Anda di halaman 1dari 37

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA DESA TERHADAP

EFEKTIVITAS PELAYANAN MASYARAKAT DESA


SUNGAI ILIRAN KECAMATAN GAUNG ANAK
SERKA KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

PROPOSAL

OLEH:

AHMAD ZARKANI
NIM: 101191010006

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI
TEMBILAHAN
2021

0
A. Judul: Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Efektivitas
Pelayanan Masyarakat Desa Sungai Iliran Kecamatan Gaung
Anak Serka Kabupaten Indragiri Hilir.

B. Latar Belakang Masalah

Setiap organisasi atau instansi baik formal maupun informal dalam

melaksanakan program yang diarahkan selalu berdaya guna untuk mencapai

tujuan instansi. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan efektivitas

dan kinerja organisasi. Pegawai merupakan Sumber Daya Manusia (SDM)

yang sangat penting dalam menentukan kemajuan dan terciptanya tujuan

yang telah ditentukan. Menurut Hartono (2015) Sumber Daya Manusia

merupakan faktor yang terpenting sebagai penggerak dalam pelaksanaan

seluruh kegiatan organisasi dan didasarkan pada kemampuan serta kreativitas

yang dimiliki setiap individu sebagai kebutuhan untuk mencapai tujuan

organisasi. Suatu organisasi dapat dikatakan berhasil atau tidak akan

diketahui dari kemampuan organisasi dalam mengelola Sumber Daya

Manusianya.

Tujuan organisasi akan berhasil apabila pegawai atau SDM yang

bekerja dapat melakukan tugas-tugas sesuai dengan bidangnya dengan baik,

efektif dan efisien serta penuh tanggung jawab. Seorang pegawai yang

kompeten dibidangnya dan melaksanakan tugas sesuai dengan tujuan

organisasi akan menghasilkan efektivitas kerja organisasi yang baik,

sedangkan pegawai yang tidak berkompeten tidak mampu mencapai tujuan

dengan maksimal sehingga akan menurunkan kinerja dan efektivitas kerja

organisasi.

1
Menurut Effendy dalam Sari (2014:38) efektivitas adalah

komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan sesuai

dengan biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah personil

yang ditentukan. Sedangkan menurut Elihami (2020) efektivitas merupakan

unsur pokok aktivitas organisasi dalam mencapai tujuan atau sasaran yang

telah ditentukan sebelumnya. Bila dilihat dari aspek segi keberhasilan

pencapaian tujuan, maka efektivitas adalah memfokuskan pada tingkat

pencapaian terhadap tujuan organisasi. Selanjutnya ditinjau dari aspek

ketepatan waktu, maka efektivitas adalah tercapainya berbagai sasaran yang

telah ditentukan tepat pada waktunya dengan menggunakan sumbersumber

tertentu yang telah dialokasikan untuk melakukan berbagai kegiatan.

Secara teoritis, kualitas Sumber Daya Manusia dalam suatu

organisasi yang tinggi diharapkan mampu meningkatkan Pelayanan pada

Masyarakat. Hal ini akan dapat tercipta dalam suatu lingkungan kerja yang

kondusif, yang antara lain dipengaruhi oleh tipe kepemimpinan yang tepat.

Kepemimpinan dibutuhkan Manusia, karena adanya suatu keterbatasan dan

kelebihan-kelebihan tertentu pada Manusia. Disinilah timbulnya kebutuhan

akan Pemimpin dan Kepemimpinan.

Kepemimpinan menurut Amirullah (2015:167) adalah orang

yang memiliki wewenang untuk memberi tugas, mempunyai

kemampuan untuk membujuk atau mempengaruhi orang lain dengan

melalui pola hubungan yang baik guna mencapai tujuan yang telah

ditentukan. Kepemimpinan (leadership) dapat dikatakan sebagai cara dari

2
seorang Pemimpin (leader) dalam mengarahkan, mendorong dan mengatur

seluruh unsur-unsur didalam kelompok atau organisasinya untuk mencapai

suatu tujuan organisasi yang diinginkan sehingga menghasilkan pelayanan

pada masyarakat dengan maksimal. Dengan meningkatkan mutu pelayanan

berarti tercapainya hasil kerja seseorang dalam mewujudkan tujuan

Organisasi.

Menurut Istianto dalam dalam Hidayanah (2020) pada sebuah

organsasi pemerintahan, kesuksesan atau kegagalan dalam pelaksanaan

pelayanan masyarakat, dipengaruhi oleh kepemimpinan, melalui

kepemimpinan dan didukung oleh pemerintahan yang memadai, maka

penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik (Good Governance) akan

terwujud, sebaliknya kelemahan kepemimpinan merupakan salah satu sebab

keruntuhan birokrasi.

Desa sebagai unit pemerintah terkecil di bawah Kecamatan dalam

prakteknya berhubungan langsung dengan masyarakat. Di kantor desalah

masyarakat mengurus Kartu Tanda Penduduk (KTP), masalah tanah dan

memusyawarahkan urusan-urusan publik dan sebagainya dengan kata lain di

desalah ujung tombak pelayanan publik. Kepemimpinan yang sesungguhnya

dari seorang kepala desa beserta aparat kemudian akan diterimanya sebagai

bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat.

Untuk mencapai efektivitas pelayanan aparat pada masyarakat yang

diinginkan kepala desa harus menjalankan fungsi dan tugasnya dengan cara

memotivasi para pegawainya dan juga selalu berkomunikasi, agar para

3
pegawainya menyadari bahwa mereka memang dibutuhkan dan tidak dibeda-

bedakan, sehingga mereka mengerjakan pekerjaan mereka dengan sebaik-

baiknya, demi kepuasan masyarakat. Kepala desa juga dibutuhkan untuk

mengontrol kegiatan para pegawainya apakah berjalan dengan tujuan yang

diinginan atau tidak. Kepala desa dan pegawainya harus saling kerja sama

dalam usaha pencapaian tersebut. Masing-masing dari mereka haruslah

menyadari tugas dan tanggungjawabnya.

Masalah pelayanan publik yang diberikan oleh aparatur

pemerintahan menjadi keluhan utama masyarakat. Ini disebabkan karena

dalam proses pelayanan sering kali tidak sesuai dengan prosedur yang sudah

ditetapkan. Padahal Standar Pelayanan Minimal (SPM) dalam setiap instansi

pemerintahan pasti ada. Inilah permasalahan dari implementasi

penyelenggaraan Pemerintahan.

Desa Sungai Iliran salah satu desa yang terletak di Kecamatan Gaung

Anak Serka (GAS) Kabupaten Indragiri Hilir. Tugas pokok pemerintahan

desa adalah menjalankan sebagian kewenangan kecamatan serta

melaksanakan tugas-tugas lainnya berdasar kepada peraturan yang berlaku.

Dalam kapasitasnya sebagai sebuah organisasi pemerintah dibawah

kecamatan, tujuan penyelenggaraan pemerintahan desa adalah terlaksananya

berbagai fungsi kelurahan sesuai dengan kewenangannya yang diberikan oleh

kecamatan secara efektif dan efisien, termasuk di dalamnya adalah fungsi

pelayanan administrasi aparat kepada masyarakat.

4
Pemerintah Desa Sungai Iliran Kecamatan Gaung Anak Serka (GAS)

Kabupaten Indragiri Hilir, yang bekerja dalam pelayanan masyarakat sudah

seharusnya memberikan pelayanan yang terbaik kepada Masyarakat. Untuk

mendapatkan pelayanan yang demikian, Pemerintah Desa Sungai Iliran

Kecamatan Gaung Anak Serka (GAS) Kabupaten Indragiri Hilir harus

seefektif mungkin dalam menjalankan pekerjaannya.

Namun sayang pada prakteknya, di Desa Sungai Iliran Kecamatan

Gaung Anak Serka (GAS) Kabupaten Indragiri Hilir sering kali ditemukan

Pegawai Desa yang tidak bekerja efektif sebagaimana mestinya.

Permasalahan yang terjadi dan menjadi fokus dalam penelitian ini adalah

permasalahan kualitas kepemimpinan kepala desa dalam meningkatkan

efektivitas pelayanan masyarakat, baik dalam bentuk pembangunan secara

fisik maupun non fisik dan maupun dalam masalah administrasi yang

dilakukan desa untuk menunjang kesejahteraan masyarakat. Pada desa Sungai

Iliran Kecamatan Gaung Anak Seraka (GAS) masalah yang sering

dikeluhkan masyarakat terhadap proses pelayanan publik, adalah keterlibatan

masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan yang melibatkan

masyarakat kemudian mengenai masalah pelayanan administrasi seperti

pembuatan Kartu Keluarga ataupun KTP yang dinilai oleh masyarakat

seringnya tidak adanya kepastian pelayanan.

Disinilah tuntutan kepemimpinan seorang Kepala Desa dalam

mengelola para Pegawainya agar lebih efektif dalam melaksanakan tugas dan

5
tanggung jawabnya demi menciptakan aparatur pemerintah yang baik demi

kepuasan Masyarakat.

Kepemimpinan yang efektif dari seorang kepala desa sangat

diperlukan, salah satunya dalam rangka membina suatu masyarakat yang ada

di desa. Untuk mewujudkan atau mencapai efektivitas kinerja Perangkat desa

pada masyarakat, yang diinginkan kepala desa Sungai Iliran Kecamatan

Gaung Anak Serka (GAS) Kabupaten Indragiri Hilir harus menjalankan

fungsi dan tugasnya dengan cara mengarahkan, memotivasi, mengawasi,

bekerja sama serta memelihara komunikasi yang dialogis pada perangkat

desanya secara terus menerus, agar para pegawainya menyadari bahwa

mereka memang dibutuhkan dan tidak dibeda-bedakan. Kepala desa juga

dibutuhkan untuk mengawasi kegiatan para pegawainya apakah berjalan

dengan tujuan yang diinginan atau tidak. Kepala desa dan pegawainya harus

saling kerja sama dalam usaha pencapaian tersebut. Masing-masing dari

mereka haruslah menyadari tugas dan tanggung jawabnya, sehingga mereka

mengerjakan pekerjaan mereka dengan sebaik-baiknya, demi terciptanya

pelayanan publik yang maksimal dan seefektif mungkin.

Untuk mewujudkan pelayanan yang demikian, pemerintah Desa

Sungai Iliran Kecamatan Gaung Anak Serka (GAS) Kabupaten Indragiri Hilir

harus seefektif mungkin dalam menjalankan pekerjaannya. Karena pada

prakteknya, sering kali ditemukan pegawai yang tidak bekerja efektif

sebagaimana mestinya. contohnya saja para pegawai sering kali tidak masuk

kantor desa jika tidak ada yang harus dikerjakan, kemudian pegawai desa

6
datang terlambat masuk kerja dari jam kerja yang telah ditentukan, bahkan

meninggalkan kantor sebelum jam kerja berakhir (Berdasarkan observasi

yang peneliti lakukan di bulan November 2021). Disinilah tuntutan

kepemimpinan seorang kepala desa dalam mengelola para pegawainya agar

lebih efektif dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya demi

menciptakan perangkat desa pemerintah yang baik dan sehat demi kepuasan

masyarakat khususnya di Desa Sungai Iliran Kecamatan Gaung Anak Serka

(GAS) Kabupaten Indragiri Hilir.

Berdasarkan Penelitian Terdahulu dari Amalia (2016)

menyatakan bahwa hasil dari penelitiannya adalah di peroleh bahwa Kepala

Desa memiliki peranan yang begitu penting dalam mempengaruhi

efektivitas pada masyarakat. Di dalamnya juga tertuang tentang

kepemimpinan kepala desa terdiri dari fakor cara berkomunikasi,

pemberian motivasi, kemampuan kepala desa dalam memimpin,

pengambilan keputusan serta memimiliki kekuasaan yang positif.

Selain itu, menurut Rati (2017) dalam penelitiannya menyatakan

bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan kepala desa

terhadap efektivitas pelayanan masyarakat saling mempengaruhi satu sama

lainnya. Kajian yang dilakukan peneliti pada saat ini mengarah pada

peningkatan efektivitas pelayanan desa di Kantor Desa Sungai Iliran

Kecamatan Gaung Anak Serka (GAS) Kabupaten Indragiri Hilir. Faktor yang

diduga mempengaruhi efektivitas suatu perangkat desa diantaranya yaitu

kepemimpinan, sehingga masalah kepemimpinan kepala desa ini menjadi

7
penting. Berdasarkan latar belakang penulisan ini maka penulis tertarik

meneliti lebih lanjut Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap

Efektivitas Pelayanan Masyarakat Desa Sungai Iliran Kecamatan Gaung

Anak Serka Kabupaten Indragiri Hilir.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana telah diuraikan

sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah

kepemimpinan kepala desa berpengaruh terhadap efektivitas pelayanan

perangkat di Kantor Desa Sungai Iliran Kecamatan Gaung Anak Serka (GAS)

Kabupaten Indragiri Hilir?”.

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah

Kepemimpinan Kepala Desa berpengaruh Terhadap Efektivitas Pelayanan

Masyarakat Desa Sungai Iliran Kecamatan Gaung Anak Serka Kabupaten

Indragiri Hilir.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Peraktis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan

pemikiran untuk bahan pertimbangan dan evaluasi tambahan bagi

Kepala Desa Sungai Iliran Kecamatan Gaung Anak Serka Kabupaten

Indragiri Hilir dalam rangka meningkatkan efektivitas pelayanan

8
perangkat desa melalui pemahaman hubungan antara kepemimpinan

dengan efektivitas.

b. Manfat Akademis

1) Penelitian ini merupakan suatu kesempatan bagi penulis untuk

menerapkan teori-teori yang penulis dapatkan dari bangku kuliah

dan memperdalam pengetahuan serta menambah wawasan di

bidang manajemen sumber daya manusia, khususnya menyangkut

masalah kepemimpinan dan efektivitas.

2) Sebagai bahan perbandingan atau acuan bagi peneliti lainnya atau

selanjutnya yang ingin melakukan penelitian terhadap

permasalahan yang sama terutama pada permasalahan manajemen

sumber daya manusia yang terkait kepemimpinan dan kinerja.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penulisan skripsi ini terdiri dari 6 (enam)

bab, dimana pada setiap bab akan terdiri dari beberapa sub bab. Sedangkan

antara bab yang satu dengan bab yang lainnya akan saling berhubungan dan

merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, seperti diuraikan

sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memuat tentang latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika

penulisan.

9
BAB II : TELAAH PUSTAKA

Yakni menguraikan teori-teori yang berhubungan dengan

objek pembahasan antara lain menyangkut dengan pengertian

kepemimpinan, teori-teori kepemimpinan, faktor-faktor yang

mempengaruhi kepemimpinan, pengertian efektivitas dan faktor-

faktor yang mempengaruhi efektivitas. Selanjutnya penulis juga

mengemukakan hipotesis dan defenisi operasional variabel untuk

mendukung dan melengkapi hasil penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada metode penelitian ini memuat tentang lokasi penelitian,

jenis dan sumber data, populasi dan penentuan sampel, teknik

pengumpulan data dan analisa data yang digunakan sehingga di

dapat hasil penelitian berdasarkan uji statistik yang digunakan.

BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Pada Bab ini menguraikan secara singkat tentang Kantor Desa

Sungai Iliran Kecamatan Gaung Anak Serka Kabupaten Indragiri

Hilir, struktur organisasi dan aktivitas organisasi.

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini merupakan pembahasan hasil penelitian yakni

menyangkut dengan kepemimpinan dan juga efektivitas

perangkat desa.

10
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Yakni mengemukakan beberapa kesimpulan dari pembahasan

hasil penelitian serta saran yang disumbangkan.

F. Telaah Pustaka

1. Teori Konseptual

Dalam penelitian ilmiah, teori sangat diperlukan, bahkan merupakan

syarat mutlak untuk sebuah penelitian. Teori digunakan sebagai dasar untuk

menyusun instrumen penelitian. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam

penelitian ini disajikan uraian teoretik mengenai dua variabel penelitian yang

digunakan, yakni: Efektivitas dan kepemimpinan.

a. Teori Efektivitas

1. Pengertian Efektivitas

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti

berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik Efektivitas memiliki

arti berhasil atau tepat guna. Efektif merupakan kata dasar, sementara kata sifat

dari efektif adalah efektivitas. Menurut Effendy dalam Hidayanah (2020)

efektivitas adalah sebagai berikut: ”Komunikasi yang prosesnya mencapai

tujuan yang direncanakan sesuai dengan biaya yang dianggarkan, waktu yang

ditetapkan dan jumlah personil yang ditentukan”.

Efektif dalam kamus besar Bahasa Indonesia berarti dapat

membawa hasil, berhasil guna. Sedangkan menurut Handoko dalam Hidayanah

(2020:16) Efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat

untuk mencpai tujuan yang telah di tetapkan. Namun ada beberapa kriteria

11
yang dapat di gunakan untuk mengukur Efektivitas kerja dari Organisasi yang

memberikan Pelayanan. Seperti menurut Siagian dalam Hidayanah (2020)

dyaitu:

1. Waktu

2. Kecermatan, serta

3. Gaya Pemberian Pelayanan

Efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas organisasi dalam

mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Bila dilihat

dari aspek segi keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Selanjutnya dari

aspek kecepatan waktu, maka efektivitas tercapainya berbagai sasaran yang

telah ditentukan tepat pada waktunya dengan menggunakan sumber-sumber

tertentu yang disediakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan dalam

program yang telah disusun sebelumnya.

Kemudian Siagian dalam Hidayanah (2020) menjelaskan konsep

efektivitas sebagai berikut: “Efektivitas adalah penyelesaian pekerjaan tepat

pada waktu yang telah ditentukan”. Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat

yang dikemukakan Soedarmayanti dalam bukunya yang berjudul Sumber Daya

Manusia dan Produktifitas Kerja mengenai pengertian efektivitas yaitu:

“Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa

jauh target dapat tercapai. Pengertian efektivitas ini lebih berorientasi kepada

keluaran sedangkan masalah penggunaan masukan kurang menjadi perhatian

utama. Apabila efisiensi dikaitkan dengan efektivitas maka walaupun terjadi

12
peningkatan efektivitas belum tentu efisiensi meningkat” (Sedarmayanti, 2011:

59)

Menurut Handayaningrat, (2010:13) Pengertian efektivitas Pengantar

Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen mengutip pendapat Emerson yaitu:

“Efektivitas adalah pengukuran dalam artian tercapainya sasaran atau tujuan

yang telah ditentukan sebelumnya, ini berarti bila sasaran atau tujuan telah

tercapai sesuai dengan yang telah terencanakan sebelumnya adalah efektif.

Pekerjaan yang tidak selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,

pekerjaan itu tidak efektif.”

Lebih lanjut menurut Agung Kurniawan dalam bukunya Transformasi

Pelayanan Publik mendefinisikan efektivitas, sebagai beriku: “Efektivitas

adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau

misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau

ketegangan diantara pelaksanaannya” (Kurniawan, 2015:109).

Dari beberapa pendapat di atas mengenai efektivitas, dapat disimpulkan

bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

(kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana

target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu.

2. Indikator Efektivitas

Mengukur efektivitas suatu bukanlah suatu hal yang sangat sederhana,

karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan tergantung

pada siapa yang menilai serta menginterpretasikannya. Tingkat efektivitas juga

dapat diukur dengan membandingkan antara rencana yang telah ditentukan

13
dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun, jika usaha atau hasil

pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga menyebabkan

tujuan tidak tercapai, maka hal itu dikatakan tidak efektif.

Kriteria efektivitas yang dipakai untuk mengukur keberhasilan sebuah

program dapat dilihat dari kriteria efektivitas sebagai berikut:

a. “Kualitas, yaitu tercapainya tujuan dan peningkatan kesejahteraan

masyarakat dalam pelaksanaan program pemerintah.

b. Kuantitas, yaitu banyaknya masyarakat dan aparat yang berpartisipasi dalam

pelaksanaan program pemerintah. 3. Waktu, yaitu ketepatan dan banyaknya

waktu yang dibutuhkan masyarakat untuk ikut serta dalam program

pemerintah”. (Hidayat, 2014: 7)

Menurut Kurniawan (2015), indikator efektivitas kerja adalah sebagai

berikut:

a. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini ditujukan supaya karyawan

atau pekerja dalam melaksanakan tugasnya dapat mencapai target dan

sasaran yang terarah sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.

b. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, merupakan penentuan cara, jalan atau

upaya yang harus dilakukan dalam mencapai semua tujuan yang sudah

ditetapkan agar para implementer tidak tersesat dalam pencapaian tujuan

organisasi. Seperti penentuan wawasan waktu, dampak dan pemusatan

upaya.

c. Proses analisis dan perumusan kebijaksanaan yang mantap, berkaitan

dengan tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah ditetapkan

14
artinya kebijakan yang sudah dirumuskan tersebut harus mampu

menjembatani tujuan-tujuan dengan usaha-usaha pelaksanaan kegiatan

operasional.

d. Perencanaan yang matang, diperlukan untuk pengambilan keputusan yang

akan dilakukan oleh organisasi untuk mengembangkan program atau

kegiatan dimasa yang akan datang.

e. Penyusunan program yang tepat, suatu rencana yang baik masih perlu

dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tetap sebab apabila

tidak, para pelaksana akan kurang memiliki pedoman untuk bertindak dan

bekerja.

f. Tersedianya sarana dan prasarana, sarana dan prasarana dibutuhkan untuk

menunjang proses dalam pelaksanaan suatu program agar berjalan dengan

efektif.

g. Pelaksanaan yang efektif dan efisien, apabila suatu program tidak

dilaksanakan secara efektif dan efisien maka organisasi tersebut tidak dapat

mencapai tujuannya.

h. Sistem pengawasan dan pengendalian, pengawasan ini diperlukan untuk

mengatur dan mencegah kemungkinan-kemungkinan adanya penyimpangan

dalam pelaksanaan suatu program atau kegiatan, sehingga tujuan organisasi

dapat tercapai.

15
b. Teori Kepemimpinan

1. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah sikap dan prilaku untuk mempengaruhi para

bawahan agar mereka mampu bekerja sama sehingga membentuk jalinan kerja

yang harmonis agar tercapai efisiensi dan efektifitas guna mencapai tingkat

produktifitas sesuai dengan yang telah ditetapkanMenurut (Siswanto, 2015:

169). Kepemimpinan adalah kemampuan mendorong sejumlah orang agar

bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan

bersama menurut (Nawawi, 2016: 9).

Kepemimpinan kadang kala diartikan sebagai pelaksanaan otoritas

dan pembuatan keputusan. Ada juga yaang mengartikan suatu inisiatif untuk

bertindak yang menghasilkan suatu pola yang konsisten dalam rangka mencari

jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama. Lebih jauh lagi George R Terry

merumuskan bahwa kepemimpinan itu adalah aktivitas untuk mempengaruhi

orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi (Thoha, 2013: 5).

Selain pengertian dari kepemimpinan adapun fungsi kepemimpinan

adalah memandu, menuntun, membimbing, membangunkan motivasi-motivasi

kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang

baik memberikan supervise/pengawasan yang efisien, dan membawa para

pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju, sesuai dengan ketentuan waktu

dan perencanaan. Menurut (Kartono, 2014:81) Fungsi kepemimpinan memiliki

dua dimensi seperti:

16
a. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan

(Direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin.

b. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (Support) atau

keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas

pokok kelompok/organisasi.

Berdasarkan kedua dimensi tersebut, selanjutnya secara operasional,

kepemimpinan dapat dibedakan ke dalam lima fungsi kepemimpinan, yaitu:

a. Fungsi intruksi Fungsi ini bersifat komunuikasi satu arah. Pemimpin

sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana,

dan dimana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan

secara efektif.

b. Fungsi konsultasi Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Konsultasi ini

dimaksudkan untuk memperoleh umpan balik guna memperbaiki dan

menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan.

c. Fungsi partisipatif Dalam menjalankan fungsi iini pemimpin berusaha

mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaannya

mengambil keputusan maupun pelaksanaannya.

d. Fungsi delegatif Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan

wewenang membuat atau menetapkan keputusan baik melalui persetujuan

maupun tanpa persetujuan dari pemimpin.

e. Fungsi pengendalian Fungsi pengendalian dimaksudkan bahwa

kepemimpinan yang sukses atau efektif mampu mengatur aktivitas

17
anggotanya secara terarah dan dalam kondisi yang efektif sehingga

memungkinkan tercapainya tujuan secara maksimal.

2. Tipe Kepemimpinan dalam Organisasi

G.R. Terry (2010 :85) sebagai salah seorang pengembang ilmu

manajemen mengemukakan tipe kepemimpinan sebagai berikut:

a. Kepemimpinan Pribadi (Personal Leadership) Seorang manajer dalam

melaksanakan tindakannya selalu dilakukan dengan cara kontak pribadi.

Intruksi disampaikan secara oral ataupun langsung pribadi disampaikan oleh

seorang manajer yang bersangkutan. Tipe kepemimpinan ini sering dianut

oleh perusahaan kecil karena kompleksitas bawahan maupun kegiatannya

sangatlah kecil. Akibatnya, pelaksanaannya selain mudah juga sangat efektif

dan memang biasa dilakukan tanpa mengalami prosedural yang berbelit.

b. Kepemimpinan Nonpribadi (Nonpersonal Leadership) Segala peraturan dan

kebijakan yang berlaku pada perusahaan melalui bawahannya atau

menggunakan media nonpribadi, baik rencana, intruksi, maupun program

penyeliannya.

c. Kepemimpinan Otoriter (Authoritarian Leadership) Manajer yang bertipe

otoriter biasanya bekerja secara sungguh-sungguh, teliti, dan cermat.

Manejer bekerja menurut peraturan dan kebijakan yang berlaku dengan

ketat. Meskipun agak kaku dan segala intruksinya harus dipatuhi oleh para

bawahannya, para bawahan tidak berhak mengomentarinya.

d. Kepemimpinan Demokratis (Democrative Leadership) Pada kepemimpinan

yang demokratis, manejer beranggapan bahwa ia merupakan bagian integral

18
yang sama sebagai elemen perusahaan dan secara bersamaan seluruh elemen

tersebut bertanggung jawab terhadap perusahaan.

e. Kepemimpinan Paternalistik (Paternalistic Leadership) Kepemimpinan

yang paternalistik dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersiat kebapakan

dalam hubungan antara manejer dengan perusahaan.Tujuannya adalah untuk

melindungi dan memberikan arah, tindakan, dan perilaku ibarat peran

seorang bapak kepada anaknya.

f. Kepemimpinan Menurut Bakat (Indigenous Leadership) Tipe

kepemimpinan menurut bakat biasanya muncul dari kelompok informal

yang didapat dari pelatihan meskipun tidak langsung.Dengan adanya sistem

persaingan, dapat menimbulkan perbedaan pe ndapat yang seru dari

kelompok yang bersangkutan. Biasanya akan muncul pemimpin yang

memiliki kelemahan diantara mereka yang ada dalam kelompok tersebut

menurut keahliaanya dimana ia terlibat didalamnya. Pada situasi ini peran

bakat sangat menonjol, sebagai dampak pembawaan sejak lahir dan

mungkin disebabkan adanya faktor keturunan.

3. Indikator Kepemimpinan

Pemimpin besar yang berhasil bukanlah orang yang tidak memiliki

kelemahan, melainkan orang yang mampu membangun kekuatan diri untuk

menampilkan keberhasilan dan keunggulannya. Ada sejumlah indikator yang

menunjukkan keberhasilan pemimpin yaitu (Tjuju dan Siswanto, 2015:169):

a. Memiliki akuntabilitas tinggi untuk memelopori perubahan organisaional

sehingga bisa membuat perbedaan yang berarti.

19
b. Terbuka menerima ide inovatif untuk membangun komunikasi

interpersonal yang positif.

c. Membangun kekuatan tanpa mengabaikan sisi kelemahan.

d. Berani menghadapi tantangan.

e. Proaktif menyambut peluang.

f. Belajar dari pengalaman, stabil memperbaiki kesalahan.

g. Mengembangkan dan memotivasi peningkatan kemampuan SDM.

h. Mengoptimalkan penguasaan kompetensi sebagai pemimpin profesional.

i. Memanfaatkan hallo effect untuk membangun networking.

Agar kepemimpinan dapat berjalan dengan efektif, maka pemimpin

harus mempunyai aspek-aspek kepribadian sebagai berikut: (Nawawi, 2016:56)

a. Mencintai kebenaran dan beriman kepada tuhan yang maha esa

b. Dapat dipercaya dan mampu mempercayai orang lain.

c. Mampu bekerja sama dengan orang lain.

d. Ahli dibidangnya dan berpandangan luas didasari oleh kecrdasan yang

memadai.

e. Senang bergaul, ramah, suka menolong dan terbuka terhadap kritikan orang

lain.

f. Memiliki semangat untuk maju, pengabdian dan kesetiaan yang tinggi serta

kreatif dan penuh inovatif.

g. Bertanggung jawab dalam mengambil keputusan, konsekuen, berdisiplin

dan bijaksana.

h. Aktif memelihara kesehatan jasmani dan rohani.

20
2. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul

penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

a) Hidayanah. S (2020) yang meneliti tentang Pengaruh Kepemimpinan

Kepala Desa Terhadap Efektivitas Pelayanan Masyarakat Di Desa

Karelayu Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto. metode yang

digunakan adalah survei dekskriptif dengan pendekatan kuantitatif.

Cara pengambilan sampel pada penelitian adalah dengan menggunakan

analisis statistik deskriptif (Regresi Sederhana). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Kepemimpinan Kepala Desa Karelayu dirasakan

cukup baik. Sehingga dapat di simpulkan bahwa ada Pengaruh

Kepemimpinan Kepala Desa terhadap Efektivitas Pelayanan

Masyarakat di Desa Karelayu Kecamatan Tamalatea Kabupaten

Jeneponto.

b) Demsie Harlofida (2018), yang meneliti tentang Pengaruh Gaya

Kepemimpinan Terhadap Efektivitas Kerja Karyawan Pada Koperasi

Bina Langgeng Belitang Ogan Komering Ulu Timur. Alat analisis yang

digunakan adalah dengan rumus koefisien korelasi yang digunakan

untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel, yaitu gaya

kepemimpinan ( Variabel X ) dan efektivitas kerja karyawan ( Variabel

Y ), sedangkan untuk menguji hipotesis yang diajukan digunakan

rumus uji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya

kepemimpinan memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap

21
efektivitas kerja karyawan pada Koperasi Bina Langgeng Belitang

Ogan Komering Ulu Timur.

c) Damayanti Marsyam (2020), yang meneliti tentang Pengaruh Gaya

Kepemimpinan dan Tunjangan Kinerja terhadap Motivasi dan

Efektivitas Kerja Pegawai di Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai pada kantor

Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan dengan jumlah pegawai 230

orang. Sampel sebesar 70 responden. Analisis data menggunakan

statistik deskriptif dan analisis path dengan PLS 3.0 untuk

menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap

efektivitas kerja pegawai. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

secara parsial kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap efektivitas kerja pegawai pada Dinas Sosial Provinsi Sulawesi

Selatan.

3. Kerangka Pemikiran

Dari uraian telaah pustaka dan penelitian terdahulu yang

dikemukakan di atas kiranya telah menunjukan terdapat hubungan atau

pengaruh antara kepemimpinan terhadap efektivitas. Hubungan kedua

variabel tersebut dapat digambarkan kedalam sebuah model kerangka

pemikiran seperti halaman berikut ini.

22
Gambar 2: Model Kerangka Pemikiran

Kepemimpinan Efektivitas
(X) (Y)

Sumber: Olahan hasil penelitian tahun 2021.

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan

mempengaruhi kinerja karyawan.

4. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan uraian konsep teoritis yang

telah dikemukakan, selanjutnya penulis sajikan hipotesis seperti berikut:

“Diduga kepemimpinan mempunyai pengaruh secara signifikan

dan positif terhadap efektivitas pelayanan pada Kantor Desa Sungai Iliran

Kecamatan Gaung Anak Serka Kabupaten Indragiri Hilir”.

5. Variabel Penelitian

a) Variabel Independen (X) : Kepemimpinan.

Variabel independen/veriabel bebas merupakan variabel

penyebut atau penentu.

b) Variabel Dependen (Y) : Efektivitas

Efektivitas dependen atau variabel terikat merupakan variabel

akibat/variabel yang tergantung pada variabel lainnya.

Dari variabel penelitian tersebut, dapat jabarkan defenisi

operasional variabelnya sebagai berikut:

23
Tabel 1: Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Defenisi Indikator


1 Kepemimpinan Kepemimpinan adalah 1. Memiliki akuntabilitas
(X) kemampuan tinggi.
mendorong sejumlah 2. Terbuka menerima ide.
orang agar bekerja 3. Membangun kekuatan
sama dalam tanpa mengabaikan sisi
melaksanakan kelemahan.
kegiatan-kegiatan yang 4. Berani menghadapi
terarah pada tujuan tantangan.
bersama menurut 5. Proaktif menyambut
(Nawawi, 2016: 9). peluang.
6. Belajar dari pengalaman.
7. Mengembangkan dan
memotivasi peningkatan
kemampuan SDM.
8. Mengoptimalkan
penguasaan kompetensi.
9. Memanfaatkan hallo
effect untuk membangun
networking.
2 Efektivitas Efektivitas adalah 1. Kejelasan tujuan yang
(Y) kemampuan hendak dicapai.
melaksanakan tugas, 2. Kejelasan strategi
fungsi (operasi pencapaian tujuan.
kegiatan program atau 3. Proses analisis dan
misi) daripada suatu perumusan kebijaksanaan
organisasi atau yang mantap.
sejenisnya yang tidak 4. Perencanaan yang
adanya tekanan atau matang.
ketegangan diantara 5. Penyusunan program
pelaksanaannya” yang tepat.
(Kurniawan, 6. Tersedianya sarana dan
2015:109). prasarana.
7. Pelaksanaan yang efektif
dan efisien.
8. Sistem pengawasan dan
pengendalian.

G. Metode Penelitian

1. Obyek dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kantor Desa Sungai Iliran Kecamatan

Gaung Anak Serka Kabupaten Indragiri Hilir yang beralamat Jalan H.

24
Thaib RT. 001 RW. 001 Desa Sungai Iliran Kecamatan Gaung Anak Serka

Kabupaten Indragiri Hilir. Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 3

(tiga) Bulan dari bulan Januari-Maret 2022.

2. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam pelaksanan penelitian:

a) Jenis Data

1) Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan

dalam bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai

macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis

dokumen, diskusi terfokus, atau observasi (Sugiyono, 2010; 78).

Pada penelitian ini data yang didapatkan langsung dari Kantor

Desa Sungai Iliran Kecamatan Gaung Anak Serka Kabupaten

Indragiri Hilir, seperti data tentang bagaimana kepemimpinan

pegawai dan bagaimana efektivitas pelayanan.

2) Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau

bilangan. Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau

dianalisis menggunakan teknik perhitungan matematika atau

statistika. Data kuantitatif berfungsi untuk mengetahui jumlah atau

besaran dari sebuah objek yang akan diteliti. Pada penelitian ini data

yang diperoleh dari Kantor Desa Sungai Iliran Kecamatan Gaung

Anak Serka Kabupaten Indragiri Hilir secara tertulis, dan diolah

25
seperti jumlah pegawai, jumlah pegawai daftar hadir, struktur

organisasi dan lain-lain.

b) Sumber Data

1) Data Primer

Menurut Sugiyono (2010; 308) bahwa sumber primer adalah

sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul

data. Pada penelitian ini data primer data penulis dapatkan langsung

melalui proses wawancara dan kuisioner dengan objek penelitian

serta tanggapan responden.

2) Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2010; 308) bahwa sumber data sekunder

adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data misalnya lewat dokumen atau orang lain. Pada

penelitian ini data sekunder yaitu data yang diperoleh lewat pihak

lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya,

misalnya dokumen atau laporan pegawai.

3. Populasi dan Sampel

a) Populasi

Menurut Arikunto, (2010; 173) berpendapat “Populasi adalah

keseluruhan subjek penelitian“. Penelitian yang menggunakan populasi

tertentu biasanya dilakukan dengan metode sensus, dimana melibatkan

secara keseluruhan data yang dijadikan subjek penelitian. Oleh karena

itu, yang menjadi populasi penelitian ini terdiri atas Kepala Desa,

26
Sekreataris Desa, Kasi Pemerintahan, Kasi Pelayanan dan

Kesejahteraan, Kaur Keuangan, Kaur Umum dan Perencanaan, Kepala

Dusun, Staf Desa, RT, RW, LPM, BPD, KMPD Teknik, KMPD

Pemberdayaan, dan Kader Desa yang berjumlah 78 orang.

b) Sampel

Menurut Sugiyono (2010: 116) sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Adapun metode

penentuan sampel yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

dengan metode sensus, yang dikemukakan oleh Sugoiyono (2010: 61-

63) bahwa: “Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila

semua anggota populasi yang digunakan sebagai sampel. Istilah lain

dari sampel jenuh adalah sensus”. Sehingga adapun jumlah sampel

dengan metode sensus dalam penelitian berjumlah sebanyak 78 orang.

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah

dengan cara:

a) Interview

Yaitu pengumpulan data dengan wawancara langsung dengan

orang-orang yang berhubungan dengan penelitian ini.

b) Kuesioner

Yaitu mengumpulkan data dengan cara membuat daftar

pertanyaan yang diajukan kepada responden guna mendapatkan

keterangan yang diperlukan dan berkaitan dengan penelitian ini.

27
5. Analisa Data

Metode analisis yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah :

a) Metode analisis deskriptif

Metode analisis deskriptif merupakan cara merumuskan dan

menafsirkan data yang ada sehingga memberikan gambaran yang jelas

mengenai kepemimpinan dan efektivitas berdasarkan hasil jawaban

responden.

b) Metode analisis kuantitatif

Metode analisis kuantitatif merupakan metode yang digunakan

untuk menyajikan data dalam bentuk angka. Untuk mengetahui

seberapa besar pengaruh kepemimpinan terhadap efektivitas,

digunakan metode analisis regresi linear sederhana. Agar hasil yang

diperoleh lebih terarah, maka penulis menggunakan bantuan program

software SPSS versi 25.00.

Kemudian untuk menguji apakah hipotesis tersebut dapat diterima

atau ditolak maka digunakan :

1) Uji Kualitas Data

(a) Uji Validitas

Uji validitas data digunakan untuk mengukur sah atau vali

tidaknya suatu kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika

pertannyaan kuesionermampu untuk mengungkapkan suatu yang

akan diukur oleh kuesioner tersebut, Ghozali (2011; 45).

28
Pengujian dilakukan selain untuk mengetahui dan

mengungkapkan data dengan tepat juga harus memberikan

gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Uji validitas

dimaksud untuk melihat konsistensi variable independen dengan

apa yang diukur.

Dengan demikian diharapkan kuesioner yang digunakan

dapat berpungsi sebagai alat pengumpul data yang akurat dan dapat

dipercaya. Pengujian validitas daftar pertanyaan dilakukan dengan

mengkorelasikan skor pada masing-masing item dengan skor total.

(b) Uji Reliabilitas

Uji realibilitas ditunjukan untuk menguji sejauh mana suatu

hasil pengukuran relative konsisten apabila pengukuran diulangi

dua kali atau lebih (Ghozali, 2011; 41).

Jadi reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauhmana

suatu alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Bila alat ukur

tersebut digunakan dua kali untuk mengukur gejala yang sama,

maka hasil pengukuran yang diperoleh relative konsisten. Program

SPSS memberikan fasilitas untuk reliabilitas dengan uji statistic

Cronbach Alpha (α). Suatu variable dikatakan reliable jika

memberikan nilai Cronbach Alpha (α) > 60.

2) Analisis Regresi Linear Sederhana

Analisis regresi linier sederhana adalah hubungan secara linear

antara satu variabel independen (X1) dengan variabel dependen (Y).

29
Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel

independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi

nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen

mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya

berskala interval atau rasio.

Persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

Y = a + bX + e

Keterangan:

Y = Efektivitas

X = Kepemimpinan

a = Konstanta (nilai Y apabila X1, X2…..Xn = 0)

b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun

penurunan)

e = error

Menurut sugiyono (2010; 260): “Analisis linier regresi digunakan

untuk melakukan prediksi bagaimana perubahan nilai variabel

dependen bila nilai variabel independen dinaikan/diturunkan.

Sedangkan menurut Hasibuan (2012; 325) yaitu: “Garis regresi

(regression line/line of the best fit/estimating line) adalah suatu garis

yang ditarik diantara titik-titik (scatter diagram) sedemikian rupa

sehingga dapat dipergunakan untuk menaksir besarnya variabel yang

30
satu berdasarkan variabel yang lain, dan dapat juga dipergunakan untuk

mengetahui macam korelasinya (positif atau negatifnya).”

3) Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kondisi data yang

digunakan dalam penelitian. Hal ini dilakukan agar diperoleh model

analisis yang tepat untuk dipergunakan dalam penelitian. Apabila

menggunakan regresi linear berganda, perlu melakukan pengujian

terlebih dahulu terhadap kemungkinan pelanggaran asumsi klasik.

Adapun uji asumsi klasik yang harus dipenuhi meliputi

ujinormalitas, uji multikolinieritas, uji heterokedastisitas, dan uji

autokorelasi. Berikut adalah uji asumsi klasik dari model penelitian

yang digunakan.

a) Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2011; 110) uji normalitas bertujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi, variable pengganggu atau

resisual memiliki distribusi normal.

(1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi

normalitas.

(2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak

mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak

memenuhi asumsi normalitas.

31
b) Uji Multikolinieritas

Menurut Ghozali (2011; 91), uji Multikolinieritas bertujuan

untuk mengetahuin apakah dalam model regresi ditemukan adanya

korelasi antara variable bebas (independent). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variable independen.

c) Uji Heterokedastisitas

Menurut Ghozali (2011; 105), Uji Heterokedastisitas untuk

menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance

dan residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap. model

regresi yang baik adalah yang heterokedastisitas atau tidak terjadi

heterokedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas

adalah sebagai berikut :

(1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk

suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, dan

kemudian menyempit), maka telah terjadi heterokedastisitas.

(2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas

dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heterokedastisitas.

d) Uji Autokorelasi

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model

regresi linier terdapat hubungan yang kuat baik postif maupun

negative antara data yang ada pada variable-variabel penelitian,

32
model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi

(Ghozali, 2011; 96).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa autokorelasi terjadi

apabila observasi yang berturut-turut sepanjang waktu mempunyai

korelasi antara satu dengan yang lainnya. Untuk menguji ada atau

tidaknya autokorelasi dalam model regresi maka dilakukan dengan

menggunakan uji Durbin-Watson (DW) yang diberi simbol d.

4) Uji Statistik t

Uji hipotesis dengan t-test digunakan untuk mengetahui apakah

variable bebas memiliki hubungan signifikan atau tidak dengan variable

terikat secara individual atau setiap variable.

Hipotesis yang diajukan :

H0 : bi = 0, artinya secara bersama-sama terdapat pengaruh kompensasi

tidak langsung dan kompensasai langsung (bi) terhadap

semangat kerja.

H0 : bi ≠ 0, artinya secara bersama-sama terdapat pengaruh kompensasi

tidak langsung dan kompensasai langsung (bi) terhadap

semangat kerja.

Kriteria pengambilan keputusan :

H0 diterima jika t hitung < t tabel pada α 5%

H0 ditolak jika t hitung > t table pada α 5%

33
5) Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa

besar kemampuan model dalam menerangkan variable terikat. Jika R2

semakin besar (mendekati 1), maka dapat dikatakan pengaruh variable

bebas adalah besar terhadap variable terikat. Hal ini berarti model yang

digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variable bebas

terhadap variable terikat.

34
DAFTAR PUSTAKA

Amirullah. 2015. Pengantar Manajemen. Jakarta:Mira Wacana Media.

Arikunto, S. 2010, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi).


Rineka Cipta, Jakarta.

Elihami. 2020. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Efektivitas


Pelayanan Aparat Pada Masyarakat Di Desa Karueng Kecamatan
Enrekang Kabupaten Enrekang. Jurnal Ekonomi Volume 18. Hal. 118-122.

Ghozali, Imam, 2011, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program Ibm Spss
19 (Edisi Kelima.) Universitas Diponegoro. Semarang.

Handayaningrat, Soewarno. 2010. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan


Manajemen. CV. Haji Masagung. Jakarta.

Harlofida, Demsie. 2018. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Efektivitas


Kerja Karyawan Pada Koperasi Bina Langgeng Belitang Ogan Komering
Ulu Timur. Jurnal Aktual STIE Trisna Negara Volume 16 (2) Desember
2018, Hal. 117-126.

Hartono, Abdillah, W. 2015. Partial Least Square (PLS). Penerbit Andi.


Yogyakarta.

Hasibuan, Malayu, 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. Bumi Aksara.
Jakarta.

Hidayat, A. Azis Alimul & Musrifatul Uliyah. 2014. Pengantar kebutuhan dasar
manusia. Edisi 2. Salemba medika. Jakarta.

Hidayanah. 2020. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Efektivitas


Pelayanan Masyarakat Di Desa Karelayu Kecamatan Tamalatea
Kabupaten Jeneponto. Skripsi Fakultasilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Makassar.

Kartono dan Kartini. 2014. Pemimpin dan Kepemimpinan. PT Raja Grafindo


Persada. Jakarta.

Kurniawan, Hendra dkk. 2015. Pengaruh Kepuasan Kerja, Motivasi Kerja dan
Kedisiplinan. STIE Trisna Negara, Belitang, OKU Timur, Sumatera Selatan.

35
Marsyam, Damayanti. 2020. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Tunjangan
Kinerja terhadap Motivasi dan Efektivitas Kerja Pegawai di Dinas Sosial
Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu Ekonomi
Volume 3 No. 2.

Nawawi, Hadari. 2017. Perencanaan SDM Untuk Organisasi Profit Yang


Kompetitif. UGM Press. Yogyakarta.

R. Terry, George dan Leslie W. Rue. 2010. Dasar-Dasar Manajemen. Bumi


Aksara. Jakarta.

Rahayu Amalia. 2016. Hubungan Self-Esteem dengan Tingkat Kecenderungan


Kesepian pada:Lansia. Jurnal Penelitian Psikologi,7(2),43.

Rati, Eka Aprilia. 2017. Realisasi Kecerdasan Spiritual dalam Kajian. IAIN
Tulungagung.

Robbins, Stephen P. & Coutler, Mary, 2016, Managemen, Thirteenth Edition


Pearson Educated Limited, United States of America.

Sari (2014. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Dan Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Pegawai Kantor Desa Sukadanau Di Cikarang Barat.
Skripsi Fakultas Ekonomi Bisnis Dan Ilmu Sosial Universitas Pelita Bangsa
Bekasi.

Schermerhorn, John R., 2010, Introduction To Management, 10th Edition,


Hoboken: John Wiley & Sons.

Sedarmayanti. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Reformasi Birokrasi


dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil, Cetakan Kelima, PT Refika
Aditama, Bandung.

Siswanto. Aldridge, E. John. dan Sutojo. 2015). Good Corporate Governance:


Tata Kelola Perusahaan yang Sehat, Damar Media Pustaka. Jakarta.

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian. Bumi Aksara, Jakarta.

Thoha, Miftah. 2013. Kepemimpinan dalam manajemen. Raja Grafindo Persada.


Jakarta.

Tjutju Yuniarsih dan Siswanto. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia.


Alfabeta. Bandung.

36

Anda mungkin juga menyukai