Anda di halaman 1dari 13

PROSEDUR MASS BALANCE

PUD

DIBUAT OLEH :

R&D, BAHILANG

MEI 2007
1

1. MASS BALANCE SOLID DECANTER

I. Tujuan
Untuk mengetahui persentase solid decanter terhadap TBS.

II. Prosedur
1. Semua solid yang keluar dari decanter ditampung di horizontal solid
conveyor, yang kemudian dialirkan menuju ke solid hopper dan kemudian
ditampung dengan menggunakan trailer untuk ditimbang.
2. Siapkan trailer kosong dibawah solid hopper.
3. Pastikan tidak ada kebocoran disaluran solid decanter, sehingga semua solid
nantinya dapat ditampung semua di trailer, apabila ada kebocoran harus
segera ditutup.
4. Pastikan solid hopper sewaktu akan mulai percobaan dalam keadaan kosong.
5. Tampung solid dari solid hopper dengan menggunakan trailer.
6. Setelah trailer penuh kemudian trailer ditarik dengan traktor untuk ditimbang
selanjutnya dibuang ketempat pembuangan solid, sekembalinya dari tempat
pembuangan traktor dan trailer ditimbang lagi untuk mengetahui berat
kosongnya. Kemudian ditempatkan dibawah solid hopper untuk menampung
solid berikutnya.
7. Langkah no 2 dilakukan selama proses hingga solid yang dihasilkan dalam
satu hari proses tertampung semua. Harus dipastikan pada saat memulai
percobaan dan mengakhiri percobaan kondisi solid hopper dan trailer harus
kosong.

III. Perhitungan
Berat solid seluruhnya (kg)
Solid Decanter/TBS (%) = TBS proses gross (kg) x100

Note : Bila tidak memungkinkan untuk menimbang pada malam hari,


penimbangan dilakukan satu shift saja. Dicatat berapa lori yang direbus
(tonase olah satu shift diketahui).

IV. Skema Percobaan

Hopper
Decanter Inclined SC

Trailer
Horizontal solid conveyor
2

2. MASS BALANCE JANJANGAN KOSONG

I. Tujuan
Untuk mengetahui persentase janjangan kosong terhadap TBS.

II. Prosedur
1. Sample janjangan kosong diambil dari hopper empty bunch. Semua janjangan
kosong diambil dan dijatuhkan kedalam trailer yang sudah disiapkan dibawah
hopper.
2. Pastikan dahulu bahwa kondisi dari thresher drum 1 dan thresher drum 2,
rethresher, inclined empty bunch conveyor dan hopper harus dalam kondisi
kosong.
3. Siapkan trailer dibawah hopper.
4. Siapkan 2 buah lori di tippler yang berisi TBS yang telah direbus untuk
dituang kedalam bunch conveyor.
5. Tuang lori yang berisi TBS yang sudah direbus kedalam bunch conveyor.
6. Tampung semua janjangan kosong dengan menggunakan trailer.
7. Pada saat selesai pastikan bahwa kondisi dari thresher drum 1, thresher drum
2, rethresher, horizontal empty bunch conveyor, inclined empty bunch
conveyor dan hopper harus dalam kondisi kosong artinya sudah tidak ada lagi
janjangan kosong yang masih tertinggal didalam alat-alat tersebut.
8. Timbang trailer untuk mendapatkan berat janjangan kosong.

III. Perhitungan
Berat janjangan kosong (kg)
Janjangan kosong/TBS (%) = (Isi lori rata - rata (kg) x 2)
x100

IV. Skema percobaan

Thresher 1 Thresher 2 Rethresher


Inclined EBC Hopper

Horizontal EBC

Trailer
3

3. MASS BALANCE NUT

I. Tujuan
Untuk mengetahui persentase Nut terhadap TBS.

II. Prosedur
1. Mass balance nut dilakukan di nut silo.
2. Sewaktu mass balance dilakukan ripple mill diberhentikan.
3. Sebelum mass balance level nut di nut silo diturunkan sehingga
memungkinkan pengukuran dilakukan dalam waktu yang lama (min. 1 jam).
4. Permukaan nut dalam nut silo diratakan.
5. Pengukuran waktu dengan stopwatch dimulai (start) pada saat nut ada pada
ketinggian A dari permukaan nut silo dan pengukuran dihentikan (stop) pada
saat nut ada pada ketinggian B dari permukaan nut silo.
6. Setelah pengukuran selesai, ripple mill dapat dijalankan kembali.

III. Perhitungan

Volume nut (ltr) = volume nut silo pada waktu pengukuran, dimana tinggi = A-B

Berat nut (kg) = volume nut (ltr) x Bj. Nut

60 x Berat Nut (kg)


Nut/Jam (kg) = -------------------------------------
Waktu pengukuran (mnt)

Nut/jam (kg)
Nut/TBS (%) = -------------------------------------- x 100
Kapasitas olah harian (kg/jam)

IV. Skema percobaan


airlock

nut conveyor

(B)

Nut silo

(A)

Ripple mill CM conveyor


4

Note : Jika cara diatas tidak memungkinkan untuk dilakukan, mass balance nut
dapat dilakukan dengan cara kedua yaitu dengan metode perhitungan.

I. Prosedur
1. Sample ripple mill yang diambil setiap harinya (setiap 2 jam) dianalisa.
2. Dari hasil analisa diperoleh data total Shell.
3. Dari laporan produksi harian diperoleh data rendemen kernel (KER).

II. Perhitungan

Kernel/Nut (%) = 100 % - Shell/Nut (%)

Kernel/TBS (%) = Kernel /Nut (%) x Nut/TBS (%)


100
Nut/TBS (%) = Kernel/TBS (%) x 100
Kernel/Nut (%)
Contoh Perhitungan :

Dari data tanggal 20 Mei 2007 diperoleh :


Dari data ripple mill, total shell = 55%
Dari data produksi, KER = 6.0 %

Shell/Nut = 55%
Kernel/Nut = 100% - 55%
= 45%

Nut/TBS = 6.0% x 100


45%
= 13.33 %
5

4. MASS BALANCE RIPPLE MILL

I. Tujuan
Untuk mengetahui kapasitas Ripple Mill.

II. Prosedur
1. Kapasitas ripple mill ini diukur degan cara menampung cracked mixture
melalui lubang chute yang terdapat pada cracked mixture conveyor sebelum
masuk ke cracked mixture elevator.
2. Sebelum percobaan dilakukan pastikan dahulu lubang chute harus benar-
benar besih dari kotoran sehingga semua cracked mixture yang lewat CM
conveyor bisa jatuh kebawah melalui lubang chute tersebut.
3. Buka lubang chute, kemudian dibiarkan beberapa detik untuk memastikan
tidak ada penumpukan cracked mixture.
4. Tampung cracked mixture menggunakan drum, pada saat mulai
penampungan perhitungan waktunya juga dimulai (start).
5. Tutup lagi chute dan pada saat bersamaan perhitungan waktunya juga
dihentikan (stop).
6. Timbang cracked mixture.
7. Langkah tersebut dilakukan 3 kali untuk mendapatkan hasil yang lebih
akurat.

III. Perhitungan
3600 x Berat CM pada waktu pengukuran (kg)
Kapasitas Ripple Mill/jam (kg) = Waktu pengukuran (dtk)

IV. Skema percobaan

Nut silo

CM elevator

Ripple Mill CM conveyor

Drum
6

5. MASS BALANCE DRY SHELL 1 ( LTDS 1)

I. Tujuan
Untuk mengetahui persentase dry shell 1 (LTDS 1) terhadap nut.

II. Prosedur
1. Sample LTDS 1 diambil dari oulet airlock LTDS 1 sebelum masuk kedalam
shell hopper.
2. Dry shell yang keluar dari air lock ditampung dengan menggunakan karung,
pada saat mulai penampungan dry shell tersebut perhitungan waktunya juga
dimulai .
3. Selama percobaan harus dipastikan dry shell tersebut harus tertampung semua
di karung.
4. Perhitungan waktunya dihentikan bersamaan dengan karung dilepas dari
lubang outlet LTDS 1.
5. Setelah itu karung ditimbang untuk mengetahui berapa berat dari dry shell
tersebut.
6. Langkah tersebut dilakukan 3 kali untuk mendapatkan hasil yang lebih
akurat.

III. Perhitungan :
3600 x Berat LTDS 1 pada waktu pengukuran (kg)
LTDS 1/Jam (kg) = Waktu pengukuran (dtk)

LTDS 1/Jam (kg)


LTDS 1/Nut (%) = Kapasitas RM/Jam (kg)
x100

IV. Skema percobaan

Airlock LTDS 1
Tempat pengambilan sample

Shell hopper
7

6. MASS BALANCE DRY SHELL 2 ( LTDS 2)

I. Tujuan
Untuk mengetahui persentase dry shell (LTDS 2) terhadap nut.

II. Prosedur
1. Sample LTDS 2 diambil dari outlet LTDS 2 sebelum masuk kedalam shell
transport.
2. Dry shell yang keluar dari outlet ditampung dengan menggunakan karung,
pada saat mulai penampungan dry shell tersebut perhitungan waktunya juga
dimulai .
3. Selama percobaan harus dipastikan dry shell tersebut harus tertampung semua
di karung.
4. Perhitungan waktunya dihentikan bersamaan dengan karung dilepas dari
lubang outlet LTDS 2.
5. Setelah itu karung ditimbang untuk mengetahui berapa berat dari dry shell
tersebut.
6. Langkah tersebut dilakukan 3 kali untuk mendapatkan hasil yang lebih
akurat.

III. Perhitungan
3600 x Berat LTDS 2 pada waktu pengukuran (kg)
LTDS 2/Jam (kg) = Waktu pengukuran (dtk)

LTDS 2/Jam (kg)


LTDS 2/Nut (%) = Kapasitas RM/Jam (kg)
x100

IV. Skema percobaan

Dari LTDS 2

Tempat pengambilan sample

Shell transport
8

7. MASS BALANCE WET SHELL

I. Tujuan
Untuk mengetahui persentase wet shell terhadap nut.

II. Prosedur percobaan :


1. Sample wet shell diambil dari oulet hydrocyclone sebelum masuk ke shell
transport.
2. Wet shell yang keluar dari oulet hydrocyclone ditampung dengan
menggunakan karung, pada saat mulai penampungan wet shell tersebut
perhitungan waktunya juga dimulai .
3. Selama percobaan harus dipastikan wet shell tersebut harus tertampung
semua di karung.
4. Perhitungan waktunya dihentikan bersamaan dengan karung dilepas dari
oulet hydrocyclone.
5. Setelah itu karung ditimbang untuk mengetahui berapa berat dari wet shell
tersebut.
6. Langkah tersebut dilakukan 3 kali untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat

III. Perhitungan :
3600 x Berat Wet Shell pada waktu pengukuran (kg)
Wet Shell/Jam (kg) = Waktu pengukuran (dtk)

Wet Shell/Jam (kg)


Wet Shell/Nut (%) = Kapasitas RM/Jam (kg)
x100

IV. Skema percobaan

vibrating
Tempat pengambilan sampel

Shell transport Hydrocyclone


9

8. MASS BALANCE STERILIZER CONDENSAT


(CARA I)

I. Tujuan
Untuk mengetahui persentase sterilizer condensate terhadap TBS.

II. Prosedur
1. Air condensate yang berasal dari sterilizer yang keluar melalui pipa
condensate menuju blowdown chamber. Aliran air condensate dari blowdown
chamber kemudian dialirkan melalui parit menuju ke bak pit selanjutnya
dipompakan ke tangki recovery.
2. Pada saat percobaan hanya satu sterilizer yang beroperasi (pada awal proses
sebelum decanter jalan).
3. Mass balance ini dilakukan di tangki recovery.
4. Sewaktu pengukuran tidak boleh ada air pencucian.
5. Turunkan level dari tangki recovery
6. Pastikan semua pipa condensate dalam keadaan baik, apabila ada kebocoran
di pipa condensate harus ditutup dahulu.
7. Pastikan semua pipa sludge recovery dalam keadaan baik, apabila ada
kebocoran harus segera ditutup.
8. Ukur ketinggian level dari tangki recovery sampai permukaan tangki sebagai
titik awal (A).
9. Pengukuran dilakukan dalam satu siklus rebusan.
10. Setelah 1 siklus rebusan maka ukur level tangki recovery sebagai titik
akhir (B) (stop).

III. Perhitungan
 r 2 x tinggi (A - B cm)
Volume tangki recovery (ltr) = 1000
Volume tangki (ltr)
St. Condensat/TBS (%) = TBS dalam 1 rebusan (kg) x100
IV. Skema percobaan

Tangki 1

Titik akhir (B)


Tangki 2
Titik awal (A)
10

9. MASS BALANCE STERILIZER CONDENSAT


(CARA II)

I. Tujuan
Untuk mengetahui persentase sterilizer condensate terhadap TBS.

II. Prosedur
1. Air condensate yang berasal dari sterilizer yang keluar melalui pipa
condensate menuju blowdown chamber. Aliran air condensate dari blowdown
chamber kemudian dialirkan melalui parit menuju ke bak pit selanjutnya
dipompakan ke tangki recovery.
2. Mass balance ini dilakukan di tangki recovery.
3. Sewaktu pengukuran tidak boleh ada air pencucian.
4. Turunkan level dari tangki recovery.
5. Pastikan semua pipa condensate dalam keadaan baik, apabila ada kebocoran
di pipa condensate harus ditutup dahulu.
6. Pastikan semua pipa sludge recovery dalam keadaan baik, apabila ada
kebocoran harus segera ditutup.
7. Ukur ketinggian level dari tangki recovery sampai permukaan tangki sebagai
titik awal (A).
8. Pengukuran dilakukan dalam satu siklus rebusan.
9. Setelah 1 siklus rebusan maka ukur level tangki recovery sebagai titik akhir
(B) (stop).

III. Perhitungan
 r 2 x tinggi (A - B cm)
Volume tangki recovery (ltr) = 1000
60 x vol tangki (ltr)
Sludge Ex-recovery/jam (ltr) = Waktu pengukuran (mnt)
Sludge Ex - recovery (ltr/jam)
Suldge ex-recovery/TBS = Kap. Olah rata - rata (kg/jam) x100
St. Cond/TBS (%) = Sludge Ex-recovery/TBS – Heavy phase/TBS

IV. Skema percobaan

Tangki 1

Titik akhir (B)


Tangki 2
Titik awal (A)
11

10. MASS BALANCE HEAVY PHASE

I. Tujuan
Untuk mengetahui persentase heavy phase decanter terhadap TBS.

II. Prosedur
1. Heavy phase decanter keluar melalui pipa, yang kemudian dialirkan menuju
bak pit. Mass balance dilakukan di bak pit (bak penampungan St.condensate,
heavy phase decanter dan air pencucian).
2. Tutup aliran dari st.condensate.
3. Pastikan semua pipa heavy phase dalam keadaan baik, apabila ada kebocoran
di pipa heavy phase harus ditutup dahulu.
4. Pastikan pompa outlet dari bak pit ke tangki recovery dalam keadaan baik.
5. Pastikan tidak ada aliran dari pencucian yang masuk.
6. Tampung heavy phase dengan cara mematikan pompa outlet.
7. Setelah level dari heavy phase mencapai titik awal (A) maka perhitungan
waktu kita mulai (start)
8. Setelah level heavy phase mencapai titik akhir (B) perhitungan waktu kita
hentikan (stop)
9. Lakukan langkah tersebut 3 kali.

III. Perhitungan
Panjang (cm) x Lebar (cm) x Tinggi (A - B cm)
Volume bak pit (ltr) = 1000
60 x Volume bak pit (ltr)
Heavy phase decanter/Jam (ltr) = Waktu percobaan (mnt)
Heavy phase decanter/Jam (ltr)
Heavy phase decanter/TBS (%) = Kap. Olah rata - rata (kg/jam)
x100

IV. Skema percobaan


(B) (B)
V1= 220 x 200 x t
V2= 300 x 150 x t Bak condensate(V1) Bak heavy phase (V2)
Vtot= V1 + V2
(A) (A)

Ukuran penampang bak condensate


Panjang = 220 cm
Lebar = 200 cm
Ukuran penampang bak heavy phase
Panjang = 300 cm
Lebar = 150 cm
12

11. MASS BALANCE SLUDGE EX-RECOVERY (EFFLUENT)

I. Tujuan
Untuk mengetahui persentase sludge ex-recovery terhadap TBS.

II. Prosedur
1. Mass balance sludge Ex-recovery dilakukan di tangki recovery. Sludge ex-
recovery berasal dari air st. condensate, air heavy phase dan spillage.
2. Turunkan level dari tangki recovery
3. Pastikan semua pipa sludge recovery dalam keadaan baik, apabila ada
kebocoran harus segera ditutup.
4. Ukur ketinggian level dari tangki recovery sampai permukaan sebagai titik
awal (A).
5. Setelah sludge recovery mulai masuk maka perhitungan waktunya juga
dimulai (start).
6. Setelah level dari sludge recovery tinggi maka ukur level tangki recovery
sebagai titik akhir (B) (stop)

III. Perhitungan
Volume tangki recovery (ltr) = π r2 x tinggi (A-B cm)
1000
60 x volume tangki (ltr)
Sludge ex-recovery (ltr/jam) = Waktu pengukuran (mnt)
Sludge ex - recovery (ltr/jam)
Sludge ex-recovery /TBS (%) = Kapasitas olah rata - rata (kg/jam)
x100

IV. Skema percobaan

Tangki 1

Titik akhir (B)


Tangki 2
Titik awal (A)

Note = Jika Basculator dalam keadaan baik, Mass balance sludge ex-
recovery dapat diperoleh dari data basculator setiap harianya

Anda mungkin juga menyukai