Anda di halaman 1dari 10

e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 2 Tahun 2019)

PENGGUNAAN TENTARA ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA


DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL
(Studi Kasus : Konflik Bersenjata di Sri Lanka)
I Gusti Ayu Sintiya Widayanti1, Dewa Gede Sudika Mangku2, Ni Putu Rai Yuliartini3

Program Studi Ilmu Hukum


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

{yusin1409@gmail.com, dewamangku.undiksha@gmail.com,
raiyuliartini@gmail.com}
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaturan hukum yang mengatur mengenai tentara anak
dalam konflik bersenjata dalam perspektif hukum humaniter internasional dan untuk mengetahui
perlindungan hukum bagi anak-anak yang direkrut sebagai tentara anak. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode penelitian hukum normatif. Di dalam penelitian ini pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan perundang-undangan, pendekatan konseptual dan pendekatan kasus.
Sumber bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder dan bahan hukum tersier. Analisis bahan hukum dilakukan secara deskriptif selanjutnya data
yang diperoleh disusun secara sistematis, kemudian ditarik kesimpulan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pengaturan hukum yang mengatur mengenai penggunaan tentara anak dalam
konflik bersenjata dalam perspektif hukum humaniter internasional terdapat dalam Konvensi Jenewa
1949, Protokol Tambahan tahun 1977, Konvensi Hak Anak dan Protokol Tambahannya. Perlindungan
hukum bagi anak-anak yang direkrut sebagai tentara anak yaitu yang pertama adalah perlindungan
berdasarkan Prinsip Pembeda, perlindungan berdasarkan pasal-pasal dalam Konvensi Jenewa,
Protokol Tambahan Konvensi Jenewa Tahun 1977, Konvensi Hak Anak dan Protokol Tambahannya
pada. Selain itu ada beberapa instrument hukum lainnya yang juga mengatur menganai perlindungan
terhadap hak-hak anak. yang juga mengatur menganai perlindungan terhadap hak-hak anak.
Berdasarkan beberapa instrumen hukum di atas maka perlindungan hukum terhadap anak-anak yang
direkrut menjadi tentara anak di Sri Lanka meliputi: perlindungan terhadap perekrutan anak yang
berusia di bawah 15 ke dalam konflik besenjata, perlindungan anak dari setiap serangan tidak
senonoh, perlindungan perlindungan terhadap pelarangan hukuman mati bagi anak-anak yang berusia
di bawah 15 tahun.

Kata Kunci : Tentara Anak, Konflik Bersenjata, Hukum Humaniter Internasional.

Abstract
This research aims to determine the legal arrangements of child soldiers in armed conflict in the
perspective of international humanitarian law and to find out legal protection for children recruited as
child soldiers. The research method used in this paper is a normative legal research method. In this
research the approach method are the Statute Approach, the Conceptual Approach, and the Case
Approach. The sources of legal material used in this research are primary legal materials, secondary
legal materials and tertiary legal materials. Analysis of the legal material is carried out descriptively,
Analysis of legal material is carried out descriptively, then the data obtained is arranged systematically,
afterward draw conclusions. The results of this research indicate that the legal arrangements the use of
child soldiers in armed conflict in the perspective of international humanitarian law are contained in the
Geneva Conventions of 1949, Additional Protocols of 1977, Convention on the Rights of the Child and
Additional Protocols. Legal protection for children that recruited as child soldiers, the first is protection
based on the Distinction Principle, legal protection based on the articles of the Geneva Convention
1949, Additional Protocol of the Geneva Convention of 1977, Convention on the Rights of the Child and
Additional Protocol. In addition there are several other legal instruments which also regulate the
protection of children's rights. Based on several legal instruments above, the legal protection of children
recruited as child soldiers in Sri Lanka includes: protection against the recruitment of children under 15

124
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 2 Tahun 2019)

into armed conflict, protection of children from any indecent attacks, protection against prohibition of
punishment die for children under 15 years old.
Keywords : Child Soldiers, Armed Conflict, International Humanitarian Law

PENDAHULUAN (Arlina Permanasari, 1999:12). Secara


Hukum humaniter merupakan salah definisi perang atau konflik bersenjata
satu cabang dari ilmu hukum internasional, adalah suatu konflik tertinggi antarmanusia.
yang mana istilah hukum humaniter atau Dalam studi hubungan internasional,
lengkapnya disebut “International perang secara tradisional diartikan sebagai
Humnitarian law applicable in armed penggunaan kekerasan yang terorganisasi
conflict”. Berawal dari istilah hukum perang oleh unit-unit politik, dalam sistem
(laws of war) yang kemudian sering disebut internasional perang akan terjadi apabila
juga dengan hukum sengketa bersenjata negara-negara yang dalam situasi konflik
(law of armed conflict), hingga akhirnya dan saling bertentangan merasa bawa
disebut sebagai International Humanitarian tujuan-tujuan eksklusif mereka tidak
Law (IHL) (Mangku, 2018:4). tercapai, kecuali dengan cara-cara
Hukum Perang pada awalnya kekerasan, dan dalam arti luas perang
digunakan untuk menyatakan suatu aturan- menyangkut konsep-konsep seperti krisis,
aturan perang antar negara, tetapi karena ancaman, penggunaan kekerasan, aksi
trauma perang dunia II yang menelan gerilya, penakhlukan, pendudukan dan juga
banyak korban di kalangan penduduk sipil, terror (Ambarwati, et.al, 2010:2-3).
maka dilakukan upaya menghindarkan dan Perang yang disebut juga dengan
bahkan meniadakan perang. Akan tetapi sengketa bersenjata, yang mana sengketa
walaupun upaya-upaya untuk menghindari bersenjata ada dua bentuk yaitu, sengketa
penggunaan perang sebagai cara bersenjata internasional dan sengketa
penyelesaian sengketa telah dilaksanakan, bersenjata noninternasional. Perbedaan
namun peperangan tetap saja terjadi di antara sengketa bersenjata internasional
berbagai belahan dunia (Mangku, 2018:5- dengan sengketa bersenjata
9). noninternasional menurut hukum humaniter
Perang dunia I dan II memang sudah internasional (HHI) adalah terletak pada
berakhir, namun tidak dapat dipungkiri sifat dan jumlah negara yang menjadi pihak
bahwa dewasa ini masih banyak konflik dalam sengketa bersenjata tersebut.
berkobar di seluruh dunia. Setiap hari kita Sengketa bersenjata internasional
melihat siaran-siaran tentang kekejaman- digambarkan sebagai perang antara dua
kekejaman yang dilakukan di medan negara atau lebih, sedangkan sengketa
perang. Perempuan dan anak-anak disiksa bersenjata noninternasional adalah
dan dibunuh dengan begitu keji, sebagian pertempuran atau perang yang melibatkan
dari mereka diusir dari rumah mereka, negara yang sedang melawan kelompok
kehilangan pekerjaan, kehilangan rumah, bersenjata bukan negara (pemberontak).
perempuan-perempuan diperkosa dan Dengan demikian, apabila negara
pemuda-pemuda dipaksa untuk memanggul bertempur dengan kelompok pemberontak,
senjata. Begitu kejamnya aksi-aksi yang situasi tersebut tetap dianggap sebagai
dilakukan atas nama perang, yang tentu sengketa bersenjata noninternasional
saja hal tersebut melanggar hak asasi meskipun pertempuran terjadi sampai di
manusia. luar wilayah teritori negara tersebut
Perang atau sengketa bersenjata yang (Ambarwati, et.al, 2010:53). Salah satu
kita ketahui keberadaannya sampai konflik berkepanjangan yang tergolong ke
sekarang pun masih terjadi di berbagai dalam sengketa bersenjata
belahan dunia ini, merupakan salah satu noninternasional adalah seperti apa yang
bentuk peristiwa yang hampir sama tuanya terjadi antara pemerintah Sri Lanka dengan
dengan peradaban kehidupan manusia di pemberontak Macan Tamil (The Liberation
muka bumi dalam sejarah umat manusia

125
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 2 Tahun 2019)

Tigers of Tamil Elam yang selanjutnya berjumlah 49 orang terbunuh oleh tentara
disebut LTTE). pemerintah Srilanka dalam pertempuran di
Situasi pasca kemerdekaan, Tamil Oddusudan, sebelah utara Kolombo (Ebo,
tergeser oleh dominasi mayoritas Sinhala. Tentara Anak Dalam Gerakan LTTE Di Sri
Kebijakan etnosentris oleh pemerintah yang Lanka, https://www.kompasiana.com/).
dikendalikan oleh Sinhala mendorong Perekrutan anak dalam konflik
keinginan memisahkan diri oleh kelompok bersenjata dari sisi psikologis sangat
Tamil. Konflik ini melahirkan kelompok berbahaya dan merugikan kepentingan
perlawanan dari kalangan Tamil yang sang anak. Perekrutan anak terjadi ketika
dikenal sebagai LTTE tahun 1972. LTTE mereka berada di pengungsian bersama
berkembang menjadi kelompok militer yang orang tua mereka. Anak-anak yang direkrut
kuat dan memperburuk konflik. Konflik etnis tersebut kemudian dibentuk menjadi pribadi
dan politik ini telah menewaskan puluhan yang tidak sesuai dengan jati diri. Mereka
ribu penduduk Sri Lanka, memaksa hampir diajarkan taktik berperang dan ditanamkan
setengah juta diantaranya mengungsi, rasa permusuhan dan benci, dalam pikiran
merusak bisnis, merusak kekayaan dalam mereka tertanam satu nilai permusuhan
skala masif, dan menghabiskan banyak dan mereka hanya berpikir bagaimana
anggaran (Ciptowiyono, Konflik Indentitas di membunuh dan mempertahankan diri agar
Sri Lanka, https://www.kompasiana.com/). tidak menjadi korban pembunuhan, dari sisi
Melihat dari konflik seperti yang terjadi hak asasi manusia, perekrutan anak
di Sri Lanka, kelompok anak-anak dan sebagai tentara merupakan perbuatan yang
perempuan sebagai warga sipil yang melanggar hak asasi anak sebagai pribadi
seharusnya dilindungi, sesuai dengan apa yang merdeka.
yang diamanatkan dalam Konvensi Hukum humaniter menempatkan
Jenewa, akan tetapi justru anak-anak dan ketentuan tentang perlindungan anak dari
perempuan sering dijadikan perisai dan perekrutan anak sebagai tentara diatur
bahkan sering menjadi korban. Konflik dalam Konvensi Jenewa IV tentang
dapat mendorong anak-anak menjadi perlindungan penduduk sipil tahun 1949,
pengungsi, buruh, maupun tentara. Situasi ketentuan serupa juga diatur dalam
konflik menyebabkan hak anak menjadi Protokol Tambahan II Tahun 1977 yang
terancam atau terlanggar baik yang melarang perekrutan anak sebagai tentara
berkaitan dengan hak hidup, hak berada (Risnain, 2014:366). Uraian di atas
dalam keluaraga dan masyarakat, hak menunjukkan hal-hal yang perlu dicermati
kesehatan, hak perkembangan, hak dan sangat menarik untuk dibahas adalah
perkembangan kepribadian, dan hak untuk bagaimanakah pengaturan hukum yang
mendapatkan perlindungan. mengatur tentang perekrutan tentara anak
Mengingat bahwa anak-anak dalam perspektif hukum humaniter
merupakan senjata yang sempurna karena internasional dan bagaimanakah
mereka mudah untuk dimanipulasi dan pula perlindungan hukum bagi anak-anak yang
mereka sangat setia serta tidak kenal takut, direkrut sebagai tentara dalam konflik
faktor-faktor tersebut dimanfaatkan oleh bersenjata. Sehingga penulis tertarik untuk
pasukan LTTE untuk melibatkan anak-anak membuat sebuah penulisan hukum yang
dalam konflik bersenjata di Sri lanka. Anak- berjudul “Penggunaan Tentara Anak Dalam
anak juga mudah di doktrin dengan hal-hal Konflik Bersenjata Ditinjau Dari Perspektif
baru, sehingga kehadiran anak-anak dalam Hukum Humaniter Internasional (Studi
konflik bersenjata bukan lagi sebuah Kasus : Konflik Bersenjata Di Sri Lanka)”.
paksaan, namun secara sukarela.
Penggunaan tentara anak merupkan peran
RUMUSAN MASALAH
penting dalam menjaga eksistensi LTTE.
Berdasarkan latar belakang yang
Perekrutan anak pun dilakukan secara
disampaikan, terdapat dua rumusan
represif dengan cara mengadakan wajib
masalah yaitu:
militer dan berpartisipasi dalam
1. Bagaimana pengaturan hukum yang
pertempuran. Kasus ini terjadi di bulan
mengatur tentang tentara anak dalam
Oktober 1999, di mana tentara anak LTTE

126
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 2 Tahun 2019)

perspektif hukum humaniter digunakan dalam penelitian ini adalah


internasional? bahan hukum primer yang terdiri dari
2. Bagaimana perlindungan hukum bagi Konvensi Anak (Convention of the Right of
anak-anak yang direkrut sebagai tentara the Child 1989), Konvensi Den Haag 1899,
anak? Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol
Tambahan 1977 dan ketentuan yang
berasal dari hukum internasional, bahan
METODE PENELITIAN
hukum sekunder yang terdiri dari dari buku-
Penelitian ini merupakan jenis
buku literature tentang hukum internasional
penelitian yang digunakan dalam penulisan
yang berkaitan dengan penelitian, tentang
karya tulis ilmiah ini termasuk ke dalam
metode penelitian, jurnal atau artikel yang
penelitian hukum normatif. Penelitian
berkaitan dengan penelitian, pendapat ahli
hukum normatif mencakup, penelitian
yang berkompeten dengan penulisan
terhadap azas-azas hukum, sistematika
penelitian yang dilakukan, dan bahan
hukum, taraf singkronisasi hukum, sejarah
hukum tersier terdiri dari kamus bahasa
hukum dan perbandingn hukum (Soekanto,
indonesia, kamus bahasa inggris, dan
1986:51). Pendekatan-pendekatan yang
kamus hukum. Teknik pengumpulan bahan
penulis gunakan dalam karya ilmiah ini
hukum yang digunakan yaitu teknik studi
adalah pendekatan peraturan perundang-
dokumen, dimana pengumpulan bahan
undangan (statute approach), pendekatan
hukum melalui sumber kepustakaan yang
kasus (case approach) dan pendekatan
relevan dengan permasalahan yang
konseptual (conceptual approach).
dibahas kemudian dikelompokkan secara
Pendekatan perundang-undangan (statute
sistematis yang berhubungan dengan
approach) menelaah dan menganalisis
masalah dalam penelitian. Teknik analisis
segala aturan dalam hukum humaniter
bahan hukum yang digunakan dalam
internasional, khususnya Konvensi Jenewa
penelitian ini yaitu teknik deskriftif dimana
1949 IV tentang Perlindungan Penduduk
pemaparan apa adanya tentang suatu
Sipil dan Protokol tambahannya tahun
peristiwa hukum yang terjadi di suatu
1977, serta Konvensi Hak Anak Tahun
tempat tertentu pada saat tertentu agar
1989 yang memiliki relevansi dengan
diperoleh suatu gambaran yang
rumusan masalah yang terkait dengan
menyeluruh dan sistematis terhadap
pengaturan hukum yang mengatur
peristiwa yang diajukan dalam penelitian.
mengenai penggunaan tentara anak serta
bentuk perlindungan hukum terhadap anak-
PEMBAHASAN
anak yang direkrut sebagai tentara anak
Pengaturan hukum yang mengatur
ditinjau dari hukum humaniter internasional
tentang tentara anak dalam perspektif
sehingga akan dapat ditemukan substansi
hukum humaniter internasional
dari permasalahan yang dibahas.
Pertama yaitu berdasarkan Konvensi
Pendekatan konseptual (conceptual
Jenewa 1949, Kombatan dan penduduk
approach) yakni dengan mengkaji konsep-
sipil merupakan orang-orang yang
konsep dan teori-teori yang berkaitan
dilindungi dalam suatu sengketa bersenjata.
dengan pengaturan hukum mengenai
Kombatan yang telah jatuh ke tangan
penggunaan tentara anak dalam konflik
musuh mendapatkan status sebagai
bersenjata serta bentuk perlindungan
tawanan perang, perlindungan terhadap
hukum bagi anak-anak yang direkrut
hak-hak sebagai tawanan perang diatur
sebagai tentara anak. Selain menggunakan
dalam Konvensi Jenewa 1949 bagian III.
pendekatan perundang-undangan (statute
Bagian keempat dari konvensi ini
approach) dan pendekatan konseptual
menjelaskan mengenai aturan-aturan
(conceptual approach) penelitian ini juga
tentang perlindungan orang-orang sipil
menggunakan pendekatan kasus (case
pada waktu perang. Perlindungan tersebut
approach) yaitu untuk melakukan
meliputi : Penghormatan atas diri pribadi,
pendekatan terhadap kasus penggunaan
hak-hak kekeluargaan, keyakinan dan
tentara anak dalam konflik bersenjata di Sri
praktek keagamaan, serta adat dan
Lanka. Sumber bahan hukum yang
kebiasaan mereka; Hak untuk berhubungan

127
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 2 Tahun 2019)

dengan negara pelindung, ICRC dan berkaitan dengan sengketa bersenjata serta
Palang Merah Nasional: Larangan untuk hal-hal yang berkaitan lainnya, diantaranya
melakukan paksaan jasmani dan rohani adalah perekrutan anak menjadi tentara.
untuk memperoleh keterangan; Larangan HHI yang dalam prakteknya bertujuan untuk
untuk melakukan tindakan yang memanusiawikan perang serta memberikan
menimbulkan penderitaan yang berlebihan; perlindungan terhadap korban perang,
Larangan untuk menjatuhkan hukuman dalam hal ini HHI juga memuat aturan
secara kolektif, larangan untuk melakukan tentang perlindungan bagi anak-anak yang
intimidasi, terror dan perampokan, juga direkrut menjadi bagian dari angkatan
larangan untuk melakukan reprisal terhadap bersenjara. Salah satu aturan dalam HHI
penduduk sipil; Larangan untuk menjadikan yang memuat tentang perlindungan
sandera. terhadap anak-anak yang direkrut ke dalam
Anak merupakan pribadi yang angkatan bersenjata dalam Konvensi
tergolong ke dalam penduduk sipil dengan Jenewa 1949, konvensi yang terdiri dari
demikian dalam konvensi jenewa yang empat bagian ini, pada bagian keempat
mengatur tentang perlindungan anak bisa yaitu yang memuat mengenai perlindungan
kita lihat pada Konvensi Jenewa IV yang terhadap orang-orang sipil pada waktu
memuat mengenai perlindungan terhadap perang menjelaskan siapa-siapa saja yang
orang-orang sipil. Pengaturan berdasarkan dimaksud penduduk sipil, bagaimana
Protokol Tambahan Tahun 1977 yaitu bentuk perlindungan yang diberikan. Dalam
Protokol Tambahan I yang mengatur konvensi tersebut dijelaskan bahwa anak-
mengenai konflik bersenjata internasional anak digolongkan ke dalam penduduk sipil
dan Protokol Tambahan II yang mengatur yang juga harus dilindungi pada waktu
mengenai konflik bersenjata perang. Sehingga konvensi jenewa ini telah
noninternasional, dalam kedua protokol ini memberikan perlindungan terhadap anak
juga dijelaskan mengenai pengaturan dimana statusnya sebagai penduduk sipil.
terhadap pelibatan anak dalam konflik Akan tetapi konvensi ini tidak menjelaskan
bersenjata. Pengaturan berdasarkan secara pasti mengenai perekrutan anak
Konvensi Hak Anak, konvensi ini menjadi tentara anak serta keterlibatannya
merupakan instrumen yang merumuskan ke dalam konflik bersenjata.
prinsip-prinsip yang universal dan norma Protokol tambahan I dan II Konvensi
hukum mengenai kedudukan anak. Oleh Jenewa tahun 1977 yang mengatur
karena itu, konvensi hak anak ini mengenai sengketa bersenjata
merupakan perjanjian internasional internasional dan sengketa bersenjata
mengenai hak asasi manusia yang noninternasional. Di dalam protokol
memasukkan hak sipil, hak politik, hak tambahan tersebut juga dapat kita lihat
ekonomi dan hak budaya yang di dalamnya beberapa aturan yang berkaitan dengan
juga menjabarkan mengenai keterlibatan perekrutan anak-anak menjadi tentara
anak-anak dalam konflik bersenjata. anak. Namun yang perlu dicermati dalam
Pengaturan berdasarkan Protokol situasi seperti apa yang terjadi di Sri Lanka,
Tambahan Konvensi Hak Anak yaitu dimana konflik bersenjata tersebut terjadi
Protokol Tambahan Tahun 2000. Protokol antara Pemerintah Sri Lanka dengan LTTE,
ini berisi 13 pasal, dan sesuai dengan yang mana LTTE tersebut melibatkan anak-
namanya, protokol ini khusus berlaku bagi anak ikut sebagai bagian dari kelompok
anak-anak yang terlibat dalam konflik bersenjata, lalu aturan manakah yang
bersenjata. Protokol ini juga melengkapi nantinya digunakan untuk memberikan
dan memperjelas norma yang mengatur perlindungan hukum bagi anak-anak
tentang pelibatan anak dalam konflik mengingat bahwa konflik yang terjadi di Sri
bersenjata (Enny Narwati dan Lina Hastuti Lanka tersebut bukanlah merupakan konflik
2008: 5). Di antara ketiga belas pasal yang internasional.
penting untuk dibicarakan adalah Pasal 1, 2 Berbicara mengenai anak dan
3, 4 dan 6. keterlibatannya ke dalam kelompok
HHI telah sedemikian rupa bersenjata, kita tidak bisa terlepas dari
memberikan aturan-aturan hukum yang aturan hukum yang khusus membahas

128
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 2 Tahun 2019)

mengenai anak yaitu Konvensi Hak Anak, tentara anak yang telah melebihi usia 15
karena konvensi ini sudah sedemikian rupa tahun menurut Konvensi Jenewa
merumuskan mengenai kedudukan anak digolongkan ke dalam kombatan. Maka
serta perlindungan hukum bagi anak-anak perlindungan hukum bagi kombatan akan
dalam keadaan apapun. Selian itu, berlaku juga bagi tentara anak.
konvensi ini juga dilengkapi dengan Perlindungan Hukum bagi Anak-anak
protokol tambahannya yaitu Protokol yang direkrut sebagai Tentara berdasarkan
Tambahan Tahun 2000 yang mana protokol Protokol Tambahan Konvensi Jenewa
ini secara khusus membahas keterlibatan Tahun 1977. Perlindungan berdasarkan
anak-anak dalam konflik bersenjata. Protokol Tambahan I pasal 77:
1. Anak-anak harus dilindungi dari
Perlindungan Hukum bagi Anak-anak perbuatan-perbuatan yang tidak
yang direkrut sebagai Tentara Anak. senonoh dan pihak yang bertikai harus
Perlindungan Hukum bagi Anak-anak menyediakan bantuan dan perawatan
yang direkrut sebagai Tentara berdasarkan yang mereka butuhkan.
Konvensi Jenewa 1949, yaitu yang pertama 2. Pihak yang bersengketa harus
berdasarkan Prinsip Pembeda. Prinsip mengambil segala tindakan dan
pembeda ini merupakan suatu prinsip yang menjauhkan anak-anak dari segala
membagi penduduk ke dalam dua golongan perekrutan anak tersebut menjadi
yaaitu Kombatan dan Penduduk Sipil tentara.
(Permanasari. 1999: 73), pembedaan ini 3. Tetapi dalam melatih anak yang berusia
perlu untuk menentukan siapa yang boleh lima belas tahun tapi belum mencapai
diserang dan siapa yang harus dilindung. usia delapan belas tahun, maka mereka
Berdasarkan prinsip pembeda ini maka harus mengutamakan mereka yang
anak digolongkan ke dalam penduduk sipil tertua.
yang harus dilindungi, namun kenyataan 4. Perlindungan khusus yang diberikan
seperti yang terjadi di Sri Lanka bahwa kepada anak-anak ini diterapkan baik
anak-anak tersebut direkrut menjadi tentara mereka dalam status tahanan maupun
anak dan diperintahkan memanggul senjata tidak; Apabila anak-anak ditangkap
maka bagaimanakah status hukum dari ditahan/ditawan, ataupun diasingkan
anak tersebut, apakah mereka digolongkan karena hal-hal yang berkaitan dengan
ke dalam penduduk sipil atau kombatan, konflik bersenjata, mereka harus
melihat pada kenyataan bahwa anak-anak ditempatkan ditempat yang terpisah
tersebut memegang senjata. Dengan dengan orang dewasa, kecuali orang-
demikian untuk menentukan status hukum orang dewasa tersebut adalah
dari tentara anak tersebut dapat dilihat dari keluargannya.
beberpa instrument hukum yaitu : Pasal 1, 5. Anak-anak tidak boleh dihukum mati.
2 dan 3 Konvensi Den Haag, Pasal 13 Perlindungan hukum berdasarkan
Konvensi Jenewa I Tahun 1949, Pasal 43 Protokol Tambahan II, yaitu pasal Pasal 4
ayat (1) dan ayat (2) Protokol Tambahan I ayat (3) huruf c telah memberikan
Tahun 1977, Pasal 44 ayat (3) Protokol pemaparan yang tegas mengenai
Tambahan I Tahun 1977, sehingga keterlibatan anak dalam permusuhan atau
berdasasrkan instrument tersebut anak konflik bersenjata yaitu dengan melarang
digolongkan sebagai kombatan, yaitu ketika anak-anak yang berusia di bawah lima
mereka memiliki lambang pembeda khusus, belas tahun untuk direkrut dalam angkatan
membawa senjata secara terbuka dan perang. Pasal 4 ayat (3) huruf d Protokol
melakukan operasi militer sesuai dengan Tambahan II tahun 1977 memberikan
peraturan dan kebiasaan internasional, pemahaman bahwa mereka yang berusia di
namun instrument tersebut hanya berlaku bawah lima belas tahun atau belum
bagi tentara anak yang berusia di atas lima mencapai umur lima belas tahun akan
belas tahun, maka ketentuan-ketentuan mendapatkan perlindungan istimewa jika
yang akan berlaku bagi tentara anak mereka terlibat langsung dalam
tersebut adalah sama seperti ketentuan permusuhan apabila mereka tertangkap
yang berlaku kepada kombatan, karena dan kemudia menjadi tawanan perang.

129
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 2 Tahun 2019)

Pasal 6 ayat (2) huruf h mengatur Child); Cape Town Principles and Best
mengenai larangan pemberlakuan Practices 1997); Konvensi ILO (ILO
hukuman mati bagi mereka yang berusia di Convention Nr. 138: minimum Age
bawah delapan belas tahun pada saat Convention and ILO Convention Nr. 182:
pelanggaran itu dilakukan, larangan itu juga Worst Forms of Child Labour Convention);
berlaku bagi ibu hamil dan ibu yang Konvenan Internasional Hak-hak Sipil dan
memiliki anak yang masih kecil. Politik (International Convenant on Civil and
Perlindungan Hukum bagi Anak-anak Political Right); Resolusi Dewan Keamanan
yang direkrut sebagai Tentara berdasarkan PBB No. 1612 Tahun 2005 (UN Security
Konvensi Hak Anak yaitu terdapat dalam Council Resolution Nr.1612 Children and
pasal 38 yang secara garis besar Armed Conflict Resolution); Resolusi
memaparkan hal-hal sebagai berikut: Dewan Keamanan PBB No. 1261 tahun
1. Negara-negara peserta dari konvensi ini 1999 dan Resolusi Dewan Keamanan
diwajibkan atau diharuskan untuk PBB No. 1314 tahun 2000 (UN Security
menghormati dan menjamin Council Resolution Nr. 1261 and UN
penghormatan terhadap ketentuan- Security Council Resolution Nr. 1314);
ketentuan hukum humaniter Deklarasi Amerika tentang Hak dan
internasional yang berlaku bagi anak- Kewajiban Manusia tahun 1984 (American
anak dalam konflik bersenjata. Declaration of the Right and Duties of Man);
2. Memuat mengenai kewajiban negara Paris Principle and Guidelines on Children
untuk tidak merekrut anak yang masih di Associates with Armed Forces and Armed
bawah usia lima belas tahun dan Groups 2007; Protokol Untuk Mencegah,
memberikan perlindungan bagi anak Menekan, dan Menghukum Perdagangan
yang terkena dampak konflik bersenjata Manusia tahun 2000 (Protocol to Prevent,
3. Negara-negara pihak harus mengekang Suppress, and Punish Trafficking in
diri agar tidak menerima siapapun yang Persons).
belum mencapai usia lima belas tahun Prinsip pembeda merupakan prinsip
ke dalam angkatan bersenjata mereka. mendasar dalam hukum perang, dimana
Dalam menerima diantara orang-orang prinsip ini membedakan penduduk sipil
tersebut, yang telah mencapai usia lima dengan kombatan. Pembedaan ini perlu
belas tahun tetapi belum mencapai usia dilakukan untuk mengetahui siapa yang
delapan belas tahun maka negara- boleh turut dalam permusuhan dan siapa
negara pihak harus berusaha yang tidak, serta untuk menentukan siapa
memberikan prioritas kepada mereka yang dapat/boleh dijadikan objek kekerasan
yang tertua; semua negara harus dan siapa yang harus dilindungi.
mengambil langkah-langkah yang Berdasarkan prinsip ini, maka anak di
memadai untuk mencegah partisipasi golongkan ke dalam penduduk sipil yang
siapapun di bawah usia lima belas tahun harus dilindungi sesuai dengana amanat
dalam pertikaian, baik kelompok Konvensi Jenewa 1949. Namun kasus yang
pemerintah mau kelompok bersenjata terjadi di Sri Lanka yaitu anak-anak direkrut
lainnya. menjadi tentara anak dan dilibatkan
Perlindungan Hukum bagi Anak-anak langsung ke dalam pertempuran, lalu
yang direkrut sebagai Tentara berdasarkan bagaimanakah status dari si anak tersebut?
Protokol Tambahan Tahun 2000 yaitu Apakah Ia tetap di golongkan ke dalam
terdapat dalam pasal 1, 2, 3, 4 dan 6. penduduk sipil yang harus dilindungi atau Ia
Selain itu ada beberapa instrument hukum digolongkan ke dalam kombatan,
lain yang juga mengatur mengenai mengingat bahwa anak-anak tersebut
keterlibatan anak dalam konflik bersenjata memegang senjata. Dalam beberapa pasal
yaitu: Rome Statute of the International di konvensi telah dijelaskan pada saat
Criminal Court, 1988 (Statuta Roma kapan anak-anak itu dapat dikatakan
Pengadilan Kejahatan Internasional, 1988); sebagai kombatan, yaitu pada saat mereka
Piagam Afrika tentang Hak-hak dan memiliki lambing pembeda khusus,
Kesejahteraan Anak tahun 1999 (African membawa senjata secara terbuka dan
Charter on the Rights and Welfare on the melakukan oprasi militer. Serta anak-anak

130
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 2 Tahun 2019)

yang statusnya masih diragukan wajib internasional telah dengan sedemikian rupa
dianggap sebagai penduduk sipil. Karena memberikan perlindungan terhadap hak-
tentara anak yang telah melebihi usia 15 hak anak, karena berdasarkan hukum
tahun digolongkan ke dalam kombatan internasional khususnya HHI, anak-anak
menurut ketentuan Konvensi Jenewa maka tidak boleh dijadikan sarana dalam medan
perlindungan hukum bagi kombatan juga pertempuran dengan demikian anak-anak
akan berlaku bagi anak-anak tersebut. tidak boleh direkrut menjadi tentara anak,
Protokol Tambahan I Tahun 1977, melainkan bahwa anak-anak ini harus
dalam pasal 77 telah dijelaskan mendapatkan perlindungan secara penuh.
perlindungan-perlindungan yang diberikan Bentuk perlindungan yang nyata
kepada anak, salah satunya adalah bahwa terhadap anak-anak yang direkrut menjadi
para pihak yang bersengketa harus tentara anak ini adalah perlindungan yang
melakukan segala upaya agar anak yang diberikan oleh UNICEF karena tugas
belum berusia lima belas tahun tidak ikut UNICEF adalah menyediakan bantuan
ambil bagian dalam peperangan, dengan darurat bagi anak-anak setelah Perang
demikian dapat kita lihat bahwa, protokol ini Dunia II. Sumber dana digunakan untuk
tidak memberikan penjelasan secara jelas kebutuhan darurat anak-anak di Eropa dan
dan terang mengenai perlindungan hukum Cina paska perang berupa pengadaan
terhadap tentara anak. Akan tetapi protokol pangan, obat-obatan, sandang dan
ini menjelaskan mengenai perlindungan pakaian. UNICEF adalah salah satu badan
apa yang diberikan kepada anak-anak yang di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa
terlibat langsung ke dalam pertempuran yang memberikan pelayanan teknis,
atau perekrutan anak-anak tersebut ke pembangunan kapasitas, advokasi,
dalam konflik bersenjata. Protokol perumusan kebijakan, dan melakukan
Tambahan II berlaku pada situasi konflik promosi isu-isu mengenai anak. Selama
noninternasional, jika dilihat secara sekilas lebih dari 60 tahun, UNICEF memainkan
isinya hampir sama dengan ketentuan yang peranan penting dalam membantu
ada dalam Protokol Tambahan I, namun pemerintah memajukan hidup anak-anak
Protokol Tambahan II memberikan batasan dan wanita (Maddocks, 2004 : 6).
yang lebih longgar mengenai batas usia. UNICEF telah mengintegrasikan hak-
Konvensi Hak Anak Tahun 1989 tidak hak anak ke dalam setiap misinya. UNICEF
menjelaskan secara langsung mengenai bekerja untuk melindungi anak-anak dan
tentara anak, tetapi konvensi ini memberi perempuan dari eksploitasi, kekerasan dan
penjelasan mengenai perlindungan hak-hak penelantaran. Hal tersebut dilakukan
anak, salah satunya adalah keterlibatan dengan meningkatkan kesadaran anggota
anak dalam konflik bersenjata yang masyarakat dan organisasi berbasis
terdapat pada pasal 38. Jadi dapat masyarakat tentang cara pencegahan
disimpulkan bahwa konvensi hak anak penyalahgunaan eksploitasi, perdagangan,
tersebut merupakan ketentuan umum dan penelantaran. Selain itu, UNICEF juga
mengenai anak dalam konflik bersenjata. memberi edukasi mengenai pelatihan
Konvensi Hak Anak ini juga dilengkapi kejuruan dan kegiatan rekreasi untuk anak-
dengan Protokol Tambahan yaitu Protokol anak yang rentan dan para pemuda,
Tambahan Tahun 2000, protokol ini dibuat termasuk anak jalanan dan pekerja anak.
secara khusus untuk membahas mengenai
keterlibatan anak ke dalam suatu SIMPULAN DAN SARAN
pertempuran. Protokol ini memberikan Berdasarkan hasil penelitian dan
perlindungan kepada anak-anak yang telah pembahasan penulis dapat menyimpulkan
direkrut menjadi tentara anak untuk sebagai berikut:
dilepaskan dari tugasnya sebagai tentara 1. Hukum humaniter internasional telah
anak. memiliki beberapa instrumen hukum
Ada beberapa peraturan lain yang yang mengatur mengenai keterlibatan
mengatur mengenai keterlibatan anak anak-anak ke dalam konflik bersenjata
dalam konflik bersenjata, yaitu seperti yang atau perekrutan anak-anak sebagai
telah di sebutkan di atas. Sehingga dunia tentara anak, yaitu diantaranya adalah

131
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 2 Tahun 2019)

Konvensi Jenewa 1949, dalam konvensi dan tokoh-tokoh masyarakat untuk


ini dijelaskan bahwa anak di golongkan untuk tidak melibatkan anak-anak
sebagai penduduk sipil yang harus mereka ke dalam medan pertempuran,
dilindungi, Protokol Tambahan tahun dan membawa anak-anak dibawah umur
1977, Konvensi Hak Anak dan Protokol ke penampungan guna perlindungan,
Tambahannya. pembinaan, pendidikan dan hal-hal
2. Perlindungan hukum bagi anak-anak lain yang berkaiatna untuk membekali
yang direkrut menjadi tentara anak yang anak-anak agar tetap mendapatkan hak
pertama itu berdasarkan Prinsip mereka yang sudah diatur dalam
Pembeda yang menjadi dasar dalam Hukum Internasional sehingga prinsip-
HHI itu sendiri, perlindungan prinsip dan asas-asas yang terdapat di
berdasarkan pasal-pasal Konvensi dalamnya pun dapat dijalankan.
Jenewa Protokol Tambahan I, Protokol 3. Aturan-aturan tersebut di atas tidak
Tambahan II, Konvensi Hak Anak serta mengakomodir segala tindakan yang
perlindungan yang diberikan oleh yang melibatkan anak sebagai tentara
Protokol Tambahannya. Selain itu ada anak dalam konflik bersenjata. Sehingga
beberapa instrument hukum lainnya diperlukan suatu aturan yang lebih jelas
yang juga mengatur menganai beserta sanksi-sanksi yang di berikan
perlindungan terhadap hak-hak anak. kepada para pelanggarnya.
Berdasarkan beberapa instrumen hukum
di atas maka perlindungan hukum
terhadap anak-anak yang direkrut DAFTAR RUJUKAN
menjadi tentara anak di Sri Lanka Buku
meliputi: perlindungan terhadap Ambarwati, et.al. 2010. Hukum Humaniter
perekrutan anak yang berusia di bawah Internasional dalam Studi Hubungan
15 ke dalam konflik besenjata, Internasional. Jakarta: PT Raja
perlindungan anak dari setiap serangan Grafindo Persada.
tidak senonoh, perlindungan Djamil, Nasir. 2013. Anak Bukan Untuk
perlindungan terhadap pelarangan Dihukum. Jakarta Timur: Sinar
hukuman mati bagi anak-anak yang Grafika.
berusia di bawah 15 tahun. Driscoll, William, et.al. 2004. The
International Criminal Court: Global
Saran yang dapat diberikan terhadap Politics and The Quest for Justice,
permasalahan di atas adalah sebagai The International debate Education
berikut: Association, New York.
1. Para pihak yang terlibat dalam Haryomataram, 1984. Pengantar Hukum
pertikaian, dalam hal ini LTTE dengan Humaniter. Jakarta: CV Rajawali.
Pemerintah Sri Lanka dan juga negara- Ishaq. 2017. Metode Penelitian Hukum.
negara di seluruh dunia seharusnya Bandung; Penerbit Alfabeta
mengawasi dan melindungi anak Istanto, Sugeng. 2010. Hukum
terhadap praktik perekrutan anak Internasional. Yogyakarta: Penerbit
sebagai tentara dan menghukum Universitas Atma Jaya
pelakunya dengan seberat-beratnya, Yogyakarta.
melaksanakan ketentuan yang terdapat Malcolm N, Shaw. 2008. International Law,
di dalam Konvensi Jenewa IV tahun Sixth Edition. Cambridge University
1949, Protokol Tambahan serta Press, UK.
Konvensi Hak Anak beserta protokol Permanasari, Arlina, et.al. 1999. Pengantar
tambahannya serta semua instrumen Hukum Humaniter, ICRC, Jakarta.
hukum HHI yang berkaitan dengan Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar
perekrutan tentara anak. Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.
2. Perlu adanya sosialisasi oleh berbagai Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. 2003.
organisasi sosial mengenai Hukum Penelitian Hukum Normatif: Suatu
Humaniter Internasional secara Tinjauan Singkat. Jakarta: PT Raja
menyeluruh kepada pihak orang tua Grafindo Persada.

132
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 2 Tahun 2019)

Sujatmoko, Andrey. 2015. Hukum HAM dan armed conflict (Additional Protocol II
Hukum Humaniter. Jakarta: PT Raja 1977))
Grafindo Persada Protokol Tambahan Tahun 2000 (Optional
Sunggono, Bambang. 1997. Metodologi Protocol to the Convention on the
Hukum. Jakarta: PT Raja Grafindo Right of the Children on the
Persada. Involvement of Childern in Armed
Conflict).
Jurnal Ilmiah.
Risnain, “Problematika Perekrutan Anak
dalam Konflik Bersenjata dan
Permasalahannya di Indonesia”, Fiat
Justisia Jurnal Ilmu Hukum, (Juli-
September 2014). ISSN:1978-5186,
Volume 8 No. 3

Internet/Website
Ciptowiyono, Konflik Indentitas di Sri Lanka,
https://www.kompasiana.com/isharya
nto/konflik-identitas-di-sri-
lanka_54f7b70aa33311bd208b4830
diakses tanggal 6 April 2018
Ebo, Tentara Anak Dalam Gerakan LTTE
Di Sri Lanka,
https://www.kompasiana.com/jasliene
bo/tentara-anak-dalam-gerakan-ltte-
di-sri-
lanka_5500f9b5a333117f725127a4
diakses tanggal 7 April 2018

Sumber Bahan Ajar


Mangku, Dewa Gede Sudika. Bahan
Ajar Pengantar Hukum Humaniter,
dipresentasikan tanggal 16 Mei 2018

Peraturan Perundang-undangan
/Perjanjian Internasional
Konvensi Den Haag 1899 (Hague
Convention of 1899) .
Konvensi Hak Anak 1989 (Convention of
the Right of the Child 1989).
Konvensi Jenewa 1949 Bagian IV tentang
Perlindungan Orang-Orang Sipil
dalam Waktu Perang (Geneva
Convention (IV) on Civilians, 1949.
Convention (IV) relative to the
Protection of Civilian Persons in Time
of War. Geneva).
Protokol Tambahan I dan II Tahun 1977
(The convention is supplemented by
the Additional Protocol 1977 that
governs the victims of international
armed conflict (Additional Protocol I
1977) and victims of non-international

133

Anda mungkin juga menyukai