CERTIFICATION NETWORK
QUAL/1999/13307c
IQNET REGISTRATION
ENV/2007/30310
No. 2007/30310
Oleh :
IMPLEMENTASI MIKORIZA
DALAM TAHAPAN PRA REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG
di PT Bukit Asam (Persero) Tbk
Unit Pertambangan Tanjung Enim - Sumatera Selatan
Oleh
ABSTRAK
Usaha pertambangan seringkali memiliki penilaian usaha merusak hutan, karena kegiatan
penambangan khususnya tambang terbuka selalu dimulai dengan membuka lahan dan
vegetasinya, termasuk hutan di atasnya. Kegiatan penambangan terbuka yang diawali dengan
pembukaan lahan (land clearing), pengalian lapisan tanah serta bahan mineral/batubara dan
penimbunan tanah dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Dari hasil pengembangan mikoriza ini menunjukkan bahwa produksi massal mikoriza
sebesar 175,5 kg yang bisa di gunakan untuk produksi massal mikoriza berikutnya (2.591 cup)
maupun untuk diinokulasikan ke tanaman revegetasi (5.000 polybag). Dengan demikian, dengan
pengembangan mikoriza yang dilakukan ini menjadikan nilai satu sendok mikoriza dalam satu
polybag tanaman revegetasi sebesar Rp. 80,-- Rp 100,- dibandingkan harga membeli mikoriza
yang siap dipakai sebesar Rp. 600,- dan dapat menghemat sebesar Rp.500 ,- setiap polybag.
Disamping itu, Pertumbuhan Bibit tanaman yang terinfeksi mikoriza menunjukkan perbedaan
tinggi rata-rata 5-15 cm pada beragam jenis tanaman, seperti pada contoh tinggi tanaman kihujan
tinggi tanaman terinfeksi mikoriza sebesar 36,5 cm dan tanaman kontrol (tanpa infeksi mikoriza
sebesar 24 cm selain itu contoh pada bibit tanaman angsana tinggi tanaman terinfeksi mikoriza
sebesar 22 cm dan tanaman kontrol (tanpa infeksi mikoriza sebesar 14,5 cm.
Pemberian mikoriza memiliki pengaruh yang sangat berbeda nyata terhadap pertumbuhan
bibit tanaman di pembibitan. Pertumbuhan tinggi terlihat dari respon tanaman terhadap kinerja
mikoriza yang membantu menambat posphor dan membantu meningkatkan absorpsi hara pada
tanaman. Kelebihan lain yang didapat adalah memilki sistem akar yang kompak sehingga dapat
meningkatkan toleransi terhadap erosi, kekeringan, pemadatan dan keasaman tanah serta mampu
memperbaiki agregasi partikel tanah. Oleh karena itu implementasi mikoriza pada tahapan pra
reklamasi sangat membantu keberhasilan dalam tahapan reklamasi sehingga bibit bisa lebih
resisten terhadap kekeringan, pertumbuhan cepat, mudah implementasinya, tidak menambah
biaya yang signifikan.
Diharapkan hasil dari implementasi Mikoriza di Bukit Asam dapat di jadikan salah satu
contoh solusi untuk memperbaiki lahan bekas tambang dimulai dari tahapan pra reklamasi,
sehingga dapat diterapkan ditempat lahan bekas tambang yang lainya.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmatNya
penyusunan makalah Implementasi mikoriza Dalam Tahapan Pra Reklamasi Lahan Bekas Tambang di
PTBA telah dapat diselesaikan. Dengan ini kami ucapkan rasa terimakasih kami atas bantuan dan
kerjasamanya dengan pihak IPB Bogor yang telah banyak membantu dalam memberikan supervisi,
saran dan solusi terhadap implementasi Mikoriza di proses pra reklamasi lahan tambang yang kami
hadapi.
Makalah ini merupakan acuan untuk pelaksanaan kegiatan reklamasi dan rehabilitasi hutan di lahan pasca
tambang dengan penerapan penggunaan mikoriza sebagai pupuk hayati pada tanaman sehingga tanaman
revegetasi dapat mampu tumbuh di lahan marjinal pasca tambang.
Akhir kata semoga Makalah Implementasi mikoriza dalam Tahapan Pra Reklamasi Lahan Bekas
Tambang di PTBA ini dapat dijadikan salah satu solusi di dalam pengelolaan pasca tambang.
DAFTAR ISI
Cover ......................................................................................................... i
Abstrak ......................................................................................................... ii
I. Pendahuluan
1. Latar Belakang ................................................................................. 1
2. Permasalahan ................................................................................. 2
3. Tujuan .............................................................................................. 2
DAFTAR GAMBAR
Hal
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kegiatan Pertambangan seringkali dipandang sebelah mata sebagai kegiatan merusak
hutan, hal ini dikarenakan khususnya pada kegiatan penambangan terbuka selalu dimulai
dengan membuka lahan dan vegetasi, termasuk hutan di atasnya. Kegiatan penambangan
terbuka yang diawali dengan pembukaan lahan (land clearing), pengalian lapisan tanah serta
bahan mineral/batubara dan penimbunan tanah dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan seperti meningkatnya erosi lahan, terganggunya biodiversity
jenis/spesies tanaman, stabilitas tanah, degradasi lahan (penurunan kualitas tanah). Dengan
demikian, diperlukan upaya untuk merehabilitasi lahan bekas tambang dengan teknologi
yang tepat agar dapat mengembalikan kondisi lingkungan dan lahan sama seperti keadan
semula sehingga tercipta iklim mikro dan terbentuk suksesi klimaks. Teknologi introduksi
mikorisa ke dalam lahan bekas tambang merupakan teknologi yang dapat digunakan untuk
membantu mengembalikan fungsi lahan yang telah terdegradasi akibat kegiatan
penambangan.
Mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualistik antara jenis jamur tertentu
dengan perakaran tanaman (Brundrett 1996). Simbiosis ini terdapat hampir pada semua jenis
tanam. Kabirun (1994) mengelompokkan jamur mikoriza ini dalam dua jenis, yaitu
endomikoriza dan ektomikoriza. Namun, Berdasarkan struktur dan cara jamur menginfeksi
akar, mikoriza dapat dikelompokkam ke dalam tiga tipe :
1. Ektomikoriza
Ektomikoriza mempunyai sifat antara lain akar yang kena infeksi membesar,
bercabang, rambut-rambut akar tidak ada, hifa menjorok ke luar dan berfungsi sebagi
alat yang efektif dalam menyerap unsur hara dan air, hifa tidak masuk ke dalam sel
tetapi hanya berkembang diantara dinding-dinding sel jarinagan korteks membentuk
struktur seperrti pada jaringan hartiq.
2. Ektendomikoriza
Ektendomikoriza merupakan bentuk antara (intermediet) kedua mikoriza yang lain.
Ciri-cirinya antara lain adanya selubung akar yang tipis berupa jaringan Hartiq, hifa
dapat menginfeksi dinding sel korteks dan juga sel-sel korteknya. Penyebarannya
terbatas dalam tanah-tanah hutan sehingga pengetahuan tentang mikoiza tipe ini sangat
terbatas.
3. Endomikoriza
Endomokoriza mempunyai sifat-sifat antar lain akar yang kena infeksi tidak
membesar, lapisan hifa pada permukaan akar tipis, hifa masuk ke dalam individu sel
jaringan koretks, adanya bentukan khusus yang berbentuk oval yang disebut Vasiculae
(vesikel) dan sistem percabangan hifa yang dichotomous disebut arbuscules
(arbuskul) (Brundrett, 2004). Fungi mikoriza arbuskula merupakan salah satu jenis fungi
tanah yang memiliki tingkat penyebaran tinggi, karena kemampuannya bersimbiosis
dengan hampir 90% jenis tanaman. Kehadiran Mikoriza dinilai penting bagi ketahanan
suatu ekosistem, stabilitas tanaman dan pemeliharaan serta keragaman tumbuhan dan
meningkatkan produktivitas tanaman (Moriera et al., 2007).
2. Permasalahan
Keterbatasan jumlah topsoil sehingga menyebabkan miskinnya bahan organik tanah dan
lahan bekas tambang menjadi lahan marjinal yang memiliki sifat tanah marjinal,
Aerasi dan draenase tanah yang kurang baik untuk pertumbuhan tanaman, minimnya
kandungan unsur hara yang tersedia bagi pertumbuhan tanaman dan potensi keracunan
mineral maupun minimnya jumlah mikroba tanah potensial.
3. Tujuan
Penerapan teknologi Mikoriza di PTBA ini bertujuan untuk membantu memulihkan kondisi
lahan bekas tambang melalui introduksi/inokulasi Mikoriza ke dalam kegiatan pra reklamasi
sehingga bibit-bibit revegatasi yang siap tanam bisa memiliki akar yang adaptif dan mampu
memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah.
2. Metode
30
20
10
0
Kihujan Johar Angsana Albazia Kayu Putih
Tanaman Hutan
Pemberian mikoriza memiliki pengaruh yang sangat berbeda nyata terhadap pertumbuhan
bibit tanaman di pembibitan maupun di lapangan (seperti terlihat pada Gambar.3.). Pertumbuhan
tinggi dilapangan terlihat dari respon tanaman terhadap kinerja mikoriza yang membantu dalam
penyerapan unsur hara terutama fosfat karena dengan adanya mikoriza akan menyebabkan
terjadinya peningkatan permukaan absorbsi, kerja enzim fosfatase dan enzim oksalat dan
membantu meningkatkan absorpsi hara pada tanaman. Selain itu pengaruh mikoriza di lapangan
adalah sebagai antibiotik dari patogen akar dengan mekanisme lapisan hifa yang menutupi akar
dapat melepaskan antibiotik. Pertumbuhan tanaman terlihat baik di lahan bekas tambang yang
mengandung beberapa logam berat , disebabkan oleh kerja hifa mikoriza yang dapat mengurangi
pencemaran logam dan mampu menghasilakan zat pengatur tumbuh (hormon) yang dapat
menstimulasi pertumbuhan tanaman.
Kondisi lahan bekas tambang di PTBA merupakan kondisi lahan marjinal yang
membutuhkan beberapa perlakuan ekstensif sebelum dilakukan revegetasi. Namun dengan
hadirnya mikoriza yang terinfeksi dalam perakaran bibit tanaman akan membantu memperbaiki
sifat fisik tanah sebagai tempat tumbuh tanaman keras tersebut. Selain itu mikoriza membantu
kerja perakaran tanaman dengan meningkatkan toleransi tanaman terhadap keadaan lingkungan
yang tidak menguntungkan seperti kekeringan dan salinitas seperti yang diungkapkan oleh
Brundrett et al., 1996 dan Delvian, 2003. Kekeringan yang menyebabkan rusaknya jaringan
korteks, kemudian matinya perakaran, pengaruhnya tidak akan permanen pada akar yang
bermikoriza. Akar bermikoriza akan cepat pulih kembali setelah periode kekurangan air berlalu.
Hifa cendawan/jamur masih mampu menyerap air pada pori-pori tanah pada saat akar bibit sudah
tidak mampu lagi. Selain itu penyebaran hifa di dalam tanah sangat luas, laju transpirasi lebih
kecil per satuan luas daun dan peningkatan tekanan osmotik, sehingga dapat memanen air relatif
lebih banyak. Faktor lingkungan berpengaruh terhadap pembentukan mikoriza dalam hal suplai
dan keseimbangan hara, kelembaban dan pH tanah (Richards,1987). Perbedaan lokasi dan
rizosfer menyebabkan perbedaan keanekaragaman spesies dan populasi mikoriza. Tanah yang
didominasi oleh fraksi lempung (clay) merupakan kondisi yang diduga sesuai untuk
perkembangan spora Glomus, dan tanah berpasir spora Gigaspora ditemukan dalam jumlah
tinggi. Pada tanah berpasir, pori-pori tanah terbentuk lebih besar dibanding tanah lempung dan
keadaan ini diduga sesuai untuk perkembangan spora Gigaspora yang berukuran lebih besar
daripada spora Glomus (Baon,1998). Di lahan bekas tambang PTBA, tekstur tanah timbunan
bekas tambang masuk dalam kelas liat, lempung berliat dan lempung berpasir dengan strutur
tanah granular dan gumpal sehingga spora gigaspora, Acaulospora dan glomus tumbuh baik dan
terlihat di bawah mikroskop (seperti terlihat pada Gambar.4). Keanekaragaman dan penyebaran
mikoriza di hutan sangat bervariasi, hal ini dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan yang
bervariasi juga. Namun tingkat populasi dan komposisi jenis sangat bervariasi dan dipengaruhi
oleh karakteristik tanaman dan sejumlah faktor lingkungan seperti suhu, pH, kelembaban tanah,
kandungan fosfor dan nitrogen. Suhu terbaik untuk perkembangan mikoriza adalah pada suhu
30°C, tetapi untuk kolonisasi miselia yang terbaik adalah pada suhu 28-35 °C (Suhardi, 1989;
Setiadia, 2001; Powell and Bagyaraj, 1984). Hal ini sangat sesuai dengan suhu udara di Tanjung
Enim berkisar 28 – 300 C dan sangat cocok untuk perkembangan mikoriza.
Morfologi
Acaulospora Spp.
Acaulospora Spp.
Gigaspora dan
Glomus
Kelebihan lain yang didapat adalah tanaman memilki sistem akar yang kompak sehingga
dapat memperbaiki agregasi partikel tanah, pemadatan dan keasaman tanah. Oleh karena itu
implementasi mikoriza pada tahapan pra reklamasi sangat membantu keberhasilan dalam tahapan
reklamasi sehingga bibit bisa lebih resisten terhadap kondisi lahan marjinal, pertumbuhan cepat,
mudah menimplememtasikannya, bersifat ramah lingkungan, tidak menambah biaya yang
signifikan.
Disamping itu, produksi massal mikoriza sebesar 175,5 kg yang bisa di gunakan untuk
produksi massal mikoriza berikutnya (2.591 cup) maupun untuk diinokulasikan ke tanaman
revegetasi (5.000 polybag). Dengan demikian, dengan pengembangan mikoriza yang dilakukan
ini menjadikan nilai satu sendok mikoriza dalam satu polybag tanaman revegetasi sebesar Rp.
80,-- Rp 100,- dibandingkan harga membeli mikoriza yang siap dipakai sebesar Rp. 600,- dan
dapat menghemat Rp.500/polybag dan sekaligus menghemat penggunaan pupuk kimia dengan
dosis yang sangat rendah. Efisiensi penggunaan pupuk kimia dapat dikurangi hingga lebih dari
50% di tingkat persemaian. Salah satu manfaat jangka panjang yang dapat diperoleh adalah
investasi yang berkesinambungan, pertumbuhan bibit dapat hidup di lahan gersang, serta dari
sudut pandang ekologi hutan, kita juga turut membantu menyambung kembali rantai-rantai
makanan yang sempat terputus yang diakibatkan oleh kerusakan hutan.
IV. KESIMPULAN
V. DAFTAR PUSTAKA
Husna. Tuheteru, Faisal Danu dan Mahfudz. 2007. “Aplikasi Mikoriza Untuk Memacu
Pertumbuhan Jati Di Muna”. INFO TEKNIS Vol 5 no 1 Juli 2007. Balai Besar Penelitian
Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Bogor