PROPOSAL
Oleh:
ANGGORO DWI CAHYA
NIM. 301191010010
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI
TEMBILAHAN
2023
0
A. Judul: Efektivitas Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Migas
pada Wilayah Hukum Tembilahan.
B. Latar BelakangMasalah
Undang-undang Dasar 1945. Hal ini sebagaimana dinyatakan bahwa bumi dan
air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
adalah minyak dan gas bumi (Migas). Minyak dan gas bumi merupakan
sumber daya alam yang dikuasai oleh negara dan merupakan sumber
Minyak dan gas bumi merupakan sumber daya alam yang dikuasai oleh
penting dalam penyediaan bahan bakar industri, rumah tangga dan kebutuhan
1
Pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar 1945.
2
Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak
dan GasBumi
1
baik di negara-negara miskin, negara-negara berkembang maupun di negara-
Migas adalah Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas
menyatakan bahwa Minyak bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon
yang dalam kondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa cair atau
padat, termasuk aspal, lilin mineral atau ozokerit, dan bitumen yang diperoleh
hidrokarbon lain yang berbentuk padat yang diperoleh dari kegiatan usaha
oleh negara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan BBM. PT. Pertamina
seperti premium, pertamax, solar, avtur dan minyak tanah (kerosene). 5 Dewasa
ini kebutuhan masyarakat terhadap bahan bakar minyak seperti Migas ini
3
BPH Migas, 2005, Komoditas Bahan Bakar Minyak (BBM), BPH Migas RI, Jakarta.
4
Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi
(Migas).
5
Reyhard Jonathan Ilely, Teknik dan Taktik Penimbunan Bahan Bakar Minyak (Studi
Kasus Pada Direktorat Krimsus Polda Maluku), Jurnal Ilmu Hukum, Volume 1 Nomor 7
September 2021, 697-707.
2
Meningkatnya kebutuhan manusia di bidang produksi minyak dan gas
ditimbulkan akibat perbuatan hukum ini yaitu terbatasnya pasokan Migas ini ke
masyarakat.
Negara hukum adalah Negara yang berdiri di atas hukum. Suatu negara
dalam negara hukum harus komitmen menjunjung tinggi hak asasi manusia
Hukum dan Pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya (equality before the
law).6
hukum privat atau perdata. Hukum publik adalah hukum yang mengatur
negaranya. Golongan hukum publik ini salah satunya adalah hukum pidana.
6
Bambang Waluyo, Viktimologi Perlindungan Korban dan Saksi, Sinar Grafika, Jakarta,
2012, hlm. 1.
3
Hukum pidana sebagai hukum publik mempunyai hubungan yang erat dengan
dengan norma-norma hukum yang berlaku dan setiap tindakan yang melanggar
adalah kegiatan usaha yang berintikan atau bertumpu pada kegiatan usaha
terdapat dalam bab XI yaitu Pasal 51, Pasal 52, Pasal 53, Pasal 54, Pasal 55,
dari oknum pegawai SPBU itu sendiri. Penyalahgunaan izin tersebut juga
yang memiliki izin kegiatan usaha hilir. Maka atas penyalahgunaan izin
7
Tiar Ramon, Ilmu Hukum Suatu Pengantar, Trussmedia Grafika, Yogyakarta, 2016, hlm.
11
4
Implikasi dari adanya sanksi pidana di dalam bab ketentuan pidana
dilakukan oleh negara atau pemerintah yang dalam hal ini dilaksanakan pihak
Salah satu kasus dugaan tindak pidana dibidang minyak dan gas bumi
Pasal 55 ayat (1) ke 1e KUHP subsider pasal 53 huruf b dan atau huruf c jo
minyak dan gas bumi, yang dilakukan oleh salah satu oknum pegawai SPBU
Salah satu tindak pidana dalam Migas adalah pelanggaran atau tindak
5
Bumi menyatakan bahwa setiap orang yang menyalahgunakan Pengangkutan
dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling tinggi Rp.
bakar minyak yang disubsidi pemerintah tentunya diikuti dengan sanksi pidana
Hukum Tembilahan.
C. Perumusan Masalah
hukum Tembilahan.
D. Tujuan Penelitian
8
Pasal 55 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi
6
2. Untuk mengetahui kendala dalam pelaksanaan penegakkan hukum
E. Manfaat Penelitian
sebagai berikut:
yang sama.
F. Kerangka Teori
hukum dan konsep yuridis yang relevan untuk menjawab permasalahan yang
7
muncul dalam penelitian hukum. 9 Untuk membahas dan menjelaskan
Secara konseptual maka inti dan arti penegakan hukum terletak pada
kemudian menjadi pedoman atau patokan atau sikap tindak yang dianggap
menyangkut membuat keputusan yang tidak secara ketat diatur oleh kaidah
hukum yang dilakukan oleh subjek hukum, baik melalui prosedur peradilan
9
Salim H.S, Perkembangan Teori dalam Ilmu Hukum, Rajawali, Jakarta, 2010, hlm. 54.
10
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, Cet. 13 Rajawali Press 2014, hlm. 1.
11
Ibid., hlm. 2.
12
Tiar Ramon, Op., Cit. hlm. 182.
8
ataupun melalui prosedur arbitrase dan mekanisme penyelesaian sengketa
khususnya yang lebih sempit lagi melalui proses peradilan pidana yang
badan-badan peradilan. 13
9
hukum yang disampaikan oleh Lawrence Friedman yang meliputi: 15
pranata hukum yang menopang sistem hukum itu sendiri, yang terdiri atas
b. Substansi Hukum, dimana merupakan isi dari hukum itu sendiri, artinya
15
Ibid,. hlm. 6
10
hendaklah dijadikan upaya terakhir dalam hal penegakan hukum. Sudikno
lain sudah tidak dapat memberikan efek jera bagi pelakunya. Ketentuan
ditempuh lagi. Upaya ini ditujukan agar dalam proses hukum pidana yang
didalamnya tentu saja lembaga penasehat hukum. Dimana dasar hukum dari
pemidanaan adalah terletak pada kejahatan itu sendiri, yaitu pembalasan atau
siksaan, akan tetapi di samping itu diakuinya pula sebagai dasar pemidanaan
16
Ibid., hlm. 9
17
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 2010, hlm 162-
163.
11
b) Penerapan hukum dipandang sebagai sistem administratif (administrative
Soekanto adalah:18
1. Faktor Hukum
itu sendiri yang bermasalah. Penegakan hukum yang berasal dari UU itu
pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan, hal ini disebabkan oleh
normatif. Justru itu, suatu kebijakan atau tindakan yang tidak sepenuhnya
kebijakan atau tindakan itu tidak bertentangan dengan hukum. Maka pada
18
Tiar Ramon, Op., Cit. hlm. 196.
19
https://business-law.binus.ac.id diakses pada Tanggal 05 April 2023 Pukul 06.17 WIB.
12
hakikatnya penyelenggaraan hukum bukan hanya mencakup law enforcement,
langsung maupun tidak langsung terlibat dalam penegakan hukum mulai dari
petugas kurang baik, ada masalah. Oleh karena itu, salah satu kunci
penegak hukum. 21
Tanpa adanya atau dukungan sarana atau fasilitas yang memadai, maka
tidaklah mudah penegakan hukum berlangsung dengan baik, yang antara lain
yang baik, peralatan yang cukup memadai, keuangan yang cukup, dan
20
Ibid., hlm. 196.
21
Ibid., hlm. 197
13
Faktor sarana atau fasilitas pendukung mencakup perangkat lunak dan
Pendidikan yang diterima oleh Polisi dewasa ini cenderung pada hal-hal yang
computer, dalam tindak pidana khusus yang selama ini masih diberikan
wewenang kepada jaksa, hal tersebut karena secara teknis yuridis polisi
dianggap belum mampu dan belum siap. Walaupun disadari pula bahwa tugas
4. Faktor Masyarakat
faktor masyarakat, maka masalah kejahatan atau penegakan hukum ini ada di
persoalan yang timbul adalah taraf kepatuhan hukum, yaitu kepatuhan hukum
22
Ibid., hlm. 199.
14
terhadap hukum, merupakan salah satu indikator berfungsinya hukum yang
bersangkutan.23
5. Faktor Kebudayaan
sangat besar bagi manusia dan masyarakat, yaitu untuk mengatur agar
yang dianggap baik (sehingga dianuti) dan apa yang dianggap buruk (sehingga
dihindari).
mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat, yaitu
2. Teori Pemidanaan
23
Ibid., hlm. 200.
24
Ibid., hlm. 202
15
masyarakat. Dalam perkembangannya, tujuan pemidanaan dan pemidanaan
dari waktu ke waktu dengan berbagai aliran atau penggolongan sebagai berikut.25
(free will) manusia yang menekankan pada perbuatan pelaku kejahatan sehingga
prinsipnya hanya menganut single track system berupa sanksi tunggal, yaitu
sanksi pidana. Aliran ini juga bersifat retributif dan represif terhadap tindak
pidana, sebab doktrin dalam aliran ini adalah pidana harus sesuai dengan
Aliran Modern atau aliran positif bertitik tolak pada aliran determinisme
Aliran ini menyatakan bahwa sistem hukum pidana, tindak pidana sebagai
didasarkan pada konteks hukum yang murni atau sanksi pidana itu sendiri harus
tetap dipertahankan. Hanya saja dalam menggunakan hukum pidana, aliran ini
25
https://www.lawyersclubs.com. Diakses pada tanggal 21 Mei 2023 Pukul 21.24 WIB.
16
menolak penggunaan fiksi-fiksi yuridis dan teknik-teknik yuridis yang terlepas
dari kenyataan sosial. Aliran Neo Klasik beranggapan bahwa pidana yang
dihasilkan olah aliran klasik terlalu berat dan merusak semangat kemanusiaan
yang berkembang pada saat itu. Perbaikan dalam aliran neo klasik ini didasarkan
pidana.
masyarakat sebagai reaksi dari timbul dan berkembangnya kejahatan itu sendiri
hukum pidana dikenal ada lima aliran, untuk lebih jelasnya tentang aliran-aliran
kejahatan itu sendiri untuk menunjukkan kejahatan itu sebagai dasar hubungan
26
Nandang Sambas, 2010, Pembaruan Sistem Pemidanaan Anak Di Indonesia, Graha
Ilmu. hlm. 12.
17
merupakan pembalasan atas kesalahan yang telah dilakukan, jadi berorientasi
pada perbuatan dan terletak pada kejahatan itu sendiri. Pemidanaan diberikan
karena si pelaku harus menerima sanksi itu demi kesalahannya. Menurut teori
ini, dasar hukuman harus dicari dari kejahatan itu sendiri, karena kejahatan itu
yang telah dilakukan oleh pelaku telah menimbulkan penderitaan bagi orang
penderitaan bagi orang lain. Setiap kejahatan tidak boleh tidak harus diikuti
Ada banyak filsuf dan dan ahli hukum pidana yang menganut teori ini,
27
Fitri Wahyuni, 2017, Dasar-dasar Hukum Pidana di Indonesia, PT. Nusantara Persada
Utama, Tangerang Selatan. hlm. 167.
18
dapat menimbulkan rasa puas bagi orang, yang dengan jalan menjatuhkan
pidana yang setimpal dengan perbuatan yang telah dilakukan. Sehingga pada
dari adanya kejahatan. Ciri pokok atau karakteristik teori retributif, yaitu:28
ditujukan pada masyarakat. Dalam ajaran ini yang dianggap sebagai dasar
28
Erwin Pangihutan Situmeang, Kebijakan Hukum Pidana Terhadap Anak Sebagai Pelaku
Tindak Pidana yang Berulang (Residivis) Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
Tentang Perlindungan Anak (Studi Putusan Pengadilan Negeri Surakarta: Nomor. 02/Pid.Sus.
Anak/2014/PN.Skt.), Tesis Magister Hukum Universitas Sumatera Utara, 2019, hlm 26.
19
hukum dari pemidanaan adalah bukan velgelding, akan tetapi tujuan (doel) dari
pidana itu. Jadi aliran ini menyandarkan hukuman pada maksud dan tujuan
pemidanaan itu, artinya teori ini mencari mamfaat daripada pemidanaan (nut
dipandang secara ideal, selain dari itu, tujuan hukuman adalah untuk mencegah
(prevensi) kejahatan.
penjahat dan orang lain yang berpotensi atau cederung melakukan kejahatan.
Jadi tujuan pidana menurut teori relatif adalah untuk mencegah agar ketertiban
di dalam masyarakat tidak terganggu. Dengan kata lain, pidana yang dijatuhkan
29
Fitri Wahyuni, Op, Cit., hlm. 169.
20
prevensi khusus menekankan bahwa tujuan pidana itu dimaksudkan agar
terhadap teori absolut (walaupun secara historis teori ini bukanlah suatu bentuk
dalam penjatuhan hukuman terhadap penjahat. Teori yang juga dikenal dengan
nama teori nisbi ini menjadikan dasar penjatuhan hukuman pada tujuan dan
van destraf).
pidana dan pemidanaan itu sendiri merupakan obyek kajian dalam bidang
hukum pidana yang disebut hukum penitensier (penitensier recht). Oleh karena
persoalan hukum pidana yang dikupas atau dibahas dalam hukum penitensier
itu sendiri dalam arti sempit dapat diartikan sebagai segala peraturanperaturan
30
Ibid.
31
Failin, Sistem Pidana Dan Pemidanaan Di Dalam Pembaharuan Hukum Pidana
Indonesia, Jurnal Cendekia Hukum: Vol. 3, No 1, September 2017, hlm. 15.
21
peraturan tersebut dapat menekan tindak kejahatan dari orang yang berniat
yang kejam agar khalayak umum takut dan tidak melakukan hal yang serupa
tetap (incracht van gewijsde) dinyatakan secara sah dan meyakinkan terbukti
pembenar penjatuhan pidana. Adapun ciri pokok atau karakteristik teori relatif
(utilitarian), yaitu:33
32
Ibid, hlm. 17.
33
Ibid.
22
tidak membantu pencegahan kejahatan untuk kepentingan kesejahteraan
masyarakat.
Maka dapat disimpulkan bahwa dalam teori relatif, negara dalam
c) Teori Gabungan
dan asas tertib pertahanan tata tertib masyarakat, dengan kata lain dua alasan
itu menjadi dasar dari penjatuhan pidana. Groritius atau Huge de Groot
pelaku kejahatan, namun dalam batas apa yang layak ditanggung pelaku
layak dijatuhkan.34
Teori ini sebagai reaksi dari teori sebelumnya yang kurang dapat
ajaran teori ini dasar hukum dari pemidanaan adalah terletak pada kejahatan itu
sendiri, yaitu pembalasan atau siksaan, akan tetapi di samping itu diakuinya
pula sebagai dasar pemidanaan itu adalah tujuan daripada hukum. Teori ini
tidak boleh melampaui batas dari apa yang pelu dan cukup untuk dapatnya
34
Fitri Wahyuni, Op. Cit,. hlm 170.
35
Adami Chazawi, Op. Cit,. hlm 162-163.
23
2) Teori gabungan yang mengutamakan perlindungan tata tertib masyarakat,
tetapi penderitaan atas dijatuhinya pidana tidak boleh lebih berat daripada
tidak perlu memilih salah satu dari ketiga macam teori hukum pidana tersebut
apa yang dianut melainkan berdasarkan unsur humanis yang berkenaan dengan
d) Teori Treatment,
memulihkan kualitas sosial dan moral masyarakat agar dapat berintegrasi lagi
pengganti dari penghukuman. Aliran ini merupakan aliran positif yang melihat
36
Erwin Pangihutan Situmeang, 2019, Kebijakan Hukum Pidana Terhadap Anak Sebagai
Pelaku Tindak Pidana Yang Berulang (Residivis) Ditinjau Dari Undang-undang Nomor 35 Tahun
2014 Tentang Perlindungan Anak, Tesis Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.hlm. 21.
24
Treatment sebagai tujuan pemidanaan dikemukakan oleh aliran positif.
Aliran ini beralaskan paham determinasi yang menyatakan bahwa orang tidak
keadaan jiwa seorang yang abnormal. Oleh karena itu si pelaku kejahatan tidak
lebih lanjut dari aliran modern dengan tokoh terkenalnya Filippo Gramatica,
tujuan utama dari teori ini adalah mengintegrasikan individu ke dalam tertib
oleh pandangan tentang perbuatan anti sosial, dalam artian bahwa perbuatan
pelaku adalah perbuatan yang hanya anti sosial karena adanya seperangkat
umumnya.38
25
kebijakan penal dan non-penal dalam hal untuk menanggulangi kejahatan. Oleh
G. Kerangka Konseptual
1. Efektifitas adalah unsur pokok mencapai tujuan atau sasaran yang telah
efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan
sebelumnya.39
hukum dan oleh setiap orang yang mempunyai kepentingan sesuai dengan
3. Tindak pidana adalah peristiwa yang dapat dipidana atau perbuatan yang
dapat dipidana.41
4. Minyak bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam
kondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa cair atau padat,
termasuk aspal, lilin mineral atau ozokerit, dan bitumen yang diperoleh dari
hidrokarbon lain yang berbentuk padat yang diperoleh dari kegiatan yang
39
http://reporsitory.umy.ac.id diakses pada Tanggal 04 April 2023 Pukul 06.44 WIB.
40
https://www.hukumonline.com. Diakses Tanggal 31 Mei 2023 Pukul. 21.18 WIB.
41
Fitri Wahyuni, Loc., Cit.
42
Pasal 1 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi.
26
5. Gas bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam
kondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa gas yang diperoleh
H. Metode Penelitian
penelitian hukum yang diambil dari fakta-fakta yang ada di dalam suatu
Tembilahan.
43
Ibid.,
44
Indra Muchlis dkk, Buku Panduan dan Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Hukum
Universitas Islam Indragiri, Alaf Riau, Pekanbaru, 2014, hlm. 22.
45
Ibid.
27
2. Lokasi Penelitian
dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini dan dalam terakhir ini
adanya kasus tindak pidana migas yang dilakukan oleh oknum SPBU di
b) Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
46
Ibid., hlm. 25.
28
populasi telah ditetapkan terlebih dahulu dengan kriteria dan ukuran
Untuk lebih jelasnya sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 1.1.
Populasi dan Sampel
Data yang dikumpulkan dalam penelitian empiris ini terdiri dari data
primer, data sekunder dan data tersier. Sebagai sumber data dalam
a. Data Primer
Data primer adalah data utama yang diperoleh oleh peneliti dari
dari proses penyidikan yang dilakukan oleh penyidik dan juga dari
47
Ibid.
29
b. Data Sekunder
Bumi.
c. Data tersier
primer dan bahan hukum sekunder. Data ini dapat berasal dari kamus
dan eksiklopedi. 48
48
Ibid., hlm. 53.
30
dilakukan pengamatan langsung dengan melakukan pencatatan terhadap
yakni penyidik atau dari pelaku yang melakukan tindak pidana dan dari
masyarakat.
6. Analisis Data
dan orang lain. 49 Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini
bersifat normatif (das sollen) dengan kenyataan (das sein) yang terjadi
49
Sugiyono, Metode Penelitian, Alfabet, Bandung, 2012, hlm. 45.
31
dalam masyarakat.50 Selanjutnya penulis mengambil kesimpulan, dalam
A. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari hasil penelitian yang akan penulis lakukan bab
Bab I : Pendahuluan
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Kerangka Teori
F. Kerangka Konseptual
G. Metode Penelitian
A. Penegakkan Hukum.
Tembilahan.
50
Indra Muchlis dkk, Op. Cit,. hlm. 23.
51
Ibid., hlm. 24
32
Bab IV : Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
33
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
BPH Migas, 2005, Komoditas Bahan Bakar Minyak (BBM), BPH Migas RI,
Jakarta
Kms. Novyar Satriawan Fikri & Herdiansyah, 2019, Kajian Terhadap Sistem
Peradilan Pidana Indonesia, Jurnal Hukum Das Sollen, Fakultas Hukum
Universitas Islam Indragiri.
Indra Muchlis dkk, 2014, Buku Panduan dan Pedoman Penulisan Skripsi
Fakultas Hukum Universitas Islam Indragiri, Alaf Riau, Pekanbaru.
Salim H.S, 2010, Perkembangan Teori dalam Ilmu Hukum, Rajawali, Jakarta.
34
B. Perundang-undangan
Reyhard Jonathan Ilely, Teknik dan Taktik Penimbunan Bahan Bakar Minyak
(Studi Kasus Pada Direktorat Krimsus Polda Maluku), Jurnal Ilmu
Hukum, Volume 1 Nomor 7 September 2021, 697-707
E. Internet
35