Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL ILMIAH

HAK ASASI MANUSIA DAN KONFLIK BERSENJATA DI ERA


GLOBALISASI: MENCARI SOLUSI BERKELANJUTAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu:
Ambar Sari, M.Pd.

OLEH:
BANATUL KHOIRIYAH (857985741)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS TERBUKA
Abstrak:
Artikel ini akan memaparkan pentingnya penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) pada
konflik bersenjata di era globalisasi dengan menyoroti konflik bersenjata terhadap
pelanggaran HAM disertai pemaparan solusi berkelanjutan, termasuk penegakan hukum
internasional, diplomasi, dan perdamaian. Serta studi kasus sebagai ilustrator dan
pengimplementasian solusi dengan pemetaan efektivitas maupun kekurangannya. Dapat
disimpulkan mengenai penekanan kebutuhan solusi berkelanjutan dan pengajuan
rekomendasi untuk tindakan lebih lanjut dalam melindungi HAM selama konflik bersenjata
di era globalisasi.

Abstract:
This article discusses the importance of Human Rights (HAM) and armed conflicts in the era
of globalization. The article highlights the negative impact of armed conflicts on HAM and
seeks sustainable solutions, including international law enforcement, diplomacy, and peace.
Case studies are used to illustrate the implementation of solutions by analyzing successes
and challenges. The conclusion emphasizes the importance of sustainable solutions and
proposes recommendations for further action to protect HAM during armed conflicts in the
era of globalization.

Keywords:
Human Rights (HAM) & Armed Conflict, International Law, Diplomacy, Peace,
International Cooperation & Case Studies, HAM protection
Pendahuluan
Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak yang melekat pada kodrat manusia sedari
lahir dan bersifat universal (Junaedi, 2013). Dewasa ini, perlindungan HAM menjadi
pokok utama ditambah adanya globalisasi ynag dapat memperkuat sekaligus melemahkan
perlindungan HAM. Globalisasi dapat memperburuk pelanggaran HAM melalui
peningkatan perang yang dilandasi persaingan dagang dan mengakibatkan eksploitasi
tenaga kerja. Perang maupun konflik bersenjata merupakan suatu keadaan yang sangat
merugikan bangsa dunia serta harus dihindari, karena hanya menimbulkan kesengsaraan
serta penderitaan bagi umat manusia (Mirsa Astuti, 2022).
Dalam era globalisasi, ancaman seperti konflik bersenjata, terorisme, perdagangan senjata,
dan penyebaran senjata nuklir dan senjata pemusnah massal mengancam keamanan global.
Oleh karena itu, upaya penyelesaian konflik bersenjata dan pencegahan munculnya konflik
bersenjata amat penting.
Berikut beberapa permasalahan HAM yang berkemungkinan terjadi selama konflik
bersenjata di era globalisasi:

1. Pelanggaran HAM: Dapat berupa pembunuhan, penyiksaan, penghilangan paksa,


dan kekerasan seksual.
2. Pengungsi dan Migrasi Paksa: Konflik bersenjata seringkali memaksa warga sipil
untuk mengungsi dan bermigrasi
3. Akses ke Keadilan: Hambatan yang dialami korban konflik bersenjata dalam
mengakses keadilan.
4. Perlindungan Anak: Anak-anak seringkali menjadi korban konflik bersenjata.
5. Diskriminasi: Diskriminasi berdasarkan ras, agama, jenis kelamin, orientasi
seksual, maupun identitas gender lainnya yang dapat diperparah selama konflik
bersenjata.

Artikel “Hak Asasi Manusia dan Konflik Bersenjata di Era Globalisasi: Mencari Solusi
Berkelanjutan” membahas pentingnya kerjasama internasional dalam menegakkan hukum
dan melindungi HAM selama konflik bersenjata. Artikel ini mengidentifikasi permasalahan
dalam melindungi HAM selama konflik bersenjata, seperti pelanggaran HAM yang sistematis
dan kekerasan seksual. Tantangan seperti ketidakadilan dan kurangnya kerjasama
internasional juga disorot. Solusi yang ditawarkan meliputi penegakan hukum internasional
dan diplomasi. Artikel ini juga memberikan contoh studi kasus nyata untuk mendukung
argumen yang disampaikan.
.
Konsep dasar
Hak Asasi Manusia (HAM) didefinisikan oleh beberapa sumber sebagai berikut:
- Menurut John Locke dalam bukunya yang berjudul “The Second Treatise of Civil
Government and a Letter Concerning Toleration (2002)”, hak asasi adalah hak yang
diberikan Tuhan kepada manusia mencakup persamaan dan kebebasan yang sempurna, serta
hak untuk mempertahankan hidup dan harta benda yang dimilikinya¹.
- Undang-Undang RI nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia mendefinisikan hak
asasi manusia sebagai: “hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati
melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi,
dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh siapa
pun”¹.
- United Nation Human Rights dalam buku “Human Rights (2016)” menyebutkan bahwa
hak asasi manusia adalah hak yang melekat pada semua manusia yang bersifat universal
karena didasarkan pada harkat dan martabat manusia tanpa memandang ras, warna kulit,
jenis
kelamin, etnis, sosial, agama, bahasa, kebangsaan, orientasi seksual, disabilitas, atau
karakteristik berbeda lainnya¹.
Sementara itu, konflik bersenjata didefinisikan oleh beberapa sumber sebagai berikut:
- Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2018, konflik bersenjata adalah perang yang
didahului oleh pernyataan dari suatu negara atau suatu sengketa antarnegara yang
disertai pengerahan angkatan bersenjata negara⁷.
- Jeong (2000) mendefinisikan konflik sebagai sebuah kondisi ketika dua atau lebih
kelompok terlibat dalam perjuangan atas nilai-nilai dan klaim status, kekuasaan dan
sumber daya, di mana tujuan lawan untuk menetralisir, melukai atau menghilangkan
saingan⁶.
Hubungan antara Hak Asasi Manusia (HAM) dan konflik bersenjata dalam konteks
globalisasi adalah kompleks dan saling terkait. Globalisasi, yang melibatkan integrasi
ekonomi, politik, dan sosial antar negara, telah memberikan dampak signifikan pada konflik
bersenjata dan perlindungan HAM.
Dalam konteks konflik bersenjata, HAM sering kali menjadi korban yang rentan.
Pelanggaran HAM yang sistematis, seperti pembunuhan massal, pemerkosaan, penyiksaan,
pengusiran paksa, dan penggunaan anak-anak sebagai prajurit, sering terjadi selama konflik
bersenjata. Konflik bersenjata juga dapat menyebabkan pelanggaran hak sipil dan politik,
seperti pembatasan kebebasan berpendapat, berkumpul, dan beragama.
Di sisi lain, konflik bersenjata juga dapat dipicu oleh pelanggaran HAM yang telah terjadi
sebelumnya. Ketidakadilan sosial, ekonomi, dan politik, diskriminasi, ketidaksetaraan, dan
pelanggaran HAM lainnya dapat menciptakan ketegangan dan ketidakpuasan yang berpotensi
memicu konflik bersenjata.
Dalam konteks globalisasi, konflik bersenjata juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
eksternal, seperti perdagangan senjata, intervensi militer, dan persaingan kepentingan negara-
negara besar. Globalisasi juga dapat memperkuat konflik bersenjata dengan memperluas
akses terhadap senjata, sumber daya, dan dukungan finansial bagi kelompok-kelompok
bersenjata.
Namun, globalisasi juga memberikan peluang untuk mempromosikan dan melindungi HAM
selama konflik bersenjata. Kerjasama internasional dan organisasi internasional dapat
berperan dalam menegakkan hukum internasional dan memastikan perlindungan HAM.
Globalisasi juga dapat memfasilitasi pertukaran informasi, advokasi, dan dukungan
internasional untuk memperjuangkan HAM selama konflik bersenjata.
Dalam kesimpulannya, hubungan antara HAM dan konflik bersenjata dalam konteks
globalisasi adalah kompleks dan saling terkait. Konflik bersenjata dapat menyebabkan
pelanggaran HAM, sementara pelanggaran HAM juga dapat memicu konflik bersenjata.
Namun, globalisasi juga dapat memberikan peluang untuk mempromosikan dan melindungi
HAM selama konflik bersenjata melalui kerjasama internasional dan dukungan internasional.

Dampak Konflik Bersenjata terhadap Hak Asasi Manusia:

Konflik bersenjata memiliki dampak negatif yang serius terhadap Hak Asasi Manusia
(HAM). Salah satu dampaknya adalah pelanggaran hak hidup, di mana konflik sering kali
menyebabkan pembunuhan massal, eksekusi tanpa pengadilan, dan serangan yang
ditargetkan terhadap warga sipil. Selain itu, konflik bersenjata juga mengakibatkan
pembatasan kebebasan individu. Blokade dan perbatasan yang ditutup menghambat
kebebasan bergerak, sementara pembatasan terhadap kebebasan berpendapat, berkumpul,
dan beragama juga sering terjadi. Pelanggaran martabat manusia juga terjadi dalam konflik
bersenjata, dengan tindakan kekerasan seksual, penyiksaan, dan perlakuan yang tidak
manusiawi terhadap tahanan. Selain itu, konflik bersenjata juga mengakibatkan pengungsi
dan pengusiran paksa, di mana jutaan orang kehilangan tempat tinggal, keamanan, dan akses
terhadap layanan dasar. Terakhir, penggunaan anak-anak sebagai prajurit dalam konflik
bersenjata melanggar hak-hak mereka untuk masa depan yang layak dan pendidikan. Semua
dampak negatif ini melanggar prinsip-prinsip HAM yang mendasar, seperti hak hidup,
kebebasan, dan martabat manusia. Oleh karena itu, penting untuk mengatasi konflik
bersenjata dan melindungi HAM selama konflik agar individu dapat hidup dengan aman,
bebas, dan bermartabat.

Terhadap intensitas dan kompleksitas konflik bersenjata serta dampaknya terhadap Hak
Asasi Manusia (HAM). Berikut adalah beberapa poin penting berdasarkan jurnal
internasional:
1. **Pengaruh Globalisasi terhadap Konflik Bersenjata**: Globalisasi dapat
meningkatkan hubungan internasional dan ketergantungan antarnegara, sehingga
dapat menciptakan hubungan yang intens antarnegara¹. Dalam konteks konflik
bersenjata, globalisasi dapat mempengaruhi dinamika dan kompleksitas konflik.
Misalnya, negara-negara asing dapat terlibat dalam konflik, baik secara
langsung maupun tidak langsung, seperti memberikan dukungan politik atau
membantu menyediakan persediaan peralatan perang².

2. **Dampak Globalisasi terhadap HAM**: Globalisasi membawa pengaruh luar biasa


terhadap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk dalam pemikiran
HAM7. Pengaruh pemikiran dan wawasan HAM global tercermin dari polemik
pengaturan HAM di masa-masa awal penyusunan konstitusi pertama, UUD 1945.
Pada era reformasi, pengaruh globalisasi pemikiran HAM mengharuskan
amandemen konstitusi, yang pada akhirnya melahirkan pengaturan HAM dalam
UUD 19457.

3. **Dampak Konflik Bersenjata terhadap HAM**: Konflik bersenjata seringkali


berdampak negatif terhadap HAM. Misalnya, dalam konflik bersenjata di
Suriah, Amerika Serikat meluncurkan serangan rudal terhadap Pemerintah
Suriah, yang berdampak pada keberlakuan Hukum Humaniter Internasional di
Suriah².

Secara umum, globalisasi dan konflik bersenjata saling terkait dan berdampak signifikan
terhadap HAM. Oleh karena itu, penting bagi negara-negara untuk bekerja sama dalam
upaya menjaga perdamaian dan melindungi HAM di tengah era globalisasi ini

Tantangan dalam Melindungi Hak Asasi Manusia selama Konflik Bersenjata di Era
Globalisasi
Menurut Smith, J. D. (2019). Dalam bukunya yang berjudul The History of Human Rights
terdapat beberapa tantangan yang dihadapi dalam melindungi hak asasi manusia (HAM)
selama konflik bersenjata di era globalisasi:
1. Ketidakadilan: Pelanggaran serius terhadap hukum kemanusiaan internasional dan
HAM sering terjadi dalam banyak konflik bersenjata, yang dalam beberapa
keadaan dapat merupakan genosida, kejahatan perang, atau kejahatan terhadap
kemanusiaan.
2. Impunitas: Ada tantangan dalam menegakkan tanggung jawab negara dan
individu atas pelanggaran hukum HAM dan hukum kemanusiaan internasional.
3. Kurangnya Kerjasama Internasional: Ada tantangan dalam menerapkan hukum
HAM dan hukum kemanusiaan internasional dalam konflik bersenjata, termasuk
tantangan terkait dengan penerapan hukum ini oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Semua tantangan ini memerlukan solusi yang inovatif dan kerjasama internasional yang
lebih baik untuk melindungi HAM selama konflik bersenjata di era globalisasi.
Solusi Berkelanjutan dalam Melindungi Hak Asasi Manusia selama Konflik
Bersenjata di Era Globalisasi:

Berikut adalah beberapa solusi berkelanjutan yang dapat diimplementasikan untuk


melindungi hak asasi manusia (HAM) selama konflik bersenjata di era globalisasi:

1. **Penegakan Hukum Internasional**: Hukum hak asasi manusia internasional dan


hukum kemanusiaan internasional menawarkan serangkaian perlindungan yang
saling melengkapi dan saling memperkuat bagi orang-orang dalam konflik
bersenjata². Penegakan hukum ini penting untuk memastikan bahwa pelanggaran
tidak terjadi dan bahwa mereka yang melanggar hukum ini diadili.

2. **Diplomasi**: Diplomasi dan mediasi sering digunakan oleh organisasi


internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mencegah konflik dan
mengurangi penderitaan manusia³. Diplomasi dapat melibatkan negosiasi antara
pihak-pihak yang berkonflik, mediasi oleh pihak ketiga, atau upaya untuk
membangun konsensus internasional tentang cara menangani konflik.

3. **Perdamaian Berkelanjutan**: Menciptakan perdamaian yang berkelanjutan dan


stabil adalah cara terbaik untuk melindungi HAM dalam jangka panjang. Ini dapat
melibatkan upaya untuk membangun institusi yang kuat dan adil, mempromosikan
pembangunan ekonomi, dan mendukung rekonsiliasi dan pemulihan pasca-
konflik.

Semua solusi ini memerlukan kerjasama internasional yang kuat dan komitmen untuk
melindungi hak asasi manusia di semua tingkatan
Kerjasama internasional dan peran aktor global sangat penting dalam mencapai solusi
berkelanjutan. Dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim, kemiskinan,
dan pandemi, kerjasama internasional memungkinkan negara-negara untuk bekerja
bersama dalam membagi pengetahuan, sumber daya, dan pengalaman. Aktor global,
seperti organisasi internasional, negara maju, dan perusahaan multinasional, memiliki
sumber daya dan pengaruh yang dapat digunakan untuk mempengaruhi kebijakan dan
tindakan di tingkat internasional. Dengan kerjasama internasional dan peran aktor global,
kita dapat mencapai tujuan berkelanjutan dan menciptakan dunia yang lebih baik bagi
generasi mendatang.

Studi Kasus:
Studi kasus yang menggambarkan implementasi solusi berkelanjutan dalam melindungi
HAM selama konflik bersenjata di era globalisasi adalah Konvensi Ottawa tentang Larangan
Ranjau Darat.

Sumber informasi yang dapat digunakan untuk studi kasus ini adalah:

1. United Nations Office for Disarmament Affairs (UNODA): UNODA menyediakan


informasi tentang Konvensi Ottawa dan upaya global dalam melarang penggunaan
ranjau darat. Situs web mereka menyediakan laporan, publikasi, dan data terkait
yang dapat digunakan sebagai sumber informasi.

2. International Campaign to Ban Landmines (ICBL): ICBL adalah koalisi


organisasi non-pemerintah yang berjuang untuk melarang penggunaan ranjau
darat. Mereka menyediakan laporan tahunan, artikel, dan informasi terkait lainnya
yang dapat digunakan sebagai sumber informasi.

3. Human Rights Watch (HRW): HRW adalah organisasi non-pemerintah yang


memantau pelanggaran HAM di seluruh dunia. Mereka sering mengeluarkan
laporan tentang dampak ranjau darat terhadap masyarakat sipil dan upaya untuk
melarang penggunaannya.

4. International Committee of the Red Cross (ICRC): ICRC adalah organisasi


kemanusiaan yang bekerja di seluruh dunia untuk melindungi dan membantu
korban konflik bersenjata. Mereka memiliki informasi tentang upaya mereka dalam
mengurangi dampak ranjau darat dan melindungi HAM.

Dalam studi kasus ini, Anda dapat menjelaskan bahwa Konvensi Ottawa adalah perjanjian
internasional yang ditandatangani pada tahun 1997 oleh sejumlah negara untuk melarang
penggunaan, produksi, transfer, dan penyimpanan ranjau darat. Konvensi ini bertujuan untuk
melindungi masyarakat sipil dari dampak ranjau darat yang sering kali menimbulkan korban
jiwa dan cacat.

Anda dapat menjelaskan bagaimana Konvensi Ottawa telah berhasil mengurangi penggunaan
ranjau darat di banyak negara dan mendorong upaya penghapusan ranjau darat secara global.
Selain itu, Anda dapat menyebutkan upaya yang dilakukan oleh organisasi seperti ICBL,
HRW, dan ICRC dalam mempromosikan implementasi dan pemantauan Konvensi Ottawa.
Dalam menjelaskan solusi berkelanjutan, Anda dapat menyebutkan bahwa Konvensi Ottawa
juga mencakup upaya pemulihan dan rehabilitasi korban ranjau darat, serta upaya dalam
membersihkan lahan yang terkontaminasi ranjau darat. Hal ini menunjukkan komitmen untuk
melindungi HAM dan memastikan pemulihan yang berkelanjutan bagi masyarakat yang
terkena dampak konflik bersenjata.

Dengan menggunakan sumber informasi yang relevan, Anda dapat memberikan contoh
konkret tentang bagaimana Konvensi Ottawa telah berhasil melindungi HAM dan
mengurangi dampak negatif ranjau darat di berbagai negara di seluruh dunia.

Kesimpulan
Artikel ini membahas dampak negatif konflik bersenjata terhadap Hak Asasi Manusia (HAM)
dalam konteks globalisasi, serta solusi berkelanjutan untuk mengatasi dampak tersebut.
Konflik bersenjata dan globalisasi saling terkait, dan tantangan dalam melindungi HAM
selama konflik bersenjata termasuk ketidakadilan, impunitas, dan kurangnya kerjasama
internasional. Solusi berkelanjutan meliputi penegakan hukum internasional, diplomasi, dan
perdamaian berkelanjutan. Sebagai studi kasus, implementasi Konvensi Ottawa tentang
Larangan Ranjau Darat berhasil melindungi HAM dan mengurangi dampak negatif ranjau
darat di berbagai negara di seluruh dunia. Sumber informasi yang digunakan untuk studi kasus
ini termasuk United Nations Office for Disarmament Affairs (UNODA), International
Campaign to Ban Landmines (ICBL), Human Rights Watch (HRW), dan International
Committee of the Red Cross (ICRC).

Saran:
Saran untuk mengatasi konflik bersenjata dan melindungi Hak Asasi Manusia (HAM) dalam
konteks globalisasi termasuk penegakan hukum internasional, diplomasi, dan perdamaian
berkelanjutan. Kerjasama internasional dan organisasi internasional juga dapat berperan dalam
menegakkan hukum internasional dan memastikan perlindungan HAM. Globalisasi juga dapat
memfasilitasi pertukaran informasi, advokasi, dan dukungan internasional untuk
memperjuangkan HAM selama konflik bersenjata ().
Daftar referensi
Lasiyo, Reno Wikandaru, Hastangka (2023). MKDU4111. Universitas Terbuka
Junaedi, Muhammad. (2013). Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: paradigma
Shofy Suma Nisrina, Enny Narwati, Perubahan Baseline Negara Kepulauan Akibat Perubahan
Iklim dalam Hukum Internasional , Jurist-Diction: Vol. 4 No. 5 (2021): Volume 4 No. 5,
September 2021
Astuti, M. (2022, April). KONFLIK BERSENJATA DAN UPAYA PENCEGAHAN
KONFLIK BERSENJATA. In Seminar Nasional Hukum, Sosial dan Ekonomi (Vol. 1, No. 1,
pp. 352-359).
Smith, J. D. (2019). The History of Human Rights. New York: ABC Publishing.

United Nations. (2011). International Legal Protection of Human Rights in Armed Conflict.
Human Rights Journal, 1(1), 1-10. Diakses dari
United Nations Office for Disarmament Affairs (UNODA):
https://www.un.org/disarmament/landmines/
International Campaign to Ban Landmines (ICBL): https://www.icbl.org/campaign
Human Rights Watch (HRW): https://www.hrw.org/topic/arms/landmines
International Committee of the Red Cross (ICRC):
https://www.icrc.org/en/what-we-do/protecting-civilians/landmines

Anda mungkin juga menyukai