Anda di halaman 1dari 115

DIKLAT PEMBEKALAN DAN

PEMENUHAN UJI KOMPETENSI


PENGAWAS OPERASIONAL MADYA
(POM) BAGI PERTAMBANGAN
PERATURAN DAN TANGGUNG JAWAB PENGAWAS
OPERASIONAL MADYA

Dr. Imelda Hutabarat,ST.,MT.

1
KEMENTERIAN ESDM
BIODATA
Pendidkan
1997: Sarjana Teknik Metalurgi (ST)
Universitas Indonesia
2008: Master Rekayasa Pertambangan-Pemanfaata Batubara(MT)
Institut Teknologi Bandung
2016: Doktorat Non Ferrous Metallurgy (Dr.mont)
Montan University of Leoben Austria

Pengalaman Kerja
2010-skrg :Widyiaswara Muda PPSSDM Geominerba
2005 – 2006: Metalurgist-Global Mercury Project – UNIDO
2004 - 2005 : Metalurgist-Small Scale Gold Mining Project – OSM
2003 - 2010: Widyiaswara Pertama Pusdiklat Teknologi Mineral dan
Batubara
1998-2003 : Senior Process Engineer
PT ASTRA Microtronics Technoology
KEMENTERIAN ESDM
,
DESKRIPSI dan INDIKATOR

Deskripsi Singkat:
Mata diklat ini akan membahas tentang:
1. tugas dan tanggung jawab pengawas sebagai POM
2. prinsip-prinsip manajemen keselamatan kerja dan lingkungan pada kegiatan
pertambangan
3. identifikasi bahaya dan risiko kecelakaan yang ada di dalam perusahaan

3
KEMENTERIAN ESDM
PENDAHULUAN
UU Nomor 4 Tahun 2009 Pasal 139
PP Nomor 55 Tahun 2010 Pasal 2
menyatakan bahwa:

“Menteri melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan


pengelolaan usaha pertambangan yang dilaksanakan oleh
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota sesuai
dengan kewenangannya”.

KEMENTERIAN ESDM
Pembinaan
• pemberian pedoman dan standar pelaksanaan pengelolaan
usaha pertambangan;
• pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi;
• pendidikan dan pelatihan; dan
• perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan, dan
evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan usaha pertambangan
di bidang mineral dan batubara

KEMENTERIAN ESDM
PENDAHULUAN
UU Nomor 4 Tahun 2009 Pasal 140
menyatakan bahwa:

“Menteri melakukan pengawasan terhadap


penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan
yang dilaksanakan oleh pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangannya”.

KEMENTERIAN ESDM
Sinergisme penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik

KEPALA INSPEKTUR
TAMBANG PEMBINAAN &
PENGAWASAN
INSPEKTUR TAMBANG
• Teknis pertambangan
• Konservasi sumber daya KOMPETENSI
KEPALA TEKNIK TAMBANG minerba
KERJA CERDAS
• K3 pertambangan
• KO pertambangan KONSISTENSI
• Pengelolaan lingkungan
PENGAWAS hidup, reklamasi &
pascatambang
OPERASIONAL • Pemanfaatan barang, jasa,
KAIDAH TEKNIK
PENGAWAS TEKNIS teknologi & kemampuan PERTAMBANGAN
rekayasa serta rancang YANG BAIK
bangun dalam negeri
PENANGGUNG JAWAB
OPERASIONAL
7
KEMENTERIAN ESDM
PENANGGUNG JAWAB OPERASIONAL

“orang yang menduduki jabatan tertinggi dalam struktur organisasi Perusahaan Jasa
Pertambangan di wilayah kegiatan usaha jasa pertambangan yang bertanggung jawab
kepada KTT atas dilaksanakan dan ditaatinya peraturan perundang-undangan di bidang
Keselamatan Pertambangan di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya"

Bagian K3 “Bagian KO
• Mengumpulkan, menganalisa data, • mengumpulkan dan mengevaluasi rekaman
mencatat rincian dari setiap kecelakaan atau hasil pemeriksaan dan pemeliharaan spipp;
kejadian yang berbahaya, kejadian sebelum • mengumpulkan dan mengevaluasi rekaman
terjadinya kecelakaan, penyebab hasil pengamanan instalasi;
kecelakaan, menganalisis kecelakaan, dan • mengumpulkan dan mengevaluasi rekaman
pencegahan kecelakaan; hasil pengujian dan penyelidikan terhadap
• mengumpulkan data mengenai area dan kelayakan spipp
kegiatan yang memerlukan pengawasan • mengumpulkan rekaman hasil kajian teknis
yang lebih ketat; KO Pertambangan;
• memberikan penerangan dan petunjuk • mengumpulkan data kompetensi tenaga
mengenai K3 kepada semua pekerja teknik;
tambang,; • mengumpulkan rekaman jadwal
• membentuk dan melatih anggota Tim pemeliharaan spipp; dan
Penyelamat Tambang; • melakukan analisis data dari rekaman KO
• menyusun statistik kecelakaan; dan Pertambangan dan memberikan
• evaluasi K3. 8 rekomendasi tindak lanjut
KEMENTERIAN ESDM
PP 55 Tahun 2010 Pasal 16, 21-35

1. PENGAWASAN ASPEK TEKNIS PERTAMBANGAN


1. IUP dan IUPK Eksplorasi :
a. Teknis dan standar eksplorasi;
b. Estimasi sumber daya dan cadangan
2. IUP dan IUPK OP :
Perencanaan dan pelaksanaan:
a. Konstruksi termasuk commissioning;
b. Penambangan;
c. Pengolahan dan pemurnian;
d. Pengangkutan dan penjualan
Perencanaan dan pelaksanaan pertambangan
yang baik dan benar tercipta.

Ketentuan lebih lanjut  Permen RPermen ESDM


Pengelolaan Teknis Pertambangan
9
KEMENTERIAN ESDM
2. Pengawasan keselamatan pertambangan
• Keselamatan
Kerja
• Kesehatan Kerja
K3 • Lingkungan Kerja
Pertambangan Petugas
• Sistem
K3
Manajemen
Keselamatan
Pertambangan
Sistem dan
pelaksanaan Kompetensi
KO pemeliharaan/ Tenaga Teknik
perawatan spipp
Pertambangan

Petugas
Pengamanan Evaluasi laporan KO
instalasi hasil kajian teknis
Kelayakan spipp pertambangan

Spipp: Sarana, prasarana, instalasi dan peralatan pertambangan


KEMENTERIAN ESDM
3. Pengawasan konservasi
Dalam PP No. 55 tahun 2010 (pasal 25) mencakup
pengawasan terhadap:
• recovery penambangan dan pengolahan;
• pengelolaan dan/atau pemanfaatan cadangan marginal;
• pengelolaan dan/atau pemanfaatan batubara kualitas rendah dan
mineral kadar rendah;
• pengelolaan dan/atau pemanfaatan mineral ikutan;
• pendataan sumber daya serta cadangan mineral dan batubara
yang tidak tertambang; dan
• pendataan dan pengelolaan sisa hasil pengolahan dan pemurnian.

KEMENTERIAN ESDM
4. Pengawasan lingkungan
Dalam PP No. 55 tahun 2010 (pasal 28) pengelolaan lingkungan
hidup, reklamasi, dan pascatambang paling sedikit meliputi:
• pengelolaan dan pemantauan lingkungan sesuai dengan
dokumen pengelolaan lingkungan atau izin lingkungan yang
dimiliki dan telah disetujui;
• penataan, pemulihan, dan perbaikan lahan sesuai dengan
peruntukannya;
• penetapan dan pencairan jaminan reklamasi;
• pengelolaan pascatambang;
• penetapan dan pencairan jaminan pascatambang; dan
• pemenuhan baku mutu lingkungan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

KEMENTERIAN ESDM
Pengawasan Inspektur Tambang
PP No. 55 tahun 2010 (Pasal 36):

• Evaluasi terhadap Laporan Berkala dan/atau sewaktu-waktu


• Pemeriksaan berkala atau sewaktu-waktu
• Penilaian keberhasilan Pelaksanaan Program & Kegiatan
• Didalam melaksanakan kegiatan pengawasan, IT melakukan
kegiatan inspeksi, penyelidikan, dan pengujian dan memiliki
wewenang untuk:
• Memasuki tempat kegiatan usaha pertambangan setiap saat
• Menghentikan sementara waktu sebagian atau seluruh kegiatan
pertambangan
• Mengusulkan penghentian sementara menjadi Penghentian Tetap
kepada KAIT

KEMENTERIAN ESDM
Latihan
1. Sebutkan objek pengawasan pertambangan mineral dan
batubara yang menjadi kewenangan IT sesuai dengan
UU No. 4 Tahun 2009!
2. Sebutkan aspek pengawasan teknis pertambangan pada
IUP ata IUPK Ekplorasi
3. Sebutkan aspek pengawasan K3 pertambangan
4. Sebutkan aspek pengawasan pengelolaan lingkungan
hidup, reklamasi, dan pascatambang!

KEMENTERIAN ESDM
PENGERTIAN

• RESPONSIBILITY (=TANGGUNG JAWAB) :


Keadaan wajib menanggung segala sesuatu (Kamus
besar bahasa Indonesia)

• ACCOUNTABILITY (=KEADAAN UTK


DIPERTANGGUNG JAWABKAN)
Keadaan dapat dimintai pertanggungan jawab (Kamus
inggris Indonesia, John M.Echol dan Hasan Shadily)

• ACCOUNTABILITY : Someone who is accountable is


completely responsible for what they do and must be
able to give a statisfactory reason for it

KEMENTERIAN ESDM
Tanggung Jawab (Responsibility)
• Menurut kamus besar bahasa Indonesia, tanggung jawab
(Responsibility) yaitu keadaan wajib menanggung segala sesuatunya.

• Berdasarkan definisi tersebut maka tanggung jawab


(Responsibility) pengawas adalah keadaan dimana seorang
pengawas menjalankan kewajiban-kewajiban yang
ditugaskan kepadanya dan bertanggung jawab terhadap
atasannya.

16
KEMENTERIAN ESDM
Tanggung gugat (Accountability)
• Menurut Kamus Inggris – Indonesia, John M. Echols dan Hasan
Shadili, tanggung gugat (Accountability) adalah keadaan untuk
dipertanggungjawabkan atau keadaan dapat dimintai
pertanggungan jawab.
• Oleh karena itu, orang yang accountable berarti orang yang
bertanggung jawab terhadap apa yang mereka kerjakan dan
kinerjanya dapat dihitung dengan cara merinci pekerjaan yang
tadinya bersifat kualitas/tidak dapat dihitung (intangible) menjadi
dapat dihitung dengan angka-angka/prosentase.

17
KEMENTERIAN ESDM
Accountability pengawas
• adalah keadaan dimana seorang pengawas menjalankan kewajiban
yang terinci dan bersifat tangible (dapat dihitung) dan dapat dimintai
pertanggungjawaban atas terlaksananya serta ditaatinya kewajiban-
kewajiban yang ditugaskan kepadanya dan dapat dikenakan sanksi
hukum.

18
KEMENTERIAN ESDM
Accountability pengawas
• accountability pengawas operasional maupun pengawas teknis
berarti :

keadaan dimana seseorang pengawas menjamin dan


bertanggung jawab atau dapat dimintai pertanggungan jawab
atas terlaksananya serta ditaatinya peraturan perundang-
undangan keselamatan dan kesehatan kerja pada kegiatan
usaha pertambangan yang menjadi tanggung jawabnya.

Kewajiban ini harus dipertanggungjawabkan kepada atasannya


langsung, selanjutnya kepada penganggung jawab akhir yaitu Kepala
Teknik Tambang.

19
KEMENTERIAN ESDM
BAGAIMANA TANGGUNG JAWAB AGAR MENJADI ACCOUNTABLE

• Merinci tahapan pekerjaan pengawasan K3 yang akan dilaksanakan


• Membuat jadwal pengawasan dengan baik
• Menentukan waktu/lamanya pengawasan
• Membuat petunjuk (guidelines) pengawasan
• Menentukan aspek atau bagian yang wajib diperiksa (Check list)
• Menentukan daerah yang akan diawasi
• Mengevaluasi kuantitas pengawasan, daftar hadir dan persentase
ketaatan terhadap K3
• Menentukan siapa yang bertanggung jawab melakukan pengawasan
• Menentukan standar evaluasi
• Melaporan dan mengarsipkan
KEMENTERIAN ESDM
BAGAIMANA TANGGUNG JAWAB AGAR MENJADI ACCOUNTABLE

Untuk memastikan kondisi kerja yang aman maka pengawas harus


melakukan pemeriksaan:
• Dalam setiap gilir kerja penggalian bahan galian harus memeriksa
sekurang-kurangnya satu kali setiap tempat kerja dimana seseorang
bekerja dan setiap jalan atau lintasan dimana seseorang
menggunakannya selama gilir kerja tersebut.
• Dalam setiap gilir kerja memeriksa setiap tempat sebelum peledakan
dilakukan.

KEMENTERIAN ESDM
BAGAIMANA TANGGUNG JAWAB AGAR MENJADI ACCOUNTABLE

• Setiap hari kerja memeriksa jalan masuk atau tangga yang dipergunakan
pada hari itu.
• Semua pemuka kerja, front kerja, tanggul, lereng kerja serta
pelaksanaan dari pekerjaan memperbaiki, jika diperlukan.
• Setiap pekerjaan persiapan pelaksanaan peledakan serta keadaan
peralatan dan kendaraan yang digunakan ditempat itu.
• Pemeriksaan alat pengangkut dan transport, jalan-jalan tambang,
pengaman permesinan dan tempat-tempat yang dianggap berbahaya.
• Apabila dalam melaksanakan pemeriksaan diatas, ditemukan yang tidak
aman, maka pengawas harus mengambil tindakan yang diperlukan.

KEMENTERIAN ESDM
TANGGUNG JAWAB PENGAWAS OPERASIONAL
A. BERTANGGUNG JAWAB KEPADA KTT ATAS KESELAMATAN SEMUA
PEKERJA YANG MENJADI BAWAHANNYA

B. MELAKSANAKAN INSPEKSI, PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

C. BERTANGGUNG JAWAB ATAS K3 DAN SEMUA ORANG YANG


DITUGASKAN

D. MEMBUAT DAN MENANDATANGANI LAPORAN PEMERIKSAAN,


INSPEKSI DAN PENGUJIAN

KEMENTERIAN ESDM
Tugas dan kewajiban POM terkait administrasi K3 dan KO

• Seorang POM harus melakukan pengelolaan administrasi K3 dan KO di


area kerjanya.
• Administrasi tersebut sekurang-kurangnya meliputi:
• Buku Tambang
• Buku Daftar Kecelakaan
• Pelaporan K3 dan KO yang terkait area kerjanya.

KEMENTERIAN ESDM
Administrasi Keselamatan Kerja

Buku Tambang

Buku Daftar Kecelakaan Tambang

Pelaporan Keselamatan Kerja

RKAB Keselamatan Kerja

Prosedur dan/atau Instruksi Kerja

Dokumen dan Laporan Pemenuhan Kompetensi

KEMENTERIAN ESDM
Standar Pelaksanaan Administrasi K3 dan KO
1. Buku Tambang
• Buku rekaman yang memuat suatu larangan, perintah dan petunjuk
Inspektur Tambang yang wajib dilaksanakan oleh KTT.
• Setiap usaha pertambangan yang mempunyai KTT harus memiliki Buku
Tambang yang sesuai dengan ukuran dan bentuk yang ditetapkan oleh KAIT
dan harus disahkan oleh Inspektur Tambang dengan memberi nomor dan
paraf pada tiap-tiap halaman.
• Semua pemberitahuan yang disampaikan oleh KAIT kepada KTT harus dicatat
dalam buku tambang dengan membubuhi tandatangan pada salinan yang
sesuai dengan aslinya.
• Buku tambang harus selalu tersedia di Kantor KTT.
• Isi buku tambang dapat dibaca dan dipelajari oleh para pekerja tambang.
• Seorang POM harus mengetahui dan memastikan larangan, perintah dan
petunjuk Inspektur Tambang yang terkait area kerjanya dilaksanakan

KEMENTERIAN ESDM
5.a. Buku Tambang
1 2 3 4

Tanggal Nomor Perintah, larangan dan Catatan mengenai Pendaftaran-pendaftaran yang ditentukan dalam
Pendaftaran dan petunjuk pelaksanaan dari hal-hal peraturan Perundangan Tentang Teknis
Peraturan Perundang- serta pemberitahuan seperti yang diperintahkan pertambangan; konservasi sumber daya mineral;
undangan Inspektur Tambang dalam lajur 2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan;
Keselamatan Operasi Pertambangan; Pengelolaan
Lingkungan Hidup; Reklamasi dan Pasca
Tambang,;Penguasaan, pengembangan, dan
pemanfaatan teknologi pertambangan

Pasal Ayat Pasal Ayat

KEMENTERIAN ESDM
KEMENTERIAN ESDM
Standar Pelaksanaan Administrasi K3 dan KO
2. Buku Daftar Kecelakaan
• Harus memiliki Buku Daftar Kecelakaan yang sesuai dengan ukuran dan
bentuk yang ditetapkan dan disahkan oleh KAIT.
• Setiap kecelakaan tambang yang berakibat cidera ringan, berat, dan mati
harus didaftarkan dalam Buku Daftar Kecelakaan. Pendaftaran tersebut
sekurang-kurangnya meliputi:
•Nomor untuk setiap korban secara berkelanjutan;
•Waktu, hari dan jam kecelakaan;
•Tempat kecelakaan;
•Nama, jenis kelamin dan umur dari korban kecelakaan;
•Jabatan dan berapa lama dipegang oleh orang yang mendapat kecelakaan;
• Sifat kecelakaan;
•Pekerjaan yang sedang dilakukan pada saat kecelakaan;
•Saksi-saksi kecelakaan;
• Uraian tentang kecelakaan dan sebab-sebabnya yang dibuat oleh KTT atau orang yang
ditunjuk dan ditandatangani oleh petugas tersebut di atas; dan
• Waktu dilaporkan kepada Kepala Inspektur Tambang.
KEMENTERIAN ESDM
2. Buku Daftar Kecelakaan
• Kecelakaan Tambang harus diselidiki oleh KTT atau orang yang ditunjuk
dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam dan hasil penyelidikan tersebut
dicatat dalam buku daftar kecelakaan.
• Seorang POM harus memastikan kecelakaan yang terjadi di area
kerjanya telah dicatat dalam Buku Daftar Kecelakaan

KEMENTERIAN ESDM
5.b. Buku Daftar Kecelakaan

WILAYAH PERTAMBANGAN : …......

KEMENTERIAN ESDM
Buku Daftar Kecelakaan

BUKU DAFTAR KECELAKAAN TAMBANG


PASAL 40, 41 (3), DAN 42 KEPMEN No. 555.K/26/M.PE/1995
Mengenai Pertambangan :
Terletak dalam Wilayah Kontrak Karya
Wilayah PKP2B/IUP/IUPK/IPR
Daerah ………., Kabupaten …………, Provinsi ………

Cidera akibat kecelakaan tambang harus dicatat dan


digolongkan dalam kategori sebagai berikut :
a. Cidera ringan
b. Cidera berat
c. Mati

KEMENTERIAN ESDM
Buku Daftar Kecelakaan

1 2 3 4 5 6

Nama, Jenis
No. Urut Waktu, Hari Jabatan dan Berapa Lama
Tempat Kelamin dan umur Sifat
Kecelakaan dan Jam dipegang oleh orang yang
Kecelakaan dari Korban Kecelakaan
Tambang Kecelakaan mendapat kecelakaan
Kecelakaan

7 8 9 10 11

Pekerjaan yang
Uraian tentang kecelakaan dan sebab-sebabnya
sedang dilakukan Saksi-saksi Bila dilaporkan
yang dibuat oleh KTT atau orang yang ditunjuk, Catatan
pada saat kecelakaan kepada KAIT
dan ditandatangani oleh petugas tersebut diatas
kecelakaan

KEMENTERIAN ESDM
KEMENTERIAN ESDM
Standar Pelaksanaan Administrasi K3 dan KO
3. Pelaporan Pengelolaan K3 dan KO
• Perusahaan harus menyampaikan laporan pengelolaan K3 dan KO
secara berkala
• Perusahaan harus melaporkan kecelakaan ringan, berat, dan mati, serta
kejadian berbahaya kepada KAIT.
• Perusahaan harus sesegera mungkin memberitahukan kepada KAIT
apabila terjadi kecelakaan berakibat cidera berat atau mati, dan
kejadian berbahaya menggunakan bentuk laporan yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
• Seorang POM harus memastikan seluruh laporan pengelolaan K3 dan
KO terkait area kerjanya disampaikan dalam bentuk dan jangka waktu
yang ditentukan peraturan perundang-undangan.

KEMENTERIAN ESDM
5.c. Pelaporan Keselamatan Kerja
(Kepmen ESDM No : 1806 K/30/MEM/2018)
Nomor NAMA FORMAT Halaman Keterangan
Lampiran

VII FORMAT LAPORAN BERKALA (BULANAN/TRIWULAN) UNTUK IUP EKSPLORASI ATAU IUPK 808
EKSPLORASI

VII-B FORMAT LAPORAN BULANAN STATISTIK KECELAKAAN TAMBANG DAN KEJADIAN BERBAHAYA 809
IUP ATAU IUPK EKSPLORASI
Bentuk 3-i PEMBERITAHUAN KECELAKAAN KEPADA KEPALA INSPEKTUR TAMBANG 809

Bentuk X-1 PEMBERITAHUAN KEJADIAN BERBAHAYA KEPADA KEPALA INSPEKTUR TAMBANG 816

VII-G FORMAT LAPORAN TRIWULAN STATISTIK KECELAKAAN TAMBANG DAN KEJADIAN BERBAHAYA 944
IUP ATAU IUPK EKSPLORASI
VII-H LAPORAN TRIWULAN STATISTIK PENYAKIT TENAGA KERJA IUP EKSPLORASI ATAU IUPK 956
EKSPLORASI

VIII FORMAT LAPORAN BERKALA (BULANAN/TRIWULAN) UNTUK IUP OPERASI PRODUKSI ATAU 958
IUPK OPERASI PRODUKSI
VIII-F LAPORAN BULANAN STATISTIK KECELAKAAN TAMBANG DAN KEJADIAN BERBAHAYA IUP ATAU
IUPK OPERASI PRODUKSI
VIII-K LAPORAN TRIWULAN STATISTIK KECELAKAAN TAMBANG DAN KEJADIAN BERBAHAYA IUP
ATAU IUPK OPERASI PRODUKSI
VIII-L LAPORAN TRIWULAN STATISTIK PENYAKIT TENAGA KERJA IUP OPERASI PRODUKSI DAN IUPK
OPERASI PRODUKSI (DAFTAR PENYAKIT TENAGA KERJA *) TRIWULAN : ... TAHUN : ...)

KEMENTERIAN ESDM
Pelaporan Keselamatan Kerja
(Kepmen ESDM No : 1806 K/30/MEM/2018)
IX FORMAT LAPORAN BERKALA (BULANAN/TRIWULAN) IUP OPERASI 1308
PRODUKSI KHUSUS UNTUK PENGOLAHAN DAN/ATAU PEMURNIAN

IX -F LAPORAN BULANAN STATISTIK KECELAKAAN TAMBANG DAN KEJADIAN


BERBAHAYA IUP ATAU IUPK OPERASI PRODUKSI UNTUK PENGOLAHAN
DAN/ATAU PEMURNIAN
IX -K LAPORAN TRIWULAN STATISTIK KECELAKAAN TAMBANG DAN KEJADIAN
BERBAHAYA IUP DAN IUPK OP KHUSUS PENGOLAHAN DAN/ATAU PEMURNIAN
- DAFTAR KECELAKAAN TAMBANG *) TRIWULAN : ... TAHUN : ...

IX -L LAPORAN TRIWULAN STATISTIK PENYAKIT TENAGA KERJA IUP ATAU IUPK


OPERASI PRODUKSI KHUSUS UNTUK PENGOLAHAN DAN/ATAU PEMURNIAN -
DAFTAR PENYAKIT TENAGA KERJA *) TRIWULAN : ... TAHUN : ... **)

XVI LAPORAN KHUSUS 1655


XVI-A LAPORAN KHUSUS PEMBERITAHUAN AWAL KECELAKAAN
XVI-B LAPORAN KHUSUS PEMBERITAHUAN AWAL KEJADIAN BERBAHAYA
XVI-C LAPORAN KHUSUS PEMBERITAHUAN AWAL KEJADIAN AKIBAT PENYAKIT
XVI-D LAPORAN KHUSUS PEMBERITAHUAN AWAL PENYAKIT AKIBAT KERJA HASIL
DIAGNOSIS
XVI-E LAPORAN KHUSUS KASUS LINGKUNGAN PERTAMBANGAN
XVI-F LAPORAN KHUSUS KAJIAN TEKNIS PERTAMBANGAN
LAPORAN AUDIT EKSTERNAL SMKP MINERBA

KEMENTERIAN ESDM
5.d. Rencana Kerja, Anggaran dan Biaya keselamatan Kerja
(Kepmen ESDM No : 1806 K/30/MEM/2018)

• Matrik 22. Rencana dan Realisasi Penggunaan Bahan Peledak Tahun N-1 dan Rencana
Tahun N (halaman 265)
• Matrik 23a. Rencana dan Realisasi Penggunaan Bahan Bakar Cair Tahun N-1 dan Rencana
Tahun N
• Matrik 23b. Rencana Pembangunan Tempat Penimbunan Bahan Bakar Cair Tahun N
• Matrik 23c. Rencana Pengujian Kelayakan Penggunaan Peralatan dan/atau Instalasi Tahun
N
• Matrik 23d. Rencana Pengoperasian Kapal Keruk/Isap Tahun N
• Matrik 23e. Rencana Penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun Tahun N-1 dan Rencana
Tahun N
• Matrik 24. Rencana dan Realisasi Program dan Biaya Keselamatan Pertambangan Tahun
N-1 dan Rencana Tahun N (halaman 275)

KEMENTERIAN ESDM
5.e. Prosedur dan/atau Instruksi Kerja
• KTT/PTL menyusun, menetapkan, mensosialisasikan,
melaksanakan, dan mendokumentasikan seluruh
prosedur dan/atau instruksi kerja untuk menjamin
setiap kegiatan dapat dijalankan secara aman.

5.f. Dokumen & Laporan Pemenuhan Kompetensi; dan


ketentuan UU serta persyaratan lainnya
 KTT/PTL mengidentifikasi, mendokumentasikan, dan
memelihara setiap dokumen dan laporan terkait
pemenuhan kompetensi, dan ketentuan peraturan
perundang-undangan serta persyaratan lainnya

KEMENTERIAN ESDM
Standar Pelaksanaan Administrasi K3 dan KO
4. Tata Cara Evaluasi Administrasi Pelaporan K3 Dan KO
Seorang POM harus memastikan bahwa administrasi K3 dan KO yang
meliputi buku tambang, buku daftar kecelakaan, dan pelaporan
pengelolaan K3 dan KO dievaluasi sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan
sekali.

KEMENTERIAN ESDM
Standar Pelaksanaan Administrasi K3 dan KO
4. Tata Cara Evaluasi Administrasi Pelaporan K3 Dan KO

A. Evaluasi Buku Tambang


• Seorang POM harus memastikan bahwa buku tambang yang terkait area
kerjanya dievaluasi secara berkala.
• Meliputi:
• Pelaksanaan perintah larangan, dan petunjuk, serta
pemberitahuan dari Kepala Inspektur Tambang dan Inspektur
Tambang;
• Pendaftaran-pendaftaran yang dipersyaratkan dalam
peraturan perundang-undangan.

KEMENTERIAN ESDM
Standar Pelaksanaan Administrasi K3 dan KO
4. Tata Cara Evaluasi Administrasi Pelaporan K3 Dan KO

B. Evaluasi Buku Daftar Kecelakaan Tambang

• Seorang POM harus memastikan bahwa kecelakaan yang terjadi di area


kerjanya dicatat dalam buku daftar kecelakaan tambang dan dievaluasi
secara berkala

KEMENTERIAN ESDM
Standar Pelaksanaan Administrasi K3 dan KO
4. Tata Cara Evaluasi Administrasi Pelaporan K3 Dan KO
B. Evaluasi Buku Daftar Kecelakaan Tambang

• Nomor urut kecelakaan tambang;


• Waktu, hari dan jam kecelakaan;
• Tempat kecelakaan;
• Nama, jenis kelamin dan umur dari korban kecelakaan;
• Jabatan dan berapa lama dipegang oleh orang yang mendapat kecelakaan;
• Sifat kecelakaan;
• Pekerjaan yang sedang dilakukan pada saat kecelakaan;
• Saksi-saksi kecelakaan;
• Uraian tentang kecelakaan dan sebab-sebabnya yang dibuat oleh KTT atau
orang yang ditunjuk dan ditandatangani oleh petugas tersebut di atas; dan
• Waktu dilaporkan kepada Kepala Inspektur Tambang.

KEMENTERIAN ESDM
Standar Pelaksanaan Administrasi K3 dan KO
4. Tata Cara Evaluasi Administrasi Pelaporan K3 Dan KO

C. Evaluasi Pelaporan

• Seorang POM harus mengevaluasi laporan pengelolaan K3 dan KO


terkait area kerjanya sekurang-kurangnya meliputi:
• Ketepatan waktu penyampaian laporan
• Kesesuaian isi laporan
• Isi laporan

KEMENTERIAN ESDM
Latihan
• Jelaskan definisi tanggung jawab dan accountability pengawas!
• Sebutkan tanggung jawab POM sesuai keputusan Menteri ESDM No.
1827.K/30/MEM/2018 Lampiran I!
• Jelaskan bagaimana seorang POM dapat menjadi pengawas yang
accountable!
• Jelaskan tanggung jawab POM terhadap Buku Tambang, Buku Daftar
Kecelakaan, dan pelaporan K3 dan KO yang terkait area kerjanya!

45
KEMENTERIAN ESDM
Evaluasi

Buatlah diskusi kelompok membahas tanggung


jawab seorang POM di area tambang masing-
masing

KEMENTERIAN ESDM
MANAJEMEN K3 DAN LINGKUNGAN
Indikator Keberhasilan:

• Dapat menjelaskan prinsip-prinsip manajemen K3 dan


lingkungan.

• Dapat menjelaskan tata cara pelaksanaan manajemen


K3 dan lingkungan.

KEMENTERIAN ESDM
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN MINERBA

Continual
Improvement

SMKP Minerba adalah


bagian dari sistem manajemen perusahaan
secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko keselamatan
pertambangan yang terdiri atas keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) pertambangan, dan
keselamatan operasi (KO) pertambangan.

KEMENTERIAN ESDM
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN MINERBA

Menerapkan SMKP Minerba sesuai


Lampiran I Permen ESDM No. 38
Tahun 2014
Mendapatkan sanksi
jika tidak menerapkan
SMKP sesuai Permen Wajib memiliki KTT
ESDM No. 38 Tahun atau PJO
2014

KEWAJIBAN
PERUSAHAAN

Melaporkan Audit
Internal selambat-
lambatnya 14 hari kerja Melaksanakan Internal
setelah audit Audit sekurang-
dinyatakan selesai kurangnya 1x setahun
Melaksanakan Eksternal
Audit (sesuai
pertimbangan KAIT)

KEMENTERIAN ESDM
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN MINERBA

PJO kepada KTT

PJO melaksanakan Internal PJO melaporkan Audit Internal


Audit SMKP SMKP Minerba kepada KTT

KTT melaporkan Audit KTT mengkoordinir seluruh laporan


Internal SMKP Minerba Audit Internal SMKP Minerba
kepada KAIT

KEMENTERIAN ESDM
Prinsip Manajemen K3 dan Lingkungan
• Manajemen K3 dan Lingkungan dilaksanakan melalui Sistim
Manajemen K3 dan Lingkungan (SMK3L) yang merupakan kerangka
dalam upaya organisasi untuk secara konsisten:
A. mengidentifikasi dan mengendalikan risiko K3 dan lingkungan
B. mengurangi potensi kecelakaan dan pencemaran lingkungan
C. mencapai kepatuhan terhadap peraturan
D. meningkatkan kinerja K3 dan lingkungan secara berkelanjutan.

KEMENTERIAN ESDM
Prinsip Manajemen K3 dan Lingkungan
• Sistim Manajemen K3 dan Lingkungan (SMK3L) merupakan elemen inti dari suatu
organisasi yang secara efektif melindungi keselamatan dan kesehatan para
pekerjanya dan lingkungan.
• Sistim Manajemen K3 dan Lingkungan (SMK3L) adalah suatu proses sistematik
yang mencakup akuntabilitas manajemen dalam mengelola K3 dan lingkungan
melalui:
A. penetapan sasaran,
B. menetapkan peran dan tanggung jawab personil,
C. mengembangkan cara-cara mengukur kinerja secara proaktif dan
D. melibatkan pekerja dan tanggung jawabnya di dalam sistem manajemen.

KEMENTERIAN ESDM
Prinsip Manajemen K3 dan Lingkungan
• Sistim Manajemen K3 dan Lingkungan (SMK3L) adalah suatu proses
manajemen yang berkelanjutan, dengan berjalannya waktu akan
mencegah terjadinya insiden.

• SMK3L merupakan proses mengintegrasikan prinsip-prinsip K3 dan


pengelolaan lingkungan ke dalam operasi perusahaan.

KEMENTERIAN ESDM
Tata Cara Pelaksanaan Manajemen K3 Dan Lingkungan
• Perusahaan dalam melakukan SMK3L wajib berpedoman pada
ketentuan perundang-undangan serta dapat memperhatikan konvensi
internasional atau standar internasional.
• Dalam menerapkan SMK3L, setiap perusahaan wajib melaksanakan:
• Penetapan Kebijakan K3L
• Pengusaha dalam menyusun kebijakan K3L paling sedikit harus:
• Melakukan tinjauan awal kondisi K3 dan lingkungan, meliputi:
• Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko serta
dampak lingkungan;
• Perbandingan penerapan K3 dan pengelolaan lingkungan dengan
perusahaan dan sektor lain yang lebih baik;

KEMENTERIAN ESDM
Tata Cara Pelaksanaan Manajemen K3 Dan Lingkungan
• Peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan pekerja dan
lingkungan;
• Kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang berkaitan
dengan K3 dan lingkungan; dan
• Penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan.
• Memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 dan lingkungan secara terus-
menerus; dan
• Memperhatikan masukan dari pekerja dan pemangku kepentingan.
• Muatan Kebijakan K3L paling sedikit memuat visi; tujuan perusahaan;
komitmen dan tekad melaksanakan kebijakan; dan kerangka dan program
kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang
bersifat umum dan/atau operasional.

KEMENTERIAN ESDM
Tata Cara Pelaksanaan Manajemen K3 Dan Lingkungan
Perencanaan K3L
• Di dalam menyusun rencana K3L, perusahaan harus
mempertimbangkan:
A. hasil penelaahan awal;
B. identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko dan analisis
dampak lingkungan;
C. peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya; dan
D. sumber daya yang dimiliki.

KEMENTERIAN ESDM
Tata Cara Pelaksanaan Manajemen K3 Dan Lingkungan
3. Pelaksanaan Rencana K3L
• Dalam melaksanakan rencana K3L didukung oleh sumber daya
manusia di bidang K3L, prasarana, dan sarana.
• Sumber daya manusia harus memiliki:
A. kompetensi kerja yang dibuktikan dengan sertifikat; dan
B. kewenangan di bidang K3L yang dibuktikan dengan surat izin
kerja/operasi dan/atau surat penunjukkan dari instansi yang
berwenang

KEMENTERIAN ESDM
Tata Cara Pelaksanaan Manajemen K3 Dan Lingkungan
Prasarana dan sarana paling sedikit terdiri dari:
A. organisasi/unit yang bertanggung jawab di bidang K3L;
B. anggaran yang memadai;
C. prosedur operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta
pendokumentasian; dan
D. instruksi kerja

KEMENTERIAN ESDM
Tata Cara Pelaksanaan Manajemen K3 Dan Lingkungan
Dalam melaksanakan rencana K3L, perusahaan harus melakukan kegiatan
dalam pemenuhan persyaratan K3L. Kegiatan tersebut meliputi:
A. tindakan pengendalian
B. perancangan (design) dan rekayasa;
C. prosedur dan instruksi kerja;
D. penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan;
E. pembelian/pengadaan barang dan jasa;
F. produk akhir;
G. upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan, bencana industri, dan
pencemaran lingkungan; dan
H. rencana dan pemulihan keadaan darurat

KEMENTERIAN ESDM
Tata Cara Pelaksanaan Manajemen K3 Dan Lingkungan
Agar seluruh kegiatan tersebut bisa berjalan, maka perusahaan harus:
A. Menunjuk SDM yang kompeten dan berwenang dibidang K3L
B. Melibatkan seluruh pekerja
C. Membuat petunjuk K3L
D. Membuat prosedur informasi
E. Membuat prosedur pelaporan
F. Mendokumentasikan seluruh kegiatan

KEMENTERIAN ESDM
Tata Cara Pelaksanaan Manajemen K3 Dan Lingkungan
Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3L
• Perusahaan memiliki kewajiban untuk melakukan pemantauan dan
evaluasi kinerja K3L melalui:
A. Pemeriksaan
B. Pengujian
C. Pengukuran
D. Audit internal SMK3L
yang harus dilakukan oleh sumber daya manusia yang kompeten. Jika
perusahaan tidak mempunyai SDM maka dapat menggunakan pihak
lain untuk melakukan pemantauan dan evaluasi.

KEMENTERIAN ESDM
Tata Cara Pelaksanaan Manajemen K3 Dan Lingkungan
• Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja yang telah dilakukan oleh
pihak lain harus dilaporkan kepada pengusaha dan digunakan untuk
melakukan tindakan perbaikan.
• Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja K3L harus dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau
standar.

KEMENTERIAN ESDM
Tata Cara Pelaksanaan Manajemen K3 Dan Lingkungan
Peninjauan dan Peningkatan Kinerja K3L
• Peninjauan dan peningkatan kinerja K3L wajib dilakukan oleh
perusahaan dengan tujuan untuk menjamin kesesuaian dan
efektifitas penerapan SMK3L.

• Peninjauan tersebut dilakukan terhadap kebijakan, perencanaan,


pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi.

• Hasil peninjauan ini akan dipergunakan untuk melakukan perbaikan


dan peningkatan kinerja.

KEMENTERIAN ESDM
Latihan
• Apakah yang dimaksud dengan SMK3L?
• Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam penyusunan
kebijakan K3L?
• Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam penyusunan rencana
K3L?
• Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam melaksanakan
rencana K3L?
• Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam melaksanakan
pemantauan dan evaluasi kinerja K3L?
• Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam melaksanakan
peninjauan dan peningkatan kinerja K3L?

KEMENTERIAN ESDM
Evaluasi

• Diskusikan penerapan SMK3L pada kegiatan pertambangan mineral


dan batubara Saudara!

65
KEMENTERIAN ESDM
Manajemen Risiko
Indikator Keberhasilan:
• Dapat menjelaskan pengertian bahaya.
• Dapat menjelaskan langkah-langkah identifikasi bahaya dan risiko.
• Dapat menjelaskan tata cara identifikasi bahaya dan risiko kecelakaan
dengan menggunakan langkah-langkah recognize loss dalam SHEQ
Risk Management System.
• Dapat menjelaskan prinsip 4T (menghilangkan, menangani,
mentolelir, memindahkan).
• Dapat menjelaskan pertimbangan dalam penentuan metode
pencegahan kecelakaan tambang.

66
KEMENTERIAN ESDM
Pengertian Dasar Dalam Manajemen Risiko

• Manajemen risiko adalah upaya dalam mengenali bahaya (identifikasi


bahaya), menilai dan mengendalikan risiko yang ada dalam setiap
pekerjaan.
• Seorang POM harus memastikan manajemen risiko di perusahaan
diterapkan dengan baik.
• Oleh karena itu, seorang POM harus memahami pengertian dari
istilah-istilah dalam manajemen risiko sebagai berikut:

67
KEMENTERIAN ESDM
• Insiden (Incident)
Suatu kejadian yang tidak diinginkan yang dapat mengakibatkan cidera pada
manusia atau kerusakan pada alat/proses/lingkungan sekitar. Insiden dikenal
juga dengan sebutan “near miss” atau “Hampir Celaka”.
• Eksiden (Accident)
Suatu kejadian yang tidak diinginkan yang mengakibatkan cidera pada
manusia atau kerusakan pada alat/proses/lingkungan sekitar. Eksiden
merupakan kecelakaan.
• Bahaya (Hazard)
• Anything that cause harm; Cehmical, heat, noise, moving machine part.
(HSE-UK)
• A something which may cause physical harm (QUT-AST)
• A condition or practice with the potensial for harm. (SHEQM-Germain- dkk)

68
KEMENTERIAN ESDM
Bahaya

“Bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi untuk menyebabkan


kerugian (cidera pada manusia, kerusakan pada alat/proses/lingkungan
sekitar).

69
KEMENTERIAN ESDM
Resiko (Risk)

• Di dalam bahasa Indonesia dapat didefinisikan bahwa “Risiko adalah


kemungkinan mendapatkan kerugian (cidera pada manusia,
kerusakan pada alat/proses /lingkungan sekitar) dari suatu bahaya”.

70
KEMENTERIAN ESDM
• risiko pasti didahului dengan adanya bahaya
• bahaya baru akan menimbulkan risiko ketika adanya pemaparan,
pemajanan, exposure, interaksi, atau kontak langsung antara
pekerja dan bahaya tersebut.
• Sebuah lubang besar pada lantai kerja disuatu tempat
pengolahan/pemurnihan (processing plant), adalah suatu bahaya.
Apabila lubang tersebut tidak ditutup atau diberi pagar pengaman
atau pengaman jenis lainnya dan pekerja berjalan melintasi lubang
tersebut maka pekerja kemungkinan mengalami cidera karena jatuh
ke dalam lubang tersebut.

71
KEMENTERIAN ESDM
• Risiko Sisa/ Residu
• Suatu resiko yang tertinggal atau masih ada walaupun telah
diupayakan untuk menghilangkan, meminimalkan, atau
mengendalikan.
• Contohnya adalah suara bising dan debu yang masih tetap ada
meskipun telah kita menerapkan sistem pengendalian dengan baik.
• Untuk mengatasi risiko sisa/ residu tersebut langkah terakhirnya
adalah dengan alat pelindung diri.

72
KEMENTERIAN ESDM
• Lingkungan Sekitar
• Lingkungan fisik tempat pekerja melakukan aktivitasnya.
• Mengingat lingkungan fisik yang senantiasa berubah-rubah, maka
perlu dipertimbangkan untuk meninjau ulang dan mengubah
prosedur kerja yang sudah ada agar sesuai dengan kondisi lingkungan
sekitar.

73
KEMENTERIAN ESDM
Kemungkinan (Likelihoods)
• Kesempatan suatu sasaran terkena dampak negatif dari suatu sumber
energi yang muncul (bahaya).
• Kemungkinan sulit untuk ditentukan untuk memprediksi waktu
kejadian, jumlah energi yang lepas/ muncul, sasaran yang terkena,
dan pengendalian.
• Konsekuensi dan kemungkinan akan menjadi pokok bahasan penting
di dalam menilai risiko.

74
KEMENTERIAN ESDM
Pengendalian (Controls)
• Pengukuran-pengukuran yang diterapkan untuk melindungi sasaran.
Pengendalian yang dilakukan harus mengikuti Hirarki Pengendalian,
yang akan dijelaskan pada bab selanjutnya.
• Setelah memahami pengertian dari istilah-istilah dalam manajemen
risiko maka seorang POM harus memahami bahaya-bahaya yang ada
di tempat kerja. Hal tersebut penting karena proses terjadinya
kecelakaan diawali dengan adanya bahaya.

75
KEMENTERIAN ESDM
Tipe-tipe bahaya yang ada di tempat kerja
A. Bahan Kimia
• Bahaya kimia umumnya berasal dari bahan-bahan kimia yang ada di
tempat kerja.
• Bahaya kimia dapat mempengaruhi atau masuk ke dalam tubuh pekerja
melalui pernafasan, pencernaan, kontak kulit, atau tertusuk/tersuntik.
• Contoh bahaya kimia antara lain: Debu, Asap (smog), Gas, Uap, Fume,
Kabut (mists/aerosol), Bedak/ Tepung (vapors), dan Fiber.
B. Bahaya Fisik
• Bahaya fisik biasanya berasal dari faktor fisika, seperti kebisingan, getaran,
pencahayaan, radiasi, temperatur, dan tekanan.

76
KEMENTERIAN ESDM
C. Bahaya Biologi
• Bahaya yang timbul oleh suatu mahkluk hidup baik tampak (makro biologi)
maupun tidak tampak (mikro biologi) oleh mata.
• Contoh bahaya mikro biologi adalah bakteri, virus, jamur (fungi), tengu
(mites); dan contoh bahaya makro biologi adalah serangga, parasit,
tumbuhan, dan binatang.

D. Bahaya Ergonomi
• Bahaya ergonomi adalah bahaya yang terjadi akibat ketidaksesuaian antara
seseorang/pekerja dengan peralatan atau lingkungan tempat kerjanya.
Contoh bahaya ergonomi adalah:
• Stress Fisik (Physical Stresses); ruang sempit & terbatas, manarik,
mendorong, canggung/ aneh (awkward) or static postures, pekerjaan
terlalu keras (overexertion), repetitive motion, fatigue, excessive force, and
direct pressure
• Stress kejiwaan/ mental (Psychological Stresses); bosan (monotony), terlalu
berat (overload), perceptual confusion.
77
KEMENTERIAN ESDM
Bahaya Mekanis
• Bahaya yang berasal dari faktor mekanis dalam permesinan atau
peralatan, seperti bahaya yang ada pada titik operasi pemotongan,
pemboran; bahaya pada titik jepit (nip point) seperti putaran pulley,
roller; bahaya pada gerakan mesin yang maju mundur atau naik
turun, dan bahaya pada tempat pemindahan dan pada bagian yang
berputar atau bergerak lainnya dari suatu peralatan atau permesinan.

Bahaya Lingkungan Sekitar


• Bahaya yang muncul dari karakteristik lingkungan kerja seperti
kemiringan, permukaan tidak rata atau licin, dan cuaca buruk.

78
KEMENTERIAN ESDM
Bahaya Psikososial
• Bahaya yang mempengaruhi psikologi pekerja akibat interaksi sosial
pekerja seperti intimidasi, trauma, pola gilir kerja, pola promosi, dan
pengorganisasian kerja.

Bahaya Tingkah Laku


• Bahaya dari faktor prilaku pekerja seperti ketidak patuhan, kurang keahlian,
tugas baru/tidak rutin, overconfident, sok jago/ pintar, tidak peduli/ masa
bodoh.

Bahaya Kelistrikkan
• Bahaya yang timbul akibat instalasi atau peralatan listrik, seperti
pemasangan kabel, penyambungan tahanan pembumian (grounding
system), panel listrik, dan saklar.

79
KEMENTERIAN ESDM
• Identifikasi bahaya adalah proses mengenali bahaya, baik yang
berasal dari faktor pekerja, peralatan, material, proses kerja, dan
lingkungan kerja.

• Untuk dapat melakukan identifikasi bahaya, kita harus memiliki


memahami suatu pekerjaan dan tempat kerja, faktor-faktor:
a) personal pekerja
b) persyaratan-persyaratan dalam peraturan
c) sifat bahaya dari bahan yang dipakai (bahan kimia)
d) mekanisme kerja peralatan
e) pelindungan peralatan (safeguration of equipment)
f) proses produksi, dan
g) informasi-informasi lain yang terkait.
80
KEMENTERIAN ESDM
Metode untuk mengidentifikasi bahaya
A. Observasi atau Inspeksi Terencana
• Observasi/pengamatan terhadap kondisi fakta tempat kerja, peralatan
dan sebagainya atau inspeksi terencana yang lebih fokus terhadap
bahaya tertentu, dengan menggunakan lembar pemeriksaan
(Checklist) dan Indeks.
• Biasanya digunakan untuk identifikasi bahaya yang sudah ada
aktivitas kerjanya.

B. Brainstorming
• Untuk proses yang belum dilakukan atau berdasarkan
pertimbangan seperti jarak yang jauh sehingga sulit dilakukan
observasi atau inspeksi, maka identifikasi bahaya dapat dilakukan
melalui brainstorming.

81
KEMENTERIAN ESDM
Metode untuk mengidentifikasi bahaya
langkah-langkah identifikasi bahaya dan risiko (recognize loss) meliputi :
A. membayangkan kecelakaan yang dapat terjadi
B. analisis insiden (masa sebelum ada kerugian)
C. laporan investigasi insiden
D. laporan kondisi
E. analisis kontrak
F. teknik insiden kritis
G. analisis pekerjaan dan prosedur
H. identifikasi pekerjaan signifikan
I. rencana kegiatan darurat
J. pengkajian dampak lingkungan
K. kondisi finansial
L. data pengobatan dan pertolongan pertama
M. diagram alir (flow charts)
N. F M E A (Failure Mode & Effect Analysis)
O. H A Z O P (Hazard & Operabilities Study),
82
KEMENTERIAN ESDM
P. teknik mengingat kejadian (Incident recall technique),
Q. lembar periksa inspeksi,
R. informasi asuransi,
S. inventori bagian/item yang penting (critical),
T. analisis kebutuhan kedapatan fisik,
U. catatan observasi pekerjaan,
V. Material Safety Data Sheets (MSDS),
W. MORT (Management Oversigh & Risk Tree),
X. catatan preventive maintenance.

83
KEMENTERIAN ESDM
Seorang POM harus mampu menjelaskan :
• pengertian penilaian risko,
• langkah-langkah penilaian risiko
• mengklasifikasi risiko.

84
KEMENTERIAN ESDM
• Penilaian risiko adalah
proses mengakaji apakah risiko yang ada dapat diterima atau
tidak oleh pekerja

Penilaian resiko sebaiknya dilakukan dengan melibatkan beberapa


orang (berkelompok) seperti pekerja yang bekerja secara langsung,
pengawas, petugas pengelola keselamatan, dan orang-orang lain yang
terkait karena keahlian atau pekerjaan terhadap risiko yang akan
dikaji

Penilaian risiko dapat dilakukan secara kualitatif, semi kuantitatif,


maupun kuantitatif.

85
KEMENTERIAN ESDM
Langkah-langkah penilaian risiko
A. Identifikasi Seluruh Operasi
 Mengindentifikasi seluruh operasi atau tipe pekerjaan yang lakukan oleh pekerja
maupun oleh kontraktor.
 Operasi yang dimaksud adalah suatu kerja yang ruang lingkupnya luas (seperti;
Penambangan, Maintenance, Pengangkutan/Transport, Pengolahan) bukan tugas-
tugas individu atau perorangan.

B. Identifikasi Seluruh Tugas


 Membuat daftar seluruh tugas yang mungkin ada dalam masing-masing operasi
(kategori pekerjaan) baik untuk tugas harian maupun yang kadang-kadang (daily
& occasions) atau pada kejadian darurat (event of emergencies) dan sebagainya.

C. Identifikasi Bahaya
• Identifikasi seluruh bahaya yang ada pada masing-masing tugas.
86
KEMENTERIAN ESDM
D. Identifikasi Pengaruh Potensial Pada Personil
• Membuat daftar seluruh orang atau sekumpulan orang-orang (masyarakat)
yang terpengaruh oleh suatu bahaya dan resiko, tidak hanya pada orang
yang terlibat dalam pekerjaan/ tugas tetapi juga orang-orang lainnya
meliputi:
• Masyarakat dari bahaya kebakaran, limpasan/ tumpahan, dan lain-lain
• Pekerja-pekerja lainnya dari bahaya kebisingan, bahan kimia dan lain-lain
• Kontraktor dari bahaya asbestos, isu keamanan, dan lain-lain

E. Identifikasi Pengendalian Saat Ini (Existing controls)


• Mengidentifikasi tindakan pengendalian yang ada (existing controls) untuk
masing-masing bahaya/resiko apakah benar-benar sudah efektif.

87
KEMENTERIAN ESDM
F. Penetapan/ penentuan Existing Controls memadai

• Menentukan apakah masih ada kemungkinan seseorang/pekerja dapat


cidera (kecelakaan) dalam kondisi saat ini yang disebabkan oleh masing-
masing bahaya/risiko tersebut.
• Apabila telah dapat dipastikan tidak mungkin lagi dapat menimbulkan
cidera (kecelakaan) maka bahaya/risiko boleh diasumsikan sudah
terkendali dengan baik (adequately controlled) dan perlu harus dipantau
secara rutin.
• Namun apabila dianggap/dipertimbangkan masih bisa timbul cidera
(kecelakaan), maka bahaya/risiko tersebut diasumsikan belum terkendali
dengan baik (inadequately controlled) dan diperlukan pengendalian
tambahan.

88
KEMENTERIAN ESDM
G. Penetapkan/ Penentuan Pengendalian Lanjut (Futher Control) yang
Tepat
• Menetapkan/ menentukan pengukuran yang tepat untuk
menghilangkan bahaya/risiko secara tuntas atau apabila tidak
mungkin, kurangi risiko ke tingkat yang dapat diterima.

H. Pengembangan suatu Action Plan untuk Implementasi


• Mengatur tanggal tujuan dan target untuk tahap pengendalian yang
disyaratkan.

89
KEMENTERIAN ESDM
Tabel langkah penilaian risiko

Action
Hazard/ Personal Existing Ya/ Futher
Task Plan/
Risk Affected Controls Tidak* Controls
Date

*Pengendalian (control) memadai (Ya/Tidak)


90
KEMENTERIAN ESDM
• Untuk menentukan apakan risiko dapat diterima atau tidak maka
dilakukan penilaian risiko dengan melakukan penilaian (scoring)

• Berapa tingkat kekerapan (frequency) karyawan terpapar terhadap


bahaya tersebut?  yang dapat ditulis dengan notasi (F)
• Berapa tingkat keparahan (severity) cidera atau kerusakan yang
dapat terjadi oleh bahaya tersebut?  ditulis dengan notasi (S)
• Berapa probabilitas/ kemungkinan (probability/ likelihood) kondisi
tersebut (kondisi bahaya) dapat mengakibatkan cidera atau
kerusakan?  Ditulis dengan notasi (P)

91
KEMENTERIAN ESDM
• Setelah frequency, severity, dan probability/ likelihood dikaji dan diberikan
nilai maka langkah selanjutnya adalah menjumlahkan nilai-nilai tersebut.
Jumlah itulah yang sering disebut sebagai nilai suatu risiko. Jadi nilai risiko
(R) adalah ( S + F + P)

• Beberapa sumber lain ada yang berpendapat bahwa untuk menentukan


nilai risiko (R) dilakukan dengan cara mengkalikan nilai S, F, dan P Yaitu (R=
S x F x P).

• Cara yang manapun yang diambil pada prinsipnya bahwa penilaian


terhadap risiko adalah menilai frequency, severity, dan probabilitas/
likelihood. Perlu diketahui, bahwasannya tidak ada satu pun standar yang
mengharuskan kita memakai satu metode dalam menilai risiko, apakah
harus secara kualitatif, semi kuantitatif atau kuantitatif; yang ada adalah
kewajiban perusahaan melakukan penilaian risiko.

92
KEMENTERIAN ESDM
• Sumber lain pun ada yang hanya menyebutkan bahwa menilai risiko
hanya menghitung nilai probabilitas dan severitas (R= P x S).
Frekuensi dianggap sebanding dengan probabilitas, sehingga tidak
perlu dinilai sendiri, tetapi masuk dalam bagian dalam menilai
probabilitas.
• Setelah dilakukan penilain risiko, maka nilai risiko perlu
diklasifikasikan sebagai dasar dalam menentukan skala prioritas
dalam mengambil tindakan perbaikan atau koreksi.
• Contoh klasifikasi resiko dapat dilihat pada tabel 5.2

93
KEMENTERIAN ESDM
KLASIFIKASI RISIKO
Kelas Tingkat Cidera/Kerusakan/Kerugian
Fatal, Cacat tetap, Hilang bagian tubuh, Kebakaran/kerusakan
A Alat/Properti, Sengketa Lingkungan >Rp 50 jt, Hilang Produksi >Rp
Major 40 jt (Pengendalian harus segera dilakukan tanpa adanya
penundaan)

Cidera Berat, Cacat sementara, kebakaran/kerusakan Alat/properti,


B
Sengketa Lingkungan <Rp 50 juta, Hilang Produksi <Rp 40 juta
Serius (Pengendalian harus tuntas dalam waktu 1 minggu)

Cidera Ringan, Sakit jabatan, kebakaran/kerusakan Alat/ properti,


C
Sengketa Lingkungan <Rp 15 juta, Hilang Produksi <Rp 10 juta
Minor (Pengendalian harus tuntas dalam 1 bulan)

94
KEMENTERIAN ESDM
Statistik kecelakaan tambang 2011-2017 232
217 216
KECELAKAAN TAMBANG

159
155
146

118
JUMLAH

111
105
101
94
82
75 78 78
71
67
59
49 52
46
38
29 32
22 25
16 13

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017


Ringan 94 82 75 49 52 59 38
Berat 101 105 111 78 78 71 67
Mati 22 29 46 32 25 16 13
Total 217 216 232 159 155 146 118

Data Per 30 November 2017 sumber: Direktorat Teknik dan Lingkungan Mineral dan Batubara
KEMENTERIAN ESDM
Fr dan sr kecelakaan tambang 2011-2017

TINGKAT KEKERAPAN (FREQUENCY RATE)


0.4 TAHUN 2011 S.D 2017
0.35
FREQUENCY RATE (FR)

0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Frequency Rate 0.35 0.34 0.31 0.22 0.22 0.30 0.17

TINGKAT KEPARAHAN (SEVERITY RATE)


TAHUN 2011 S.D 2017
450
400
SEVERITY RATE (SR)

350
300
250
200
150
100
50
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Severity Rate 228.8 248.94 404.21 272.68 241.59 236.04 114.16

Data Per 30 November 2017 sumber: Direktorat Teknik dan Lingkungan Mineral dan Batubara
KEMENTERIAN ESDM
Kecelakaan berdasarkan tempat

Tempat 2013 2014 2015 2016 2017

Jalan Tambang & Hauling 21% 24% 22% 13% 29.4%

Bengkel 20% 20% 20% 3% 22.3%


PIT/Quarry 18% 13% 15% 13% 11.7%
Pengolahan 10% 7% 13% 23% 14.1%
Bawah Tanah 23% 7% 6% 22% 16.4%
Pengeboran 2% 3% 5% 2% 5.8%
Dermaga 3% 8% 2% 0% 0%

Area Gudang Handak 0% 0% 0% 0% 0%

Kapal 0% 0% 0% 2% 0%
Lain-Lain ( Office, dll) 3% 18% 17% 22% 0%

sumber: Direktorat Teknik dan Lingkungan Mineral dan Batubara


KEMENTERIAN ESDM
Kecelakaan berdasarkan jenis kecelakaan

Jenis Kecelakaan 2013 2014 2015 2016 2017


Terjatuh 24% 8% 6% 13% 11.7%
Terpukul 7% 8% 6% 10% 8.3%
Terpeleset 7% 1% 1% 2% 0%
Terbentur 13% 16% 21% 13% 21.1%
Terkena Listrik 0% 1% 2% 2% 0%
Tergores 0% 0% 0% 8% 5.8%
Terjepit 16% 36% 30% 17% 24.71%
Peledakan 0% 0% 2% 0% 0%
Tergilas 1% 9% 1% 2% 4.7%
Kejatuhan Benda 23% 6% 20% 14% 4.7%
Terkena Zat Kimia 0% 0% 0% 2% 0%
Tenggelam 3% 4% 0% 2% 4.7%
Kemasukan Benda 4% 2% 3% 12% 0%
Lain-lain (Con: terpajan) 1% 1% 8% 20% 14.3%
sumber: Direktorat Teknik dan Lingkungan Mineral dan Batubara
KEMENTERIAN ESDM
Kecelakaan berdasarkan jenis pekerjaan

Jenis Pekerjaan 2013 2014 2015 2016 2017

Mekanik 21% 26% 29% 7% 18.8%


Elektrikal 3% 2% 2% 3% 2.35%
Foreman 6% 1% 2% 15% 12.94%
Supervisor 2% 10% 8% 8% 10.59%
Helper 24% 22% 23% 8% 16.47%
Welder 1% 0% 0% 3% 1.18%
Operator/ Driver 38% 34% 31% 44% 27.06%
Juru Ledak 0% 0% 0% 0% 0%

sumber: Direktorat Teknik dan Lingkungan Mineral dan Batubara


KEMENTERIAN ESDM
Kecelakaan berdasarkan SUMBER BAHAYA

Sumber Kecelakaan 2013 2014 2015 2016 2017

Permesinan 20% 6% 15% 9% 9%


Alat Angkut Orang 4% 6% 4% 9% 0%
Alat Muat/ Gali/ Angkat 13% 7% 5% 2% 2.3%
Alat Angkut Bahan Galian 16% 29% 20% 9% 21.18%
Api 0% 0% 0% 0% 0%
Bahan Peledak 0% 0% 0% 0% 0%
Kondisi Area Kerja 26% 28% 29% 29% 4.71%
Gas 1% 0% 0% 3% 5.88%
Perkakas Bengkel 8% 12% 12% 5% 17.6%
Perkakas Bengkel Mesin 4% 4% 4% 10% 17.6%
Alat-alat Statis/ Kelistrikan 8% 4% 8% 5% 14.12%

sumber: Direktorat Teknik dan Lingkungan Mineral dan Batubara


KEMENTERIAN ESDM
PENYEBAB KECELAKAAN

Penyebab Kecelakaan 2013 2014 2015 2016 2017

Tidak Mengikuti Prosedur 24% 24% 27% 22% 28.6%

Tidak Memakai APD 3% 7% 5% 6% 6%

SOP Tidak Memadai 8% 10% 11% 11% 12.4%

Tempat Kerja Tidak Aman 19% 20% 19% 17% 15.2%


Menempatkan Badan Tidak
9% 6% 9% 13% 9%
Aman
Perkakas yang Tidak Standar 7% 8% 7% 11% 7.6%

Kurang Koordinasi 13% 15% 17% 17% 19%


Tidak Ada SOP 6% 5% 3% 0% 0%
Bekerja Tidak Sesuai
2% 1% 1% 0% 0%
Bidangnya
Lain-lain (menempatkan peralatan
tidak aman)
0% 4% 1% 3% 3%

sumber: Direktorat Teknik dan Lingkungan Mineral dan Batubara


KEMENTERIAN ESDM
PERBAIKAN KEDEPAN BERDASARKAN EVALUASI
STATISTIK Preventive dan
Periodic Maintenance
unit serta
Penyediaan Pemeriksaan Unit
Harian (P2H) Pengawasan pada area
Peralatan kerja Jalan Hauling/Tambang,
sesuai standar dan Workshop dan Tambang
APD yang sesuai Bawah Tanah

FOKUS PERBAIKAN

Pendampingan
Operator unit baru Kepatuhan Pada
dan mekanik selama Prosedur ,
periode tertentu Peningkatan
Koordinasi dan
Pengawasan kualitas Inspeksi
Operasional
Kegiatan
Kontraktor

KEMENTERIAN ESDM
Pengendalian Risiko dan Penentuan Metode
Pencegahan Kecelakaan
• Setelah bahaya-bahaya yang ada diidentifikasi dan telah dinilai
risikonya maka selanjutnya dikendalikan agar pekerja dapat bekerja
secara aman.
• Dalam menentukan langkah-langkah pengendalian risiko dan
pencegahan kecelakaan maka seorang POM harus memahami hirarki
pengendalian (Hierarchi Controls) sehingga pengendalian yang
dilakukan berlangsung efektif.
• Hierarcy pengendalian berarti tahapan pengendalian yang harus
dipertimbangkan secara berurutan, dari pengendalian pertama yang
merupakan pengendalian paling efektif, ke pengendalian ke dua yang
berkurang efektifitasnya, sampai pengendalian yang terakahir yang
paling tidak efektif.
10
KEMENTERIAN ESDM 3
• Hierarcy pengendalian yang banyak dijumpai dalam buku-buku
keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
• Eliminasi
• Substitusi
• Engineering Control
• Administratif Control
• Alat Pelindung Diri

10
KEMENTERIAN ESDM 4
• Ada juga yang menyatakan hierarcy pengendalian bahaya terdiri atas:
• Elimination
• Substitution
• Engineering/Redesigning
• Isolation
• Monitoring
• Administrative
• Education & Training
• Work Practice
• Maintenance

10
KEMENTERIAN ESDM 5
Hierarcy pengendalian bahaya yang dikembangkan
pada sub sektor pertambangan mineral dan batubara

A. Primary Control Methods/Engineering Control


• Rekayasa engineering merupakan pengendalian yang ditujukan
langsung pada hazard-nya sehingga menjadi paling efektif. Ketika
hazard telah dikendalikan, maka pekerja yang ada dapat bekerja
aman.
• Pengendalian dengan rekayasa engineering meliputi
modifikasi/perubahaan peralatan dan pabrik (plant), mengunci
sumber energi (lock out), mengurangi penggunaan zat berbahaya, dan
lain sebagainya.

10
KEMENTERIAN ESDM 6
Contoh-contoh pengendalian dengan rekayasa engineering:

• Sensubtitusi dengan proses yang kurang bahaya (lebih aman)


• Mengganti proses untuk mengurangi pemaparan
• Menutupi/melindungi proses sehingga bahaya tidak tertranformasi ke pekerja
• Menggunakan ventilasi isap (exhaust) secara lokal atau keseluruhan untuk
mengurangi konsentrasi agent berbahaya di udara.
• Mengatur getaran yang timbul sehingga kebisingan dan trauma ke badan dapat
dikurangi
• Memasang peredam suara di sekeliling peralatan yang bising
• Memasang perlindung (guards) di sekeliling pinch point & rotating couplings.
• Merelokasi katup (valves) switches and shutdown devices dari area yang
berbahaya.
• Memasang perlindungan lampu pada mesin-mesin di tempat-tempat pemuatan

10
KEMENTERIAN ESDM 7
B. Secondary Control Methods/Administrative Control

Variasi proses manajemen dapat untuk mengendalikan pengaruh


bahaya seperti: pemilihan staff, pembatasan jam kerja, program
pemeliharaan, prosedur pembelian.
Contoh pengendalian secondary (Administrative Control)
• Mengubah/mengatur ulang pelepasan bahaya ke suatu periode/shift
dengan jumlah pekerja di lapangan lebih sedikit dengan demikian
potensi untuk pekerja terpapar bahaya tersebut berkurang.
• Mengendalikan jalan masuk dari pengamat/peninjau dan orang yang
tidak berkepentingan ke area kerja.
• Mengontrakan pekerjaan kepada kontraktor yang
ahli/berpengalaman dengan bukti-bukti pengelolaan K3-nya baik

10
KEMENTERIAN ESDM 8
C. Tertiary Control Methods/works Practice
• Langkah ketiga ini tidak memberikan tingkat kepastian yang tinggi
bahwa bahaya akan dapat terkendali sepenuhnya.
• Tipe kontrol ini berhubungan dengan risiko sisa dan ringan (Minor &
Residual Risk).
• Pengendalian tersebut meliputi praktek-praktek kerja yang sesuai
dengan bentuk prosedur yang tepat dan pelatihan (training) untuk
memastikan bahwa para pekerja mengetahui: bagaimana mengenal
dan menghindari bahaya apabila mungkin.

10
KEMENTERIAN ESDM 9
Contoh pengendalian tertiary (working practices)

• Merevisi langkah-langkah kerja pada prosedur kerja


• Mengurangi tenaga fisik pada tenaga kerja dalam setiap langkah kerja
• Mengidentifikasi dan memberikan/menyediakan peralatan baru yang
lebih baik

11
KEMENTERIAN ESDM 0
Alat Pelindung Diri (APD)
• Alat Pelindung Diri (APD) dipilih sebagai suatu langkah terakhir dalam
pengendalian bahaya.
• Pengandalian ini tidak efektif karena ditujukan kepada pekerja dan bukan kepada
hazard-nya.
• Oleh karena itu, kesadaran pekerja menjadi salah satu hal yang perlu
diperhatikan mengingat mengatur pekerja lebih sulit dibandingkan mengatur
peralatan atau permesinan.
• Pengendalian ini juga hanya berlaku perorangan, sehingga semua pekerja harus
menggunakan APD secara tepat.
• APD yang digunakan pun harus sesuai standard.
• APD juga dimanfaatkan untuk pengendalian bahaya tingkat pendek (short-term
exposure).
• Sebagai contoh pada suatu daerah yang tingkat kebisingannya tinggi, dimana
pekerja/ operator harus memasuki daerah tersebut untuk waktu sesaat, alat
pelindung telinga yang sesuai harus dipakai.

11
KEMENTERIAN ESDM 1
Jenis-jenis APD dan bagian yang dilindungi
• Safety Helmet : Kepala
• Face shield : Muka
• Safety glass/googles : Mata
• Ear plug/ear muff : Telinga
• Safety gloves : Tangan
• Safety shoes : Kaki
• Apron : Tubuh

11
KEMENTERIAN ESDM 2
SHEQ RISK Management System  pengendalian risiko dan pencegahan
kecelakaan dikelompokkan ke dalam empat langkah yang dikenal dengan 4T:
A. Terminate
• Merupakan upaya menghilangkan bahaya dan risiko.

B. Threat
• Melakukan upaya pengendalian bahaya dan risiko sesuai dengan hierarchy
pengendalian.

C. Tolerate
• Menerima risiko dengan pertimbangan risiko masih dapat ditoleransi.

D. Transfer
• Memindahkan risiko yang dihadapi kepada pihak lain seperti dengan
mengasuransikan atau mengontrakkan pekerjaan.

11
KEMENTERIAN ESDM 3
Latihan
• Jelaskan perbedaan bahaya dan risiko!
• Jelaskan langkah proses manajemen risiko!
• Jelaskan hierarcy pengendalian bahaya!
• Jelaskan prinsip 4T!

Evaluasi
• Buatlah diskusi kelompok membahas penerapan manajemen risiko di
tambang Saudara.

11
KEMENTERIAN ESDM 4
11
KEMENTERIAN ESDM 5

Anda mungkin juga menyukai