Anda di halaman 1dari 15

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN

PENGANGKUTAN DAN/ATAU NIAGA BAHAN BAKAR MINYAK BERSUBSIDI


(STUDI KASUS: PUTUSAN PENGADILAN NOMOR 299/Pid.Sus/2020/PN.Prp)
1
Raya Pambudhi, 2 Endik Wahyudi, S.H., M.H.,
Fakultas Hukum, Universitas Esa Unggul, Jakarta
Jl.Arjuna Utara No.9, Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat
rayapambudhi66@gmail.com

ABSTRAK
Sumber daya alam (SDA) seperti minyak bumi dan gas memiliki peranan yang sangat penting
dalam kehidupan manusia, Hal ini sejalan dengan Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun
1945, Pasal 33 ayat (2). Namun, pemanfaatan sumber daya alam tersebut juga dapat menimbulkan
berbagai permasalahan, seperti penyalahgunaan dan penyimpangan penggunaan bahan bakar
minyak bersubsidi yang melanggar hukum. Masalah dalam penelitian ini tindak pidana terhadap
pelaku tindak pidana penyalahgunaan pengangkutan niaga bahan bakar bersubsidi Studi Putusan
Nomor 299/Pid.Sus/2020/PN.Prp. Metode penelitian hukum yang digunakan merupakan metode
yuridis normatif yaitu analisis yang dilakukan dengan mengumpulkan data dengan cara studi
kepustakaan, dan bahan hukum primer Undang-Undang 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas
Bumi, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2004 Tentang kegiatan usaha minyak dan gas bumi untuk
menjawab persoalan pada studi putusan Nomor 299/Pid.Sus/2020/PN.Prp. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan pada putusan Nomor 299/Pid.Sus/2020/PN.Prp maka dapat disimpulkan
bahwa pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku penyalahgunaan pengangkutan dan/atau niaga
bahan bakar minyak bersubsidi bahwa terdakwa telah memenuhi unsur-unsur pertanggungjawaban
pidana, dalam hal ini para terdakwa melanggar pasal 55 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002
Tentang Minyak Gas dan Bumi jo pasal 53 ayat (1) KUHP dengan pidana penjara 6 (enam) bulan
dan pidana denda sebesar Rp.2.000.000,- (dua juta rupiah).
Kata Kunci: Tindak Pidana, Pengangkutan, Niaga, Bahan Bakar Minyak, Bersubsidi

ABSTRACT
Natural resources (SDA) such as oil and gas have a very important role in human life, this is in line
with the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia, Article 33 paragraph (2). However, the use
of these natural resources can also cause various problems, such as misuse and irregularities in the
use of subsidized fuel oil that violate the law. The problem in this study is the criminal act against
the perpetrator of the crime of misuse of subsidized fuel commercial transportation Study of
Decision Number 299/Pid.Sus/2020/PN.Prp. The legal research method used is a normative
juridical method, namely an analysis carried out by collecting data by means of literature studies,
and primary legal material Law 22 of 2001 concerning Oil and Gas, Law Number 36 of 2004
concerning oil and gas business activities to answer problems in the study of decision Number
299/Pid.Sus/2020/PN.Prp. Based on the results of research conducted on decision Number
299/Pid.Sus/2020/PN.Prp, it can be concluded that criminal liability for perpetrators of misuse of
transportation and / or trading of subsidized fuel oil that the defendants have fulfilled the elements
of criminal liability, in this case the defendants violated Article 55 of Law Number 22 of 2002
concerning Oil, Gas and Natural Gas in conjunction with Article 53 paragraph (1) of the Criminal
Code with a prison sentence of 6 (six) months and a fine of Rp.2,000,000, - (two million rupiah).
Keywords: Crime, Transportation, Commerce, Fuel Oil, Subsidized

PENDAHULUAN Manusia tidak dapat lepas dari


kebutuhan energi karena energi tidak dapat
dipisahkan dari pemenuhan eksistensi minyak bersubsidi. Dalam putusan tersebut,
manusia, mulai dari penunjang transportasi Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa
hingga ketahanan pangan global. Salah satu tindak pidana penyalahgunaan pengangkutan
elemen kunci dalam pertumbuhan konsumsi dan/atau niaga bahan bakar minyak bersubsidi
energi dunia adalah pertumbuhan ekonomi merupakan bentuk tindak pidana yang
dunia yang relatif cepat. Pertumbuhan PDB merugikan negara dan masyarakat. Oleh
(Produk Domestik Bruto) diperkirakan rata- karena itu, tindak pidana tersebut harus
rata 3,8% setiap tahun hingga 2030. Perkiraan dikenakan sanksi yang tegas dan proporsional
laju pertumbuhan ini ditentukan oleh tingkat sesuai dengan tingkatan keparahan
stabilitas makroekonomi di banyak negara pelanggaran yang dilakukan.
utama dunia, termasuk Amerika Serikat,
Republik Rakyat Cina, India, dan Uni Eropa, Indonesia diakui sebagai negara
terutama dalam hal perubahan kebijakan dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup
ekonomi dan perdagangan yang lebih bebas. besar. Dipaparkan melalui Data yang
Dan kebutuhan energi dunia terus diterbitkan Asosiasi Industri Sepeda Motor
berketergantungan pada bahan bakar berbasis Indonesia (AISI), Mulai dari Januari 2014
fosil, terutama minyak bumi. sampai November 2014, berikut adalah
urutannya:
Tindak pidana penyalahgunaan
pengangkutan dan/atau niaga bahan bakar 1) Jawa Barat;
minyak bersubsidi adalah tindakan melakukan 2) Jawa Timur;
kegiatan pengangkutan atau niaga bahan 3) DKI Jakarta;
bakar minyak bersubsidi dengan cara yang 4) Jawa Tengah
melanggar peraturan yang berlaku. Hal ini 5) Sumatera Utara
bisa merugikan negara dan mempengaruhi 6) Bali;
stabilitas harga bahan bakar. 7) DI Yogyakarta;
8) Sumatra Barat;
Menurut Undang-Undang Nomor 22 9) Sulawesi Selatan
Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, 10) Kalimantan Utara.
penyalahgunaan pengangkutan dan/atau niaga
bahan bakar minyak bersubsidi merupakan Hampir diperkirakan seluruh provinsi yang
tindak pidana yang dapat dikenakan sanksi bertempat di Pulau Jawa Masih menempati
pidana berupa hukuman paling singkat lima posisi teratas penjualan motor di Indonesia.
tahun penjara dan denda paling sedikit Rp 500
juta. Dengan dibentuknya Kementerian
"Setiap orang yang melakukan tindak Koperasi dan UKM yang mulai mendukung
pidana penyalahgunaan pengangkutan usaha kecil dan menengah, ekspansi ekonomi
dan/atau niaga bahan bakar minyak yang cepat juga distabilkan. Pesatnya
bersubsidi, dipidana dengan pidana penjara perkembangan sektor ini dan meningkatnya
paling singkat lima tahun dan pidana denda penjualan kendaraan bermotor membuat
paling sedikit Rp 500 juta." (Pasal 64 masyarakat Indonesia dan pelaku usaha
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 industri memiliki sikap konsumtif terhadap
tentang Minyak dan Gas Bumi) sumber energi yang tersedia. Indonesia
sebagai negara berkembang masih
Sumber lain yang terkait dan kredibel mengandalkan bahan bakar fosil sebagai
adalah Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor sumber energi utama baik bagi industri
114/PUU-VIII/2010 yang membahas maupun masyarakat umum. Beberapa
mengenai tindak pidana penyalahgunaan kelompok bahkan telah mengembangkan
pengangkutan dan/atau niaga bahan bakar alternatif energi yang ramah lingkungan dan
2
terbarukan untuk mengurangi ketergantungan penyalahgunaan upaya pengangkutan
mereka pada persediaan bahan bakar fosil dan/atau niaga Bakar Minyak subsidi
yang terbatas. Pemerintah dengan Barang bukti berupa:

Efektifitas dan Efisiensi adalah upaya 1) 3 (tiga) buah Tanki Fiber yang dilapisi
utama Negara dalam pengelolaan Minyak dan rangka besi ukuran 1000 (seribu) liter
Gas Bumi, memperhitungkan keduanya yang berisi minyak Solar;
merupakan pilar penegak yang 2) 5 (lima) buah Tanki Fiber yang dilapisi
mengoptimalkan stabilitas ekonomi nasional. rangka besi ukuran 1000 (seribu) liter
Sebagai landasan hukum bagi pendayagunaan yang berisi minyak Premium;
Minyak Bumi dan Gas Alam, UU No. 22 3) 1 (satu) unit mobil Hino Lohan warna
Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Minyak putih dengan Nopol B 9345 TYT
Bumi adalah manifestasi upaya peningkatan berikut kunci kontak;
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat yang 4) 1 (satu) unit mesin penghisap yang telah
diupayakan oleh Negara. dimodifikasi lengkap dengan selangnya;
5) 1 (satu) unit timbangan;
Adapun fakta yang terjadi di 6) 1 (satu) buah ember;
Kabupaten Rokan Hulu, kejadian seperti 7) 1 (satu) unit Handphone ANDROID
Penyimpangan dalam pengangkutan dan OPPO A5S warna hitam;
pendistribusian mengenai Bahan Bakar dan 8) 1 (satu) unit Handphone Samsung Lipat
Gas Alam lumrah terjadi. Harga yang warna biru Dongker;
berjenjang tinggi dan rendah tidak merata 9) 1 (satu) unit Handphone Nokia warna
menjadi faktor menjamurnya penyimpangan biru;
yang terjadi di Kabupaten Rokan Hulu karena 10) 1 (satu) unit Handphone Samsung
terbukanya kesempatan mendistribusikan DUOS warna Biru Hijau
Bahan Bakar. Ketentuan tindak pidana
penyalahgunaan pengangkutan dan tindak Dengan barangbukti tersebut,
pidana perniagaan diatur secara tegas di diketahui IMRON RUDI MANTO
dalam Pasal 55 UU No. 22 Tahun 2001 HUTASOIT alias SOIT bukan hanya sekedar
tentang minyak dan gas bumi (MIGAS), melakukan ini sendiri namun sebagai bentuk
dimana setiap orang yang menyalahgunkan persekongkolan, dan dia yang memimpin
pengangkutan dan/atau niaga BBM, baik persekongkolan tersebut sekaligus aktor
minyak bum, bahan bakar gas maupun yang lapangan yang terlibat disana, dengan aktor
merupakan hasil olahan yang disubsidi oleh lain (yang dipidanakan dalam perkara yang
pemerintah, tanpa adanya izin pengangkutan berbeda). Dengan adanya keterlibatan dari
dan/atau izin niaga dari pihak yang RONI PURWADI, MANURUNG, dan
berwenang dapat dipidana sesuai dengan JUNAIDI dalam kasus ini di sektor-sektor
ketentuan yang berlaku (Salim, 2005) yang berbeda, patutlah dicermati kembali
secara yuridis, mengenai bagaimana
Pada 11 Juli 2020, adalah hari dimana pertimbangan Hakim dan Penuntut Umum
terjadi kasus penyalahgunaan pengangkutan mengenai status saksi pada mereka, yang
dan niaga BBM di Jln.Lintas Desa Mahato, padahal mereka juga seorang yang terlibat
Kec. Tambusai Utara, Kab Rokan Hulu baik aktif atau pasif dalam tindak pidana
terjadi penggerebekan oleh petugas dari pengangkutan dan niaga bahan bakar minyak
Polres Banyuwangi dan Tim Penyidik yang (BBM).
menemukan fakta bahwa IMRON RUDI Mencermati informasi sebelumnya dan untuk
MANTO HUTASOIT alias SOIT melakukan, mempersempit ruang lingkup penelitian,
memerintah untuk melakukan dan ikut serta dapat diidentifikasikan bahwa masalah
dalam tindakan illegal berupa berikut yang akan diperiksa dengan
3
merumuskan pertanyaan penelitian seperti yang sebelumnya tidak dianggap sebagai
berikut: tindak pidana kini menjadi tindak pidana dan
dilarang. Siapa saja yang melanggar larangan
1. Bagaimanakah ketentuan Pidana tersebut akan dikenakan sanksi pidana.
terhadap pelaku Tindakan
penyalahgunaan pengangkutan Sejak berlakunya Undang-undang No.
dan/atau niaga bahan bakar ditinjau 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas
dari Undang-undang No. 22 Tahun Bumi, Undang-undang No. 44 Prp (Peratutn
2001 tentang tentang Minyak dan Gas Pemerintah) Tahun 1960 tentang
Bumi? Pertambangan Minyak dan Gas Bumi,
2. Bagaimanakah pertimbangan hukum Undang-undang No. 15 Tahun 1962 tentang
Majelis hakim dalam perkara Nomor Kewajiban Perusahaan Minyak Memenuhi
299/Pid.Sus/2020/PN.Prp dalam Kebutuhan Dalam Negeri, Undang-undang
menjatuhkan putusan terhadap No. 8 Tahun 1971 tentang Pertamina,
terdakwa IMRON RUDI MANTO Undang-undang No. 10 Tahun 1974 tentang
HUTASOIT alias SOIT? Perubahan Undang-undang No. 8 Tahun 1971
tentang Pertamina tidak berlaku lagi, namun
METODE PENELITIAN peraturan pelaksanaan dari keempat Undang-
Ronny H. Soemitro (1982) undang tersebut tetap berlaku sepanjang tidak
mengatakan bahwa untuk memberikan bertentangan atau belum diganti dengan
landasan yang kuat secara umum, setiap peraturan baru berdasarkan Undang-undang
penelitian harus didukung dengan No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas
pemikiran teoritis untuk menunjukkan nilai Bumi.
penelitian. Selanjutnya mengenai Pengusahaan
Minyak dan Gas Bumi, Pasal 5 Undang-
Penulis memanfaatkan penelitian undang No. 22 Tahun 2001, menyatakan
kepustakaan atau penelitian hukum yuridis sebagai berikut Kegiatan Usaha Minyak dan
normatif. Menggunakan pendekatan Gas Bumi terdiri atas:
perundang-undangan (statute approach), yang
melibatkan pemeriksaan aturan dan hukum 1. Kegiatan Usaha Hulu yang mencakup:
yang berkaitan dengan masalah hukum yang a. Eksplorasi;
disengketakan (Marzuki, 2007) dan b. Eksploitasi.
pendekatan Konseptual (Conceptual 2. Kegiatan Usaha Hilir yang mencakup:
Approach) yang merupakan pendekatan yang a. Pengolahan;
berorientasi pada opini (opinion juris), b. Pengangkutan;
pandangan ahli dan doktrin yang terdapat c. Penyimpanan;
dalam pertumbuhan di dalam ilmu hukum. d. Niaga.

Adapun data yang Penulis manfaatkan Secara mendetail, Undang-Undang No


dalam penelitian ini berjenis data sekunder, 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas
yang merupakan data yang meliputi merupakan undang-undang yang mengatur
dokumen-dokumen resmi, buku-buku, dan tentang pengelolaan sumber daya minyak dan
hasil- hasil penelitian yang berwujud laporan. gas di Indonesia. Pasal 51 sampai Pasal 58
dalam undang-undang ini mengatur tentang
PEMBAHASAN izin usaha pertambangan minyak dan gas
bumi.
Penetapan suatu perbuatan sebagai
tindak pidana dalam undang-undang disebut Pasal 51 menjelaskan bahwa izin usaha
kriminalisasi. Ini berarti bahwa perbuatan pertambangan minyak dan gas bumi dapat
4
diberikan kepada badan usaha yang tentang Minyak dan Gas bumi memiliki peran
memenuhi persyaratan administratif dan penting dalam mengatur dan mengawasi
teknis serta memiliki keahlian dalam bidang kegiatan pertambangan minyak dan gas bumi
pertambangan minyak dan gas bumi. Hal ini di Indonesia. Hal ini bertujuan untuk
bertujuan untuk memastikan bahwa badan memastikan bahwa pengelolaan sumber daya
usaha yang mendapatkan izin memiliki minyak dan gas bumi dilakukan dengan baik
kapasitas dan kualifikasi yang cukup untuk dan tidak merugikan kepentingan negara dan
mengelola sumber daya minyak dan gas bumi masyarakat.
dengan baik.
Ditengah kondisi sulit yang dihadapi
Pasal 52 mengatur tentang jenis-jenis izin oleh Pemerintah; akibat semakin
usaha pertambangan minyak dan gas bumi, meningkatnya permintaan BBM Bersubsidi
yang terdiri dari izin usaha eksplorasi, izin dan naiknya harga BBM di pasar dunia, ada
usaha pengusahaan, dan izin usaha produksi. pihak-pihak tertentu baik perseorangan
Ketiga jenis izin ini memiliki persyaratan dan maupun korporasi yang melakukan perbuatan
tata cara yang berbeda dalam penerbitannya. tidak bertanggung jawab berupa:
pengoplosan, penimbunan, penyelundupan,
Pasal 53 sampai Pasal 56 mengatur tentang pengangkutan dan penjualan kepada industri
persyaratan dan tata cara penerbitan masing- BBM Bersubsidi. Perbuatan tersebut
masing jenis izin usaha pertambangan minyak bertujuan untuk mendapatkan keuntungan
dan gas bumi. Di antaranya, persyaratan bagi diri sendiri atau korporasi dengan
administratif dan teknis yang harus dipenuhi mengorbankan kepentingan orang banyak
oleh badan usaha, tata cara pengajuan (masyarakat) (Arsyad, 2013).
permohonan izin, proses evaluasi permohonan
izin, dan tata cara pemberian izin. Secara ketat, tindak pidana yang terjadi
dalam kasus ini, terutama pada aspek
Pasal 57 menjelaskan bahwa izin usaha Pengangkutan, terkait dengan pasal 55 UU No
pertambangan minyak dan gas bumi dapat 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas
dicabut atau tidak diperpanjang jika badan Bumi. Dimana dijelaskan pada pasal tersebut:
usaha tidak memenuhi kewajiban-kewajiban
yang telah ditentukan dalam izin. Hal ini “Setiap orang yang menyalahgunakan
bertujuan untuk memastikan bahwa badan pengangkutan dan/atau Niaga Bahan Bakar
usaha yang mendapatkan izin menjalankan Minyak yang disubsidi Pemerintah dipidana
kegiatan pertambangan dengan sesuai dengan dengan pidana penjara paling lama 6 (enam)
peraturan yang berlaku dan tidak merugikan tahun dan denda paling tinggi Rp.
kepentingan negara. 60.000.000.000,00 (enam puluh miliar
rupiah).”
Pasal 58 mengatur tentang pengawasan dan
pengendalian kegiatan pertambangan minyak Dari ketentuan beberapa pasal dalam
dan gas bumi oleh pemerintah. Pemerintah Undang-undang No. 22 Tahun 2001 tersebut
memiliki kewenangan untuk melakukan di atas, ternyata merupakan pidana perizinan
pengawasan dan pengendalian terhadap meliputi Izin Pengolahan, Pengangkutan,
kegiatan pertambangan guna memastikan Penyimpanan, dan Niaga BBM pada
kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku, umumnya, dan tindak pidana meniru atau
serta untuk mencegah terjadinya kerusakan memalsukan BBM dan Gas Bumi. Hanya
lingkungan dan kecelakaan kerja. Pasal 55 yang khusus mengatur BBM
Bersubsidi berupa menyalahgunakan
Secara keseluruhan, Pasal 51 sampai Pasal 58 pengangkutan dan/atau niaga BBM yang
dalam Undang-Undang No 22 Tahun 2001 disubsidi Pemerintah.
5
yang proporsional dengan tindakan kriminal
Di dalam penjelasan Pasal 55 yang dilakukan”. Terkalit Sifat Pidana
dikatakan bahwa: Alternatif atau Konjungtif yang terkandung
dalam Bab XI Ketentuan Pidana yang
“...yang dimaksudkan dengan terdapat pada UU No 22 Tahun 2001 Tentang
menyalahgunakan adalah kegiatan yang Minyak dan Gas adalah suatu jenis pidana
bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang memberikan pilihan bagi pengadilan
perseorangan atau badan usaha dengan cara untuk menjatuhkan sanksi pidana yang sesuai
yang merugikan kepentingan masyarakat dengan kejahatan yang dilakukan oleh pelaku.
banyak dan negara seperti antara lain Sanksi pidana alternatif tersebut antara lain
kegiatan pengoplosan Bahan Bakar Minyak, berupa pidana denda, pidana kurungan, atau
penyimpangan alokasi Bahan Bakar Minyak, kerja sosial.
pengangkutan dan penjualan Bahan Bakar
Minyak ke luar negeri”. Para ahli hukum pidana baik
internasional maupun dalam negeri memiliki
Dari penjelasan di atas maka pandangan yang berbeda mengenai sifat
penyalahgunaan BBM Bersubsidi meliputi pidana alternatif atau konjungtif. Beberapa
perbuatan antara lain: ahli hukum pidana internasional berpendapat
bahwa sifat pidana alternatif atau konjungtif
1. Pengoplosan: yaitu mencampur BBM dapat mempercepat proses peradilan dan
dengan air, atau berbagai jenis BBM memberikan pilihan sanksi yang sesuai
lain sehingga kualitasnya menurun, dengan kejahatan yang dilakukan oleh pelaku.
atau dengan minyak oli bekas dan lain Selain itu, sifat pidana alternatif atau
sebagainya sehingga keuntungan yang konjungtif juga dapat meminimalisir
diperoleh lebih besar; penggunaan sanksi pidana penjara yang
2. Penyimpangan alokasi Bahan Bakar berlebihan.
Minyak: yaitu perbuatan mengalihkan
peruntukan BBM Bersubsidi yang Sementara itu, di Indonesia, beberapa
seharusnya disalurkan kepada ahli hukum pidana berpendapat bahwa sifat
masyarakat umum tetapi dijual kepada pidana alternatif atau konjungtif tidak sesuai
industri, karena selisih harga yang dengan prinsip-prinsip hukum pidana yang
cukup besar; berlaku di Indonesia. Menurut mereka,
3. Pengangkutan dan penjualan BBM penggunaan sifat pidana alternatif atau
Bersubsidi ke luar negeri karena konjungtif dapat mengurangi rasa adil
adanya selisih harga cukup besar. terhadap korban kejahatan, dan memberikan
kesempatan bagi pelaku kejahatan untuk
Kendati lebih teliti dalam pembacaan menghindari sanksi pidana yang seharusnya
pasal-pasal yang mengiringi, sebagaimana dijatuhkan atas tindakan kriminal yang
ragam yang tertuang dalam Bab XI tentang dilakukannya.
Ketentuan Pidana, terdapat Prinsip yang
disebut Pidana Alternatif, Menurut Dr. Vânia Namun demikian, ada pula ahli hukum
Costa Ramos seorang Ahli Sosiologi Hukum pidana di Indonesia yang menyatakan bahwa
dan Hukum Pidana asal Eropa berpendapat sifat pidana alternatif atau konjungtif dapat
“Penyediaan alternatif terhadap pidana memberikan alternatif bagi pengadilan dalam
penjara merupakan sebuah inovasi dalam menjatuhkan sanksi pidana yang lebih
sistem pidana modern yang bertujuan untuk proporsional dengan kejahatan yang
meminimalkan penggunaan pidana penjara, dilakukan oleh pelaku. Dalam hal ini, sifat
dan menciptakan alternatif lain bagi pidana alternatif atau konjungtif dapat
pengadilan dalam menjatuhkan sanksi pidana
6
memberikan keadilan bagi pelaku dan korban
kejahatan. "Perusahaan berbentuk badan hukum yang
menjalankan jenis usaha bersifat tetap, terus-
Dalam konteks UU No 22 Tahun 2001 menerus dan didirikan sesuai dengan
Tentang Minyak dan Gas, sifat pidana peraturan perundang-undangan yang berlaku
alternatif atau konjungtif diterapkan dalam serta bekerja dan berkedudukan dalam
Pasal 79, di mana pengadilan dapat wilayah Negara Kesatuan Republik
memberikan sanksi pidana berupa pidana Indonesia"
denda, pidana kurungan, atau kerja sosial.
Sifat pidana alternatif atau konjungtif ini Akan tetapi, jika merujuk pada
diharapkan dapat memberikan sanksi pidana penjelasan Pasal 55 UU Migas mengenai
yang sesuai dengan kejahatan yang dilakukan ketentuan setiap orang dapat berupa
oleh pelaku, sekaligus memberikan keadilan perseorangan atau badan usaha, maka
bagi semua pihak yang terkait dengan IMRON RUDI MANTO HUTASOIT alias
tindakan kriminal tersebut. SOIT sebagai perseorangan yang melakukan
perbuatan penyalahgunaan pengangkutan dan/
Adapun IMRON RUDI MANTO atau niaga bahan bakar minyak bersubsidi
HUTASOIT alias SOIT dalam kasus ini lebih telah memenuhi unsur setiap orang.
dekat pada implementasi pelanggaran tindak
pidana terkait Pengangkutan yang spesifik Pemidanaan dalam konsep hukum
pada Tindakan Penyimpangan Alokasi Bahan Indonesia adalah tindakan memberikan sanksi
Bakar Minyak. berupa hukuman pada pelaku tindak pidana.
Dalam hukum Indonesia, pemidanaan diatur
Dari kasus yang tercatat pada Putusan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
Nomor 299/Pid.Sus/2020/PN.Prp, peneliti tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
memberikan pemaparan meliputi tiga aspek (KUHP). Tujuan pemidanaan adalah untuk
yang merujuk pada fakta-fakta yang memberikan perlakuan yang adil bagi pelaku
didakwakan Majelis Hakim, dalam tiga tindak pidana dan mencegah kejadian tindak
liputan terkait: pidana yang serupa di masa yang akan datang.
Sistem Peradilan Illegal Indonesia
1) Analisa Pemidanaan (SPP) mendasarkan pemidanaan seseorang
2) Melakukan Pengangkutan dan/atau pada perbuatan melawan hukum yang
Usaha Niaga tanpa Izin Usaha Niaga dilakukan dan dilanggarnya, dengan
3) Dilakukan secara Bersama-sama. menitikberatkan pada tindak pidana yang
dilakukan oleh pelaku bukan pada perbuatan
Analisa terkait ‘setiap orang’ dan melawan hukum itu sendiri (Muladi & Arief,
Pemindanaan 1992).

Ketentuan Pasal 55 UU Migas diawali Terkait dengan upaya pengangkutan


dengan frasa "setiap orang" sebagai unsur dan/atau niaga Bahan Bakar Minyak
subyektif. Terkait dengan unsur setiap orang Bersubsidi, jelaslah terdapat irisan Hukum
dalam hal ini adalah siapa saja yang menjadi pidana disana, bicara tentang
subyek hukum yang melakukan perbuatan ketidakterlepasan pada istilah pidana,
pidana (Nosela dkk, 2020). Setiap orang pemidanaan, dan pembenaran pidana.
dalam UU Migas tidak memiliki penjelasan Pelaku yang melakukan tindak pidana
lebih lanjut, maka Pasal 1 angka 17 UU didalam kasus ini adalah manusia seperti yang
Migas mengatur bahwa yang dimaksud kita ketahui bahwa manusia adalah subjek
dengan setiap orang adalah badan usaha, hukum pidana yang dapat
yaitu: mempertanggungjawabkan perbuatan yang
7
dilakukannya. Yang dimana dikatakan dapat merupakan dasar serta landasan bagi hakim
bertanggung jawab ialah bahwa si pelaku dalam pemeriksaan di muka persidangan
memiliki kemampuan untuk bertanggung (Harahap, 2003) ada beberapa macam bentuk
jawab. Yang dimana tindak pidana yang surat dakwaan yang dibuat oleh jaksa
dilakukan merupakan kesalahan (dollus dan penuntut umum yaitu: (a) Surat Dakwaan
culpa). Tindak pidana sengaja (dolus) adalah Tunggal adalah Surat dakwaan yang dibuat
tindak pidana yang dalam rumusannya oleh Jaksa Penuntut Umum apabila tindak
dilakukan dengan kesengajaan atau pidana yang dilanggar oleh seseorang hanya
mengandung unsur kesengajaan. Di samping satu dan tidak ada keraguan atas pasal yang
tindak pidana yang tegas unsur kesengajaan didakwakan, dalam surat dakwaan tunggal ini
itu dicantumkan dalm pasal, misalnya Pasal tidak dapat untuk mengajukan alternatif , (b)
362 (maksud), 338 (sengaja), 480 (yang Surat Dakwaan Alternatif adalah Dalam surat
diketahui). Sedangkan tindak pidana kelalaian dakwaan yang dibuat oleh Jaksa Penuntut
(culpa) adalah tindak pidana yang dalam Umum apabila terdapat keraguan atas tindak
rumusannya mengandung unsur culpa (lalai), pidana yang dilakukan, dakwaan ini disusun
kurang hati-hati dan tidak karna kesengajaan. secara berlapis dan bersifat mengecilkan
dakwaan lapisan lainnya dan dakwaan ini
Dalam hal ini pelaku IMRON RUDI menggunakan kata sambung (atau) Contoh
MANTO HUTASOIT alias SOIT telah dakwaan alternative Pertama: Pencurian
melakukan tindak pidana bahwa pelaku (pasal 362 KUHP) atau Kedua: Penadahan
mengkehendaki perbuatan yang dilakukan (pasal 480 KUHP)
nya dan mengetahui akibat dari perbuatan
yang dilakukannya. a. Surat Dakwaan Subsidair
Dalam surat dakwaan ini Jaksa Penuntut
Pertanggung jawaban pelaku adalah Umum yang didasarkan atas tingkatan
perlu dalam sebuah Tindakan pidana, ancaman hukum pidana, Penuntut Umum
Pertanggungjawaban pidana adalah yang dalam prakteknya untuk menjerat
Pertanggungjawaban orang terhadap tindak terdakwa dan menghindari agar terdakwa
pidana yang dilakukannya. Terjadinya tidak terlepas dari jeratan hukum.
Pertanggungjawaban pidana karena telah ada Dakwaan ini sama dengan dakwaan
tindak pidana yang dilakukan seseorang alternatif karena terdiri dari beberapa
(Mahrus Ali, 2017) Pertanggungjawaban lapisan dan disusun secara berurut dari
pidana adalah Pertanggungjawaban orang ancaman hukuman tertinggi sampai pada
terhadap tindak pidana yang dilakukannya ancaman hukuman terendah.
(Candra, 2014) Perbuatan pelaku merupakan b. Surat Dakwaan Kumulatif
perbuatan melakukan tindak pidana Dalam dakwaan ini didakwakan
“percobaan menyalahgunakan pengangkutan bebarapa tindak pidana sekaligus ke
dan/atau Niaga Bahan Bakar sebagaimana semua dakwaan harus dibuktikan satu
yang telah diatur didalam pasal 55 Undang- demi satu
Undang RI Nomor 22 Tahun 2001 Tentang c. Surat Dakwaan Kombinasi
Minyak dan Gas Bumi maka dalam hal ini Surat dakwaan ini apabila tindak pidana
Jaksa Penuntut Umum Menjatuhkan Dakwaan yang dilanggar oleh seseorang terdiri dari
Kepada terdakwa untuk beberapa tindak pidana dan kesemua
mempertanggungjawabkan perbuatan nya. tindak pidana harus dibuktikan satu demi
satu, dimana tindak pidana yang masing-
Surat dakwaan adalah surat atau akta yang masing berdiri sendiri- sendiri.
memuat tindak pidana yang didakwakan
kepada terdakwa yang disimpulkan dan Dalam dakwaan yang disangkakan
ditarik dari hasil pemeriksaan penyidikan, dan Jaksa Penuntut Umum terhadap pelaku adalah
8
dakwaan Alternatif yang dimana telah SOIT dengan pidana penjara selama 2 (dua)
melanggar pasal 55 Undang-Undang RI Tahun dan pidana denda sebesar Rp
Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan 5.000.000,00,- (lima juta rupiah) dengan
Gas Bumi Jo Pasal 53 ayat (1) KUHP,Dari ketentuan apabila pidana denda tidak dibayar
data yang dipaparkan didalam surat dakwaan oleh Terdakwa maka diganti dengan pidana
Jaksa Penuntut Umum dimuka persidangan, kurungan selama 4 (empat) Bulan; Didalam
menurut hemat saya Pasal-Pasal yang kasus ini penulis sependapat dengan tuntutan
didakwakan kepada IMRON RUDI MANTO yang diberikan Jaksa Penuntut Umum kepada
HUTASOIT alias SOIT sudah sesuai dimana terdakwa sudah tepat karena telah terbukti
perbuatan terdakwa telah memenuhi unsur melanggar pasal 55 Undang-Undang RI
setiap orang yang merupakan subjek hukum Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan
dan mempunyai keterikatan dengan perbuatan Gas Bumi Jo Pasal 53 ayat (1) KUHP dimana
terdakwa. Oleh karena itu majelis hakim terdakwa melakukan pelaku penyalahgunaan
bermusyawarah untuk menyimpulkan perkara pengangkutan dan/atau niaga bahan bakar
ini dengan demikian dasar pertimbangan minyak bersubsidi.
hakim dapat mencerminkan putusan rasa
keadilan dan kepastian hukum. Melakukan Pengangkutan dan/atau Usaha
Niaga tanpa Izin Usaha Niaga
Penuntutan suatu perkara dapat
dilakukan dengan berbagai cara. Cara tersebut Upaya untuk menjamin kelancaran
bergantung pada berat ringannya suatu pasokan BBM ke masyarakat tidak bisa
perkara, Ciri utama dalam penuntutan ini terlepas dari campur tangan usaha jasa
adalah selalu disertai dengan surat dakwaan pengangkutan. Dalam hal ini Pertamina
yang disusun secara cermat dan lengkap oleh bekerjasama dengan pihak terkait untuk
penuntut umum. Selain penuntutan dengan menyediakan truk tangki minyak yang
cara biasa tersebut, penuntutan dapat pula berfungsi untuk mendistribusikan BBM ke
dilakukan dengan cara singkat. Penuntutan ini konsumen (Sawitri, 2005).
dilakukan jika perkaranya diancam pidana
lebih ringan, yakni tidak lebihdari satu tahun Niaga merupakan kegiatan
penjara. Berkas perkara biasanya tidak rumit, pengangkutan dimana adanya proses usaha
dan penuntut umum tetap mengajukan surat jual beli atau jasa guna memperoleh
dakwaan yang disusun secara sederhana. keuntungan, menggunakan alat pengangkutan
niaga (Randang, 2015). Adanya imbalan yang
Berdasarkan Pasal 1 ayat (7) KUHAP diberikan dalam proses pengangkutan yang
penuntutan adalah tindakan penuntut umum dilakukan dan adanya pemnbayaran–
untuk melimpahkan perkara pidana ke pembayaran terhadap pihak terkait sebagai
Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal jasa pengangkutan. Berdasarkan UU RI No 22
dan menurut cara yang diatur dalam Undang- Tahun 2001 tentang Migas Bumi, yang
Undang ini untuk melakukan penuntutan dan dimaksud dengan bahan bakar minyak yakni
melaksanakan penetapan hakim. Maka dalam bahan bakar yang berasal dan diolah dari
hal ini Jaksa Penuntut Umum harus minyak bumi, sedangkan yang dimaksud
membuktikan adanya suatu kesalahan/ tindak dengan Pengangkutan yakni suatu
pidana yang dilakukan terdakwa. berpindahnya migas atau olahan alam lain
dalam suatu kegiatan tertentu dalam kinerja
Berdasarkan dakwaan yang telah penampungan dari suatu tempat ketempat lain
disangkakan oleh Jaksa Penuntut Umum baik melalui pipa-pipa transimisi dan/ atau
maka terdakwa dituntut dengan tuntutan distribusi guna eksport import (M. Ridwan &
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Fitriani, 2010).
IMRON RUDI MANTO HUTASOIT Als
9
Pengaturan tentang pengangkutan ini Tjakranegara (1995), dalam hukum
sudah diatur pada Pasal 46 UU No 22 Tahun pengangkutan barang dan penumpang
2001 mengenai Migas bahwa pengawasan menjelaskan bahwa Pengangkutan adalah
dalam sistematis pendistribusian tersebut kegiatan pemuatan penumpang atau barang
pelaksanaannya dilakukan oleh Badan kedalam alat pengangkut, pemindahan
Pengatur yang ditentukan oleh UU yakni penumpang atau barang ketempat tujuan
pasal 8 ayat 4 utamanya penyediaan dan dengan alat pengangkut, dan penurunan
penditribusian migas. fungsi badan sesuai penumpang atau pembongkaran barang dari
ayat 1 sebagai pengaturan dalam tersedianya alat pengangkut di tempat tujuan yang
migas dalam upaya penditribusiannya dijamin disepakati.
oleh pemerintah keseluruhan di dalam negeri
untuk meningkatkan pemanfaatan Dari fakta yang terbukti dipersidangan
kelancarannya. Tugas Badan itu sendiri sesuai bahwa ternyata terdakwa benar memesan
ayat 1 dijelaskan adanya penetapan tentang bahan bakar minyak jenis solar dari saudari
ketersediaannya ataupun penditribusiannya MANURUNG sebanyak 3.000 liter dan IJUN
yakni migas serta pencadangan migas 2.000 liter namun lelaki tersebut hanya
nasional ataupun internasional guna dalam mampu menyediakan 1.400 liter Bahan Bakar
pemanfaatan dalam Minyak jenis solar. yang dilakukan oleh
pengangkutan/penyimpanan yang terdakwa Wawan Indrawan dapat
didstribusikan kedepannya, tarif dikategorikan dalam kegiatan usaha hilir
pengangkutan itu sendiri ditentukan sesuai BBM jenis solar dan harus dilengkapi
dengan syarat dan ketentuan yang berlaku dokumen izin usaha. Wawan Indrawan
utamanya migas untuk masyarakat ataupun melakukan kegiatan usaha (berniaga) yang
rumah tangga. Pengaturan badan serta fungsi telah berlangsung lama sejak 3 (tiga) bulan
tersebut sesuai ayat 1 meliputi pengawasan dengan menggunakan ijin usaha solar dengan
dalam bidangnya serta merta sesuai ketentuan berniaga BBM jenis solar tanpa ada ijin usaha
pada ayat 3 (Buwana dkk, 2020). dan (berniaga) dengan menjual BBM tersebut
dan memperoleh keuntungan perseorangan.
Hal yang dimaksudkan dengan unsur Dengan melakukan niaga bahan bakar minyak
Melakukan Usaha Niaga Tanpa Ijin Usaha tanpa ijin dengan demikian menandai bahwa
Niaga, sebagaimana ketentuan umum Pasal 1 terdakwa selama menjalankan niaganya tidak
angka 14 Undang-undang No. Tahun 2001 mempunyai ijin.
Tentang Minyak dan Gas Bumi yang
dimaksud dengan Niaga adalah kegiatan Di lakukan secara bersama-sama
pembelian, penjualan ekspor, impor, Minyak
Bumi dan/atau hasil olahannya, termasuk Perbuatan pidana atau tindak pidana,
Niaga Gas Bumi memalui pipa. Bahwa berdasarkan Pasal 1 ayat (1) KUHP yang
kegiatan usaha minyak dan gas bumi terdiri dikenal dengan sebutan Asas Legalitas, yang
dari dua jenis yaitu kegiatan usaha hulu menentukan bahwa:
(Eksplorasi dan Eksploitasi) dan kegiatan-
kegiatan Usaha Hilir yang mencakup: "Tiada suatu perbuatan dapat dipidana tanpa
pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, dan adanya kekuatan aturan pidana dalam
Niaga sebagaimana dalam Pasal 5 Undang- perundang-undangan yang telah ada"
undang No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak
dan Gas Bumi. sehingga seseorang hanya dapat dipidana jika
tindakan tersebut telah dirumuskan terlebih
Dalam hal pengangkutan, untuk dahulu sebagai perbuatan pidana (Nosela dkk,
memperjelas bagaimana yang terdefinisikan 2020).
terkait Tindakan tersebut, Soeginanto
10
Menurut KUHP, tindak pidana bersama ini menekankan pentingnya memberikan
adalah tindak pidana yang dilakukan oleh sanksi yang lebih berat bagi pelaku tindak
beberapa orang bersama-sama. Dalam hal ini, pidana bersama.
setiap pelaku tindak pidana bersama akan
bertanggung jawab secara penuh atas tindak Sebaliknya, beberapa ahli lain
pidana yang dilakukan bersama-sama. berpendapat bahwa tindak pidana bersama
tidak selalu lebih berbahaya dibandingkan
"Setiap orang yang bersama-sama dengan tindak pidana yang dilakukan oleh satu orang
orang lain melakukan tindak pidana, masing- saja. Oleh karena itu, para ahli ini
masing dikenakan pidana sebagaimana jika menekankan pentingnya memperlakukan
ia sendiri melakukan tindak pidana itu." setiap pelaku tindak pidana bersama secara
(Pasal 9 KUHP) adil dan tidak diskriminatif.

Oleh karena itu, jika terdapat beberapa "Tindak pidana bersama tidak selalu lebih
pelaku yang melakukan tindak pidana berbahaya dibandingkan tindak pidana yang
penyalahgunaan pengangkutan dan/atau niaga dilakukan oleh satu orang saja. Oleh karena
bahan bakar minyak bersubsidi secara itu, penting untuk memperlakukan setiap
bersama-sama, maka setiap pelaku akan pelaku tindak pidana bersama secara adil
bertanggung jawab atas tindak pidana tersebut dan tidak diskriminatif." (Soekanto, 2002)
secara penuh dan dapat dikenakan sanksi
pidana yang sesuai dengan pasal 64 Undang- Namun, secara umum para ahli hukum
Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang pidana di Indonesia sepakat bahwa tindak
Minyak dan Gas Bumi. pidana yang dilakukan secara bersama-sama
harus dikenakan sanksi yang sesuai dengan
Pada dasarnya ketentuan Pasal 55 ayat tingkat kejahatannya dan memperhatikan
(1) ke-1 KUHP dalam Ilmu Pengetahuan aspek keadilan bagi setiap pelaku. Kendatipun
Hukum Pidana merupakan ruang lingkup seseorang tidak mungkin dijatuhi pidana
ajaran “deelneming”. Bahwa bertitik tolak kalau tidak melakukan perbuatan pidana.
dari ketentuan Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP Apakah orang yang melakukan perbuatan
maka yang diklasifikasikan sebagai pelaku kemudian dijatuhi pidana, tergantung kepada
(dader) adalah mereka yang melakukan suatu apakah dalam melakukan perbuatan itu orang
perbuatan pidana (plegen), mereka yang tersebut melakukan kesalahan. Seseoarang
menyuruh orang lain melakukan suatu tidak bisa dimintai pertanggungjawaban
perbuatan pidana (doenplegen), mereka yang pidana tanpa terlebih dahulu ia melakukan
turut serta (bersama-sama) melakukan suatu perbuatan pidana. Adalah dirasakan tidak adil
perbuatan pidana (medeplegen) dan mereka jika tiba-tiba seseorang harus bertanggung
yang dengan sengaja mengganjurkan jawa atas suatu tindakan, sedang ia sendiri
(menggerakkan) orang lain untuk melakukan tidak melakukan tindakan tersebut (Pratiwi &
perbuatan pidana (uitloking) (Hadjon, 1987). Nursiti, 2018).

Para ahli hukum pidana di Indonesia Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap


memiliki pandangan yang beragam mengenai dipersidangan telah ternyata terdakwa An sich
tindak pidana yang dilakukan secara bersama- memiliki peran yang sama terdakwa lain
sama. Beberapa di antaranya memandang (Roni Purwadi, Manurung, dan Junaidi)
bahwa tindak pidana bersama adalah suatu dalam perkara terpisah dimana terdakwa
bentuk kejahatan yang lebih berbahaya dan sebagaimana keterangan saksi-saksi, ahli dan
memiliki dampak yang lebih besar terdakwa dan berkesimpulan bahwa terdakwa
dibandingkan tindak pidana yang dilakukan dalam hal ini semuanya telah melakukan
oleh satu orang saja. Oleh karena itu, para ahli perbuatan pelaksaan jadi melakukan anasir
11
atau elemen dari peristiwa pidana itu, Contohnya, dalam Pasal 56 UU No. 22
sehingga termasuk dalam pengertian “Orang Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas, diatur
yang turut melakukan (medepleger)” sehingga bahwa pengadilan dapat memberikan sanksi
dengan demikian unsur dalam pasal ini telah pidana konjungtif berupa denda dan/atau
terpenuhi (Hadjon, 1987), sekaligus diamini kerugian negara dan/atau pidana penjara bagi
oleh pertimbangan yang tertera dalam Surat pelaku yang melakukan tindak pidana
Putusan bahwa menurut R. Soesilo pasal 55 pengelolaan dan pengusahaan minyak dan gas
KUHP ini menghendaki perbuatan tersebut bumi. Ketentuan ini bertujuan untuk
dilakukan lebih dari 2 (dua) orang baik itu memberikan sanksi yang lebih proporsional
sebagai pleger (orang yang melakukan) dan tepat sesuai dengan tindakan kriminal
ataupun sebagai medepleger (orang yang turut yang dilakukan.
melakukan)
Namun, implementasi sifat konjungtif dalam
Tentang siapa yang dimaksud dengan Pasal 56 ini tetap harus berhati-hati,
turut serta melakukan (medepleger), mengingat adanya potensi diciderainya secara
diterangakan bahwa yang turut serta hukum. Hal ini dapat terjadi jika pengadilan
melakukan ialah setiap orang yang sengaja tidak melakukan penilaian yang tepat
turut berbuat (meedoet) dalam melakukan terhadap setiap jenis sanksi pidana yang
suatu tindak pidana. Pada mulanya disebut dijatuhkan kepada pelaku tindak pidana.
dengan turut berbuat (meedoet) itu ialah Misalnya, jika pengadilan hanya
bahwa pada masing-masing peserta telah mempertimbangkan sanksi denda dan
melakukan perbuatan yang sama-sama mengabaikan kerugian negara dan/atau pidana
memenuhi semua rumusan tindak pidana yang penjara, maka hal ini dapat menimbulkan
bersangkutan. Pandangan yang sempit ini ketidakadilan bagi korban kejahatan dan tidak
dianut oleh Van Hamel dan Trapman yang efektif dalam memberikan efek jera terhadap
berpendapat bahwa turut serta melakukan pelaku kejahatan.
terjadi apabila perbuatan masing-masing
peserta memuat semua unsur tindak pidana. Dalam hal keputusan hakim yang dapat
Pandangan seperti ini lebih condong pada menegakan kerapuhan keadaan hukum yang
ajaran objektif (Chazawi, 2002) terjadi akibat implementasi sifat konjungtif,
hakim harus memperhatikan dan
mempertimbangkan secara cermat setiap jenis
Analisa terhadap Putusan Hakim sanksi pidana yang dijatuhkan. Hakim harus
menghindari keputusan yang hanya
Sifat konjungtif dalam suatu ketentuan mempertimbangkan satu jenis sanksi pidana
pidana mengacu pada penggunaan lebih dari saja tanpa mempertimbangkan jenis sanksi
satu jenis sanksi pidana untuk satu tindakan lain yang seharusnya dijatuhkan, karena hal
pidana yang dilakukan oleh seseorang. ini dapat menimbulkan ketidakadilan dan
Meskipun sifat konjungtif ini bertujuan untuk kerapuhan hukum. Selain itu, hakim harus
memberikan sanksi yang lebih proporsional mengacu pada prinsip-prinsip hukum pidana
dan tepat sesuai dengan tindakan kriminal yang berlaku di Indonesia dan melakukan
yang dilakukan, namun implementasinya penilaian yang proporsional dan tepat sesuai
seringkali rawan diciderai secara hukum. Hal dengan tindakan kriminal yang dilakukan oleh
ini terjadi karena penggunaan sanksi pidana pelaku kejahatan.
yang berbeda untuk tindakan kriminal yang
sama dapat menimbulkan ketidakpastian Keputusan hakim terhadap IMRON
hukum dan ketidakadilan bagi pelaku dan RUDI MANTO HUTASOIT alias SOIT yang
korban kejahatan. dijatuhi hukuman pidana penjara selama 7
bulan dan denda sebesar Rp. 5 juta
12
menimbulkan kontroversi terkait dengan kepentingan tertentu. Selain itu, pengadilan
potensi penyalahan sifat konjungtif yang juga harus memastikan bahwa denda atau
terkandung dalam Pasal 56 UU No. 22 Tahun sanksi konjungtif yang diberikan tidak
2001 tentang Minyak dan Gas. Pasal tersebut merugikan pihak yang dianggap bersalah
memungkinkan pengadilan untuk dalam tindak pidana. Keputusan hakim yang
memberikan sanksi pidana konjungtif berupa adil dan transparan akan dapat meningkatkan
denda, kerugian negara, dan/atau pidana kepercayaan masyarakat terhadap sistem
penjara. peradilan pidana.

Namun, keputusan hakim tersebut juga perlu


dianalisa terutama dari segi tidak adanya KESIMPULAN
minimal penjatuhan pidana pada undang-
undang yang terkait, yaitu UU No. 22 Tahun Berdasarkan dari hasil penelitian dan
2001 tentang Minyak dan Gas. Hal ini pembahasan mengenai skripsi yang penulis
menunjukkan bahwa pengadilan memiliki angkat dengan judul “Tinjauan Yuridis
kebebasan dalam menentukan penjatuhan Terhadap Tindak Pidana Penyalahgunaan
pidana, sehingga rawan disalahgunakan. Pengangkutan dan/atau Niaga Bahan Bakar
Minyak Bersubsidi (Studi Kasus: Putusan
Para ahli hukum, seperti Prof. Jimly Pengadilan Nomor
Asshiddiqie (1993), mengungkapkan bahwa 299/Pid.Sus/2020/Pn.Prp)”, dapat diperoleh
sifat konjungtif pada pidana dapat kesimpulan sebagai berikut:
menimbulkan kelemahan pada sistem
peradilan pidana. Pasal konjungtif dapat 1. Pada kasus tersebut diatas, dikaitkan
digunakan untuk menekan tersangka atau dengan fakta-fakta yang terdapat pada
terdakwa agar mengakui tindak pidana dan barang bukti, keterangan-keterangan
membayar denda, meskipun mereka saksi, keterangan ahli, keterangan
sebenarnya tidak bersalah. Dalam hal ini, terdakwa, yaitu sdr. IMRON RUDI
denda dapat dianggap sebagai cara pengadilan MANTO HUTASOIT alias SOIT terbukti
untuk menghasilkan uang daripada melanggar Pasal 53 huruf d Jo. Pasal 23
memperbaiki tindak pidana yang sebenarnya. ayat (2d) Undang-undang R.I Nomor 22
Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas
Pada kasus ini, meskipun SOIT dijatuhi Bumi Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
hukuman penjara selama 7 bulan dan denda Penerapan hukum pidana oleh hakim
sebesar Rp. 5 juta, tidak diatur tentang dalam perkara No.
minimal pidana yang harus diberikan. 299/Pid.Sus/2020/Pn.Prp berdasarkan
Kebebasan ini dapat menimbulkan dugaan hasil penelitian, penulis menganggap
adanya penyalahgunaan wewenang oleh tidak sepenuhnya melengkapi unsur-
pengadilan dalam menentukan pidana. Hal ini unsur dalam Pasal 53 huruf d Jo. Pasal 23
dapat merugikan pihak yang dianggap ayat (2d) Undang-undang R.I Nomor 22
bersalah dalam tindak pidana, serta Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas
melemahkan kepercayaan masyarakat Bumi Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
terhadap keadilan dan kebenaran di sistem Kendati demikian, penerapan Pasal 53
peradilan pidana. huruf d dan Pasal 55 ayat (1) ke-1
Undang-undang No. 22 Tahun 2001
Dalam hal ini, keputusan hakim dapat tentang Minyak dan Gas Bumi terhadap
menegakan kerapuhan keadaan hukum pelaku tindakan penyalahgunaan
dengan cara memastikan bahwa penjatuhan pengangkutan dan/atau niaga bahan bakar
pidana sesuai dengan aturan hukum yang bersubsidi mungkin perlu diperhatikan
berlaku dan tidak disalahgunakan untuk secara kritis. Pasal 53 huruf d sendiri
13
memang mengatur tentang sanksi bagi dalam kasus ini. Oleh karena itu, hakim
orang yang menyalahgunakan bahan harus memperhatikan aspek
bakar minyak bersubsidi, sedangkan proporsionalitas dan keadilan dalam
Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP berbicara penjatuhan sanksi pidana terhadap
tentang Penyertaan. Namun, dalam terdakwa, serta mempertimbangkan
putusan tersebut, terdapat pandangan faktor-faktor seperti sifat dan keparahan
bahwa pasal tersebut tidak sepenuhnya tindak pidana yang dilakukan. Keputusan
dapat diterapkan dalam kasus tersebut. hakim harus memenuhi standar hukum
Pandangan ini muncul karena tindakan pidana yang berlaku dan tidak
para terdakwa dalam kasus tersebut menimbulkan kerapuhan hukum. Sebagai
dianggap sebagai satu kesatuan tindakan. gambaran, jika terdakwa melakukan
Oleh karena itu, sulit untuk memisahkan tindak pidana yang sangat berat dan
peran masing-masing terdakwa dalam merugikan masyarakat, maka penjatuhan
tindakan tersebut. Namun, kritik sanksi pidana minimal harus dijatuhkan.
mendasar terhadap pandangan tersebut Namun, jika tindak pidana yang
adalah bahwa Pasal 55 ayat (1) KUHP dilakukan tidak terlalu berat, maka
merupakan ketentuan hukum yang jelas penjatuhan sanksi pidana yang lebih
dan tegas. Pasal ini mengatur bahwa rendah dapat dipertimbangkan. Dalam hal
setiap orang yang terlibat dalam suatu ini, keputusan hakim telah menunjukkan
tindak pidana dianggap sebagai pelaku adanya sanksi pidana yang sesuai dengan
pidana, sehingga tidak ada alasan untuk tindakan kriminal yang dilakukan oleh
mengecualikan seseorang dari pidana terdakwa. Meskipun tidak ada minimal
hanya karena sulit untuk memisahkan penjatuhan pidana dalam undang-undang
peran masing-masing terdakwa dalam yang terkait, hakim harus
tindakan tersebut. mempertimbangkan aspek-aspek penting
lainnya, seperti proporsionalitas dan
2. Keputusan hakim terhadap Imron Rudi keadilan, dalam menentukan sanksi
Manto Hutasoit alias Soit dengan pidana yang tepat. Oleh karena itu,
penjatuhan pidana penjara selama 7 bulan keputusan hakim tersebut dapat dianggap
dan denda sebesar Rp. 5.000.000,00 memenuhi standar hukum pidana yang
apabila denda tersebut tidak dibayar berlaku di Indonesia.
diganti dengan pidana kurungan selama 1
bulan perlu dianalisis khususnya terkait
dengan tidak adanya minimal penjatuhan DAFTAR PUSTAKA
pidana pada undang-undang yang terkait
dan potensi penyalahan sifat konjungtif BUKU
yang terkandung dalam pasal yang
digunakan untuk menjerat terdakwa. Ali, Mahrus, Dasar-Dasar Hukum Pidana,
Dalam kasus ini, keputusan hakim harus Sinar Grafika, Jakarta,2017.
mempertimbangkan secara cermat setiap Asshiddique, Jimly,. Pembaruan Hukum
jenis sanksi pidana yang dijatuhkan
Pidana di Indonesia, Bandung: Angkasa,
kepada terdakwa, mengingat adanya
1993;
potensi penyalahan sifat konjungtif yang
terkandung dalam pasal yang digunakan. Chazawi, Adami, “Pelajaran Hukum
Pasal tersebut memungkinkan pengadilan Pidana”, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
untuk memberikan sanksi pidana 2002.
konjungtif berupa pidana penjara dan
denda, namun tidak diatur minimal
penjatuhan pidana yang harus dijatuhkan
14
Hadjon, Phillipus M. Perlindungan Hukum Buwana, I Dewa Gede Sastra., Rideng,
Bagi Rakyat Indonesia, PT. Bina Ilmu, Iwayan., Sukadana, I Ketut., “Infosanksi
Surabaya: 1987. Pidana Penyalahgunaan Pengangkutan
Bahan Bakar Bersubsidi”, Jurnal
Harahap, M. Yahya, Pembahasan
Konstruksi Hukum, Vol. 1, No. 2, FH
Permasalahan dan Penerapan KUHAP
Universitas Warmadewa, 2020.
Penyidikan dan Penuntutan, Sinar
Grafika, Jakarta, 2003. M. Ridwan, I. M. S., & Fitriani, “Analisis
Kinerja Ekspor Impor Komoditi
Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum.
Peternakan di Sulawesi Selatan, JITP
Kencana.Jakarta, 2007. Vol. 1 (1), 2010.

Muladi dan Nawawi Arief, Barda, Teori-teori Nosela, Nana., Christanto, Hwian., Susanto,
Heru, “Pertanggungjawaban Pidana
dan Kebijakan Pidana, Alumni, Penyalahgunaan Liquified Petrolium
Bandung, 1992. Gas Bersubsidi dan Penjualan tidak
sesuai standar dan mutu ditinjau dari
Raharjo, Satjipto. Ilmu Hukum, PT. Citra Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001
tentang Minyak dan Gas Bumi dan
Aditya Bakti, Bandung ,2000.
Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014
Salim, H.S, Hukum Pertambangan di tentang Perdagangan”, CALYPTRA
Indonesia, Raja Grafindo Persada, 2005. Vol. 8 (2) , FH Universitas Surabaya,
2020.
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian
Hukum, Ui Press, Jakarta, 1984. Septa Candra, “Konsep Pertanggungjawaban
Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional
---, Kesadaran dan Kepatuhan Hukum, Raja Yang Akan Datang”, Jurnal Cita Hukum
Grafindo, Jakarta, 2002. Vol. 1 No. 1, Juni 2014.

Soemitro, Ronny. H. Metodologi Penelitian Sawitri, Hendrin Hariati, “Kajian Dampak


Hukum, Penerbit Ghalia, Jakarta, 1982. Ekonomi Kenaikan Bahan Bakar Minyak
(BBM) pada Kesejahteraan Masyarakat
Tjakranegara, Soeginanto, Hukum
Desa Versus Kota”, Depositori Fakultas
Pengangkutan Barang dan Penumpang, Ekonomi Universitas Terbuka, 2005.
Rineka Cipta, Jakarta, 1995.
JURNAL
Arsyad, Aprilliani,”sKebijakan Kriminal
Penanggulangan Penyalahgunaan
Bahan Bakar Minyak (BBM)
Bersubsidi”, Inovati; Jurnal Ilmu
Hukum, vol. 6, no. 7, 2013.
Pratiwi, Veronica & Nursiti, “Tindak Pidana
Pembunuhan Berencana yang dilakukan
secara Bersama-sama”, JIM Bidang
Hukum Pidana, Vol. 2(4), Fakultas
Hukum Syiah Kuala, 2018.
15

Anda mungkin juga menyukai