Anda di halaman 1dari 20

TANTANGAN DAN HAMBATAN DALAM PENEGAKAN

HAK DAN KEWAJIBAN ASASI MANUSIA DI ERA


GLOBALISASI
NAMA
NIM

S1 HUKUM

Fakultas Hukum, Universitas Mulawarman, 2024

ABSTRAK

Artikel ini mengkaji tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam penegakan Hak
Asasi Manusia (HAM) di tengah arus globalisasi. Dengan mengulas latar belakang dan
evolusi HAM, penulis mengeksplorasi dampak globalisasi terhadap penegakan HAM,
termasuk perubahan sosial, ekonomi, dan politik. Kasus pelanggaran HAM di Indonesia
menjadi studi kasus yang mengilustrasikan kompleksitas isu tersebut. Tantangan seperti
kejahatan transnasional, pengaruh budaya, kurangnya transparansi, dan ketidakadilan
sosial-ekonomi diidentifikasi sebagai penghambat utama. Artikel ini juga menyoroti
perbedaan nilai dan sistem hukum sebagai hambatan tambahan. Sebagai respons, penulis
menyarankan penguatan kebijakan, pendidikan HAM, pemberdayaan masyarakat, dan
kerja sama internasional sebagai langkah strategis. Kesimpulan artikel menegaskan
pentingnya sinergi dan integrasi upaya dari berbagai pihak untuk menciptakan penegakan
HAM yang efektif, yang pada gilirannya akan membentuk masyarakat global yang lebih
adil dan sejahtera.
I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hak asasi manusia (HAM) dapat dijelaskan sebagai hak-hak yang melekat
pada individu sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan karunia-
Nya yang harus dihargai, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah, serta seluruh orang demi memperlihatkan penghormatan dan
perlindungan terhadap martabat dan harga diri manusia (Lonto et al., 2016). HAM
terdiri dari hak sipil dan politik, seperti hak hidup, kebebasan, hak untuk
berpartisipasi dalam pemerintahan; serta hak ekonomi, sosial, dan budaya, seperti
hak pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan lingkungan yang sehat (Marzuki &
Riyadi, 2008).

Penegakan HAM adalah usaha untuk memperlihatkan norma-norma HAM


secara efektif dalam praktik kehidupan sosial, budaya, dan politik. Penegakan
HAM meliputi pencegahan dan penindakan terhadap pelanggaran HAM.
Pencegahan bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang lebih ramah terhadap
penghormatan HAM dengan berbagai cara persuasif, seperti edukasi, sosialisasi,
advokasi, dan konsultasi. Penindakan dilakukan untuk menangani kasus
pelanggaran HAM berdasarkan hukum yang berlaku, seperti penyelidikan,
penyidikan, penuntutan, pengadilan, eksekusi, rehabilitasi, kompensasi, dan
rekonsiliasi.

Penegakan HAM menjadi lebih krusial di era globalisasi saat ini. Kemajuan
teknologi dan informasi telah mempermudah akses terhadap informasi tentang
HAM dan meningkatkan kesadaran global tentang pentingnya HAM (Widyastuti,
2009). Namun, era globalisasi juga membawa tantangan dan hambatan yang dapat
menghambat penegakan HAM, seperti konflik kepentingan, kurangnya akses
terhadap keadilan, ketimpangan ekonomi, korupsi, dan kebijakan pemerintah yang
tidak mendukung penghormatan HAM (Utomo, 2014). Oleh karena itu,
penegakan HAM di era globalisasi memerlukan upaya kolaboratif yang

PAGE \* MERGEFORMAT 1
melibatkan semua pihak dan pendekatan yang komprehensif untuk mencapai
tujuan tersebut.

Era globalisasi yang kita alami saat ini membawa perubahan besar dalam
berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam hal penegakan hak dan kewajiban
asasi manusia. Di satu sisi, globalisasi membawa kemajuan teknologi dan
mempercepat pertukaran informasi, sehingga memudahkan akses masyarakat
terhadap informasi tentang hak asasi manusia. Namun di sisi lain, globalisasi juga
membawa tantangan dan hambatan dalam penegakan hak dan kewajiban asasi
manusia.

Dalam rangka menghadapi tantangan dan hambatan dalam penegakan hak dan
kewajiban asasi manusia di era globalisasi, diperlukan upaya yang sinergis dan
terpadu dari negara-negara dan organisasi internasional. Upaya ini meliputi
pengembangan kerjasama antarnegara dalam penegakan hukum, upaya untuk
mengubah budaya dan praktik yang merugikan hak asasi manusia, serta
meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan dan lembaga
internasional.

Artikel ini membahas tantangan dan hambatan dalam penegakan hak dan
kewajiban asasi manusia di era globalisasi. Tantangan tersebut mencakup
berbagai faktor yang perlu dianalisis secara mendalam. Adapun hambatan-
hambatan tersebut menjadi sorotan utama dalam upaya mencapai penegakan hak
dan kewajiban asasi manusia yang optimal. Untuk mengatasi tantangan dan
hambatan tersebut, diperlukan upaya yang terencana dan berkelanjutan.

Adapun rumusan masalah dari penulisan artikel ini adalah:


1. Apa faktor utama yang menjadi tantangan dalam penegakan hak asasi
manusia di era globalisasi, dan bagaimana dampaknya terhadap
pemenuhan kewajiban asasi manusia?
2. Strategi apa yang efektif untuk mengatasi hambatan tersebut guna
memastikan penegakan hak dan kewajiban asasi manusia yang optimal di
era globalisasi?

PAGE \* MERGEFORMAT 1
Dengan membahas kedua` hal tersebut, diharapkan penelitian ini dapat
memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang tantangan dan hambatan
dalam penegakan hak dan kewajiban asasi manusia di era globalisasi, serta
memberikan pandangan alternatif dan solusi untuk mengatasi tantangan tersebut.

PAGE \* MERGEFORMAT 1
II. KAJIAN PUSTAKA

Sejarah Perkembangan HAM

600 SM Solon, negarawan Athena, menyusun undang-undang untuk


menjamin keadilan & kesetaraan setiap warga negara. Sokrates, Plato, dan
Aristoteles mendukung & mengembangkan undang-undang tersebut (Saleh,
2020).
ABAD 16-17
a. Thomas Aquinas berpendapat bahwa manusia dianugerahi hak kodrati yang
menyatakan setiap individu adalah makhluk otonom.
b. Piagam Magna Charta dibentuk untuk meredam Raja Inggris, John Lackland,
yang semena-mena.
c. Tahun 1689 Bill of Rights disahkan di Inggris yang berisi pembatasan
kekuasaan raja serta pengakuan terhadap hak- hak rakyat.
d. John Locke, filsuf Inggris berpandangan bahwa semua individu dikaruniai
hak alamiah berupa hak hidup, kebebasan, & hak milik.
e. 1788, Thomas Jefferson menyusun Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat.
f. 1789, deklarasi Hak Manusia dan Warga Negara disahkan di Prancis.

10 DESEMBER 1948 PBB membentuk Komisi Hak Asasi Manusia yang


akhirnya melahirkan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Utami et al., 2023).

Hak Asasi Manusia (HAM) dan Asas-Asasnya dalam Isu Hukum

1. Asas Kemanusian Asas ini menekankan bahwa setiap individu memiliki


hak untuk dihormati keberadaannya sebagai manusia. Ini adalah prinsip dasar
yang mengakui martabat dan nilai intrinsik setiap orang. Asas kemanusian
menegaskan bahwa setiap orang memiliki hak untuk diakui sebagai manusia yang
bebas dan mempunyai martabat yang sama. Hal ini tercermin dalam Pasal 1
Deklarasi Universal HAM yang menyatakan bahwa semua orang lahir merdeka
dan mempunyai martabat serta hak-hak yang sama. Dalam konteks Indonesia,

PAGE \* MERGEFORMAT 1
asas ini dijamin oleh Pasal 28A UUD 1945 yang menyebutkan bahwa setiap orang
berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
2. Asas Legalitas Asas legalitas mengharuskan agar perlindungan HAM
diatur dalam undang-undang yang jelas. Di Indonesia, hal ini diatur dalam Pasal
28 UUD 1945 yang menyatakan bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan
undang-undang. Ini menunjukkan bahwa setiap tindakan yang mempengaruhi
HAM harus memiliki dasar hukum yang kuat.
3. Asas Ekualitas Asas ini menggarisbawahi prinsip kesetaraan di depan
hukum. Setiap orang harus diperlakukan sama tanpa diskriminasi berdasarkan ras,
agama, etnis, atau status sosial. Asas ekualitas atau kesetaraan dijamin oleh Pasal
27 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan bahwa segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan. Ini menekankan bahwa tidak
boleh ada diskriminasi dalam perlakuan hukum terhadap individu berdasarkan
latar belakang apapun.
4. Asas Sosio-Kultural Asas sosio-kultural mengakui bahwa HAM harus
dipahami dan diimplementasikan dengan mempertimbangkan konteks sosial dan
budaya setempat. Ini membantu memastikan bahwa perlindungan HAM relevan
dan sesuai dengan nilai-nilai dan norma masyarakat. Asas sosio-kultural
mengakui pentingnya memperhatikan konteks sosial dan budaya dalam penerapan
HAM. Di Indonesia, asas ini tidak diatur secara eksplisit dalam satu pasal tertentu,
namun dapat diinterpretasikan melalui berbagai pasal yang mengakui
keberagaman dan hak-hak budaya, seperti Pasal 28I ayat (2) yang menyatakan
bahwa pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di hadapan hukum adalah hak setiap orang.

Selain itu, UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia di Indonesia
juga menyediakan kerangka hukum yang lebih rinci mengenai HAM, termasuk
hak hidup, kebebasan berpendapat dan menyatakan pendapat, kebebasan
beragama, hak kesetaraan di mata hukum, hak pendidikan, hak kesehatan, hak
untuk bekerja dan mendapat upah layak, hak untuk berkumpul, dan lain-lain.

PAGE \* MERGEFORMAT 1
Dengan demikian, HAM dan asas-asasnya merupakan fondasi bagi
pembangunan hukum dan keadilan sosial di Indonesia, yang bertujuan untuk
melindungi kebebasan dan martabat setiap individu. Setiap pasal dan undang-
undang yang berkaitan dengan HAM harus diinterpretasikan dan diterapkan
dengan cara yang menghormati dan melindungi hak-hak dasar manusia.

Hak Asasi Manusia dan Globalisasi

Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar dan universal yang melekat pada
setiap manusia tanpa memandang ras, etnis, agama, gender, usia, atau status
lainnya. Hak asasi manusia didasarkan pada prinsip-prinsip kemanusiaan,
kesetaraan, kebebasan, dan martabat. Hak asasi manusia dilindungi oleh hukum
internasional, seperti Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) yang
diadopsi oleh PBB pada tahun 1948. Hak asasi manusia mencakup hak sipil,
politik, ekonomi, sosial, dan budaya, seperti hak hidup, hak bebas dari
penyiksaan, hak berpendapat, hak berpartisipasi dalam pemerintahan, hak
mendapatkan pendidikan, hak mendapatkan kesehatan, dan hak menikmati budaya
(Iskandar, 2012).

Penegakan HAM adalah upaya untuk menjalankan norma-norma HAM secara


efektif dalam praktik kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Penegakan HAM meliputi pencegahan dan penindakan terhadap pelanggaran
HAM. Penegakan HAM harus dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip
universalitas, kesetaraan, non-diskriminasi, partisipasi, akuntabilitas, dan
supremasi hukum (El-Muhtaj, 2017).

Dalam menjaga HAM, negara harus melindungi hak-hak dasar yang melekat
pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa,
serta menjunjung tinggi, menghormati, dan melindungi hak tersebut berdasarkan
UU Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM (Hsb, 2021).

Era globalisasi adalah era di mana terjadi integrasi ekonomi, politik, sosial,
budaya, teknologi, dan informasi antarnegara tanpa batas wilayah. Era globalisasi

PAGE \* MERGEFORMAT 1
membawa dampak positif dan negatif bagi penegakan HAM. Dampak positifnya
antara lain adalah adanya kesadaran global tentang pentingnya HAM, adanya
standar internasional tentang HAM, adanya lembaga-lembaga internasional yang
mengawasi dan menyelesaikan kasus-kasus HAM, serta adanya kemajuan
teknologi dan informasi yang memudahkan akses dan komunikasi tentang HAM
(Nurdin & Razak, 2023).

Dampak negatifnya antara lain adalah adanya dominasi negara-negara maju


terhadap negara-negara berkembang dalam hal ekonomi dan politik yang dapat
mengancam kedaulatan dan kesejahteraan rakyat, adanya konflik antaretnis,
agama, atau ideologi yang dapat menimbulkan kekerasan dan diskriminasi
terhadap kelompok minoritas atau rentan, adanya eksploitasi sumber daya alam
dan lingkungan hidup yang dapat merusak hak atas pembangunan berkelanjutan,
serta adanya ancaman terorisme, radikalisme, dan cybercrime yang dapat
mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat (Savitri & Dewi, 2021).

III. PEMBAHASAN

Contoh Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia

Contoh kasus pelanggaran HAM di Indonesia berdasarkan hasil pencarian di


internet. Berikut adalah beberapa contoh kasus pelanggaran HAM yang terjadi di
Indonesia:

1. Kerusuhan Tanjung Priok. Peristiwa ini terjadi pada 12 September 1984 di


Jakarta Utara. Latar belakangnya adalah ketegangan antara aparat keamanan dan
warga setempat yang menolak penangkapan seorang ulama yang diduga
menyebarkan ajaran sesat. Kerusuhan berujung pada penembakan oleh aparat
keamanan yang menewaskan ratusan warga sipil (Wibowo & Setyadi, 2021).

2. Penculikan aktivis pada 1997/1998. Pelanggaran HAM ini terjadi di masa


Orde Baru menjelang jatuhnya rezim Soeharto. Sejumlah aktivis pro-demokrasi
dan mahasiswa diculik oleh tim misterius yang diduga berafiliasi dengan

PAGE \* MERGEFORMAT 1
Kopassus. Beberapa dari mereka ditemukan tewas dengan tanda-tanda
penyiksaan, sementara beberapa lainnya masih hilang hingga kini.

3. Penembakan mahasiswa Trisakti dan Semanggi. Peristiwa ini terjadi pada


Mei dan November 1998 di Jakarta. Latar belakangnya adalah aksi protes
mahasiswa terhadap krisis ekonomi dan politik yang melanda Indonesia saat itu.
Aparat keamanan menembaki massa demonstran yang mengakibatkan puluhan
mahasiswa tewas dan ratusan lainnya luka-luka.

4. Kasus kerangkeng manusia di rumah Bupati Langkat. Peristiwa ini


terungkap pada Januari 2020 di Sumatera Utara. Latar belakangnya adalah adanya
penjara atau kerangkeng manusia di rumah Bupati Langkat, Terbit Rencana
Peranginangin, yang digunakan sebagai tempat rehabilitasi narkoba tanpa izin.
Para penghuni kerangkeng mengalami berbagai bentuk penyiksaan, kekerasan,
dan perlakuan yang merendahkan martabat manusia oleh oknum TNI-Polri dan
anak kandung Bupati (Wasiati, 2022).

5. Kekerasan aparat di Wadas. Peristiwa ini terjadi pada Februari 2020 di


Jawa Tengah. Latar belakangnya adalah proses pengukuran lahan warga untuk
penambangan batu andesit yang dibutuhkan untuk proyek pembangunan
Bendungan Bener. Sebagian warga menolak melepaskan lahan mereka dan terjadi
bentrokan dengan aparat kepolisian yang melakukan pengamanan. Aparat
kepolisian melakukan tindak kekerasan terhadap warga dengan menembakkan gas
air mata, peluru karet, dan senjata api (Romadlan & Fauziah, 2022).

Pencegahan Pelanggaran HAM di Indonesia

1. Melakukan pengawasan ketat terhadap tindakan pelanggaran HAM oleh


berbagai pihak, seperti instansi pemerintah, LSM, dan masyarakat. Pengawasan
dapat membantu mengidentifikasi dan mencegah pelanggaran HAM sejak dini
(Aswandi & Roisah, 2019).
2. Memberikan edukasi tentang HAM kepada masyarakat melalui berbagai
cara, seperti seminar, diskusi, atau kampanye sosial. Edukasi dapat meningkatkan

PAGE \* MERGEFORMAT 1
kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang hak asasi manusia dan tindakan-
tindakan yang dapat merugikan hak tersebut.
3. Menegakkan hukum yang tegas dan adil terhadap pelaku pelanggaran
HAM tanpa pandang bulu. Penegakan hukum dapat memberikan efek jera bagi
pelaku dan memberikan keadilan bagi korban.
4. Menguatkan lembaga atau institusi terkait yang berperan dalam penegakan
HAM, seperti Komnas HAM, Komisi Yudisial, dan Komisi Nasional
Perlindungan Anak. Penguatan lembaga atau institusi dapat meningkatkan
kapasitas dan integritas mereka dalam melaksanakan tugas dan fungsi mereka
sesuai dengan prinsip-prinsip HAM (Sabon & SH, 2020).

Tantangan Penegakan HAM di Era Globalisasi

Tantangan pertama dalam penegakan hak asasi manusia di era globalisasi


adalah kerentanan terhadap kejahatan lintas batas. Kriminalitas seperti
perdagangan manusia, perdagangan narkoba, dan terorisme seringkali melibatkan
jaringan internasional dan sulit diatasi oleh negara secara individu. Hal ini
menimbulkan tantangan bagi negara-negara dalam menjalankan tugas mereka
untuk melindungi hak asasi manusia warganya.

Tantangan kedua adalah terkait dengan pengaruh budaya dan tradisi dalam
masyarakat. Banyak negara masih mempertahankan kebiasaan dan praktik yang
merugikan hak asasi manusia, seperti diskriminasi terhadap perempuan dan
kelompok minoritas, serta perlakuan buruk terhadap tahanan atau narapidana.
Upaya untuk mengubah praktik-praktik tersebut seringkali bertabrakan dengan
resistensi dari masyarakat setempat yang masih mempertahankan kebiasaan dan
tradisi tersebut.

Tantangan ketiga adalah terkait dengan kurangnya transparansi dan


akuntabilitas dalam pemerintahan dan lembaga internasional. Meskipun banyak
negara telah menandatangani konvensi internasional yang mengatur hak asasi
manusia, namun masih banyak negara yang gagal memenuhi komitmennya dalam
melindungi hak asasi manusia. Kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam

PAGE \* MERGEFORMAT 1
pemerintahan dan lembaga internasional juga memberikan celah bagi pelanggaran
hak asasi manusia.

Tantangan keempat adalah terkait dengan perubahan sosial dan ekonomi yang
terjadi akibat globalisasi. Perubahan ini seringkali berdampak pada
ketidakseimbangan sosial dan ekonomi, yang pada akhirnya mempengaruhi
perlindungan hak asasi manusia. Terutama di negara-negara berkembang,
perubahan ekonomi yang cepat seringkali memunculkan kesenjangan antara
kelompok kaya dan miskin, dan pada akhirnya merugikan kelompok yang lebih
lemah.

Hambatan Dalam Penegakan HAM

Penegakan hak dan kewajiban asasi manusia (HAM) merupakan suatu hal
yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan berlaku di seluruh dunia. Di
era globalisasi saat ini, hambatan dalam penegakan HAM semakin kompleks dan
beragam. Beberapa faktor yang menjadi hambatan dalam penegakan HAM di era
globalisasi antara lain:

1. Perbedaan budaya dan nilai: Perbedaan budaya dan nilai antara negara-
negara yang berbeda seringkali menjadi tantangan dalam penegakan HAM.
Misalnya, pandangan dan pemahaman mengenai hak asasi manusia di negara-
negara Barat dapat berbeda dengan pandangan dan pemahaman di negara-negara
Asia atau Timur Tengah. Hal ini dapat menghambat upaya untuk menegakkan hak
asasi manusia di negara-negara yang memiliki pandangan yang berbeda.

2. Perbedaan sistem politik dan hukum: Setiap negara memiliki sistem politik
dan hukum yang berbeda-beda. Hal ini dapat menyebabkan perbedaan dalam
perlindungan HAM antara negara satu dengan negara lainnya. Beberapa negara
mungkin tidak memiliki sistem yang cukup kuat untuk menegakkan hak asasi
manusia secara efektif, sehingga perlu diupayakan perbaikan sistem politik dan
hukum tersebut.

PAGE \* MERGEFORMAT 1
3. Perkembangan teknologi: Perkembangan teknologi yang semakin pesat
dan kompleks dapat menjadi tantangan dalam penegakan HAM. Seiring dengan
semakin luasnya penggunaan teknologi, hak asasi manusia dapat terancam melalui
kegiatan seperti pengawasan yang berlebihan, penyalahgunaan data pribadi, dan
pelanggaran privasi. Oleh karena itu, perlu diupayakan pengaturan dan
pengawasan yang tepat dalam penggunaan teknologi agar tidak merugikan hak
asasi manusia.

4. Ketidakadilan sosial dan ekonomi: Ketidakadilan sosial dan ekonomi


dapat menjadi tantangan dalam penegakan HAM. Ketidakadilan sosial dan
ekonomi dapat memperburuk situasi hak asasi manusia di suatu negara, seperti
akses yang tidak merata terhadap pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan pelayanan
publik. Oleh karena itu, perlu diupayakan pemerataan sosial dan ekonomi agar
hak asasi manusia dapat dijamin secara merata bagi seluruh rakyat.

5. Konflik dan kekerasan: Konflik dan kekerasan, baik di dalam suatu negara
maupun antarnegara, dapat menjadi hambatan dalam penegakan HAM. Konflik
dan kekerasan dapat menyebabkan pelanggaran hak asasi manusia, seperti
pembunuhan, pemerkosaan, penganiayaan, dan penghilangan orang secara paksa.
Oleh karena itu, perlu diupayakan penyelesaian konflik secara damai dan upaya
pencegahan kekerasan.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi tantangan dan hambatan Pen
egakan Ham Di Era Globalisasi

Berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi tantangan dan
hambatan dalam penegakan hak dan kewajiban asasi manusia di era globalisasi:

1. Penguatan Hukum dan Kebijakan Diperlukan penguatan hukum dan


kebijakan yang mendukung penegakan hak asasi manusia. Negara harus memiliki
sistem hukum dan kebijakan yang adil dan menjunjung tinggi nilai-nilai
demokrasi, hak asasi manusia, dan keadilan (Muannif et al., 2021).

PAGE \* MERGEFORMAT 1
2. Pendidikan dan Pelatihan Pendidikan dan pelatihan mengenai hak asasi
manusia perlu ditingkatkan agar masyarakat dapat memahami hak-haknya serta
cara untuk melindungi hak asasi manusia. Pendidikan dan pelatihan juga dapat
membantu meningkatkan kesadaran dan keterampilan dalam mengidentifikasi dan
melaporkan pelanggaran hak asasi manusia.

3. Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat dapat meningkatkan


partisipasi dan tanggung jawab masyarakat dalam penegakan hak asasi manusia.
Masyarakat harus diberdayakan untuk menjadi agen perubahan dalam
memperjuangkan hak asasi manusia dan melindungi diri mereka sendiri.

4. Kolaborasi dan Kemitraan Kolaborasi dan kemitraan antara negara,


masyarakat sipil, dan lembaga internasional dapat membantu memperkuat
penegakan hak asasi manusia. Kolaborasi dan kemitraan dapat meningkatkan
koordinasi, pengawasan, dan evaluasi terhadap pelaksanaan program dan
kebijakan yang berhubungan dengan hak asasi manusia.

5. Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan


hak asasi manusia perlu dilakukan secara terus menerus agar dapat memperbaiki
kebijakan dan program yang kurang efektif. Monitoring dan evaluasi dapat
membantu memantau pelaksanaan hak asasi manusia dan menindaklanjuti kasus-
kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi.

6. Sanksi dan Perbaikan Sanksi dan perbaikan yang tepat perlu diberikan
bagi pelanggar hak asasi manusia. Negara harus memberikan sanksi dan perbaikan
yang memadai bagi pelanggar hak asasi manusia untuk mencegah terjadinya
pelanggaran hak asasi manusia di masa depan

Manfaat dan Implikasi dari Penegakan Hak dan Kewajiban Asasi Manusia y
ang Optimal bagi Masyarakat dan Negara di Era Globalisasi

Penegakan hak dan kewajiban asasi manusia yang optimal memiliki manfaat
dan implikasi yang sangat penting bagi masyarakat dan negara di era globalisasi.

PAGE \* MERGEFORMAT 1
Berikut ini adalah beberapa manfaat dan implikasi dari penegakan hak dan
kewajiban asasi manusia yang optimal:
1. Meningkatkan kepercayaan dan stabilitas sosial Penegakan hak dan
kewajiban asasi manusia yang optimal dapat meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah dan sistem hukum. Hal ini akan
berdampak positif pada stabilitas sosial dan politik di suatu negara. Ketika
hak dan kewajiban asasi manusia dihormati dan dilindungi, masyarakat
akan merasa lebih aman dan merasa bahwa negara benar-benar peduli
terhadap kesejahteraan mereka (Anggraini, 2022).
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial Penegakan hak dan kewajiban asasi
manusia yang optimal dapat meningkatkan kesejahteraan sosial. Ketika
masyarakat dapat memperoleh hak-haknya dengan baik, seperti hak atas
pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan lingkungan yang sehat, maka
kesejahteraan sosial akan meningkat. Hal ini akan berdampak pada
peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat secara
keseluruhan.
3. Meningkatkan citra internasional suatu negara Penegakan hak dan
kewajiban asasi manusia yang optimal dapat meningkatkan citra
internasional suatu negara. Negara yang dianggap memperhatikan hak
asasi manusia dan telah berhasil melindungi hak-hak tersebut akan
mendapat pengakuan dari masyarakat internasional. Hal ini akan
berdampak pada peningkatan hubungan diplomatik dan perdagangan
dengan negara lain serta membuka peluang investasi yang lebih besar
(Yusmad, 2018).
4. Mengurangi konflik dan kekerasan Penegakan hak dan kewajiban asasi
manusia yang optimal dapat mengurangi konflik dan kekerasan di suatu
negara. Pelanggaran hak asasi manusia seringkali menjadi pemicu
terjadinya konflik dan kekerasan. Ketika hak asasi manusia dihormati dan
dilindungi, maka potensi konflik dan kekerasan akan menurun.
Dari manfaat dan implikasi di atas, dapat dikatakan bahwa penegakan hak dan
kewajiban asasi manusia yang optimal sangat penting bagi kesejahteraan

PAGE \* MERGEFORMAT 1
masyarakat dan negara di era globalisasi. Negara harus berkomitmen untuk
memperkuat penegakan hak asasi manusia dan melindungi masyarakat dari
pelanggaran hak asasi manusia.

IV. PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa


kesimpulan penting. Hak asasi manusia, sebagai hak-hak yang melekat pada diri
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, merupakan anugerah-Nya yang
harus dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh berbagai entitas, termasuk
negara, hukum, pemerintah, dan individu, demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia. Penegakan hak asasi manusia sendiri mencakup
upaya efektif dalam menerapkan norma-norma hak asasi manusia dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat, bangsa, dan negara, melibatkan pencegahan
dan penindakan terhadap pelanggaran hak asasi manusia.
Namun, di era globalisasi, di mana terjadi integrasi ekonomi, politik, sosial,
budaya, teknologi, dan informasi antarnegara tanpa batas wilayah, penegakan hak
asasi manusia menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Rendahnya tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap aparat pemerintah dan lembaga-lembaga
penegak hukum menjadi salah satu hambatan utama, disertai oleh keberlanjutan
kekerasan dan diskriminasi sistematis, serta pilihan budaya kekerasan dalam
penyelesaian konflik.
Faktor-faktor lain seperti kurangnya komitmen pemerintah, komersialisasi
media massa, lemahnya kekuatan masyarakat, desentralisasi yang tidak diimbangi
dengan profesionalitas birokrasi dan kontrol masyarakat, budaya feodal, dan
korupsi juga turut mempersulit penegakan hak asasi manusia. Di samping itu,
prioritas masyarakat dan media massa yang lebih cenderung pada isu-isu seperti
korupsi, terorisme, dan pemulihan ekonomi, serta pandangan sebagian masyarakat
yang melihat hak asasi manusia sebagai produk budaya Barat, turut menyulitkan
upaya penegakan hak asasi manusia.

PAGE \* MERGEFORMAT 1
Terakhir, adanya ketidakadilan pada masa lalu yang tidak diikuti rekonsiliasi
sejati menciptakan luka batin dan dendam antarkelompok masyarakat. Semua hal
ini menggambarkan kompleksitas dan tantangan dalam memastikan penegakan
hak asasi manusia yang efektif di tengah dinamika globalisasi.:

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, sejumlah saran dapat diajukan untuk


meningkatkan perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia di dalam suatu
negara. Pertama, perlu dilakukan peningkatan kualitas pendidikan
kewarganegaraan dengan fokus pada nilai-nilai hak asasi manusia dan demokrasi
Pancasila sebagai fondasi utama dalam pembentukan identitas berbangsa dan
bernegara. Kedua, diperlukan peningkatan kapasitas dan integritas aparat
pemerintah serta lembaga penegak hukum agar dapat melaksanakan tugas sesuai
dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia dan supremasi hukum.

Selain itu, peran serta masyarakat sipil juga harus ditingkatkan melalui
pengawasan terhadap kinerja pemerintah dan lembaga penegak hukum, serta
memberikan dukungan dan advokasi bagi korban pelanggaran hak asasi manusia.
Kerjasama dan koordinasi antara pemerintah pusat, daerah, lembaga non-
pemerintah, serta peningkatan kualitas media massa yang independen, profesional,
dan bertanggung jawab, juga menjadi kunci dalam merumuskan dan
melaksanakan kebijakan hak asasi manusia.

Sementara itu, peningkatan kesadaran dan sikap kritis masyarakat terhadap


isu-isu hak asasi manusia, bersama dengan penolakan terhadap nilai-nilai budaya
yang bertentangan dengan hak asasi manusia, menjadi aspek penting dalam
menciptakan lingkungan yang mendukung penegakan hak asasi manusia.
Terakhir, upaya penyelesaian komprehensif dan berkeadilan terhadap kasus
pelanggaran hak asasi manusia di masa lalu, bersama dengan rekonsiliasi
antarkelompok masyarakat yang terlibat dalam konflik berbasis hak asasi
manusia, juga harus diutamakan. Dengan demikian, implementasi saran-saran ini

PAGE \* MERGEFORMAT 1
diharapkan dapat membawa perubahan positif dalam perlindungan dan
pemenuhan hak asasi manusia di suatu negara.

PAGE \* MERGEFORMAT 1
REFERENSI

Agustina, E., Eryani, S., Dewi, V., & Pawari, R. R. (2021). Lembaga Bantuan
Hukum dalam Perspektif Hak Asasi Manusia. Jurnal Solusi, 19(2), 221.
Amnesty International. (2022). Annual Report 2021/2022: The State of the
World's Human Rights. Amnesty International Publications.
Anggraini, M. (2022). Hak Asasi Manusia dan Kewajiban. Disiplin: Majalah
Civitas Akademika Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Sumpah Pemuda, 28(1), 9–
18.
Aswandi, B., & Roisah, K. (2019). Negara hukum dan demokrasi pancasila dalam
kaitannya dengan hak asasi manusia (HAM). Jurnal Pembangunan Hukum
Indonesia, 1(1), 128–145.
Dirdjosisworo, S. (2002). Pengadilan hak asasi manusia Indonesia. Citra Aditya
Bakti.
El-Muhtaj, M. (2017). Hak asasi manusia dalam konstitusi Indonesia. Prenada
Media.
Hsb, M. O. (2021). Ham dan kebebasan berpendapat dalam UUD 1945. Al
WASATH Jurnal Ilmu Hukum, 2(1), 29–40.
Human Rights Watch. (2020). World Report 2020: Events of 2020. Human Rights
Watch Publications.
Iskandar, P. (2012). Hukum HAM Internasional: Sebuah Pengantar Kontekstual.
Institute for Migrant Rights.
Lonto, A. L., Lolong, W., & Pangalila, T. (2016). Buku: Hukum Hak Asasi
Manusia. Ombak.
Marzuki, S., & Riyadi, E. (2008). Hukum Hak Asasi Manusia. Yogyakarta: Pusat
Studi Hak Asasi Manusia Universitas Islam Indonesia.
Muannif, R., Yatini, Y., Ahmad Arif, Z., Rasta Kurniawati Br, P., Rina, S.,
Sariyah, S., Ontran Sumantri Riyanto, R., Asman, A., Dewi Pika Lbn Batu,
B., & Firmansyah, F. (2021). Ham Ditinjau Dari Berbagai Perspektif
Hukum. Nuta Media.
Nurdin, M. N., & Razak, M. R. R. (2023). ETIKA POLITIK PEMENUHAN
HAK ASASI MANUSIA DALAM ERA GLOBALISASI. Wacana: Jurnal
Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Interdisiplin, 10(2), 665–673.
O'Byrne, D. (2014). Human rights: An introduction. Routledge.

PAGE \* MERGEFORMAT 1
PBB. (1948). Universal Declaration of Human Rights.
Romadlan, S., & Fauziah, I. (2022). Konstruksi Realitas Media Online Mengenai
Kekerasan Aparat Kepolisian Di Desa Wadas, Jawa Tengah. Jurnal Studi
Komunikasi Dan Media, 26(1), 53–70.
Rosana, E. (2016). Negara demokrasi dan hak asasi manusia. Jurnal Tapis: Jurnal
Teropong Aspirasi Politik Islam, 12(1), 37-53.
SA, A. W. G., & SH, M. (2019). Hukum Hak Asasi Manusia. Penerbit Andi.
Sabon, M. B., & SH, M. (2020). Hak Asasi Manusia: Bahan Pendidikan untuk
Perguruan Tinggi. Penerbit Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.
Saleh, M. R. (2020). Menghijaukan Ham. PT. Rayyana Komunikasindo.
Savitri, A. S., & Dewi, D. A. (2021). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam
Kehidupan di Era Globalisasi. INVENTA: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, 5(2), 165–176.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia.
United Nations. (2015). Human Rights in the World Today: A Report on the 70th
Anniversary of the UDHR. United Nations Publications.
Utami, R., Rainariga, R., Mu’aliamah, M., & Damayanti, D. D. (2023). HAK
ASASI MANUSIA BERDASARKAN KONSEPSI SEJARAH DUNIA
DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA. Advanced In Social
Humanities Research, 1(4), 372–385.
Utomo, S. (2014). Pengaruh pembangunan di era globalisasi terhadap pemenuhan
hak asasi manusia atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Jurnal
Pembaharuan Hukum, 1(3), 258–266.
Wasiati, C. (2022). PROBLEMATIKA PEMENUHAN JAMINAN HAK ASASI
MANUSIA DI INDONESIA. Juris Humanity: Jurnal Riset Dan Kajian
Hukum Hak Asasi Manusia, 1(2), 91–101.
Wibowo, W., & Setyadi, Y. (2021). Penegakan Hukum Hak Asasi Manusia Di
Indonesia Dalam Kasus Pelanggaran Ham Berat: Studi Kasus Tanjung Priok,
Timor Timur, Dan Abepura. JOURNAL OF ISLAMIC AND LAW STUDIES,
5(1).
Widyastuti, A. R. (2009). Peran Hukum dalam Memberikan Perlindungan
terhadap Perempuan dari Tindak Kekerasan di Era Globalisasi. [DUMMY]
Jurnal Mimbar Hukum Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 21(2),
395–408.
Yusmad, M. A. (2018). Hukum di Antara Hak dan Kewajiban Asasi. Deepublish.

PAGE \* MERGEFORMAT 1
PAGE \* MERGEFORMAT 1

Anda mungkin juga menyukai