PENDAHULUAN
1
indah, objek budaya dan sejarah serta kehidupan masyarakat lokal yang unik.
Keseluruhan objek daya tarik wisata ini merupakan sumberdaya yang memiliki nilai
ekonomi yang tinggi sekaligus sebagai sarana pendidikan dan pelestarian lingkungan.
Pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungannya serta kepedulian pada masyarakat
sekitar pada kawasan-kawasan konservasi sejalan dengan visi pengembangan
ekowisata yaitu konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya serta
pemberdayaan masyarakat lokal (Fandelli, 2000).
Pentingnya pariwisata sebagai sarana untuk mendukung konservasi
lingkungan yang sesuai dengan kondisi dimana wisatawan saat ini cukup peka
terhadap masalah lingkungan, maka konsep-konsep pariwisata dikembangkan
sehingga timbul inovasi-inovasi baru dalam kepariwisataan. Salah satu konsep
pariwisata yang sedang marak adalah ekowisata, dengan berbagai teknik pengelolaan
seperti pengelolaan sumber daya pesisir yang berbasiskan masyarakat yang
dilaksanakan secara terpadu, dimana dalam konsep pengelolaan ini melibatkan
seluruh stakeholder yang kemudian menetapkan prioritas-prioritas. Dengan
berpedoman tujuan utama, yaitu tercapainya pembangunan yang berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan (Thahiry., 2017).
Oleh karena itu, sangatlah menarik bila mengkaji segala aspek pengembangan
ekowisata mengenai rencana tata ruang ekowisata di suatu kawasan serta daerah
ekowisata yang dihubungkan dalam RT/RW.
I.2. Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini, yaitu untuk mengetahui rencana tata
ruang ekowisata di suatu kawasan, dan mengetahui daerah ekowisata yang
dihubungkan dalam RT/RW.
I.3. Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dari makalah ini, yaitu dapat menambah
khazanah pengetahuan mengenai rencana tata ruang ekowisata di suatu kawasan, dan
mengetahui daerah ekowisata yang dihubungkan dalam RT/RW serta sebagai acuan
untuk penelitian lanjutan.
2
II. PEMBAHASAN
3
c. Keberlanjutan
Keberlanjutan adalah penataan ruang diselenggarakan dengan menjamin kelestarian
dan kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan dengan
memperhatikan kepentingan generasi mendatang.
d. keberdayagunaan dan keberhasilgunaan
Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan adalah penataan ruang diselenggarakan
dengan mengoptimalkan manfaat ruang dan sumber daya yang tergantung
didalamnya serta menjamin terwujudnya tata ruang yang berkualitas.
e. Keterbukaan
Keterbukaan adalah penataan ruang diselenggarakan dengan memberikan akses yang
seluas – luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi yang berkaitan
dengan penataan ruang.
f. Kebersamaan dan kemitraan;
Kebersamaan dan kemitraan adalah penataan ruang diselenggarakan dengan
melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
g. Pelindungan kepentingan umum;
Pelindungan kepentingan umum adalah penataan ruang diselenggarakan dengan
mengutamakan kepentingan masyarakat.
h. Kepastian hukum dan keadilan;
Kepastian hukum dan keadilan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan
berlandaskan hukum atau ketentuan peraturan Perundang – undangan dan bahwa
penataan ruang dilaksanakan dengan mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat
serta melindungi hak dan kewajiban semua pihak secara adil dengan jaminan
kepastian hukum.
i. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah penyelenggaraan penataan ruang dapat dipertanggungjawabkan
baik prosesnya, pembiayaannya, maupun hasilnya.
4
II.2. Rencana Tata Ruang Daerah Ekowisata
Pengembangan kegiatan ekowisata harus memperhatikan aspek penataan
ruang yang terkandung dalam pengembangan wilayah. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan penyesuaian rencana pengembangan kegiatan ekowisata dengan rencana tata
ruang wilayah suatu daerah. Dalam rencana pengembangan wilayah, aspek yang
dikembangkan tidak hanya aspek fisik saja tetapi juga aspek sumber daya manusia
dan sosial budaya setempat. Hubungan antara pengembangan wilayah dan pariwisata
antara lain (Akil, 2002):
1. penataan ruang dilakukan dengan pendekatan yang terpadu dan terkoordinasi,
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan (pendekatan pengembangan
ekosistem) untuk mendukung kegiatan ekowisata.
2. Peningkatan keterkaitan fungsi pengembangan kegiatan pariwisata yang baik
dengan sektor lainnya untuk memberikan nilai efisiensi yang tinggi dan
percepatan pertumbuhan ekonomi wilayah.
3. Pengembangan pariwisata dikaitkan dengan pengembangan ekonomi nasional,
wilayah, dan lokal.
4. Pengembangan pariwisata melibatkan seluruh stakeholder dan sektor lainnya,
perlibatan peran masyarakat dari sektor hulu (memberikan kegiatan produksi yang
ekstraktif) sampai dengan kegiatan hilir (kegiatan produksi jasa).
5. Pemanfaatan rencana pengembangan wilayah dalam mendukung pengembangan
parwisata, khususnya dalam arahan alokasi pemanfaatan ruang. Kawasan lindung
dapat dioptimalkan juga sebagai kawasan yang memberikan dukungan bagi
kegiatan pengembangan pariwisata (forest tourism) dan kawasan budi daya
memberikan alokasi-alokasi ruang untuk pengembangan pariwisata.
6. Pengembangan dukungan sarana-prasarana transportasi secara terpadu intermoda
dan terkait dengan struktur pengembangan wilayah.
7. Adanya Rencana Induk Pengembangan Pariwisata suatu daerah.
Penerapan unsur penataan ruang dalam ekowisata dapat dilakukan dengan
melakukan zoning dan clustering dalam kawasan ekowisata. Zoning merupakan salah
satu manajemen spasial dalam pengelolaan ekowisata. Inskeep (1988) dalam Page
5
dan Dowling (2002) mengatakan bahwa konsentrasi atraksi wisata dan fasilitas-
fasilitasnya pada suatu area berakibat pada efisiensi penyediaan infrastruktur,
memberikan kemudahan akses terhadap fasilitas dan aktivitas berwisata bagi
wisatawan, mendorong perencanaan yang terintegrasi dan mengurangi penyebaran
dampak negatif ke area yang lain. Pendapat ahli yang lain juga mengatakan bahwa
penerapan zoning dan clustering berdampak positif terhadap: berkurangnya dampak
terhadap penyedia jasa dan lingkungan sekitar akibat kemudahan akses bagi
ekowisatawan; efisiensi penyediaan infrastruktur seperti jaringan air bersih dan
pengolahan sampah; kontrol dan peningkatan kualitas lingkungan, dll. Setiap zona
dalam suatu kawasan ekowisata mempunyai fungsi yang berbeda, sesuai dengan tata
guna lahannya.
Strategi lain yang dapat digunakan adalah pengaturan tata guna lahan sebagai
kelanjutan dari zoning. Pengaturan guna lahan sangat penting dilakukan untuk
keberlanjutan kegiatan ekowisata, tidak hanya bagi pengembangan ekowisatanya
sendiri melainkan juga sebagai alat kontrol pembangunan lain yang berpengaruh
terhadap keberlanjutan ekowisata.
Alasan mengapa aspek ruang perlu diperhatikan dalam pengembangan Ekowisata,
diantaranya :
1. Perencanaan ekonomi seringkali bersifat tak Terbatas.
2. Setiap aktivitas selalu membutuhkan ruang baik dalam konsep sebagai titik
maupun sebagai luasan.
3. Pemanfaatan ruang untuk lebih dari satu jenis Pemanfaatan menimbulkan benturan
kepentingan.
4. Dampak pemanfaatan sumberdaya akan berganda ketika terdapat lebih dari satu
jenis pemanfaatan pada sumberdaya yang sama.
5. Perlu sinkronisasi pemanfaatan ruang Untuk menghindari atau meminimalkan
Dampak negatif.
5. Karakteristik ekowisata : meminimalkan dampak terhadap ekosistem untuk
Mendukung kelestarian sumberdaya.
6
6. Kelestarian sumberdaya merupakan jaminan keberlanjutan pengembangan
ekowisata.
7. Dalam pengembangan sektor wisata, perlu dukungan sektor lain : prasarana (air,
Energi, transportasi), industri, pemukiman.
8. Perlu harmonisasi pemanfaatan ruang.
7
III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari makalah ini, yaitu:
1. Pola pemanfaatan ruang meliputi pola lokasi, sebaran permukiman, tempat
kerja, industry, pertanian, serta pola penggunaan tanah perkotaan dan
pedesaan, di mana tata ruang tersebut adalah tata ruang yang direncanakan
2. Pengembangan kegiatan ekowisata harus memperhatikan aspek penataan
ruang yang terkandung dalam pengembangan wilayah. Hal ini bertujuann agar
kita dapat melihat seberapa besar resiko dan peluang dikembangkan kegiatan
ekowisata.
3. Penerapan unsur penataan ruang dalam ekowisata dapat dilakukan dengan
melakukan zoning dan clustering dalam kawasan ekowisata.
3.2. Saran
Adapun saran yang disampaikan oleh penulis yaitu untuk membangun
ekowisata di suatu lokasi perlu dilakukan rencana tata ruang dengan
mempertimbangkan letak topografi dan kenyamanan para wisatawan ekotourisme.
Selain itu penting untuk kita melibatkan RT/RW dengan lokasi ekowisata dalam hal
dukungan penuh masyarakat dengan pengembangan ekowisata.
8
DAFTAR PUSTAKA