%; permukaan dalam 50 m3/g; berat bagian terbesar antara 80-220
kg/m2; kandungan karbon 80-90%; kandungan abu 1-2%; dan zat mudah menguap
unsur hara (pupuk) dalam bidang kesuburan tanah karena memiliki luas permukaan
yang besar dan kurang lebih sama dengan koloid tanah. Arang aktif mempunyai daya
serap (adsorpsi) yang tinggi terhadap bahan yang berbentuk larutan atau uap (Pohan
et al., 2002; Damanouw, 1989). Sedangkan Pohan et al. (2002) menyatakan bahwa
dengan bahan arang lainnya. Arang tempurung kelapa umumnya mempunyai luas
permukaan dalam antara 500-1500 m2/g sehingga sangat efektif dalam menangkap
partikel-partikel yang sangat halus. Begitu pula dengan arang sekam padi, dapat
memiliki luas permukaan dalam antara 300-2000 m2/g (Hsieh and C.F. Hsieh, 1990;
John, 1989).
Pemberian arang sekam berpengaruh terhadap ketersediaan air dalam tanah. Hal
ini dikarenakan arang sekam juga memiliki pori-pori yang banyak karena luas
permukaan yang besar sehingga memiliki daya ikat air yang tinggi. Arang sekam
dapat meyerap residu bahan kimia, maupun residu pestisida yang berada di dalam
tanah. Hal ini sesuai Nuryulsen dan Jamilah (2012) yang mengatakan arang aktif
juga mempunyai pori-pori yang banyak karena luas permukaan yang besar sehingga
memiliki daya ikat air yang tinggi. Arang aktif dapat dicampur dengan pupuk urea
Praktikum Pemberian Arang Pada Tanah Pasir Pantai dilakukan dengan dengan
rancangan acak lengkap (RAL) yang diulang 4 kali. Adapun perlakuan yang
diberikan yaitu kontrol, arang sekam 32 gram (AS1), arang sekam 64 gram (AS2),
arang kayu 32 gram (AK1), arang kayu 64 gram (AK2). Variabel pengamatan yang
dilakukan yaitu tinggi tanaman dan bobot basah tanaman. Pengamatan tinggi tanaman
dapat meningkatkan pH, hal tersebut berdasarkan penelitian Haefele (2007) yang
menyatakan bahwa arang sekam padi mempunyai nilai pH H2O paling tinggi (8,91)
dibandingkan dengan jenis arang lainnya. Arang sekam padi memiliki KTK sebesar
nilaiKTK tinggi maka ini berarti bahan tersebut mampu melepaskan unsur menjadi
Bahan baku dimasukkan ke dalam tungku setelah pada bagian dasar tungku
diberi potongan kayu bakar atau sisa- sisa serutan kayu kering, dengan posisi
mendatar dan serapat mungkin - agar dapat menampung kayu lebih banyak, serta diisi
drum diberi ganjal dengan bata merah atau batu setinggi ± 5-10 cm, pada 3 lokasi
titik. Selanjutnya, di bawah tungku kemudian di beri potongan kayu bakar atau
serutan kayu yang kering sebagai umpan yang telah diberi sedikit minyak tanah.
Setelah api dinyalakan, tunggu sampai nyala bara api merembet ke dalam tungku
melalui lubang udara sehingga bahan baku kayu yang terdapat di dalam tungku dapat
sampai 4 jam, bahan kayu di dalam tungku biasanya sudah menyusut dan turun
bagian atas penutup tungku diberi tanah atau pasir serta cerobong asap ditutup dengan
kain basah atau rumput yang rapat dan kemudian dilapisi tanah, sehingga tidak ada
udara yang masuk ataupun keluarProses pendinginan arang pada tungku drum,
memerlukan waktu rata-rata antara 4 - 5 jam dari awal penutupan (Siregar dan Salim,
2007).
Pemanfaatan sekam telah meluas, tidak hanya sebagai sumber energi bahan
bakar tetapi arangnya juga dapat dijadikan sebagai bahan pembenah tanah (perbaikan
tanaman. Arang juga dapat menambah hara tanah walaupun dalam jumlah sedikit.
Oleh karena itu, pemanfaatan arang menjadi sangat penting dengan banyaknya tanah
terbuka/lahan marginal akibat degradasi lahan yang hanya menyisakan subsoil (tanah
kurus). Jika penggunaan arang sekam dapat membantu memperbaiki sifat-sifat tanah
subsoil sehingga cocok untuk tempat tumbuh tanaman dan pertumbuhan tanaman
menjadi baik, maka hal ini akan sangat menguntungkan karena berarti tanah subsoil
yang relatif besar bila digunakan sebagai sumber unsur hara K tambahan bagi
kandungan unsur K pada pupuk anorganik yang ada di pasaran. Hal yang lebih
keuntungan ganda karena selain dapat menyediakan unsur hara juga dapat sebagai
tanah baik secara fisik, kimia dan biologi tanah. Arang diketahui sebagai pembenah
tanah, karena arang mempunyai pori-pori yang dapat menyerap dan menyimpan air
dan hara, kemudian air dan hara tersebut akan dikeluarkan kembali sesuai kebutuhan.
Arang dapat meningkatkan pH, KTK dan dapat memperbaiki sifat kimia, fisik dan
biologi tanah sehingga apabila tanaman diberi arang maka pertumbuhan akan
tanaman. Adanya penambahan arang (biochar) ke dalam tanah selain untuk carbone
store , juga dapat mereduksi emisi yang dikeluarkan oleh tanah seperti gas CH4 dan
N2O yang dapat berpengaruh pada efek rumah kaca, dengan cara mengikat gas
3.1 Kesimpulan
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara tradisional dan dengan
umum digunakan adalah drum sederhana tanpa pengatur suhu dan dengan pengatur
suhu. Proses pemanfaatan limbah pertanian sebagai biochar dapat diakukan dengan
dengan cara dilakukan pembakaran dengan tidak sempurna dan suplay oksigen yang
terbatas (pyrolysis). Cara pembuatan biochar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan cara tradisional dan dengan menggunakan alat pirolisator. Alat pembakaran
untuk menghasilkan biochar yang umum digunakan adalah drum sederhana tanpa
3.2 Saran
terhadap pertumbuhan tanaman agar pertumbuhan tanaman menjadi baik dan variabel
Farahmitha S, Sugeng dan Zaenal K. 2017. Pengaruh Aplikasi Biochar Kulit Kakao
Terhadap Kemantapan Agregat dan Produksi Tanaman Jagung Pada Ultisol
Lampung Timur. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan 4 (1): 473-480.
Glaser, B., Lehmann, J. &Zech, W.,2002. Ameliorating Physical and chemical
properties of highly weathered soils in the tropics with charchoal: A review.
Biol Fertil Soils,35,219-230.
Ismail, M., Basri, A.B. 2011. Pemanfaatan Biochar Untuk Perbaikan Kualitas Tanah.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh.
Komarayati S, Gusmailina, Pari G. 2013. Arang dan Cuka Kayu : Produk Hasil Hutan
Bukan Kayu untuk Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman dan
Serapan Hara Karbon. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 31(1): 49-62.
Neneng LN. 2014. Potensi Pemanfaatan Biochar untuk Rehabilitasi Lahan Kering di
Indonesia. Jurnal Sumberdaya Lahan 2 (1): 57-68.
Sukmawati dan Harsani, 2018. Identifikasi Kombinasi Biochar dan Kompos Limbah
Tanaman Pangan Terhadap Dinamika Sifat Kimia Tanah. Jurnal Galung
Tropika, 7 (2):123 – 131
Pengemesan biochar