Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PADA LAHAN SUB OPTIMAL

“Pemanfaatan Limbah Pertanian sebagai Biochar”

OLEH:

NAMA : YUSRISKA SAPITRI


NIM : D1B1 16 305
KELAS : AGT-A
KELOMPOK : 12 (Dua Belas)

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PADA LAHAN SUB OPTIMAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh


kelulusan pada Praktikum Teknologi Produksi Tanaman pada Lahan Sub Optimal

OLEH:

YUSRISKA SAPITRI
D1B1 16 305

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Praktikum : Pemanfaatan Limbah Pertanian sebagai Biochar

Nama : Yusriska Sapitri

NIM : D1B1 16 305

Kelas/Kelompok : AGT-A/XII (Dua Belas)

Program Studi : Agroteknologi

Menyetujui,

Asissten I Asissten II

Sultan Rahman Ariansyah


NIM. D1B1 14 033 NIM. D1B1 14 058

Tanggal Disetujui: Desember 2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehigga penulis dapat menyelesaikan, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan Laporan Lengkap Teknologi Produksi Tanaman pada

Lahan Sub Optimal tepat waktu.

Laporan ini telah penulis susun dengan semaksimal mungkin dan mendapat

bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar penyusunan laporan ini.

Untuk itu penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.

Tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari bahwa masih jauh dari

sempurna baik dari segi sesunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu

penulis dengan tangan terbuka menerima saran dan kritikkan yang bersifat

membangun demi kesempurnaan laporan ini.

Kendari, Desember 2019

penulis
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Sampul ............................................................................................... i
Halaman Judul ................................................................................................. ii
Halaman Pengesahan ...................................................................................... iii
Kata Pengantar ................................................................................................ vi
Riwayat Hidup................................................................................................... v
Daftar Isi ........................................................................................................ vii
Daftar Tabel....................................................................................................viii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 3
1.3 Tujuan Praktikum .......................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Teori ............................................................................................. 4
2.2. Biochar Arang Kayu .................................................................................... 5
III. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................................ 8
3.2 Alat dan Bahan .............................................................................................. 8
3.3 Prosedur Kerja ............................................................................................... 8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ............................................................................................................ 11
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 11
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 13
5.2 Saran ............................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Gambar Halaman

1. Hasil Penimbanggan Biochar ...................................................................... 11


I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Biochar merupakan materi padat yang terbentuk dari karbonisasi biomassa,

biasa disebut “arang aktif”. Biomassa yang dapat digunakan untuk membuat

biochar dapat berasal dari beberapa limbah pertanian dan kehutanan seperti sekam

padi, jerami, tempurung kelapa, kayu bekas gergajian, ranting pohon, potongan kayu,

tongkol jagung, ampas sagu dan sejenisnya.Bentuk,warna dan proses pembuatannya

mirip dengan arang kayu yang sering kita jumpai di pasaran. Teknologi biochar

bukanlah merupakan teknologi baru, tetapi teknologi lama yang diperkenalkan

kembali karena fungsinya yang sangat penting di bidang pertanian dan peng

em-bangan energialternatif.

Penambahan biochar pada lapisan tanah pertanian akan memberikan

manfaat yang cukup besar antara lain dapat memperbaiki struktur tanah, menahan air

dan tanah dari erosi karena luas permukaannya lebih besar, memperkaya karbon

organik dalam tanah, meningkatkan pH tanah sehingga secara tidak langsung

meningkatkan produksi tanaman .

Biochar adalah produk yang kaya akan karbon ya ng dipero leh s aat bioma

ssadipanaskan dalam wadah tertutup dengan udara yang terbatas dengan maksud

yang diterapkan u ntu k tanah m eni ngk atk an produktivitas tanah, penyimpanan

karbon atau remediasi.


Proses pembuatan biochar mengacu pada proses pembuatan biochar menurut

Taylor & Mason yang dimodifikasi. Kedua jenis biochar ini dibuat menggunakan

alat tungku sederhana dan drum pertamina yang tertutup dengandiameter dalam 56

cm dan tinggi 42 cm.Biochar sekam padi, juga berupa arang yang proses

pembuatannya sama dengan biochar kotoran ayam, akan tetapi disini tidak dilakukan

proses sortasi bahan bakubiochar, melainkan hanya dicek kadar airnya agar

mendekati 12 %. Pemanasan jugadilakukan sampai terbentuk arang aktif yang

memakan waktu juga lebih kurang 5 jam dengan suhu yang sama. Dari proses ini

dihasilkan rendemen biochar sekam padi sebesar 70% (Gani, 2010). Pembuatan arang

kayu dilakukan tanpa melakukan pengeringan terlebih dahulu, kemudian kayu

dimasukkan ke drum dan dipanaskan di atas tungku dengan menggunakan kayu

bakar dan serabut kelapa (bahan bakar masyarakat setempat). Pemanasan dilakukan

sampai terbentukarang aktif yang memakan waktu lebih kurang 5 jam dan setiap

1 jam dilakukan pengukuran suhu, dimana rata-rata suhu pemanasan 255°C.

1.2 Rumusan masalah praktikum

1. Bagaimana manfaat biochar terhadap beberapa ketersediaan hara dalam tanah?

2. Bagaimana pengaruh biochar terhadap beberapa ketersediaan hara tanah terhadap

pertumbuhan tanaman?

1.3. Tujuan dan Kegunaan


Tujuan dari kegiatan praktikum ini yaitu agar praktikan dapat mengetahui

bagaimana cara pembuatan biochar dengan memanfaatkan limbah pertanian dan

bagaimana proses pemanfaatan limbah pertanian sebagai biochar.

kegunaannya praktek ini yaitu sebagai bahan pelajar mahasiswa dalam proses

pemanfaatan limbah pertanian sebagai biochar dan cara mengaplikasikan hasil dari

pemanfaatan limbah pertanian sebagai biochar.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Teori

Teknologi pembuatan biocar yaitu dengan metode pembuatan biochar A =

teknik drum tertutup (retort), B = teknik drum terbuka dan C = teknik tradisional.

Diantara ketiga teknik tersebut, teknik drum tertutup (retort) yang lebih prospektif

untuk dikembangkan lebih lanjut karena tidak hanya menghasilkan biochar yang

memiliki sifat dan daya benah yang lebih tinggi, melainkan juga rendemen lebih

tinggi dan penanganan saat pembuatan biochar lebih mudah. Selain itu, meskipun

tidak didukung oleh hasil uji statistik, media tanam dengan perlakuan 20% biochar

yang diproduksi dengan teknik drum tertutup (retort) memberikan pertumbuhan

(tinggi dan jumlah daun) tanaman yang lebih besar. (Syahrinudin, et al., (2018).

Perlakuan biochar berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada

umur 30 dan 45 HST, bobot tongkol tanaman sampel dan produksi per plot.

Perlakuan terbaik dijumpai pada perlakuan B4 (biochar 7,5 ton/ha) dan perlakuan

limbah ikan berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 30 dan 45

HST, bobot tongkol tanaman sampel, produksi per plot. Perlakuan terbaik dijumpai

pada perlakuan L4 (Limbah ikan 150 ml/liter air) serta interaksi biochar dan limbah

ikan berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman 15, 30 dan 45 HST, bobot

tanaman sampel dan produksi perplot. Kombinasi perlakuan terbaik dijumpai pada

B4L4 (biochar 7,5 ton/ha dan limbah ikan 150 ml/liter air) (Rosmaiti et al., 2019).
Salah satu bahan yang memenuhi sifat tersebut adalah biochar, yaitu padatan

kaya kandungan karbon yang merupakan hasil konversi dari biomas melalui proses

phirolisis. Biochar memiliki keunggulan lebih resisten terhadap pelapukan di banding

dengan bahan organik hasil dekomposisi, sehingga mampu memulihkan lahan-lahan

pertanian yang terdegradasi. Selain itu pemanfaatan bahan organik dalam bentuk

biochar merupakan tindakan yang dapat mendukung konservasi karbon tanah (Glaser

et al., 2002).

Aplikasi biochar terbukti mampu meningkatkan kualitas sifat fisik dan kimia

tanah, serta meningkatkan ketersediaan air. Produktivitas tanaman juga meningkat

sejalan dengan terjadinya pemulihan kualitas lahan. Peningkatan kualitas tanah

berpotensi untuk mengurangi kebutuhan lahan untuk deforestasi karena pemanfaatan

tanah suboptimal yang terdegradasi dapat ditingkatkan melalui penggunaan biochar.

Aplikasi biochar pada lahan pertanian bukanlah praktek baru, namun disadari bukan

hal yang mudah untuk meyakinkan para pihak khususnya petani untuk

mengaplikasikan biochar secara rutin di lahan pertanian mereka (Neneng, 2014).

Biochar limbah pertanian dengan bahan baku dari pangkasan G. sepium dan

brangkasan jagung memiliki karakteristik kimia yang lebih baik dibandingkan dengan

biochar kotoran sapi dan sekam padi, sehingga layak dijadikan sebagai pembenah

tanah dalam memperbaiki tanah terdegradasi dan pemberian jenis bochar limbah

pertanian dari pangkasan G. sepium dan brangkasan jagung, secara nyata berpengaruh

terhadap sifat fisik dan kimia tanah yang lebih baik


dibandingkan dengan pemberian biochar kotoran sapi dan sekam padi (Rupa et al.,

2017).

Kombinasi biochar dengan kompos yang terbaik untuk meningkatkan

persentase kandungan C organik dalam tanah adalah kombinasi biochar sekam padi

dan kompos berangkasan jagung. Kombinasi biochar dengan kompos terbaik untuk

meningkatkan kandungan P tersedia dalam tanah adalah kombinasi biochar kulit

kacang tanah dengan kompos berangkasan jagung. Kombinasi biochar dengan

kompos terbaik untuk meningkatkan persentase Nitrogen dalam tanah adalah

kombinasi biochar jerami padi dan kompos berangkasan kacang tanah. KTK dan pH

tanah tidak dipengaruhi oleh jenis kombinasi biochar dan kompos limbah tanaman

pangan. (Sukmawati dan Harsani, 2018).

Aplikasi 20 t/ha biochar serasah jagung dan 40 t/ha serasah jagung

meningkatkan P tersedia 242.95% P tersedia, 10,40% KTK. Aplikasi 20 t/ha biochar

serasah jagung tanpa aplikasi seresah jagung menurunkan pH dan Ca sebesar 14.47%,

27.19% (Sonia et al., 2014).

Aplikasi mulsa vertical dan pembenah tanah berbahan dasar biochar

berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan dan produksi jagung. Pengurangan

dosis pupuk menjadi 3/4 dosis rekomendasi tidak menyebabkan terjadinya penurunan

pertumbuhan tanaman. Pada kondisi cuaca yang ekstrim kering, aplikasi mulsa dan

pembenah tanah dengan dosis 2,5 t/ha belum mampu meningkatkan pertumbuhan dan

produksi tanaman. Pemberian pembenah tanah berbahan baku biochar dengan dosis
2,5 t/ha cenderung meningkatkan persentase agregasi tanah (Dariah dan Nurida

2012).

Untuk satu musim tanam dosis biocar kulit kakao belum mampu

mempengaruhi nilai kemantapan agregat tanah. Indeks kemantapan agregat paling

tinggi terdapat pada perlakuan 15 t ha-1 biocarkulit kakao yaitu sebesar 130,12.

Peningkatan kadar C-organik akan diikuti dengan peningkatan kemantapan agregat

tetapi tidak untuk kemampuan tanah meretensi air. Produksi tanaman jagung paling

tinggi terdapat pada perlakuan D40 dengan berat biji kering 3,95 t ha-1, berat

biomassa kering 1,82 t ha-1, berat bonggol kering 2,28 t ha-1, maka semakin tinggi

dosis biochar kulit kakao semakin tinggi produksi tanaman jagung (Farahmitha et al.,

2017).

2.2. Biochar Arang Kayu

Arang merupakan sumber karbon yang dapat berfungsi sebagai sumber


sehingga dapat mengembalikan senyawa karbon ke dalam tanah yang akan
berdampak positif untuk meningkatkan biomasa tanaman. Adanya penambahan arang
ke dalam tanah selain untuk , juga dapat mereduksi emisi yang dikeluarkan oleh tanah
seperti gas CH4 dan N2O yang dapat berpengaruh pada efek rumah kaca, dengan cara
mengikat gas tersebut ke dalam pori arang. Selain itu, biochar mampu menangkap
karbon dari tanaman dan menyimpannya di bawah tanah, sehingga akan terurai secara
lambat yang berdampak pada penurunan emisi gas rumah kaca CO2 (Komaryati, et
al., 2013).
III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan setiap hari Jum’at, tanggal 08 - 29 November 2019,

pukul 15:30 WITA sampai selesai di Laboratorium Biodiversitas Fakultas Pertanian

Universitas Halu Oleo.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu parang, drum, sekop, timbangan,

alat penumbuk, alat tulis menulis dan kamera.

Bahan yang digunakan pada raktikum ini yaitu, ranting kayu, kantung kresek

warna putih, spidol, korek api, karung, dan air.

3.3. Prosedur Praktikum

Prosedur kerja pada praktikum ini sebagai berikut:

3.3.1. Cara Tradisional

Langkah-langkah pembuatan biochar dengan cara tradisional sebagai berikut :

1. Membuat lubang berukuran panjang 2 meter, lebar 1 meter dan tinggi/dalam 60

cm. Dasar lubang pada arah pengeluaran asap ditinggikan sehingga kedalamannya

hanya 40 – 45 cm saja. Tetapi, pada praktikum ini tidak dilakukan pembuatan

lubang.

2. Mengumpulkan limbah pertanian yang akan dijadikan biochar/arang secukupnya

sesuai dengan ukuran drum.


3. Memasukkan ranting atau dahan kayu yang telah kering, ditata membujur searah

panjang lubang dan membutk kerucut. Timbunan ranting tersebut harus padat,

jangan terlalu banyak rongga udara.

4. Memastikan tumpukan kayu jangan terlalu tinggi, maksimum 10-20 cm di atas

permukaan tanah.

5. Menyalakan api pada bagian tengah tumpukan kayu dengan memasukkan seresah

daun ke bagian tengah tumpukan kayu, membiarkan sampai nyalanya stabil dan

sebagian ujung ranting terbakar.

6. Ketika asap terlihat jernih dan semua ranting terbakar menjadi arang, diperkirakan

membutuhkan waktu 6– 8 jam, tetapi pada praktikum hanya dilakukan selama 1-2

jam. Setelah itu permukaan tumpukan disiram dengan air sampai basah dan semua

bara api mati.

7. Setelah menjadi dingin dan tidak ada asap yang ke luar, membuka tumpukan kayu

dan diangkat arangnya untuk dijemur.

8. Arang kering ditumbuk sampai halus menggunakan kayu sebagai penumbuknya.

Arang yang telah halus dimasukkan ke dalam kantung kresek putih, itulah produk

biochar yang dihasilkan. Lalu menimbang berat biochar yang telah dimasukkan

kedalam kantung kresek.

3.3.2. Cara Pirolisator Terbuat dari Drum

Langkah-langkah pembuatan biochar dengan cara pirolisator sebagai berikut :

1. Mengumpulkan limbah pertanian yang akan dijadikan biochar/arang secukupnya

sesuai dengan ukuran drum.


2. Memasukkan limbah pertanian (ranting dan dahan kayu) ke dalam alat

pembakaran/pirolisator tersebut (badandrum).

3. Mengatur posisi ranting dan dahan kayu didalam drum. Ranting atau dahan kayu

diposisikan vertical, agar mempermudah pembakaran.

4. Membakar ranting atau dahan kayu dengan memasukkan seresah daun kedalam

drum untuk mempermudah proses pembakaran.

5. Melalui bara api yang ada dalam drum tersebut, proses pembakaran akan

berlangsung merata ke seluruh bagian drum. Setelah itu, penutup drum dipasang

dan seluruh lubang udara di bagian tengah drum.

6. Pada praktikum ini dilakukan pembakaran selama 1-2 jam, seharusnya lama

pembakaran yang untuk mencapai hasil pembakaran yang merata yaitu 2-3 jam.

Bahan yang dibakar sudah tidak lagi banyak mengeluarkan asap, arang

dikeluarkan dan langsung disemprot air agar tidak menjadi abu atau tidak terjadi

pembakaran sempurna.

7. Selanjutnya arang diangkat keluar dan dijemur hingga kering.

8. Arang kering ditumbuk sampai halus menggunakan kayu sebagai penumbuknya.

Arang yang telah halus dimasukkan ke dalam kantung kresek putih, itulah produk

biochar yang dihasilkan. Lalu menimbang berat biochar yang telah dimasukkan

kedalam kantung kresek.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Hasil pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Berat Biochar yang telah halus

No Kelompok Berat Biochar (kg)


1 Satu 2.6
2 Dua 3.0
3 Tiga 2.1
4 Empat 2.2
5 Lima 2.0
6 Enam 1.7
7 Tujuh 2.0
8 Delapan 2.7
9 Sembilan 2.1
10 Sepuluh 2.0
11 Sebelas 2.8
12 Dua belas 2.5

4.2.Pembahasan

Biochar merupakan substansi arang kayu yang berpori (porous), sering juga

disebut charcoal atau agrichar berperan sebagai bahan pembenah tanah dan dan bahan

organik. Karena berasal dari makhluk hidup disebut arang hayati. Di dalam tanah,

biochar menyediakan habitat yang baik bagi mikroba tanah, tapi tidak dikonsumsi

seperti bahan organik lainnya. Dalam jangka panjang biochar tidak mengganggu

keseimbangan karbon nitrogen, bahkan mampu menahan dan menjadikan air dan

nutrisi lebih tersedia bagi tanaman.Bila digunakan sebagai pembenah tanah bersama
pupuk organik dan anorganik, biochar dapat meningkatkan produktivitas, serta

retensi dan ketersediaan hara bagi tanaman.

Berdasarkan hasil tabel di atas, berat biochar yang paling tinggi terdapat pada

kelompok 2 dengan berat biochar yang telah di ayak yaitu 3.0 kg. Sedangkan berat

biochar yang paling rendah di dapat pada kelompok 6 dengan berat biochar yang

telah di ayak yaitu 1.7 kg.

Pemberian biochar jerami padi, tandan kosong kelapa sawit, kulit durian dan

kotoran sapi dapat meningkatan pH tanah, C-organik, N-total, P-tersedia, K tukar,

tinggi tanaman, bobot kering tajuk, serapan N dan P, serta kecepatan umur berbunga

tanaman jagung di tanah Ultisol. Pemberian biochar tidak memberikan pengaruh

terhadap serapan K dan bobot kering akar tanaman. Biochar kotoran sapi lebih baik

dalam memperbaiki sifat kimia tanah Ultisol dan pertumbuhan tanaman jagung

dibandingkan dengan biochar jerami padi, TKKS dan kulit durian (Vici et al., 2017).

Aplikasi biochar ke dalam tanah merupakan pendekatan baru dan unik untuk

menjadikan suatu penampung (sink) bagi CO2atmosfir jangka panjang dalam

ekosistem darat. Di samping mengurangi emisi dan menambah pengikatan gas rumah

kaca, kesuburan tanah dan produksi tanaman pertanian juga dapat ditingkatkan.Dua

hal yang menjadi pilar bagi pemanfaatan biochar di bidang pertanian adalah

afinitasnya yang tinggi terhadap hara dan persistensinya (Lehmann, 2007). Semua

bahan organik yang ditambahkan ke tanah nyata meningkatkan fungsi tanah,

termasuk retensi beberapa unsur hara yang esensial bagi tanaman. Biochar jauh lebih

efektif dalam retensi hara dan ketersediaannya bagi tanaman dibanding bahan
organik lain seperti kompos atau pupuk kandang. Hal ini juga berlaku bagi hara P

yang tidak diretensi oleh bahan organik biasa. Biochar lebih persisten dalam tanah

dibanding bahan organik lain. Karena itu, semua manfaat yang berhubungan dengan

retensi hara dan kesuburan tanah dapat berjalan lebih lama dibanding bentuk bahan

organiklain yang biasa diberikan. Persistensi biochar yang lama dalam tanah juga

membuatnya menjadi pilihan untuk mengurangi dampak perubahan iklim sebagai

sink yang sangat potensial bagi CO2 udara. Menurut Haefele (2007) serta Lehmann

dan Rondon (2006), walaupun biochar dapat digunakan sebagai arang kayu untuk

bahan bakar, namun manfaat lingkungannya jauh lebih besar bila dibenamkan ke

dalam tanah, dan dengan seiring berjalannya waktukesuburan tanah akan

meningkat.

Sifat penting arang kayu adalah kerapatan totalnya antara 1,38-1,46 g/cm3;

porositasnya 70%; permukaan dalam 50 m3/g; berat bagian terbesar antara 80-220

kg/m2; kandungan karbon 80-90%; kandungan abu 1-2%; dan zat mudah menguap

antara 10-18% (Angel, 1995).

Arang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai penyerap dan pelepas

unsur hara (pupuk) dalam bidang kesuburan tanah karena memiliki luas permukaan

yang besar dan kurang lebih sama dengan koloid tanah. Arang aktif mempunyai daya

serap (adsorpsi) yang tinggi terhadap bahan yang berbentuk larutan atau uap (Pohan

et al., 2002; Damanouw, 1989). Sedangkan Pohan et al. (2002) menyatakan bahwa

tempurung kelapa mempunyai luas permukaan yang paling besar dibandingkan

dengan bahan arang lainnya. Arang tempurung kelapa umumnya mempunyai luas
permukaan dalam antara 500-1500 m2/g sehingga sangat efektif dalam menangkap

partikel-partikel yang sangat halus. Begitu pula dengan arang sekam padi, dapat

memiliki luas permukaan dalam antara 300-2000 m2/g (Hsieh and C.F. Hsieh, 1990;

John, 1989).

Pemberian arang sekam berpengaruh terhadap ketersediaan air dalam tanah. Hal

ini dikarenakan arang sekam juga memiliki pori-pori yang banyak karena luas

permukaan yang besar sehingga memiliki daya ikat air yang tinggi. Arang sekam

dapat meyerap residu bahan kimia, maupun residu pestisida yang berada di dalam

tanah. Hal ini sesuai Nuryulsen dan Jamilah (2012) yang mengatakan arang aktif

juga mempunyai pori-pori yang banyak karena luas permukaan yang besar sehingga

memiliki daya ikat air yang tinggi. Arang aktif dapat dicampur dengan pupuk urea

sehingga dapat menyerap residu pestisida sekaligus meningkatkan efisiensi

pemupukan urea sampai 40%.

Praktikum Pemberian Arang Pada Tanah Pasir Pantai dilakukan dengan dengan

rancangan acak lengkap (RAL) yang diulang 4 kali. Adapun perlakuan yang

diberikan yaitu kontrol, arang sekam 32 gram (AS1), arang sekam 64 gram (AS2),

arang kayu 32 gram (AK1), arang kayu 64 gram (AK2). Variabel pengamatan yang

dilakukan yaitu tinggi tanaman dan bobot basah tanaman. Pengamatan tinggi tanaman

dilakukan selama 26 hari atau 13 kali pengamatan. Setiap hari dilakukan

pemeliharaan tanaman, sedangkan pengukuran tinggi tanaman dilakukan 2 hari

sekali. Dalam pemeliharaaan tanaman juga diberikan NPK Mutiara 25 gram/polibag

pada hari ke 10 setelah tanam.


Arang sekam padi mempunyai kadar lengas 8,88%. Pemberian arang sekam

dapat meningkatkan pH, hal tersebut berdasarkan penelitian Haefele (2007) yang

menyatakan bahwa arang sekam padi mempunyai nilai pH H2O paling tinggi (8,91)

dibandingkan dengan jenis arang lainnya. Arang sekam padi memiliki KTK sebesar

(16,709 me/100g). Johner (1999) menyatakan bahwabila suatu bahan mempunyai

nilaiKTK tinggi maka ini berarti bahan tersebut mampu melepaskan unsur menjadi

lebih besar dibandingkan dengan yang mempunyai nilai KTK rendah.

Bahan baku dimasukkan ke dalam tungku setelah pada bagian dasar tungku

diberi potongan kayu bakar atau sisa- sisa serutan kayu kering, dengan posisi

mendatar dan serapat mungkin - agar dapat menampung kayu lebih banyak, serta diisi

penuh hingga ke permukaan tungku.Pada proses pembakaran, bagian dasar tungku

drum diberi ganjal dengan bata merah atau batu setinggi ± 5-10 cm, pada 3 lokasi

titik. Selanjutnya, di bawah tungku kemudian di beri potongan kayu bakar atau

serutan kayu yang kering sebagai umpan yang telah diberi sedikit minyak tanah.

Setelah api dinyalakan, tunggu sampai nyala bara api merembet ke dalam tungku

melalui lubang udara sehingga bahan baku kayu yang terdapat di dalam tungku dapat

terbakar dengan sempurna.

Setelah proses pembakaran di dalam tungku drum sudah berjalan antara 3

sampai 4 jam, bahan kayu di dalam tungku biasanya sudah menyusut dan turun

hingga kurang lebih tinggal setengahnya. Untuk memulai proses pendinginan, di

bagian atas penutup tungku diberi tanah atau pasir serta cerobong asap ditutup dengan

kain basah atau rumput yang rapat dan kemudian dilapisi tanah, sehingga tidak ada
udara yang masuk ataupun keluarProses pendinginan arang pada tungku drum,

memerlukan waktu rata-rata antara 4 - 5 jam dari awal penutupan (Siregar dan Salim,

2007).

Pemanfaatan sekam telah meluas, tidak hanya sebagai sumber energi bahan

bakar tetapi arangnya juga dapat dijadikan sebagai bahan pembenah tanah (perbaikan

sifat-sifat tanah) dalam upaya rehabilitasi lahan dan memperbaiki pertumbuhan

tanaman. Arang juga dapat menambah hara tanah walaupun dalam jumlah sedikit.

Oleh karena itu, pemanfaatan arang menjadi sangat penting dengan banyaknya tanah

terbuka/lahan marginal akibat degradasi lahan yang hanya menyisakan subsoil (tanah

kurus). Jika penggunaan arang sekam dapat membantu memperbaiki sifat-sifat tanah

subsoil sehingga cocok untuk tempat tumbuh tanaman dan pertumbuhan tanaman

menjadi baik, maka hal ini akan sangat menguntungkan karena berarti tanah subsoil

dapat menjadi produktif.

Pada umumnya pemberian jenis arang tersebut ternyata mempunyai potensi

yang relatif besar bila digunakan sebagai sumber unsur hara K tambahan bagi

tanaman, walaupun kandungannya masih relatif rendah dibandingkan dengan

kandungan unsur K pada pupuk anorganik yang ada di pasaran. Hal yang lebih

penting lagi penggunanaan jenis artang sebagai pupuk organik mempunyai

keuntungan ganda karena selain dapat menyediakan unsur hara juga dapat sebagai

pembenah tanah (soil amamdement), yang pengaruhnya sangat diperlukan untuk

memperbaiki sifat fisik tanah.


Walaupun bukan sebagai pupuk, arang/dapat membangun kualitas dan kondisi

tanah baik secara fisik, kimia dan biologi tanah. Arang diketahui sebagai pembenah

tanah, karena arang mempunyai pori-pori yang dapat menyerap dan menyimpan air

dan hara, kemudian air dan hara tersebut akan dikeluarkan kembali sesuai kebutuhan.

Arang dapat meningkatkan pH, KTK dan dapat memperbaiki sifat kimia, fisik dan

biologi tanah sehingga apabila tanaman diberi arang maka pertumbuhan akan

meningkat, antara lain tinggi, diameter dan produksi (Ogawa, 1994).

Arang kayu merupakan sumber karbon yang dapat, mengembalikan senyawa

karbon ke dalam tanah sehingga berdampak positif untuk meningkatkan biomasa

tanaman. Adanya penambahan arang (biochar) ke dalam tanah selain untuk carbone

store , juga dapat mereduksi emisi yang dikeluarkan oleh tanah seperti gas CH4 dan

N2O yang dapat berpengaruh pada efek rumah kaca, dengan cara mengikat gas

tersebut ke dalam pori arang (Pari, 2009 dan Hidayat, 2010).


III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara tradisional dan dengan

menggunakan alat pirolisator. Alat pembakaran untuk menghasilkan biochar yang

umum digunakan adalah drum sederhana tanpa pengatur suhu dan dengan pengatur

suhu. Proses pemanfaatan limbah pertanian sebagai biochar dapat diakukan dengan

memanfaatkan sisa-sisa biomassa pertanian yang kemudian dibuat menjadi biochar

dengan cara dilakukan pembakaran dengan tidak sempurna dan suplay oksigen yang

terbatas (pyrolysis). Cara pembuatan biochar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

dengan cara tradisional dan dengan menggunakan alat pirolisator. Alat pembakaran

untuk menghasilkan biochar yang umum digunakan adalah drum sederhana tanpa

pengatur suhu dan dengan pengatur suhu.

3.2 Saran

Sebaiknya semua praktikan mengikuti kegiatan pemeliharaan dan pengamatan

terhadap pertumbuhan tanaman agar pertumbuhan tanaman menjadi baik dan variabel

pengamatan yang didapatkan akan lebih nyata.


DAFTAR PUSTAKA

Dariah A dan Nurida NL. 2012. Pemanfaatan biochar untuk meningkatkan


produktivitas lahan kering beriklim kering. Jurnal Buana Sains 12 (1): 33-38.

Farahmitha S, Sugeng dan Zaenal K. 2017. Pengaruh Aplikasi Biochar Kulit Kakao
Terhadap Kemantapan Agregat dan Produksi Tanaman Jagung Pada Ultisol
Lampung Timur. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan 4 (1): 473-480.
Glaser, B., Lehmann, J. &Zech, W.,2002. Ameliorating Physical and chemical
properties of highly weathered soils in the tropics with charchoal: A review.
Biol Fertil Soils,35,219-230.

Ismail, M., Basri, A.B. 2011. Pemanfaatan Biochar Untuk Perbaikan Kualitas Tanah.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh.

Komarayati S, Gusmailina, Pari G. 2013. Arang dan Cuka Kayu : Produk Hasil Hutan
Bukan Kayu untuk Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman dan
Serapan Hara Karbon. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 31(1): 49-62.
Neneng LN. 2014. Potensi Pemanfaatan Biochar untuk Rehabilitasi Lahan Kering di
Indonesia. Jurnal Sumberdaya Lahan 2 (1): 57-68.

Rupa M, Donatus K, Lenny M dan Moy. 2017. Pemanfaatan Biochar Limbah


Pertanian Sebagai Pembenah Tanah Untuk Perbaikan Kualitas Tanah dan
Hasil Jagung di Lahan Kering. Jurnal Agrotrop, 7 (2): 99-108
Rosmaiti, Murdhiani dan Pariyem. Pemanfaatan Biochar dan Limbah Ikan Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea Mays Saccharata L).
Jurnal Agrosamudra Penelitian 6 (1): 21-25.

Sukmawati dan Harsani, 2018. Identifikasi Kombinasi Biochar dan Kompos Limbah
Tanaman Pangan Terhadap Dinamika Sifat Kimia Tanah. Jurnal Galung
Tropika, 7 (2):123 – 131

Syahrinudin, Arya W, Tunggul B, Wahjuni H, Ibrahim dan Maurit S. 2018. Biochar


yang diproduksi dengan Tungku Drum Tertutup Retort Memberikan
Pertumbuhan Tanaman Yang Lebih Tinggi. Jurnal Hut Trop 2 (1): 49-58.
Sonia T, Eko H dan Bambang S. 2014. Pengaruh Aplikasi Bahan Organik Segar dan
Biochar Terhadap Ketersediaan P dalam Tanah di Lahan Kering Malang
Selatan. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan 1 (1) : 89-98
Vici IP, Mukhlis dan Benny H. 2017. Pemberian Beberapa Jenis Biochar Untuk
Memperbaiki Sifat Kimia Tanah Ultisol dan Pertumbuhan Tanaman Jagung.
Jurnal Agroekoteknologi 5 (4): 824-828.
DOKUMENTASI

Pengambilan bahan Pembakaran biochar Pembakaran secara


biochar menggunakan drum langsung

Penyiraman air Penyiraman air Penghalusan biochar

Pengayakan biochar Pengemasan biochar Penimbangan biochar


sebelum di timbang

Pengemesan biochar

Anda mungkin juga menyukai