DI SUSUN OLEH
NAMA : CUT CHAROLINA PATTIWAELLAPIA
KELAS : XII IPS 1
SINOPSIS
Ini adalah kisah dua anak manusia yang meramu cinta di atas pentas pergelutan
tanah kolonial awal abad 20. Inilah kisah Minke dan Annelies. Cinta yang hadir di
hati Minke untuk Annelies, membuatnya mengalami pergulatan batin tak
berkesudahan. Dia, pemuda pribumi, Jawa totok. Sementara Annelies, gadis Indo
Belanda anak seorang Nyai. Bapak Minke yang baru saja diangkat jadi Bupati, tak
pernah setuju Minke dekat dengankeluarga Nyai, sebab posisi Nyai di masa itu
dianggap sama rendah dengan binatang peliharaan.
Amanat : Seorang terpelajar harus sudah berlaku adil, sejak dalam pikiran apalagi dalam
perubatan. Maka fungsi dari pikiran serta hati kita bukan untuk menghakimi orang lain,
melainkan untuk menghargai mereka. Seorang terpelajar harus sudah berlaku adil, sejak dalam
pikiran apalagi dalam perubatan. Maka fungsi dari pikiran serta hati kita bukan untuk
menghakimi orang lain, melainkan untuk menghargai mereka.
Bukti: Sudah dapat kurasai: ilmu pengetahuan telah memberikan padaku suatu restu yang tiada
terhingga indahnya. Sekali direktur sekolahku bilang didepan kias: y ang disampaikan oleh tuan-
tuan guru di bidang pengetahuan umum sudah cukup luas, jauh lebih luas daripada yang dapat
diketahui oleh para pelajar setingkat di banyak negeri di Eropa sendiri. Ilmu dan pengetahuan,
yang kudapatkan dari sekolah dan kusaksikan sendiri pernyataannya dalam hidup, telah
membikin pribadiku menjadi agak berbeda dari sebangsaku pada umumnya.
Penokohan :
Minke : seorang pemuda pribumi keturunan bangsawan pangreh praja yang cerdas dan
berbakat menulis dalam bahasa Belanda. Ia juga seorang pelajar HBS, sekolah menengah
Belanda yang bergengsi di jaman itu.
Nyai Ontosoroh : istri tak resmi seorang Belanda.
Herman Mellema : suami Nyai Ontosoroh.
Annelies Mellema : seorang gadis Indo Belanda anak Herman Mellema
Latar :
Bukti : itulah rumah hartawan besarTuan Mellema - Herman Mellema. Orang menganggap
rumahny a sebuah istana pribadi, sekalipun hanya dari kayu jati.
Waktu : -
Suasana : Sedang mengagumi
Bukti : Kemudian dengan cepatnya ia berpaling padaku dan bertanya, “Mengapa kau masih
juga diam saja ?” “Mengagumi rumah ini,” kataku, “serba indah.” “Betul-betul senang kau di
sini ?” “Tentu, tentu saja.”
Pusat pengisahan: Dalam novel Bumi Manusia pengarang menggunakan sudut pandang orang
pertama pelaku utama, seperti pada kutipan novel di bawah ini.
Nilai-nilai :
Bukti : Dan aku ragu. Haruskah aku ulurkan tangan seperti pada wanita Eropa, atau aku hadapi
dia seperti wanita Pribumi — jadi aku harus tidak peduli ? Tapi dialah justru yang mengulurkan
tangan. Aku terheran-heran dan kikukmenerima jabatanny a. Ini bukan adat Pribumi, Eropa!
Kalau begini carany a tentu aku akan mengulurkan tangan lebih dahulu
Nilai Psikologis : Gugup
Bukti : Entah sudah berapa kali Ny ai keluar-masuK kamar dengan gugup. Sekali waktu kamar
itu kosong tiada siapapun kupeluk istriku dan kuberanikan membisikkan pada kupingnya.
Nilai politik dan agama : terjadinya perbedaan hukum keagamaan dan pilitik antara
Hindia dan Eropa
Bukti : Berita sore itu, y ang dimuat oleh Kommer, mengabarkan datangny a ulama-ulama
memprotes keputusan Pengadilan Amsterdam di Surabay a, memprotes Pengadilan Amsterdam
dan pelaksanaannya oleh Pengadilan Surabaya Mereka mengancan hendakmembawa persoalan
ini pada Mahkamah Agama Islam di Betawi
Nilai Estetika : berhubungan dengan keindahan baik dari segi bahasa, penyampaian
cerita, pelukisan alam, keistimewaan tokoh, dan lingkungan sekitar tokoh.
Bukti : Ia takmenggubris. Jari-jari tangan kiriny a menggaruk leherny a pelan-pelan. Leher y ang
indah itu, tertutup oleh rambutnya y ang tertekuk ke atas, adalah lebih sempurna dari pada alam
di luar sana.
Dimensi :
Psikologis : Gugup
Bukti : Entah sudah berapa kali Ny ai keluar-masuK kamar dengan gugup. Sekali waktu kamar
itu kosong tiada siapapun kupeluk istriku dan kuberanikan membisikkan pada kupingnya.