Anda di halaman 1dari 19

Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

PENGEMBANGAN MODEL PEMBINAAN DISIPLIN YANG EFEKTIF


TERHADAP KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL
Oleh:
Herman

Abstract
The discipline of civil servant has long been an intersting topics to continously discuss, in particular in discussions of the
civil servant development. Normatively, the discipline of civil servants have been regulated, yet the rules and regulation
number 30 year 1980 on Discipline of Civil Servant, still limited on obligations, restrictions and sanctions. However, the
methods how to develop them is not regulated yet. This is important became discipline can not be instilled in short time,
but it requires well planned, continous, and systematic development to achieve ideal civil servants. The model presented
in this article is expected to be utilized as refference for helping the leaders in every levels to develop discipline of the
service servants in organization.

Key words: development, discipline, and civil servant

A. DASAR PEMIKIRAN PEMBINAAN kebijakan tidak mempunyai arti kalau tidak


DISIPLIN PEGAWAI didukung oleh para pelaksananya. Hal yang
demikian, berlaku pula bagi komunitas aparatur
Dalam konteks manajemen sumber
negara, khususnya PNS, yang menempatkan
daya manusia (MSDM), pentingnya pembinaan
kedisiplinan sebagai salah satu faktor yang
disiplin pegawai berangkat dari pandangan
menentukan keberhasilan pencapaian kinerja
bahwa tidak ada manusia yang sempurna,
organisasi.
terbebas dari kekhilafan dan kesalahan.
Pendek kata, tidak ada manusia yang tidak Sebagai bagian dari aparatur negara,
pernah berbuat salah. Oleh sebab itu, setiap masalah disiplin PNS, di samping sebagai
organisasi termasuk instansi pemerintah perlu kewajiban moral dari konsekuensi ke-
memiliki berbagai ketentuan yang harus ditaati beradaannya selaku penyelenggara tugas-
oleh seluruh anggota organisasi dan didukung tugas pemerintahan dan pembangunan, juga
oleh standar yang harus dipenuhi oleh setiap merupakan tantangan logis yang tumbuh
pegawai. Begitu pentingnya kedisiplinan, seirama dengan tuntutan perubahan dan
sehingga ada ahli yang berpendapat bahwa perkembangan kemajuan masyarakat. Sebab,
kedisiplinan merupakan fungsi operatif MSDM semakin majunya arus perkembangan dan
yang terpenting, karena semakin baik disiplin tuntutan perubahan lingkungan, berimplikasi
pegawai, semakin tinggi prestasi yang dapat pula pada kemajuan pola pikir dan sikap
dicapainya. Tanpa disiplin pegawai yang kritis masyarakat, disertai tuntutan kebutuhan
baik, sulit bagi suatu organisasi pemerintah pelayanan yang semakin baik dari aparatur
mencapai hasil yang optimal. Sun Tzu, negara. Dalam keadaan demikian, diperlukan
seorang ahli strategi China dalam bukunya suatu kondisi dan kapasitas aparatur yang
“Art of War”, mengatakan bahwa segala bersih dan bebas dari virus korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN), serta diharapkan juga PNS
Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 81
Vol. 2, No.2, November 2008

bisa “berwibawa”. saat masih sangat terasa bahwa masih banyak


Aparatur yang bersih dan berwibawa akan persoalan yang timbul berkaitan dengan sikap
terwujud, bila menempatkan nilai-nilai disiplin dan perilaku disiplin PNS. Untuk sekedar
sebagai acuan hidupnya. Bersih artinya bahwa menyebut contoh, mulai kemangkiran pada
PNS sebagai pribadi memiliki ketaatan pada saat jam kerja kantor, hingga perilaku tercela
aturan yang berlaku dan menjadikan ketatan berat lainnya, seperti kebocoran anggaran,
tersebut sebagai kebanggaan. Sedangkan restitusi pajak, rekrutmen pegawai, peng-
berwibawa artinya, bahwa PNS sebagai pribadi rusakan hutan lindung, kebejatan moral, dan
memiliki kemauan dan kemampuan menjadikan lain-lain. Hal ini menandakan bahwa efektivitas
pegawai atau masyarakat yang dipimpinnya peraturan tersebut masih berada pada tataran
untuk taat pada aturan yang berlaku, dan yang sangat rendah, untuk tidak disebut
mereka akan dihargai oleh masyarakat sebagai kelemahan (kegagalan) dari aturan
karena “kebersihan dan kepeduliannya” untuk tersebut.
menempatkan masyarakat dalam prioritas Dari beberapa pertimbangan dapat
yang utama. disebutkan bahwa salah satu kelemahan dari
Mengingat pentingnya kedudukan dan peraturan disiplin tersebut adalah berkaitan
peranan PNS dalam menjalankan tugas-tugas dengan belum adanya cara bagaimana
ke depan yang semakin kompleks, maka melakukan pembinaan pegawai. Dengan
PNS semakin dituntut untuk menunjukkan kata lain, peraturan disiplin tentang PNS baru
jati dirinya dalam menunaikan kewajiban, sebatas memuat kewajiban, larangan dan
serta pengabdian pada bangsa, negara dan sanksi, tetapi bagaimana cara melakukan
masyarakat. Sebab di satu sisi, beban negara pembinaan belum diatur di dalamnya. Hal
dalam melaksanakan pembagunan nasional ini pentingnya mengingat disiplin pegawai
yang semakin kompleks menjadi tanggung tidak muncul seketika, tetapi melalui proses
jawab pegawai selaku abdi negara, di sisi lain, pembinaan yang dilakukan secara terarah,
dalam kapasitasnya sebagai abdi masyarakat, sistematis dan berkesinambungan, sehingga
harus mampu memberikan pelayanan optimal tercapai sosok PNS yang diinginkan. Untuk
pada masyarakat yang semakin berkembang, menuju ke arah hal tersebut, sudah tentu
baik dalam wawasan berpikir maupun sikap perlu adanya suatu panduan secara tertulis
dan perilaku yang semakin kritis dalam tuntutan guna membantu para pimpinan di setiap lini
kebutuhan dan pelayanan dari aparatur negara. dalam melakukan pembinaan disiplin PNS
di lingkungan organisasi/unit kerja masing-
Untuk mengantisipasi tuntutan kebutuhan masing.
disiplin PNS, Pemerintah telah mengeluarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980
tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, yang
di dalamnya mengatur tentang kewajiban, B. MEMAHAMI ISTILAH PEMBINAN
larangan dan sanksi terhadap kewajiban yang
tidak ditaati atau larangan dilanggar. Namun, Jika ditelusuri asal katanya, “pembinaan”
terlepas dari beberapa kelemahan yang berasal dari kata “bina” dan “membina” yang
terdapat dalam peraturan tersebut, hingga berarti mendirikan, membangun, memelihara,

82 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

mengembangkan dan menyempurnakan. nasihat (Raharjo, 2000: 21). Pembinaan dapat


Pembinaan berkaitan dengan hal cara, atau dicapai dengan lebih baik jika melibatkan
hasil membina. Sementara kata “bina dan hubungan yang sehat antara dua manajer
membina” (Podo & Sullivan, 2000: 208), selama periode waktu mereka mengerjakan
merupakan sinonim dari kata Inggris to build up pekerjaan (Mathis & Jackson, 2002: 60). Hal ini
(memperkuat), to develop (mengembangkan) berarti pembinaan merupakan cara yang paling
dan to cultivate (memelihara). Kata pembinaan alamiah untuk belajar. Pembinaan yang efektif
dianggap memiliki arti yang hampir sama menuntut adanya kesabaran dan keterampilan
dengan kata bimbing/bimbingan (guidance), komunikasi yang baik.
yang berarti menuntun (to lead) atau Uraian singkat dari petunjuk suatu
mengarahkan (to guide). pembinaan yang baik antara lain mencakup
Beberapa pengertian di atas menunjuk- beberapa hal sebagai berikut:
kan bahwa pembinaan memiliki arti yang  Penjelasan akan perilaku yang pantas.
berdekatan dengan kata bimbingan, yaitu
mengarahkan, mengembangkan dan me-  Menjelaskan mengapa tindakan-tindakan
nyempurnakan seseorang agar menjadi lebih tertentu harus diambil.
baik sesuai dengan yang diharapkan oleh yang  Secara akurat menetapkan pengamatan-
membina. Dengan demikian dapat dikatakan pengamatan.
bahwa pembinaan merupakan suatu tindakan,  Memberikan saran atau alternatif yang
proses, hasil, atau pernyataan menjadi lebih memungkinkan.
baik. Pembinaan menunjukkan adanya
 Menindaklanjuti atau memberikan
kemajuan, peningkatan, perubahan, evolusi
dorongan.
atas berbagai kemungkinan, berkembang, atau
peningkatan atas sesuatu. Pengertian di atas Sementara Minor (2003: 3) mengatakan
mengandung dua hal, yaitu pertama, bahwa bahwa membina adalah proses mengarahkan
pembinaan itu sendiri bisa berupa tindakan, yang dilakukan oleh seorang manajer untuk
proses, atau pernyataan dari suatu tujuan; dan melatih dan memberikan orientasi kepada
kedua, pembinaan bisa menunjukkan kepada seorang karyawan tentang realitas di tempat
perbaikan atas sesuatu (Thoha, 1993: 7). kerja dan membantunya mengatasi hambatan
Dari sisi pandang manajemen sumber dalam mencapai prestasi optimum. Erat
daya manusia, dapat juga dikatakan kaitannya dengan kata membina, menurut
bahwa pembinaan merupakan suatu upaya Minor adalah kata membimbing (counseling),
untuk menaikkan potensi dan kompetensi yaitu proses pemberian dukungan oleh manajer
melalui pendidikan formal maupun informal. untuk membantu seorang karyawan mengatasi
Pembinaan menurut pengertian ini, bertujuan masalah pribadi di tempat kerja atau masalah
untuk menggali potensi dan kompetensi yang muncul akibat perubahan organisasi yang
pegawai. Potensi dan kompetensi pegawai berdampak pada prestasi kerja.
perlu terus dibina agar dapat meningkatkan Pengertian lain dikemukakan oleh
kualitas kerja. Dalam hal ini berarti pembinaan Foster dan Seeker (2001: 1-10), bahwa
mengombinasikan observasi dengan pemberian pembinaan - yang diterjemahkan dari kata

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 83


Vol. 2, No.2, November 2008

coaching – adalah sebagai upaya berharga dan team work. Mereka memberi inspirasi
untuk membantu orang lain mencapai kinerja bagi pegawainya untuk bekerja keras dan
puncak. Hal ini berangkat dari pemahaman terus menerus melakukan peningkatan kualitas
bahwa tidak ada orang yang datang ke tempat perilaku dan kinerja. Dengan demikian, tugas
kerja menginginkan kinerja buruk. Apabila pimpinan atau atasan adalah untuk membantu
diberi pilihan, orang ingin menjadi sukses di para pegawai agar bekerja lebih baik. Oleh
tempat kerja. Secara retorik kedua ahli di atas karena itu, keberhasilan memfasilitasi
menyatakan, bahwa “mengapa tidak menyusun kedisiplinan seseorang, bergantung pada
keberhasilan anggota tim dengan pembinaan”? seberapa baik seorang pimpinan mampu
Setelah membuat dan memfinalkan rencana menangani situasi tertentu, keterampilan yang
kinerja yang tepat, pembinaan sehari-hari terkait dengan tugas, motivasi, dan keyakinan
menjadi faktor dalam menajemen kinerja. diri anggota tim.
Oleh karena itu, sebagai pembina tim kerja Untuk memfasilitasi kerja orang lain,
(team work), pimpinan organisasi bertanggung seorang pimpinan atau atasan tidak bisa hanya
jawab terhadap kualitas kerja bawahan. Jangan berdiam diri, apalagi hanya perintah sana
beranggapan bahwa setelah seorang pegawai perintah sini. Pimpinan yang bertanggugjawab
atau bawahan mempelajari keterampilan adalah pimpinan atau atasan yang mampu
(skills) tertentu, mereka tidak memerlukan melakukan paling tidak hal-hal berikut:
pembinaan lagi. Karena faktanya, bahwa tips, (1) memastikan pelatihan yang tepat dari
trik, dan terobosan yang membuat pekerjaan anggota tim; (2) memberi sumber daya
menjadi lebih mudah dilakukan tidak diperoleh yang dibutuhkan; (3) mencari cara untuk
dari pelatihan, melainkan diperoleh di tempat membantu; (4) mengetahui preferensi pribadi
kerja secara informal. semua anggota tim; (5) menyampaikan
Sejalan dengan terjadinya berbagai informasi; (6) memberi umpan balik yang
perubahan dalam organisasi, pembelajaran konstruktif; (7) memfasilitasi pemecahan
berkelanjutan (learning organization) masalah; dan (8) memberi arahan dan/atau
menjadi kebutuhan atau jalan hidup saat ini. dukungan yang tepat. Suatu organisasi yang
Pembinaan yang berkelanjutan merupakan menetapkan pembinaan sebagai bagian dari
suatu cara untuk mendukung pembelajaran pe-ngembangan pegawai sehari-hari, dapat
dan pengembangan yang berkelanjutan. memetik beberapa manfaat, yaitu: lebih
Ini berarti pembinaan merupakan proses banyak pegawai yang berprestasi menonjol;
berkelanjutan dan harus terus menerus mengurangi turnover, dan meningkatkan
memberi berbagai arahan dan dukungan, hubungan antarpribadi (Foster & Seeker,
sehingga pada akhirnya organisasi tersebut 2001: 12).
menjelma menjadi organisasi pembelajar Beragam makna dan pemahaman
(learning organization). Organisasi pembelajar telah dijelaskan berkaitan dengan pengertian
akan muncul dari individu-individu pegawai dan pentingnya pembinaan. Dalam tataran
yang berpenge-tahuan (knowledge base). manajemen kepegawaian, penjelasan
Sebagai pembina, seorang pimpinan Tayibnapis (1995: 13) dapat dijadikan sebagai
atau atasan adalah motivator bagi pegawai salah satu rujukan untuk memahami istilah

84 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

pembinaan pegawai. Dalam manajemen secara efisien dan efektif; (2) kualitas skill
personalia, istilah pembinaan diberikan batasan pegawai meningkat sehingga dapat menjamin
yang sempit, yaitu upaya untuk meningkatkan semakin berpartisipasi dalam pelaksanaan
kecakapan dan keterampilan karyawan melalui tugas-tugas; (3) diperolehnya para pegawai
pendidikan dan pelatihan. Sedangkan istilah yang setia dan taat kepada kepentingan
pembinaan dalam administrasi kepegawaian organisasi, negara dan pemerintah; dan (4)
diberikan pengertian yang luas, meliputi terciptanya iklim kerja yang harmonis, serasi
berbagai unsur kegiatan seperti pengembangan dan mampu menghasilkan produk yang
karier, perpindahan, pendidikan dan latihan, bermutu dan optimal (Saydam, 1997: 205).
sampai dengan kesejahteraan di luar gaji. Oleh
karena itu, pembinaan pegawai dapat diartikan
sebagai proses pembentukan sosok pegawai
yang diinginkan organisasi. Kegiatannya C. PRINSIP DASAR PEMBINAAN
meliputi pembentukan sikap dan mental yang PEGAWAI
loyal dan setia pada pemerintah dan negara, Menurut Miftah Thoha (1993:4),
serta peningkatan keterampilan dan kecakapan kepegawaian negeri harus dibedakan dengan
melaksanakan tugas organisasi. Diakui oleh kepegawaian nonnegeri (private employees)
Tayibnapis (1995: 412) bahwa langkah tersulit dan juga harus dibedakan dengan militer.
dalam pembinaan adalah mengubah sikap Pegawai negeri adalah pegawai pemerintah
mental (mental attitude) dan meningkatkan (government employeement) sebagaimana
kemampuan mereka yang berkedudukan dikenal di Amerika, dan dapat pula disebut the
sebagai pegawai negeri. civil service sebagaimana dikenal di Inggris.
Dari paparan di atas menunjukkan bahwa Dengan mengutip pendapat Paul Pigors,
pembinaan, pada dasarnya adalah suatu upaya Miftah Thoha mengatakan bahwa pembinaan
yang dilegalkan melalui kebijakan (policy) pegawai pemerintah bisa dilakukan dengan
organisasi dalam rangka membentuk pegawai memperhatikan tiga prinsip dasar kepegawaian,
yang memiliki sikap, perilaku dan kemampuan yaitu: (a) penggunaan kepegawaian secara
sesuai dengan harapan organisasi. Dengan efektif, (b) dijamin pengembangan karier
kata lain, bahwa pembinaan merupakan semaksimal mungkin, dan (c) diperoleh jaminan
suatu kebijakan agar organisasi memiliki kesejahteraan hidup yang layak/sesuai.
pegawai yang andal dan siap menghadapi Prinsip di atas dapat dipahami bahwa
tantangan. Kegiatan yang dilakukan antara pembinaan pegawai secara efektif memerlukan
lain pembentukan sikap mental yang loyal, perencanaan kebutuhan pegawai yang
peningkatan keterampilan dan kecakapan matang. Formasi pegawai harus ditetapkan
melaksanakan tugas organisasi. Oleh karena secara matang, terencana dan sesuai dengan
itu, rencana pembinaan harus berkait dengan kebutuhan riil di lapangan. Setiap tahun harus
sistem penghargaan agar pegawai bersemangat dilakukan evaluasi baik melalui penelitian
untuk mengabdi dan setia kepada organisasi. maupun pengawasan terhadap kebutuhan
Suatu pembinaan biasanya diarahkan agar: dan efektivitas pelaksanaan kerja pegawai
(1) pegawai dapat melaksanakan tugas-tugas pemerintah. Jaminan pengembangan karier
pegawai harus direncanakan secara baik. Yang
Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 85
Vol. 2, No.2, November 2008

terjadi hingga saat ini adalah seorang pegawai kepuasan kerja, disiplin kerja, komunikasi kerja,
mengetahui masuknya dan kapan pensiunnya, konflik dan stres kerja, serta keselamatan
tetapi tidak mengetahui secara pasti nasib dan kesehatan kerja, pada tataran tertentu
pengem-bangannya setelah masuk menjadi dapat juga diartikan sebagai bentuk atau jenis
pegawai pemerintah. Demikian pula dengan pembinaan pegawai (Mangkunegara, 2004:
kesejahteraan pegawai harus betul-betul 77-163). Atas dasar kenyataan ini, tidak keliru
dijaga, jangan sampai gaji dan tunjangan yang apabila Sumarno (2003; 165) dalam suatu buku
diterima tidak menentu apalagi tidak cukup yang berjudul “Character Building, Membentuk
untuk hidup layak. Prinsip pembinaan di atas Watak” mengusulkan bahwa implementasi
secara tidak langsung ingin mengatakan bahwa character building sebagai bagian dari falsafah
pembinaan pegawai, khususnya pembinaan pembinaan dan pengembangan pribadi secara
disiplin yang menjadi fokus dalam tulisan ini, utuh menggunakan tiga landasan operasional
tidak bisa berdiri sendiri dan hanya dilakukan sebagai berikut: (1) pembinaan ketabahan
secara parsial, tetapi harus dilakukan secara dan keuletan (ketahanan) secara buttom up;
terencana, berkesinambungan dan terintegrasi (2) pembinaan pemikiran, sikap dan perilaku
dengan aspek atau bidang lain sebagai secara utuh; dan (3) pembinaan keberhasilan
prasyarat efektivitas pencapaiannya. kinerja secara berimbang.
Pada bagian sebelumnya dikatakan Dalam perspektif landasan normatif
bahwa pembinaan pada dasarnya bertujuan kepegawaian, pembinaan difokuskan pada
untuk membentuk sosok pegawai yang beberapa hal, yaitu: pembinaan prestasi
memiliki sikap dan perilaku, serta kemampuan kerja dan sistem karier yang dititikberatkan
sesuai yang diharapkan organisasi. Hal ini pada sistem prestasi kerja (pasal 12 ayat 2),
memperlihatkan bahwa sejatinya, pembinaan pembinaan jiwa korps, pembianan kode etik,
pegawai meliputi banyak hal dan bermacam- dan pembinaan disiplin pegawai (pasal 30 ayat
macam jenis atau bentuknya. Sastrohadiwiryo 1-2). Dengan demikian, pembinaan Pegawai
(2003: 281) dalam salah satu bukunya Negeri Sipil (PNS) dalam konteks kepegawaian
menguraikan dua jenis pembinaan, yaitu di atas paling tidak meliputi tiga aspek, yaitu:
pembinaan moral kerja dan pembinaan aspek pembinaan sikap, pembinaan mental,
disiplin kerja. Sedangkan Saydam (1997: 205), dan perilaku pegawai. Sebagai contoh,
menjelaskan bahwa bentuk pembinaan yang pembinaan jiwa korps antara lain ditujukan
harus dilakukan terhadap pegawai, antara agar PNS memiliki rasa kebanggaan terhadap
lain: (1) pembinaan mental dan spiritual; (2) profesinya, pembinaan kode etik antara
pembinaan loyalitas; (3) pembinaan hubungan lain bertujuan untuk menanamkan identitas
kerja; (4) Pembinaan moril dan semangat kerja; dan perilaku profesional sebagai pelayan
(5) pembinaan disiplin kerja; (6) pembinaan masyarakat, sedangkan pembinaan disiplin
kesejahteraan; dan (7) pembinaan karier untuk menekankan agar PNS mempunyai disiplin
menduduki jabatan-jabatan yang lebih tinggi di kerja yang tinggi.
masa datang. Dalam memaknai salah satu sisi
Selain itu, apa yang berkaitan dengan substansi undang-undang kepegawaian
karier pegawai, motivasi kerja, partisipasi kerja, tersebut, Hardijanto (2002: 2) mengatakan

86 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

bahwa kebijakan pokok pembinaan PNS pemberdaya masyarakat.


meliputi: (1) lingkup pembinaan PNS adalah
nasional; (2) pembinaan dan pengembangan
PNS berdasarkan sistem karier dan sistem D. HAKIKAT PEMBINAAN DISIPLIN DAN
prestasi kerja, dengan titik berat sistem KUALITAS PEGAWAI
prestasi kerja; (3) standar kompetensi jabatan
PNS berlaku secara nasional dan berorientasi Disiplin: Cermin Kualitas dan Perilaku Individu
global; dan (4) pembentukan perilaku dan Pertanyaan pertama yang harus dijawab
etos kerja yang peka terhadap pelayanan dan adalah “mengapa pembinaan disiplin pegawai
pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, perlu dilakukan”? Bukankah kedisiplinan
pembinaan PNS ke depan diarahkan pada merupakan sesuatu yang inherent dan secara
PNS yang netral, profesional, sejahtera, dan otomatis muncul pada setiap diri pegawai yang
akuntabel. Dengan kata lain, pembinaan bekerja dan terikat pada aturan organisasi?
pegawai pemerintah diarahkan untuk Artinya, kedisiplinan seseorang akan terjadi
meningkatkan profesionalisme, bersikap dan dengan sendirinya karena hakikatnya ketika
berperilaku jujur, bersih dan disiplin, bermoral seseorang masuk dan bekerja dalam suatu
tinggi, dan netral dari pengaruh partai politik organisasi, berarti dia telah mengikrarkan diri
(Thoha, 1993: 7). dengan satu janji dan sumpah bahwa dia akan
Untuk mendukung kebijakan pokok mengikuti seluruh aturan dan standar yang
dan arah pembinaan PNS sebagaimana ditetapkan oleh organisasi. Argumentasi ini
dimaksud di atas, tentu harus ditopang oleh tidak salah, dengan catatan jika semua aspek
sistem kebijakan kepegawaian yang handal dan dimensi kehidupan, baik dalam asas
sesuai dengan fakta realitas otonomi daerah. sosial kemasyarakatan, organisasi, individu,
Salah satu substansi sistem kepegawaian lebih-lebih pada tataran makro dalam konteks
dalam rangka otonomi daerah adalah sistem kebangsaan dan kenegaraan, sudah berjalan
“PNS satu atau unified civil servant”, yang normal. Tetapi jika kondisi ini belum seperti
berarti seluruh pegawai negeri sipil adalah yang diharapkan, maka “jalannya kehidupan
Pegawai Republik Indonesia (Affandi, 2002; seseorang”, terutama bagi orang-orang yang
47). Untuk itu, lingkup pembinaan PNS juga bekerja di lingkungan instansi pemerintah, bisa
harus jelas dan terarah. Disimpulkan oleh saja “tidak lurus”. Inilah letak relevansi urgensi
Hardijanto bahwa lingkup pembinaan PNS pentingnya memahami hakikat pembinaan
setidak-tidaknya mencakup kedudukan, disiplin dan kualitas individu pegawai dalam
profesi-onalisme, netralitas, jiwa korsa, kode suatu organisasi.
etik, dan disiplin pegawai. Oleh karena itu, Berkaitan dengan disiplin dan kualitas
tujuan akhir dari sistem pembinaan PNS ke seseorang dalam organisasi, sangat menarik
depan adalah: 1) PNS yang mampu sebagai mengikuti ungkapan Prof. Miftah Thoha tentang
penyangga persatuan dan kesatuan bangsa; manusia atau individu-individu pegawai dalam
2) PNS yang profesional dengan kompetensi organisasi. Dijelaskan bahwa manusia dalam
bertaraf nasional dan berorientasi global; dan organisasi dapat dibedakan menjadi dua
3) PNS yang mampu sebagai pelayan dan kelompok besar, yaitu:

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 87


Vol. 2, No.2, November 2008

1. Ada manusia yang mau bekerja dan ada orang yang tidak disiplin, maka moral yang
manusia yang tidak mau bekerja. diwujudkan dari sikap, perilaku dari orang
2. Ada manusia yang tidak mampu bekerja tersebut perlu diluruskan.
dan ada juga manusia yang mampu Hal lain yang perlu dicermati di samping
bekerja. berkaitan dengan kualitas seseorang, disiplin
Individu yang tidak mampu bekerja, juga berkaitan dengan perilaku individu.
artinya seseorang itu tidak mempunyai keahlian Artinya, masalah disiplin adalah masalah
dan kemampuan untuk melaksanakan tugas perilaku individu yang berakibat pada orang
atau pekerjaannya. Orang yang semacam lain dan organisasi, serta berdampak pada
ini bukan tidak disiplin, melainkan kurang kinerja atau prestasi kerja. Dengan kata
kemampuannya. Solusinya adalah, bukan lain, selain berakibat pada individu, ternyata
didisiplinkan, melainkan dilatih, dididik dan disiplin juga terkait dengan aspek manajerial
ditambah kemampuannya. Sedangkan orang suatu organisasi. Oleh karena itu, disiplin
yang tergolong tidak mau bekerja atau tidak dan tentunya pembinaannya harus menjadi
melaksanakan pekerjaan yang seharusnya, perhatian bersama seluruh komponen
maka orang semacam inilah yang perlu organisasi.
didisiplinkan supaya mau bekerja. Sebenarnya,
orang dalam kategori ini mampu bekerja,
tetapi tidak mempunyai kemauan untuk Disiplin dan Faktor yang Berpengaruh
melaksanakan tugas pekerjaannya. Oleh Disiplin seseorang tidak berdiri sendiri
karena itu, di sinilah letak perlunya disiplin. apalagi muncul secara otomatis, tetapi
Jadi, disiplin hanya diperuntukkan bagi orang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Paling tidak
yang tidak mau bekerja, bukan diberikan ada empat faktor yang diidentifikasi dapat
kepada orang yang tidak mampu bekerja. memberikan kontribusi terhadap efektivitas
Penjelasan di atas membawa kon- disiplin seseorang (Thoha, 2007), yaitu:
sekuensi pemahaman pada makna disiplin, 1. Faktor yang timbul dari dimensi individu.
yang menurut Miftah Thoha: Pertama, disiplin 2. Faktor yang berasal dari kepemimpinan
diartikan sebagai kontrak kesepakatan untuk dalam organisasi.
melaksanakan tugas, dan kedua, disiplin
diartikan sebagai bagian dari perwujudan moral. 3. Faktor dari interaksi kelompok.
Hal ini mempertegas bahwa suatu organisasi 4. Faktor yang ditimbulkan dari dimensi
apapun, senantiasa memerlukan adanya struktur organisasi tempat individu bekerja.
disiplin bagi pegawainya. Bagi PNS sebagai Faktor individu yang umumnya melekat
bagian dari aparatur negara, disiplin merupakan dan dapat mempengaruhi tingkat kedisiplinan
wujud terlaksananya kontrak kesepakatan seseorang adalah kemampuan, persepsi,
bagi pegawai untuk me-laksanakan tugas motivasi, tujuan, kebutuhan, dan nilai yang
pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan oleh diyakini oleh seseorang yang berbeda satu
kontrak tersebut. Orang yang berdisiplin akan sama lain. Dengan berbagai atribut yang
konsekuen terhadap kontrak atau janji yang melekat pada seseorang ini, memberikan
sudah disepakati sebelumnya. Sebaliknya,

88 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

pemahaman pada kita mengapa ada orang bawah ini.


yang bisa bersikap dan berperilaku disiplin
dan di sisi lain mengapa ada orang yang tidak
bisa bersikap dan berperilaku disiplin. Secara
sederhana, jawabnya karena perbedaan
kualitas yang dimiliki oleh masing-masing
individu.
Disiplin juga terkait dengan kepe-
mimpinan seseorang. Artinya, suasana yang
dicerminkan dari gaya kepemimpinan dalam
organisasi sangat berpengaruh terhadap
disiplin aparatur. Suasana dan gaya
kepemimpinan seperti kemampuan pemimpin
untuk memotivasi pegawai dan pemberian
kompensasi, gaya kepemimpinan semau gue
atau otoriter atau situasional transformasi, akan
mempengaruhi disiplin aparatur.
Disiplin juga berhubungan erat dengan
faktor kelompok. Artinya, kelompok bisa timbul Pengertian Pembinaan Disiplin Pegawai
dalam suatu organisasi, karena organisasi
dibagi dalam kelompok-kelompok formal, Beragam definisi atau pengertian tentang
yang kemudian menimbulkan kelompok- disiplin diajukan oleh beberapa ahli. Dalam
kelompok informal. Kelompok ini antara tataran tulisan ini, “disiplin” dapat diartikan
lain bisa berupa status, norma atau aturan, suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk
keeratan (cohesiveness), proses komunikasi, melalui proses dari serangkaian perilaku yang
dan sebagainya. Semua itu memiliki andil menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,
terhadap kedisiplinan seorang aparatur. kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban.
Atau dapat juga dikatakan bahwa disiplin
Hal lain adalah bahwa disiplin tidak
adalah kemampuan untuk menguasai diri
bisa lepas dari struktur organisasi yang
sendiri dan melaksanakan norma-norma yang
melingkupinya. Artinya, struktur organisasi
berlaku dalam kehidupan bersama. Pegawai
vertikal yang membagi orang-orang atau
yang disiplin berarti pegawai yang mampu
aparatur dalam hierarki tertentu akan
mematuhi semua peraturan dan standar yang
menimbulkan tindakan-tindakan kekuasaan.
berlaku di lingkungan organisasinya.
Tindakan-tindakan itu bisa mulai proses
perencanaan, koordinasi, kontrol, dan Disiplin kerja adalah disiplin yang
sebagainya, yang kesemuanya itu berakibat berlaku bagi pegawai di lingkungan masing-
ditegakkannya disiplin aparatur. masing. Bentuk disiplin kerja yang baik akan
tergambar pada suasana a) tingginya rasa
Paparan singkat di atas secara sederhana
kepedulian pegawai pada tujuan organisasi,
dapat diilustrasikan seperti pada gambar di
b) tingginya semangat dan gairah kerja, serta

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 89


Vol. 2, No.2, November 2008

prakarsa para pegawai dalam melakukan dari sikap dan perilaku dalam kehidupannya.
pekerjaan, c) besarnya rasa tanggungjawab Dengan demikian pembinaan disiplin pegawai
para pegawai untuk melaksanakan tugas adalah kegiatan yang harus dilakukan oleh
dengan sebaik-baiknya, d) berkembangnya pimpinan organisasi (unit kerja) terhadap
rasa memiliki dan kesetiakawanan yang para pegawai agar organisasi dapat berjalan
tinggi di kalangan pegawai, e) meningkatnya teratur dan mudah mencapai tujuan yang telah
efisiensi dan produktivitas para pegawai. ditetapkan. Sasaran pembinaan disiplin adalah
Sebaliknya, melemahnya disiplin kerja para semua pegawai yang ada dalam organisasi
pegawai akan terlihat pada suasana, seperti: agar mematuhi peraturan, sistem dan prosedur
angka kemangkiran yang tinggi,masuk kantor yang telah ditentukan.
sering terlambat, menurunnya gairah kerja,
berkembangnya rasa tidak puas, saling
curiga dan saling melempar tanggungjawab,
penyelesaian pekerjaan lambat, supervisi
tidak berjalan baik, dan sering terjadi konflik Arah dan Tujuan Pembinaan Disiplin
antarpegawai dan manajemen. Pegawai
Dalam suatu organisasi, ada juga yang Arah adalah petunjuk atau jalan yang
disebut dengan disiplin dasar, yaitu disiplin perlu dilalui agar sampai pada suatu tujuan.
yang mendasari seorang pegawai harus Sedangkan “tujuan” diartikan sebagai kondisi
bekerja dan melaksanakan tugas dengan jangka panjang yang diinginkan, dinyatakan
penuh kesetiaan serta penuh pengabdian, dalam istilah yang umum dan kualitatif, dan
kesadaran dan tanggungjawab. Dalam praktik mungkin hanya sebagian yang dapat dicapai.
sehari-hari, pelaksanaan disiplin dasar terlihat Dalam ilmu sosiologi, tujuan (goal) dianggap
dari kepatuhan para pegawai untuk a) menaati sinonim dengan end, objective dan purpose,
jam kerja masuk dan jam kerja pulang kantor, b) yaitu sebagai suatu perubahan dalam suatu
mematuhi pakaian seragam, lengkap dengan situasi ketika seseorang atau satu kelompok
atribut dan tanda pengenalnya, c) ikut serta ingin mendapatkan sesuatu melalui hasil
dalam setiap upacara yang diwajibkan, dan, karya mereka sendiri (Salusu, 1996: 132).
d) bersikap dan bertingkah laku sopan santun Kalau tidak ada perubahan berarti stagnasi,
terhadap semua pegawai, atasan dan anggota tidak bergerak, atau statis. Tetapi, perubahan
masyarakat lainnya. Jadi, disiplin mengandung adalah situasi baru yang diinginkan atau yang
unsur “kesadaran dan kesediaan” seseorang digerakkan oleh seseorang atau sekelompok
untuk mematuhi dan menyatu dengan nilai- orang melalui organisasi. Tujuan di sini
nilai dan norma yang berlaku. Karena sudah diartikan sebagai hasil akhir dari suatu tindakan
menyatu dengan dirinya, maka sikap atau atau seri tindakan, baik yang dikehendaki oleh
perbuatan yang dilakukan bukan lagi dirasakan pelakunya maupun tidak. Disiplin pegawai pada
sebagai beban, melainkan sebaliknya, akan dasarnya mempunyai tiga aspek, yaitu:
mem-bebani dirinya bilamana tidak berbuat
sebagaimana lazimnya. Nilai-nilai kepatuhan,  Sikap mental (mental attitude), yang
kepekaan dan kepedulian telah menjadi bagian merupakan sikap taat dan tertib sebagai
hasil latihan, pengendalian pikiran dan

90 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

pengendalian watak. melaksanakan tugas/pekerjaan dengan


 Pemahaman yang baik aturan perilaku, sebaik-baiknya, dan mampu memberikan
norma, kriteria dan standar sedemikian pelayanan yang optimal kepada pihak
rupa, sehingga pemahaman tersebut tertentu yang berkepentingan dengan
menumbuhkan pengertian yang mendalam organisasi atau masyarakat yang dilayani
atau kesadaran bahwa ketaatan akan sesuai dengan bidang tugas/pekerja-
aturan, norma, kriteria dan standar annya.
merupakan syarat mutlak untuk mencapai
keberhasilan.
 Sikap perilaku yang secara wajar
menunjukkan kesungguhan hati, untuk
menaati segala hal secara cermat dan
tertib. Manfaat Pembinaan Disiplin Pegawai
Uraian di atas menunjukkan bahwa
Manfaat adalah kata lain dari kegunaan,
pembinaan disiplin pegawai diarahkan pada
yaitu segala sesuatu yang dapat diperoleh
pembentukan sosok pegawai yang memiliki
dan bernilai positif bagi pegawai, organisasi
sikap mental (mental attitude), pola pikir
maupun masyarakat yang dilayani. Oleh
(mindset), dan perilaku pegawai (behavior)
karena itu, pembinaan disiplin pada dasarnya
yang positif sesuai dengan tuntutan dan
memiliki manfaat ganda mencakup hal-hal
harapan organisasi. Sedangkan tujuan
sebagai berikut:
pembinaan disiplin pegawai adalah:
Bagi pegawai sendiri. Disiplin pada
1. Membentuk sosok pegawai yang memiliki
dasarnya adalah suatu kondisi, yang
sikap ketaatan/kepatuhan pada segala
terciptanya karena adanya perilaku. Perilaku
peraturan dan kebijakan organisasi yang
orang dipengaruhi paling tidak oleh empat
berlaku, baik tertulis maupun tidak tertulis,
hal, yaitu pengetahuan, keterampilan, motivasi
serta melaksankan perintah manajemen.
dan rasa percaya diri yang ada pada diri orang
2. Membentuk pegawai yang memiliki tersebut. Jika seorang pegawai menunjukkan
pemahaman yang baik terhadap aturan disiplin yang tinggi, berarti pegawai tersebut
perilaku, norma dan nilai organisasi, telah berhasil melalui proses tempaan. Dengan
sehingga dapat menumbuhkan pe- melalui tempaan, mental dan moral seseorang
mahaman dan kesadaran yang dalam akan teruji, melalui tempaan seseorang dapat
tentang pentingnya disiplin pegawai mengatasi permasalahan yang dihadapi
sebagai syarat mutlak untuk mencapai dengan penuh kegigihan dan ketabahan, dan
kesuksesan dalam organisasi. melalui tempaan ini seseorang memperoleh
3. Membentuk pribadi-pribadi pegawai nilai tambah. Kondisi ini akan memberikan
yang memiliki perilaku positif yang me- kesempatan yang besar kepada para pegawai
nunjukkan kesungguhan hati dalam untuk berperan dalam organisasi. Karena
menaati aturan hidup berorganisasi. umumnya, orang yang memiliki sikap, pola
4. Membentuk pegawai agar dapat pikir dan perilaku positif adalah orang yang

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 91


Vol. 2, No.2, November 2008

ditunjang oleh kepemilikan pengetahuan, dengan baik dan berdampak positif pada
keterampilan, motivasi dan rasa percaya diri perilaku pegawai bilamana memenuhi syarat-
yang tinggi. Akhirnya, orang yang memiliki syarat sebagai berikut.
karakteristik seperti inilah biasanya yang akan 1. Adanya komitmen dari pimpinan pada
sukses dalam organisasi, karena ditunjang oleh semua lini untuk melaksanakan disiplin
sikap mental, pemikiran dan perilaku yang ada secara konsisten.
pada diri setiap pegawai.
2. Aturan dan standar yang diterapkan harus
Bagi organisasi/instansi. Perilaku dapat dimengerti, dipahami dan dapat
para pegawai akan mempengaruhi perilaku dilaksanakan dengan baik oleh setiap
organisasi. Bagaimanapun, kinerja organisasi pegawai.
akan ditentukan oleh kinerja individu. Kinerja
individu pegawai ditentukan oleh seberapa 3. Adanya kesadaran diri dari setiap pegawai
baik perilaku pegawai. Pegawai yang memiliki untuk selalu taat, patuh, tertib, dan teratur
perilaku baik akan memberikan kontribusi besar bukan karena ada tekanan atau paksaaan
pada keberhasilan organisasi. Oleh sebab itu, dari luar.
organisasi yang memiliki disiplin pegawai yang 4. Disiplin itu pertama-tama dan utama harus
tinggi akan memberikan sumbangan yang ditunjukkan oleh para pimpinan (atasan).
besar bagi keberhasilan dan kinerja organisasi 5. Penerapan disiplin harus terkait langsung
secara keseluruhan. dengan kepentingan pelaksanaan tugas,
Bagi masyarakat. Tak dapat dipungkiri pekerjaan, dan masalah-masalah yang
bahwa pegawai yang memiliki disiplin tinggi dihadapi bersama oleh instansi atau unit
akan memberikan dampak kepuasan pada kerja organisasi.
masyarakat yang dilayani, karena pegawai
tersebut akan malu jika tidak memberikan
pelayanan yang memuaskan masyarakat.
Disiplin dapat membantu memperbaiki cara E. METODE DAN STRATEGI PEMBINAAN
berpikir dan cara kerja pegawai, mem- DISIPLIN PEGAWAI
perbaharui sikap mental dan perilaku sebagai Pemimpin dan Bawahan dalam Organisasi
abdi negara dan abdi masyarakat, sehingga
dapat meningkatkan produktivitas dan Hal yang harus dipahami bahwa manusia
kinerja organisasi, serta kualitas pelayanan dalam sebuah organisasi pada dasarnya dapat
masyarakat. dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu 1)
mereka yang bertindak sebagai pemimpin/
pimpinan – atasan, dan 2) mereka yang
Syarat Keberhasilan Pembinaan Disiplin bertindak sebagai bawahan – staf. Pegawai
Pegawai yang bertindak selaku bawahan – staf,
hakikatnya adalah para pengikut pimpinan.
Syarat keberhasilan menunjuk pada suatu Dengan demikian, dalam tataran pemahaman
prakondisi yang harus ada guna mendukung organisasi berlangsung proses kepe-mimpinan
keberhasilan pelaksanaan pembinaan disiplin antara yang dipimpin (bawahan – staf)
pegawai. Pembinaan disiplin akan berhasil

92 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

dengan yang memimpin (pimpinan – atasan). pimpinan. Akibatnya merembet pada kinerja
Efektivitas kepemimpinan seseorang, antara seseorang yang semakin berkurang, kinerja
lain ditentukan oleh seberapa baik kematangan unit rendah, dan pada akhirnya mengganggu
pengikut. Dalam kajian tentang kepemimpinan, kinerja organisasi secara keseluruhan.
kematangan (maturity=M) pengikut dapat Kedua, adalah model yang menekankan
digolongkan menjadi empat tingkatan, yaitu: pada bawahan (buttom up model), yaitu suatu
M1 = rendah, M2 dan M3 = sedang, dan M4 = model pembinaan pegawai yang menekankan
matang/dewasa (Thoha, 1983). pada yang dibina (bawahan – staf). Dengan
Bertitik tolak dari pemikiran di atas, ada kata lain, model ini merupakan kebalikan dari
beberapa model yang perlu dipertimbangkan model di atas, yaitu menempatkan bawahan
dalam pelaksanaan model pembinaan disiplin sebagai titik sentral dalam pembinaan pegawai.
PNS. Mengingat model ini bersifat buttom up, pada
Pertama, adalah model hirarkis atasan umumnya pimpinan menyerahkan semuanya
– bawahan (top down model), yaitu suatu kepada bawahan, sedangkan pimpinan atau
model pembinaan disiplin yang memosisikan atasan sekedar mengiyakan apa yang telah
pimpinan/atasan sebagai pusat dan pemegang menjadi keinginan bawahan berkaitan dengan
otoritas untuk melakukan pengembangan hal-hal disiplin. Model ini berasumsi bahwa
disiplin pegawai. Model ini menempatkan bawahan merupakan kumpulan orang-orang
pimpinan – atasan sebagai titik sentral dalam dewasa yang telah memiliki tingkat kematangan
pembinaan pegawai. Mengingat model ini yang cukup. Karena merasa menentukan inilah,
bersifat top down, maka ide dan pemikiran seringkali dalam praktik terjadi penyimpangan,
bagaimana mengembangkan disiplin pegawai, seolah-olah atasan harus menuruti apa
seluruhnya datang dan atas inisiatif dari atas. semua “kemauan” pegawai. Dalam perspektif
Sedangkan bawahan sekedar menerima organisasi, bagaimanapun bawahan adalah
apa yang telah menjadi keputusan pimpinan pengikut yang semestinya mengikuti pimpinan
berkaitan dengan hal-hal disiplin. Mengingat sebagai wakil organisasi.
model ini titik sentralnya dianggap menjadi Model ketiga adalah model pembinaan
otoritas pimpinan, seringkali dalam praktik disiplin pegawai yang mensinergikan antara
terjadi penyimpangan, seolah-olah apabila dua model di atas (sinergi dua model).
ada pegawai yang memiliki potensi, justru Model ini menekankan pembinaan atau
dianggap sebagai “ancaman”. Karena pengembangan disiplin pegawai sebagai
dianggap ancaman, maka pegawai yang suatu proses komunikasi dua arah antara
bersangkutan merasa tertekan, bahkan stress, pimpinan/atasan dengan pegawai/bawahan
dan akhirnya tidak jarang melakukan “protes”. dalam konteks berorganisasi. Menurut model
Protes bawahan – staf dapat berupa mangkir ini, pengembangan disiplin pegawai lebih
dari tempat kerja, malas-malasan dalam dipandang sebagai suatu proses sosial
bekerja, enggan melaksanakan tugas kantor dan proses komunikasi daripada hanya
secara benar, bahkan sampai dalam bentuk sebagai alat perintah agar pegawai berdisiplin.
perlawanan fisik. Protes inilah yang kerapkali Sebagai proses sosial, pembinaan disiplin
diinterpretasi sebagai tindakan indisipliner oleh pegawai memberikan perspektif tentang

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 93


Vol. 2, No.2, November 2008

apa peran keadaan sosial maupun norma- 1. Pendidikan formal, yaitu memberikan
norma organisasi dalam proses pembinaan kesempatan pada para pegawai untuk
disiplin atau peran proses sosialisasi dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang
pengembangan norma-norma dan standar yang lebih tinggi, dengan harapan akan
kinerja organisasi. Sedangkan disiplin pegawai menambah pengetahuan dan wawasan,
sebagai proses komunikasi berarti pimpinan sehingga diharapkan dapat berpengaruh
bersama-sama dengan bawahan, berupaya pada sikap, pola pikir dan pemahaman,
menciptakan kondisi disiplin dan memberikan berdampak positif pada perilaku dan cara
informasi pada organisasi tentang kinerja kerja, dan akhirnya memberikan kontribusi
pegawai. besar yang positip pada kinerja pegawai
Model mana yang akan digunakan, dan organisasi.
semuanya bergantung paling tidak pada 2. Pelatihan-pelatihan yang terutama
tiga hal, yaitu kebutuhan untuk melakukan menekankan pada pembentukan
pembinaan disiplin, perubahan paradigma kebiasaan untuk bersikap patuh dan taat,
yang dianut dan perubahan lingkungan sehingga dapat membentuk semangat
organisasi. Namun satu hal yang pasti bahwa penguasaan diri dan pengendalian diri
tidak ada model yang paling baik, tetapi yang yang timbul dari kesadaran diri para
ada adalah model yang cocok dengan situasi pegawai.
dan kondisi serta kebutuhan organisasi. 3. Penanaman pengaruh, khususnya
dari pimpinan (atasan) dalam bentuk
pemberian keteladanan untuk selalu
Metode Pembinaan Disiplin Pegawai konsisten memberikan perhatian atau
Tujuan pokok pembinaan disiplin adalah kepedulian, pujian dan penghargaan,
membentuk sosok pegawai yang memiliki sikap pengendalian dan tindakan disiplin yang
mental dan pemikiran yang men-cerminkan manusiawi kepada para pegawai.
perilaku ketaatan atau kepatuhan pada
peraturan dan standar kerja, sehingga dapat Melalui tiga jalur tersebut diharapkan
meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan sikap mental dan pemikiran pegawai dapat
pada masyarakat. Oleh karena itu, efektivitas terbina dengan baik, sehingga memper-
pembinaan disiplin pegawai sangat ditentukan lihatkan perilaku ketaatan dan kepatuhan
oleh metode yang digunakan. Metode di sini pada peraturan-peraturan organisasi, yang
menunjuk pada cara atau pendekatan yang digerakkan oleh tertanamnya pola pikir dan
digunakan untuk mencapai sesuatu. Agar pemahaman bahwa disiplin merupakan suatu
pembinaan disiplin PNS berhasil dengan baik kebutuhan mutlak yang tidak bisa ditawar lagi
dan tidak menimbulkan kesalahpahaman, jika mereka ingin meraih kesuksesan dalam
bahkan perlawanan dari para pegawai, hidup berorganisasi.
maka metode pembinaan disiplin pegawai
Upaya yang dilakukan untuk meningkat-
perlu dilakukan melalui proses sosialisasi,
kan disiplin pegawai dapat dilakukan dengan
internalisisasi dan institusionalisasi melalui tiga
menggunakan dua metode, yaitu: directive dan
jalur sebagai berikut:
nondirective.
94 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN
Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

1. Metode directive adalah metode pembiasaan diri untuk berdisiplin.


pembinaan disiplin pegawai dengan c. Perlakuan konsisten, dalam arti
cara memberikan perintah atau instruksi. adanya konsistensi perlakukan hukum
Metode ini dapat dilakukan dengan cara: untuk semua pegawai, khususnya
a. Instruktif, yaitu menanamkan disiplin bilamana terjadi pe-langgaran disiplin.
ke dalam diri seorang pegawai d. Reward and punishment, artinya
dengan menggunakan kekuasaan pemberian penghargaan atau
dan wewenang yang dimiliki. Contoh hukuman, dalam menegakkan
cara ini adalah penekanan disiplin disiplin.
oleh atasan kepada bawahan.
e. Menanamkan keadaan untuk siap
b. Pembiasaan, yaitu suatu proses berubah agar tidak terjadi ke-
melatih dan membiasakan diri terpaksaan dalam menjalankan
agar seseorang terbiasa untuk disiplin dan juga untuk menumbuh-
melakukan sesuatu, sehingga sikap kan sikap disiplin pribadi yang benar-
dan perilakunya menjadi kelaziman benar keluar dari kesadaran dan hati
(customariness). Pembiasaan nurani setiap pegawai.
dapat dilakukan dengan cara:
(1) Repetition, yaitu penanaman 2. Metode nondirective adalah metode
disiplin secara berulang-ulang, dan pembinaan guna menumbuhkan disiplin
(2) Reinforcement, yaitu upaya pegawai yang dilakukan dengan cara yang
penguatan apabila ternyata disiplin tidak instruktif, misalnya mem-berikan
telah melemah, sehingga perlu contoh sebagai panutan. Oleh karena itu,
diaktifkan lagi, dan begitu seterusnya. metode ini dapat dilakukan dengan cara
seperti menunjukkan keteladanan dan
Melalui cara pembiasaan ini, mengisahkan pe-ngalaman-pengalaman
diharapkan nilai-nilai kedisiplinan telah pribadi yang sukses karena faktor disiplin
menyatu dengan dirinya, sehingga diri yang kuat.
sikap dan perbuatan yang dilakukan
bukan lagi atau sama sekali dirasakan
sebagai beban, bahkan sebaliknya
akan membebani dirinya bilamana Strategi Pembinaan Disiplin Pegawai
tidak berbuat sebagaimana lazimnya. Strategi dapat diartikan sebagai
Nilai-nilai kepatuhan, kepekaan dan penetapan dari tujuan dan sasaran jangka
ke-pedulian telah menjadi bagian panjang suatu organisasi serta penggunaan
dari perilaku kehidupan seorang serangkaian tindakan dan alokasi sumber
pegawai, sehingga seorang akan daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan
menjadi aneh, risih atau merasa tersebut (Salusu, 1996: 88). Dalam strategi
malu dan berdosa kalau menyimpang mengandung tiga komponen penting, yaitu
dari nilai-nilai kepatuhan tersebut. tujuan dan sasaran, adanya cara bertindak,
Sikap dan perilaku yang demikian ini dan alokasi sumber daya untuk mencapai
terbentuk antara lain melalui proses tujuan yang ditetapkan. Sementara disiplin
Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 95
Vol. 2, No.2, November 2008

merupakan salah satu unsur pokok dalam 957). Indoktrinasi berarti pula peng-
upaya mencapai kualitas dan keberhasilan gemblengan mengenai suatu paham
kerja dalam organisasi. Oleh karena itu, strategi atau doktrin tanpa kritik, pengajaran/
pembinaan disiplin pada hakikatnya adalah pemberian ajaran atau doktrin. (Burhani
berbagai upaya yang perlu dilakukan untuk dan Lawrens, 411, tanpa tahun; Badudu
menumbuhkan disiplin pegawai. dan Zain, 1996: 533). Dengan demikian,
Berkaitan dengan strategi menumbuh- indoktrinasi berarti menanamkan paham
kan disiplin pegawai, pertanyaan sederhana dan pikiran-pikiran atau kepercayaan-
yang perlu dijawab adalah, disiplin dalam kepercayaan kepada pihak lain, sehingga
komunitas Pegawai Negeri Sipil itu harus diikuti oleh orang yang diindoktrinasi.
dimulai dari mana? Dari atas atau dari bawah, Pembentukan disiplin melalui indoktrinasi
dari dalam atau dari luar, dimulai sejak menjadi berarti menanamkan pemikiran dengan
calon pegawai atau setelah menjadi pegawai. ide-ide atau ke-percayaan agar seorang
Pertanyaan-pertanyaan sederhana tersebut pegawai memiliki sikap dan perilaku
sebetulnya hanyalah untuk memudahkan disiplin. Indokrinasi secara positif dapat
dalam menemukan jawaban atas berbagai di-pergunakan untuk membangun disiplin
masalah disiplin pegawai. Sejatinya, disiplin itu yang baik, karena menanamkan pikiran-
harus dimulai dari atas atau pimpinan, disiplin itu pikiran dan kepercayaan-kepercayaan
harus timbul dari kesadaran diri, dimulai sejak ke dalam pikiran pegawai, sehingga
seseorang menjadi calon pegawai (CPNS), pegawai secara sadar akan memperoleh
dan selanjutnya dimatangkan dalam proses pen-cerahan tentang kebenaran doktrin
pembinaan disiplin oleh organisasi, melalui tersebut.
cara-cara seperti indoktrinasi, bimbingan, Media yang dapat dilakukan untuk
pendidikan, pelatihan dan pembiasaan menanamkan nilai-nilai kedisiplinan dapat
kedisiplinan. melalui berbagai jalur, baik pendidikan,
Berangkat dari uraian singkat di atas, pelatihan maupun pembiasaan hidup
maka usaha menumbuhkan disiplin pegawai berdisiplin khususnya dalam organisasi.
di lingkungan instansi pemerintah dapat 2. Pembentukan disiplin pegawai dengan
ditempuh melalui berbagai cara, antara lain: bimbingan
indoktrinasi, bimbingan, pendidikan dan Membimbing berasal dari kata bimbing,
latihan, dan pembiasaan, serta pencegahan yang sama artinya dengan menuntun atau
dengan manajemen SDM. memberikan petunjuk (Badudu dan Zain,
1. Pembentukan disiplin pegawai dengan 1996: 185). Oleh karena itu, membimbing
indoktrinasi dapat berarti memberi petunjuk dan
Sebagai kata kerja, indoctrinate artinya penjelasan terlebih dahulu sebelum
mengisi dengan ajaran, mengindoktri- yang dibimbing melakukan sesuatu. Di
nasikan. Sebagai kata benda, indoktrinasi lingkungan pembinaan PNS, bimbingan
(indoctrination), artinya pengajaran paham, dari pimpinan, atasan atau mereka yang
kepercayaan atau pemikiran (Salim, 2002: dianggap “senior”, sangat efektif untuk
menumbuhkan dan meningkatkan sikap

96 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

dan perilaku disiplin pegawai. dengan sadar dan disengaja (Salim, 2002:
3. Pembentukan disiplin pegawai melalui 645).
diklat Jadi, pembiasaan artinya berupaya melatih
Pendidikan dan latihan atau biasa disingkat dan membiasakan diri agar seseorang
diklat, merupakan proses belajar mengajar terbiasa untuk melakukan sesuatu,
dalam rangka mening-katkan kemampuan sehingga sikap dan perilakunya menjadi
dan produktivitas dalam melaksanakan kelaziman (customariness). Artinya, nilai-
tugas/pekerjaan. Tujuan pokok diklat nilai kedisiplinan telah menyatu dengan
adalah perubahan yang mencakup paling dirinya, sehingga sikap dan perbuatan
tidak tiga aspek, yaitu pengetahuan, yang dilakukan bukan lagi atau sama
sikap dan perilaku. Dalam hal ini, diklat sekali dirasakan sebagai beban, bahkan
merupakan salah satu sarana efektif sebaliknya akan membebani dirinya
untuk mengubah pengetahuan dan sikap bilamana tidak berbuat sebagaimana
pegawai, sehingga pada akhirnya berubah lazimnya. Nilai-nilai kepatuhan, kepekaan
pula perilakunya sesuai dengan tuntutan dan kepedulian telah menjadi bagian dari
organisasi. perilaku kehidupan seorang pegawai,
sehingga seorang akan menjadi aneh,
Hal yang perlu diketahui bahwa disiplin, risih atau merasa malu dan berdosa kalau
lahir, tumbuh dan berkembang dari sikap menyimpang dari nilai-nilai kepatuhan
seseorang dalam sistem nilai budaya tersebut. Sikap dan perilaku yang demikian
dalam masyarakat. Oleh karena itu, ini terbentuk antara lain melalui proses
pembinaan disiplin pada dasarnya adalah pembiasaan berdisiplin diri.
bagaimana mengarahkan para pegawai
yang memiliki ragam nilai budaya agar 5. Pembentukan disiplin pegawai dengan
sesuai dengan nilai budaya organisasi. MSDM
4. Pembentukan disiplin pegawai dengan Dengan mengambil pendekatan strategik
pembiasaan dan proaktif terhadap desain sumber
daya manusia, pimpinan organisasi
Erat kaitannya dengan kata pembiasaan dapat mengeliminasi tindakan-tindakan
adalah kebiasaan (custom), yang disipliner. Caranya, program-program
merupakan sinonim dari kata habit dan sumber daya manusia dirancang agar
practice. Custom dipergunakan dalam menggunakan bakat-bakat dan keahlian
membicarakan tentang cara untuk (kompetensi) pegawai secara efektif
melakukan sesuatu yang telah diterima guna membentuk pegawai yang memiliki
di antara kelompok. Habit digunakan untuk sikap dan perilaku disiplin. Bidang-bidang
menunjuk pada sesuatu yang sedemikian fungsional sumber daya manusia dapat
sering dilakukan oleh seseorang tanpa dirancang untuk menangkal pegawai-
memikirkannya. Practice juga menunjuk pegawai yang bermasalah dalam hal
pada sesuatu yang sering dilakukan disiplin. Sistem perencanaan SDM, pola
rekrutmen dan seleksi, penempatan
dan promosi pegawai,pendidikan dan

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 97


Vol. 2, No.2, November 2008

pelatihan, penilaian kinerja, serta sistem tercapai manakala karier dan etika profesi
kompensasi yang dirancang dengan sebagai PNS tidak dikembangkan. Model ini
baik, akan memberikan kontribusi bersumsi bahwa efektivitas pembinaan PNS
besar terhadap upaya mengeliminir akan tercapai dengan baik apabila dilakukan
dan mencegah pegawai-pegawai yang secara terintegrasi, berkesinambungan dan
berpotensi tidak disiplin. terus menerus antara pembinaan disiplin,
pembinaan etika dan pembinaan karier
pegawai. Pembinaan disiplin pegawai pada
F. CATATAN PENUTUP dasarnya bukan merupakan kegiatan yang
insedensil yang hasilnya langsung dapat
Model pembinaan disiplin PNS yang
dirasakan, melainkan merupakan proses
disajikan dalam tulisan ini merupakan satu
belajar (learning process), dan ini bisa terjadi
rangkaian dari penelitian dengan fokus
dalam organisasi yang anggota-anggotanya
mendesain suatu model pembinaan yang
secara terus menerus mau belajar (learning
efektif terhadap kinerja pegawai. Untuk itu,
organization).
paling tidak ada dua catatan penting sebagai
kesimpulan terkait dengan pembinaan disiplin
PNS.
Pertama, ternyata tidak mudah untuk
merumuskan suatu model pembinaan disiplin DAFTAR PUSTAKA
pegawai yang seragam dan bersifat universal
berlaku untuk seluruh kalangan PNS. Namun
universalisme dalam tulisan ini bertitiktolak Affandi, M. Joko, 2002. Pemahaman dan
dari argumentasi normatif undang-undang Tanggapan Terhadap Substansi Undang-
kepegawaian yang mensyaratkan kebijakan Undang Nomor 43 Tahun 1999 dan
dibuat oleh pusat dan pelaksanaannya Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun
didesentralisasikan ke daerah guna 2000, dalam Pegawai Negeri Sipil di Era
mewujudkan fungsi PNS yang satu (unified Revolusi dan Otonomi Daerah, Jakarta,
system) dan sebagai perekat persatuan dan Puslitbang BKN.
kesatuan bangsa, memberikan alasan penguat
Hardijanto, 2003. Pembinaan Kepegawaian
tentang pentingnya satu model pembinaan
Dalam Sistem Administrasi Negara
PNS yang seragam dan berlaku secara
Kesatuan Republik Indonesia, Jakarta,
nasional.
Makalah disampaikan pada Diklatpim
Kedua, bahwa dalam kerangka normatif Tingkat II, LAN, 2003.
sistem kepegawaian (manajemen PNS),
Mangkunegara, Anwar Prabu, 2004.
pembinaan disiplin, pembinaan karier dan
Manajemen Sumber Daya Manu-
pembinaan etika profesi, merupakan satu
sia Perusahaan, Bandung, Remaja
rangkaian yang terintegrasi dan pe-laksanaanya
Rosdakarya.
hendaknya dilakukan secara terencana dan
sistematis dengan satu dukungan desain yang Mathis, Robert, L., Jackson, John, H.,
menyatu. Artinya, disiplin pegawai tidak akan Manajemen Sumber Daya Manusia,

98 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

(terjemahan), Jakarta, Salemba Empat,


2002.
Minor, Marianne, 2002. Coaching and
Counseling, (terjemahan), Jakarta, PPM.
Podo, Hadi & Sullivan, Joseph, J., 2000. Kamus
Ungkapan Indonesia-Inggris, Jakarta,
Gramedia Pustaka Utama.
Rahardjo, Tri Budi, W., dkk., 2000. Manajemen
Untuk Pekerja Sosial, Jakarta, Pusat
Informasi dan Penerbitan, Bagian
Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Ilmu
Kedokteran Universitas Indonesia.
Sastrohadiwiryo, B., Siswanto, 2003.
Manajemen Tenaga Kerja Indonesia,
Pendekatan Administratif dan
Operasional, Jakarta, Bumi Aksara.
Saydam, Gouzali, Kamus Istilah Kepegawaian,
Jakarta, Pustaka sinar Harapan, 1997.
Soedarsono, Soemarno, Character Building,
Membentuk Watak, Jakarta, Elek Media
Komputindo, 2002.
Salusu, J, 1996. Pengambilan Keputusan
Strategik untuk Organisasi Publik dan
Organisasi Nonprofit, Grasindo, Jakarta.
Tayibnapis, Burhannudin, A., Administrasi
Kepegawaian Suatu Tinjauan Analitik,
Jakarta, Pradnya Paramita, 1995.
Thoha, Miftah, 1993, Perilaku Organisasi:
Konsep Dasar dan Aplikasi, Jakarta,
Grafindo Persada.
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999
Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.
Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980
tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 99

Anda mungkin juga menyukai