Anda di halaman 1dari 25

Sabtu, 16 Oktober 2010

Penggolongan Bahan Galian Dan Bahan Galian Industri


2.1.1. Penggolongan bahan galian berdasarkan Pemanfaatannya Bahan galian menurut pemanfaatannya dikelompokkan atas tiga golongan : Bahan galian Logam / Bijih (Ore); merupakan bahan galian yang bila dioleh dengan teknologi tertentu akan dapat diambil dan dimanfaatkan logamnya, seperti timah, besi, tembaga, nikel, emas, perak, seng, dll Bahan galian Energi; merupakan bahan galian yang dimanfaatkan untuk energi, misalnya batubara dan minyak bumi. Bahan galian Industri; merupakan bahan galian yang dimanfaatkan untuk industri, seperti asbes, aspal, bentonit, batugamping, dolomit, diatomae, gipsum, halit, talk, kaolin, zeolit, tras. 2.1.2. Penggolongan bahan galian di Republik Indonesia Di Indonesia, penggolongan bahan galian dapat dilihat dalam Undang-Undang No 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan. Dalam UU ini, bahan galian dibagi atas tiga golongan : golongan bahan galian strategis (Golongan A) golongan bahan galian vital (Golongan B) golongan bahan galian yang tidak termasuk dalam Golongan A atau B.

Penggolongan bahan-bahan galian didasari pada : a. Nilai strategis/ekonomis bahan galian terhadap Negara; b. c. d. e. f. Terdapatnya sesuatu bahan galian dalam alam (genese); Penggunaan bahan galian bagi industri; Pengaruhnya terhadap kehidupan rakyat banyak; Pemberian kesempatan pengembangan pengusaha; Penyebaran pembangunan di Daerah

Selanjutnya UU 11/1967 ini ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Tentang Penggolongan Bahan Galian (PP No 27/1980), yang menyatakan sebagai berikut: a. Golongan bahan galian yang strategis adalah:

minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam; bitumen padat, aspal; antrasit, batubara, batubara muda; uranium, radium, thorium dan bahan-bahan galian radioaktip lainnya; nikel, kobalt; timah

b. Golongan bahan galian yang vital adalah: besi, mangan, molibden, khrom, wolfram, vanadium, titan; bauksit, tembaga, timbal, seng; emas, platina, perak, air raksa, intan; arsin, antimon, bismut; yttrium, rhutenium, cerium dan logam-logam langka lainnya; berillium, korundum, zirkon, kristal kwarsa; kriolit, fluorpar, barit; yodium, brom, khlor, belerang;

c. Golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan A atau B adalah: nitrat-nitrat, pospat-pospat, garam batu (halite); asbes, talk, mika, grafit, magnesit; yarosit, leusit, tawas (alum), oker; batu permata, batu setengah permata; pasir kwarsa, kaolin, feldspar, gips, bentonit; batu apung, tras, obsidian, perlit, tanah diatome, tanah serap (fullers earth); marmer, batu tulis; batu kapur, dolomit, kalsit;

granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat, dan pasir sepanjang tidak mengandung unsur-unsur mineral golongan a amupun golongan b dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan. Sementara itu, dalam bagian Penjelasan, dicantumkan bawa arti penggolongan bahan-bahan galian adalah : 1. Bahan galian Strategis berarti strategis untuk Pertahanan dan Keamanan serta Perekonomian Negara; 2. Bahan galian Vital berarti dapat menjamin hajat hidup orang banyak; 3. Bahan galian yang tidak termasuk bahan galian Strategis dan Vital berarti karena sifatnya tidak langsung memerlukan pasaran yang bersifat internasional. Dari penggolongan bahan galian di atas, terlihat bahwa bahan galian industri sebagian besar termasuk ke dalam bahan galian golongan C, walaupun beberapa jenis termasuk dalam bahan galian golongan yang lain. 2.2. Bahan Galian Industri 2.2.1. Penggolongan bahan galian industri berdasarkan cara terbentuknya Penggolongan bahan galian industri berdasarkan atas asosiasi dengan batuan tempat terdapatnya, dengan mengacu pada Tushadi dkk [1990, dalam Sukandarumidi, 1999] adalah sebagai berikut : a. Kelompok I : BGI yang berkaitan dengan Batuan Sedimen,

kelompok ini dapat dibagi menjadi :


Sub Kelompok A : BGI yang berkaitan dengan batugamping : Batugamping, dolomit, kalsit, marmer, oniks, Posfat, rijang, dan gipsum. Sub Kelompok B : BGI yang berkaitan dengan batuan sedimen lainnya : bentonit, ballclay dan bondclay, fireclay, zeolit, diatomea, yodium, mangan, felspar.

b. Kelompok II, BGI yang berkaitan dengan batuan gunung api : obsidian, perlit, pumice, tras, belerang, trakhit, kayu terkersikkan, opal, kalsedon, andesit dan basalt, paris gunung api, dan breksi pumice. c. Kelompok III, BGI yang berkaitan dengan intrusi plutonik batuan asam & ultra basa : granit dan granodiorit, gabro dan peridotit, alkali felspar, bauksit, mika, dan asbes d. Kelompok IV, BGI yang berkaitan dengan batuan endapan residu & endapan letakan : lempung, pasir kuarsa, intan, kaolin, zirkon, korundum, kelompok kalsedon, kuarsa kristal, dan sirtu e. Kelompok V, BGI yang berkaitan dengan proses ubahan hidrotermal : barit, gipsum, kaolin, talk, magnesit, pirofilit, toseki, oker, dan tawas. f. Kelompok VI, BGI yang berkaitan dengan batuan metamorf : kalsit, marmer, batusabak, kuarsit, grafit, mika dan wolastonit.

2.2.2. Penggolongan bahan galian industri berdasarkan pemanfaatannya Sebagaimana telah dituliskan pada bagian sebelumnya, bahan galian industri adalah bahan galian tambang bukan bijih yang digunakan sebagai bahan baku industri; penggunaan dalam industri banyak ditentukan oleh sifat fisika seperti warna, ukuran partikel, kekerasan, plastisitas, daya serap, dan lain-lain. Adapun bahan bangunan / bahan galian kontruksi tidak lain adalah bahan galian industri yang belum disebtuh rekayasa teknik. Oleh sebab itu, dengan semakin majunya rekayasa teknik tidak tertutup kemungkinan jenis bahan galian industri akan bertambah jenisnya. Berbagai klasifikasi bahan galian industri telah dipublikasikan oleh para ahli, namun sampai saat ini masih terus didiskusikan. Para ahli tersebut umumnya, mengelompokkan Bahan Galian Industri berdasarkan pemanfaatannya, misalnya Noetsaller (1988) "Profile of Industrial Minerals by End-uses Classes", dan lain-lain. 2.3. Manfaat bahan galian berdasarkan klasifikasinya dan lokasinya di indonesia Pemanfaatan bahan galian adalah langkah positif yang tak terhindarkan untuk mencukupi kebutuhan yang telah di tentukan oleh harga pasar mineral yang selalu mendorong upaya eksploitasi bahan galian semaksimal mungkin. 1. Bahan galian A yaitu memiliki sifat sangat strategis dan memiliki nilai bagi negara 1. Aspal Tambang aspal terdapat di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Aspal juga dihasilkan oleh Permigan Wonokromo, Jawa timur, sebagai hasil pengolahan minyak bumi. 1. Kobalt Deskripsi fisik yang ditunjukkan kobalt adalah bersifat brittle, keras, dan merupakan transisi logam dengan magnet. Kobalt juga terdapat dalam meteorit. Endapan mineralnya dijumpai di Zaire, Morocco dan Canada. Cobalt-60 (60Co) dapat membentuk isotop buatan dengan tembakan sinar gamma (energy radiasi tinggi). Garam kobalt salts berwarna biru gelap dan seperti gelas atau bening. Banyak digunakan dalam industri. Digunakan juga untuk bahan dasar perasa makanan yang mengandung vitamin B12 dalam kadar yang tinggi. 2. Batubara Batu bara terbentuk dari tumbuhan yang tertimbun hingga berada dalam lapisan batu-batuan sediment yang lain. Proses pembentukan batu bara disebut juga inkolent yang terbagi menjadi dua, yaitu prose biokimia dan proses metamorfosis Daerah-daerah penghasil batubara adalah :

Bukitasam : Pusatnya di Tanjungenim, Sumatra Selatan. Kotabaru : Pulau Laut, Kalimantan Selatan. Sungai Berau : Pusatnya di Samarinda, Kalimantan Timur. Umbilin : Pusatnya di Sawahlunto, Sumatra Barat

Selain itu, tambang batubara terdapat juga di Bengkulu, Jawa Barat, Papua dan Sulawesi Selatan. Tambang batubara dusahakan oleh PN Batubara. 1. Minyak bumi Minyak bumi berasal dari mikroplankton yang terdapat di danau-danau, teluk-teluk, rawarawa dan laut-laut dangkal. Sesudah mati mikroplankton berjatuhan dan mengendap di dasar laut kemudian bercampur dengan sedimen. Akibat tekanan lapisan-lapisan atas dan pengaruh panas magma, dan terjadilah proses destilasi hingga terjadi minyak bumi kasar.
Tambang

Minyak Bumi

Tambang minyak bumi antara lain terdapat di :


Babo : Papua Cepu : Jawa Tengah Delta Sungai Berantas : Jawa Timur Dumai : Riau Kembatin : Kalimantan Tengah Kepulauan Natuna : Riau Klamano : Papua Lhokseumawe : DI Aceh Majalengka : JawaBarat Peureuk : Jawa Barat Plaju : Sumatra Selatan Pulau Bunyu : KalimantanTimur Pulau Seram : Maluku Pulau Tarakan : Kalimantan Timur Pulau Tenggara : Maluku Surolangun : Jambi Sorong : Papua Sungai Gerong : Sumatra Selatan Sungai Mahakam : Kalimantan Timur Sungai Paking : Riau Tanjungpura : SumatraUtara

Pabrik Pengolahan Minyak Bumi

Pabrik pengolahan minyak bumi antara lain terdapat di :


Balikpapan : Kalimantan Timur Cepu : Jawa Tengah Cilacap : Jawa Tengah Pangkalan Brandan : SumatraUtara Plaju : Sumatra Selatan Sungai Gerong : Sumatra Selatan Wonokromo : Jawa Timur

Hasil Olahan Minyak Bumi

Dari minyak bumi dapat diolah menjadi bensol, bensin. Minyak tanah, premium, vaselin, parafin, malam, malariol, kerosin dan aspal.

Pelabuhan-Pelabuhan Minyak

Pelabuhan minyak terdapat di Balikpapan, Pangkalansusu, Plaju,Pulau Sambu. Samudrapura, Sabang, Sungai Gerong, Tanjung Perak. dan Tarakan.

Pengusaha Nasional dan Asing Minyak Bumi di Indonesia o Pengusaha nasional Pertamina (Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional) dan Permigan. o Pengusaha asing PT Caltex (California Texas Oil Company). PT Stanvac Indonesia (PTSI) dan NNGPM (Nederlandse New Guinea Petralium Maatcappy).

1. Timah Tambang timah terdapat di :


Bangkinang : Riau Dabo : Pulau Singkep Manggar : Pulau Belitung Sungai Liat : Pulau Bangka

Pabrik pelabuhan bijih timah terdapat di Muntok (Pulau Belitung) 1. Nikel Terdapat di sekitar Danau Matana, Danau Towuti dan di Kolaka. Dapat digunakan dalam baja tahan karat dalam pipa tekanan tinggi yaitu pada bagian automotif dan mesin.Nikel banyak terdapat di Kalimantan Barat, Maluku, Papua, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara. 1. Gas Alam Gas alam merupakan campuran beberapa hidrokarbon dengan kadar karbon kecil yang digunakan sebagai bahan baker. Ada dua macam gas alam cair yang diperdagangkan, yaitu LNG ( liquefied natural gas ) dan LPG ( liquefied petroleum gas). Gas alam terdapat di Arun (Di Aceh) dan Bontang (Kalimantan). Gas alam Juga terdapat di daerah Jawa Barat, Sumatra Utara, dan Sumatra Selatan. 1. Uranium Uranium adalah bahan yang bersifat radioaktif. Uranium telah digunakan untuk membuat bom atom. Sekarang uranium digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik dan menjadi bahan bakar yang berharga. Bijih uranium tersebut diolah menjadi bubuk kuning untuk diangkut. Kemudian bubuk kuning itu diolah menjadi bentuk-bentuk yang berlainan sesuai dengan penggunaannya.

Uranium digunakan sebagai bahan bakar dalam reaktor nuklir dan digunakan sebagai isotop radioaktif untuk mengobati orang yang sakit kanker. 1. Bahan galian B yaitu golongan bahan galian vital yang memiliki nilai ekonomis tang tinggi.

Bauksit Bauksit adalah bahan baku almunium. Tambang bauksit terdapat di pulau Bintan (Riau) dan Singkawang (Kalimantan Barat). Selain itu, terdapat pula di Kalimantan Tengah.

Emas Tempat ditemukan : Sulida, Sumatra Barat Sistem Kristal : Isometrik Warna : Kuning Emas Goresan : Kuning Kilap : Metalik Belahan dan pecahan : Tak ada ; hakli ( pecahan bergerigi dengan ujung yang tajam ). Kekerasan : 2,5 3 Berat jenis : 19,3 Genesis : kebanyakan emas terdapat dalam urat-urat kuarsa yang terbentuk melalui proses hidrotermal; dan sering bersama-sama pirit dan mineral-mineral sulfida yang lain, telurid perak-emas, skhelit dan turmalin. Bila urat-urat mengandung emas melapuk, maka emas-emas akan terpisah dan kemudian mengendap sebagai deposit eluvial, atau terangkut oleh aliran air dan mengendap di suatu tempat sebagai deposit letakan (placer deposit), bersama pasir, dan atau kerikil-kerakal. Manfaat : sumber logam emas; dipakai untuk membuat perhiasan, instrumeninstrumen saintifik, lempengan elektrode, pelapis gigi dan emas lantakan.

Intan Tempat Ditemukan : Martapura, Kalimantan Sistem Cristal : isometrik. Warna : umumnya kuning pucat, atau tak berwarna, dapat pula coklat, putih sampai putih kebiruan, jingga, merah muda, biru, merah, hijau, atau hitam.

Goresan : putih Belahan dan pecahan : sempurna pada ( 111 ) ; konkoidal. Kekerasan : 10 Berat jenis : 3,50 Genesis : intan terbentuk pada pembentukan batuan beku ultrabasa, yaitu porfiriolivin, atau porfiri kaya-flogopit; batuan ini dikenal sebagai kimberlit. Dapat dijumpai dalam deposit aluvial, baik di sungai-sungai maupun di pantai. Manfaat : digunakan dalam industri sebagai alat pemotong kaca, pengasah, dipasang pada mata bor untuk eksplorasi; dan dijadikan batu permata.
o

Belerang Belerang digunakan sebagai bahan obat patek dan korek api. Tambang belerang terdapat di gunung Patuha (Jawa Barat) dan Gunung Welirang (Jawa Timur). Selain itu, terdapat pula di Jambi, Jawa Tengah, dan Sulawesi.

Yodium Tambang Yodium terdapat di Semarang( Jawa Tengah) dan Jombang (Jawa Timur). Yodium digunakan untuk bahan obat dan peramu garam dapur.
o

Mangan Tambang mangan terdapat di Kliripan (DI Yogyakarta) dan Tasikmalaya (Jawa Barat). Tambang mangan juga terdapat di Lampung, Maluku, NTB dan Sulawesi Utara.

7. Tembaga Tambang tembaga terdapat di :


o o o o

Cikotok : JawaBarat Kompara : Papua Sangkarapi : Sulawesi Selatan Tirtamaya : Jawa Tengah

Selain itu, terdapat juga di daerah Jambi dan Sulawesi Tengah. Sistem cristal : isometrik. Warna : Merah-tembaga , atau merah-mawar terang. Goresan : Merah metalik. Belahan dan pecahan : Tak ada ; hakli

Kekerasan : 2,5 3. Berat Jenis : 8,94. Genesis : sejumlah kecil tembaga nativ dijumpai pada zona oksidasi dalam deposit tembaga yang berasosiasi dengan kuprit, malakit dan azurit. Deposit primer umumnya berasosiasi dengan batuan beku basa ekstrutif, dan tembaga nativ terbentuk dari pengendapan yang dihasilkan dari reaksi antara larutan hidrotermal dan mineral-mineral oksidasi besi. Pada deposit tipe ini, tembaga nativ berasosiasi dengan khalkosit, bornit, epidot, kalsit, prehnit, datolit, khlorit, zeolit dan sejumlah kecil perak nativ. Manfaat : sumber minor bijih tembaga, banyak digunakan dalam kelistrikan, umumnya sebagai kawat, dan untuk membuat logam-logam campuran, seperti kuningan (campuran tembaga dan seng), perunggu (campuran tembaga dan timah dengan sedikit seng) dan perak Jerman (campuran tembaga seng dan nikel). 8. Perak, Ag Tempat ditemukan : Irian Jaya Sistem Kristal : Isometrik. Warna : Putih Perak Goresan : Coklat, atau abu-abu sampai hitam. Belahan dan Pecahan : Tak ada Kekerasan : 2,5 3. Berat Jenis : 10,5. Genesis : sejumlah kecil perak nativ dapat dijumpai dalam zone oksidasi pada suatu deposit bijih, atau sebagai deposit yang mengendap dari larutan hidrotermal primer. Ada 3 jenis deposit primer, yaitu: 1. Barasosiasi dengan sulfida, zeolit, kalsit, barit, fluorit dan kuarsa, 2. Barasosiasi dengan arsenida dan sulfida kobalt, nikel dan perak, dan bismut nativ, dan 3. Berasosiasi dengan uraninit dan mineralmineral nikel-kobalt. Manfaat : sumber logam perak; dipakai untuk membuat perhiasan, alat-alat makanminum, barang-barang kerajinan tangan, alat-alat elektronik, penyepuhan dan sebagai emulsi film fotografi. 9. Bismut, Bi Tempat Ditemukan : Sistem Cristal : Trigonal . Warna : Putih perak dan corak kemerahan.

Goresan : putih perak berkilau. Belahan dan pecahan : sempurna pada ( 0001 ). Kekerasan : 2 2,5. Berat jenis : 9,7 -9,8. Genesis : Terbentuk secara hidrotermal, dapat dijumpai dalam urat-urat bersama bijih kobalt, nikel, timah, dan perak ; dapat juga dalam pegmatit. Manfaat : Sumber logam bismut ; digunakan dalam sekering listrik, obat dan kosmetik. 1. Bahan galian C yaitu golongan bahan galian yang digunakan oleh industri.

Marmer Tambang marmer terdapat di Besok, daerah Wijak, Tulungagung (Jawa Timur). Tambang marmer juga terdapat di DI Yogyakarta, Lampung, Papua dan Sumatra Barat. 2. Garam Batu Garam batu digunakan untuk bahan obat-obatan. Garam batu banyak terdapat di Kepulauan Kei. 3. Mika Tambang mika terdapat di Pulau Paleng (Sulawesi Selatan) dan Donggala (Sulawesi Tengah). 4. Gips Gips banyak digunakan dalam industry keramik. Gips ditambang di daerah Cirebon, Rembang, Kalianget, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara.

Granit Tambang granit terdapat di DI Yogyakarta, Lampung dan Riau. 6. Asbes Tambang asbes terdapat di :
o o o o

Kuningan : Jawa Barat Papua Pulau Halmahera : Maluku Pulau Seram : Maluku

Grafit Tempat Ditemukan : Kepulauan Semrau, Sanggau, Kal-Bar Sistem Cristal : Heksagonal . Warna : Hitam. Goresan : Hitam. Belahan dan pecahan : Sempurna pada ( 0001 ) ; tak ada Kekerasan : 1 2. Berat jenis : 2,09 2,23Genesis : terbentuk pada lingkungan batuan metamorf, baik pada metamorf fisme regional, atau kontak. Dapat dijumpai pada batu gamping kristalin, genes, sekis, kuarsit, dan lapisan batubara termetamorf. Manfaat : digunakan dalam industri sebagai alat pemotong kaca, pengasah, dipasang pada mata bor untuk eksplorasi; dan dijadikan batupermata. Grafit digunakan sebagai bahan pembuat pensil.

Tras Tras adalah sejenis batu truf. Banvak ditampung di Gunung Mulia (Jawa Tengah) dan daerah Priangan (Jawa Barat) selain itu terdapat juga di Sumatra Barat. Tras adalah batuan gunung api yang telah mengalami perubahan komposisi kimia yang disebabkan oleh pelapukan dan pengaruh kondisi air bawah tanah. Bahan galian ini berwarna putih kekuningan hingga putih kecoklatan, kompak dan padu dan agak sulit digali dengan alat sederhana. Kegunaan tras adalah untuk bahan baku batako, industri semen, campuran bahan bangunan dan semen alam. Pada saat ini belum dimanfaatkan secara optimal, namun secara lokal telah dimanfaatkan penduduk untuk pembuatan batako.

http://imadedwisg.blogspot.com/2010/10/penggolongan-bahan-galian-dan-bahan.html

Komoditi bahan galian industri (BGI) merupakan salah satu produk industri hulu (pertambangan) yang memberi kontribusi pada industri manufaktur dan konstruksi sebagai pengguna utma. Pada triwulan 1 tahun 2006. kontribusi BGI (sektor pertambangan dan penggalian) pada Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 10,51 % atau nomor empat di bawah industri pengolahan (manufaktur) yang sebesar 28,72 %. Ditinjau dari aspek sumber daya 10 komoditi yang menjadi objek kajian, batu gamping memiliki sumber daya terbesar yakni, 12,5 milyar ton, disusul kemudian oleh granit (10,7 miyar ton), marmer (7,1 milyar ton), pasir kuarsa (4,49 milyar ton), dolomit (1,2 milyar ton), dan kaolin (0,73 milyar ton). Bahan galian lain, yaitu bentonit, belerang, feldspar, dan zeolit, rata-rata di bawah 0,5 milyar ton.

Meskipun era otonomi daerah kurang memberikan iklim usaha yang kondusif, secara umum perkembangan komoditi BGI tetap menunjukkan peningkatan produksi selama kurun waktu 2001-2005. Bahan galian batu gamping, bentonit, marmer, pasir kuarsa, dan granit tercatat mengalami peningkatan produksi, masing-masing sebesar 44,8%, 29,4%, 28,1%, 8,0%, dan 0,8%. Sedangkan lima bahan galian lainnya mengalami penurunan antara 2,1% (terkecil, kaolin) 30,5% (terbesar, belerang). Kondisi yang hampir serupa terjadi pada aspek konsumsi, impor, dan ekspor yang juga mengalami peningkatan dan penurunan. Hasil analisis menunjukkan, komoditi BGI masih tetap prospektif untuk diusahakan jika pemerintah melakukan perbaikan dalam tatanan kebijakan. Di samping itu, peran litbang masih perlu ditingkatkan agar komoditi BGI Indonesia memiliki nilai tambah yang lebih besar lagi.
http://www.tekmira.esdm.go.id/HasilLitbang/?p=313

BAHAN GALIAN INDUSTRI


BAHAN GALIAN INDUSTRI (BGI) (INDUSTRIAL ROCK & MINERALS) Klasifikasi & pengelompokan BGI berdasarkan kegunaan sesuai peraturan pemerintah No. 27 tahun 1999 terdiri 3 golongan : 1. Golongan Strategi (GOLONGAN A) karena pengijinan penambangan ke menteri negara dan penambangannya dengan tingkat produksi besar dan skala besar. - Minyak bumi - Batu bara - Gas alam - Uranium 2. Golongan Vital (GOLONGAN B) biasanya pengurusan ijinnya pada pemerintahan setempat (Bupati dll) penambangannya dengan cost dan skala besar. : - Emas - Intan - Tembaga - Timah - Besi 3. Golongan Tidak Strategi & Tidak Vital (GOLONGAN C) merupakan Bahan Galian Industri (BGI) : - Pasir - Kuarsa - Bentonit - Gamping - Semen (terdiri dari tanah liat/clay, tanah lumpur dan batu gamping) PENGELOMPOKKAN BAHAN GALIAN INDUSTRI (GOLONGAN C)

Berdasarkan asosiasi & batuan tempat terdapatnya (Tushadi dk) dibagi VI Kelompok : I. BGI yg berkaitan dg Bt Sedimen (bt gamping, gypsum) II. BGI yg berkaitan dg Bt. Vulcanik (bt belerang) III. BGI yg berkaitan dg Intrusi Plutonik Bt, Asam & Basa (bt granit) IV. BGI yg berkaitan dg Endapan Residu & Letakan (bt lempung, kuarsa, sirtu, pasir, intan) V. BGI yg berkaitan dg Proses Hidrotermal (kaolin, talk) VI. BGI yg berkaitan dg Batuan Malihan (bt kalsit, kuarsit) UPAYA MENINGKATKAN PRODUKSI BGI 1. Meningkatkan mutu dengan pengolahan yang baik. 2. Meanggunakan teknologi yang lebih maju 3. Melancarkan transportasi untuk pemindahan BGI dari Kuari ke tempat pengolahan. 4. Mengefisiensikan waktu dan biaya operasional TEKNIK EKSPLOITASI & PENGOLAHAN BGI Teknik penambangan BGI atas cara kerja dibagi 3 : 1. Digali (tambang bt. Gamping) 2. DIsemprot dg pompa tekanan tinggi (pasir) 3. DIsedot dengan pompa hisap (pasir) Berdasarkan tempat kegiatan : 1. Tambang terbuka (semua kegiatan metode penambangan dilakukan dipermukaan bumi disebut KUARi.) Kuari dibagi 2 berdasarkan produk dihasilkan, letak dan bentuk : 1. Kuari tipe sisi bukit (lereng berjenjang) 2. Kuari tipe lubang galian (kuari yg letak endapannya dibawah permukaan tanah dan topografinya mendatar. Tahapan Tambang Terbuka : a. Land Clearing (pengupasan tanah penutup) b. Pemindahan tanah Topsoil c. Pemberaian (bongkar-muat, angkut dan timbun) d. Transportasi ke tempat pengolahan. . Contoh diagram alir bt. Andesit

2. Tambang bawah tanah (Lubang Tikus/GOPHERING) Dilakukan pada endapan BGI atau urat bijih dg ukuran tidak teratur, tersebar tidak merata (tambang Phospat di Jabar dan tambang gypsum di Jatim) Tujuan Pengolahan BGI 1. Pemuaian dengan konsentrasi dg alat konsentrasi (Zircon) 2. Peningkatan kadar unsure dg alat konsentasi & proses kimia (belerang) 3. Peningkatan sifat kimia dg system pembakaran (batu kapur) & pengaktifan kimia (Zeolit) 4. Peningkatan sifat fisik dg alat konsentrasi & desaminasi (kaolin) 5. Peningkatan bentuk dan penampilan dg sistim pemolesan & pembentukan (marmer & permata) BATU GAMPING (LIME STONE) Dibagi 2 : 1. Non Klastik 2. Klatik : Koloni binatang laut gamping koral penyusun utama adalah koral : Hasil rombakan batu gamping akibat erosi, transportasi, sortasi & sedimentasi

I. Sifat 1. Secara kimia terdiri kalsium karbonat & magnesium / gamping dolomitan. 2. BJ = 2 3. Keras. Pejal & Porous 4. Warna Putih Susu, abu abu muda, coklat, merah, hitam. Bt. Gamping Metamorfosa menjadi marmer Ditemukan di gua gua gamping Prosesnya air hujan mengandung CO2-CO2 membusukkan zat organicmelarutkan bt. Gamping dilalui. CaCO3 + 2CO2 + H2O Ca (HCO3)2 + CO2 II. Tempat Ditemukan Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, Sumsel, Lahat III. Teknik Penambangan

Teknik Side Hill Type & Metode Gophering mengikuti jalur yg dibongkar) Dengan peledakan Mengggunakan A2B (skala besar), alat sederhana (skala kecil) Bila btg. Gamping tidak keras, digunakan lubang tembak diisi lempung lalu air. IV.Pengolahan dan Pemanfaatan Campuran bahan bangunan pebuatan pondasi, plester rumah, jalan Penetral keasaman tanah Bahan Penstabil jalan raya Bahan baku semen Portland Bahan pemutih, penggosok, keramik, tahan api Bahan penjernih air BATU BENTONIT Ialah Jenis Lempung (80% Monmorilonite) Dibagi 2 : 1. Na Betonit / Natrium Bentonit (mengembang 8 kali bila dicelup air) 2. Ca Mg Betonit / Calsium Magnesium Bentonit (mengembang 1,5 kali bila dicelup air) I. Sifat 1. Lunak (H = 1 Skala Mohs) 2. BJ = 2,7 3. Mudah pecah, menghisap air & mengembang 4. Berkilap lilin 5. Warna pucat (putih, hujau muda) 6. Diraba seperti sabun 7. Kena hujan singkapan menjadi bubur, bila kering menjadi rekahan GENESA Pelapukan (reaksi ion H dlm air tanah dg mineral silikat) Proses Hidrotermal (adanya unsure logam alkali & alkali tanah), Monmorilonite terbentuk dari Kalium, Mika, Fero Magnesium & Fieldsfar Plagioklas) dan akibat proses pengendapan sediment dlm suasana basa yang sangat silikan Proses Transformasi (endapan debu gunung api dimana gas alam akan detrivikasi) II. Tempat Ditemukan Sumatera (Tj. Enim, Bantaian, Gumeg, ME), Jawa, Kalimantan, Sulawesi & Timor III. Teknik Penambangan Sistim Kuari (terbuka) Peralatan sederhana karena lunak. IV.Pengolahan dan Pemanfaatan PENGOLAHAN (penghancuran, pemanasan, penggilingang & pengayakan dsb sesuai kegunaan)

PENINGKATAN MUTU 1. Pengaktifan (melarutkan unsur pengganggu) 2. Pengungah ion (menghilangkan system produk samping) MANFAAT Na Bentonit 1. Lumpur pemboran minyak bumi/gas/geothermal 2. Pencampur semen, sabun, insektisida 3. Penymbat kebocoran bendungan MANFAAT Ca-Mg Bentonit 1. Bahan pembuat Na-Bentonit 2. Industri penyaring lilin, minyak kelapa 3. Bahan katalisator, zat pemutih, zat penyerap, inta cetak

GRANIT
Genesa : 1. Terjadi karena proses magma yang bersifat asam 2. Terbentuk didalam bumi 3-4 Km dan 10-15 km I. SIFAT 1. Bentuk intrusi : lakolit, batholit, pakolit. 2. Kekuatan tekan (1000 2500 kg/cm2 3. BJ = 2,6 2,7 4. Warna gelap 1. Transisi Granit dan Diorit GRANODIORIT II. TEMPAT Sumatera, Kalimantan III. TEKNIK TAMBANG Sesuai dengan permintaan & produksi Peledakan secara bertahap sesuai dimensi yg diinginkan Alat manual (pahat, martil dll) IV.PENGOLAHAN & PEMANFAATAN Pemolesan Lebih tahan bila terkena sinar matahari & hujan Manfaat : Bahan lantai atau ornament Sisa potongan menjadi tersaso dengan dicetak bersama semen putih. BELERANG ( SULFUR) I. Sifat 1. Ada 2 jenis : Sulfida & Alam 2. BJ = 2,05 3. H = 1-5 . 2-5 4. Warna kuning 5. Bila dibkar bewarna biru CO2 dengan bau tidak enak II. Tempat Ditemukan Sumut, Sumsel, Jabar, Jatim, Jateng, Maluku, Sulut III. Teknik Penambangan Tambang terbuka

Disemprot dan menggunakan alat sederhana. Pd lapisan tebal dibor, dimasukkan air panas 335oC kedalam endapan belerang melalui pipa kondensasi dipompa keluar - ditampung & diendapkan sublimasi belerang bersih. IV.Pengolahan dan Pemanfaatan PENGOLAHAN : Yg berentuk Kristal (dimasukkan kedalam autociave, ditambah solar, air & NAOH) dimaukkan uap air panas dg tekanan 3 atm Yg berbentuk lumpur (flotasi (meningkatkan mutu) dimasukkan ke autociave MANFAAT : Industi kimia (pupuk, asam sulfat, metalurgi) Industi cat, karet, anti serangga, pengawet kayu, obat obatan. GENESA : Terbentuk karena proses vulkanik Berasal dari H2S yang meruapakan Hasil reduksi CaSO4 oleh karbon dan Methan. Berasal dari dome. Kelompok bahan galian industri ditambang dengan skala kecil selain batu gamping dan tanah liat ditambang dengan relatif besar karena tingkat produksinya lebih besar. KELEMAHAN YG MENYEBABKAN GALIAN BAHAN INDUSTRI SULIT BERKEMBANG 1. PEMASARAN / MARKETING a. Nilai / harga b. Teknologi 2. PEMBAKUAN MUTU Pembakuan mutu yang tidak stabil / mantap antara bahan industri satu ke lain, daerah satu ke daerah lain. 3. DATA & INTERAKSI MENGENAI BGI Data yang didapat terkadang kurang lengkap dan akurat serta kurangnya informasi yang meluas sehingga kurangnya interaksi mengenai BGI. 4. KELEMBAGAAN & PENANGANAN BGI Tidak adanya lembaga & penanganan kendala BGI 5. DAMPAK LINGKUNGAN (UU RI No. 27 Tahun 1999) Belum adanya penanganan dampak limbah terhadap lingkungan yang baik.
http://dennynatalian.blogspot.com/2010/12/bahan-galian-industri.html

ategory Archives: Bahan Galian Industri

Bahan Galian Industri

23 Sep

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Mineral merupakan sumberdaya alam yang proses pembentukannya memerlukan waktu jutaan tahun dan sifat utamanya tidak terbarukan. Mineral dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam industri/produksi. Dalam hal demikian mineral lebih dikenal sebagai bahan galian. Pemerintah Republik Indonesia membagi bahan galian menjadi 3 golongan yaitu, Bahan Galian Strategis, Bahan Galian Vital, dan Bahan Galian Non Strategis. Bahan galian industri sebagaian besar termasuk bahan galian C, walaupun beberapa jenis termasuk dalam bahan galian golongan yang lain. Bahan galian industri sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia sehari-hari, bahkan dapat dikatakan manusia hidup tidak terlepas dari bahan galian industri. Hampir semua peralatan rumah tangga, bangunan fisik, obat, kosmetik, alat tulis, berang pecah belah sampai kreasi seni dibuat langsung atau dari hasil pengolahan bahan galian industri melalui rekayasa teknik. Pengolahan bahan galian industri jauh lebih beraneka ragam disbanding dengan bahan logam. Pengolahan bertujuan untuk meningkatkan mutu dan berbagai nilai seperti tingkat konsentrat, kadar sesuatu unsur kimia, mutu fisik, mutu bentuk, dan penampilan. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan proses ubahan Hidrotermal, seperti barit, gypsum, kaolin, talk, magnesit, pirofilit, toseki, oker, dan tawas. Melalui makalah ini, sehingga dapat mengetahui tempat biasa ditemukannya mineral-mineral tersebut, teknik penambangannya, pengolahan, dan pemanfaatannya. 1.2 Tujuan

Mengetahui mineral-mineral yang termasuk dalam golongan bahan galian industri yang berkaitan dengan proses ubahan hidrotermal Mengetahui tempat ditemukannya masing-masing mineral tersebut Mengetahui teknik penambangan dari masing-masing mineral tersbut

BAB II DASAR TEORI

Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan Proses Ubahan Hidrotermal Yang termasuk dalam kelompok ini adalah barit, talk, magnesit, gips, toseki, pirofilit, dan kaolin. Ketiga jenis bahan galian yang tersebut terakhir pada umumnya berasosiasi satu sama lain karena terbentuk oleh proses dan dari sumber yang sama.
1. 1. BARIT

Barit dengan rumus kimia BaSO4, bentuk kristal tabular, tidak berwarna/putih apabila murni, kuning, merah, hijau, kadang-kadang hitam akibat adanya kontaminasi. Kimpulam Kristal dapat membentuk kenampakan seperti kipas, oset (= desert roses). Sifat Kristal yang lain kompak, granular, massive, ataupun berbentuk sebagai stalaktit. Mempunyai kekerasan 2,5 3,5 , berat jenis 4,48, cukup berat walapun bukan termasuk logam. Mudah pecah membentuk belahan prismatic, transparan ataupun translusen dengan luster vitreus, cerat putih, sulit terbakar, dan tidak larut dalam asam, apabila dipanasi member nyala kuning-hijau. Barit sangat umum sebagai mineral gang pada proses hidrotermal tingkat menengah sampai rendah. Barit kadang-kadang berasosiasi dengan timbale, perak, sulfide antimonite. Endapan barit sangat menungkin berasosiasi dengan bijih emas epithermal dan merupakan salah satu mineral indeks. Saat ini bijih emas dijumpai pula barit mengisi celah batu gamping/dolomite (= saat ini dikenal sebagai endapan residual tipe karst). Dalam jumlah sedikit terbentuk pada mata air panas (=hot springs). Terdapat juga dalam bentuk massive pada iron-manganese bearing jasper, pada celah bauan basalt dalam bentuk kristal. Tempat diketemukan :

Jawa Barat : Cikondang, Kec. Cineam, Kab. Tasikmalaya (berupa urat-urat pada celah-celah batuan tufa breksi) Jawa Tengah : Kp. Plampang Kukusan, watutugu, Serno, Kab. Kulon Progo (berupa urat-urat pada celah-celah batuan andesit, ditandai dengan kenampakan warna coklat tua); Durensari, Bagelen, Kab. Purworejo (seperti yang terdapat di Plampang) Kalimantan Barat : Desa Lanjut, Kec. Kendawangan, Kab. Pontianak (berupa urat/pengisian pada rekahan-rekahan silicified limestone dengan komposisi BaSO4=96,5-98,5%, SiO2=0,9-2,2%, Fe2O3=0,3-0,57% Nusa Tenggara Timur : Tg. Merah dan Pakuoyong (P. Lomblen), Kab. Flores timur (berupa urat-urat berasosiasi batuan kuarsa pada dasit); Kec. Riung Kab. Ngada (berupa urat-urat dalam batuan tufa dasit) Sulawesi Selatan : Sangkanropi, Kab. Tanotoraja (berasosiasi dengan bijih sulfide pada zona riolit/dasit yang terkersikan)

Teknik Penambangan Penambangan barit lebih banyak ditunjukan oleh singkapan yang banyak tampak di permukaan. Oleh sebab itu system panambangan yang diterapkan adalah penambangan terbuka dengan peralatan sederhana. Pada umumnya barit terakumulasi pada reaktan-reaktan ataupun patahan. Oleh sebab itu penambangan sistem gophering sangat mungkin dilakukan tetapi harus sangat hati-hati karena terjadinya runtuhan tanah akan sangat mungkin terjadi. Pengolahan dan Pemanfaatan

Barit dari penambangan pada umumnya kotor dan dilekati oleh batuan yang lain. Sehingga langkah awal barit ini dicuci dengan air cara disemprot. Yang bersih dan kering dapat ditumbuk dan digerus, kemudian disaring dengan ukuran tertentu. Karena barit mempunyai berat jenis besar (4,4) maka proses floatasi dapat menghasilkan fraksi barit murni. Pada instalasi pengolahan yang agak modern, fraksi barit yang merupakan hasil proses pemecahan, dicuci dengan log-washer, kemudian disaring, fraksi yang berukuran halus diproses dengan jig untuk selanjutnya dikonsentrasi dengan cara floatasi. Hailnya dikeringkan untuk selanjutnya dibuat dalam bentuk tepung. Tepung barit dimanfaatkan sebagai bahan cat, industry karet, kaca atau gelas, kertas, dan plastic. Tepung barit juga dimanfaatkan untuk lumpur pemboran minyak dan gas (untuk mengakut cutting dari dasar lubang bor ke atas lubang bor). Dalam hal pemakaian yang demikian barit yang sudah dipakai dapat dimanfaatkan kembali (dengan system sirkulasi). Karena berat jenis besar, barit cukup baik untuk bahan tambahan dalam membangun reactor atom. Barit dicampur dengan fenol-formal dehid, silikat, asbes, dan arang kemudian digerus halus akan diperoleh semen fenolik yang mempunyai daya tahan yang besar terhadap berbagai bahan kimia.
1. 2. GIPSUM

Gypsum dengan rumus kimia CaSO4.2H2O atau dalam bentuk Anhydrit CaSO4 H2O dapat terbentuk karena proses segregasi dan evaporasi juga dapat terbentuk karena proses hydrothermal. 3. KAOLIN Kaolin yang disebut oleh masyarakat tanh lempung putih atau tanh liat putih merupakan endapan residual atau dapat pula terjadi sebagai akibat proses hydrothermal. 4. TALK Talk dengan rumus kimia Mg3 Si4 O10 (OH2) merupak kelompok mineral hydrous magnesium silicate, berwarna putih, putih kehijauan, abu-abu atau kecoklatan. Di lapangan menunjukan perlapisan yang sangat tipis, kenampakan seperti bersisik, memperlihatkan foliasi. Talk mempunyai tingkat kekerasan 1 (dipakai sebagai indeks skala Mohs), mudah dibentuk tetapi tidak elastic, perlapisannya mengkilap seperti lemak, tidak larut dalam air, dan tidak terbakar, mempunyai berat jenis 2,58-2,83, penghantar panas kurang baik. Talk terbentuk dari hasil alterasi mineral magnesium silikat dalam batuan beku ultrabasa, umum didaptkan pada batuan hasil proses metamorphose regional khususnya pada batuan sekis. Talk juga dapat terbentuk oleh proses metasomatisme pada marmer dolomitan. Talk yang mutunya baiok berasal dari batuan induk dolomite. Mineral talk umumnya berasosiasi dengan tremolit [ Ca Mg5 Si8 O22 (OH) ] = hydrous calcium magnesium silicate, aktinolit [ Ca2 (Mg,Fe)5 Si8 O22 (OH)2 ] = hydrous calcium magnesium iron silicate, dan mineral malihan lainnya. Talk yang merupakan hasil ubahan hydrothermal metamorfose sudah dapat terbentuk pada temperature 300 C atau lebih. Tempat Diketemukan

Jawa Tengah : Daerah karangsambung, Luk Ulo, Kebumen; daerah Bayat, Klaten (hasil alterasi batuan sekis)

Sulawesi Tengah : Daerah Pompongeo, kab. Poso-Taripa, S. Um\wemadago (terdapat sebagai sisipan/pengisian dalam sekis, merupak ubahan dari serpentinit) Maluku : desa Fayaul sepanjang S. Wayalele, Kec. Wasikle, Halmahera Tengah (ubahan dalam breksi serpentinit di daerah jalur patahan denagn arah timur lautbarat daya); Kopel Labuna, P. Bacan (terdapat pada batuan ultrabasa, sekitar jalur patahan) Irian Jaya : Dekat ifar (pengisian rekahan dalam batuan ultrabasa)

Teknik Penambangan Endapan talk dapat diketahui karena tampak di permukaan. Oleh sebab itu system penambangan yang dilakukan adalah system tambang terbuka, dapat dilakukan dengan peralatan sederhana. Pengolahan dan Pemanfaatan Pengolahan talk yang berhasil dikumpulkan dari tempat penambangan dapat dilakukan seperti pengolahan bentonit. Talk digunakan dalam berbagai industry seperti industry cat, farmasi, keramik, kosmetika, kertas, karet, isolator, tekstil, dan sebagai pembawa dalam insektisida. 5. MAGNESIT Magnesit dengan rumus kimia MgCaO3 = magnesium karbonat, dijumpai dalam bentuk kompak dan mikrokristalin, bentuk rhombhohedral jarang didapatkan, warna putih, kuning atau abu-abu, kadang-kadang memperlihatkan kenampakan seperti porselin denga fraktur konkoidal. Mineral ini mempunyai tingkat kekerasan (3,5-4,5), berat jenis 3,0, tidak larut dalam asam klorida tetapi berbuih bila dipanaskan, tidak terbakar. Apabila disinari ultraviolet maka akan memancarkan warna biru atau hijau. Kristal magnesit umumnya terbentuk oleh proses dolomitisasi hydrothermal batu gamping ganggang atau penggantian dolomite amfibolit, piroksenit, diabas, peridotit, riolit, basalt, dan granit. Magnesit kriptokristalin atau amorf terbetuk dari alterasi larutan serpentine atau larutan ultrabasa lainnya. Magnesit jenis yang tersebut terakhir ini umumnya terdapat dalam jumlah sedikit karena sebarannya terbatas hanya di permukaan batuan induk. Tempat Diketemukan

Daerah Istimewa Aceh : Daerah Kr. Jreue kab. Aceh Besar (cukup baik, berupa uraturat pada batuan ultrabasa berasosiasi dengan talk) Nusa Tenggara Timur : P. Moa (berasosiasi dengan peridotit-serpentinit) Timor-Timur : Desa Vemase dan Laleia antara Manatuto, baucau (mengisi rekahan pada batuan ultrabasa, Kadar MgO = 6,75-9,24%) Sulawesi Tenggara : P. Padamarang (bersosiasi dengan batuan ultrabasa, peridotit serpentinit yang berumur Pra Tersier); P. Lambasina (berasosiasi dengan batuan ultrabasa, peridotit serpentinit yang berumur Pra Tersier)

Teknik Penambangan Endapan magnesit di Indonesia kebanyakan megisi rekahan dalam bentuk urat-urat dan tampak di permukaan. Oleh karenanya teknik penambangan dilakukan dengan tambang terbuka dengan alat-alat sederhana).

Pengolahan dan Pemanfaatan Magnesit dari hasil penambangan dibersihkan dari pengotor/kontaminan. Tahap berikutnya disemprot dengan air untuk menghilangkan kotoran yang masih menempel. Proses lanjutan dapat diperlakukan seperti pada kaolin. Keterdapatan mineral alam sangat terbatas, sehingga untuk memenuhi kebutuhan dibuat magnesit sintetis dari dolomite atau batu gamping dolomitan (dikenal sebagai seawater magnesia). Magnesit alam dan magnesit sintetis banyak digunakan dalam industry refraktori, farmasi, kosmetik, karet, plastic, kertas (terutama kertas rokok), cat, pembuatan logam Mg, pertanian, isolator, pipa. 6. PIROFILIT Pirofilit termasuk mineral hydrous alumunium silicate dengan rumus kimia Al2 Si4 O10 (OH) = Al2O3 4SiO4. H2O. Seperti halnua kaolin, pirofilit terbetuk pada zona ubahan argilik lanjut (hipogen) pada temperature tinggi (250 C) dah PH asam. Pirofilit mempunyai system Kristal monoklin, pada umumnya memperlihatkan lapisan tipis atau merupakan agregat foliasi yang radial berwarna kuning-putih, hijau-pucat atau hijau-coklat. Pirofilit mempunyai tingkat kekerasan rendah (1-2), berat jenis 2, relative ringan, mempunyai belahan nyata. Dalam keadaan pipih mudah dibentuk (flexible) tetapi tidak elastic. Kenampakan yang lain mengkilat atau terlihat seperti berminyak tidak larut dalam air, dan tidak terbakar tetapi apabila dipanaskan akan membentuk serpih. Secara megaskopis pirofilit sulit dibedakan dengan talk kecuali dengan analisa kimia atau analisa sinar-X. Apabila diperhatikan rumus kimianya pirofilit termasuk jenis mineral lempung yang berair dan mempunyai komposisi kimia hampir sama dengan mineral lempung lainnya. Di Jepang, batuan ubahan yang banyak mengandung pirofilit disebut sebagai roseki. Berdasarkan jenis mineral lempung yang dikandungnya pirofilit (roseki) dibedakan menjadi jenis kaolinit [=Al2Si2O5(OH)4], sericit dan roseki pirofilit. Di Indonesia pirofilit terbentuknya berkaitan erat dengan sebaran formasi Andesit Tua yang berumur Oligo-Miosen, memilki control struktur dan intesitas ubahan hydrothermal yang kuat atau terbetuk sebagai hasil ubahan hydrothermal batuan gunung api (tufa riolit atau dasit). Tempat Diketemukan

Derah Istemewa Aceh : Takengon kab. Aceh Tengah Bengkulu : Sungai Batuintan dan S. Musna, desa Air Kopras, Kec. Lebong Utara, Kab. Rejang Lebong (berwarna abu-abu muda keputihan, kompak, agak keras dari tufa dasitis terubah, komposisi SiO2=58,48 65,54%, Al2O3=13,25 14,37%, FeO3=1,27-2,36%, MgO=0,12-0,48%, CaO=4,03-4,37%) Kalimantan Tengah : Kuala Kurun Tewah Kalimantan Barat : Desa Sememeng, Kec. Sekayam, Kab. Sanggau (berasal dari tufaterubah, berwarna putih)

Teknik Penambangan Dilakukan seperti penambangan kaolin. Pengolahan dan Pemanfaatan Pengolahan dilakukan seperti pada kaolin. Pirofilit banyak digunakan pada industry keramik, refraktori, kosmetik, kertas,cat, plastic, karet, dan industry kimia/sabun.

7. TOSEKI Nama mineral ini relatif baru, sehingga belum banyak dikenal. Toseki atau batuan kuarsaserisit terbentuk pada zona ubahan filik, yakni pada suhu 220 C, dan kondisi PH netral. Endapan toseki biasanya berasosiasi dengan batuan vulkanik yang berkomposisi asam dan terbentuk sebagai endapan ubahan hidrithermal batuan vulkanik jenis tufariolitik ataupun dasitik. Komposisi utama dari toseki adalah mineral kuarsa 59-70%, serisit 15-30%, feldspar 1-3%. Berdasarkan atas kandungan mineral utama toseki dibagi menjadi 3 tipe, yaitu tipe serisit, tipe kaolinit, dan tipe feldspar, sedang berdasar atas kandungan Fe2O3 nya toseki dikelompokkan menjadi 4 kelas yaitu kelas 1 dengan kandungan Fe2O3=(0,4-0,5%), kelas 2 dengan kandungan Fe2O3 (0,5-0,7%); kelas 3 dengan kandungan Fe2O3=(0,7-0,9%); kelas 4 dengan kandungan TiO2 kurang dari 0.004% dan MgO kurang dari 0,15. Sifat umum dari toseki hampir sama dengan sifat roseki khususnya pada sifat fisiknya. Tempat Diketemukan

Sumatra Barat : Barangan, Kab. Padang Pariaman Bengkulu : tambang Sawah : Muaraaman (warna putih keabuan, keras) Kalimantan Barat : Lumar, kab. Bengkoyang (hasil ubahan hydrothermal dari batuan tufa dasitik, mutu kurang baik) Sulawesi Selatan : Sadang Malibong, Kec. Sesean, Kab. Tator (hasil ubahan hydrothermal dalam batuan tufa dasit)

Teknik Penambangan Dilakukan seperti penambangan pirofilit/roseki. Pengolahan dan Pemanfaatan Pengolahan toseki dapat dilakukan seperti pengolahan pirofilit. Kegunaan toseki umumnya dikaitan dengan kadar Fe2O3. Toseki terutama untuk bahan baku keramik, refraktori, isolator. Sebagai bahan keramik toseki mudah dikerjakan dan tidak memerlukan bahan campuran lain. 8. OKER Oker adalah tanah yang lunak terdiri dari campuran oksida besi dan bahan yang liat kadang terdapat juga karbonat dan pasir kuarsa halus. Selain itu, disebutkan pula bahwa oker adalah tanah liat yang cukup banyka mengandung oksida logam dipergunakan sebagai bahan cat. Oksida besi yang telah digerus halus dan dapat dipergunakan sebagai bahan ctat disebut juga oker. Oker yang berwarna agak coklat atau kekuning-kuningan menagndung bijih besi dalam bentuk limonit (=2Fe2O3 3H2O), yang berwarna merah mengandung hematite Fe2O3. Diantaranya terdapat bermacam tingkatan warna yang kehitam-hitaman disebabkan oleh C atau Ti, dan apabila berwarna agak ungu karena menagndung Mn atau Cu. Di pasaran/masyarakat dikenal 2 jenis oker yaitu oker gemuk bilamana oker tersebut banyak mengandung banyak tanah liat dan oker kurus apabila oker tersebut banyak mengandung banyak pasir dan sedikit tanah liat. Pada umumnya oker dinilai bukan dari susunan kimianya, tetapi dari kenyataannya di dalam praktek setelah dicampur dengan minyak dan dipulaskan.

Oker dari Ciater, Telaga warna, dan Karaha terdapat di lereng-lereng bekas Gunung api. Oleh karena itu oker terjadi karena proses hodrothermal yang semula membawa bijih oksida besi dari batuan gunung api, yang dalam hal ini biasanya bersifat basa. Tempat Diketemukan Di Indonesia cukup banyak proses hihrothermal baik yang terjadi pada Tersier maupun selam zaman Kuarter. Walaupun demikian tempat dimana oker dketemukan belum banyak. Beberapa tempat tersebut antara lain:

Jawa Barat : Ciater, Telaga Warna, Kawah Karaha, Kuningan dekat Cipasung Jawa Timur : Kampak, Panggul, Kab. Pacitan; Songgoriti Kab. Malang

Teknik Penambangan Oker keterdapatannya ditunjukan oleh adanya singkapan di permukaan. Oleh karenanya penambangan oker dapat dilakukan dengan cara tambang terbuka dengan peralatan yang sederhana. Untuk deposit yang terbentuk gang penam-bangan dilakukan dengan system gophering. Pengolahan dan Pemanfaatan Sebelum oker digiling, kotoran yang ada harus dibuang terlebih dahulu, kemudian dilakukan penggilingan. Untuk memisahkan fraksi dari serbuk dapat dilakukan penyedotan sehingga nantinya diperoleh dalam bentuk tepung. Pada waktu tertentu proses pembakaran diperlukan guna mendapatkan warna tertentu. Pada saat pembakaran besi hidrat yang semula berwarna kekuningan akan berybah menjadi merah karena airnya menguap dan berbentuk besi oksida. Pada pembakaran diudara yang lebih lama dan suhu yang lebih tinggi, ferro akan berubah menjadi ferri oksida yang warnanya merah tua. Oker dimanfaatkan sebagai bahan utama cat merah, dapat pula untuk member warna pada ubin atau sebagia luluh. Sebagai cat merah, oker dicampur dengan minyak cat. 9. TAWAS Tawas atau talum merupakan persenyawaan garam komplek dengan rumus kimia K2SO4.Al2(SO4)3 24H2O (= tawas kalium) dan Na2SO4.Al2(SO4)3 24H2O (= tawas natrium). Di dalam tawas didapatkan dalam 2 bentuk yaitu dalam bentuk padat (dalam batuan/seperti yang dijumpai di daerah Ciater (dekat Bandung) dan dalam bentuk air kawah seperti yang didapatkan di kawah gunung Ijen. Pada air tersebut mengandung 1 gram K2O tiap satu liter dan mengandung 1,4 gram Na2O tiap satu liter. Tawas terjadi dari proses pelapukan dari batuan yang mengandung mineral sulfide di daerah vulkanis (solfatara) atau terjai di daerah batu lempung, serpih atau batu asbak yang mengandung pirit (=Fe S) dan markasit (=FeS2). Kebanyakan tawas dijumpai dalam bentuk padat pada batu lempung, serpih ataupun batu sabak. Tempat Diketemukan Beberapa tempat yang telah diketahui keberadaan tawas antara lain :

Jawa Barat : daerah Ciater dalam keadaan padat, K. Wayang

Jawa Tengah : Telaga Sari, Banyumas Jawa Timur : Kawah Ijen (dalam bentuk cairan) ; Gua Prusi, Kediri

Teknik Penambangan Tawas dijumpai pada batuan yang lunak /dijumpai dalam bentuk cair. Oleh sebab itu umumnya teknik penambangan tawas dilakukan dengan tambang terbuka dengan peralatan sederhana. Pengolahan dan Pemanfaatan Bahan tawas yang diperoleh dari hasil penambangan, dibentuk dalam bongkah-bongkah kecil, kemudian digiling dengan crusher. Tahap kemudian dijemur pada panas matahari dengan cara dibentangkan/ditabur tipis atau dapat pula dipanggang (roasted) dengan tujuan untuk mengoksidasikan sulfide menjadi sulfat. Pada tahap akhir bahan yang diolah tersebut dibebaskan dari sulfuric acid, dan didapatkan tawas. Tawas dimanfaatkan untuk menjernihkan air/air sumur yang keruh. Air yang telah dijernihkan dengan tawas tidak boleh diminum secara langsung tetapi harus dimasak terlebih dahulu. Tawas dimanfaatkan pula sebagai sumber bahan pembuatan natrium dan kalium, untuk bahan antiseptic, bahan industry farmasi, untuk bahan cat, bahan penyamak kulit. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Mineral-mineral yang termasuk dalam golongan bahan galian industri yang berkaitan dengan proses ubahan hidrotermal yaitu barit, gypsum, kaolin, talk, magnesit, pirofilit, toseki, oker, dan tawas Tempat diketemukannya masing-masing mineral tersebut yaitu :
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Barit : Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalbar, NTT, dan Sulsel Talk : Jateng, Sulteng, Maluku, dan Irian Jaya Magnesit : Daerah Istimewa Aceh, NTT, dan Sulteng Pirofilit : Bengkulu, Daerah Istimewa Aceh, Jabar, dan Jatim Toseki : Sumbar, Bengkulu, Jabar, Jateng, dan Jatim Oker : Jabar, Jatim Tawas : Jabar, Jateng, dan Jatim

Teknik penambangan dari masing-masing mineral tersbut yaitu, untuk barit, magnesit, oker, dan tawas dapat dilakukan dengan penambangan terbuka.
http://fileq.wordpress.com/category/dunia-pertambagan/bahan-galian-industri-duniapertambagan/

Anda mungkin juga menyukai