Apa itu Migas, Asal Usul Migas, Dasar Hukum, Sumber Daya Alam (SDA)
Pengusahaan Sektor Hulu, BU/BUT dan Jangka Waktu KKS , Wilayah Kerja
Minyak Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperature
atmosfer berupa fasa cair atau padat, termasuk aspal, lilin mineral atau ozokerit, dan bitumen yang diperoleh
dari proses penambangan, tetapi tidak termasuk batubara atau endapan hidrokarbon lain yang berbentuk
padat yang diperoleh dari kegiatan yang tidak berkaitan dengan kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi (Pasal
1 angka 1 UU 22/2001)
Gas Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperatur
atmosfer berupa fasa gas yang diperoleh dari proses penambangan Minyak dan Gas Bumi (Pasal 1 angka 2
UU 22/2001)
KONSEP DASAR HUKUM MIGAS
SDA
Pasal 33 UUD 1945 memberikan penekanan pada penguasaan Negara terhadap Bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar besar kemakmuran
rakyat.
Hanya negara yang dibenarkan untuk melakukan pengelolaan migas untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat dengan membentuk perusahaan negara. Di samping itu, penguasaan migas haruslah di tangan
pemerintah, sedangkan pengusahaannya dilakukan oleh perusahaan negara.
PENGUASAAN NEGARA ATAS MIGAS
01 Lanjutan…
1. Dalam perjalanannya, sudah banyak putusan MK terkait dengan undang-undang yang mengatur tentang
sumber daya energi, khusus untuk undang-undang tentang Migas Nomor 22 Tahun 2001, paling tidak
telah diajukan judicial review ke MK sebanyak 4 kali;
2. MK memulai pendapatnya dengan mengemukakan bahwa minyak dan gas bumi adalah termasuk cabang
produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak, dan merupakan kekayaan
alam yang terkandung dalam bumi dan air Indonesia yang harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat sebagaimana dimaksud Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) UUD
1945;
3. Negara sangat mungkin melakukan penguasaan terhadap sumber daya alam secara penuh tetapi tidak
memberikan manfaat bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat. Di satu sisi negara dapat menunjukkan
kedaulatan pada sumber daya alam, namun di sisi lain rakyat tidak serta merta mendapatkan sebesar-
besar kemakmuran atas sumber daya alamnya. Oleh karena itu, menurut MK, secara konstitusional
untuk mengukur makna konstitusional dari penguasaan negara justru terdapat pada frasa “untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat”;
Kegiatan Usaha Hulu
KEGIATAN USAHA HULU
Kegiatan Usaha Hulu sebagaimana dimaksud paling sedikit memuat persyaratan: (Pasal 24 ayat 2 PP
35/2004)
a. kepemilikan sumber daya alam tetap di tangan Pemerintah sampai pada titik penyerahan;
b. pengendalian manajemen atas operasi yang dilaksanakan oleh Kontraktor berada pada Badan
Pelaksana;
c. modal dan risiko seluruhnya ditanggung Kontraktor.
Badan Pelaksana dimaksud yaitu Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi adalah
lembaga yang dibentuk Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 16 Juli 2002 sebagai pembina dan
pengawas Kontraktor Kontrak Kerja Sama di dalam menjalankan kegiatan eksplorasi, eksploitasi dan
pemasaran migas Indonesia namun pada tahun 2012 Lembaga tersebut dibubarkan dan didirikan Satuan
Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKKMIGAS).
KEGIATAN USAHA HULU
01 Lanjutan…
Kegiatan Usaha Hulu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 angka 1 dilaksanakan dan dikendalikan
melalui Kontrak Kerja Sama. (Pasal 6 UU 22/2001)
Masalahnya adalah, terutama jika dikaitkan dengan prinsip kedaulatan negara atas SDA, mengapa memilih
kontrak kerja sama sebagai bentuk hukum pengusahaan hulu migas? Mengapa, tidak memilih izin sebagai
bentuk hukum pengusahaan migas seperti halnya dalam pengusahaan mineral dan batu bara atau panas
bumi? Bukankah dasar hukum pengusahaan migas, mineral dan batu bara, dan panas bumi bersumber
pada ketentuan yang sama, yaitu Pasal 33 UUD 1945 ? Jika di Indonesia terjadi darurat migas, dapatkah
negara yang notabene sebagai pemegang kedaualatan atas energi mengambil langkah-langkah kebijakan
sebagaimana diamanatkan Pasal 6 ayat (3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi, di
antaranya membatalkan kontrak migas yang ada?
KEGIATAN USAHA HULU
02 BU/BUT
Kegiatan Usaha Hulu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 angka 1 dilaksanakan oleh Badan
Usaha (Badan Hukum Indonesia) atau Bentuk Usaha Tetap (Badan Hukum Asing) berdasarkan Kontrak
Kerja Sama dengan Badan Pelaksana. (Pasal 11 UU 22/2001)
Badan Usaha yang selanjutnya disingkat BU adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang
menjalankan jenis usaha bersifat tetap, terus-menerus dan didirikan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan serta bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Pasal 1
angka 16 Permen ESDM 35/2021)
Bentuk Usaha Tetap yang selanjutnya disingkat BUT adalah badan usaha yang didirikan dan
berbadan hukum di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang melakukan kegiatan di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan wajib mematuhi peraturan perundang-undangan yang
berlaku di Republik Indonesia.
KEGIATAN USAHA HULU
02 Lanjutan…
BUT hanya dapat melaksanakan kegiatan Usaha Hulu. (Pasal 9 UU 22/2001)
BU yang melakukan Kegiatan Usaha Hulu dilarang melakukan Kegiatan Usaha Hilir. (Pasal 10 ayat (1)
UU 22/2001)
BU yang melakukan Kegiatan Usaha Hilir tidak dapat melakukan Kegiatan Usaha Hulu. (Pasal 10 ayat (2)
UU 22/2001)
KEGIATAN USAHA HULU
Pasal 14 UU 22/2001
1. Jangka waktu Kontrak Kerja Sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dilaksanakan
paling lama 30 (tiga puluh) tahun.
2. Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap dapat mengajukan perpanjangan jangka waktu Kontrak
Kerja Sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) paling lama 20 (dua puluh) tahun.
Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap wajib mengembalikan sebagian Wilayah Kerjanya secara
bertahap
atau seluruhnya kepada Menteri. (Pasal 16 UU 22/2001)
KEGIATAN USAHA HULU
04 Wilayah Kerja
Menteri melalui Direktur Jenderal menyiapkan Wilayah Kerja yang berasal dari Wilayah Terbuka untuk
ditawarkan kepada BU atau BUT. Sedangkan wilayah terbuka meliputi diantaranya wilayah yang belum
pernah ditetapkan sebagai Wilayah Kerja serta sebagian atau seluruh Wilayah Kerja yang dikembalikan
Kontraktor berdasarkan Kontrak Kerja Sama (Pasal 4 Permen ESDM 35/2021)
Pemerintah lewat Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebagai Pemegang Kuasa
Pertambangan mewakili wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi melalui
penawaran Wilayah Kerja kepada BU/BUT yang berminat berdasarkan peraturan Menteri ESDM Nomor 40
Tahun 2006, melalui dua cara :
Kegiatan Usaha Hilir dapat dilaksanakan oleh Badan Usaha setelah mendapat Izin Usaha dari
Pemerintah. (Pasal 23 UU 22/2001)
Izin Usaha yang diperlukan untuk kegiatan usaha Minyak Bumi dan/atau kegiatan usaha Gas Bumi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibedakan atas:
a. Izin Usaha Pengolahan;
b. Izin Usaha Pengangkutan;
c. Izin Usaha Penyimpanan;
d. Izin Usaha Niaga.
Setiap BU dapat diberi lebih dari 1 (satu) Izin Usaha sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
KEGIATAN USAHA HILIR
Pasal 33 UU 22/2001 :
1. Kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dilaksanakan di dalam Wilayah
Hukum Pertambangan Indonesia;
2. Hak atas Wilayah Kerja tidak meliputi hak atas tanah permukaan bumi.
3. Kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi tidak dapat dilaksanakan pada:
a. tempat pemakaman, tempat yang dianggap suci, tempat umum, sarana dan prasarana umum, cagar alam,
cagar budaya, serta tanah milik masyarakat adat;
b. Lapangan dan bangunan pertahanan negara serta tanah di sekitarnya;
c. bangunan bersejarah dan simbol-simbol negara;
d. bangunan, rumah tinggal, atau pabrik beserta tanah pekarangan sekitarnya, kecuali dengan izin dari instansi
Pemerintah, persetujuan masyarakat, dan perseorangan yang berkaitan dengan hal tersebut.
Konsep HMN dan asa pemisahan horizontal kembali tercermin dalam ketentuan peraturan hukum tanah
nasional
Hubungan Kegiatan Migas dan HAT
Dalam hal Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap akan menggunakan bidang-bidang tanah hak
atau tanah negara di dalam Wilayah Kerjanya, Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap yang
bersangkutan wajib terlebih dahulu mengadakan penyelesaian dengan pemegang hak atau
pemakai tanah di atas tanah negara, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. (Pasal 34 UU 22/2001)
Konsep HMN dan asas pemisahan horizontal kembali tercermin dalam kenttntuan hukum Migas
Hubungan Kegiatan Migas dan HAT
Pasal 36 UU 22/2001 :
1. Dalam hal Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap telah diberikan Wilayah Kerja, maka terhadap
bidang-bidang tanah yang dipergunakan langsung untuk kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi
dan areal pengamanannya, diberikan hak pakai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan wajib memelihara serta menjaga bidang tanah tersebut.
2. Dalam hal pemberian Wilayah Kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi areal yang
luas di atas tanah negara, maka bagian-bagian tanah yang tidak digunakan untuk kegiatan usaha
Minyak dan Gas Bumi, dapat diberikan kepada pihak lain oleh menteri yang tugas dan tanggung
jawabnya meliputi bidang agraria atau pertanahan dengan mengutamakan masyarakat setempat
setelah mendapat rekomendasi dari Menteri.
PERTANYAAN
1. Apakah HAT diatas permukaan bumi merupakan hak atas wilayah kerja? YA/TIDAK.
2. Apakah kegiatan usaha migas dapat dilakukan tanah ulayat masyarakat hukum adat? YA/TIDAK.
3. Apakah BU/BUT dalam melakukan kegiatan usaha eksplorasi perlu memperoleh izin persetujuan tehadap
pemegang HAT? -YA/TIDAK.
4. Apakah BU/BUT dalam melakukan kegiatan usaha eksplorasi diatas tanah negara yang dikuasai
masyarakat perlu memperoleh izin persetujuan ? -YA/TIDAK
5. Apakah BU/BUT yang telah diberi wilayah kerja dapat diberikan hak atas tanah? -YA/TIDAK
6. Apakah pemegang HAT dapat menolak kegiatan usaha migas yang dilakukan oleh BU/BUT? YA/TIDAK.
TERIMA KASIH
semoga bermanfaat untuk semua