Definisi Mineral
Definisi Mineral tidak hanya ada satu, bayak para ahli yang mendefinisikan apa itu
Mineral, Dan berikut ini definisi-definisi tentang Mineral:
Bahan Galian Industri Merupakan Semua Mineral dan Batuan kecuali mineral
logam dan energi, yang digali dan diproses untuk penggunaan akhir industri
dan konstruksi termasuk juga minerallogam yang bukan untuk dilebur
seperti bauksit, kromit, ilmenit, bijih, mangan, zircon dan lainnya.
2) Golongan B, yaitu golongan galian yang vital, yang dapat menjamin hajat hidup
orang banyak.
Contoh: emas, perak, magnesium, seng, wolfram, batu permata, mika, dan asbes.
3) Golongan C, yaitu bahan galian yang tidak termasuk ke dalam golongan A maupun
B.
Bahan Galian Industri
D. Kelompok IV, BGI yang berkaitan dengan batuan endapan residu &
endapan letakan :
lempung, pasir kuarsa, intan, kaolin, zirkon, korundum, kelompok
kalsedon, kuarsa kristal, dan sirtu
Potensi mineral non logam hampir dijumpai di semua wilayah indonesia, dan jenis
komiditinya mungkin lebih dari 100 jenis, dgn waktu yg sngt sempit akan sangat
sulit untuk dapat memahami keseluruhan mineral ini.
NIKEL
Endapan laterit nikel Indonesia telah diketahui sejak tahun 1937.Informasi mengenai
endapan laterit nikel yang tertera pertama kali dalam literatur adalah Pomalaa
padatahun 1916 oleh pemerintah Belanda. Pomalaa adalah sebuah distrik yang terletak
diSulawesi Tenggara. Sejak itu, endapan-endapan laterit nikel lainnya baru disebut-
sebut,seperti Gunung Cycloops (1949) dan Pulau Waigeo (1956) di Irian Jaya (Papua
Barat),Sorowako di Sulawesi (1968), Pulau Gebe (1969), Maluku (Tanjung Buli) dan Obi
diPulau Halmahera (1969) serta Pulau Gag (1982). Pada pertengahan kedua abad
ini,melalui prospeksi yang sistematis telah ditemukan beberapa endapan lain .
3. Oxide Deposits
Tipe terakhir adalah Oxide Deposit. Berdasarkan profil yang ditampilkan,
bagian bawah profil menunjukkan protolith dari jenis harzburgitic peridotite
(sebagian besar terdiri dari mineral jenis olivin, serpentine dan piroksen). Endapan
ini angat rentan terhadap pelapukan terutama di daerah tropis. Di atasnya
terbentuk saprolite dan mendekati permukaan terbentuk limonite dan ferricrete.
Kandungan nikel pada tipe Oxide deposit ini berasosiasi dengan goethite (FeOOH)
dan Mn-Oxide. Sebagai tambahan, nikel laterit sangat jarang atau sama sekali
tidak terbentuk pada batuan karbonat yang mengandung mineral talk.
Profil Nikel Laterit
Profil secara keseluruhan dari nikel laterit terdiri dari 5 zona gradasi sebagai
berikut :
Iron Capping
Merupakan bagian yang paling atas dari suatu penampang laterit.
Komposisinya adalah akar tumbuhan, humus, oksida besi dan sisa-sisa organik
lainnya. Warna khas adalah coklat tua kehitaman dan bersifat gembur. Kadar
nikelnya sangat rendah sehingga tidak diambil dalam penambangan. Ketebalan
lapisan tanah penutup rata-rata 0,3 s/d 6 m. berwarna merah tua, merupakan
kumpulan massa goethite dan limonite. Iron capping mempunyai kadar besi yang
tinggi tapi kadar nikel yang rendah. Terkadang terdapat mineral-mineral hematite,
chromiferous.
Limonite Layer
Merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan beku ultrabasa. Komposisinya
meliputi oksida besi yang dominan, goethit, dan magnetit. Ketebalan lapisan ini
rata-rata 8-15 m. Dalam limonit dapat dijumpai adanya akar tumbuhan, meskipun
dalam persentase yang sangat kecil. Kemunculan bongkah-bongkah batuan beku
ultrabasa pada zona ini tidak dominan atau hampir tidak ada, umumnya mineral-
mineral di batuan beku basa-ultrabasa telah terubah menjadi serpentin akibat hasil
dari pelapukan yang belum tuntas. fine grained, merah coklat atau kuning, lapisan
kaya besi dari limonit soil menyelimuti seluruh area. Lapisan ini tipis pada daerah
yang terjal, dan sempat hilang karena erosi. Sebagian dari nikel pada zona ini hadir
di dalam mineral manganese oxide, lithiophorite. Terkadang terdapat mineral talc,
tremolite, chromiferous, quartz, gibsite, maghemite.
Silika Boxwork
putih – orange chert, quartz, mengisi sepanjang fractured dan sebagian
menggantikan zona terluar dari unserpentine fragmen peridotite, sebagian
mengawetkan struktur dan tekstur dari batuan asal. Terkadang terdapat mineral opal,
magnesite. Akumulasi dari garnierite-pimelite di dalam boxwork mungkin berasal dari
nikel ore yang kaya silika. Zona boxwork jarang terdapat pada bedrock yang
serpentinized.
Saprolite
Zona ini merupakan zona pengayaan unsur Ni. Komposisinya berupa oksida besi,
serpentin sekitar <0,4% kuarsa magnetit dan tekstur batuan asal yang masih terlihat.
Ketebalan lapisan ini berkisar 5-18 m. Kemunculan bongkah-bongkah sangat sering
dan pada rekahan-rekahan batuan asal dijumpai magnesit, serpentin, krisopras dan
garnierit. Bongkah batuan asal yang muncul pada umumnya memiliki kadar SiO2 dan
MgO yang tinggi serta Ni dan Fe yang rendah. campuran dari sisa-sisa batuan, butiran
halus limonite, saprolitic rims, vein dari endapan garnierite, nickeliferous quartz,
mangan dan pada beberapa kasus terdapat silika boxwork, bentukan dari suatu zona
transisi dari limonite ke bedrock. Terkadang terdapat mineral quartz yang mengisi
rekahan, mineral-mineral primer yang terlapukkan, chlorite. Garnierite di lapangan
biasanya diidentifikasi sebagai kolloidal talc dengan lebih atau kurang nickeliferous
serpentin. Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat.
Bedrock
bagian terbawah dari profil laterit. Tersusun atas bongkah yang lebih besar
dari 75 cm dan blok peridotit (batuan dasar) dan secara umum sudah tidak
mengandung mineral ekonomis (kadar logam sudah mendekati atau sama
dengan batuan dasar). Batuan dasar merupakan batuan asal dari nikel laterit
yang umumnya merupakan batuan beku ultrabasa yaitu harzburgit dan dunit
yang pada rekahannya telah terisi oleh oksida besi 5-10%, garnierit minor dan
silika > 35%. Permeabilitas batuan dasar meningkat sebanding dengan
intensitas serpentinisasi.Zona ini terfrakturisasi kuat, kadang membuka, terisi
oleh mineral garnierite dan silika. Frakturisasi ini diperkirakan menjadi
penyebab adanya root zone yaitu zona high grade Ni, akan tetapi posisinya
tersembunyi.
1. KAOLIN
Kaolin merupakan masa batuan yang tersusun dari material lempung dengan
kandungan besi yang rendah, dan umumnya berwarna putih atau agak keputihan.
Kaolin mempunyai komposisi hidrous alumunium silikat (2H2O.Al2O3.2SiO2),
dengan disertai mineral penyerta.
Proses pembentukan kaolin (kaolinisasi) dapat terjadi melalui proses pelapukan dan
proses hidrotermal alterasi pada batuan beku felspartik. Endapan kaolin ada dua
macam, yaitu: endapan residual dan sedimentasi.
Mineral yang termasuk dalam kelompok kaolin adalah kaolinit, nakrit, dikrit, dan
halloysit (Al2(OH)4SiO5.2H2O), yang mempunyai kandungan air lebih besar dan
umumnya membentuk endapan tersendiri.
Sifat-sifat mineral kaolin antara lain, yaitu: kekerasan 2 – 2,5, berat jenis 2,6 – 2,63,
plastis, mempunyai daya hantar panas dan listrik yang rendah, serta pH bervariasi.
Mangan termasuk unsur terbesar yang terkandung dalam kerak bumi. Bijih mangan
utama adalah pirolusit dan psilomelan, yang mempunyai komposisi oksida dan terbentuk
dalam cebakan sedimenter dan residu. Mangan mempunyai warna abu-abu besi dengan
kilap metalik sampai submetalik, kekerasan 2 – 6, berat jenis 4,8, massif, reniform,
botriodal, stalaktit, serta kadang-kadang berstruktur fibrous dan radial. Mangan
berkomposisi oksida lainnya namun berperan bukan sebagai mineral utama dalam
cebakan bijih adalah bauxit, manganit, hausmanit, dan lithiofori, sedangkan yang
berkomposisi karbonat adalah rhodokrosit, serta rhodonit yang berkomposisi silika.
Cebakan mangan dapat terjadi dalam beberapa tipe, seperti cebakan hidrotermal, cebakan
sedimenter, cebakan yang berasosiasi dengan aliran lava bawah laut, cebakan
metamorfosa, cebakan laterit dan akumulasi residu.
Sekitar 90% mangan dunia digunakan untuk tujuan metalurgi, yaitu untuk proses
produksi besi-baja, sedangkan penggunaan mangan untuk tujuan non-metalurgi antara
lain untuk produksi baterai kering, keramik dan gelas, kimia, dan lain-lain.
Potensi cadangan bijih mangan di cukup besar, namun terdapat di berbagai lokasi yang
tersebar di seluruh . Potensi tersebut terdapat di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau
Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua .
. PASIR BESI
Secara umum pasir besi terdiri dari mineral opak yang bercampur dengan
butiran-butiran dari mineral non logam seperti, kuarsa, kalsit, feldspar,
ampibol, piroksen, biotit, dan tourmalin. mineral tersebut terdiri dari
magnetit, titaniferous magnetit, ilmenit, limonit, dan hematit, Titaniferous
magnetit adalah bagian yang cukup penting merupakan ubahan dari
magnetit dan ilmenit. Mineral bijih pasir besi terutama berasal dari batuan
basaltik dan andesitik volkanik.
Kegunaannya pasir besi ini selain untuk industri logam besi juga telah
banyak dimanfaatkan pada industri semen
Pasir besi ini terdapat seperti di Sumatera, Lombok, Sumbawa, Sumba,
Flores.
. ZIRKON
Zirkon terbentuk sebagai mineral asseccories pada batuan yang mengandung Na-
feldspa (batuan beku asam dan batuan metamorf). Jenis cebakannya dapat berupa
endapan primer atau endapan sekunder.
Kegunaann zirkon adalah untuk bahan elektronik, keramik.
Potensi zirkon menyebar di Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, dan
bagian barat. Potensi ini mengikuti penyebaran kasiterit, yang dikenal dengan nama
tin belt.
Secara garis besarnya, sistem dan metode penambangan dibagi atas 4
(empat) bagian, yaitu :
A. PREPARASI SAMPEL
Preparasi merupakan langkah yg paling penting dalam pengolahan atau
penanganan bahan galian yg akan dianalilis, karena sngt berpengaruh terhadap
keberhasilan analisis kimia yg dilakukan. Tahapan pengerjaan preparasi antara
lain:
1. Pengeringan (Drying)
Pada umumnya sampel yg diterima adalah dalam bentuk batuan, lempung,
lumpur atau bentuk pasir.Apabila sampel yg diterima dlm keadaan basah maka
langkah pertama pengerjaan adalah pengeringan, yaitu: pengeringan pada
suhu kamar(dikering anginkan), dijemur dibawah matahari dan pengeringan
dalam oven pd suhu 100 – 110 Celcius.
2. Peremukan (Crushing)
Peremukan adalah proses mereduksi ukuran yg masih kasar (biasanya berupa
bongkahan) menjadi ukuran + 5 cm dgn menggunakan jaw crusher, terus
diperkecil lagi sampai 10 mesh dgn alat roll crusher.
3. Sampling
Sampling merupakan proses pengambilan sampel dari sampel awal yg banyak
dgn tidak merubah komposisinya dan mewakili(bersifat representatif).
Proses sampling dapat dilakukan dgn beberapa cara,diantaranya:
4. Penggerusan (Grinding)
Penggerusan dibagi menjadi 3 kelompok:
1. Analisis Kimia
Ukuran sampel yg diperlukan adalah 150 – 200 mesh.
2. Analisis Fisika
a. Penentuan berat jenis = 100 mesh
b. Penentuan porositas ukuran 4 X 5 cm atau 5 x 5 cm
c. Penentuan viskositas = 100 mesh
d. Penentuan Kapasitas tukar kation (KTK) = 60 – 100 mesh
e. Penentuan distribusi ukuran, seadanya sampel itu sendiri.
3. Analisa Perak dan Emas metode fire assay, ukuran 200 mesh
X-Ray Fluoresnce (XRF)
Pengertian XRF
XRF merupakan alat yg digunakan untuk menganalisis komposisi kimia beserta
unsur unsur yg terkandung dlm suatu sampel dgn menggunakan metode
spektrometri.XRF umumnya digunakan untuk menganalisa unsur dlm mineral
atau batuan.Analisis unsur dilakukan secara kualitatif maupun
kuantitatif,kualitatif dilakukan untuk mengetahui jenis unsur yg terkadung dalam
bahan, dan analisis kuantitatif untuk menentukan konsentrasi/kadar unsur dlm
batuan.
Jenis XRF
-WDXRF (Wave Length Dispersi XRF)
-EDXRF(Energy Dispersi XRF)
Keunggulan XRF:
1. Mudah digunakan
2. Tidak merusak sampel(non destructive Test)
3. Konsentrasi dari ppm hingga 100%
4. Hasil analisis keluar dalam beberapa detik
Kelemahan XRF:
5. Mahal
ALAT XRF
AAS ( ATOMIC ABSORPTION SPECTROFOTOMETRY)
Analisis dgn metode AAS pertama kali diperkenalkan di Australia oleh Welsh
pada tahun 1955.Merupakan metode yang populer karena sangat efektif dan
sensitif.
Spektrofotometri Serapan Atom
4. Detektor
Detektor merupakan alat yang mengubah energi cahaya menjadi energi
listrik, yang memberikan suatu isyarat listrik berhubungan dengan daya
radiasi yang diserap oleh permukaan yang peka.
Teknik-teknik analisis
Dalam analisa secara spektrometri teknik yang biasa dipergunakan antara lain:
1. Metode kurva kalibrasi
Dalam metode kurva kalibrasi ini, dibuat seri larutan standard dengan berbagai
konsentrasi dan absorbansi dari larutan tersebut diukur dengan SSA. Selanjutnya
membuat grafik antara konsentrasi (C) dengan Absorbansi (A) yang akan
merupakan garis lurus melewati titik nol dengan slope = ε. B atau slope = a.b,
konsentrasi larutan sampel diukur dan diintropolasi ke dalam kurva kalibrasi atau
di masukkan ke dalam persamaan regresi linear pada kurva kalibrasi
2. Metode standar tunggal
Metode ini sangat praktis karena hanya menggunakan satu larutan standar yang
telah diketahui konsentrasinya (Cstd). Selanjutnya absorbsi larutan standard (Astd)
dan absorbsi larutan sampel (Asmp) diukur dengan spektrofotometri.
3. Metode adisi standard
Metode ini dipakai secara luas karena mampu meminimalkan kesalahan yang
disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan (matriks) sampel dan
standard. Dalam metode ini dua atau lebih sejumlah volume tertentu dari
sampel dipindahkan ke dalam labu takar. Satu larutan diencerkan sampai
volume tertentu, kemudian diukur absorbansinya tanpa ditambah dengan zat
standard, sedangkan larutan yang lain sebelum diukur absorbansinya
ditambah terlebih dulu dengan sejumlah tertentu larutan standard dan
diencerkan seperti pada larutan yang pertama
TEKNIK PELARUTAN
Fe % 53.34 AAS
Al2O3 % 0.91 AAS
SiO2 % 16.66 AAS
CaO % 0.33 AAS
MgO % 0.17 AAS
Na2O % 0.35 AAS
K2O % 0.38 AAS
TiO2 % 0.67 AAS
P % 0.09 SPEKTROFOTOMETRI
MOISTURE % 7.09 GRAVIMETRI
Sulfure % 0.07 GRAVIMETRI
LOI 900 C % 0,25 GRAVIMETRI
PARAMETER SATUAN METODE