Anda di halaman 1dari 41

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Umum Perusahaan

Pada lahirnya, PT. Perkebunan Kelapa Sawit (PKS) Kebun Serdang

Bedagai yang didirikan pada tahun 1930 berdasarkan akte notaris William Leo
No.

45 tanggal 07 Desember 1930 yang berkedudukan di Medan dan mengelola

perkebunan di daerah Sumatera Timur, Aceh Barat, Aceh Selatan dan

Aceh Timur.

Perkembangan selanjutnya berdasarkan penetapan Presiden No. 6 Tahun

1965, keputusan presedium kabinet dwikora No. A/D/58/1965, Instruksi Menteri

Perkebunan No. 20/Intr/M.Perk/65, No. 29/Intr/M.Perk/65, No.

SK.100/Men.Perk/1965 menyatakan bahwa perusahaan perkebunan yang dikelola

oleh PT. Perkebunan Kelapa Sawit (PKS) diletakkan di bawah perngawasan

pemerintah, kemudian pada tahun 1966 diadakan serah terima hak milik

perusahaan.

Pada tahun 1968 tepatnya tanggal 20 April dicapai kesepakatan

antara Pemerintah Indonesia dengan pemilik saham Perkebunan diperkuat

dengan surat keputusan Presiden RI No.B.68/Pres/6/1968, tanggal 13 Juni 1968

yang berisikan kerjasama antara Pemerintah RI dengan Pengusaha Belgia,

dimana 10% saham milik Pemerintah RI dan 90% saham milik Pengusaha

Belgia. Perusahaan patungan ini kemudian berubah nama menjadi PT.

Perkebunan Kelapa Sawit (PKS) kebun Serdang Bedagai yang didirikan

melalui Akte Notaris Chairil Bahri

Universitas Sumatera Utara


di Jakarta pada tanggal 21 Juni 1968 No. 23 dan Akte perubahan No. 64 tanggal

12 Mei 1968. disahkan oleh Menteri Kehakiman pada tanggal 3 September

1969 dan diumumkan dalam tambahan berita negara RI No. 68/69 September,

tanggal

31 Oktober 1969.

PT. Perkebunan Kelapa Sawit (PKS) kebun Serdang Bedagai

berdasarkan akte pendiriannya, berkedudukan di Medan Jl. K.L Yos Sudarso

P.O. Box : 1254

Medan 20001. Pembagian unit kebun PT. Perkebunan Kelapa Sawit (PKS) kebun

Serdang Bedagai dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Pembagian Unit Kebun PT. Perkebunan Kelapa Sawit

Group Kabupaten Nama Kebun Budi Daya Luas (Ha)


Group I Aceh Timur Sei Liput Kelapa Sawit 3662
Nanggroe Aceh Seumayam Kelapa Sawit 4419
Darrussalam

Aceh Barat Seunagan Kelapa Sawit 3772

Aceh Selatan Lae Butar Kelapa Sawit 4207

Group II Serdang Bedagai Mata Pao Kelapa Sawit 2318

Sumtera Utara

Deli Serdang Bangun Kelapa Sawit 3060


Bandar
Tanah Besih Karet 1330
Tanjung Karet 1571
Maria

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1. Pembagian Unit Kebun PT. Perkebunan Kelapa Sawit (Lanjutan)

Group Kabupaten Nama Kebun Budi Daya Luas (Ha)


Group II Asahan Lima Puluh Karet 1769

Sumtera Utara Tanah Gambus Kelapa Sawit 2823


Aek Loba Kelapa Sawit 10042

Group II Labuhan Batu Aek Pamingke Karet 3935

Sumtera Utara Negeri Lama Kelapa Sawit 2174


Halimbe Karet 1308

Sumber PT. Perkebunan Kelapa Sawit (PKS) kebun Serdang Bedagai

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Pabrik kelapa sawit kebun Serdang Bedagai adalah merupakan salah satu

cabang PT. Perkebunan Kelapa Sawit (PKS) yang menghasilkan kelapa sawit.

Areal perkebunan ini terletak pada tiga kecamatan di Kabupaten Serdang

Bedagai Sumatera Utara yang terbagi atas tiga divisi :

Tabel 2.2. Pembagian Areal Perkebunan di Kab. Serdang Bedagai

DIVISI DAERAH/KECAMATAN LUAS (Ha)


I Pelintahan Kecamatan Sei Rampah 759
II Mata Pao Kecamatan Teluk Mengkudu 829
III Tanjung Buluh Kecamatan Perbaungan 730
Sumber PT. Perkebunan Kelapa Sawit (PKS) kebun Serdang Bedagai

PT. PKS Kebun Serdang Bedagai hanya mengolah buah kelapa sawit (

Tandan Buah Sawit / TBS ) untuk dijadikan minyak kelapa sawit mentah (CPO)

dan inti kelapa sawit ( Palm Kernel ) dengan kapasitas pabrik 12 ton TBS/jam.

Komposisi Standar CPO : FFA = 2,3 %, kadar air = 0,1%, kadar kotoran = 0,05%.

Universitas Sumatera Utara


2.3. Lokasi Perusahaan

PT. PKS kebun Serdang Bedagai teletak di Kecamatan Teluk Mengkudu,

Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara, lebih kurang 57 Km dari

kota Medan, dengan batas-batas :

a. Sebelah Timur dengan Kecamatan Sei

Rampah b. Sebelah Selatan dengan PTP V Tanah

Raja

c. Sebelah Barat dengan Kecamatan Perbaungan

d. Sebelah Utara dengan Selat Malaka

Adapun yang menjadi dasar pemilihan lokasi perusahaan perkebunan

Serdang Bedagai adalah :

1. Dekat dengan areal perkebunan (bahan baku)

2. Tenaga kerja mudah diperoleh

3. Dekat dengan jalan raya/utama, sehingga memudahkan

pendistribusian produk.

2.4. Daerah Pemasaran

PT. Perkebunan Kelapa Sawit (PKS) kebun Serdang Bedagai dapat dibagi

dua, yaitu pemasaran dalam negeri dan pemasaran luar negeri. Untuk pemasaran

dalam negeri, Crude Palm Oil (CPO) dan Inti sawit yang dihasilkan oleh PT.

Perkebunan Kelapa Sawit (PKS) kebun Serdang Bedagai akan dikirim ke PT.

Socfindo kebun Tanah Gambus untuk dilakukan proses pengolahan lebih lanjut.

Pemasaran hasi-hasil produksi PT.Perkebunan Kelapa Sawit (PKS) kebun

Sedang Bedagai dikelola oleh kantor pusat PT. PKS. Dimana bila ada pelanggan

Universitas Sumatera Utara


yang akan membeli CPO dan inti sawit maka pihak pelanggan yang akan

membeli CPO dan inti sawit harus berurusan dengan kantor pusat PT.PKS.

Nantinya, pihak kantor pusat yang akan memerintahkan kepada kebun Serdang

Bedagai untuk mengeluarkan produksinya sebanyak yang dibutuhkan oleh

pelanggan/konsumen.

Minyak sawit dan inti sawit merupakan barang setengah jadi yang masih

memerlukan pengolahan lebih lanjut. Oleh karena itu segmen pasarnya adalah

industri-industti yang menghasilkan produk berupa minyak goreng, alkohol,

margarine, sabun, kosmetik, gliserol, dan lain sebagainya.

Persaingan merupakan faktor yang sangat perlu diperhatikan. Untuk

meningkatkan pasar maka perusahaan berusaha untuk meningkatkan

teknologi yang digunakannya dalam menghasilkan produk. Perusahaan juga

harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Mutu produksi yang sesuai dengan Standar Minyak Kelapa Sawit

Indonesia.

b. Melayani pelanggan dengan waktu pelayanan yang tepat.

c. Penetapan harga yang cukup bersaing dibanding dengan produk

sejenis perusahaan lain.

d. Promosi produk ke dalam dan luar negeri yang dilakukan oleh kantor

Pusat PT. Perkebunan Kelapa Sawit (PKS) kebun Serdang Bedagai.

e. Kapasitas TBS (Tandan Buah Segar) dan Inti Sawit (PK) selama tahun

2010 dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.3. Data Kapasitas Produksi Tahun 2010

Bulan Tandan Buah Sawit (TBS) Inti Sawit (PK)


(Kg) (Kg)
Januari 12.013 535
Februari 12.026 542
Maret 12.008 549
April 12.003 553
Mei 12.003 521
Juni Juli 11.996 528
Agustus 11.938 542
September 11.926 564
Oktober 11.974 561
November 11.863 559
Desember 11.939 580
11.900 528
Sumber : PT. Perkebunan Kelapa Sawit (PKS) kebun Serdang Bedagai

2.5. Proses Produksi

Proses Produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap organisasi, yang

merupakan aktivitas yang bertanggung jawab untuk menciptakan nilai

tambah produk yang merupakan output dari setiap organisasi industri. Proses

produksi merupakan bagian yang sangat penting di dalam suatu perusahaan.

Dimulai dari keinginan untuk dapat memproduksi suatu rancangan produk

tertentu, proses produksi membantu perusahaan untuk menemukan teknik-teknik

pengerjaan maupun pengolahan material yang efektif dan efisien untuk

menghasilkan produk yang sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan.

Universitas Sumatera Utara


Selanjutnya dari keinginan untuk mencari suatu teknik dalam membuat

produk yang efektif dan efisien, kemudian sampai pada permasalahan tentang

langkah-langkah perencanaan dan pengendalian semua langkah produksi tersebut

yang lebih efisien. Tentunya hal ini juga dilakukan oleh Pabrik PT. Perkebunan

Kelapa Sawit (PKS) kebun Serdang Bedagai agar dapat menghasilkan

produk yang berupa minyak sawit (CPO) dan inti sawit (KP) yang mempunyai

kualitas tinggi dan berani bersaing pada pasar terbuka. Setiap perusahaan

mempunyai keinginan untuk meningkatkan produktivitasnya, sehingga

diperlukan pemahaman terhadap proses produksi yang ada agar dapat

mempermudah dalam menganalisis kerja perusahaan guna perbaikan sistem

kerja.

2.5.1. Standar Mutu Produk

Jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh cara

memanen buah. Pada keadaan buah lewat matang akan meningkatkan kandungan

asam lemak bebas (ALB), dimana bila kadar ALB dalam minyak sawit

tinggi akan menimbulkan bau tengik pada minyak sehingga mutunya menjadi

rendah.

Panen yang tepat mempunyai sasaran untuk mencapai kandungan minyak

yang maksimal dan kadar ALB yang rendah, yang dicapai pada keadaan

kematangan buah tertentu. Pada saat ini mutu minyak kepala sawit yang

baik untuk dipasarkan jika kadar ALB-nya 2,3%.

Salah satu cara pengawasan mutu bahan baku adalah melakukan sortasi

panen di pabrik. Sortasi panen adalah kegiatan menyortir TBS yang berasal dari

lapangan (afdeling) yang masuk ke pabrik dan disorlase di tempat

Universitas Sumatera Utara


penumpukan

Universitas Sumatera Utara


buah. Tujuannya adalah untuk memperoleh data derajat kematangan tiap-

tiap fraksi TBS yang diterima sehingga dapat diketahui bahan baku tersebut

layak diolah atau tidak. Bahan baku yang layak diolah adalah buah kelapa sawit

yang telah cukup tua/matang. Kriteria yang digunakan sebagai pertanda bahwa

buah kelapa sawit telah cukup matang ialah bila brondolan yang lepas dari buah

kelapa sawit tersebut minimal 5 brondol.

2.5.2. Bahan yang Digunakan

Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi pada pabrik kelapa

sawit PT. Perkebunan Kelapa Sawit (PKS) kebun Serdang Bedagai adalah tandan

buah segar (TBS) yang diperoleh dari tiga (3) afdeling yang membudidayakan

tanaman kelapa sawit di lingkungan Kebun Serdang Bedagai dan dari

pihak ketiga.

Bahan baku yang diolah di PT. Perkebunan Kelapa Sawit (PKS) kebun

Serdang Bedagai adalah berasal dari jenis tenera (persilangan dari varietas Dura

dengan Perifera). Hasil persilangan ini diharapkan akan lebih baik. Dura

memiliki cangkang yang lebih besar tetapi serabut relatif tipis

sedangkan Psifera mempunyai cangkang yang kecil/tipis tetapi serabutnya tebal.

Dengan persilangan diperoleh bibit yang menghasilkan buah seperti yang

diharapkan yaitu buah dengan serat yang tebal, cangkang yang tipis, dan inti

yang besar. Waktu berproduksi juga lebih cepat yaitu 2,5 tahun sampai 3 tahun

dibandingkan dengan varietas lain yang mencapai 3 – 4 tahun.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengutipan/pemotongan tandan

buah sawit agar mutu pengolahan diperoleh yang lebih baik, yaitu :

Universitas Sumatera Utara


1. Menghindarkan pemotongan tandan buah mentah.

2. Menghindarkan pemotongan tandan buah busuk.

3. Mengangkut TBS secepatnya ke pabrik.

4. Mengusahakan sedemikian rupa agar buah tidak rusak sampai di pabrik.

2.5.3. Uraian Proses

Proses produksi yang terjadi pada prosedur pengolahan Tandan Buah

Segar (TBS) di PT. Perkebunan Kelapa Sawit (PKS) kebun Serdang

Bedagai dibagi menjadi 8 (delapan) stasiun kerja, yaitu stasiun penerimaan buah

(fruit reception station), stasiun penimbangan buah (fruit weighting), stasiun

penumpukan buah, stasiun perebusan (sterilizing station), stasiun

penebahan/pemipilan (stripping station), stasiun pengempaan, stasiun pemurnian

minyak (clarification station), stasiun pengolahan biji. Berikut akan dijelaskan

uraian masing-masing proses pada setiap stasiun kerja.

2.5.3.1. Stasium Penerimaan Buah (Fruit Reception Station)

Stasiun penerimaan buah ini berfungsi untuk menerima TBS yang

berasal dari kebun. Pada stasiun ini TBS melalui tahapan proses sebagia berikut :

1. Penimbangan buah

2. Penumpukan dan pemindahan buah

2.5.3.2. Penimbangan Buah (Fruit Weighting)

TBS atau buah kelapa sawit yang baru dipanen dari kebun

diangkat dengan menggunakan truk dan zonder ke pabrik. Setelah tiba

dilokasi pabrik

Universitas Sumatera Utara


terlebih dahulu ditimbang pada jembatan timbang (Weighting Brigde).

Penimbangan dilakukan dua kali. Pertama untuk mengetahui berat kendaraan

dalam keadaan berisi muatan (Bruto), kedua, untuk mengetahui berat

kosong kendaraan setelah dibongkar muatan (Tara). Hasil akhir atau berat bersih

(Netto) merupakan selisih berat kendaraan berisi dengan berat kendaraan kosong.

Penimbangan yang dilakukan bertujuan antara lain :

1. Mengetahui jumlah berat buah sawit yang akan dioleh.

2. Menentukan jumlah pembayaran pendapatan/premi kepada karyawan.

3. Menentukan besar biaya pengangkutan buah.

4. Mempermudah perhitungan rendemen minyak yang akan dihasilkan.

2.5.3.3. Penumpukan Buah

Setelah melalui jembatan timbang kemudian truk dan

zonder membongkarnya ditempat penumpukan buah sebelum melakukan

perbusan.

1. Tempat melakukan sortasi terhadap TBS (Tandan Buah Sawit)

yang masuk ke pabrik, dimana penyortiran dilakukan dengan tenaga

manusia yaitu dengan melihat berondolan yang lepas pada TBS dan

kondisi keadaan buah.

2. Memudahkan pekerja untuk pengisian TBS ke dalam timba buah (Bunch

Elevator).

3. Menjamin penyediaan bahan baku untuk kontinuitas proses.

Universitas Sumatera Utara


2.5.3.4.Stasiun Perebusan (Streilizing Station)

TBS dari tempat penumpukan buah dimasukkan ke dalam timbangan

buah/bunch elevator (3 unit) dengan bantuan tenaga manusia untuk diangkut ke

stasiun perebusan. Rebusan yang digunakan adalah rebusan dengan sistem tegak

(berjumlah 9 buah) seperti yang terlihat pada gambar 3.1 dengan kapasitas 3

ton

tiap rebusan.

Keterangan :
a. Pintu masuk
b. Pipa uap masuk
c. Manometer
d. Pembalut gelas wool
e. Pintu keluar
f. Kran afblas
g. Bodem plate

Gambar 2.1. Ketel Rebusan

TBS dari tempat penumpukan buah dimasukkan ke dalam timba

buah/bunch elevator (3 unit) dengan bantuan tenaga menusia untuk diangkut ke

stasiun perebusan.

Adapun maksud dan tujuan perebusan buah antara lain :

a. Mematikan / menonaktifkan kegiatan enzim-enzim yang

dapat menguraikan minyak menjadi asam lemak bebas (ALB).

Universitas Sumatera Utara


b. Untuk mempermudah proses pelepasan buah dari tandan (janjangan)

sebagai akibat adanya reaksi hidrolisa pada tempat persentuhan

antara buah dengan tangkai tandan. Adanya reaksi hidrolisa ini

akan menyebabkan buah lebih mudah lepas dari tandan. Hal ini berlaku

umum sebagai proses pemasakan alamiah.

c. Menguraikan kadar air dalam buah agar lebih memudahkan

pekerjaan dalam proses pengempaan (pressing), pemisahan cangkang

(shell) dengan inti (kernel) pada kernel recovery station.

d. Melunakkan buah, sehingga daging buah mudah lepas dari biji saat

di aduk dalam ketel adukan (degester).

e. Hidrolisa zat-zat lendir (Mucilaginous). Zat-zat karbohidrat yang ada

sebagai koloid dalam protoplasma sel dipecah menjadi glukosa yang

dapat larut dan membantu memecahkan dinding-dinging sel sehingga

minyak dapat keluar.

Perebusan dilaksanakan dengan kondisi operasi sebagai berikut :


2
a. Tekanan rebusan : 2 kg/cm
0
b. Temperatur steam : 110 – 130 C

c. Waktu perebusan : 70 – 75 menit

d. Sistem Perbusan : Tiga (3) puncak (triple peak)

Tata cara yang dilakukan pada perebusan sistem tiga puncak (triple peak) adalah :
2
1. 7 menit pemasukan I dari tekanan 0 – 2 kg/cm

2. 2 menit membuang uap atau afblas yang pertama sampai tekanan menjadi
2
0 kg/cm .

Universitas Sumatera Utara


3. 6 menit memasukkan uap kedua kalinya sampai tekanan menjadi

2
2 kg/cm .

4. 2 menit membuang uap (afblas) kedua kalinya sampai tekanan menjadi

2
0 kg/cm .

5. 6 menit memasukkan uap ketiga kalinya sampai tekanan menjadi

2
2 kg/cm .
2
6. 45 menit uap ditahan dengan tekanan tetap 2 kg/cm .

7. 2 menit membuang uap dan air yang masih tinggi tertinggal

2
hingga tekanan menjadi 0 lg/cm .

Untuk lebih jelasnya dapat diperlihatkan grafik hubungan antara

waktu perebusan dengan tekanan uap air (steam) pada gambar 3.2 dibawah ini.

Gambar 2.2. Grafik hubungan waktu dengan tekanan saat proses perebusan

Untuk mencapai kwalitas dan kwantitas yang diinginkan pada

sistem rebusan tegak, kriteria yang harus dipenuhi antara lain :

1. Pengisian dan pembongkaran dilakukan seefektif mungkin

2. Memperkecil ruangan kosong agar kapasitas tiap rebusan dapat tercapai.

3. Kebocoran – kebocoran pada tiap rebusan harus dihindari.

Universitas Sumatera Utara


Dengan terpenuhinya hal-hal tersebut di atas amaka untuk kapasitas pabrik

12 ton tbs/jam dapat tercapai.

2.5.3.5. Stasiun Penebahan/Pemipilan (Stripping Station)

Buah yang telah direbus pada stasiun rebusan dibongkar dari rebusan

dengan tenaga manusia kemudian dibawah ke alat penabah (stripper)

dengan menggunakan bunch conveyor.

Di dalam stripper, buah yang masih melekar pada tandan akan dilepas

dan dipisahkan dengan menggunakan prinsip bantingan. Alat penabah ini berupa

drum yang terpasang secara horizontal dan berputar dengan kecepatan ± 23 rpm.

Akibat perputaran drum, tandan bergerak ke atas searah dengan perputarannya.

Kemudian tandan akan jaruh terbanting sehingga buah (berondolan)

terlepas dari tandanya. Pembantingan tandan diatur oleh gaya berat tandan

dengan gaya sentrifugal yang timbul akibat putaran drum. Biah sawit yang lepas

dari tandanya akan lolos/jatuh melalui kisi-kisi drum, buah jatuh tersebut

kemudian ditampung oleh fruit conveyor dan selanjutnya dibawa ke pengadukan

(digesting) dengan memakai fruit elevator. Sementara janjangan kosong

terdorong ke luar dari ujung drum bagian depan dan jatuh ke empty bunch

coveyor untuk selanjutnya ditumpuk di hopper janjang kosong sebelum diangkut

ke afdeling dibawah ke incenerator (pembakaran janjangan kosong).

Dalam pengoperasian alat penebah (stripper) beberapa hal yang perlu

diperhatikan adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


1. Pada saat tandan buah diputar dalam alat penebah harus dapat

mencapai ketinggian yang maksimal, baru jatuh.

2. Kondisi putaran drum diatur sesuai dengan kecepatan yang

dibutuhkan yaitu sekitar ± 23 rpm. Jika putaran drum terlalui rendah akan

menimbulkan kattakopen (brondolan ikut pada janjangan), karena tandan

tidak terbanting. Jika putaran drum terlalu tinggi akan menyebabkan buah

tidak terbanting atau tandan ikut berputar.

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan hasil penebahan

kurang sempurna, antara lain :

1. Waktu perebusan terlalu singkat yang menyebabkan buah masih

melekat pada janjangan.

2. Adanya buah mentah dari lapangan (kebun).

3. Adanya buah abnormal dari kebun. Buah ini sukar membrondol

walaupun sudah direbus, karena susunan brondolan dalam tandan

sangat rapat (tandan bernas), sehingga uap tidak dapat mencapai bagian

dalam tandan.

4. Proses penebahan (bantingan tidak tepat).

2.5.3.6. Stasiun Pengempaan

Stasiun pengempaan adalah stasiun pertama dimulainya

pengambilan minyak dari buah dengan jalan melumat dan mengempa.

Pada stasiun ini dilakukan dua tahap pengolahan, yaitu :

1. Pegandukan (digesting)

2. Pengempaan (pressing)

Universitas Sumatera Utara


2.5.3.6.1. Pengadukan (Digesting)

Brondolan yang dihasilkan pada proses penebahan/pemipilan,

dialirkan ke dalam ketel (digester) dengan menggunakan fruit conveyor dan fruit

elevator. Digester ini digunakan untuk melumatkan brondolan, sehingga daging

buah (pericrape) terpisah dari biji (noten) dan menghancurkan sel-sel yang

mengandung minyak dalam waktu yang singkat, agar minyak dapat diperas

sebanyak-banyaknya pada saat pengempaan berlangsung.

Ketel adukan ini berupa bejana tegak yang berbentuk silinder dan

mempunyai dinding rangkap (steam mantel). Di dalamnya terdapat pisau-pisau

pengaduk sebanyak enam tingkat yang terpasang pada poros dan digerakkan oleh

motor listrik. Lima tingkat pisau bagian atas berfungsi untuk melumat serta

melepaskan daging buah dari biji. Sedangkan satu pisau di bagian bawah (pisau

buang) berfungsi untuk melumat serta mendorong massa adukan yang telah

diaduk keluar dari ketel adukan melalui sebuah pintu (corong) dan masuk

ke dalam screw press.

Di dalam ketel adukan, brondolan diremas dengan pisau pengaduk yang

berputar sambil dipanaskan. Proses pengadukan ini berlangsung akibat adanya

gesekan antara pisau dengan buah yang terisi penuh dalam ketel adukan.

Pengadukan dilaksanakan dengan kondisi operasi sebagai berikut :

1. Ketel adukan selalui dalam keadaan penuh, minimal ¾ dari volumenya.


0
2. Temperatur pemanasan 80 – 95 C.

3. Waktu pengadukan 20 – 25 menit.

Universitas Sumatera Utara


Jika kondisi ini tidak terpenuhi, massa adukan akan sulit diproses pada

saat pengempaan, akibatnya, kehilangan minyak ampas akan meningkat.

Dalam menghasilkan massa adukan, pengadukan yang baik harus

mempunyai syarat sebagai berikut :

1. Tidak ada satupun buah yang belum diaduk. Daging buah harus

terlepas dari biji.

2. Tidak diremas sampai halus (serta masih kelihatan utuh).

3. Minyak kasar yang dibebaskan pada waktu pengadukan harus

dikeluarkan dari ketel adukan, tidak boleh menjadi emulsi.

2.5.3.6.2. Pengempaan (Pressing)

Massa adukan yang berasal dari alat pengaduk (digester), dialirkan ke

dalam alat pengempa (screw press) yang berfungsi untuk mengempa/memeras

massa adukan sehingga terjadi pemisahan antara massa padat (biji, serat,

dan korotan) dengan cairan minyak kasar (raw oil).

Tujuan dari proses pengempaan ini adalah untuk mengambil minyak yang

ada dalam massa adukan semaksimal mungkin dengan cara mengempa pada

tekanan tertentu.
2
Tekanan kempa yang dibutuhkan adalah 50 – 65 kg/cm .

Alat pengempa yang digunakan adalah jenis kempa ulier ganda (double

screw press). Alat ini terdiri dari sebuah selinder (press cylinder) yang

berlubang

–lubang dan didalamnya terdapat dua buah ulir (feed screw dan main screw)

yang berputar berlawanan arah dengan kecepatan yang sama.

Universitas Sumatera Utara


Tekanan kempa diatur oleh dua buah konis (adjusting cones) yang

terdapat pada bagian ujung pengempa yang dapat digerakkan maju dan mundur

secara hidrolis. Tekanan kempa diatur sedemikian rupa untuk mendapatkan hasil

pengempaan (minyak kasar) semaksimal mungkin dan kandungan minyak pada

ampas kempa (press cake) seminimal mungkin. Apabila tekanan kempa terlalui

rendah, kandungan minyak pada ampas tinggi (maksimal yang diinginkan 7 – 8

% terhadap zat kering). Jika tekanan kempa terlalu tinggi, persentase pecahnya

biji (nut) akan meningkat jumlahnya.

Untuk memperoleh minyak kasar, massa adukan yang masuk ke dalam

screw press akan mendapat terkanan dari screw yang kontinu menekan ke segala

arah massa adukan serta membawanya keluar. Di pintu luar, massa adukan juga

tertahan oleh adanya poros yang sumbunya sejajar dengan screw press. Jaraknya

dapat diatur sedemikian rupa sehingga massa adukan yang tertekan dapat

mengeluarkan minyak sebanyak-banyaknya. Minyak kasar yang keluar dari press

cake melalui lubang-lubang pengeluaran minyak yang terdapat pada screw press,

ditampung ke dalam talang minyak (oil gutter) menuju ayakan getar (vibrating

screen). Sedangkan ampas kempa keluar melalui celah pintu luar dan jatuh ke

dalam konveyor bawah kempa yang menghantarnya ke pemecah ampas kempa

(cake breaker conveyor). Untuk mempermudah pemisahan dan pengeluaran

minyak kasar dari lubang-lubang pengeluaran, dilakukan penambahan air

panas
0
dengan temperatur sekitar 90 – 100 C. Penambahan air panas akan membantu

melarutkan minyak yang ada pada serat (fibre), sehingga kerugian

kehilangan minyak pada serat akan menjadi lebih sedikit.

Universitas Sumatera Utara


2.5.3.7. Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification Station)

Stasiun ini berfungsi untuk mendapatkan minyak sawit mentah (crude

palm oil / CPO) yang sudah dimurnikan dari kotoran lainnya. Stasiun pemurnian

minyak adalah stasiun terakhir untuk pengolahan minyak sawit mentah (CPO).

Minyak kasar yang dihasilkan dari stasiun pengempaan, dikirim ke stasiun ini

untuk proses selanjutnya sehingga diperoleh minyak produksi.

Mutu minyak sawit sangat banyak ditentukan oleh kesempurnaan proses

pemurnian (klarifikasi), terutama kadar aiar dan kotoran. Oleh karena itu

pengawasan terhadap proses klarifikasi sangat mendapat perhatian yang utama

(penting diperhatikan).

Pada stasiun pemurniaan /kalrifikasi minyak, terjadi beberapa tahapan

proses, yaitu :

1. Penyaringan minyak

2. Pemisahan minyak dengan lumpur

3. Pemisahan lumpur.

4. Pengutipan minyak

2.5.3.7.1. Penyaringan Minyak

Minyak kasar hasil dari proses pengempaan masih mengandung serat-

serat halus, pasir maupun kotoran kasar lainnya. Untuk memisahkan serat-serat

halus dan kotoran kasar yang terikut dengan minyak, dilakukan penyaringan pada

ayakan/saringan great (vibrating screen).

Universitas Sumatera Utara


Ayakan ini didisaian sedemikian rupa dengan menggunakan pegas,

sehingga apabila porosnya digerakkan motor listrik, maka ayakan akan bergerat.

Pada ayakan diberikan getaran yang dengan maksud supaya minyak lebih cepat

tersaring dan juga kotoran kasar maupun serat-serat halus lebih mudah

bergerak ke tepi ayakan getar dan kemudian jatuh ke lubang pembuangan.

Ayakan getar yang digunakan terdiri dari dua lapisan/tingkat (double deck)

dengan memakai kawat ayakan bawah berukuran 20 mesh (30 lubang tiap 1

inchi kuadrat) dan kawat ayakan bawah berukuran 40 mesh. Sedangkan diameter

adalah 60 inchi.

Pada proses penyaringan minyak dengan ayakan getar dialirkan air panas

0
bertemperatur 80 – 90 C yang berfungsi agar partikel – partikel pasir dapat

memisah dengan baik serta untuk mengencerkan minyak. Hasil penyaringan

minyak kasar ditampung dalam crude oil tank, dimana crude oil tank berfungsi

untuk mengendapkan partikel – partikel yang tidak larut dan lolos dari ayakan

getar. Sedangkan serat-serat halus dan kotoran kasar akan tertinggal di atas

ayakan, kemudian akan jatuh ke fruit conveyor yang selanjutnya dibawah ke fruit

elevator untuk dimasukkan ke digester untuk diproses kembali. Selanjutnya,

minyak yang berada dalam crude oil tank (kapasitas 5 ton) dipompakan ke

dalam

tangki pemisah lanjut (continous settling tank/CST).

2.5.3.7.2. Pemisahan Minyak dari Lumpur

Minyak yang dipompakan dari crude oil tank ke tangki pemisah lanjut

(CST) masih bercampur dengan lumpur (sludge) dan air, oleh karena itu perlu

dipisahkan. Pemisahan minyak dari lumpur dan air dilakukan pada CST tank.

Universitas Sumatera Utara


Prinsip pemisahan ini adalah berdasarkan perbedaan gaya berat. Cairan

miyak yang lebih ringan akan naik ke atas, sedangkan cairan lumpur akan turun

(mengendap). Continuous settling tank, tangki ini berbentuk selinder, dimana

bagian bawah tangki berbentuk kerucut yang berguna untuk mengendapkan serta

menampung lumpur dan pasir yang masih terdapat pada minyak.

Pengoperasian di dalam CST tank dilaksanakan dengan kondisi sebagai berikut :


1.
Temperatur cairan (minyak dan lumpur) di dalam tangki harus berada
0 .
diantara 60 – 80 C
2.
Sistem pemanasan dengan coil pipa pemanas yang dialiri uap
(steam).

Dari hasil proses pemisahan, minyak yang berada pada lapisan atas

dialirkan ke oil tank, sedangkan lumpur dialirkan ke sludge tank.

2.5.3.7.3. Pemisahan Lumpur

Di sini terjadi proses pemisahan minyak yang masih terikut di dalam

lumpur (sludge). Lumpur yang berasal dari tangkai pemisah lanjut (CST)

dialirkan ke tangki lumpur (sludge tank). Tangki ini digunakan untuk

menampung kotoran berupa cairan lumpur yang masih banyak mengandung

minyak. Tangki ini berbentuk selinder dan pada bagian bawahnya berbentuk

kerucut.

Untuk mempermudah proses pemisahan minyak, dilakukan pengenceran

dan pemanasan. Pamanasan dalam tangki ini dilakukan dengan injeksi uap dan

0
temperatur dalam tangki diawasi sekitar 90 – 95 C.

Lumpur yang masih mengandung minyak pada sludge tank dialirkan ke

decenter untuk diproses (diputar sekaligus dipres) dengan putaran 1910

rpm. Akibat proses ini lumpur, air, dan minyak akan terpisah. Dimana lumpur
Universitas Sumatera Utara
padat

Universitas Sumatera Utara


(solid) tersebut akan terbawa oleh screw covenyor ke bak traktor untuk dibuang

ke afdeling, dan minyak yang masih mengandung kotoran-kotoran / partikel

– partikel halus akan dialirkan ke crude oil tank kapasitas 5 ton

untuk mengendapkan partikel – partikel halus tersebut, yang kemudian

akan dipompakan ke continuous settling tank untuk diproses kembali. Sedangkan

air yang masih mengandung minyak ditampung kedalam water phase tank

kapasitas

20 ton. Dari water phase tank air yang mengandung minyak. Hasil berupa

minyak dialirkan ke crude oil dan air dialirkan ke decantage tank.

2.5.3.7.4. Pengutipan Minyak

Minyak akan dikembalikan ke crude oil tank kapasitas 5 ton

untuk diproses kembali sedangkan air dan lumpur yang masih mengandung

minyak akan dialirkan ke fat fit. Pada fat fit dibuat petak-petak pemisah yang

terdiri dari 3 bak. Sistem pemisahan minyak dilakukan dengan cara

pendengapan secara gravitasi dimana cairan minyak yang lebih ringan berada

pada bagian atas. Kemudian minyak dikutip pada bagian atasnya dengan alat

pengutip minyak. Minyak hasil kutipan dialirkan kedalam tangki penampung

kemudian minyak akan dipompakan ke dalam tangki pengutipan minyak (oil

recovery), dimana dari recovery minyak akan dipompakan ke ayakan getar

untuk diproses kembali, sedangkan cairan lumpur yang berada pada lapisan

bawah dialirkan ke parit pembuangan air limbah.

Universitas Sumatera Utara


2.5.3.8. Stasiun Pengolahan Biji

Pengolahan stasiun biji merupakan bagian dari hasil proses pengempaan

pada bouble screw press yang merupakan massa padat yang terdiri dari

serat (fibre), biji (nut) dan kotoran. Tujuan pengolahan biji pada stasiun ini

adalah untuk menghasilkan inti (kernel) yang siap untuk diproses lanjut menjadi

minyak inti (kernel oil) di bagian palm kerneal oil (PKO).

Untuk memperoleh inti/kernel sawit, dilakukan beberapa tahap proses

pengolahan yang terdiri dari :

1. Pemisahan biji (nut) dengan serat (fibre)

2. Pemeraman biji

3. Pemecahan biji

4. Pemisahan inti dengan cangkang

5. Pengeringan inti

2.5.3.8.1. Pemisahan Biji (nut) dengan Serat (fibre)

Ampas kempa (press cake) yang keluar dari screw press terdiri

dari biji dan serabut beserta fraksi minyak dan air yang terkandung dalam kadar

yang kecil. Ampas kempa tersebut masih berbentuk gumpalan, dimana

gumpalan- gumpalan ampas (cake) ini harus dipecahkan terlebih dahulu pada

pemecah ampas kempa (cake breaker conveyor/CBC). Tujuan pemecahan ini

adalah untuk mempermudah proses pemisahan biji dan serat pada depericarper.

Proses pemecahan dimulai pada saat ampas kempa (press cake)

yang keluar dari screw press masuk ke dalam talang pemecah ampas kempa

(CBC). Di dalam CBC ada parang-parangan yang mengacak-acak ampas kempa

yang padat.

Universitas Sumatera Utara


Press cake (serat kering dan biji) yang telah dipecahkan pada pemecah

ampas kempa (CBC) di bawah ke depericarper, yaitu alat untuk memisahkan

ampas/serat kering dengan menggunakan blower hisap. Karena adanya hisapan

udara dari ventilator yang menggunakan blower yang diatur sedemikian rupa dan

perbedaan berat jenis antara biji dan ampas, maka ampas (serat) yang lebih

ringan akan terhisap ke atas vertical column menuju ke siklon serat (fibre

cyclone) dan dikirimkan ke stasiun boiler untuk digunakan sebagai bahan bakar

ketel (boiler). Sedangkan biji (nut) yang lebih berat akan jaruh ke dasar vertical

column (tidak turut terhisap) dan disalurkan ke nut polishing drum.

Biji-biji (nuts) yang masuk ke dalam nut polishing drum masih

mengandung serat-serat halus, debu, dan inti pecah. Benda – benda tersebut

harus dipisahkan dari biji agar tidak menggangu pada proses pemeraman biji.

Proses pemisahan ini dilakukan pada nut polishing drum. Alat ini berupa selinder

yang berputar dengan posisi horizontal, dimana pada bagian ujung dindingnya

dipasang plat berolubang (perporasi plat) yang terdiri dari dua bagian, yaitu :

1. Pada bagian pertama dipasang perporasi plat berdiameter ± 7 mm

yang berfungsi untuk mengeluarkan serat-serat halus, debu dan inti pecah

ditambah bakal buah yang tidak jadi (parthenocapi).

2. Pada bagian ke dua di pasang perporasi plat berdiameter ± 20 mm

yang berfungsi untuk mengeluarkan biji (nut) dan parikel lain seperti

potongan

– potongan tandan buah.

Pada bagian dalam dinding selinder dipasang alat pengikis biji yang

berbentuk sekat. Dengan adanya putara drum, biji – biji yang ada di

dalamnya

Universitas Sumatera Utara


akan mengalami putaran sehingga terjadi gesekan dengan sekat – sekat tersebut.

Dengan demikian serat-serat (fibres) yang masih melekat pada biji akan terkikis

sehingga akan memudahkan proses pemecahan biji.

Inti sawit pecah yang diperoleh dari hasil pemisahan di nut polishing

drum dikumpulkan pada suatu wadah. Kemudian dimasukkan (secara manual) ke

dalam timba inti yang menghantarkannya naik ke silo inti (kernel silo)

untuk dikeringkan. Inti pecah ini diperoleh dari hasil pengempaan pada screw

press.

Biji – biji (nuts) yang keluar dari lubang –lubang plat yang lebih

besar akan jatuh ke conveyor (nut conveyor) yang menghantarkannya ke timba

biji (nut elevator) untuk diangkut ke pemeraman biji di nut silo.

2.5.3.8.2. Pameraman Biji

Biji – biji yang berasal dari nut polishing diangkut dengan

menggunakan timba biji (nut elevator) menuju ke silo biji (nut silo) untuk proses

pemeraman biji. Silo biji (nut silo) adalah alat dipple mill yang digunakan

sebagai wadah penyimpanan dan pemeraman biji sebelum dipecahkan pada nut

cracker. Tujuan dari pemeraman biji ini adalah untuk mengurangi kadar air yang

terkandung di dalamnya, sehingga inti akan mudah terlepas (lekang) dari

cangkangnya. Dengan demikian akan mempermudah proses pemecahan biji dan

diperoleh inti utuh dalam jumlah yang maksimal. Silo biji (nut silo) ini adalah

pemeraman berupa bejana tegak berbentuk selinder dan pada bagian bawahnya

berbentuk kerucut.

Universitas Sumatera Utara


Pengeringan pada nut silo berlangsung dengan cara pemberian udara

panas yang dihembuskan oleh fan blower sebagai penghantar panas, sehingga

udara panas dapat merata dari bawah sampai ke atas. Untuk menghasilkan

kualitas yang optimum maka biji dikeringkan selama ± 48 jam dengan temperatur

0
yang dihembuskan oleh fan brower berkisar 60 – 70 C sehingga biji akan benar-

benar kering dan cangkang dapat lekang dari biji. Nut silo diusahakan selalu

dalam keadaan penuh sehingga udara panas yang masuk tidak terbuang dengan

percuma.

Dari nut silo, biji sawit dialirkan ke dalam screw conveyor, selanjutnya

dibawa oleh nut elevator ke nut grading screen. Nut grading screen ini berupa

tromol/selinder yang berputar dengan kecepatan 50 rpm. Pada bagian dindingnya

terdiri dari lubang – lubang perporasi plat yang berukuran 2 fraksi yaitu

fraksi kecil (14 x 14 mm) dan fraksi besar (18 x 40 mm).

Dari nut grading screen ini pemasukan biji diatur pemasukannya ke nut

cracker untuk fraksi besar (diameter nut > 13 mm) dan ripple mill untuk fraksi

kecil (diameter nut < 13 mm).

2.5.3.8.3. Pemecahan Biji

Biji (nut) yang keluar dari nut grading screen akan masuk ke dalam

pemecah biji (nut cracker dan ripple mill) melalui corong pemasukan biji sesuai

dengan fraksinya masing – masing. Pemecahan dimaksudkan untuk melepaskan

inti (kernel) dari cangkangnya sehingga akan mempermudah proses

pemisahan inti dan cangkang pada clay bath tank.

Nut cracker berfungsi memecahkan biji dengan sistem lemparan biji ke

dinding yang keras. Dimana pada nut cracker, biji dimasukkan ke dalam

rotor
Universitas Sumatera Utara
yang berputar dengan putaran 1440 rpm, kemudian biji akan terlempar

pada dinding casing sampai pecah.

Untuk fraksi kecil (diameter 9 – 12 mm) pemecahan biji dilakukan

dengan menggunakan ripple mill. Mekanisme pemecahan biji yaitu dengan cara

menekan

/ membentuk biji dengan rotor pada dinding bergerigi dan menyebabkan

pecahnya biji, dimana kecepatan putaran rotor yang digunakan adalah 1450 rpm.

Hal-hal yang menyebabkan hasil pemecahan tidak sempurna, yaitu :

1. Perebusan yang kurang matang pada ketel rebusan (sterilizer)

2. Pemeraman biji yang kurang matang pada silo biji, sehingga inti

tidak mudah lekang dari cangkang.

3. Pengaturan kecepatan putaran rotor pemecah biji yang tidak tepat.

Akibat hal tersebut di atas akan banyak biji yang tidak pecah atau

menjadi biji setengah pecah. Campuran pecahan (inti, cangkang, dan biji utuh)

kemudian akan dibawa winnowing sistem untuk pemisahan campuran cangkang

dan kernel / inti.

2.5.3.8.4. Pemisahan Inti dengan Cangkang

Campuran pecahan (inti/kernel, cangkang, dan biji utuh) yang

dihantarkan melalui crecked micture conveyor masuk ke dalam clay bath tank.

Clay bath tank berbentuk selinder berisi campuran lumpur dengan berat jenis

1,11

– 1,12 gr/cc. Larutan (lumpur) ini digunakan untuk memisahkan dua kelompok

padatan yang memiliki berat jenis (BJ) yang berbeda, dimana inti sawit basah

memiliki berat jenis 1,07 sedangkan cangkang 1,15 – 1,20.

Universitas Sumatera Utara


Akibat perbedaan berat jenis tersebut inti sawit akan mengapung dan

cangkang akan tenggelam. Pada clay bath tank terdapat legan pengaduk yang

berfungsi untuk menguraikan inti dengan cangkang , sehingga membantu proses

pemisahan inti dengan cangkang.

Pada clay bath tank juga terdapat dua buah timba. Timba yang

berdiameter kecil akan mengambil inti yang terapung yang selanjutnya akan

dibawah ke kernel silo driyer. Sedangkan timba yang berdiameter labih besar

akan mengambil cangkang yang berada di bawah untuk dihantarkan ke

stasiun ketel sebagian bahan bakar ketel (boiler).

Inti yang dibawa ke kernel silo droyer harus melalui filbrating screen

terlebih dahulu. Pada vibrating screen disemprotkan air bersih untuk mencuci inti

dari lumpur dan kotoran – kotoran yang berasal dari clay bath tank, kemudian

inti ini akan disortir untuk dipilih sampah maupun inti yang masih melekat

pada cangkang. Kernel / inti yang telah lolos dari pensortiran jatuh ke wet

kernels conveyor untuk dibawah ke kernel silo driyer.

2.5.3.8.5. Pengeringan Inti

Inti basah yang telah dibersihkan dimasukkan ke dalam kernel silo

driyer dengan menggunakan wet kernels elevator. Kernel silo driyer

berguna untuk mengeringkan inti kelapa sawit dengan menggunakan udara panas

0
bertemperatur ± 75 C dan lama pengeringan 6 jam.

Adapun tujuan dari proses pengeringan inti adalah :

1. Untuk memisahkan inti basah dari air yang dikandungnya,

dimana kandungan air yang ada pada inti akan turun 6 – 7 %.

Universitas Sumatera Utara


2. Menonaktifkan enzim-enzim yang dapat merombak minyak inti sawit

sehingga pembentukan ALB akan meningkat dan menyebabkan mutu

menjadi rendah.

3. Mencegah timbulnya jamur pada inti, sehingga inti dapat

ditimbun/disimpan lebih lama sebelum diproses lebih lanjut.

Inti yang telah dikeringkan akan keluar dari bagian bawah kernel

silo driyer dan dihantarkan ke kernel bin dengan menggunakan dry

kernel conveyor.

Sebelum masuk ke kernel Bin inti masuk ke dalam pipa transport

inti pneumatik (kernel pneumatic transport). Alat ini berfungsi untuk

memisahkan inti dari kotoran berupa sampah, serat, dan cangkang halus.

Melalui blower hisap yang ada pada alat tersebut kotoran yang lebih ringan akan

terhisap oleh blower yang menghantarkannya menuju ke dust winniwing

cyclone, kemudian melalui alat ini kotoran tersebut dibawa menuju ke stasiun

ketel untuk digunakan sebagian bahan bakar ketel / boiler. Sedangkan inti yang

lebih berat akan terhisap oleh blower yang menghantarkannya ke kernel Bin.

Kernel bin merupakan proses terakhir yang digunakan untuk menyimpan

inti/kernel yang sudah kering dengan kadar air sekitar 6-7% sebelum dilakukan

proses lebih lanjut.

Adapun proses produksi pembuatan minyak kelapa sawit dan inti kelapa

sawit secara umum dapat dilihat pada Gambar 2.3. dan Gambar 2.4.

Universitas Sumatera Utara


Ditimbang

Disortir

Direbus dalam ketel rebusan

Dibanting dalam alat penebah

Diaduk dalam digester

Dikempa dalam Screw Press

Penyaringan minyak

Pengendapan kotoran

Pemisahan minyak dari lumpur

Pemasakan minyak

Pengeringan minyak

Ditampung dalam tangki penyimpanan

Gamabar 2.3. Block Diagram Pengolahan Minyak Kelapa Sawit

Universitas Sumatera Utara


Pemisahan biji dengan serat

Pemisahan ampas kering dari biji

Pemisahan biji dari serat dan inti pecah

Pemeraman biji

Pemisahan biji berdasarkan fraksinya


(besar/kecil)

Pemecahan biji

Pemisahan inti, biji utuh dan cangkang

Pemisahan inti dengan cangkang kasar dan kotoran

Pengeringan inti

Ditampung dalam tangki penyimpanan

Gambar 2.4. Block Diagram Pengolahan Inti Kelapa Sawit

Universitas Sumatera Utara


2.5.9. Mesin dan Peralatan Pabrik

Mesin dan peralatan pabrik yang ada di PT. Perkebunan Kelapa Sawit

(PKS) kebun Serdang Bedagai dapat dilihat pada Lampiran 1.

2.6. Tata Letak Perusahaan

Pabrik Sawit PT. Perkebunan Kelapa Sawit (PKS) kebun Serdang

Bedagai berlokasi di Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara.

Tata letak pabrik merupakan gambaran aliran komponen –

komponen suatu produk untuk melihat pekerja, peralatan, dan pemidahan bahan-

bahan dimulai dari bagian penerimaan melalui pabrik sampai ke pengiriman

produk jadi. Tata letak pabrik berhubungan dengan masalah pengarutan dan

penyusunan dari faslitas – faslitas pabrik dan tenaga kerja yang diperlukan untuk

menghasilkan produk. Tata letak pabrik yang baik akan bermanfaat untuk :

1. Memperlancar proses pengolahan.

2. Meminimumkan material handling.

3. Mendorong penggunaan tenaga kerja seefektif mungkin.

4. Menciptakan suasana kerja yang menyenangkan dan cukup

menjamin keselamatan.

Adapun tata letak pabrik yang dimiliki PT. Perkebunan Kelapa

Sawit (PKS) kebun Serdang Bedagai dibangun dengan pembagian areal

bangunan sebagai berikut :

1. Bagian Produksi

1. Jembatan timbang (weighting bridge)

Universitas Sumatera Utara


2. Tempat penumpukan buah

3. Stasiun perebusan (sterilizing station)

4. Stasiun penebahan (stripping station)

5. Stasiun pengempaan

6. Stasiun pemurnian minyak (clarification station)

7. Stasiun penimbunan minyak

8. Stasiun pengutipan minyak

9. Stasiun depericarper

10. Stasiun pengolahan biji

2. Bagian Production Service

1. Gudang material

2. Bengkel umum

3. Bengkel motor

4. Laboratorium

5. Galon minyak

3. Bagian General Service

1. Kantor ADM

2. Kantor teknik

3. Pos jaga

4. Tempat pencucian mobil

4. Bagian Personal Service

1. Musholla

2. Kamar mandi

Universitas Sumatera Utara


5. Physical Plat Service

1. Stasiun ketel uap

2. Stasiun pembangkit tenaga

2.7. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan hubungan kerja

antara dua orang atau lebih pada tugas yang saling berkaitan untuk pencapaian

suatu tujuan tertentu.

Struktur organisasi bagi suatu perusahaan mempunyai pernan yang sangat

penting dalam menentukan dan memperlancar jalannya roda perusahaan.

Pendistribusian tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab serta hubungannya

satu sama lain dapat digambarkan pada suatu struktur organisasi, sehingga para

pegawai dan karyawan akan mengetahui dengan jalas apa tugasnya, dari mana ia

mendapatkan perintah dan kepada siapa ia harus bertanggung

jawab.

Struktur organisasi yang digunakan oleh PT. Perkebunan Kelapa Sawit

(PKS) kebun Serdang Bedagai adalah struktur organisasi lini dan fungsional

dimana pembagian kerja dibagi atas fungsinya masing-masing. Struktur

orgnanisasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Universitas Sumatera Utara


PENGURUS

Tekniker - I

Asst. Divisi Asst. Divisi Asst. Divisi Tekniker - II Tekniker - II


I II III

KTU

Mandor I Mandor I
Pabrik Pabrik
Krani I Pabrik

Mandor - Mandor - Mandor - Bagian


mandor mandor mandor Buku Gaji

Mandor Peng. IKS


Mandor Bengkel

Mandor Peng. MKS


Mandor B. Trans

Karyawan Lapangan
Karyawan Pabrik

Gambar 2.5. Struktur Organisasi PT. Perkebunan Kelapa Sawit (PKS)


kebun Serdang Bedagai

Universitas Sumatera Utara


2.7.1. Uraian Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab

Untuk menggerakkan suatu organisasi dibutuhkan adanya personil yang

memegang jabatan tertentu, seperti terdapat dalam struktur organisasi di mana

masing – masing personil mempunyai tugas dan wewenang yang seimbang dan

jelas. Tanggung jawab yang diberikan harus seimbang dengan wewenang yang

diterima. Organisasi yang baik adalah organisasi yang jelas dan teratur dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya setiap pemangku jabatan memiliki

gambaran dan batasan tugas dan tanggung jawab yang diembannya.

Struktur organisasi dan pembagian tugas pada PT. Perkebunan Kelapa


Sawit (PKS) kebun Serdang Bedagai dapat dilihat pada Lampiran 2.

2.7.2. Tenaga Kerja

Dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari, PT. Perkebunan Kelapa Sawit

(PKS) kebun Serdang Bedagai memiliki sejumlah tenaga kerja yang statusnya

berbeda-beda menurut pandangan manajemen perusahaan.

Tenaga kerja yang bekerja di PT. Perkebunan Kelapa Sawit (PKS) kebun

Serdang Bedagai dibagi atas 3 golongan, yaitu :

1. Staff

2. Karyawan Bulanan (KB) / Pegawai

3. Karyawan Harian Tetap (KHT) / buruh

Jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh PT. Perkebunan Kelapa

Sawit (PKS) kebun Serdang Bedagai adalah berjumlah 7 orang staff dan 585

orang karyawan (KB dan KHT) dengan perincian seperti yang terlihat pada Tabel

2.4.
Tabel 2.4. Perincian Jumlah Tenga Kerja PT. Perkebunan Kelapa Sawit

(PKS) kebun Serdang Bedagai

No Daerah Kerja Jumlah (Orang)


1. Afdeling /Div. I Pelintahan 118
2. Div. II Mata Pao 151
3. Div. III Tanjung Buluh 113
4. Pengolahan Minyak Sawit 58
5. Pengolah Inti 8
6. Pegawai Kantor Pabrik 8
7. Bagian Tukang Pabrik Bagian 15
8. Bengkel Transport Bagian 8
9. Supir/Masinis/Operator 11
10. Pegawai Lain-lain 12
Sumber : PT. Perkebunan Kelapa Sawit (PKS) kebun Serdang Bedagai

2.7.3. Waktu Kerja

Sistem penjadwalan jam kerja pada PT. Perkebunan Kelapa Sawit


(PKS)

kebun Serdang Bedagai terbagai atas 2 (dua) bagian, yaitu :

1. Bagian Kantor

Bekerja tidak berdasarkan shift yang terjadwal seperti yang terlihat pada Tabel

2.5. berikut:

Tabel 2.5 Pembagian Waktu Kerja Bagian Kantor

Hari Jam Kerja Jam Istirahat


Senin, Selasa, Rabu, 09.30 – 12.00 09.30 – 10.00
Kamis, Sabtu 13.00 – 18.00 12.00 – 14.00
19.00 – 08.00
Jumat 06.30 – 09.30 12.00 – 14.00
10.00 – 12.00
Sumber : PT. Perkebunan Kelapa Sawit (PKS) kebun Serdang Bedagai

2. Bagian Pabrik

Pengolahan Minyak Kelapa Sawit (MKS) dan Inti Kelapa Sawit (IKS)

diatur sesuai dengan produksi Tandan Buah Sawit dari kebun.


a. Jam kerja normal

Jam kerja normal ini berlaku untuk karyawan yang berada di kantor pusat

dan kantor pabrik. Ada tiga pembagian jam kerja diberlakukan di

perusahaan, seperti yang terlihat pada Tabel 2.6. berikut:

Tabel 2.6. Jam Kerja Normal PT. Perkebunan Kelapa Sawit (PKS)

kebun Serdang Bedagai

NO Waktu Keterangan
1 08.00 – 12.00 WIB Bekerja
2 12.00 – 13.00 WIB Istirahat
3 13.00 – 17.00 WIB Bekerja
Sumber PT. Perkebunan Kelapa Sawit (PKS) kebun Serdang Bedagai

b. Jam kerja Shift

Jam kerja shift ini berlaku untuk karyawan produksi. Pembagian jam

kerja terdiri dari dua shift kerja seperti yang terlihat pada Tabel 2.6. berikut:

Tabel 2.6. Jam Kerja Shift PT. Perkebunan Kelapa Sawit (PKS)

kebun Serdang Bedagai

Shift Waktu Istirahat


1 08.00 – 17.00 WIB 12.00 – 14.00 WIB
2 17.00 – 24.00 WIB 20.00 – 21.00 WIB.
Sumber : PT. Perkebunan Kelapa Sawit (PKS) kebun Serdang Bedagai

2.7.4. Sistem Pengupahan Tenaga Kerja / Karyawan

Sistem pengupahan tenaga kerja / karyawan PT. Perkebunan Kelapa Sawit

(PKS) kebun Serdang Bedagai disesuaikan dengan jenis tenaga kerjanya, yaitu :

a. Karyawan Harian Tetap (KHT)


Pengupahan tenaga kerja dan pengawas ini dilakukan 2 kali dalam

sebulan (Tgl 5 & 19) dengan upah berdasarkan upah minimum regional

(UMR), dimana perharinya mendapatkan sebesar ± Rp. 55.000,- (termasuk

beras).

b. Pegawai Staff

Pengupahan dilakukan berdasarkan


tingkat/golongannya.

2.7.5. Kesejahteraan Umum Karyawan

Kesejahteraan bagi pegawai dan karyawan pabrik merupakan hal

yang sangat penting. Produktivitas kerja seorang karyawan sangat

dipengaruhi oleh tingkat kesejahteraannya. PT. Perkebunan Kelapa Sawit (PKS)

kebun Serdang Bedagai telah memikirkan hal tersebut. Kesejahteraan yang

diberikan perusahaan kepada para karyawan antara lain :

1. PT. Perkebunan Kelapa Sawit (PKS) kebun Serdang Bedagai telah

memiliki klinik dan rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan bagi

para staff dan karyawan.

2. Perusahaan menyediakan perumahan untuk semua staff dan

karyawan/pegawainya yang berada di lokasi perkebunan di sekitar pabrik.

3. Fasilitas untuk beribadah juga disediakan oleh perusahaan dengan

adanya mesjid dan gereja yang berada di sekitar lingkungan pabrik.

4. Fasilitas Transportasi.

5. Sarana pendidikan/sekolah bagi anak karyawan.

6. Tunjangan keselamatan kerja, duka cita dan tunjangan hari raya.

7. Air listrik untuk keperluan ruman tangga.

8. Mendapat jatah beras tiap bulan dan sarana olahraga.

Anda mungkin juga menyukai