Anda di halaman 1dari 8

SENGKETA SUMBER DAYA ENERGI HIJAU DOMESTIK: ALTERNATIF

PENYELESAIAN MELALUI ARBITRASE INTERNASIONAL

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada abad ke 21 sekarang ini, masyarakat dunia sudah meilhat lebih jelas
dampak dari pemanafaatan sumber daya alam yang tidak memperhitungkan
jangka panjang. Berbeda pada masa awal abad ke 20 yaitu masa revolusi indsutri
dimana mekanisme produksi sama sekali tidak memperhatikan dampak lebih jau
kedepan. Akibatnya ada se abad kemudian atau masa kita sekarang ini kita mulai
merasakan berbagai macam dampak kerusakan alam. Contohnya adalah
hancurnya lapisan ozon akibat berbagai zat berbahaya yang berlebihan
berterbangan ke atmosfer kita serta menurunnya kualitas udara hampir di seluruh
dunia. salah satu penyebabnya adalah penggunaan bahan bakal fosil yang
berlebihan. Salah satu cara yang sedang populer adalah pengembangan green
energy untuk mengantikan energi tidak terbaharukan seperti bahan bakar fosil
(BBM). Alternatif green energy untuk mengantikan BBM adalah bio gas dan
kendaraan listrik. Bahan baku untuk bio gas yang paling melimpah khususnya di
indonesia adalah kelapa sawit.

Kelapa sawit sudah sejak dari awal abad ke 21 ini dikembangkan sebagai
bahan bio gas populer. Ini bisa terlihat dari banyaknya peralihan lahan di hutan
kalimantan. Sedangkan untuk kendaraan listrik dikenal suatu alat untuk
menyimpan daya untuk tenaganya yang disebut dengan lithium. Litihum ini
terbuat dari nikel dimana indonesia merupakan negara dengan sumber daya nikel
yang aman melimpah juga. Melihat potensi tersebut tentu bisa kita petakan juga
bahwa selai potensi keuntungan ekonomi, terdapat potensi kepentingan yang
akan terjadi antara banyak pihak. Dalam konteks ini adalah kepentingan
masyarakat yang terkadang harus bertabrakan dengan kepentingan perusahaan
multinasional yang sedang mengolah bahan mentah kita tersebut. Karena seperti
yang kita ketahui Indoensia belum memiliki perusahaan mandiri yang betul –
betul bisa mengolah dengan baik potensi green energy tersebut.
Rumusan masalah

1. Bagaimana potensi sumber energi hijau di indonesia dan potensi


konfliknya?
2. Bagaimana peran Arbitrase Internasional dalam mengatasi konflik transisi
energi hijau?

Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui secara nyata berbagai sumber daya energi hijau dan
meninjau potensi konflik yang mungkin muncul.
2. Untuk mengetahui apakah konflik transisi energi hijau dalam lingkup
wilayah nasional namun melibatkan perusahaan multinasional dapat
dibawa ke ranah Arbitrase Internasional.
PEMBAHASAN

(potensi sumber energi hijau di indonesia dan potensi konfliknya)

Energi hijau didasarkan pada bahan baku terbarukan. Ini mencakup


tumbuh – tumbuhan seperti kelapa sawit, jarak pagar, tebu, Singkong, kelapa,
jagung, sorgum, aren dll.1 komoditi kelapa sawit di indonesia menjadi komoditi
unggulan. Ini bisa dilihat dari luas lahan kebun kelapa sawit di Indonesia adlah
yang terbesar di dunia. berdasarkan data Badan Pusat Statistik, luas kebun kelapa
sawit Indonesia mencapai 14.3 Juta ha.2dari potensi lahan sawit tersebut,
Indonesia dapat memproduksi 15,4 Juta ton Cruid Palm Oil (CPO) untuk luas
areal lahan 5,5 juta ha.3 ini menjadi potensi pengembangan energi hijau dan
potensi ekonomi yang begitu besar bagi pemerintah Indonesia. Apa yang dapat
menjadi permasalahan dari energi hijau berbasis tumbuhan ini adalah jika
pengalihan fungsi lahan serta administrasi lahan yang tidak baik dapat
menyebabkan konflik agraria berkepanjangan. Konflik ini tidak hanya melibatkan
pihak perusahaan dengan perusahaan, namun dapat menganggu kehidupan warga
lokal bahkan masyarakat adat yang masih mensakralkan tanah mereka.

Pada konteks transisi bahan bakal fosil, maka ada pengalihan dari BBM ke
kendaraan berbasis elektrik, yang biasanya ia memerlukan perangkat tertentu
untuk menyimpan dayanya. Salah satu contoh perusahaan multinasional yang
mencoba meningkatkan transisi energi adalah Tesla milik Elon Musk, yang mana
produk mereka yaitu mobil listrik memerlukan perangkat untuk menyimpan daya
lisitrik untuk mobil tersebut yang disebut Lithium. Lithium ini merupakan jenis
penyimpan daya yang paling mutakhir dibanding jenis yang lain. untuk sekarang
ini untuk memproduksi baterai Lithium diperlukan proses yang panjang dan juga
biaya yang tidak sedikit, sehingga menyebabkan harganya menjadi sangat tinggi.
ini dikarenakan bahan bakunya juga yang langka, yaitu nikel. Nikel sendiri
merupakan sejenis logam yang memiliki kualitas yang baik, anti karat dan mudah

1
Prihandana, R. (2008). Energi hijau: Pilihan bijak menuju negeri mandiri
energi. Niaga Swadaya.
2
Novia Yanti, R., & Hutasuhut, I. L. (2020). Potensi limbah padat perkebunan kelapa sawit Di
provinsi Riau. Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan, 15(2), 1-11.
3
Prastowo, B. ( (2007)). Potensi sektor pertanian sebagai penghasil dan pengguna energi
terbarukan. . Perspektif: Review Penelitian Tanaman Industri, , 6(2), 85-93.
untuk dibentuk.4 Menurut united states Geological Survey (USGS), Cadangan
nikel Indonesia adalah yang terbanyak di dunia, yaitu dari total 2,67 juta ton
produksi nikel diseluruh dunia, indonesia telah memproduksi 800 ton jauh
menggunguli negara produksi nikel lainnya seperti Filipina dengan 420 ribu ton,
rusia 270 ton, dan kaledonia baru 220 ton. Berdasarkan data dari kementerian
ESDM, cadangan Nikel kita dapat mencapai 27 tahun.5

Dalam potensi pertambangan nikel sekarang ini sedang digerakan oleh


pemerintah, yaitu Hilirisasi Nikel dengan tujuan utama meningkatkan investasi.
Hilirisasi atau yang biasa disebut downstreaming merupakan cara untuk
menambahkan nilai dari bahan baku/value adding. Artinya, dalam proses hilirisasi
ini diupayakan untuk meredam ekspor nikel mentah dan mendorong industri
domestik. Hal ini dapat menjadi daya tarik yang baik untuk investasi asing
menempatkan perusahaannya di Indonesia untuk mengolah nikel yang ada agar
dapat dimaksimalkan nilai ekonominya dalam perkembangan ekonomi nasional.6
Yang menjadi permasalahan tambang Nikel ini belum diatur secara baik sehingga
masalah pencemaaran linkungan disekitar akibat aktivitas pertambangan menjadi
sangat tidak terkendali.

(peran Arbitrase Internasional dalam mengatasi konflik domestik transisi


energi hijau)

Ada 2 Alasan mengapa Arbitrase Internasional lebih di utamakan dalam


penyelesaian sengketa domestik perusahaan multinasional terutama yang
melibatkan perusahaan dengan kepentingan warga lokal. Yang pertama karena
arbitrase internasional akan bersifat lebih netral dan non kepentingan
dibandingkan dengan Arbritase nasional. Jika kita menerapkan konteks lain dari
sikap netral arbitrase Internasional ini adalah dalam kasus PT Freeport Indonesia.
Dalam kasus tersebut PT freeport mereka mengancam akan menggugat

4
Bahan Baku Baterai lithium untuk Mobil Listrik, Harta Karun Yang Melimpah Di Indonesia. (2022,
September 10). VOI - Waktunya Merevolusi Pemberitaan. https://voi.id/teknologi/208427/bahan-
baku-baterai-lithium-untuk-mobil-listrik-harta-karun-yang-melimpah-di-indonesia
5
Agung, M. &. ((2022).). Peningkatan Investasi Dan Hilirisasi Nikel Di Indonesia. . JISIP
(Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan), , 6(2).
6
Anindita, S. D. ((2017).). Klasifikasi Putusan Arbitrase Internasional Menurut Hukum
Indonesia Ditinjau Dari Hukum Internasional. . Jurnal Bina Mulia Hukum,, 2(1), 42-53.
pemerintah karena dianggap mengubah ketentuan yang ada dalam perjanjian awal,
yaitu terkait mengubah jenis menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK)
dan wajib melepas saham mereka sebesar 51% ke pemerintah indonesia.7 Dalam
kasus ini sebetulnya penyelesaian yang bersifat netral tidak hanya diinginkan oleh
PT freeport saja, tapi pemerintah Indonesia juga sehingga, pemerintah pun dapat
mengajukan penyelesaian ke komisi Arbitrase Internasional untuk penyelesaian.

Dari segi kepastian hukum, arbitrase internasional bisa memberikan


kepastian hukum yang lebih besar dibanding Arbitrase nasional karena lingkup
yang digunakan adalah hukum internasional sehingga dari pelaksanaannya akan
mendapatkan perhatian internasional juga.8

Arbitrase internasional ini juga bisa dikatakan sebagia alternatif


penyelesaian sengketa domestik perusahaan multinasional yang sah, karena
berdasarkan ketentuan yang diatur dalam United Nations Commission On
Interational Trade Law: Model Law on International Commercial Arbitration
1985 with Amendments as Adopted in 2006 (UNCITRAL Model Law) pasal 1 ayat
(3) yang menyatakan sebagai berikut :

(a) the parties to an arbitration agreement have, at the time of


the conclusion of that agreement, their places of business in
different States; or

(b) One of the following places is situated outside the State in


which the parties have their places of business: (i. the place of
arbitration if determined in, or pursuant to, the arbitration
agreement; (ii. any place where a substantial part of the
obligations of the commercial relationship is to be performed or
the place with which the subject-matter of the dispute is most
closely connected; or

7
Indonesia. (2023, June 20). BBC News
Indonesia. https://www.bbc.com/indonesia/indonesia
8
APA ITU Arbitrase Internasional? • Arbitrasi. (2021, November 26). Arbitrase
Internasional. https://www.international-arbitration-attorney.com/id/what-is-international-
arbitration/
(c) the parties have expressly agreed that the subject matter of the
arbitration agreement relates to more than one country

Hal inti yang disampaikan dalam pasal tersebut adalah adanya faktor unsur Asing
seperti adanya perbedaan lokasi usaha dari para pihak dan permasalahan ini
melibatkan lebih dari satu negara.9

Dalam konteks hukum positif, arbitrase internasional sudah mendapat


pengakuan yang sah yaitu melalui Undang – undang No.30 tahun 1999 tentang
Arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa atau yang biasa disebut UU
Arbitrase. Dalam UU tersebut sudah diatur terkait pelaksanaan putusan arbitrase
internasional yang diatur lebih lanjut juga dalam peraturan mahkamah agung
(Perma) No 1 tahun 1990 tentang tata cara pelaksanaan putusan Arbitrase Asing. 2
regulasi diatas menunjukan bahwa Indonesia telah meratifikasi konvensi new
York 1958 sebagai dasar hukum arbitrase internasional dan secara sah putusan
arbitrase internasional dapat dilaksanakan.10

9
Anindita, S. D. ((2017).). Klasifikasi Putusan Arbitrase Internasional Menurut Hukum
Indonesia Ditinjau Dari Hukum Internasional. . Jurnal Bina Mulia Hukum,, 2(1), 42-53.
10
DEWI, N. W. ((2021). ). Pengaturan Pengakuan dan Pelaksanaan Putusan Arbitrase
Internasional Berdasarkan Konvensi New York 1958 di Indonesia. Majalah Ilmiah
Universitas Tabanan, , 18(1), 121-127.
PENUTUP

Kesimpulan

Indonesia merupakan negara dengan potensi sumber daya alam yang


sangat melimpah baik yang bersifat tidak terbarukan maupun yang terbarukan.
Potensi yang cukup besar terlihat pada jenis green energi seperti produk bio gas
dari kelapa sawit. Transisi energi juga diperlihatkan dengan munculnya kendaraan
listrik sebagai langkah untuk mengurangi penggunaan BBM dan menuju energi
yang lebih bersih. Potensi energi hijau indonesia yang melimpah tersebut oleh
pemerintah dimaksimalkan dengan berbagai kebijakan yang bisa menarik minak
perusahaan multinasional untuk berinvestasi di Indonesia sehingga perkembangan
ekonomi nasional bisa lebih pesat lagi. Namun hal yang perlu di permasalahkan
adalah masih buruknya administrasi untuk keberjalanan perusahaan multinasional
ini sehingga menyebabkan banyaknya konflik kepentingan terutama yang
berkaitan dengan kepentingan masyarakat lokal. Maka dari itu Arbitrase
Internasional bisa menjadi alternatif utama dalam penyelesain permasalahan
karena 2 alasan utama yaitu; 1) arbitrase internasional akan bersifat lebih netral
dan non-kepentingan sehingga keputusan yang nantinya diberikan diharapkan bisa
lebih adil; 2) kekuatan hukum yang diberikan dari arbitrase internasional akan
lebih kuat karena memiliki cangkupan hukum internasional dan perhatian
masyarakat internasional dalam pelaksanaan.

Saran

Pemerintah segera memberi pengaturan yang lebih konkrit lagi terkait


adminitrasi perusahaan multinasional agar kepentingan masyarakat lebih
terakomodir lagi. selain itu pemerintah diharapkan bisa lebih mengawal lagi
konflik yang terjadi antara perusahaan multinasional pengelola bahan mentah
green energy di Indonesia, terutama kearah penyelesaian melalui Arbitrase
internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, M. &. ((2022).). Peningkatan Investasi Dan Hilirisasi Nikel Di Indonesia.
. JISIP (Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan), , 6(2).
Anindita, S. D. ((2017).). Klasifikasi Putusan Arbitrase Internasional Menurut
Hukum Indonesia Ditinjau Dari Hukum Internasional. . Jurnal Bina Mulia
Hukum,, 2(1), 42-53.
DEWI, N. W. ((2021). ). Pengaturan Pengakuan dan Pelaksanaan Putusan
Arbitrase Internasional Berdasarkan Konvensi New York 1958 di
Indonesia. Majalah Ilmiah Universitas Tabanan, , 18(1), 121-127.
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39026706. (n.d.).
https://www.international-arbitration-attorney.com/id/what-is-international-
arbitration/. (n.d.).
Prastowo, B. ( (2007)). Potensi sektor pertanian sebagai penghasil dan pengguna
energi terbarukan. . Perspektif: Review Penelitian Tanaman Industri, ,
6(2), 85-93.
Prihandana, R. (2008). Pilihan bijak menuju negeri mandiri energi. Niaga
Swadaya. Niaga Swadaya.
R. N.Yanti, I. L. (2020). Potensi Limbah Padat Perkebunan Kelapa Sawit di
Provinsi Riau. . Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan, 1 - 11.
VOI. (2022, September). https://voi.id/teknologi/208427/bahan-baku-baterai-
lithium-untuk-mobil-listrik-harta-karun-yang-melimpah-di-indonesia.
Retrieved from Https://Voi.Id.

Anda mungkin juga menyukai