{yusin1409@gmail.com, dewamangku.undiksha@gmail.com,
raiyuliartini@gmail.com}
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaturan hukum yang mengatur mengenai tentara anak
dalam konflik bersenjata dalam perspektif hukum humaniter internasional dan untuk mengetahui
perlindungan hukum bagi anak-anak yang direkrut sebagai tentara anak. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode penelitian hukum normatif. Di dalam penelitian ini pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan perundang-undangan, pendekatan konseptual dan pendekatan kasus.
Sumber bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder dan bahan hukum tersier. Analisis bahan hukum dilakukan secara deskriptif selanjutnya data
yang diperoleh disusun secara sistematis, kemudian ditarik kesimpulan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pengaturan hukum yang mengatur mengenai penggunaan tentara anak dalam
konflik bersenjata dalam perspektif hukum humaniter internasional terdapat dalam Konvensi Jenewa
1949, Protokol Tambahan tahun 1977, Konvensi Hak Anak dan Protokol Tambahannya. Perlindungan
hukum bagi anak-anak yang direkrut sebagai tentara anak yaitu yang pertama adalah perlindungan
berdasarkan Prinsip Pembeda, perlindungan berdasarkan pasal-pasal dalam Konvensi Jenewa,
Protokol Tambahan Konvensi Jenewa Tahun 1977, Konvensi Hak Anak dan Protokol Tambahannya
pada. Selain itu ada beberapa instrument hukum lainnya yang juga mengatur menganai perlindungan
terhadap hak-hak anak. yang juga mengatur menganai perlindungan terhadap hak-hak anak.
Berdasarkan beberapa instrumen hukum di atas maka perlindungan hukum terhadap anak-anak yang
direkrut menjadi tentara anak di Sri Lanka meliputi: perlindungan terhadap perekrutan anak yang
berusia di bawah 15 ke dalam konflik besenjata, perlindungan anak dari setiap serangan tidak
senonoh, perlindungan perlindungan terhadap pelarangan hukuman mati bagi anak-anak yang berusia
di bawah 15 tahun.
Abstract
This research aims to determine the legal arrangements of child soldiers in armed conflict in the
perspective of international humanitarian law and to find out legal protection for children recruited as
child soldiers. The research method used in this paper is a normative legal research method. In this
research the approach method are the Statute Approach, the Conceptual Approach, and the Case
Approach. The sources of legal material used in this research are primary legal materials, secondary
legal materials and tertiary legal materials. Analysis of the legal material is carried out descriptively,
Analysis of legal material is carried out descriptively, then the data obtained is arranged systematically,
afterward draw conclusions. The results of this research indicate that the legal arrangements the use of
child soldiers in armed conflict in the perspective of international humanitarian law are contained in the
Geneva Conventions of 1949, Additional Protocols of 1977, Convention on the Rights of the Child and
Additional Protocols. Legal protection for children that recruited as child soldiers, the first is protection
based on the Distinction Principle, legal protection based on the articles of the Geneva Convention
1949, Additional Protocol of the Geneva Convention of 1977, Convention on the Rights of the Child and
Additional Protocol. In addition there are several other legal instruments which also regulate the
protection of children's rights. Based on several legal instruments above, the legal protection of children
recruited as child soldiers in Sri Lanka includes: protection against the recruitment of children under 15
124
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 2 Tahun 2019)
into armed conflict, protection of children from any indecent attacks, protection against prohibition of
punishment die for children under 15 years old.
Keywords : Child Soldiers, Armed Conflict, International Humanitarian Law
125
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 2 Tahun 2019)
Tigers of Tamil Elam yang selanjutnya berjumlah 49 orang terbunuh oleh tentara
disebut LTTE). pemerintah Srilanka dalam pertempuran di
Situasi pasca kemerdekaan, Tamil Oddusudan, sebelah utara Kolombo (Ebo,
tergeser oleh dominasi mayoritas Sinhala. Tentara Anak Dalam Gerakan LTTE Di Sri
Kebijakan etnosentris oleh pemerintah yang Lanka, https://www.kompasiana.com/).
dikendalikan oleh Sinhala mendorong Perekrutan anak dalam konflik
keinginan memisahkan diri oleh kelompok bersenjata dari sisi psikologis sangat
Tamil. Konflik ini melahirkan kelompok berbahaya dan merugikan kepentingan
perlawanan dari kalangan Tamil yang sang anak. Perekrutan anak terjadi ketika
dikenal sebagai LTTE tahun 1972. LTTE mereka berada di pengungsian bersama
berkembang menjadi kelompok militer yang orang tua mereka. Anak-anak yang direkrut
kuat dan memperburuk konflik. Konflik etnis tersebut kemudian dibentuk menjadi pribadi
dan politik ini telah menewaskan puluhan yang tidak sesuai dengan jati diri. Mereka
ribu penduduk Sri Lanka, memaksa hampir diajarkan taktik berperang dan ditanamkan
setengah juta diantaranya mengungsi, rasa permusuhan dan benci, dalam pikiran
merusak bisnis, merusak kekayaan dalam mereka tertanam satu nilai permusuhan
skala masif, dan menghabiskan banyak dan mereka hanya berpikir bagaimana
anggaran (Ciptowiyono, Konflik Indentitas di membunuh dan mempertahankan diri agar
Sri Lanka, https://www.kompasiana.com/). tidak menjadi korban pembunuhan, dari sisi
Melihat dari konflik seperti yang terjadi hak asasi manusia, perekrutan anak
di Sri Lanka, kelompok anak-anak dan sebagai tentara merupakan perbuatan yang
perempuan sebagai warga sipil yang melanggar hak asasi anak sebagai pribadi
seharusnya dilindungi, sesuai dengan apa yang merdeka.
yang diamanatkan dalam Konvensi Hukum humaniter menempatkan
Jenewa, akan tetapi justru anak-anak dan ketentuan tentang perlindungan anak dari
perempuan sering dijadikan perisai dan perekrutan anak sebagai tentara diatur
bahkan sering menjadi korban. Konflik dalam Konvensi Jenewa IV tentang
dapat mendorong anak-anak menjadi perlindungan penduduk sipil tahun 1949,
pengungsi, buruh, maupun tentara. Situasi ketentuan serupa juga diatur dalam
konflik menyebabkan hak anak menjadi Protokol Tambahan II Tahun 1977 yang
terancam atau terlanggar baik yang melarang perekrutan anak sebagai tentara
berkaitan dengan hak hidup, hak berada (Risnain, 2014:366). Uraian di atas
dalam keluaraga dan masyarakat, hak menunjukkan hal-hal yang perlu dicermati
kesehatan, hak perkembangan, hak dan sangat menarik untuk dibahas adalah
perkembangan kepribadian, dan hak untuk bagaimanakah pengaturan hukum yang
mendapatkan perlindungan. mengatur tentang perekrutan tentara anak
Mengingat bahwa anak-anak dalam perspektif hukum humaniter
merupakan senjata yang sempurna karena internasional dan bagaimanakah
mereka mudah untuk dimanipulasi dan pula perlindungan hukum bagi anak-anak yang
mereka sangat setia serta tidak kenal takut, direkrut sebagai tentara dalam konflik
faktor-faktor tersebut dimanfaatkan oleh bersenjata. Sehingga penulis tertarik untuk
pasukan LTTE untuk melibatkan anak-anak membuat sebuah penulisan hukum yang
dalam konflik bersenjata di Sri lanka. Anak- berjudul “Penggunaan Tentara Anak Dalam
anak juga mudah di doktrin dengan hal-hal Konflik Bersenjata Ditinjau Dari Perspektif
baru, sehingga kehadiran anak-anak dalam Hukum Humaniter Internasional (Studi
konflik bersenjata bukan lagi sebuah Kasus : Konflik Bersenjata Di Sri Lanka)”.
paksaan, namun secara sukarela.
Penggunaan tentara anak merupkan peran
RUMUSAN MASALAH
penting dalam menjaga eksistensi LTTE.
Berdasarkan latar belakang yang
Perekrutan anak pun dilakukan secara
disampaikan, terdapat dua rumusan
represif dengan cara mengadakan wajib
masalah yaitu:
militer dan berpartisipasi dalam
1. Bagaimana pengaturan hukum yang
pertempuran. Kasus ini terjadi di bulan
mengatur tentang tentara anak dalam
Oktober 1999, di mana tentara anak LTTE
126
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 2 Tahun 2019)
127
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 2 Tahun 2019)
dengan negara pelindung, ICRC dan berkaitan dengan sengketa bersenjata serta
Palang Merah Nasional: Larangan untuk hal-hal yang berkaitan lainnya, diantaranya
melakukan paksaan jasmani dan rohani adalah perekrutan anak menjadi tentara.
untuk memperoleh keterangan; Larangan HHI yang dalam prakteknya bertujuan untuk
untuk melakukan tindakan yang memanusiawikan perang serta memberikan
menimbulkan penderitaan yang berlebihan; perlindungan terhadap korban perang,
Larangan untuk menjatuhkan hukuman dalam hal ini HHI juga memuat aturan
secara kolektif, larangan untuk melakukan tentang perlindungan bagi anak-anak yang
intimidasi, terror dan perampokan, juga direkrut menjadi bagian dari angkatan
larangan untuk melakukan reprisal terhadap bersenjara. Salah satu aturan dalam HHI
penduduk sipil; Larangan untuk menjadikan yang memuat tentang perlindungan
sandera. terhadap anak-anak yang direkrut ke dalam
Anak merupakan pribadi yang angkatan bersenjata dalam Konvensi
tergolong ke dalam penduduk sipil dengan Jenewa 1949, konvensi yang terdiri dari
demikian dalam konvensi jenewa yang empat bagian ini, pada bagian keempat
mengatur tentang perlindungan anak bisa yaitu yang memuat mengenai perlindungan
kita lihat pada Konvensi Jenewa IV yang terhadap orang-orang sipil pada waktu
memuat mengenai perlindungan terhadap perang menjelaskan siapa-siapa saja yang
orang-orang sipil. Pengaturan berdasarkan dimaksud penduduk sipil, bagaimana
Protokol Tambahan Tahun 1977 yaitu bentuk perlindungan yang diberikan. Dalam
Protokol Tambahan I yang mengatur konvensi tersebut dijelaskan bahwa anak-
mengenai konflik bersenjata internasional anak digolongkan ke dalam penduduk sipil
dan Protokol Tambahan II yang mengatur yang juga harus dilindungi pada waktu
mengenai konflik bersenjata perang. Sehingga konvensi jenewa ini telah
noninternasional, dalam kedua protokol ini memberikan perlindungan terhadap anak
juga dijelaskan mengenai pengaturan dimana statusnya sebagai penduduk sipil.
terhadap pelibatan anak dalam konflik Akan tetapi konvensi ini tidak menjelaskan
bersenjata. Pengaturan berdasarkan secara pasti mengenai perekrutan anak
Konvensi Hak Anak, konvensi ini menjadi tentara anak serta keterlibatannya
merupakan instrumen yang merumuskan ke dalam konflik bersenjata.
prinsip-prinsip yang universal dan norma Protokol tambahan I dan II Konvensi
hukum mengenai kedudukan anak. Oleh Jenewa tahun 1977 yang mengatur
karena itu, konvensi hak anak ini mengenai sengketa bersenjata
merupakan perjanjian internasional internasional dan sengketa bersenjata
mengenai hak asasi manusia yang noninternasional. Di dalam protokol
memasukkan hak sipil, hak politik, hak tambahan tersebut juga dapat kita lihat
ekonomi dan hak budaya yang di dalamnya beberapa aturan yang berkaitan dengan
juga menjabarkan mengenai keterlibatan perekrutan anak-anak menjadi tentara
anak-anak dalam konflik bersenjata. anak. Namun yang perlu dicermati dalam
Pengaturan berdasarkan Protokol situasi seperti apa yang terjadi di Sri Lanka,
Tambahan Konvensi Hak Anak yaitu dimana konflik bersenjata tersebut terjadi
Protokol Tambahan Tahun 2000. Protokol antara Pemerintah Sri Lanka dengan LTTE,
ini berisi 13 pasal, dan sesuai dengan yang mana LTTE tersebut melibatkan anak-
namanya, protokol ini khusus berlaku bagi anak ikut sebagai bagian dari kelompok
anak-anak yang terlibat dalam konflik bersenjata, lalu aturan manakah yang
bersenjata. Protokol ini juga melengkapi nantinya digunakan untuk memberikan
dan memperjelas norma yang mengatur perlindungan hukum bagi anak-anak
tentang pelibatan anak dalam konflik mengingat bahwa konflik yang terjadi di Sri
bersenjata (Enny Narwati dan Lina Hastuti Lanka tersebut bukanlah merupakan konflik
2008: 5). Di antara ketiga belas pasal yang internasional.
penting untuk dibicarakan adalah Pasal 1, 2 Berbicara mengenai anak dan
3, 4 dan 6. keterlibatannya ke dalam kelompok
HHI telah sedemikian rupa bersenjata, kita tidak bisa terlepas dari
memberikan aturan-aturan hukum yang aturan hukum yang khusus membahas
128
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 2 Tahun 2019)
mengenai anak yaitu Konvensi Hak Anak, tentara anak yang telah melebihi usia 15
karena konvensi ini sudah sedemikian rupa tahun menurut Konvensi Jenewa
merumuskan mengenai kedudukan anak digolongkan ke dalam kombatan. Maka
serta perlindungan hukum bagi anak-anak perlindungan hukum bagi kombatan akan
dalam keadaan apapun. Selian itu, berlaku juga bagi tentara anak.
konvensi ini juga dilengkapi dengan Perlindungan Hukum bagi Anak-anak
protokol tambahannya yaitu Protokol yang direkrut sebagai Tentara berdasarkan
Tambahan Tahun 2000 yang mana protokol Protokol Tambahan Konvensi Jenewa
ini secara khusus membahas keterlibatan Tahun 1977. Perlindungan berdasarkan
anak-anak dalam konflik bersenjata. Protokol Tambahan I pasal 77:
1. Anak-anak harus dilindungi dari
Perlindungan Hukum bagi Anak-anak perbuatan-perbuatan yang tidak
yang direkrut sebagai Tentara Anak. senonoh dan pihak yang bertikai harus
Perlindungan Hukum bagi Anak-anak menyediakan bantuan dan perawatan
yang direkrut sebagai Tentara berdasarkan yang mereka butuhkan.
Konvensi Jenewa 1949, yaitu yang pertama 2. Pihak yang bersengketa harus
berdasarkan Prinsip Pembeda. Prinsip mengambil segala tindakan dan
pembeda ini merupakan suatu prinsip yang menjauhkan anak-anak dari segala
membagi penduduk ke dalam dua golongan perekrutan anak tersebut menjadi
yaaitu Kombatan dan Penduduk Sipil tentara.
(Permanasari. 1999: 73), pembedaan ini 3. Tetapi dalam melatih anak yang berusia
perlu untuk menentukan siapa yang boleh lima belas tahun tapi belum mencapai
diserang dan siapa yang harus dilindung. usia delapan belas tahun, maka mereka
Berdasarkan prinsip pembeda ini maka harus mengutamakan mereka yang
anak digolongkan ke dalam penduduk sipil tertua.
yang harus dilindungi, namun kenyataan 4. Perlindungan khusus yang diberikan
seperti yang terjadi di Sri Lanka bahwa kepada anak-anak ini diterapkan baik
anak-anak tersebut direkrut menjadi tentara mereka dalam status tahanan maupun
anak dan diperintahkan memanggul senjata tidak; Apabila anak-anak ditangkap
maka bagaimanakah status hukum dari ditahan/ditawan, ataupun diasingkan
anak tersebut, apakah mereka digolongkan karena hal-hal yang berkaitan dengan
ke dalam penduduk sipil atau kombatan, konflik bersenjata, mereka harus
melihat pada kenyataan bahwa anak-anak ditempatkan ditempat yang terpisah
tersebut memegang senjata. Dengan dengan orang dewasa, kecuali orang-
demikian untuk menentukan status hukum orang dewasa tersebut adalah
dari tentara anak tersebut dapat dilihat dari keluargannya.
beberpa instrument hukum yaitu : Pasal 1, 5. Anak-anak tidak boleh dihukum mati.
2 dan 3 Konvensi Den Haag, Pasal 13 Perlindungan hukum berdasarkan
Konvensi Jenewa I Tahun 1949, Pasal 43 Protokol Tambahan II, yaitu pasal Pasal 4
ayat (1) dan ayat (2) Protokol Tambahan I ayat (3) huruf c telah memberikan
Tahun 1977, Pasal 44 ayat (3) Protokol pemaparan yang tegas mengenai
Tambahan I Tahun 1977, sehingga keterlibatan anak dalam permusuhan atau
berdasasrkan instrument tersebut anak konflik bersenjata yaitu dengan melarang
digolongkan sebagai kombatan, yaitu ketika anak-anak yang berusia di bawah lima
mereka memiliki lambang pembeda khusus, belas tahun untuk direkrut dalam angkatan
membawa senjata secara terbuka dan perang. Pasal 4 ayat (3) huruf d Protokol
melakukan operasi militer sesuai dengan Tambahan II tahun 1977 memberikan
peraturan dan kebiasaan internasional, pemahaman bahwa mereka yang berusia di
namun instrument tersebut hanya berlaku bawah lima belas tahun atau belum
bagi tentara anak yang berusia di atas lima mencapai umur lima belas tahun akan
belas tahun, maka ketentuan-ketentuan mendapatkan perlindungan istimewa jika
yang akan berlaku bagi tentara anak mereka terlibat langsung dalam
tersebut adalah sama seperti ketentuan permusuhan apabila mereka tertangkap
yang berlaku kepada kombatan, karena dan kemudia menjadi tawanan perang.
129
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 2 Tahun 2019)
Pasal 6 ayat (2) huruf h mengatur Child); Cape Town Principles and Best
mengenai larangan pemberlakuan Practices 1997); Konvensi ILO (ILO
hukuman mati bagi mereka yang berusia di Convention Nr. 138: minimum Age
bawah delapan belas tahun pada saat Convention and ILO Convention Nr. 182:
pelanggaran itu dilakukan, larangan itu juga Worst Forms of Child Labour Convention);
berlaku bagi ibu hamil dan ibu yang Konvenan Internasional Hak-hak Sipil dan
memiliki anak yang masih kecil. Politik (International Convenant on Civil and
Perlindungan Hukum bagi Anak-anak Political Right); Resolusi Dewan Keamanan
yang direkrut sebagai Tentara berdasarkan PBB No. 1612 Tahun 2005 (UN Security
Konvensi Hak Anak yaitu terdapat dalam Council Resolution Nr.1612 Children and
pasal 38 yang secara garis besar Armed Conflict Resolution); Resolusi
memaparkan hal-hal sebagai berikut: Dewan Keamanan PBB No. 1261 tahun
1. Negara-negara peserta dari konvensi ini 1999 dan Resolusi Dewan Keamanan
diwajibkan atau diharuskan untuk PBB No. 1314 tahun 2000 (UN Security
menghormati dan menjamin Council Resolution Nr. 1261 and UN
penghormatan terhadap ketentuan- Security Council Resolution Nr. 1314);
ketentuan hukum humaniter Deklarasi Amerika tentang Hak dan
internasional yang berlaku bagi anak- Kewajiban Manusia tahun 1984 (American
anak dalam konflik bersenjata. Declaration of the Right and Duties of Man);
2. Memuat mengenai kewajiban negara Paris Principle and Guidelines on Children
untuk tidak merekrut anak yang masih di Associates with Armed Forces and Armed
bawah usia lima belas tahun dan Groups 2007; Protokol Untuk Mencegah,
memberikan perlindungan bagi anak Menekan, dan Menghukum Perdagangan
yang terkena dampak konflik bersenjata Manusia tahun 2000 (Protocol to Prevent,
3. Negara-negara pihak harus mengekang Suppress, and Punish Trafficking in
diri agar tidak menerima siapapun yang Persons).
belum mencapai usia lima belas tahun Prinsip pembeda merupakan prinsip
ke dalam angkatan bersenjata mereka. mendasar dalam hukum perang, dimana
Dalam menerima diantara orang-orang prinsip ini membedakan penduduk sipil
tersebut, yang telah mencapai usia lima dengan kombatan. Pembedaan ini perlu
belas tahun tetapi belum mencapai usia dilakukan untuk mengetahui siapa yang
delapan belas tahun maka negara- boleh turut dalam permusuhan dan siapa
negara pihak harus berusaha yang tidak, serta untuk menentukan siapa
memberikan prioritas kepada mereka yang dapat/boleh dijadikan objek kekerasan
yang tertua; semua negara harus dan siapa yang harus dilindungi.
mengambil langkah-langkah yang Berdasarkan prinsip ini, maka anak di
memadai untuk mencegah partisipasi golongkan ke dalam penduduk sipil yang
siapapun di bawah usia lima belas tahun harus dilindungi sesuai dengana amanat
dalam pertikaian, baik kelompok Konvensi Jenewa 1949. Namun kasus yang
pemerintah mau kelompok bersenjata terjadi di Sri Lanka yaitu anak-anak direkrut
lainnya. menjadi tentara anak dan dilibatkan
Perlindungan Hukum bagi Anak-anak langsung ke dalam pertempuran, lalu
yang direkrut sebagai Tentara berdasarkan bagaimanakah status dari si anak tersebut?
Protokol Tambahan Tahun 2000 yaitu Apakah Ia tetap di golongkan ke dalam
terdapat dalam pasal 1, 2, 3, 4 dan 6. penduduk sipil yang harus dilindungi atau Ia
Selain itu ada beberapa instrument hukum digolongkan ke dalam kombatan,
lain yang juga mengatur mengenai mengingat bahwa anak-anak tersebut
keterlibatan anak dalam konflik bersenjata memegang senjata. Dalam beberapa pasal
yaitu: Rome Statute of the International di konvensi telah dijelaskan pada saat
Criminal Court, 1988 (Statuta Roma kapan anak-anak itu dapat dikatakan
Pengadilan Kejahatan Internasional, 1988); sebagai kombatan, yaitu pada saat mereka
Piagam Afrika tentang Hak-hak dan memiliki lambing pembeda khusus,
Kesejahteraan Anak tahun 1999 (African membawa senjata secara terbuka dan
Charter on the Rights and Welfare on the melakukan oprasi militer. Serta anak-anak
130
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 2 Tahun 2019)
yang statusnya masih diragukan wajib internasional telah dengan sedemikian rupa
dianggap sebagai penduduk sipil. Karena memberikan perlindungan terhadap hak-
tentara anak yang telah melebihi usia 15 hak anak, karena berdasarkan hukum
tahun digolongkan ke dalam kombatan internasional khususnya HHI, anak-anak
menurut ketentuan Konvensi Jenewa maka tidak boleh dijadikan sarana dalam medan
perlindungan hukum bagi kombatan juga pertempuran dengan demikian anak-anak
akan berlaku bagi anak-anak tersebut. tidak boleh direkrut menjadi tentara anak,
Protokol Tambahan I Tahun 1977, melainkan bahwa anak-anak ini harus
dalam pasal 77 telah dijelaskan mendapatkan perlindungan secara penuh.
perlindungan-perlindungan yang diberikan Bentuk perlindungan yang nyata
kepada anak, salah satunya adalah bahwa terhadap anak-anak yang direkrut menjadi
para pihak yang bersengketa harus tentara anak ini adalah perlindungan yang
melakukan segala upaya agar anak yang diberikan oleh UNICEF karena tugas
belum berusia lima belas tahun tidak ikut UNICEF adalah menyediakan bantuan
ambil bagian dalam peperangan, dengan darurat bagi anak-anak setelah Perang
demikian dapat kita lihat bahwa, protokol ini Dunia II. Sumber dana digunakan untuk
tidak memberikan penjelasan secara jelas kebutuhan darurat anak-anak di Eropa dan
dan terang mengenai perlindungan hukum Cina paska perang berupa pengadaan
terhadap tentara anak. Akan tetapi protokol pangan, obat-obatan, sandang dan
ini menjelaskan mengenai perlindungan pakaian. UNICEF adalah salah satu badan
apa yang diberikan kepada anak-anak yang di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa
terlibat langsung ke dalam pertempuran yang memberikan pelayanan teknis,
atau perekrutan anak-anak tersebut ke pembangunan kapasitas, advokasi,
dalam konflik bersenjata. Protokol perumusan kebijakan, dan melakukan
Tambahan II berlaku pada situasi konflik promosi isu-isu mengenai anak. Selama
noninternasional, jika dilihat secara sekilas lebih dari 60 tahun, UNICEF memainkan
isinya hampir sama dengan ketentuan yang peranan penting dalam membantu
ada dalam Protokol Tambahan I, namun pemerintah memajukan hidup anak-anak
Protokol Tambahan II memberikan batasan dan wanita (Maddocks, 2004 : 6).
yang lebih longgar mengenai batas usia. UNICEF telah mengintegrasikan hak-
Konvensi Hak Anak Tahun 1989 tidak hak anak ke dalam setiap misinya. UNICEF
menjelaskan secara langsung mengenai bekerja untuk melindungi anak-anak dan
tentara anak, tetapi konvensi ini memberi perempuan dari eksploitasi, kekerasan dan
penjelasan mengenai perlindungan hak-hak penelantaran. Hal tersebut dilakukan
anak, salah satunya adalah keterlibatan dengan meningkatkan kesadaran anggota
anak dalam konflik bersenjata yang masyarakat dan organisasi berbasis
terdapat pada pasal 38. Jadi dapat masyarakat tentang cara pencegahan
disimpulkan bahwa konvensi hak anak penyalahgunaan eksploitasi, perdagangan,
tersebut merupakan ketentuan umum dan penelantaran. Selain itu, UNICEF juga
mengenai anak dalam konflik bersenjata. memberi edukasi mengenai pelatihan
Konvensi Hak Anak ini juga dilengkapi kejuruan dan kegiatan rekreasi untuk anak-
dengan Protokol Tambahan yaitu Protokol anak yang rentan dan para pemuda,
Tambahan Tahun 2000, protokol ini dibuat termasuk anak jalanan dan pekerja anak.
secara khusus untuk membahas mengenai
keterlibatan anak ke dalam suatu SIMPULAN DAN SARAN
pertempuran. Protokol ini memberikan Berdasarkan hasil penelitian dan
perlindungan kepada anak-anak yang telah pembahasan penulis dapat menyimpulkan
direkrut menjadi tentara anak untuk sebagai berikut:
dilepaskan dari tugasnya sebagai tentara 1. Hukum humaniter internasional telah
anak. memiliki beberapa instrumen hukum
Ada beberapa peraturan lain yang yang mengatur mengenai keterlibatan
mengatur mengenai keterlibatan anak anak-anak ke dalam konflik bersenjata
dalam konflik bersenjata, yaitu seperti yang atau perekrutan anak-anak sebagai
telah di sebutkan di atas. Sehingga dunia tentara anak, yaitu diantaranya adalah
131
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 2 Tahun 2019)
132
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 2 Tahun 2019)
Sujatmoko, Andrey. 2015. Hukum HAM dan armed conflict (Additional Protocol II
Hukum Humaniter. Jakarta: PT Raja 1977))
Grafindo Persada Protokol Tambahan Tahun 2000 (Optional
Sunggono, Bambang. 1997. Metodologi Protocol to the Convention on the
Hukum. Jakarta: PT Raja Grafindo Right of the Children on the
Persada. Involvement of Childern in Armed
Conflict).
Jurnal Ilmiah.
Risnain, “Problematika Perekrutan Anak
dalam Konflik Bersenjata dan
Permasalahannya di Indonesia”, Fiat
Justisia Jurnal Ilmu Hukum, (Juli-
September 2014). ISSN:1978-5186,
Volume 8 No. 3
Internet/Website
Ciptowiyono, Konflik Indentitas di Sri Lanka,
https://www.kompasiana.com/isharya
nto/konflik-identitas-di-sri-
lanka_54f7b70aa33311bd208b4830
diakses tanggal 6 April 2018
Ebo, Tentara Anak Dalam Gerakan LTTE
Di Sri Lanka,
https://www.kompasiana.com/jasliene
bo/tentara-anak-dalam-gerakan-ltte-
di-sri-
lanka_5500f9b5a333117f725127a4
diakses tanggal 7 April 2018
Peraturan Perundang-undangan
/Perjanjian Internasional
Konvensi Den Haag 1899 (Hague
Convention of 1899) .
Konvensi Hak Anak 1989 (Convention of
the Right of the Child 1989).
Konvensi Jenewa 1949 Bagian IV tentang
Perlindungan Orang-Orang Sipil
dalam Waktu Perang (Geneva
Convention (IV) on Civilians, 1949.
Convention (IV) relative to the
Protection of Civilian Persons in Time
of War. Geneva).
Protokol Tambahan I dan II Tahun 1977
(The convention is supplemented by
the Additional Protocol 1977 that
governs the victims of international
armed conflict (Additional Protocol I
1977) and victims of non-international
133