Anda di halaman 1dari 30

LogoType

ASPEK HUKUM MINYAK DAN GAS BUMI


Oleh :
Mohammad Nizar Sabri, S.H.,M.Kn
Ruang Lingkup
01 Konsep Dasar Hukum Migas

Apa itu Migas, Asal Usul Migas, Dasar Hukum, Sumber Daya Alam (SDA)

02 Penguasaan Negara Atas Migas


Prinsip Penguasaan oleh Negara, Prinsip Sebesar-Besar Kemakmuran
Rakyat

03 Kegiatan Usaha Hulu

Pengusahaan Sektor Hulu, BU/BUT dan Jangka Waktu KKS , Wilayah Kerja

04 Kegiatan Usaha Hilir


Pengusahaan Sektor Hilir, Perbandingan Izin dan KKS

05 Hubungan Kegiatan Migas dan HAT


Lokasi Kegiatan Usaha Migas, Keberlakukan Hukum Tanah Nasional, Hubungan
Pemegang HAT dengan Pemegang KKS, Pemberian HAT diatas Wilayah Kerja
Konsep Dasar Hukum
Migas
KONSEP DASAR HUKUM MIGAS

01 Apa itu Migas?


Minyak dan gas bumi adalah sumber daya alam yang tersimpan di bawah permukaan
bumi dan berbentuk cair maupun gas. Minyak dan gas bumi berada di dalam pori-pori batuan pada suatu
kolam di perut bumi yang disebut reservoir (Sumber: migas.esdm.go.id)

Minyak Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperature
atmosfer berupa fasa cair atau padat, termasuk aspal, lilin mineral atau ozokerit, dan bitumen yang diperoleh
dari proses penambangan, tetapi tidak termasuk batubara atau endapan hidrokarbon lain yang berbentuk
padat yang diperoleh dari kegiatan yang tidak berkaitan dengan kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi (Pasal
1 angka 1 UU 22/2001)

Gas Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperatur
atmosfer berupa fasa gas yang diperoleh dari proses penambangan Minyak dan Gas Bumi (Pasal 1 angka 2
UU 22/2001)
KONSEP DASAR HUKUM MIGAS

02 Asal Usul Migas


Minyak dan Gas Bumi berasal dari organisme (fosil) dari plankton maupun tumbuhan yang mengalami proses
pematangan sebagai akibat dari pembebanan dan temperatur yang cukup dalam kurun waktu yang panjang,
sehingga unsur-unsur karbon dan hidrogen terpisahkan membentuk senyawa baru berupa Hidrokarbon.
1. TEORI BIOGENETIK (organik) : Teori ini menyebutkan bahwa minyak bumi dan gas alam terbentuk dari
beraneka jasad organic seperti hewan dan tumbuhan yang mati dan tertimbun endapan pasir dan lumpur.
Kemudian endapan lumpur ini menghanyutkan senyawa pembentuk minyak bumi ini dari sungai menuju
ke laut dan mengendap di dasar lautan selama jutaan tahun. Akibat pengaruh waktu, temperatur dan
tekanan lapisan batuan di atasnya menyebabkan organisme itu menjadi bintik-bitnik minyak ataupun gas;
2. TEORI ANORGANIK: teori ini menyebutkan bahwa minyak bumi terbentuk karena aktvitas bakteri. Unsur
seperti oksigen, belerang dan nitrogen dari zat yang terkubur akibat aktivitas bakteri berubah menjadi zat
minyak yang berisi hidrokarbon.
3. TEORI DUPLEK: teori ini merupakan teori yang banyak digunakan oleh kalangan luas karena
menggabungkan Teori Biogenetik dengan Anorganik yang menjelaskan bahwa minyak bumi dan gas alam
terbentuk dari berbagai jenis organisme laut baik hewan maupun tumbuhan.
KONSEP DASAR HUKUM MIGAS
03 Dasar Hukum Migas

• Perppu No. 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja


• UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi;
• PP No. 42 Tahun 2002 tentang Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi;
• PP No. 55 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004
tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak Dan Gas Bumi
• PP No. 34 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang
Kegiatan Usaha Hulu Minyak Dan Gas Bumi (status diubah);
• PP No. 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (status diubah);
• PP No. 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi;
• Peraturan Menteri ESDM No. 7 Tahun 2019 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Data Minyak dan Gas
Bumi
• Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 35 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penetapan
dan Penawaran Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi
KONSEP DASAR HUKUM MIGAS
04 Sumber Daya Alam

SDA

BERADA DIDALAM DIMANFAATKAN


BUMI
( KOMODITI)
DICARI - DIAMBIL
Penguasaan Negara atas Migas
PENGUASAAN NEGARA ATAS MIGAS

01 Prinsip Penguasaan oleh Negara


Dikuasai oleh Negara harus diartikan mencakup makna penguasaan oleh negara dalam arti yang luas yang
bersumber dan diturunkan dari konsepsi kedaulatan rakyat Indonesia atas segala sumber kekayaan “bumi,
air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya”, termasuk pula di dalamnya pengertian kepemilikan
publik oleh kolektivitas rakyat atas sumber-sumber kekayaan dimaksud.

Pasal 33 UUD 1945 memberikan penekanan pada penguasaan Negara terhadap Bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar ­besar kemakmuran
rakyat.

Hanya negara yang dibenarkan untuk melakukan pengelolaan migas untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat dengan membentuk perusahaan negara. Di samping itu, penguasaan migas haruslah di tangan
pemerintah, sedangkan pengusahaannya dilakukan oleh perusahaan negara.
PENGUASAAN NEGARA ATAS MIGAS

01 Lanjutan…

1. Fungsi kebijakan (beleid).


2. Fungsi pengurusan (bestuursdaad), dilakukan oleh Pemerintah dengan kewenangannya untuk
mengeluarkan dan mencabut fasilitas perizinan (vergunning), lisensi (licentie), dan konsesi (consessie).
3. Fungsi pengaturan (regelendaad), fungsi pengaturan oleh negara (regelendaad) dilakukan melalui
kewenangan legislasi oleh DPR bersama Pemerintah, dan regulasi oleh Pemerintah.
4. Fungsi pengelolaan (beheersdaad), Fungsi pengelolaan (beheersdaad) dilakukan melalui mekanisme
pemilikan saham (share-holding) dan/atau sebagai instrumen kelembagaan, yang melaluinya negara,
dalam hal ini Pemerintah, mendayagunakan penguasaannya atas sumber-sumber kekayaan itu untuk
digunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
5. Fungsi pengawasan (toezichthoudensdaad) untuk tujuan sebesar besarnya kemakmuran rakyat. Fungsi
pengawasan oleh negara (toezichthoudensdaad) dilakukan oleh organ negara dalam rangka mengawasi
dan mengendalikan agar pelaksanaan penguasaan oleh negara atas sumber-sumber kekayaan dimaksud
benar-benar dilakukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran seluruh rakyat.
PENGUASAAN NEGARA ATAS MIGAS

02 Prinsip Sebesar-Besar Kemakmuran Rakyat

1. Dalam perjalanannya, sudah banyak putusan MK terkait dengan undang-undang yang mengatur tentang
sumber daya energi, khusus untuk undang-undang tentang Migas Nomor  22 Tahun 2001, paling tidak
telah diajukan judicial review ke MK sebanyak 4 kali;
2. MK memulai pendapatnya dengan mengemukakan bahwa minyak dan gas bumi  adalah termasuk cabang
produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak, dan merupakan kekayaan
alam yang terkandung dalam bumi dan air Indonesia yang harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat sebagaimana dimaksud Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) UUD
1945;
3. Negara sangat mungkin melakukan penguasaan terhadap sumber daya alam secara penuh tetapi tidak
memberikan manfaat bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat. Di satu sisi negara dapat menunjukkan
kedaulatan pada sumber daya alam, namun di sisi lain rakyat tidak serta merta mendapatkan sebesar-
besar kemakmuran atas sumber daya alamnya. Oleh karena itu, menurut MK, secara konstitusional
untuk mengukur makna konstitusional dari penguasaan negara justru terdapat pada frasa “untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat”;
Kegiatan Usaha Hulu
KEGIATAN USAHA HULU

01 Penguasahaan Sektor Hulu

Kegiatan Usaha Hulu yang mencakup: (Pasal 5 UU 22/2001)


a. Eksplorasi;
b. Eksploitasi.

Kegiatan Usaha Hulu sebagaimana dimaksud paling sedikit memuat persyaratan: (Pasal 24 ayat 2 PP
35/2004)
a. kepemilikan sumber daya alam tetap di tangan Pemerintah sampai pada titik penyerahan;
b. pengendalian manajemen atas operasi yang dilaksanakan oleh Kontraktor berada pada Badan
Pelaksana;
c. modal dan risiko seluruhnya ditanggung Kontraktor.

Badan Pelaksana dimaksud yaitu Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi adalah
lembaga yang dibentuk Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 16 Juli 2002 sebagai pembina dan
pengawas Kontraktor Kontrak Kerja Sama di dalam menjalankan kegiatan eksplorasi, eksploitasi dan
pemasaran migas Indonesia namun pada tahun 2012 Lembaga tersebut dibubarkan dan didirikan Satuan
Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKKMIGAS).
KEGIATAN USAHA HULU

01 Lanjutan…

Kegiatan Usaha Hulu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 angka 1 dilaksanakan dan dikendalikan
melalui Kontrak Kerja Sama. (Pasal 6 UU 22/2001)
Masalahnya adalah, terutama jika dikaitkan dengan prinsip kedaulatan negara atas SDA, mengapa memilih
kontrak kerja sama sebagai bentuk hukum pengusahaan hulu migas? Mengapa, tidak memilih izin sebagai
bentuk hukum pengusahaan migas seperti halnya dalam pengusahaan mineral dan batu bara atau panas
bumi? Bukankah dasar hukum pengusahaan migas, mineral dan batu bara, dan panas bumi bersumber
pada ketentuan yang sama, yaitu Pasal 33 UUD 1945 ? Jika di Indonesia terjadi darurat migas, dapatkah
negara yang notabene sebagai pemegang kedaualatan atas energi mengambil langkah-langkah kebijakan
sebagaimana diamanatkan Pasal 6 ayat (3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi, di
antaranya membatalkan kontrak migas yang ada?
KEGIATAN USAHA HULU

02 BU/BUT

Kegiatan Usaha Hulu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 angka 1 dilaksanakan oleh Badan
Usaha (Badan Hukum Indonesia) atau Bentuk Usaha Tetap (Badan Hukum Asing) berdasarkan Kontrak
Kerja Sama dengan Badan Pelaksana. (Pasal 11 UU 22/2001)

Badan Usaha yang selanjutnya disingkat BU adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang
menjalankan jenis usaha bersifat tetap, terus-menerus dan didirikan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan serta bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Pasal 1
angka 16 Permen ESDM 35/2021)

Bentuk Usaha Tetap yang selanjutnya disingkat BUT adalah badan usaha yang didirikan dan
berbadan hukum di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang melakukan kegiatan di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan wajib mematuhi peraturan perundang-undangan yang
berlaku di Republik Indonesia.
KEGIATAN USAHA HULU

02 Lanjutan…
BUT hanya dapat melaksanakan kegiatan Usaha Hulu. (Pasal 9 UU 22/2001)

BU yang melakukan Kegiatan Usaha Hulu dilarang melakukan Kegiatan Usaha Hilir. (Pasal 10 ayat (1)
UU 22/2001)
BU yang melakukan Kegiatan Usaha Hilir tidak dapat melakukan Kegiatan Usaha Hulu. (Pasal 10 ayat (2)
UU 22/2001)
KEGIATAN USAHA HULU

03 Apa itu KKS?


Kontrak Kerja Sama adalah Kontrak Bagi Hasil atau bentuk kontrak kerja sama lain dalam kegiatan
Eksplorasi dan Eksploitasi yang lebih menguntungkan Negara dan hasilnya dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat. (Pasal 1 angka 19 UU 22/2001)

Pasal 14 UU 22/2001
1. Jangka waktu Kontrak Kerja Sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dilaksanakan
paling lama 30 (tiga puluh) tahun.
2. Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap dapat mengajukan perpanjangan jangka waktu Kontrak
Kerja Sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) paling lama 20 (dua puluh) tahun.

Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap wajib mengembalikan sebagian Wilayah Kerjanya secara
bertahap
atau seluruhnya kepada Menteri. (Pasal 16 UU 22/2001)
KEGIATAN USAHA HULU

04 Wilayah Kerja
Menteri melalui Direktur Jenderal menyiapkan Wilayah Kerja yang berasal dari Wilayah Terbuka untuk
ditawarkan kepada BU atau BUT. Sedangkan wilayah terbuka meliputi diantaranya wilayah yang belum
pernah ditetapkan sebagai Wilayah Kerja serta sebagian atau seluruh Wilayah Kerja yang dikembalikan
Kontraktor berdasarkan Kontrak Kerja Sama (Pasal 4 Permen ESDM 35/2021)

Pemerintah lewat Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebagai Pemegang Kuasa
Pertambangan mewakili wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi melalui
penawaran Wilayah Kerja kepada BU/BUT yang berminat berdasarkan peraturan Menteri ESDM Nomor 40
Tahun 2006, melalui dua cara :

1. Lelang (Regular Tenders)


2. Penawaran Langsung (Direct Offers)
PERTANYAAN
1. Apakah dalam kegiatan eksplorasi boleh melakukan kegiatan pengeboran, pengangkutan dan
pengolahan migas? YA/ TIDAK.
2. Apakah BU yang melakukan kegiatan eksploitasi dapat juga melakukan kegiatan hilir? YA/TIDAK.
3. Apakah SDA yang berhasil di eksploitasi serta merta menjadi milik Pihak Kontraktor? YA/TIDAK.
4. Apakah BU yang melakukan kegiatan usaha hulu dilarang melakukan usaha hilir? -YA/TIDAK
5. Apakah BU/BUT diperbolehkan melakukan perpanjangan kontrak kerja sama selama 30 tahun? YA/
TIDAK.
Kegiatan Usaha Hilir
KEGIATAN USAHA HILIR

01 Penguasahaan Sektor Hilir

Kegiatan Usaha Hilir dapat dilaksanakan oleh Badan Usaha setelah mendapat Izin Usaha dari
Pemerintah. (Pasal 23 UU 22/2001)
Izin Usaha yang diperlukan untuk kegiatan usaha Minyak Bumi dan/atau kegiatan usaha Gas Bumi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibedakan atas:
a. Izin Usaha Pengolahan;
b. Izin Usaha Pengangkutan;
c. Izin Usaha Penyimpanan;
d. Izin Usaha Niaga.

Setiap BU dapat diberi lebih dari 1 (satu) Izin Usaha sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
KEGIATAN USAHA HILIR

02 Perbandingan Izin Usaha dan KKS

Perbandingan Izin Usaha Kontrak Kerja Sama

Jenis Substansi Izin/Legacy Perjanjian/Kontrak

Kedudukan Para Pihak Tidak Seimbang (Negara Sejajar/Proporsional


Lebih berkuasa)
Pembuat Negara Para Pihak

Kelebihan Negara sebagai Penguasa Pacta Sunt Servanda


PERTANYAAN
1. Apakah BUT diperbolehkan menjalankan usaha hilir? YA/TIDAK.
2. Apakah BU yang telah melakukan usaha eksploitasi juga dapat memperoleh izin usaha pada
kegiatan hilir? -YA/TIDAK
3. Apakah BU dapat diberikan lebih dari 1 izin usaha? -YA/TIDAK
Hubungan Kegiatan Migas
dan HAT
Hubungan Kegiatan Migas dan HAT

01 Lokasi Kegiatan Usaha Migas

Pasal 33 UU 22/2001 :
1. Kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dilaksanakan di dalam Wilayah
Hukum Pertambangan Indonesia;
2. Hak atas Wilayah Kerja tidak meliputi hak atas tanah permukaan bumi.
3. Kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi tidak dapat dilaksanakan pada:
a. tempat pemakaman, tempat yang dianggap suci, tempat umum, sarana dan prasarana umum, cagar alam,
cagar budaya, serta tanah milik masyarakat adat;
b. Lapangan dan bangunan pertahanan negara serta tanah di sekitarnya;
c. bangunan bersejarah dan simbol-simbol negara;
d. bangunan, rumah tinggal, atau pabrik beserta tanah pekarangan sekitarnya, kecuali dengan izin dari instansi
Pemerintah, persetujuan masyarakat, dan perseorangan yang berkaitan dengan hal tersebut.

Konsep HMN dan asa pemisahan horizontal kembali tercermin dalam ketentuan peraturan hukum tanah
nasional
Hubungan Kegiatan Migas dan HAT

02 Keberlakuan Hukum Tanah Nasional

Dalam hal Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap akan menggunakan bidang-bidang tanah hak
atau tanah negara di dalam Wilayah Kerjanya, Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap yang
bersangkutan wajib terlebih dahulu mengadakan penyelesaian dengan pemegang hak atau
pemakai tanah di atas tanah negara, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. (Pasal 34 UU 22/2001)

Konsep HMN dan asas pemisahan horizontal kembali tercermin dalam kenttntuan hukum Migas
Hubungan Kegiatan Migas dan HAT

03 Hubungan Pemegang HAT dan Pemegang KKS


Pasal 35 UU 22/2001 :
Pemegang hak atas tanah diwajibkan mengizinkan Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap untuk
melaksanakan Eksplorasi dan Eksploitasi di atas tanah yang bersangkutan, apabila:
a. sebelum kegiatan dimulai, terlebih dahulu memperlihatkan Kontrak Kerja Sama atau salinannya yang sah,
serta memberitahukan maksud dan tempat kegiatan yang akan dilakukan;
b. dilakukan terlebih dahulu penyelesaian atau jaminan penyelesaian yang disetujui oleh pemegang
hak atas tanah atau pemakai tanah di atas tanah negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34.
Hubungan Kegiatan Migas dan HAT

04 Pemberian HAT diatas Wilayah Kerja

Pasal 36 UU 22/2001 :
1. Dalam hal Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap telah diberikan Wilayah Kerja, maka terhadap
bidang-bidang tanah yang dipergunakan langsung untuk kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi
dan areal pengamanannya, diberikan hak pakai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan wajib memelihara serta menjaga bidang tanah tersebut.
2. Dalam hal pemberian Wilayah Kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi areal yang
luas di atas tanah negara, maka bagian-bagian tanah yang tidak digunakan untuk kegiatan usaha
Minyak dan Gas Bumi, dapat diberikan kepada pihak lain oleh menteri yang tugas dan tanggung
jawabnya meliputi bidang agraria atau pertanahan dengan mengutamakan masyarakat setempat
setelah mendapat rekomendasi dari Menteri.
PERTANYAAN
1. Apakah HAT diatas permukaan bumi merupakan hak atas wilayah kerja? YA/TIDAK.
2. Apakah kegiatan usaha migas dapat dilakukan tanah ulayat masyarakat hukum adat? YA/TIDAK.
3. Apakah BU/BUT dalam melakukan kegiatan usaha eksplorasi perlu memperoleh izin persetujuan tehadap
pemegang HAT? -YA/TIDAK.
4. Apakah BU/BUT dalam melakukan kegiatan usaha eksplorasi diatas tanah negara yang dikuasai
masyarakat perlu memperoleh izin persetujuan ? -YA/TIDAK
5. Apakah BU/BUT yang telah diberi wilayah kerja dapat diberikan hak atas tanah? -YA/TIDAK
6. Apakah pemegang HAT dapat menolak kegiatan usaha migas yang dilakukan oleh BU/BUT? YA/TIDAK.
TERIMA KASIH
semoga bermanfaat untuk semua

Anda mungkin juga menyukai