Anda di halaman 1dari 13

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA


YOGYAKARTA
2017

ASPEK HUKUM DALAM BISNIS


PENYELUNDUPAN DAN
PENIMBUNAN BAHAN BAKAR
MINYAK (BBM)

Disusun Oleh :
Insani Arifina (16052086)
Fernando de Fatima Hongkong (16052364)
detikcom, Jakarta - Dirjen Migas Departemen Energi dan Sumberdaya
Mineral (ESDM) mengatakan.

"Konsumsi BBM per tahun itu sekitar 56 juta kilo liter dan jenis BBM
yang diselundupkan adalah solar dan minyak tanah, dimana
konsumis solar 20 juta kilo liter, minyak tanah 10 juta kilo liter.
Diperkirakan sekitar 3 juta kiloliter diselundupkan,"

KRIMINALISASI BBM kata Dirjen Migas Rachmat Sudibyo kepada wartawan saat melakukan
kunjungan ke beberapa SPBU di Pantura, Kamis (13/12/2001).
DI INDONESIA
Disebutkan oleh Rachmat, diasumsikan para penyelundup mendapat
keuntungan Rp 1.000 per liter. "Jadi kerugian negara maksimal Rp 3
triliun. Sementara untuk premium tak mungkin diselundupkan," ujarnya
Faktor Penyebab Terjadi
Penimbunan dan Penyelundupan
Bahan Bakar Minyak (BBM)

Selisih Harga Jual BBM Indonesia Isu Perubahan Kebijakan Subsidi Yang
dengan Harga Jual Negara Negara Berhubungan Dengan Penetapan Harga
Lain Jual BBM di Indonesia

Penyebab terjadinya penimbunan Selain para penyelundup yang melakukan


bahan bakar minyak (BBM) secara penimbunan, selama ini oknum masyarakat
umum adalah untuk diselundupkan dan banyak yang melakukan penimbunan pada
di kirim dengan harga yang berlaku saat ada isu akan ada kenaikan BBM. Pada
secara global. Dengan selisih harga saat isu tersebar, terjadilah Panic Buying.
BBM yang telah di subsidi pemerintah,
penyelundup berusaha mengambil
untung dari selisih harga BBM yang
telah disubsidi.
Dampak Penimbunan Bahan Bakar
Minyak (BBM)
Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas) Tubagus
Haryono mengatakan,
Kerugian
material Negara kerugian negara akibat penyelundupan BBM bersubsidi itu bisa men-
capai Rp 7,2 miliar per tahun untuk setiap Stasiun Pengisian Bahan Bakar
Umum (SPBU). Angka tersebut merupakan hasil dari hitungan kasar BPH
Kelangkaan Migas.
Bahan Bakar
Andaikata satu pompa bensin itu, misalnya sekitar 5 ton saja pe-
nyalahgunaanya (BBM bersubsidi), berarti kerugian negara bisa dikalikan
Inflasi dengan jumlah subsidinya. Kalau subsidinya itu sekitar Rp 4.000 per liter,
berarti satu malam kerugiannya bisa mencapai Rp 20 juta, per bulan bisa
men- capai Rp 600 juta dan setahun bisa Rp 7,2 miliar,
Undang-Undang Tentang
Migas

Undang-undang No. 44 Prp Tahun 1960 tentang Pertambangan


Minyak dan Gas Bumi;
Undang-undang No. 15 Tahun 1962 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang No.2 Tahun 1962 tentang
Kewajiban Perusahaan Minyak Memenuhi Kebutuhan Dalam Negeri;
Undang-undang No. 8 Tahun 1971 tentang Perusahaaan
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara;
Undang-undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi; UU No. 22 tahun 2001
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2002 tentang Kewajiban dan tentang Minyak Bumi dan
Tata Cara Penyetoran Pendapatan Pemerintah dari Hasil Operasi
Pertamina sendiri dan Kontrak Production Sharing; Gas
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2002 tentang Badan Pelaksana
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi;
Keputusan Presiden No. 42 Tahun 1989 tentang Kerja sama
Pertamina dengan Badan Usaha Pemurnian dan Pengolahan Minyak
dan Gas Bumi
Keputusan Presiden No. 169 Tahun 2000 tentang Pokok-pokok
Organisasi Pertamina.
UU No. 22 tahun 2001
tentang Minyak Bumi dan
Gas
Pasal 53
a) Pengolahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
Pasal 54 tanpa lzin Usaha Pengolahan dipidana dengan pidana
Setiap orang yang meniru atau memalsukan Bahan penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
Bakar Minyak dan Gas Bumi dan hasil olahan tinggi Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah);
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) b) Pengangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasai 23
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 tanpa Izin Usaha Pengangkutan dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun dan denda paling
(enam) tahun dan denda paling tinggi Rp. tinggi Rp. 40.000.000.000,00 (empat puluh miliar rupiah);
60.000.000.000,00 (enam puluh miliar rupiah). c) Penyimpanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
tanpa lzin Usaha Penyimpanan dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling tinggi
Pasal 55
Rp. 30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar rupiah);
Setiap orang yang menyalah gunakan d) Niaga sebagaimana dimaksud dalam Pasai 23 tanpa lzin
pengangkutan dan/atau Niaga Bahan Bakar Minyak Usaha Niaga dipidana dengan pidana penjara paling lama
yang disubsidi Pemerintah dipidana dengan pidana 3 (tiga) tahun dan denda paling tinggi Rp.
penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda 30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar rupiah).
paling tinggi Rp.60.000.000.000,00 (enam puluh
miliar rupiah).
Kelemahan Dalam UU No.
22 tahun 2001 tentang
Minyak Bumi dan Gas

terdapat celah- celah dan merupakan kelemahan dari


Undang-undang No. 22 Tahun 2001, yang memungkinkan
pelaku dapat lolos dari jeratan hukum,

seperti tidak adanya ketentuan mengenai batas jumlah


maksimum BBM bersubsidi yang dapat dijual secara
bebas kepada masyarakat;
tidak adanya ketentuan mengenai Straf minima khusus
dalam tindak pidana ini.
IZIN USAHA JUAL MAKANAN DAN MINUMAN, PRAKTEKNYA
MENIMBUN SOLAR SUBSIDI

TRIBUNNEWSBATAM.COM, BATAM - Gudang solar PT Perdana Semesta


Contoh Kasus : Sejahtera (PSS) simpang Basecamp, Batuaji, Batam, yang digrebek
Penyelundupan dan Dirkrimsus Polda Kepri ternyata telah menyalahgunakan ijin perusahaannya.
Hal tersebut terbukti dalam persidangan perkara migas yang menghadirkan
Penimbunan Bahan Bakar Piyan Hudaya selaku direktur dan Jefri selaku komisaris perusahaan di
Pengadilan Negeri (PN) Batam, Senin (1/12/2014).
Minyak (BBM) PT PSS yang ternyata hanya mengantongi ijin sebagai penjual makanan dan
minuman. Mereka malah menggunakannya sebagai penampung BBM subsidi.
"Ini ijin perusahaan untuk menjual makanan. Kok dijadikan penampung solar
bersubsidi," kata Hakim Ketua Hari Mariyanto yang memimpin sidang.
Dalam persidangan yang digelar di Pengadilan Negeri Batam ini juga
menghadirkan dua orang polisi dari Dirkrimsus Polda Kepri yang melakukan
pengerebekan.
Menurut kedua saksi, saat digerebek pada 4 September lalu, 18 orang yang
terdiri dari pemilik dan pekerja gudang serta beberapa orang supir mobil
pelangsir yang menjual solar ke gudang tersebut.

Setelah mendengarkan keterangan saksi, persidangan ditunda hingga


Kamis (4/12) mendatang dengan agenda mendengar keterangan saksi
lainnya. Terdakwa dijerat dengan pasal 15 UU No 2 tahun 2001 tentang
Migas jo pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP.
Kasus Abob Raja Minyak Divonis 17 Tahun
Penjara
Contoh Kasus :
Penyelundupan dan
Penimbunan Bahan Bakar BATAM,LINERIAU.COM Mahkamah Agung
menjatuhkan vonis tambahan kepada Ahmad Mahbub
Minyak (BBM) alias Abob sebagai Raja Minyak dari Batam itu, Rabu
(18/5). Total pidana penjara bagi Abob sebagai pelaku
Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) menjadi 17
tahun penjara, karena pada (18/6/2015)

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Pekanbaru


sudah memutuskan hukuman 4 tahun penjara.
Kemudian Pengadilan Tingi Riau menambah 10 tahun
atas putusan banding, (12/2/2016), yang diajukan Jaksa
penuntut umum.
Awal Kasus
Abob Raja Minyak Dan PNS Niwen

Abob terkenal sebagai pengusaha minyak terbesar di Batam,


sekaligus pengusaha angkutan minyak Pertamina di Kepulauan
Riau dan Riau. Bisnis besarnya itu kini telah berakhir, karena
perbuatan jahatnya dibongkar aparat penegak hukum pada 2014.
Awalanya PPATK mencurigai rekening gendut atas nama adiknya
Niwen Khairah Pegawai Negeri Sipil di Pemko Batam, sebesar Rp
1,3 triliun.
Setelah ditelusuri, transaksi di rekening Niwen hasil manipulasi
Migas Pertamina yang merugikan negara. Abob diduga menjual
minyak Solar secara illegal ke luar negeri, termasuk ke pemilik
kapal di Singapore dan Malaysia. Buktinya, seorang warga negara
Singapore ditangkap petugas Bea Cukai-Karimun karena
membawa uang Rp 4,5 miliar ke Batam untuk diserahkan ke Abob.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006
TENTANG KEPABEANAN
ketentuan Pasal 102, Pasal 102 A dan Pasal 102 B Undang-Undang
Pasal Berlapis Nomor 17 Tahun 2006, khususnya tindak pidana penyelundupan di
bidang impor dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
Bagi Pelaku pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling
Penyelundupan banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah); dan tindak pidana

penyelundupan di bidang ekspor dengan pidana penjara paling singkat


BBM 1 (satu) tahun dan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah);

dan tindak pidana penyelundupan yang mengakibatkan terganggunya


sendi-sendi perekonomian negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun dan pidana penjara paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 100.000.000.000,00
(seratus miliar rupiah)
KESIMPULAN
Dari uraian sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Kriminalisasi terhadap penyalahgunaan BBM Bersubsidi dalam
Undang-undang No. 22 Tahun 2001, meliputi perbuatan-perbuatan;
pengoplosan, penyimpangan alokasi distribusi, penimbunan dan
pengangkutan dan penjualan ke luar negeri, serta termasuk kualifikasi
kejahatan;
Kriminalisasi terhadap penyalahgunaan BBM Bersubsidi juga
termasuk penyelundupan secara impor dan ekpor BBM.
Penanggulangan tindak pidana penyalahgunaan BBM Bersubsidi
belum efektif.
SESI
PERTANYAAN

Anda mungkin juga menyukai