Anda di halaman 1dari 10

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP HUKUM PERTAMBANGAN

Das Sollen :
Hukum Pertambangan :UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2O2O
TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2OO9 TENTANG
PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Hukum Migas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2O01 TENTANG Minyak dan Gas Bumi

Pengertian-Pengertian :
Hukum : adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur kehidupan
masyarakat, termasuk didalamnya lembaga dan proses untuk mewujudkan hukum itu ke dalam
kenyataan. (Mochtar Kusumaatmadja)

Pertambangan :
Pasal 1 UU No. 3 Tahun 2020 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara :

1. Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka,


pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan danf atau pemurnian
atau pengembangan dan f atau pemanfaatan, pengangkutan dan penjualan, serta
kegiatan pascatambang.
2. Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat fisik dan
kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang membentuk batuan,
baik dalam bentuk lepas atau padu.
3. Batubara adalah endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk secara alamiah dari
sisa tumbuh-tumbuhan.
4. Pertambangan Mineral adalah Pertambangan kumpulan Mineral yang berupa bijih atau
batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah.
5. Pertambangan Batubara adalah Pertambangan endapan karbon yang terdapat di dalam
bumi, termasuk bitumen padat, gambut, dan batuan aspal.

MIGAS : Minyak Bumi dan Gas Bumi


(UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2O01 TENTANG Minyak dan Gas
Bumi)

Pasal 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2O01 TENTANG Minyak


dan Gas Bumi :
1. Minyak Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan
temperatur atmosfer berupa fasa cair atau padat, termasuk aspal, lilin mineral atau ozokerit,
dan bitumen yang diperoleh dari proses penambangan, tetapi tidak termasuk batubara atau
endapan hidrokarbon lain yang berbentuk padat yang diperoleh dari kegiatan yang tidak
berkaitan dengan kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi;
2. Gas Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan
temperatur atmosfer berupa fasa gas yang diperoleh dari proses penambangan Minyak dan Gas
Bumi;

MIGAS : Minyak Bumi dan Gas Bumi


(UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2O01 TENTANG Minyak dan Gas
Bumi)
•Kuasa Pertambangan adalah wewenang yang diberikan Negara kepada Pemerintah untuk
menyelenggarakan kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi;
•Wilayah Hukum Pertambangan Indonesia adalah seluruh wilayah daratan, perairan, dan landas
kontinen Indonesia.

Sektor pertambangan migas dan panas bumi merupakan sektor pertambangan yang
kegiatannya melakukan eksplorasi dalam rangka mencari sumber energi berupa minyak, gas
bumi, dan panas bumi.

Berbeda dengan migas, eksplorasi panas bumi masih perlu diolah menjadi bentuk listrik agar
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

MIGAS : Minyak Bumi dan Gas Bumi (UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22
TAHUN 2O01 TENTANG Minyak dan Gas Bumi) :

 Eksplorasi adalah kegiatan yang bertujuan memperoleh informasi mengenai kondisi


geologi untuk menemukan dan memperoleh perkiraan cadangan Minyak dan Gas Bumi
di Wilayah Kerja yang ditentukan;
 Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan Minyak dan
Gas Bumi dari Wilayah Kerja yang ditentukan, yang terdiri atas pengeboran dan
penyelesaian sumur, pembangunan sarana pengangkutan, penyimpanan, dan
pengolahan untuk pemisahan dan pemurnian Minyak dan Gas Bumi di lapangan serta
kegiatan lain yang mendukungnya;

Ruang Lingkup Hukum Pertambangan dan Migas :


1. Sumber Daya Alam Pertambangan dan MIGAS Untuk Rakyat :
•Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 mengatur bahwa “Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesarbesarnya
kemakmuran rakyat”.
•Norma konstitusi ini telah memberikan arah pembangunan sumber daya alam nasional, yaitu
dikuasai negara untuk kemakmuran rakyat.
•Merupakan manifestasi KEDAULATAN negara.
Sumber daya alam Pertambangan dan MIGAS untuk kemakmuran rakyat :
•Eksplorasi
•Eksploitasi
•Penanaman Modal
•Sumber Daya Manusia
Pembangunan Pertambangan dan MIGAS harus dilaksanakan secara Berkelanjutan (sustainable
development) :
Pasal 1 angka (3) UndangUndang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) Nomor 32 Tahun
2009, Pembangunan berkelanjutan : adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek
lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin
keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup
generasi masa kini dan generasi masa depan.
Pembangunan Pertambangan dan MIGAS harus Berwawasan Lingkungan :
Kebijakan pembangunan berkelanjutan haruslah berwawasan lingkungan dan menjadi bagian
integral dalam berbagai kebijakan pembangunan nasional. Artinya, apapun kebijakan
pembangunan yang diambil, harus tetap berorientasi pada perlindungan lingkungan hidup.
Terkait dengan pembangunan berwawasan lingkungan, Jimmly Asshiddiqie menawarkan
gagasan tentang pentingnya konstitusi hijau, kedaulatan lingkungan dan bahkan konsepsi
demokrasi model baru yang diistilahkan sebagai ekokrasi (ecocracy).

Kedudukan Hukum Pertambangan dan Migas Dalam Ilmu Hukum :


Hukum Internasional
Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi
Negara
Hukum Perdata dan Hukum Ekonomi Bisnis
Hukum Pidana

KONSEPDASAR HUKUM PERTAMBANGAN


(1)PEREKONOMIANDISUSUNSEBAGAIUSAHA BERSAMABERDASARATASASASKEKELUARGAAN.
(2)Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara.
(3)Bumidanair dankekayaanalamyang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

OBJEK PERTAMBANGAN DAN MIGAS :


-Mineral dan Batu Bara
-Minyak Bumidan Gas Bumi
C.PENGATURAN HUKUM PERTAMBANGAN DAN MIGAS :

DASSOLLEN:
HukumPertambangan:UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR3 TAHUN 2O2O
TENTANG PERUBAHANATASUNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2OO9 TENTANG
PERTAMBANGAN MINERALDAN BATUBARA

HukumMigas: UNDANG-UNDANG REPUBLIK


INDONESIA NOMOR22 TAHUN 2O01 TENTANG Minyak danGas Bumi
D. WILAYAH PERTAMBANGAN :
- Bumi, termasuk perairan dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, mempunyai fungsi
penting dalam membangun masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
-Permukaan bumi tidak hanya berupa tanah, tetapi juga meliputi perairan pedalaman serta laut
Indonesia.
PERMUKAANBUMITIDAKHANYABERUPATANAH,TETAPIJUGAMELIPUTI
PERAIRANPEDALAMANSERTALAUTTERRITORIALINDONESIA:
PermukaanBumiBerupa Tanah, merupakantempat bagi pertambanganOn Shore:
PermukaanBumiBerupa Perairan Pedalamanserta laut merupakan tempat bagi pertambangan
Migas Offshore:

UUUUNo. 3 Tahun2020 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara :


“Wilayah HukumPertambanganadalah seluruh ruang darat, ruang laut, termasuk ruang dalam
bumisebagai satu kesatuan wilayah yakni kepulauan Indonesia, tanah di bawah perairan, dan
landas kontinen”.
UNDANG-UNDANGREPUBLIKINDONESIANOMOR
22TAHUN2O01TENTANGMINYAKDANGASBUMI:
“Wilayah Hukum Pertambangan Indonesia adalah seluruh wilayah daratan, perairan, dan landas
kontinen Indonesia”.
UNDANG-UNDANGREPUBLIKINDONESIANOMOR3TAHUN2O2O
TENTANGPERUBAHANATASUNDANG-UNDANGNOMOR4TAHUN
2OO9TENTANGPERTAMBANGANMINERALDANBATUBARA:
Wilayah Pertambangan, yang selanjutnya disebut WP,adalah wilayah yang memiliki potensi
Mineral dan/atau Batubara dan tidak terikat dengan batasan administrasi pemerintahan yang
merupakan bagian dari tata rulang nasional.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS
BUMI :
Wilayah Kerja adalah daerah tertentu di dalam Wilayah HukumPertambanganIndonesiauntuk
pelaksanaan Eksplorasi dan Eksploitasi
PERATURANPRESIDENREPUBLIKINDONESIANOMOR3
TAHUN2022TENTANGRENCANAZONASIKAWASAN ANTARWILAYAHLAUTJAWA:
Wilayah Pertambangan adalah wilayah yang memilikipotensi mineral dan/atau batubara dan
tidak terikat dengan batasan administrasi pemerintahan yang merupakanbagian dari tata ruang
nasional.

KEWEWENANGAN PENGELOLAAN DAN PER IZINAN PERTAMBANGAN

SELAIN PEMERINTAH PUSAT, INDONESIA JUGA MEMILIKI PEMERINTAH DAERAH, SEBAGAIMANA


DISEBUTKAN DALAM PASAL 18 AYAT (1) UUD 1945 :
“NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DIBAGI ATAS DAERAH-DAERAH PROVINSI DAN
DAERAH PROVINSI ITU DIBAGI ATAS KABUPATEN DAN KOTA, YANG TIAP-TIAP PROVINSI,
KABUPATEN, DAN KOTA ITU MEMPUNYAI PEMERINTAH DAERAH, YANG DIATUR DENGAN
UNDANG-UNDANG”.
ISTILAH DIBAGI DIMAKSUDKAN UNTUK MENEGASKAN BAHWA ANTARA PEMERINTAH PUSAT
DAN DAERAH BERSIFAT HIERARKIS DAN VERTIKAL.

SEBAGAI PELAKSANAAN MANDAT PASAL 18 UUD 1945,


MAKA DITETAPKANLAH LEX SPECIALIST PEMERINTAH DAERAH YAKNI UU RI NO. 23 TAHUN 2014
TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH.

•DALAM UU RI NO. 23 TAHUN 2014 DISEBUTKAN BAHWA EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS


PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PERLU DITINGKATKAN DENGAN LEBIH
MEMPERHATIKAN ASPEK-ASPEK HUBUNGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT
DENGAN DAERAH DAN ANTAR DAERAH, POTENSI DAN
KEANEKA RAGAMAN DAERAH, SERTA PELUANG DAN TANTANGAN PERSAINGAN GLOBAL DALAM
KESATUAN SISTEM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN NEGARA.
UU RI NO. 23 TAHUN 2014 TELAH MENETAPKAN BAHWA
URUSAN PEMERINTAHAN TERDIRI ATAS URUSAN PEMERINTAHAN
ABSOLUT, URUSAN PEMERINTAHAN KONKUREN, DAN URUSAN PEMERINTAHAN
UMUM. URUSAN PEMERINTAHAN ABSOLUT ADALAH URUSAN PEMERINTAHAN YANG
SEPENUHNYA MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH PUSAT, YANG MELIPUTI :
a. POLITIK LUAR NEGERI;
b. PERTAHANAN;
c. KEAMANAN;
d. YUSTISI;
e. MONETER DAN FISKAL NASIONAL; DAN
f. AGAMA.

DALAM MENYELENGGARAKAN URUSAN PEMERINTAHAN ABSOLUT, PEMERINTAH


PUSAT DAPAT MELAKSANAKANNYA SENDIRI; ATAU MELIMPAHKAN WEWENANG KEPADA
INSTANSI VERTIKAL YANG ADA DI DAERAH ATAU GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH
PUSAT BERDASARKAN ASAS DEKONSENTRASI.

URUSAN PEMERINTAHAN KONKUREN : URUSAN PEMERINTAHAN YANG DIBAGI ANTARA


PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH PROVINSI, SERTA DAERAH KABUPATEN/KOTA. URUSAN
PEMERINTAHAN KONKUREN YANG DISERAHKAN KE DAERAH MENJADI DASAR PELAKSANAAN
OTONOMI DAERAH. URUSAN
PEMERINTAHAN KONKUREN YANG MENJADI KEWENANGAN DAERAH TERDIRI ATAS URUSAN
PEMERINTAHAN WAJIB DAN URUSAN PEMERINTAHAN PILIHAN.
URUSAN PEMERINTAHAN WAJIB, DAN URUSAN PEMERINTAHAN PILIHAN PEMDA :
URUSAN WAJIBPELAYANAN DASAR:
PENDIDIKAN
KESEHATAN
PEKERJAAN UMUM &PENATAAN RUANG
PERUMAHANRAKYAT&KAWASANPEMUKIMAN
KETENTRAMAN,KETERTIBANUMUM &PERLINDUNGAN MASYARAKAT
SOSIAL
URUSANWAJIBBUKANPELAYANANDASAR:
TENAGA KERJA
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN & PERLINDUNGAN ANAK
TANAH & PERTANAHAN - LINGKUNGAN HIDUP
ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN & CATATAN SIPIL
- PENGENDALIAN PENDUDUK & KB - PERHUBUNGAN - PENANAMAN MODAL -
KOPERASI, USAHA KECIL & MENENGAH - KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA - STATISTIK
- PERSANDIAN KEBUDAYAAN - PERPUSTAKAAN
• KEARSIPAN.
3. URUSAN PEMERINTAHAN PILIHAN PEMDA :
KELAUTAN DAN PERIKANAN PARIWISATA
PERTANIAN
KEHUTANAN
ENERGIDANSUMBERDAYAMINERAL
PERDAGANGAN
PERINDUSTRIAN
TRANSMIGRASI PERATURANPRESIDENREPUBLIKINDONESIANOMOR 55 TAHUN2022
TENTANGPENDELEGASIANPEMBERIAN
PERIZINANBERUSAHADI BIDANG PERTAMBANGANMINERAL DAN BATUBARA:
PENDELEGASIANADALAHPENYERAHANSEBAGIANURUSANPEMERINTAHANYANGMENJADI
KEWENANGAN PEMERINTAHPUSATKEPADAPEMERINTAHDAERAHPROVINSI DALAM RANGKA
PEMBERIANPERIZINANBERUSAHADIBIDANG PERTAMBANGANMINERALDAN BATUBARA
LINGKUP KEWENANGAN YANG DIDELEGASIKAN :
PASAL2 AYAT(1) PENDELEGASIAN MELIPUTI:
A. PEMBERIAN: 1. SERTIFIKATSTANDAR; DAN 2. IZIN;
B.PEMBINAANATASPELAKSANAAN PERIZINAN BERUSAHA YANG DIDELEGASIKAN;
C. PENGAWASAN ATASPELAKSANAANPERIZINAN BERUSAHAYANG DIDELEGASIKAN.
PEMBERIAN :
PEMBERIANSERTIFIKATSTANDARSEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT(1) HURUFA ANGKA 1
MELIPUTIKEGIATAN KONSULTASI DAN PERENCANAAN USAHA JASA PERTAMBANGAN DI
BIDANG: A.
PENYELIDIKANUMUM; B.EKSPLORASI;C.STUDIKELAYAKAN;D,
KONSTRUKSIPERTAMBANGAN;E.PENGANGKUTAN;F.LINGKUNGAN PERTAMBANGAN;G.
REKLAMASIDAN PASCATAMBANGH.
KESELAMATANPERTAMBANGAN;DAN/ ATAUI. PENAMBANGAN.
PEMBERIAN IZIN:
IUP(IZIN USAHAPERTAMBANGAN)DALAMRANGKAPENANAMANMODAL DALAM NEGERI
UNTUKKOMODITASMINERALBUKAN LOGAM DENGAN KETENTUAN:1. BERADADALAM 1
(SATU)DAERAHPROVINSI; ATAU2. WILAYAH LAUTSAMPAI DENGAN 12 (DUABELAS)MILLAUT;
IUPDALAMRANGKAPENANAMANMODALDALAMNEGERIUNTUKKOMODITASMINERAL
BUKAN LOGAM JENISTERTENTUDENGAN KETENTUAN:1. BERADADALAM 1 (SATU)DAERAH
PROVINSI; ATAU2. WILAYAH LAUTSAMPAI DENGAN 12 (DUABELAS)MIL LAUT;
IUPDALAMRANGKAPENANAMANMODALDALAMNEGERIUNTUKKOMODITASBATUAN
DENGAN KETENTUAN:1. BERADADALAM 1 (SATU)DAERAHPROVINSI; ATAU2. WILAYAH LAUT
SAMPAI DENGAN 12 (DUA BELAS) MIL LAUT;
SIPB(SURATIZIN PENAMBANGAN BATUAN)
IPR(IZIN PERTAMBANGAN RAKYAT)
IZIN PENGANGKUTAN DAN PENJUALANUNTUKKOMODITAS MINERALBUKAN LOGAM
IZIN PENGANGKUTAN DAN PENJUALAN UNTUKKOMODITAS MINERALBUKAN LOGAM JENIS
TERTENTU;
IZIN PENGANGKUTAN DAN PENJUALANUNTUKKOMODITAS BATUAN;
IUJP(IZIN USAHAJASA PERTAMBANGAN) UNTUK1 (SATU)DAERAHPROVINSI;
IUPUNTUKPENJUALAN KOMODITAS MINERAIBUKAN LOGAM;
IUPUNTUKPENJUALAN KOMODITAS MINERALBUKAN LOGAM JENISTERTENTU;
IUPUNTUKPENJUALAN KOMODITAS BATUAN.
3. PEMBINAAN :
PEMBERIANNORMA,STANDAR,PEDOMAN,DANKRITERIAPELAKSANAANUSAHA
PERTAMBANGAN;
PEMBERIANBIMBINGAN TEKNIS,KONSULTASI, MEDIASI, DAN/ATAU FASILITASI;
PENGEMBANGAN KOMPETENSITENAGAKERJAPERTAMBANGAN.

ISUHUKUM YANG SERINGMUNCUL:


Penyalahgunaan Wewenang dalam Penerbitan Izin Pertambangan -Korupsi, pencucian uang -
Pelanggaran hak-hak masyarakat adat -Kerusakan lingkungan -Pertambangan illegal -Etc…

PENEGAKAN HUKUM PERTAMBANGAN MINERBA


Penegakan Hukum Administratif & Penegakan Hukum Pidana di Bidang Pertambangan MINERBA
(Mineral dan Batu Bara) :
Pertambangan mineral dan batu bara merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan
dikuasai oleh negara, serta menjadi komoditas vital yang menjadi hajat hidup orang banyak.
Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020
Perubahan atas Undangundang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu
Bara menjelaskan pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka,
pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan/atau pemurnian atau
pengembangan dan/atau pemanfaatan, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca
tambang
Dalam undang-undang pertambangan minerba memuat substansi pokok mengenai ketentuan
bahwa sumber daya alam yang tak terbarukan merupakan kekayaan nasional dikuasai oleh
negara untuk kesejahteraan rakyat yang penyelenggaraannya dilakukan oleh pemerintah
sebagai pemegang fungsi kebijakan, pengaturan, pengurusan, pengelolaan dan pengawasan.
Sedangkan kegiatan usaha pertambangan dilakukan oleh Korporasi yang memiliki Wilayah Izin
usaha Pertambangan (WIUP).
Dengan adanya Undang-undang Nomor 03 Tahun 2020 perubahan atas Undangundang Nomor
4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan batu bara maka kewenangan diberikan pada
pemerintah pusat untuk mengelola sumber daya alam yang tersedia di wilayahnya, Republik
Indonesia, termasuk pengawasan dan pengendalian, secara bertanggungjawab.
Adapun Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang mineral dan batubara di
Indonesia, yaitu Undang-Undang Nomor 3 Undang-Undang Tahun 2020 perubahan atas
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Undang-undang ini telah dijabarkan lebih lanjut dalam peraturan pemerintah. Adapun
peraturan pemerintah yang berkaitan dengan pertambangan itu meliputi:
Nomor 7 Tahun 2020 Tentang Tata Cara Pemberian Wilayah, Perizinan, Dan Pelaporan Pada
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara
Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan dan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Peraturan Pemerintah Nomor 75 tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pasca Tambang
Kebijaksanaan ini merupakan paradigma baru yang memberikan kewenangan• - lebih luas
kepada pemerintah pusat untuk secara mandiri melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahnya.
Untuk menjalakan usaha pertambangan mineral diperlukan izin usaha pertambangan yang
dikeluarkan oleh pemerintah pusat sebagaimana diatur dalam Pasal 35 ayat (3) UU nomor 3
Tahun 2020 Tentang Pertambangan Mineral dan Batu bara yang dibagi atas :
IUP;
IUPK;
IUPK sebagai Kelanjutan Operasi;
Kontrak Perjanjian;
IPR;
SIPB;
izin penugasan;
Izin Pengangkutan dan Penjualan;
IUJP; dan
IUP untuk Penjualan.
Meski telah diatur dalam sebuah aturan hukum terkadang masih dijumpai praktik
Pertambangan yang tidak teratur di Indonesia Yaitu pertambangan rakyat.
Pertambangan rakyat sebenarnya telah dikenal sejak dahulu kala, yaitu sejak manusia mengenal
kegunaan bahan galian.
Dikatakan penambangan rakyat karena dilakukan dalam bentuk yang sederhana baik dalam cara
berpikir pengetahuan, peralatan yang digunakan juga sederhana. Usaha pertambangan rakyat
secara historis merupakan warisan dari nenek moyang yang dikenal sampai saat ini, karena
hampir semua pertambangan khususnya mineral, logam dan batu permata lainnya yang ada di
Indonesia baik yang masih aktif atau yang tidak aktif lagi dimulai dengan usaha pertambangan
rakyat.
Dalam perjalanannya usaha pemerintah untuk memberikan perlindungan bagi segenap bangsa
dalam industri pertambangan, pemerintah sering dihadapkan pada berbagai halangan yang
salah satunya maraknya tindak pidana dibidang pertambangan mineral baik yang dilakukan oleh
orang ataupun korporasi berbadan hukum. Yang mana hal ini berpengaruh pada eksistensi suatu
negara dalam menunjang perekonomian.
Pelanggaran hukum administrasi maupun pelanggaran hukum pidana dibidang pertambangan
mineral di Indonesia marak terjadi dan sudah menjadi rahasia umum.
Pelanggaran hukum tersebut di antaranya pertambangan tanpa Izin Usaha Pertambangan,
praktik manipulasi data pada tahap eksplorasi, penambangan pada wilayah hutan lindung (HL),
hutan produksi terbatas (HPT) dan pencucian hasil pertambangan serta reklamasi dan pasca
tambang.
Banyak pertambangan yang dilakukan secara ilegal yaitu tidak memeroleh izin dari pemerintah.
Hal ini tentu menyebabkan kerugian bagi masyarakat maupun negara.
Perusakan alam dan pencemaran lingkungan banyak terjadi akibat pertambangan ilegal serta
penambang yang tidak peduli atas kelestarian alam, maka negara banyak mengalami kerugian
akibat penambang tidak membayar pajak.
Tidak jarang didapatkan praktik-praktik pertambangan secara ilegal dalam Kawasan hutan yang
tidak memiliki izin lengkap. Padahal telah dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2020 Tentang Pertambangan Mineral dan batu bara Pasal 158 yang dalam ancaman yang
diberikan bagi pelaku tindak pidana pertambangan tanpa izin sangat besar dengan ancaman 5
tahun penjara dan denda Rp100.000.000.000,- (Seratus puluh miliar rupiah). Pertambangan
dalam Kawasan hutan juga perlu mendapat izin dari Kementerian Kehutanan sebagai mana
termuat dalam Pasal 134 yang menyatakan bahwa kegiatan usaha pertambangan tidak dapat
dilaksanakan pada tempat yang dilarang sebelum memperoleh izin dari instansi pemerintah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Subjek hukum yang dapat dipidana dalam bidang pertambangan telah ditentukan dalam Pasal
158 dan Pasal 163 Undang-Undang Nomor 3 tahun 2020 :
(a)Orang perorangan (b)Pengurus badan hukum; dan (c)Badan hukum.
Dalam undang-undang pertambangan selain mengenal adanya Tindak pidana Ilegal Mining, juga
terdapat Bentuk-bentuk tindak pidana penambangan tanpa izin yang ditujukan terhadap pelaku
usaha pertambangan. Adapun bentuk-bentuk tindak pidana yang dilakukan pelaku usaha
pertambangan dalam kawasan hutan tanpa izin yaitu :
Tindak Pidana Melakukan Penambangan Tanpa Izin : Apabila terjadi kegiatan penambangan
pelakunya tidak memiliki izin, maka perbuatannya merupakan tindak pidana yang diatur dalam
Pasal 158 UU No. 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang
berbunyi :“Setiap orang yang melakukan Penambangan tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak
Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).
Tindak Pidana Menyampaikan data Laporan Keterangan Palsu : Perbuatan memberikan data
atau laporan yang tidak benar sebenarnya sanksinya sudah diatur secara khusus, terhadap
pelakunya dapat dipidana berdasarkan Pasal 159 UU Pertambangan yang dapat dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp 10.000.000.000.00
Tindak Pidana Pencucian Barang Tambang dalam Kawasan hutan : Di bidang pertambangan juga
dapat terjadi pencucian hasil tambang, penambang-penambang gelap yang dilakukan dalam
Kawasan hutan baik hutan lindung dan hutan produksi dapat berhubungan dengan para
penambang yang memiliki izin untuk mengadakan transaksi hasil tambangnya sehingga sampai
ke tempat penjual hasil tambang/pabrik merupakan barang tambang yang sah. Tindak pidana
pencucian barang tambang (mining loundring) dapat dijerat dengan Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2010 Pasal 3 yang dipidana dengan pidana penjara paling lama 20 Tahun dan denda
paling banyak Rp10.000.000.000.000,-.
Tindak Pidana Tidak Melakukan Reklamasi dan Pasca Tambang :Terdapat sanksi berat yang
menanti apabila pengusaha pertambangan mangkir dari kewajibannya ini. Pasal 161 B ayat (1)
UU Minerba menyatakan bahwa para pemegang izin pertambangan yang mangkir dari
kewajiban ini dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda
paling banyak Rp 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah). Tak hanya pidana penjara maupun
denda, ayat (2) dari pasal yang sama memberikan hukuman tambahan berupa upaya paksa
pembayaran dana dalam rangka pelaksanaan kewajiban reklamasi dan/atau pasca tambang
yang menjadi kewajibannya.
Tindak Pidana Melakukan Operasi Produksi tetapi Hanya Memiliki Izin Eksplorasi : Pada
dasarnya untuk melakukan kegiatan usaha pertambangan wajib memiliki izin dan setiap izin
yang dikeluarkan ada dua kegiatan yang harus dilakukan yaitu untuk eksplorasi dan eksploitasi.
Kegiatan eksplorasi meliputi penyelidikan umum, eksplorasi dan studi kelayakan13. Oleh karena
melakukan kegiatan operasi produksi yang di dasarkan hanya atas izin eksplorasi pertambangan
yang dikeluarkan pemerintah, maka operasi produksi yang dilakukan tanpa izin tersebut
merupakan perbuatan pidana yang diancam hukuman berdasarkan Pasal 160 UU No. 3 Tahun
2020 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 5 tahun atau denda paling banyak
Rp100.000.000.000.
Tindak Pidana Memindahtangankan Perizinan Kepada Orang Lain : Perizinan menjadi bukti yang
mendasari dilaksanakannya kegiatan penambangan. Hanya pemilik perizinan saja yang
diperbolehkan melakukan kegiatan penambangan. Tidaklah diperbolehkan apabila perizinan
yang telah diberikan oleh pemerintah tersebut dialihkan kepada pihak lain yang tidak
berwenang tanpa memberitahukan kepada pemerintah. Dalam hal ini, Pasal 161 A UU Minerba
menyatakan bahwa Setiap pemegang IUP, IUPK, IPR, atau SIPB yang memindahtangankan IUP,
IUPK, IPR, atau dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda
paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
Tindak Pidana Menghalangi Aktivitas Penambangan yang Legal : Ketika izin telah dipegang oleh
perusahaan pertambangan, maka aktivitas penambangan dapat dimulai. Dalam hal ini, UU
Minerba juga memberikan proteksi terhadap kelangsungan aktivitas pertambangan yang sah
tersebut. Hal ini dengan adanya Pasal 162 UU Minerba yang menyatakan bahwa setiap orang
yang merintangi atau mengganggu kegiatan Usaha Pertambangan dapat dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah).

Anda mungkin juga menyukai