Anda di halaman 1dari 7

Medan, 30 November- 03 Desember 2018 APPPTMA KE-8

Pengaruh Motivasi dan Budaya Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Di


Kantor Sekertariat Daerah Kabupaten Enrekang
Hasdiah1, Renil Darsa2, Muhammad Rais Rahmat3, Andi Astinah Adnan4
Magister Administrasi Publik, Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Muhammadiyah Rappang
Enrekang, Sidenreng Rappang, Indonesia
1
renildarsa@gmal.com, 2mraisrahmat@yahoo.com, 3andi.astinah.adnan@gmail.com.

Abstrak - Penelitian ini bertujuan; 1) untuk huruf b bertujuan untuk menjaga martabat dan
mengetahui seberapa besar pengaruh motivasi kerja kehormatan Aparatur Sipil Negara., sedangkan kode
terhadap kinerja pegawai, 2) untuk mengetahui etik dan kode perilaku sebagaimana dimaksud pada
seberapa besar pengaruh budaya kerja terhadap ayat (1) berisi pengaturan perilaku Aparatur Sipil
kinerja pegawai, 3) untuk mengetahui seberapa
Negara. Yaitu melaksanakan tugas dengan jujur,
besar pengaruh motivasi kerja dan budaya kerja
terhadap kinerja pegawai di Sekretariat Daerah bertanggung jawab dan beritegritas tinggi,
Kabupaten Enrekang. Lokasi penelitian pada Kantor melaksanakan tugas dengan cermat dan disiplin,
Sekertari Daerah Kabupaten Enrekang. Penelitian ini melayani dengan sikap hormat sopan dan tanpa
dilaksanakan pada selama 2 bulan. Populasi diambil tekanan, melaksanakan tugasnya sesuai dengan aturan
dari seluruh pegawai di Kantor Sekertariat Daerah perundang – undangan melaksanakan tugas sesuai
Kabupaten Enrekang yang berjumlah 180 orang dan dengan perintah atasan , menjaga kerahasiaan yang
ditemukan sampel sebesar 64 orang. Dan tekhnik menyangkut kebijakan Negara, menggunakan kekayaan
pengumpulan datanya adalah data primer dan data dan barang milik Negara secara bertanggung jawab,
sekunder. Tekhnik analisis datanya yaitu deskriptif
efektif dan efisien, menjaga agar tidak terjadi konflik
kuantitatif dengan bantuan program SPSS. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa motivasi mempunyai kepentingan dalam melaksanakan tugasnya,
pengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai, memberikan informasi yang benar dan tidak
pengaruhnya sebesar 27% atau masuk dalam menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan
kategori kurang berpengaruh. Budaya kerja informasi, tidak menyalahgunakan informasi intern
mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja Negara, tugas, status, kekuasaan dan jabatannya untuk
pegawai, pengaruhnya sebesar 65,6%, semakin baik mendapatkan atau mencari keuntungan atau manfaat
budaya kerja semakin baik pula kinerja pegawai. bagi diri sendiri atau untuk orang lain, memegang teguh
Pengaruh motivasi dan budaya kerja secara besama nilai dasar Aparatur Sipil Negara dan selalu menjaga
– sama berpengaruh signifikan terhadap kinerja
reputasi dan integritas Aparatur Sipil Negara, dan yang
pegawai. Pengaruh motivasi dan budaya kerja
terhadap kinerja pegawai di Kantor Sekertariat terakhir melaksanakan ketentuan peraturan perundang
Daerah Kabupaten Enrekang sebesar 70,3%. – undangan mengenai disiplin pegawai Aparatur Sipil
Kesimpulan yaitu 1). Motivasi berpengaruh signifikan Negara.. Disamping itu pada pasal 21 yang berbunyi :
terhadap kinerja pegawai yakni sebesar 0,19 < 0,2 (1) Tuntutan akan kebutuhan yang semakin tinggi
dan 2) budaya kerja juga berpengaruh signifikan sebagai dampak krisis ekonomi global, kebutuhan
sebesar 0,00< 0,2 dan apabila diterapkan secara hidup pegawai negeri sipil semakin tidak terpuaskan.
bersama – sama , maka akan berpengaruh signifikan Hal ini berakibat menurunnya motivasi dan budaya
( 0,03 dan 0,00 < 0,2 ) terhadap kinerja pegawai di kerja pegawai dalam melaksanakan tugas. Pemberian
Kantor Sekertariat Daerah Kabupaten Enrekang.
kewenangan yang luas kepada pemerintah daerah
membawa konsekuensi tertentu bagi daerah untuk
Kata kunci : motivasi kerja, budaya kerja dan kinerja menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Salah satu
pegawai konsekuensinya yaitu daerah harus mampu membiayai
semua kegiatan pemerintah dan pembangunan yang
I. PENDAHULUAN menjadi kewenangannya. Sejalan dengan hal ini
Undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang Koswara 2000, menyatakan bahwa daerah otonomi
Pemerintahan Daerah memberikan warna khusus bagi harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk
penyelenggara pemerintahan di wilayah menggali sumber-sumber keuangan sendiri.
Kota/Kabupaten se Indonesia karena mempunyai Pengelolaan dan penggunaan keuangan sendiri harus
implikasi langsung terhadap kemandirian atas cukup memadai untuk pembiayaan penyelenggaraan
pelaksanaan otonomi daerah oleh pemerintah daerah pemerintah dan pembangunan daerah.
yang bersangkutan. Undang – Undang Aparatur Sipil Pada berbagai bidang khususnya kehidupan
Negara Nomor 5 Tahun 2014 sebagai pengganti dari berorganisasi, faktor manusia merupakan masalah
Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang utama disetiap kegiatan yang ada didalamnya.
Pokok – Pokok Kepegawaian yang mengatur tentang Organisasi merupakan kesatuan sosial yang
Kode Etik dan Perilaku yang dijelaskan pada pasal 3 dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah batasan
1 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 8
Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTMA)
ISBN: 978-623-90018-0-3
Medan, 30 November- 03 Desember 2018 APPPTMA KE-8

yang reaktif dapat diidentifikasikan, bekerja secara menduduki jabatan PNS di Kabupaten Enrekang.
terus menerus untuk mencapai tujuan, Robbins (2006). diketahui adanya kesenjangan atau kurangnya perhatian
Semua tindakan yang diambil dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan motivasi kerja, beberapa
diprakarsai dan dapat ditentukan oleh manusia yang pegawai yang aktif terlibat dalam keikutsertaan pada
menjadi anggota perusahaan. Perusahaan tugas pekerjaan yang bersifat pelayanan masyarakat,
membutuhkan adanya faktor sumber daya manusia atau dengan kata lain tidak pro aktif dalam
yang potensial baik pemimpin maupun karyawan pada melaksanakan tugasnya. Permasalahan yang berkaitan
pola tugas dan pengawasan yang merupakan penentu dengan budaya kerja yaitu adanya beberapa pegawai
tercapainya tujuan perusahaan. Sumber daya manusia yang kurang bersahabat dengan pegawai lainya. Dalam
merupakan tokoh sentral dalam organisasi maupun melaksanakan tugasnya, ada beberapa pegawai yang
perusahaan. Agar aktivitas manajemen berjalan dengan kreatif dalam melaksanakan tugasnya, ada juga pegawai
baik, perusahaan harus memiliki karyawan yang kurang bersemangat dalam bekerja sehingga selalu
berpengetahuan dan berketerampilan tinggi serta usaha tertunda, dan kebanyakan pegawai tidak mengetahui
untuk mengelola perusahaan seoptimal mungkin apa yang dia harus lakukan. Permasalahan berikutnya
sehingga kinerja karyawan meningkat. Menurut Budi yaitu yang berkaitan dengan kinerja pegawai, beberapa
Setyawan dan Waridin 2006, kinerja karyawan pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan harus
merupakan hasil atau prestasi kerja yang dinilai dari menunggu perintah dari pimpinan, sedangkan yang
segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar diinginkan adalah pegawai yang memiliki inisiatif dalam
kerja yang ditentukan oleh pihak organisasi dan menyelesaikan tugas pekerjaan tidak menunggu
mendukung tercapainya organisasi. Organisasi yang perintah lebih lanjut dari pimpinan. Hal lain bahwa
baik adalah organisasi yang berusaha meningkatkan masih banyak pegawai yang sering terlambat dalam
kemampuan sumber daya manusianya, karena hal menyampaikan laporan. Mekanisme kepegawaian,
tersebut merupakan faktor kunci untuk meningkatkan pemerintahan, pembangunan yang belum optimal,
kinerja karyawan. Peningkatan kinerja karyawan akan target waktu penyelesaian laporan yang seharusnya
membawa kemajuan pada perusahaan untuk dapat disampaikan pada bulanan, triwulan bahkan semesteran
bertahan dalam suatu persaingan lingkungan bisnis yang masih terlambat, penyelesaian tugas pekerjaan
tidak stabil. Oleh karena itu upaya-upaya untuk dilaksanakan apabila pimpinan ada dikantor, Hal inilah
meningkatkan kinerja karyawan merupakan tantangan yang sering membuat pekerjaan menjadi tertunda dan
manajemen yang paling serius karena keberhasilan akan mengakibatkan pelayanan pemerintahan tidak
untuk mencapai tujuan dan kelangsungan hidup optimal.
perusahaan/organisasi tergantung pada kualitas kinerja Kinerja pegawai dan tuntutan profesionalisme
sumber daya manusia yang ada didalamnya. serta peningkatan mutu secara terus-menerus,
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten menuntut semua karyawan/pegawai untuk selalu
Enrekang tentang Organisasi dan Tata Kerja memperbaiki kinerja pada semua aspek. Hal ini
Sekertariat Daerah Kabupaten Enrekang, diantaranya tentunya didukug faktor motivasi, dan lingkungan kerja,
mengatur tentang Pemerintah Daerah, Tugas dan memiliki kemampuan yang baik dari para pegawai
perbantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya yang ada. Dengan kinerja yang baik dan terorganisir
dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Repubelik akan dapat menambah kepercayaan masyarakat pada
Indonesia (NKRI) sebagaimana yang dimaksud dalam pelayanan yang diberikan oleh pemerintah.
UUD Tahun 1945, dimana juga menyebutkan Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan
berkaitan dengan otonomi daerah adalah hak, analisisa tentang ”Pengaruh Motivasi Kerja dan Budaya
wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Lingkup Sekertariat
mengatur dan mengurus sendiri demi kepentingan Daerah Kabupaten Enrekang” dengan tujuan Untuk
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri mengetahui seberapa besar pengaruh motivasi kerja
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan terhadap kinerja pegawai negeri sipil lingkup
peraturan perundang-undangan. Kabupaten merupakan Sekretariat Daerah Kabupaten Enrekang, Untuk
perangkat daerah yang dipimpin oleh seorang Bupati mengetahui seberapa besar pengaruh budaya kerja
yang berkedudukan dibawah Gubernur. Untuk terhadap kinerja pegawai negeri sipil lingkup
mendukung kelancaran penyelenggaraan urusan Sekretariat Daerah Kabupaten Enrekang dan Untuk
pemerintahan kabupaten maka bupati mempunyai mengetahui seberapa besar pengaruh motivasi kerja
tugas melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dan budaya kerja tehadap kinerja pegawai lingkup
dilimpahkan oleh Gubernur untuk menangani urusan Sekertariat Daerah Kabupaten Enrekang.
otonomi daerah dan menyelengarakan tugas umum Istilah motivasi ( motivation ) berasal dari
pemerintahan. Dalam observasi yang dilakukan penulis, bahasa latin yaitu movere yang berarti
total jumlah pegawai yang ada dikantor Sekertariat “menggerakkan” ( to move ) ‘ Motivasi adalah
Daerah Kabupaten Enrekang yaitu sebanyak 180 merupakan kekuatan yang berada dalam diri maupun
orang, 53 diantaranya menduduki jabatan, 23 orang yang berasal dari luar yang menjadi pendorong
dengan pangkat Pembina, 41 orang dengan pangkat seorang pegawai untuk dapat melakukan pekerjaan
Penata, 35 orang sebagai Pengatur, dan tenaga kontrak dengan baik . Proses kerja akan optimal apabila
dan sukarela sebanyak 81 orang. 99 orang sudah pegawai memiliki motivasi kerja yang tinggi dan
2 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 8
Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTMA)
ISBN: 978-623-90018-0-3
Medan, 30 November- 03 Desember 2018 APPPTMA KE-8

didukung dengan kemampuan, keterampilan, dan saja dalam pekerjaan, penerangan, istirahat dan lain
pengalam pegawai yang memadai. Meskipun memiliki sejenisnya.
kemampuan dan keahlian yang tinggi serta pengalaman c. Karyawan akan kecewa apabila peluang untuk
yang cukup, seseorang tidak akan mencapai prestasi berprestasi, terbatas. Mereka akan menjadi sensitif
kerja terbaik apabila tidak ada motivasi kerja dalam diri pada lingkungannya, serta mulai mencari – cari
orang tersebut. Sebaliknya meskipun seseorang kesalahan.
memiliki motivasi yang sangat tinggi akan tetapi tidak Hezberg menyatakan bahwa orang dalam
didukung oleh kemampuan, keahlian dan pengalaman melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua
yang memadai tidak akan menghasilkan kinerja yang faktor yang merupakan kebutuhan yaitu :
optimal. Namun demikian motivasi yang tinggi a. Maintenance Factors. Yaitu faktor – factor
merupakan modal yang besar untuk mencapai sukses pemeliharaan yang berhubungan dengan hakekat
karena motivasi yang tinggi adalah setengah dari manusia yang ingin memperoleh ketentraman
kesuksesan itu sendiri. badaniah. Kebutuhan kesehatan ini merupakan
Menurut Malthis, 2001, motivasi merupakan kebutuhan yang berlangsung terus – menerus
hasrat didalam diri seseorang tersebut melakukan karena kebutuhan ini akan kembali pada titik nol
tindakan. Sedangkan Rivai (2004) berpendapat bahwa setelah dipenuhi.
motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang b. Motivation Factors. Yaitu faktor motivator yang
mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang yaitu
spesifik sesuai dengan tujuan individu. Motivasi adalah perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan.
kesediaan melakukan usaha tingkat tinggi guna Faktor motivasi ini berhubungan dengan
mencapai sasaran organisasi yang dikondisikan oleh penghargaan terhadap pribadi yang berkaitan
kemampuan usaha tersebut memuaskan kebutuhan langsung dengan pekerjaan.
sejumlah individu (Robins dan Mary, 2005). Teori motivasi dengan pendekatan kebutuhan
Selain itu Rivai (2004:457) menyampaikan adalah teori dua faktor Hezberg, Mauser dan
pengertian motivasi adalah:(1)Sebagai suatu kondisi Synderman teori, sebagaimana yang dikutip oleh
yang menggerakkan manusia ke arah suatu tujuan Hasbar mereka menyatakan bahwa ketidakpuasan
tertentu.(2) Suatu kehlian dalam mengarahkan kerja dan kepuasan kerja muncul dari dua set faktor
karyawan dan perusahaan agar mau bekerja secara yang terpisah, dan dua faktor tersebut dinamakan
berhasil, sehingga keinginan karyawan dan tujuan faktor yang membuat orang lain tidak puas dan faktor
perusahaan sekaligus tercapai.(3) Sebagai inisiasi dan yang membuat orang menjadi puas.
pengarahan tingkah laku. Pelajaran motivasi sebenarnya Selanjutnyan, Budaya berasal dari bahasa
merupakan pelajaran tingkah laku.(4) Sebagai energi Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk
untuk membangkitkan dorongan dalam diri.(5) Sebagai jamak dari buddhi ( budi atau akal ), yang diartikan
kondisi yang berpengaruh membangkitkan, sebagai hal – hal yang berkaitan budi dan akal manusia.
mengarahkan dan memelihara perilaku yang Dalam Bahasa Inggris kebudayaan disebut culture yang
berhubungan dengan lingkungan kerja.Motivasi kerja berasal dari Bahasa Latin Colere, yaitu mengolah atau
adalah sebagai langkah awal seseorang melakukan mengerjakan. Budaya secara harafiah memiliki arti
tindakan akibat kekurangan secara fisik dan psikis atau mengerjakan tanah, mengolah, memelihara ladang (
dengan kata lain adalah suatu dorongan kerja yang Soerjanto Poespowardojo:1993 ). Menurut Hartanto (
ditunjukkan untuk memenuhi tujuan tertentu. 2009 ) budaya dapat didefenisikan sebagai totalitas
Teori yang membahas tentang motivasi yaitu dari keyakinan, sikap, pola perilaku, kelembagaan, seni,
Teori Dua Faktor Hezberg. Menurutnya, factor – tradisi dan produk pikiran manusia yang menjadi
factor seperti kebijakan, administrasi perusahaan, dan karakteristik dari suatu komunitas di dalam suatu
gaji yang memadai dalam suatu pekerjaan akan lingkungan social. Budaya terbentuk dari berbagai
menetramkan karyawan. Bila factor – factor ini tidak symbol, ritual dan tata nilai, keyakinan, gagasan, makna
memadai, maka orang –orang tidak akan terpuaskan ( serta pola perilaku yang bayak digunakan di dalam
Robbins.2001:170 ) dalam http:/kuliah kehidupan sehari – hari. Lebih lanjut Hartanto ( 2009 )
komunikasi.blogspot.co.id/2008/11/teori-motivasi- mendefenisikan budaya kerja adalah suatu system
mcclellanddan teori dua factor Hezberg. Menurut hasil makna yang terkait dengan kerja, pekerjaan dan
penelitian Hezberg ada 3 ( tiga ) hal penting yang harus interaksi kerja yang disepakati bersama dan digunakan
diperhatikan dalam memotivasi bawahan ( Hasibuan di dalam kehidupan kerja sehari – hari.
1990 : 176 ) yaitu : L.W.Budiwinantara Melaksanakan budaya
a. Hal – hal yang mendorong karyawan adalah kerja tidak bisa dipisahkan dengan sumber daya
pekerjaan yang menantang yang mencakup perasaan manusia (SDM) itu sendiri, karena budaya kerja sangat
berprestasi, bertanggung jawab, kemajuan, dapat erat kaitannya dengan sikap/perilaku dan paradigma
menikmati pekerjaan itu sendiri dan adanya berpikir manusia dalam menciptakan produktivitas
pengakuan atas semua itu. kerja yang memadai. Maka sebagai aparatur negara
b. Hal – hal yang mengecewakan karyawan adalah setiap manusia yang berada/bekerja dalam instansi-
terutama pada factor yang bersifat embel – embel instansi pemerintahan hendaknya mampu menciptakan
budaya kerja yang kondusif, di mana hal tersebut
3 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 8
Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTMA)
ISBN: 978-623-90018-0-3
Medan, 30 November- 03 Desember 2018 APPPTMA KE-8

menjadi tuntutan dasar dalam menciptakan kinerja sehingga tidak mengherankan jika disetiap
modern (tepat guna). Dalam menciptakan sebuah pelaksana kerja/tugas para pekerja tidak mampu
sistem kerja untuk mewujudkan kinerja modern maka menempatkan diri sebagai pelayan masyarakat
ada 3 faktor pendukung yang sangat penting, yaitu : yang menerapkan prinsip, standar, pola
a. SDM (sumber daya manusia). Untuk menciptakan penyelenggaraan pelayanan publik, dan
kinerja modern erat kaitannya dengan budaya kerja pemberian pelayanan prima kepada masyarakat
yang sedang berlaku sehingga peran serta setiap yang merupakan perwujudan kewajiban
manusia didalamnya menjadi hal mutlak yang aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat.
menentukan arah budaya kerja itu sendiri. Dalam b. Imbalan/Materi. Tidak dapat dihindari bahwa setiap
hal ini setiap aparatur negara dalam menunaikan pekerja/pegawai memiliki hak untuk memperoleh
tugas-tugas kerja seharusnya memiliki nilai-nilai : imbalan dari setiap tanggung jawab kerja yang
1) Disiplin. Dalam hal ini bukan hanya disiplin mereka emban. Dan oleh karena itu materi sebagai
waktu yang menjadi perhatian setiap pekerja bentuk imbalan kerja menjadi hal penting untuk
akan tetapi disiplin dalam menunaikan setiap terpenuhi.
tugas yang dibebankan kepadanya atau tanggung Oleh karena itu Karl Marx (dalam bukunya
jawab kerjanya seharusnya bisa diselesaikan Das Kapital) menekankan bahwasanya untuk
dengan baik. Berdisiplin secara kuantitas waktu mewujudkan sistem perekonomian yang baik termasuk
kerja dan kualitas hasil kerja harus menjadi untuk mencapai sebuah hasil kerja yang masksimal
budaya kerja disetiap instansi-instansi maka setiap pekerja harus menerima imbalan/materi
pemerintahan. yang setimpal dari setiap hasil kerjanya, dimana hal ini
2) Terampil/mampu menciptakan inovasi kerja. juga menjadi motivasi terbesar bagi setiap pekerja
Dengan adanya tanggung jawab kerja berarti untuk dapat menyelesaiakan setiap pekerjaannya secara
setiap pekerja juga diberikan keleluasaan untuk maksimal. Hal ini yang kemudian menjadi rujukan
menunjukkan atau mengejewantahkan setiap banyak negara dalam menciptakan sebuah budaya
keterampilan yang dimilikinya dalam kerja, yang kemudian mengarah pada penerapan
menciptakan kualitas kerja yang inovatif budaya kapitalis tersebut. Dalam dunia bisnis/swasta
sehingga terjadi pengembangan kerja yang budaya kerja kapitalis ini dapat dilihat dari pemberian
berkualitas. “bonus” bagi para pekerja selain dari gaji pokok yang
3) Berbasis pada Rasionalitas dan Kecerdasan biasa mereka terima, dimana pemberian bonus ini
Emosi. Penyaringan setiap tenaga kerja sebagai bentuk imbalan dari hasil kerja mereka baik
termasuk tenaga-tenaga kerja dalam instansi- secara kuantitas maupun pencapaian kualitas hasil kerja
instansi pemerintahan menjadi indikator sedangkan dalam instansi-instansi pemerintah biasa kita
bahwasanya kualitas sumber daya manusia kenal dengan istilah honor yang belakangan ini
menjadi syarat utama dalam menduduki setiap kemudian menggelinding sebuah program sertifikasi
jabatan/posisi yang tersedia. Termasuk juga (bagi Guru) dan tunjangan kinerja dibeberapa instansi
adanya pendidikan pelatihan-pelatihan yang pemerintahan dimana semua itu merupakan
dilaksanakan disetiap instansi menjadi penunjang “penghasilan tambahan” sebagai buah dari hasil kerja
untuk mewujudkan sumber daya manusia yang yang dilakukan.
berbasis pada rasionalitas dan kecerdasan Selanjutnya, Kinerja adalah istilah yang
emosi. Sebagai aparatur negara kita harus popular di dalam manajemen yang mana istilah kinerja
dibekali dengan kematangan dan kecerdasan didefenisikan dengan istilah hasil kerja, prestasi kerja
emosi dalam menghadapi setiap tantangan kerja. dan performance. Dalam kamus Bahasa Indonesia
4) Partisipatif/mampu membangun budaya kerja dikemukakan arti kinerja sebagai “ (1) sesuatu yang
kelompok atau kerjasama yang baik, baik itu dicapai (2) prestasi yang diperlihatkan (3) kemampuan
secara horizontal maupun vertikal. Untuk kerja “. Menurut Fattah ( 1999:19 ) dalam Khris
mewujudkan team work yang baik setiap Hartono, kinerja atau prestai kerja ( performance )
pekerja seharusnya memiliki kemampuan diartikan sebagai “ ungkapan kemampuan yang didasari
partisipatif agar dalam penyelesaian setiap oleh pengetahuan, sikap keterampilan dan motivasi
tanggung jawab terjadi sinkronisasi kerja yang dalam menghasilkan sesuatu “. Sementara menurut
efektif. Sedarmayanti (2001:50 ) bahwa “ kinerja merupakan
5) Tulus dan Ikhlas/mampu menempatkan atau terjemahan dari performance yang berarti prestasi
memposisikan kerja sebagai tanggung jawab kerja, pelaksanaan pencapaian kerja, untuk kerja atau
kemanusiaan sehingga terwujud motivasi kerja penampilan kerja “. Sedangkan Samsudin (2005:159)
yang positif (tanpa pamrih). Hal ini menjadi menyebutkan bahwa “ kinerja adalah tingkat
sangat penting untuk terpenuhi karena harus pelaksanaan tugas yang dapat dicapai seseorang, unit
diakui bahwasanya budaya kerja yang terjadi atau divisi dengan menggunakan kemampuan yang ada
hampir di semua instansi pemerintahan banyak dan batasan – batasan yang telah ditetapkan untuk
kehilangan nilai ini. Para pekerja tidak mencapai tujuan organisasi/perusahaan. Berdasarkan
memandang setiap tanggung jawab kerja yang pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja
diberikan kepadanya mengandung nilai ibadah adalah penampilan yang melakukan ,menggambarkan
4 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 8
Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTMA)
ISBN: 978-623-90018-0-3
Medan, 30 November- 03 Desember 2018 APPPTMA KE-8

dan menghasilkan sesuatu hal, baik yang bersifat fisik adalah keseluruhan pegawai di Kantor Sekertariat
ataupun non fisik yang sesuai dengan petunjuk, fungsi Daerah Kabupaten Enrekang sebanyak 180 orang,
dan tugasnya yang didasari oleh pengetahuan sikap , sedangkan tekhnik pengambilan sampel yang
keterampilan dan motivasi. dugunakan adalah nonprobability sampling dengan
Barry dalam Soehartono 2004, berpendapat tekhnik penarikan dengan tingkat kesalahan 10%, jadi
kinerja karyawan adalah hasil kerja yang dapat dicapai jumlah sampel adalah 64 orang
oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu Adapun tekhnik pengumpulan data yaitu
organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung wawancara, observasi, kuisioner, dan studi
jawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan kepustakaan, sedangkan tekhnik analisis data yaitu
organisasi yang bersangkutan dengan secara legal, tidak analisis deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik,
melanggar hukum, dan sesuai dengan moral maupun dan model regresi linear berganda. Dengan bantuan
etika. Menurut Mangkunegara, 2000, kinerja juga SPSS.
sepadan dengan prestasi kerja. Pengertian kinerja
adalah hasil secara kualitas dan kuantitas yang dicapai III. HASIL DAN PEMBAHASAN
oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan.
yang telah diuraikan, maka diperoleh data bahwa ada
Menurut Stephen P. Robbins, tingkat kinerja
pengaruh motivasi kerja dan budaya kerja terhadap
pegawai sangat tergantung kepada faktor-faktor yaitu,
kinerja pegawai di Sekertariat Daerah Kabupaten
kemampuan pegawai itu sendiri seperti tingkat
Enrekang. Adapun uraian tersebut sebagai berikut:
pendidikan, pengetahuan, pengalaman dimana denga
1. Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja pegawai
tingkat kemampuan yang semakin tinggi akan
(X1 ke Y).
mempunyai kinerja yang semakin tinggi pula. Faktor
Berdasarkan uji statistik melalui spss diperoleh
lain adalah motivasi kerja yaitu dorongan diri dalam
data bahwa, pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja
seorang pegawai untuk melakukan suatu pekerjaan.
pegawai berpengaruh signifikan terhadap kinerja
Dengan motivasi kerja yang tinggi akan mempunyai
pegawai pada kantor Sekertariat Daerah Kabupaten
kinerja yang tinggi dan sebaliknya. Sehingga dapat
Enrekang dengan nilai t variabel motivasi kerja sebesar
disimpulkan bahwa kedua faktor yaitu motivasi dan
1,299 dengan tingkat signifikan 0,19 < 0,2, berarti ada
kemampuan mempunyai hubungan positif terhadap
pengaruh yang signifikan variabel motivasi kerja
kinerja. Sedangkan indikator kinerja adalah kualitas,
terhadap kinerja pegawai dan hasil uji model summary
kuantitas, arahan dan dukungan, waktu yang dipakai,
pengaruh X1 terhadap Y sebesar 27%. Pentingya
tanggung jawab, kerja sama, ketaatan.
pemerintah untuk memperhatikan dan memberikan
Pengukuran kinerja merupakan suatu alat
motivasi kepada pegawai dengan meliputi; 1)
manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan
banyaknya gaji yang diberikan kepada pegawai. 2)
keputusan oleh para pimpinan. Sebenarnya pengukuran
tingkat keamanan bagi pegawai. 3) kondisi ruangan
kinerja mempunyai makna ganda yaitu, pengukuran
pegawai. 4) kebijakan atau perintah yang diberikan
kinerja itu sendiri dan sebagai evaluasi kinerja. Untuk
kepada pegawai. 5) hubungan kerja pegawai dengan
melakukan kedua hal tersebut terlebih dahulu harus
pegawai lainya.6) hubungan kerja antara pegawai
ditentukan tujuan yang akan dicapai. Setelah program
dengan pimpinan. 7) tingkat keberhasilan pegawai. 8)
didesain termasuk penciptaan berbagai indikator
rasa tanggung jawab pegawai. 9) pengembangan diri
kinerja atau keberhasilan pelaksanaan program
pegawai.
sehingga dapat diukur tingkat pencapaian hasil.
Selanjutnya, diantara 9 indikator motivasi kerja,
Pengukuran kinerja merupakan jembatan antara
yang paling besar pengaruhnya adalah indikator yang
perencanaan strategis dengan akuntabilitas. Instansi
pertama yaitu upah atau gaji yang diberikan pegawai
pemerintah dapat dikatakan berhasil jika terdapat
sebesar 95%, itu berarti bahwa pemerintah melalui
bukti-bukti atau indikator-indikator dalam pencapaian
kantor Sekertariat Daerah Kabupaten Enrekang, harus
tugas organisasi publik. Tanpa adanya pengukuran
memberikan gaji yang sesuai dengan kinerja pegawai,
kinerja sangat sulit dicari kebenaran yang logis,
supaya dalam melakukan tugasnya dapat berjalan sesuai
perencanaan yang jelas teroperasionalkan dan
dengan ketentuan. Dan yang paling sedikit pengaruhnya
terstruktur diharapkan memberi pembenaran yang
adalah pengembangan diri pegawai yang persentasenya
logis dan argumntatif yang memadai. Sedangkan
sebesar 73% saja pengaruhnya tetapi bukan berarti
menurut Henry Simamora 1987:485, maksud
bahwa pegawai tidak harus memperhatikan
ditetapkan tujuan kinerja adalah menyusun sasaran
pengembangan diri, karena sumber daya manusia harus
yang berguna tidak hanya evaluasi kinerja pada akhir
mengembangkan diri supaya terciptanya kinerja yang
priode tetapi jugan untuk mengelola proses kerja
lebih kreatif, inovatif, untuk mencapai hasil kerja yang
selama priode tersebut.
lebih optimal.
2. Pengaruh budaya kerja terhadap kinerja pegawai.
II. METODE PENELITIAN
Ivancevich, Lorenzi, Skinner & Crosby dalam
Jenis Penelitian yang dilakukan untuk
Ratminto dan Atik 2015, mendefinisikan budaya kerja
mengolah dan menganalisis penelitian ini adalah
sebagai suatu situasi kerja yang memungkinkan semua
penelitian metode deskriptif, populasi dalam hal ini
5 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 8
Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTMA)
ISBN: 978-623-90018-0-3
Medan, 30 November- 03 Desember 2018 APPPTMA KE-8

pegawai dapat melaksanakan semua pekerjaan dengan 3. Pengaruh motivasi kerja bersama-sama dengan
cara terbaik yang dapat dilakukanya. Dalam upaya budaya kerja berpengaruh signifikan terhadap
untuk meningkatkan kinerja pegawai maka dalam hal ini kinerja pegawai dengan tingkat signifikan ( 0,03 dan
adapun teori yang telah dipaparkan oleh Budiwinata, 0,00 < 02 ) dengan pengaruh sebesar 70,3 % di
indikatornya adalah sebagai berikut; 1) tingkat Kantor Sekertariat Daerah Kabupaten Enrekang,
kedisiplinan pegawai. 2) keterampilan pegawai. 3) maka hal itu dapat meningkatkan kualitas kinerja
pendidikan dan pelatihan. 4) kerjasama pegawai. 5) pegawai yang baik pula.
pegawai memberikan pelayanan. 6) gaji yang diberikan
pegawai. 7) pegawai dalam melaksanakan tugasnya.
Masing-masing indikator tesebut diatas, yang paling DAFTAR PUSTAKA
berpengaruh adalah gaji yang diberikan kepada pegawai [1] Ahmad Jamaluddin, 2011, perilaku birokrasi dan pengambilan
sebesar 88% Ini menunjukkan bahwa pemerintah keputusan , Badan Penerbit UNM Makassar.
seharusnya memberikan gaji/upah yang diberikan [2] Ahmad Jamaluddin, 2015, metode penelitian administrasi publik,
kepada pegawai sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Gava Media, Yogyakarta
sedangkan yang paling sedikit adalah kedisiplinan
pegawai sebesar 69%, tetapi bukan berarti bahwa [3] Arep, Ishak, Henri Tanjung, 2003, manajemen sumber daya
manusia, Universitas Trisakti, Jakarta.
pemerintah tidak harus memperhatikan kedisiplinan
para pegawai, karena kedisiplinan merupakan salah satu [4] Hasibuan Malayu, 2003, mengenal dasar-dasar pengertian dan
hal penting yang harus diperhatikan dalam masalah, Bumi Aksara, Jakarta.
melaksanakan tugas dan pekerjaanya.
[5] Henry Simammora, 2004, manajemen sumber daya manusia,
Berdasarkan hasil uji statistik melalui SPSS STIE YKPN, Yogyakarta.
diperoleh data bahwa budaya kerja berpengaruh
signifikan terhadap kinerja pegawai dengan nilai thitung [6] Keban, Y.T, 2014, Enam dimensi strategis administrasi public,
sebesar 10,886 dengan tingkat signifikan (0,00 < 0,2), Gava Media, Yogyakarta.
berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel [7] Komaruddin, 2006, pengembangan dan pelatihan (suatu
budaya kerja terhadap kinerja pegawai dan hasil model pendekatan manajemen sumber daya manusia), Kappa Sigma,
summary besar pengaruh X2 terhadap Y sebesar Bandung.
65,6%.
[8] Lberty Ahmad S. Ruky, 2001, sistem manajemen kinerja,
3. Pengaruh motivasi dan budaya kerja terhadap Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
kinerja pegawai di Kantor Sekertariat Daerah
Kabupaten Enrekang (X1, X2 terhadap Y). [9] Malthis, Robert L, Jakson dan John H., 2006, manajemen sumber
Berdasarkan olahan data SPSS model summary daya manusia, Salemba Empat, Jakarta.
diperoleh data bahwa, motivasi dan budaya kerja [10] Mangkunegara, 2003, perencanaan dan pengembangan sumber
terhadap kinerja pegawai di Kantor Sekertariat Daerah daya manusia, PT. Rafika Aditama, Bandung.
Kabupaten Enrekang adalah signifikan yaitu sebesar
0,03 dan 0,00 < 0,2 dengan pengaruh sebesar 70,3%
[11] Masrukhin dan Waridin, 2006, pengaruh motivasi kerja, kepuasan
masuk dalam kategori berpengaruh. Angka capaian kerja, budaya organisasi dan kepemimpinan terhadap kinerja
presentase tersebut sebenarnya belum terlalu sesuai pegawai, Ekobis, Vol. 7, No. 2.
dengan apa yang diharapkan antara 76% - 100%,
dengan kata lain bahwa apa yang diharapkan oleh [12] Moh. Nasir, 2005, metode penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.
pemerintah dan masyarakat terhadap kinerja pegawai [13] Mustafa, Delly,2013. Birokrasi pemerintahan, Alfabeta, Bandung.
masih sedikit dibawah standar yang seharusnya..
[14] Mustafa Hasbar,2012, menguak perilaku birokrasi, Badan
IV. KESIMPULAN Penerbit UNM, Makassar

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan [15] Nitisasmito, Alex S., 2000, manajemen personalia manajemen
pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut: sumber daya manusia, Ghalia Indonesia, Jakarta.
1. Pengaruh motivasi kerja mempunyai pengaruh yang
[16] Ratminto & Atik Septi Winarsih, 2015, manajemen pelayanan,
signifikan terhadap kinerja pegawai dengan tingkat Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
signifikan 0,19 < 0,2 dengan pengaruh sebesar 27
%. Makin tinggi motivasi yang diberikan pegawai, [17] Rivai Veitshal, 2004, manajemen sumber daya manusia untuk
maka makin tinggi juga kinerja pegawai di Kantor perusahaan, dari teori ke praktek, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Sekertariat Daerah Kabupaten Enrekang.
2. Budaya kerja pegawai mempunyai pengaruh [18] Sedarmayanti, 2001, sumber daya manusia dan produktivitas
signifikan terhadap kinerja pegawai di Kantor kerja, Mandar Maju Bandung.
Sekertariat Daerah Kabupaten Enrekang dengan
[19] Sugiyono, 2005, metode penelitian bisnis, CV. Alfabeta, Bandung.
tingkat signifikan sebesar 0,000 < 0,2 dengan
pengaruh sebesar 65,6 %. Semakin baik kultur [20] _________, 2015, metode penelitian kombinasi, CV. Alfabeta
budaya kerja semakin baik pula kinerja pegawai di Bandung.
Kantor Sekertariat Daerah Kabupaten Enrekang.

6 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 8


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTMA)
ISBN: 978-623-90018-0-3
Medan, 30 November- 03 Desember 2018 APPPTMA KE-8

[21] Soehartono, 2004, pengaruh gaya kepemimpinan, motivasi, dan


kemampuan kerja terhadap kinerja pegawai sekertaris daerah
kabupaten Rembang, Universitas Diponegoro, Semarang.

[22] Sthepen P. Robbin, 2001, perilaku organisasi, konsep,kontroversi,


dan aplikasi, Prenhalindo, Jakarta.

[23] The Liang Gie, 1993, ensiklopedia administrasi , Gunung Agung,


Jakarta.

[24] Winardi, 2000, teori organisasi dan pengorganisasian, Rajawali


Pers, Jakarta.

[25] Zainuddin Samad,2016, birokrasi dalam pelayanan publik,


Ombak, Anggota Okapi, Yogyakarta.

[26] Magistra, 74 Th.XXII,2010, Analisis Pengaruh Kepemimpinan dan


Budaya Kerja dengan motivasi sebagai variable intervening
terhadap kinerja karyawan di kantor pertanahan kebumen.

[27] http://www.slideshare.net/fitrianajinne/budaya-organisasi-dan-
budaya-kerja

[28] http://kuliahkomunikasi.blogspot.co.id/2008/11/teorimotivasiMc
.Clelland dan teori dua faktor Hezberg.

7 Prosiding Konferensi Nasional Ke- 8


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTMA)
ISBN: 978-623-90018-0-3

Anda mungkin juga menyukai