S1 HUKUM
ABSTRAK
Artikel ini mengkaji tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam penegakan Hak
Asasi Manusia (HAM) di tengah arus globalisasi. Dengan mengulas latar belakang dan
evolusi HAM, penulis mengeksplorasi dampak globalisasi terhadap penegakan HAM,
termasuk perubahan sosial, ekonomi, dan politik. Kasus pelanggaran HAM di Indonesia
menjadi studi kasus yang mengilustrasikan kompleksitas isu tersebut. Tantangan seperti
kejahatan transnasional, pengaruh budaya, kurangnya transparansi, dan ketidakadilan
sosial-ekonomi diidentifikasi sebagai penghambat utama. Artikel ini juga menyoroti
perbedaan nilai dan sistem hukum sebagai hambatan tambahan. Sebagai respons, penulis
menyarankan penguatan kebijakan, pendidikan HAM, pemberdayaan masyarakat, dan
kerja sama internasional sebagai langkah strategis. Kesimpulan artikel menegaskan
pentingnya sinergi dan integrasi upaya dari berbagai pihak untuk menciptakan penegakan
HAM yang efektif, yang pada gilirannya akan membentuk masyarakat global yang lebih
adil dan sejahtera.
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hak asasi manusia (HAM) dapat dijelaskan sebagai hak-hak yang melekat
pada individu sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan karunia-
Nya yang harus dihargai, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah, serta seluruh orang demi memperlihatkan penghormatan dan
perlindungan terhadap martabat dan harga diri manusia (Lonto et al., 2016). HAM
terdiri dari hak sipil dan politik, seperti hak hidup, kebebasan, hak untuk
berpartisipasi dalam pemerintahan; serta hak ekonomi, sosial, dan budaya, seperti
hak pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan lingkungan yang sehat (Marzuki &
Riyadi, 2008).
Penegakan HAM menjadi lebih krusial di era globalisasi saat ini. Kemajuan
teknologi dan informasi telah mempermudah akses terhadap informasi tentang
HAM dan meningkatkan kesadaran global tentang pentingnya HAM (Widyastuti,
2009). Namun, era globalisasi juga membawa tantangan dan hambatan yang dapat
menghambat penegakan HAM, seperti konflik kepentingan, kurangnya akses
terhadap keadilan, ketimpangan ekonomi, korupsi, dan kebijakan pemerintah yang
tidak mendukung penghormatan HAM (Utomo, 2014). Oleh karena itu,
penegakan HAM di era globalisasi memerlukan upaya kolaboratif yang
PAGE \* MERGEFORMAT 1
melibatkan semua pihak dan pendekatan yang komprehensif untuk mencapai
tujuan tersebut.
Era globalisasi yang kita alami saat ini membawa perubahan besar dalam
berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam hal penegakan hak dan kewajiban
asasi manusia. Di satu sisi, globalisasi membawa kemajuan teknologi dan
mempercepat pertukaran informasi, sehingga memudahkan akses masyarakat
terhadap informasi tentang hak asasi manusia. Namun di sisi lain, globalisasi juga
membawa tantangan dan hambatan dalam penegakan hak dan kewajiban asasi
manusia.
Dalam rangka menghadapi tantangan dan hambatan dalam penegakan hak dan
kewajiban asasi manusia di era globalisasi, diperlukan upaya yang sinergis dan
terpadu dari negara-negara dan organisasi internasional. Upaya ini meliputi
pengembangan kerjasama antarnegara dalam penegakan hukum, upaya untuk
mengubah budaya dan praktik yang merugikan hak asasi manusia, serta
meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan dan lembaga
internasional.
Artikel ini membahas tantangan dan hambatan dalam penegakan hak dan
kewajiban asasi manusia di era globalisasi. Tantangan tersebut mencakup
berbagai faktor yang perlu dianalisis secara mendalam. Adapun hambatan-
hambatan tersebut menjadi sorotan utama dalam upaya mencapai penegakan hak
dan kewajiban asasi manusia yang optimal. Untuk mengatasi tantangan dan
hambatan tersebut, diperlukan upaya yang terencana dan berkelanjutan.
PAGE \* MERGEFORMAT 1
Dengan membahas kedua` hal tersebut, diharapkan penelitian ini dapat
memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang tantangan dan hambatan
dalam penegakan hak dan kewajiban asasi manusia di era globalisasi, serta
memberikan pandangan alternatif dan solusi untuk mengatasi tantangan tersebut.
PAGE \* MERGEFORMAT 1
II. KAJIAN PUSTAKA
PAGE \* MERGEFORMAT 1
asas ini dijamin oleh Pasal 28A UUD 1945 yang menyebutkan bahwa setiap orang
berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
2. Asas Legalitas Asas legalitas mengharuskan agar perlindungan HAM
diatur dalam undang-undang yang jelas. Di Indonesia, hal ini diatur dalam Pasal
28 UUD 1945 yang menyatakan bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan
undang-undang. Ini menunjukkan bahwa setiap tindakan yang mempengaruhi
HAM harus memiliki dasar hukum yang kuat.
3. Asas Ekualitas Asas ini menggarisbawahi prinsip kesetaraan di depan
hukum. Setiap orang harus diperlakukan sama tanpa diskriminasi berdasarkan ras,
agama, etnis, atau status sosial. Asas ekualitas atau kesetaraan dijamin oleh Pasal
27 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan bahwa segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan. Ini menekankan bahwa tidak
boleh ada diskriminasi dalam perlakuan hukum terhadap individu berdasarkan
latar belakang apapun.
4. Asas Sosio-Kultural Asas sosio-kultural mengakui bahwa HAM harus
dipahami dan diimplementasikan dengan mempertimbangkan konteks sosial dan
budaya setempat. Ini membantu memastikan bahwa perlindungan HAM relevan
dan sesuai dengan nilai-nilai dan norma masyarakat. Asas sosio-kultural
mengakui pentingnya memperhatikan konteks sosial dan budaya dalam penerapan
HAM. Di Indonesia, asas ini tidak diatur secara eksplisit dalam satu pasal tertentu,
namun dapat diinterpretasikan melalui berbagai pasal yang mengakui
keberagaman dan hak-hak budaya, seperti Pasal 28I ayat (2) yang menyatakan
bahwa pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di hadapan hukum adalah hak setiap orang.
Selain itu, UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia di Indonesia
juga menyediakan kerangka hukum yang lebih rinci mengenai HAM, termasuk
hak hidup, kebebasan berpendapat dan menyatakan pendapat, kebebasan
beragama, hak kesetaraan di mata hukum, hak pendidikan, hak kesehatan, hak
untuk bekerja dan mendapat upah layak, hak untuk berkumpul, dan lain-lain.
PAGE \* MERGEFORMAT 1
Dengan demikian, HAM dan asas-asasnya merupakan fondasi bagi
pembangunan hukum dan keadilan sosial di Indonesia, yang bertujuan untuk
melindungi kebebasan dan martabat setiap individu. Setiap pasal dan undang-
undang yang berkaitan dengan HAM harus diinterpretasikan dan diterapkan
dengan cara yang menghormati dan melindungi hak-hak dasar manusia.
Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar dan universal yang melekat pada
setiap manusia tanpa memandang ras, etnis, agama, gender, usia, atau status
lainnya. Hak asasi manusia didasarkan pada prinsip-prinsip kemanusiaan,
kesetaraan, kebebasan, dan martabat. Hak asasi manusia dilindungi oleh hukum
internasional, seperti Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) yang
diadopsi oleh PBB pada tahun 1948. Hak asasi manusia mencakup hak sipil,
politik, ekonomi, sosial, dan budaya, seperti hak hidup, hak bebas dari
penyiksaan, hak berpendapat, hak berpartisipasi dalam pemerintahan, hak
mendapatkan pendidikan, hak mendapatkan kesehatan, dan hak menikmati budaya
(Iskandar, 2012).
Dalam menjaga HAM, negara harus melindungi hak-hak dasar yang melekat
pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa,
serta menjunjung tinggi, menghormati, dan melindungi hak tersebut berdasarkan
UU Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM (Hsb, 2021).
Era globalisasi adalah era di mana terjadi integrasi ekonomi, politik, sosial,
budaya, teknologi, dan informasi antarnegara tanpa batas wilayah. Era globalisasi
PAGE \* MERGEFORMAT 1
membawa dampak positif dan negatif bagi penegakan HAM. Dampak positifnya
antara lain adalah adanya kesadaran global tentang pentingnya HAM, adanya
standar internasional tentang HAM, adanya lembaga-lembaga internasional yang
mengawasi dan menyelesaikan kasus-kasus HAM, serta adanya kemajuan
teknologi dan informasi yang memudahkan akses dan komunikasi tentang HAM
(Nurdin & Razak, 2023).
III. PEMBAHASAN
PAGE \* MERGEFORMAT 1
Kopassus. Beberapa dari mereka ditemukan tewas dengan tanda-tanda
penyiksaan, sementara beberapa lainnya masih hilang hingga kini.
PAGE \* MERGEFORMAT 1
kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang hak asasi manusia dan tindakan-
tindakan yang dapat merugikan hak tersebut.
3. Menegakkan hukum yang tegas dan adil terhadap pelaku pelanggaran
HAM tanpa pandang bulu. Penegakan hukum dapat memberikan efek jera bagi
pelaku dan memberikan keadilan bagi korban.
4. Menguatkan lembaga atau institusi terkait yang berperan dalam penegakan
HAM, seperti Komnas HAM, Komisi Yudisial, dan Komisi Nasional
Perlindungan Anak. Penguatan lembaga atau institusi dapat meningkatkan
kapasitas dan integritas mereka dalam melaksanakan tugas dan fungsi mereka
sesuai dengan prinsip-prinsip HAM (Sabon & SH, 2020).
Tantangan kedua adalah terkait dengan pengaruh budaya dan tradisi dalam
masyarakat. Banyak negara masih mempertahankan kebiasaan dan praktik yang
merugikan hak asasi manusia, seperti diskriminasi terhadap perempuan dan
kelompok minoritas, serta perlakuan buruk terhadap tahanan atau narapidana.
Upaya untuk mengubah praktik-praktik tersebut seringkali bertabrakan dengan
resistensi dari masyarakat setempat yang masih mempertahankan kebiasaan dan
tradisi tersebut.
PAGE \* MERGEFORMAT 1
pemerintahan dan lembaga internasional juga memberikan celah bagi pelanggaran
hak asasi manusia.
Tantangan keempat adalah terkait dengan perubahan sosial dan ekonomi yang
terjadi akibat globalisasi. Perubahan ini seringkali berdampak pada
ketidakseimbangan sosial dan ekonomi, yang pada akhirnya mempengaruhi
perlindungan hak asasi manusia. Terutama di negara-negara berkembang,
perubahan ekonomi yang cepat seringkali memunculkan kesenjangan antara
kelompok kaya dan miskin, dan pada akhirnya merugikan kelompok yang lebih
lemah.
Penegakan hak dan kewajiban asasi manusia (HAM) merupakan suatu hal
yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan berlaku di seluruh dunia. Di
era globalisasi saat ini, hambatan dalam penegakan HAM semakin kompleks dan
beragam. Beberapa faktor yang menjadi hambatan dalam penegakan HAM di era
globalisasi antara lain:
1. Perbedaan budaya dan nilai: Perbedaan budaya dan nilai antara negara-
negara yang berbeda seringkali menjadi tantangan dalam penegakan HAM.
Misalnya, pandangan dan pemahaman mengenai hak asasi manusia di negara-
negara Barat dapat berbeda dengan pandangan dan pemahaman di negara-negara
Asia atau Timur Tengah. Hal ini dapat menghambat upaya untuk menegakkan hak
asasi manusia di negara-negara yang memiliki pandangan yang berbeda.
2. Perbedaan sistem politik dan hukum: Setiap negara memiliki sistem politik
dan hukum yang berbeda-beda. Hal ini dapat menyebabkan perbedaan dalam
perlindungan HAM antara negara satu dengan negara lainnya. Beberapa negara
mungkin tidak memiliki sistem yang cukup kuat untuk menegakkan hak asasi
manusia secara efektif, sehingga perlu diupayakan perbaikan sistem politik dan
hukum tersebut.
PAGE \* MERGEFORMAT 1
3. Perkembangan teknologi: Perkembangan teknologi yang semakin pesat
dan kompleks dapat menjadi tantangan dalam penegakan HAM. Seiring dengan
semakin luasnya penggunaan teknologi, hak asasi manusia dapat terancam melalui
kegiatan seperti pengawasan yang berlebihan, penyalahgunaan data pribadi, dan
pelanggaran privasi. Oleh karena itu, perlu diupayakan pengaturan dan
pengawasan yang tepat dalam penggunaan teknologi agar tidak merugikan hak
asasi manusia.
5. Konflik dan kekerasan: Konflik dan kekerasan, baik di dalam suatu negara
maupun antarnegara, dapat menjadi hambatan dalam penegakan HAM. Konflik
dan kekerasan dapat menyebabkan pelanggaran hak asasi manusia, seperti
pembunuhan, pemerkosaan, penganiayaan, dan penghilangan orang secara paksa.
Oleh karena itu, perlu diupayakan penyelesaian konflik secara damai dan upaya
pencegahan kekerasan.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi tantangan dan hambatan Pen
egakan Ham Di Era Globalisasi
Berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi tantangan dan
hambatan dalam penegakan hak dan kewajiban asasi manusia di era globalisasi:
PAGE \* MERGEFORMAT 1
2. Pendidikan dan Pelatihan Pendidikan dan pelatihan mengenai hak asasi
manusia perlu ditingkatkan agar masyarakat dapat memahami hak-haknya serta
cara untuk melindungi hak asasi manusia. Pendidikan dan pelatihan juga dapat
membantu meningkatkan kesadaran dan keterampilan dalam mengidentifikasi dan
melaporkan pelanggaran hak asasi manusia.
6. Sanksi dan Perbaikan Sanksi dan perbaikan yang tepat perlu diberikan
bagi pelanggar hak asasi manusia. Negara harus memberikan sanksi dan perbaikan
yang memadai bagi pelanggar hak asasi manusia untuk mencegah terjadinya
pelanggaran hak asasi manusia di masa depan
Manfaat dan Implikasi dari Penegakan Hak dan Kewajiban Asasi Manusia y
ang Optimal bagi Masyarakat dan Negara di Era Globalisasi
Penegakan hak dan kewajiban asasi manusia yang optimal memiliki manfaat
dan implikasi yang sangat penting bagi masyarakat dan negara di era globalisasi.
PAGE \* MERGEFORMAT 1
Berikut ini adalah beberapa manfaat dan implikasi dari penegakan hak dan
kewajiban asasi manusia yang optimal:
1. Meningkatkan kepercayaan dan stabilitas sosial Penegakan hak dan
kewajiban asasi manusia yang optimal dapat meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah dan sistem hukum. Hal ini akan
berdampak positif pada stabilitas sosial dan politik di suatu negara. Ketika
hak dan kewajiban asasi manusia dihormati dan dilindungi, masyarakat
akan merasa lebih aman dan merasa bahwa negara benar-benar peduli
terhadap kesejahteraan mereka (Anggraini, 2022).
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial Penegakan hak dan kewajiban asasi
manusia yang optimal dapat meningkatkan kesejahteraan sosial. Ketika
masyarakat dapat memperoleh hak-haknya dengan baik, seperti hak atas
pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan lingkungan yang sehat, maka
kesejahteraan sosial akan meningkat. Hal ini akan berdampak pada
peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat secara
keseluruhan.
3. Meningkatkan citra internasional suatu negara Penegakan hak dan
kewajiban asasi manusia yang optimal dapat meningkatkan citra
internasional suatu negara. Negara yang dianggap memperhatikan hak
asasi manusia dan telah berhasil melindungi hak-hak tersebut akan
mendapat pengakuan dari masyarakat internasional. Hal ini akan
berdampak pada peningkatan hubungan diplomatik dan perdagangan
dengan negara lain serta membuka peluang investasi yang lebih besar
(Yusmad, 2018).
4. Mengurangi konflik dan kekerasan Penegakan hak dan kewajiban asasi
manusia yang optimal dapat mengurangi konflik dan kekerasan di suatu
negara. Pelanggaran hak asasi manusia seringkali menjadi pemicu
terjadinya konflik dan kekerasan. Ketika hak asasi manusia dihormati dan
dilindungi, maka potensi konflik dan kekerasan akan menurun.
Dari manfaat dan implikasi di atas, dapat dikatakan bahwa penegakan hak dan
kewajiban asasi manusia yang optimal sangat penting bagi kesejahteraan
PAGE \* MERGEFORMAT 1
masyarakat dan negara di era globalisasi. Negara harus berkomitmen untuk
memperkuat penegakan hak asasi manusia dan melindungi masyarakat dari
pelanggaran hak asasi manusia.
IV. PENUTUP
Kesimpulan
PAGE \* MERGEFORMAT 1
Terakhir, adanya ketidakadilan pada masa lalu yang tidak diikuti rekonsiliasi
sejati menciptakan luka batin dan dendam antarkelompok masyarakat. Semua hal
ini menggambarkan kompleksitas dan tantangan dalam memastikan penegakan
hak asasi manusia yang efektif di tengah dinamika globalisasi.:
Saran
Selain itu, peran serta masyarakat sipil juga harus ditingkatkan melalui
pengawasan terhadap kinerja pemerintah dan lembaga penegak hukum, serta
memberikan dukungan dan advokasi bagi korban pelanggaran hak asasi manusia.
Kerjasama dan koordinasi antara pemerintah pusat, daerah, lembaga non-
pemerintah, serta peningkatan kualitas media massa yang independen, profesional,
dan bertanggung jawab, juga menjadi kunci dalam merumuskan dan
melaksanakan kebijakan hak asasi manusia.
PAGE \* MERGEFORMAT 1
diharapkan dapat membawa perubahan positif dalam perlindungan dan
pemenuhan hak asasi manusia di suatu negara.
PAGE \* MERGEFORMAT 1
REFERENSI
Agustina, E., Eryani, S., Dewi, V., & Pawari, R. R. (2021). Lembaga Bantuan
Hukum dalam Perspektif Hak Asasi Manusia. Jurnal Solusi, 19(2), 221.
Amnesty International. (2022). Annual Report 2021/2022: The State of the
World's Human Rights. Amnesty International Publications.
Anggraini, M. (2022). Hak Asasi Manusia dan Kewajiban. Disiplin: Majalah
Civitas Akademika Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Sumpah Pemuda, 28(1), 9–
18.
Aswandi, B., & Roisah, K. (2019). Negara hukum dan demokrasi pancasila dalam
kaitannya dengan hak asasi manusia (HAM). Jurnal Pembangunan Hukum
Indonesia, 1(1), 128–145.
Dirdjosisworo, S. (2002). Pengadilan hak asasi manusia Indonesia. Citra Aditya
Bakti.
El-Muhtaj, M. (2017). Hak asasi manusia dalam konstitusi Indonesia. Prenada
Media.
Hsb, M. O. (2021). Ham dan kebebasan berpendapat dalam UUD 1945. Al
WASATH Jurnal Ilmu Hukum, 2(1), 29–40.
Human Rights Watch. (2020). World Report 2020: Events of 2020. Human Rights
Watch Publications.
Iskandar, P. (2012). Hukum HAM Internasional: Sebuah Pengantar Kontekstual.
Institute for Migrant Rights.
Lonto, A. L., Lolong, W., & Pangalila, T. (2016). Buku: Hukum Hak Asasi
Manusia. Ombak.
Marzuki, S., & Riyadi, E. (2008). Hukum Hak Asasi Manusia. Yogyakarta: Pusat
Studi Hak Asasi Manusia Universitas Islam Indonesia.
Muannif, R., Yatini, Y., Ahmad Arif, Z., Rasta Kurniawati Br, P., Rina, S.,
Sariyah, S., Ontran Sumantri Riyanto, R., Asman, A., Dewi Pika Lbn Batu,
B., & Firmansyah, F. (2021). Ham Ditinjau Dari Berbagai Perspektif
Hukum. Nuta Media.
Nurdin, M. N., & Razak, M. R. R. (2023). ETIKA POLITIK PEMENUHAN
HAK ASASI MANUSIA DALAM ERA GLOBALISASI. Wacana: Jurnal
Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Interdisiplin, 10(2), 665–673.
O'Byrne, D. (2014). Human rights: An introduction. Routledge.
PAGE \* MERGEFORMAT 1
PBB. (1948). Universal Declaration of Human Rights.
Romadlan, S., & Fauziah, I. (2022). Konstruksi Realitas Media Online Mengenai
Kekerasan Aparat Kepolisian Di Desa Wadas, Jawa Tengah. Jurnal Studi
Komunikasi Dan Media, 26(1), 53–70.
Rosana, E. (2016). Negara demokrasi dan hak asasi manusia. Jurnal Tapis: Jurnal
Teropong Aspirasi Politik Islam, 12(1), 37-53.
SA, A. W. G., & SH, M. (2019). Hukum Hak Asasi Manusia. Penerbit Andi.
Sabon, M. B., & SH, M. (2020). Hak Asasi Manusia: Bahan Pendidikan untuk
Perguruan Tinggi. Penerbit Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.
Saleh, M. R. (2020). Menghijaukan Ham. PT. Rayyana Komunikasindo.
Savitri, A. S., & Dewi, D. A. (2021). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam
Kehidupan di Era Globalisasi. INVENTA: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, 5(2), 165–176.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia.
United Nations. (2015). Human Rights in the World Today: A Report on the 70th
Anniversary of the UDHR. United Nations Publications.
Utami, R., Rainariga, R., Mu’aliamah, M., & Damayanti, D. D. (2023). HAK
ASASI MANUSIA BERDASARKAN KONSEPSI SEJARAH DUNIA
DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA. Advanced In Social
Humanities Research, 1(4), 372–385.
Utomo, S. (2014). Pengaruh pembangunan di era globalisasi terhadap pemenuhan
hak asasi manusia atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Jurnal
Pembaharuan Hukum, 1(3), 258–266.
Wasiati, C. (2022). PROBLEMATIKA PEMENUHAN JAMINAN HAK ASASI
MANUSIA DI INDONESIA. Juris Humanity: Jurnal Riset Dan Kajian
Hukum Hak Asasi Manusia, 1(2), 91–101.
Wibowo, W., & Setyadi, Y. (2021). Penegakan Hukum Hak Asasi Manusia Di
Indonesia Dalam Kasus Pelanggaran Ham Berat: Studi Kasus Tanjung Priok,
Timor Timur, Dan Abepura. JOURNAL OF ISLAMIC AND LAW STUDIES,
5(1).
Widyastuti, A. R. (2009). Peran Hukum dalam Memberikan Perlindungan
terhadap Perempuan dari Tindak Kekerasan di Era Globalisasi. [DUMMY]
Jurnal Mimbar Hukum Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 21(2),
395–408.
Yusmad, M. A. (2018). Hukum di Antara Hak dan Kewajiban Asasi. Deepublish.
PAGE \* MERGEFORMAT 1
PAGE \* MERGEFORMAT 1