Anda di halaman 1dari 8

Sistem Dan Metode Penambangan

Tugas 02 Sismet

Disusun Oleh :
Nama : Rudi Ramdhan
Nim : 073001800056

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
2021
1. Resume kegiatan pertambangan di Indonesia berdasarkan UU
Pertambangan No. 4 tahun 2009

Pertambangan, menurut Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang


Pertambangan Mineral dan Batubara (UU No. 4/2009) adalah sebagian atau seluruh
tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral
atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan,
konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan
penjualan, serta kegiatan pascatambang.
Paradigma baru kegiatan industri pertambangan ialah mengacu pada
konsep pertambangan yang berwawasan Lingkungan dan berkelanjutan, yang
meliputi:

• Penyelidikan Umum (prospecting)


• Eksplorasi: eksplorasi pendahuluan, eksplorasi rinci
• Studi kelayakan: teknik, ekonomik, lingkungan (termasuk studi amdal)
• Persiapan produksi (development, construction)
• Penambangan (Pembongkaran, Pemuatan,Pengangkutan, Penimbunan)
• Reklamasi dan Pengelolaan Lingkungan
• Pengolahan (mineral dressing)
• Pemurnian / metalurgi ekstraksi
• Pemasaran
• Corporate Social Responsibility (CSR)
• Pengakhiran Tambang (Mine Closure)
Ilmu Pertambangan: ialah ilmu yang mempelajari secara teori dan praktik hal-hal
yang berkaitan dengan industri pertambangan berdasarkan prinsip praktik
pertambangan yang baik dan benar (good mining practice).

Menurut UU No. 4/2009, Usaha pertambangan dikelompokkan atas pertambangan


mineral, dan pertambangan batubara. Pertambangan mineral digolongkan atas:

• pertambangan mineral radioaktif


• pertambangan mineral logam
• pertambangan mineral bukan logam dan
• pertambangan batuan.
Pengaturan mengenai penggolongan bahan galian pada UU No. 4/2009 dijelaskan
pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 Tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara di Pasal 2 ayat
2:
Pertambangan mineral dan batubara sebagaimana dimaksud dikelompokkan ke
dalam 5 (lima) golongan komoditas tambang:

• Mineral radioaktif meliputi: radium, thorium, uranium, monasit, dan bahan galian
radioaktif lainnya
• Mineral logam meliputi: litium, berilium, magnesium, kalium, kalsium,
emas,tembaga, perak, timbal, seng, timah, nikel, mangaan, platina,
bismuth,molibdenum, bauksit, air raksa, wolfram, titanium, barit, vanadium,
kromit,antimoni, kobalt, tantalum, cadmium, galium, indium, yitrium, magnetit,
besi,galena, alumina, niobium, zirkonium, ilmenit, khrom, erbium,
ytterbium,dysprosium, thorium, cesium, lanthanum, niobium,neodymium,
hafnium,scandium, aluminium, palladium, rhodium, osmium, ruthenium,
iridium,selenium, telluride, stronium, germanium, dan zenotin.

• Mineral bukan logam meliputi: intan, korundum, grafit, arsen, pasir


kuarsa,fluorspar, kriolit, yodium, brom, klor, belerang, fosfat, halit, asbes, talk,
mika,magnesit, yarosit, oker, fluorit, ball clay, fire clay, zeolit, kaolin, feldspar,
bentonit,gipsum, dolomit, kalsit, rijang, pirofilit, kuarsit, zirkon, wolastonit, tawas,
batukuarsa, perlit, garam batu, clay, dan batu gamping untuk semen
• Batuan meliputi: pumice, tras, toseki, obsidian, marmer, perlit, tanah
diatome,tanah serap (fullers earth), slate, granit, granodiorit, andesit, gabro,
peridotit,basalt, trakhit, leusit, tanah liat, tanah urug, batu apung, opal, kalsedon,
chert,kristal kuarsa, jasper, krisoprase, kayu terkersikan, gamet, giok, agat, diorit,
topas,batu gunung quarry besar, kerikil galian dari bukit, kerikil sungai, batu kali,
kerikilsungai ayak tanpa pasir, pasir urug, pasir pasang, kerikil berpasir alami
(sirtu),bahan timbunan pilihan (tanah), urukan tanah setempat, tanah merah
(laterit),batu gamping, onik, pasir laut, dan pasir yang tidak mengandung unsur
mineral logam atau unsur mineral bukan logam dalam jumlah yang berarti
ditinjau darisegi ekonomi pertambangan
• Batubara meliputi bitumen padat, batuan aspal, batubara, dan gambut.
Pengusahaan pertambangan di Indonesia dilakukan melalui pemrosesan Izin Usaha
Pertambangan (IUP). IUP terdiri atas dua tahap:

• IUP Eksplorasi meliputi kegiatan penyeledikan umum, eksplorasi, dan studi


kelayakan;
• IUP Operasi Produksi meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan
dan pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan.
IUP diberikan kepada badan usaha, koperasi atau perseorangan oleh Gubernur atau
Menteri sesuai dengan kewenangannya.

( SUMBER ) :https://id.wikipedia.org/wiki/Pertambangan
2. Resume pelaksanaan kaidah Teknik pertambangan berdasarkan
keputusan Menteri ESDM No. 1827/K/30/MEM/2018

▪ Lampiran I :

A. RUANG LINGKUP

Pedoman Permohonan, Evaluasi, dan/atau Pengesahan Kepala Teknik


Tambang, Penanggung Jawab Teknik dan Lingkungan, Kepala
Tambang Bawah Tanah, Pengawas Operasional, Pengawas Teknis,
dan/atau Penanggung Jawab Operasional meliputi:
1. permohonan, evaluasi, dan pengesahan Kepala Teknik
Tambang;
2. permohonan, evaluasi, pengesahan Penanggung Jawab Teknik
dan Lingkungan;
3. permohonan, evaluasi, dan pengesahan Kepala Tambang
Bawah Tanah;
4. permohonan, evaluasi, dan pengesahan Pengawas
Operasional;
5. pengesahan Pengawas Teknis; dan
6. permohonan, evaluasi, pengesahan, dan evaluasi kinerja
Penanggung Jawab Operasional

B. PENGERTIAN

- Kepala Teknik Tambang yang selanjutnya disingkat KTT adalah


tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik dan
Pengawasan Pertambangan Mineral Dan Batubara.
- Penanggung Jawab Teknik dan Lingkungan yang selanjutnya
disingkat PTL adalah tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan
Yang Baik dan Pengawasan Pertambangan Mineral Dan Batubara.
- Kepala Tambang Bawah Tanah yang selanjutnya disingkat KTBT
adalah tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik dan
Pengawasan Pertambangan Mineral Dan Batubara.
- Pengawas Operasional adalah orang yang ditunjuk oleh KTT/PTL
dan bertanggung jawab kepada KTT/PTL dalam melaksanakan
inspeksi, pemeriksaan, dan pengujian kegiatan operasional
pertambangan di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya.
- Pengawas Teknis adalah orang yang ditunjuk oleh KTT/PTL dan
bertanggung jawab kepada KTT/PTL atas keselamatan
pemasangan, pemeliharaan, pemeriksaan, dan pengujian terhadap
sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan yang
menjadi tanggung jawabnya.
- Penanggung Jawab Operasional yang selanjutnya disingkat PJO
adalah orang yang menduduki jabatan tertinggi dalam struktur
organisasi perusahaan jasa pertambangan di wilayah kegiatan
usaha pertambangan, dan bertanggung jawab kepada KTT/PTL
o Beberapa Tugas dan tanggung jawab KTT atau PTL terdiri atas:

a) membuat peraturan internal perusahaan mengenai penerapan kaidah


teknik pertambangan yang baik.
b) mengangkat pengawas operasional dan pengawas teknis;
c) mengesahkan PJO.
d) melakukan evaluasi kinerja PJO.
e) memastikan semua perusahaan jasa pertambangan yang beroperasi di
bawahnya memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
f) menerapkan standar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

▪ lampiran II :

A. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pada pedoman ini terdiri atas eksplorasi, studi


kelayakan, konstruksi, dan pengujian alat pertambangan
(commisioning), pemanfaatan teknologi, kemampuan rekayasa,
rancang bangun, pengembangan, dan penerapan teknologi
pertambangan, pemasangan tanda batas, penambangan, pengolahan
dan/atau pemurnian, pengangkutan, dan pengelolaan teknis
pascatambang.

B. PENGERTIAN

1. Air Tambang adalah air yang berada di lokasi dan/atau berasal dari
proses kegiatan pertambangan, baik penambangan maupun
pengolahan, termasuk air larian di area penambangan.
2. Alat Pertambangan adalah peralatan yang digunakan yang menjadi
bagian dari suatu sistem operasional tambang mulai dari
eksplorasi, konstruksi, penambangan, pengolahan dan/atau
pemurnian, serta pengangkutan yang tidak terpisahkan.
3. Cadangan Mineral dan Batubara yang selanjutnya disebut
cadangan adalah bagian sumber daya derajat keyakinan terunjuk
dan/atau terukur yang setelah dievaluasi secara ekonomis, teknis,
lingkungan, dan hukum dinyatakan layak tambang.
4. Eksplorasi Pendahuluan adalah kegiatan teknis dalam rangka
penyelidikan umum untuk mengetahui kondisi geologi regional,
indikasi adanya cebakan mineral, dan endapan batubara termasuk
prospeksi.
5. Eksplorasi Rinci adalah kegiatan teknis dalam rangka memperoleh
informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi,
sebaran, kualitas, dan sumber daya terukur dari komoditas
tambang.
6. Geoteknik Tambang adalah pengelolaan teknis pertambangan yang
meliputi penyelidikan, pengujian conto, dan pengolahan data
geoteknik serta penerapan rekomendasi geometri dan dimensi
bukaan tambang, serta pemantauan kestabilan bukaan tambang.
7. Jalan Pertambangan adalah jalan khusus yang diperuntukan untuk
kegiatan pertambangan dan berada di area pertambangan atau
area proyek yang terdiri atas jalan penunjang dan jalan tambang.
8. Jalan Tambang/Produksi adalah jalan yang terdapat pada area
pertambangan dan/atau area proyek yang digunakan dan dilalui
oleh alat pemindah tanah mekanis dan unit penunjang lainnya
dalam kegiatan pengangkutan tanah penutup, bahan galian
tambang, dan kegiatan penunjang pertambangan.
9. Jalan Penunjang adalah jalan yang disediakan untuk jalan
transportasi barang/orang di dalam suatu area pertambangan
dan/atau area proyek untuk mendukung operasi pertambangan
atau penyediaan fasilitas pertambangan.
10. Jalan Masuk adalah jalan untuk memasuki area tambang
permukaan dan tambang bawah tanah.

C. KETENTUAN UMUM
- Sarana dan Prasana
- Peta
- Penilaian atas keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan
- Penyelidikan, pemeriksaan, pengujian dan/atau evaluasi
terhadap kajian teknis
- Personel

D. KEGIATAN
- Eksplorasi
- Studi kelayakan tambang
- Konstruksi dan pengujian alat pertambangan
- Pemanfaatan teknologi, Kemampuan rekayasa, Rancang
bangun, Pengembangan dan Penerapan teknologi
pertambangan
- Pengawasan tanda batas
- Penambangan
- Pengolahan dan Pemurnian
- Pengankutan
- Pengelolaan teknis pascatambang

 Tanggapan saya : menurut saya kaidah Teknik pertambangan berdasarkan


keputusan Menteri ESDM No. 1827/K/30/MEM/2018 yaitu pada sebuah
perusahaan pertambangan harus dapat melaksanakan semua kegiatan
pertambangan berdasarkan UU atau peraturan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah agar pelaksanaan kegiatan pertambangan dapat berjalan secara
terarah, efisien dan efektif sesuai dengan kaidah yang berlaku. Serta juga
dapat meminimalisir dampak negative terhadap lingkungan.

( SUMBER ):
https://jdih.esdm.go.id/peraturan/Keputusan%20Menteri%20ESDM%20Nomor
%201827%20K%2030%20MEM%202018.pdf
3. Uraian mengenai penetapan wilayah izin usaha pertambangan
berdasarkan keputusan Menteri ESDM No. 1827/K/30/MEM/2018

• Wilayah Pertambangan yang selanjutnya disebut WP, adalah wilayah yang


memiliki potensi mineral dan/atau batubara dan tidak terikat dengan batasan
administrasi pemerintahan yang merupakan bagian dari rencana tata ruang
nasional.
• Wilayah Usaha Pertambangan yang selanjutnya disebut WUP, adalah bagian
dari WP yang telah memiliki ketersediaan data, potensi, dan/atau informasi
geologi.
• Wilayah Izin Usaha Pertambangan yang selanjutnya disebut WIUP, adalah
wilayah yang diberikan kepada pemegang Izin Usaha Pertambangan.
• Wilayah Pertambangan Rakyat yang selanjutnya disebut WPR, adalah bagian
dari WP tempat dilakukan kegiatan usaha pertambangan rakyat.
• Wilayah Pencadangan Negara yang selanjutnya disebut WPN, adalah bagian
dari WP yang dicadangkan untuk kepentingan strategis nasional.
• Wilayah Usaha Pertambangan Khusus yang selanjutnya disebut WUPK,
adalah bagian dari WPN yang dapat diusahakan.
• Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus dalam WUPK yang selanjutnya
disebut WIUPK, adalah wilayah yang diberikan kepada pemegang izin usaha
pertambangan khusus.
• Usaha pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral
atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi,
studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta pascatambang.

• Wilayah yang dapat ditetapkan sebagai WP (wilayah pertambangan) memiliki


kriteria adanya:
o indikasi formasi batuan pembawa mineral dan/atau pembawa
batubara; dan/atau
o potensi sumber daya bahan tambang yang berwujud padat dan/atau
cair.
• Penyiapan wilayah dilakukan melalui kegiatan:
o perencanaan WP; dan
o penetapan WP.

• Rencana WP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3) ditetapkan


oleh Menteri menjadi WP setelah berkoordinasi dengan gubernur,
bupati/walikota dan berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia.
• WP dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
• Gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dapat
mengusulkan perubahan WP kepada Menteri berdasarkan hasil penyelidikan
dan penelitian.
• WUP dan WPN ditetapkan oleh Menteri.
• WPR ditetapkan oleh bupati/walikota.
• Menteri dapat melimpahkan kewenangan penetapan WUP untuk
pertambangan mineral bukan logam dan WUP untuk pertambangan batuan
yang berada pada lintas kabupaten/kota dan dalam 1 (satu) kabupaten/kota
dalam 1 (satu) provinsi kepada gubernur.
• WUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat terdiri atas:
o WIUP radioaktif;
o WIUP mineral logam;
o WIUP batubara;
o WIUP mineral bukan logam; dan/atau
o WIUP batuan.

• Untuk menetapkan WIUP dalam suatu WUP harus memenuhi kriteria:


o letak geografis;
o kaidah konservasi;
o daya dukung lingkungan;
o optimalisasi sumber daya mineral dan/atau batubara; dan
o ingkat kepadatan penduduk

 tanggapan saya : menurut saya penetapan suatu izin usaha wilayah


pertambangan perlu dilakukan dan harus sesuai dengan aturan hukum yang
tepat agar dalam pelaksanaannya dapat sejalan dengan otonomi daerah bagi
wilayah usaha pertambangan yang berada di daerah setempat. Dan juga
adanya suatu wilayah pertambangan dapat membantu menyeimbangkan
perekonomian dan meningkatkan pendapatan suatu daerah.

( SUMBER :

https://jdih.esdm.go.id/peraturan/Keputusan%20Menteri%20ESDM%20Nomor%201
827%20K%2030%20MEM%202018.pdf

Anda mungkin juga menyukai