Anda di halaman 1dari 5

RESUME

“KULIAH UMUM ICRC”

Seminar oleh Internasional Law Department Faculty of law

Tanggal : Selasa, 19 Oktober 2022

Waktu : 11.00 WIB – 13.30 WIB

Pembicara : Adhiningtyas Sahasrakirana Djatmiko(Delegasi Regional ICRC untuk


Indonesia dan Timor-Leste)

(MATERI)

PERLINDUNGAN PENDUDUK DAN OBJEK SIPIL MENURUT HHI

Pokok bahasan:

1. Konsep
2. Rincian
3. Implementasi

KONSEP PERLINDUNGAN

Dalam konsep hukum humaniter, legal atau tidaknya suatu perang tidak lah diatur
disini, namun Hukum Humaniter mengatur batasan yang diperlukan jika terjadi sebuah
peperangan. Dalam hukum humaniter ada 2 kaki utama. Yang pertama melindungi pihak yang
tidak/ tidak lagi terlibat dalam permusuhan dan membatasi tindakan permusuhan pihak yang
berperang. Batasan-batasan ini terkait denga napa yang boleh digunakan saat berperang, apa
yang boleh dan tidak boleh dilakukan, dan batasan lain yang tidak boleh dilakukan bahkan
dalam perang sekalipun. Fokus kita pada bahasan kali ini ada pada bagian konsep perlindungan.

Konsep utama dari perlindungan dalam humaniter yaitu melindungi pihak yang
tidak/tidak lagi terloibat dalam permusuhan. Dalam pokok ini, missal dalam suatu perang ada
musuh yang tidak terlibat lagi dalam perang karena bebeberapa alasan seperti ia menyerah,
terluka dan sebagainy yang membuat dia tidak bisa berperang lagi HHI secara umum
melindungi mereka juga. Dalam keadaan perang setiap pihak pasti dalam dasar melakukan
operasinya adalah motif kepentingan militer, yaitu motif yang utamanya adalah untuk
melumpuhkan kekuatan militer musuh sehingga mereka bisa memenangan peperangan. Namun
yang perlu digaris bawahi bahwa bahkan dalam lalu Lalang berbagai kepentingan militer
tersebut, pertimbangan kemanusiaan tetap tidak boleh luput dari pertimbangan setiap operasi
yang mereka jalani.

Hal utama yang harus dipertimbangan juga dalam peperangan agar konsep
perlindungan ini dapat terlaksana dengan baik, ada asas-asas HHI yang harus dipatuhi oleh
setiap pihak, yaitu asas pembeda, proporsionalitas, kehati-hatian, kemanusiaan, dan
pembatasan.

Ada pertanyaan-pertanyaan yang umum ditanyakan baik oleh masyarakat maupun mahasiswa
baik saat berkunjung maupun saat melakukan wawancara resmi kepada ICRC. Salah satunya
adalah terkait pasal apa saja dalam HHI yang gunakan dalam perlindungan perang. Pertanyaan
ini cukup sulit dijawab karena ada begitu banyak pasal yang membicarakan soal perlindungan,
dan tidak mungkin saya hanya mengambil 30 atau 40 pasal saja, jadi secara keseluruhan HHI
memang membicarakan soal perlindungan. Pertanyaan pokok sebagai Frequency Ask
Question(FAQ) dalam HHI adalah Sebagai berikut:

1. mengapa harus ada perlidungan?


Pertanyaan ini secara insting manusia bisa dijawab dengan mudah, yaitu karena ada
perang yang sedang berlangsung dan ada banyak korban terutama yang tidak tau
menahu apapun soal perang tersebut.
2. Apa yang harus dilindungi?
Siapapun bahkan apapun yang tidak terlibat dengan perang, makai a wajib untuk
dilindungi.
3. Siapa yang melindungi?
Secara hukum dan yang tertulis di hukum Jenewa, yang berkewajiban untuk melindungi
adalah negara, namun menurut saya pribadi seharusnya siapapun yang terlibat perang
seharusnya wajib melindungi, baik itu negara maupun kelompok bersenjata yang bukan
negara.
4. Bagaimana cara melindungi?
Yaitu dengan meningkatkan kepatuhan terhadap HHI, yang sederhananya dapat
dimulai dari obrolan kecil saat bersama teman-teman, megningatkan soal kesengsaraan
yang dihadapi saudara kita yang sedang dalam keadaan konflik diluar sana. Jadi secara
hukum, HHI sudah secara rinci mengatur soal perlidungan, namun yang menjadi
permasalahan adalah bgimana tingkat kepatuhan orang-orang terhadap HHI yang
merupakan rintangan terberat dalam pertanyaa bagaimana cara melindungi.
RINCIAN PERLINDUNGAN

1. Apa yang dilindungi?

Yaitu mereka yang tidak lagi terlibat dalam permusuhan. Berdasarkan konvensi
Genewa, ada struktur tersendiri tentang siapa yang harus mendapat perlidungan. Struktur
tersebut dibahas dalam 4 tahapan pembahasan konvensi Genewa yang terdiri dari; konvensi
pertama melindungi tentang Angkatan bersenjata yang sakit dan terluka di darat, konvensi yang
kedua melindungi Angkatan bersenjata yang terluka, dan karam di laut konvensi yang ketiga
melindungi tawanan perang(prisoners of war) dan yang keempat melindungi penduduk sipil.

Selain perincian-perincian tersebut, dalam pasal 3 konvensi jenewa 1949 disebut juga
kriteria mereka yang wajib mendapatkan perlindungan yaitu “orang/objek yang tidak
berpartisipasi aktif dalam permusuhan”. Maka yang seharusnya mendapatkan perlindungan
bisa berupa apapun yang memang tidak ada hubungan dengan perang tersebut. Antara lain dari
yang dilindungi tersebut ada objek alam, anak-anak, Wanita, pihak netral, jurnalis, pengungsi,
benda/cagar budaya, bantuan kemanusiaan, tempat ibadah, personil/unit medis, dan
objek/orang lainnya yang termaksud kriteria dalam pasal 3 diatas.

Untuk mereka yang terlibat langsung dalam peperangan atau kombatan, memang dalam
tanda kutip mereka bisa diserang oleh pihak yang sedang berperang. Namun meski begitu
bukan berarti mereka bisa saling membunuh dengan cara apapun, tetap ada batasan yang diatur
dalam HHI mengenai cara-cara yang menyebabkan penderitaan yang tidak perlu dalam
menumbangkan lawannya. Mengenai pembedaan subjek yang biasa ada di dalam perang,
pertama yaitu kombatan, yaitu mereka yang secara aktif terlibat di dalam perang. Yang kedua
ada non-kombatan, yaitu melingkupu personil medis dan keagamaan Angkatan bersenjata. Dan
yang terakhir ada sipil, yaitu mereka yang terdiri dari warga sipil dan polisi.

Ada 2 komplikasi dari pembedaan yang sudah disebutkan sebelumnya. Yang pertama,
yaitu bahwa istilah kombatan hanya diterima dalam isitlah konlik internasional. Jadi kombatan
yang secara priviledge berhak mendapatkan perlindungan menjadi tawanan perang adalah
mereka yang terlibat dalam konflik internasional. Yang kedua adalah terkait partisipasi
langsung dalam permusuhan(Direct Participation in Hostilities). Ini terkait dengan mereka
yang tidak tergolong sebagai kombatan namun berpartisipasi dalam perang. Jika mereka yang
bukan kombatan baik sipil maupun non-kombatan terlibat dalam perang, maka saat itu juga
perlindungan atas mereka akan dikecualikan. Pengecualian ini terjadi saat mereka betul-betul
berpartisipasi langsung dalam operasi bersenjata. Ada 3 kriteria dalam hal ini, yaitu pertama
bahwa keterlibatan mereka yang bukan Angkatan bersenjata tersebut mengakibatkan
kerusakan/membunuh militer lawan atau tidak. Yang keuda, apakah ada pnegaruh langsung
dari apa yang dilakukan terhadap kerusakan/membunuh militer lawan tersebut. Dan yang
terakhir apakah sipil/no-kombatan yang melakukan serangan tersebut memiliki hubungan
dengan pihak militer sehingga apa yang mereka lakukan bertujuan untuk mencari keunggulan
serangan bagi pihak lainnya.

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN

2. Siapa yang melindungi?

Dalam ketentuan HHI yang berkewajiba untuk melindungi adalah, dan pihak yang
berperang. Dalam hal ini yang harus pihak-pihak ini jamin ada beberapa poin. Yang
pertama menahan terjadinya pelanggaran HHI, maknanya sebisa mungkin mereka
memastikan ridak adanya pelanggaran yang terjadi. Yang kedua memastikan memberikan
tanda terhadap objek dan orang yang dalam perlindungan. Yang ketiga memastika jaminan
yudisial dan jaminan lainnya. yang keempat memperhatikan HHI dalam kebijakan seperti
pertahanan, senjata dan lainnya. yang kelima memjamin pembentukan zona-zona khusus
seperti zona keamanan, zona demilitarisasi, zona RS dan lainnya. dan yang terakhir
memaksimalkan upaya pencegahan penyalahgunaan lambing.

3. Bagaimana cara melindungi?

Berbicara bagaimana cara melindungi, maka akan kembali kepada kepatuhan terhadap HHI
sehingga perlindungan dapat dilakukan secara maksimal. Tapi hal lain yang perlu
diterapkan adalah pendekatan yang bersifat multi-disipliner. Aritnya setiap bidang
keilmuan harus secara bersama-sama memikirkan bagaimana cara agar HHI dapat
terimplementasi secara efektif.

Anda mungkin juga menyukai