2722-6565
Sujarwadi
Email: sujar9548@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Kepemimpinan Terhadap
Kedisipinan Aparatur Desa di Kec. Kasimbar, pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kedisipinan Aparatur
Desa di Kec. Kasimbar. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yaitu 78 aparatur di tiga desa
kec. kasimbar. Tehnik ini dipakai dengan tujuan agar dapat memperoleh informasi yang lebih lengkap
tentang kondisi sebenarnya. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: hasil perhitungan diperoleh Fhitung = 22.432 pada taraf nyata ά = 0,05 atau
Sig F < 0,05. nilai signifgikansi F = 0,000. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa secara bersama-sama
(simultan) variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel tidak bebasnya;
kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kedisiplinan aparatur desa dengan nilai sig 0.003; motivasi
kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kedisipinan aparatur desa dengan nilai sig 0.244.
1. Kebutuhan akan berprestasi: dorongan untuk penggerak yang akan memotivasi semangat
unggul, untuk berprestasi berdasar seperangkat bekerja seseorang pegawai, karena kebutuhan
standar, untuk berusaha keras supaya sukses. n.Af ini yang merangsang gairah kerja
2. Kebutuhan akan kekuasaan: kebutuhan untuk seseorang pegawai, yang akan memotivasi dan
membuat orang lain berperilaku dalam suatu mengembangkan dirinya serta memanfaatkan
cara yang sedemikian rupa sehingga mereka semua energinya untuk menyelesaikan tugas-
tidak akan berprilaku sebaliknya. tugasnya.
3. Kebutuhan akan kelompok pertemanan: hasrat c. Kebutuhan akan kekuasaan (need for power) =
untuk hubungan antarpribadi yang ramah. (n.Pow) Kebutuhan akan kekuasaan
Pada umumnya manusia terdorong atau merupakan daya penggerak yang memotivasi
termotivasi dalam bekerja, disebabkan oleh semangat kerja seseorang pegawai. Karena itu
berbagai macam tindakan kebutuhan yang n.Pow ini merangsang dan memotivasi gairah
diinginkan. Begitu juga dengan kebutuhan dasar kerja seseorang serta mengerahkan semua
nya terpengaruhi, maka akan muncul kebutuhan kemampuan demi mencapai kekuasaan atau
yang lain dengan demikian untuk merangsang kedudukan yang terbaik dalam organisasi.
karyawan agar lebih bersemangat dalam Kedisiplinan
melaksanakan pekerjaan nya haruslah dapat Disiplin kerja adalah suatu alat yang
dipenuhi kebutuhan dasar nya terlebih dahulu dan digunakan para manajer untuk berko-munikasi
juga kebutuhan lain nya. Menurut (Azis, 2019) dengan karyawan agar mereka bersedia mengubah
Kompensasi dapat meningkatkan kinerja suatu perilaku serta sebagai suatu upaya
karyawan. Ketika kinerja karyawan meningkat, meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang
maka prestasi dalam bekerja pun dapat dicapai. mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-
Dengan tercapainya prestasi kerja yang diraih norma sosial yang berlaku (Rivai, 2010:825).
karyawan akan turut meningkat dan kinerja Indikator Disiplin Kerja
perusahaan turut tercapai. McClelland dalam Menurut Singodimejo dalam Sutrisno
Robbins (2006:222) (2011:94) adalah sebagai berikut:
4. Mc. Clelland dengan Teori Motivasi Prestasi 1. Taat terhadap aturan waktu Dilihat dari jam
Teori ini berpendapat bahwa pegawai masuk kerja, jam pulang, dan jam istirahat
mempunyai cadangan energi potensial. yang tepat waktu sesuai dengan aturan yang
Bagaimana energi dilepaskan dan digunakan berlaku di perusahaan.
tergantung pada kekuatan dorongan motivasi 2. Taat terhadap peraturan perusahaan Peraturan
seseorang dan situasi serta peluang yang tersedia. dasar tentang cara berpakaian, dan bertingkah
Menurut teori ini ada tiga komponen dasar yang laku dalam pekerjaan.
dapat digunakan untuk memotivasi orang bekerja, 3. Taat terhadap aturan perilaku dalam pekerjaan
yaitu kebutuhan : Ditunjukan dengan cara-cara melakukan
a. Kebutuhan akan prestasi (need for pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan jabatan,
achievement) = (n.Ach) Kebutuhan akan tugas, dan tanggung jawab serta cara
Prestasi merupakan daya penggerak yang berhubungan dengan unit kerja lain.
memotivasi semangat bekerja seseorang. Hubungan Antar Variabel
Karena itu n.Ach ini akan mendorong Hubungan Variabel Kepemimpinan dengan
seseorang untuk mengembangkan kreativitas Kedisiplinan
dan mengarahkan semua kemampuan serta Setiap pimpinan selalu berusaha agar para
energi yang dimilikinya demi mencapai bawahannya mempunyai disiplin yang baik.
prestasi kerja yang optimal. Seorang pimpinan dikatakan efektif dalam
b. Kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation) = kepemimpinannya, jika para bawahannya
(n.Af) Kebutuhan akan afiliasi menjadi daya berdisiplin baik. Teladan pimpinan sangat
bekerja seseorang pegawai, karena besar 0,3 (r≥0,3) maka instrument tersebut
kebutuhan n.Af ini yang merangsang dianggap valid.
gairah kerja seseorang pegawai, yang akan Uji Keandalan (Test of Reliability)
memotivasi dan mengembangkan dirinya
Instrumen penelitian selain valid, juga
serta memanfaatkan semua energinya
untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. harus dapat diandalkan (reliable), instrumen dapat
c. Kebutuhan akan kekuasaan merupakan dikatakan reliabel jika alat tersebut menghasilkan
daya penggerak yang memotivasi semangat nilai-nilai yang konsisten, dengan demikian
kerja seseorang pegawai. Karena itu n.Pow instrumen ini dapat dipakai dengan aman karena
ini merangsang dan memotivasi gairah dapat bekerja dengan baik pada waktu yang
kerja seseorang serta mengerahkan semua berbeda dengan kondisi yang berbeda ( Sugiyono,
kemampuan demi mencapai kekuasaan
2006 : 109). Dengan kata lain reliabilitas
atau kedudukan yang terbaik dalam
organisasi. menunjukkan sejauh mana pengukuran dapat
3. Kedisiplinan Aparatur Desa memberikan hasil yang tidak berbeda bila
a. Taat terhadap aturan waktu Dilihat dari dilakukan pengukuran kembali pada subjek yang
jam masuk kerja, jam pulang, dan jam sama. Dalam penelitian ini dilakukan uji
istirahat yang tepat waktu sesuai dengan reliabilitas internal dengan menggunkan koefisien
aturan yang berlaku di perusahaan. alpha cronbach (α). Suatu instrumen disebut
b. Taat terhadap peraturan perusahaan
reliabel apabila alpha cronbach lebih besar dari
Peraturan dasar tentang cara berpakaian,
dan bertingkah laku dalam pekerjaan. 0,60 (Sugiyono, 2006 : 126).
c. Taat terhadap aturan perilaku dalam Tabel 2.
pekerjaan Ditunjukan dengan cara-cara Reliability Instrument
melakukan pekerjaan-pekerjaan sesuai Cronbach’s
No Variabel Keterangan
dengan jabatan, tugas, dan tanggung jawab Alpha
serta cara berhubungan dengan unit kerja 1 Kepemimpinan 0,699 Reliabel
2 Motivasi Kerja 0,728 Reliabel
lain.
3 Kedisiplinan 0,706 Reliabel
Uji Validitas Aparatur Desa
Uji validitas dilakukan untuk mengukur
pernyataan yang ada dalam kuisioner.Suatu Uji Asumsi Klasik
pernyataan dianggap valid jika pernyataan 1. Uji Normalitas
tersebut mampu mengungkapkan apa yang akan Tujuan uji normalitas adalah untuk
diukur. Valid berarti instrumen tersebut dapat mengetahui apakah distribusi sebuah data
digunakan untuk mengukur apa yang harus mengikuti atau mendekati distribusi normal.Uji
diukur, atau ada kesesuaian antara alat ukur normalitas bertujuan untuk menguji apakah model
dengan yang diukur. regresi berdistribusi normal. Uji normalitas dapat
Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono dilakukan dengan analisis gambar dilihat dari
(2009: 109) bahwa instrumen yang valid berarti titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal
alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data yakni distribusi data dengan bentuk lonceng dan
itu valid. Uji validitas dilakukan dengan cara distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau
mengkorelasikan masing-masing pernyataan menceng ke kanan.
dengan jumlah skor totalnya. Adapun dasar pengambilan keputusan adalah:
Validitas dapat diketahui dengan cara 1. Jilka data tersebar disekitar garis diagonal dan
membandingkan nilai Corrected item-Total mengikuti arah garis diagonal maka model
Correlation dengan nilai r-kritis sesuai kriteria. regresi memenuhi asumsi normalitas.
Menurut Sugiyono (2006: 124), bahwa bilamana 2. Jika menyebar jauh dari diagonal maka model
koefisien antara skor suatu indikator dengan skor regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
total seluruh indikator adalah positif dan lebih
kasimbar berdasarkan pengujian diperoleh hasil garis dengan sumbu Y pada diagram/sumbu
sebagai berikut: kartesius saat nilai X = 0. Sedangkan definisi
Tabel 4. secara statistika adalah nilai rata-rata pada
Hasil Pengujian Regresi Linear Berganda variabel Y apabila nilai pada variabel X
Faktor Terikat = Kedisiplinan Aparatur Desa (Y) bernilai 0. Dengan kata lain, apabila X tidak
Variabel Unstandar Std. Sig.t memberikan kontribusi, maka secara rata-rata,
dized Error variabel Y akan bernilai sebesar intersep. Perlu
Coefficien
diingat, intersep hanyalah suatu konstanta
ts (Beta)
(Constant) -1.500 .264 .510 yang memungkinkan munculnya koefisien lain
Kepemimpinan .259 .085 .003 di dalam model regresi. Intersep tidak selalu
Motivasi Kerja .112 .095 .244 dapat atau perlu untuk diinterpretasikan.
Apabila data pengamatan pada variabel X
n = 78
Konstanta = -1.500 tidak mencakup nilai 0 atau mendekati 0, maka
Koefesien Korelasi (R) = 0,612 intersep tidak memiliki makna yang berarti,
R Square (R2) = 0,374 sehingga tidak perludiinterpretasikan.
Adjusted R Square = 0,358
F-Statistik = 22.434 Jadi :
Sig.F = 0,000 1. Intersep sebesar -1500 secara matematis
menyatakan bahwa apabila nilai X1 dan X2
Dari hasil pengujian dengan sama dengan 0 maka nilai Y sama dengan -
menggunakan regresi linier berganda di atas, 1500; yang berarti bahwa Kedisiplinan adalah
maka dapat disusun persamaan regresi berganda -1500. Mana mungkin Kedisiplinan negatif???
dari pengaruh kepempinan dan motivasi kerja 2. Pada dasarnya intersep tidak selalu harus
terhadap kedisiplinan aparatur desa yaitu: diinterpretasikan. Menurut Gujarati (2006)
nilai intersep tidak selalu berarti karena
Y = -1.500+ 0,460 X1 + 0,178 X2
seringkali jangkauan nilai variabel bebas tidak
Hasil pengujian di atas menunjukkan, di memasukkan nol sebagai salah satu nilai yang
mana nilai konstanta -1.500 yang berarti bahwa diamati.
kedisipinan aparatur desa di Kec. Kasimbar 3. Skala likert yang digunakan untuk kuesioner
sebelum adanya variabel independen adalah tidak memasukkan angka nol, tetapi range 1 –
sebesar -1.500. 5, sehingga variabel X1 dan X2 tidak mungkin
sama dengan 0. Dengan demikian intersep
Intepretasi : yang bernilai negarif tersebut tidak perlu
1. Slope: Secara matematis, slope merupakan diinterpretasikan.
ukuran kemiringan dari suatu garis. Slope Kesimpulan:
adalah koefisien regresi untuk variabel X 1. Konstanta negatif tidaklah menjadi persoalan
(variabel bebas). Dalam konsep statistika, dan bisa diabaikan selama model regresi yang
slope merupakan suatu nilai yang di uji sudah memenuhi asumsi (misal
menunjukkan seberapa besar kontribusi normalitas untuk regresi sederhana) atau
(sumbangan) yang diberikan suatu variabel X asumsi klasik lainnya untuk regresi ganda.
terhadap variabel Y. Nilai slope dapat pula Selain itu, selama nilai slope tidak NOL maka
diartikan sebagai rata-rata pertambahan (atau tidak perlu memperdulikan konstanta negatif
pengurangan) yang terjadi pada variabel Y ini.
untuk setiap peningkatan satu satuan variabel 2. Konstanta negatif umumnya terjadi jika ada
X. rentang yang cukup jauh antara X (variabel
2. Intercept : Intersep, definisi secara metematis independen) dan Y (variabel respon. misal X
adalah suatu titik perpotongan antara suatu
pencapaian tujuan. Kegiatan - kegiatan kemampuan yang dimiliki aparatur desa. Selain
manajemen seperti perencanaan, itu mendorong pegawai untuk terus menerus
pengorganisasian, dan pengambilan keputusan mengembangan prestasi baik dengan pendidikan
merupakan sebuah kepompong yang tidur (tidak formal maupun non formal.
aktif) sampai pimpinan bertindak untuk Hal ini sejalan dengan penelitian yang
menghidupkan dan memotivasi dalam setiap dilakukan oleh Darwito (2008) yang
orang dan mengarahkan mereka mencapai tujuan. menyimpulkan bahwa gaya kepemimpinan
Kepemimpinan yang efektif harus berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.
memberikan pengarahan terhadap usaha-usaha Ogbonna dan Harris (2000) dalam penelitiannya
semua orang yang dipimpin dalam pencapaian menunjukkan bahwa kepemimpinan yang
tujuan organisasi. Pemimpin yang efektif akan diperankan dengan baik oleh seorang pemimpin
selalu berusaha agar kehendaknya diterima dan mampu memotivasi karyawan untuk bekerja lebih
dirasakan oleh seluruh anggota kelompok sebagai baik, hal ini akan membuat karyawan lebih hati-
kehendaknya juga. Tanpa bimbingan dari hati berusaha mencapai target yang diharapkan
pemimpin, maka hubungan antara tujuan perusahaan, hal tersebut berdampak pada
perseorangan dan tujuan organisasi menjadi kinerjanya. Selain itu pula didukung oleh Armanu
renggang. Keadaan ini menimbulkan situasi Thoyib (2005).
dimana perseorangan bekerja untuk mencapai c. Motivasi Terhadap Kedisiplinan Aparatur
tujuan pribadinya, sementara itu keseluruhan Desa Di Kec.Kasimbar
organisasi menjadi tidak efisien dalam pencapaian Hasil pengujian tentang pengaruh
sasaran-sasarannya. motivasi terhadap kedisiplinan aparatur
Bahwa kepemimpinan berpengaruh sebagaimana diuraikan sebelumnya membuktikan
secara langsung terhadap tingkat prestasi kerja bahwa motivasi secara parsial berpengaruh positif
Aparatur Desa Di Kec. Kasimbar melalui dan tidak signifikan terhadap kedisiplinan aparatur
pemimpin yang memiliki peran membentuk iklim desa di Kec. Kasimbar.
organisasi yang lebih kondusif, dari iklim yang Pemberian motivasi berarti telah
lebih kondusif itu terbentuklah tingkat prestasi memberikan kesempatan terhadap pegawai yang
kerja pegawai yang lebih baik. Selain itu menjadi bawahannya sehingga pegawai bisa dan
memberdayakan bawahannya agar mampu mampu mengembangkan kemampuannya.
meningkatkan produktivitasnya dalam mencapai Motivasi secara sederhana dapat dirumuskan
tujuan pembangunan. sebagai kondisi ataupun tindakan yang mendorong
Berdasarkan hasil wawancara bersama bapak seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan atau
zubaidi tjarungan (SEKDES), pada hari Kamis, kegiatan semaksimal mungkin pegawai untuk
tanggal 15 Februari 2018 pada pukul 10.00, yang berbuat dan berproduksi.
mengatakan bahwa : Peranan motivasi adalah untuk
“Kepemimpinan partisipatif yang terjadi pada mengintensifkan hasrat dan keinginan tersebut,
Pemerintah Aparatur Desa Kec. Kasimbar, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa usaha
terbuka dan mengharapkan saran-saran dari para peningkatan semangat kerja seseorang akan selalu
pegawai serta menanggapi setiap saran yang terkait dengan usaha memotivasinya sehingga
disampaikan. Kemampuan pimpinan dalam untuk mengadakan motivasi yang baik perlu
melibatkan partisipasi pegawai serta mengajakn mengetahui kebutuhan-kebutuhan manusia.
seluruh pegawai dalam mensukseskan program Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kerja maupun kegiatan sosialisasi tentang variabel motivasi mempunyai pengaruh yang
kependudukan. Pada indikator delegatif pada signifikan terhadap kedisiplinan aparatur desa di
prestasi para aparatur desa kec. Kasimbar Kec. Kasimbar. Analisa McGregor dalam
diberikan tugas sesuai bidang dan tingkat Munandar (2001), menyimpulkan bahwa orang
yang memiliki motivasi kerja yang bercorak dapat memberikan pengaruh yang positif
reaktif akan cenderung mendorong mereka untuk kepada aparatur lain dan memberikan
bekerja dengan hasil yang lebih baik, karena dorongan kepada rekan kerja untuk lebih
sistem nilai pribadi (personal value sistem) termotivasi dalam bekerja sehingga dapat
mereka memprioritaskan kegiatan-kegiatan positif meningkatkan motivasi kerja yang baik.
dalam kehidupan.
Prijosaksono dan Sembel (2002) DAFTAR PUSTAKA
mengatakan motivasi bukan sekedar dorongan Armanu, T. (2005). Hubungan Kepemimpinan,
Budaya, Strategi, Dan Kinerja: Pendekatan
untuk melakukan sesuatu, melainkan sebuah seni
Konsep. Jurnal Manajemen &
yang melibatkan berbagai kemampuan dalam Kewirausahaan, 7(1).
mengenali dan mengelola emosi diri sendiri dan Azis, A. (2019). Pengaruh Citra Merek Dan
orang lain. Paling tidak, tahu bahwa seseorang Kepuasan Konsumen Terhadap Loyalitas
melakukan sesuatu karena didorong oleh Konsumen Sim Card Telkomsel (Studi
motivasinya. Pada Pengguna Sim Card Telkomsel Di
Hasil penelitian ini sejalan dengan Ampana Kota). Jurnal Ekonomi Trend,
7(1), 71–82.
penelitian yang dilakukan oleh Pawewang (2010)
Https://Doi.Org/10.31970/Trend.V7i1.174
yang menemukan bahwa motivasi berpengaruh Darwito. (2008). Analisis Pengaruh Gaya
positif dan tidak signifikan terhadap Aparatur Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja
Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan di Dankomitmen Organisasi Untuk
Kecamatan Poigar Kabupaten Bolaang Meningkatkan Kinerja Karyawan.
Mongonsow. Semarang. Universitas Diponegoro,
Semarang.
Gujarati, D. (2006). Dasar-Dasar Ekonometrika.
KESIMPULAN Jakarta: Erlangga.
Kesimpulan Hasibuan, M. (2007). Manajemen Sumber Daya
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, Manusia. Jakarta: Pt Bumi Aksara.
maka kesimpulan penelitian ini adalah sebagai Hasibuan, Malayu. 2012. “Manajemen Sumber
berikut: Daya Manusia”. Jakarta: Pt
1. Kepemimpinan dan motivasi kerja secara Bumiaksara.Hasibuan,
simultan berpengaruh positif dan signifikan Marjun, M. (2019). Pengaruh Di Mensi Dimensi
terhadap kedisiplinan aparatur desa di Kec. Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan
Kasimbar. Pasien Rawat Inap Bpjs Kesehatan Center
2. Kepemimpinan berpengaruh positif dan Rumah Sakit Umum Daerah Anutapura.
signifikan terhadap kedisiplinan aparatur desa Jurnal Ekonomi Trend, 7(1), 12–26.
di Kec. Kasimbar. Https://Doi.Org/10.31970/Trend.V7i1.170
3. Motivasi kerja berpengaruh positif dan tidak Munandar, A. S. (2001). Psikologi Industri Dan
signifikan terhadap kedisiplinan aparatur desa Organisasi. Jakarta: Penerbit Universitas
di Kec. Kasimbar. Indonesia.
Ogbonna, E., & Harris, L. C. (2000). Leadership
Saran Style, Organizational Cultureand
1. Kepemimpinan perlu ditingkatkan yaitu Performance: Empirical Evidence From Uk
kepemimpinan partisipatif, dengan Companies. International Journal Of
menanggapi saran dari aparatur desa serta Human Resource Management, 11, 766–
788.
memperlakukan aparatur secara sama-sama
Pawewang, A. D. (2010). Motivasi Kerja Aparatur
guna menunjang peningkatan program yang Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Di
telah dicanangkan. Kecamatan Poigar Kabupaten Bolaang
2. Motivasi kerja aparatur desa di Kec. Mongonsow.
Kasimbar yang perlu ditingkatkan meliputi Prijosaksono, A., & Sembel, R. (2002).
kebutuhan power (kekuasaan) dengan cara Management Series. Jakarta: Pt. Elexmedia
Komputindo.