Anda di halaman 1dari 2

Nama : Winda Windiartin Aprilia

Nim : 200002431

Kasus tersebut merupakan gugatan perwakilan kelompok dan hak gugat


organisasi yang berkaitan dengan kompetensi Pengadilan Tata Usaha Negara
dimana berikut Kajian mengenai kasus penolakan tambang (OTT) dan
Yayasan Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Oleh PTUN Jakarta Adanya
gugatan yang diajukan oleh Otoritas Tolak Tambang ( OTT ) dan Yayasan
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia ( WALHI ) terhadap Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal ( BKPM ) dengan Nomor 60 Izin Penanaman
Modal Asing PT Emas Mineral Murni ( EMM ) pada tanggal 15 Oktober 2018
di Pengadilan Tata Usaha Negara ( PTUN ) Jakarta dengan Register Perkara
No.241/G/LH/2018/ PTUN-JKT. Dengan isi gugatan :
1. Adanya potensi pencemaran lingkungan akibat limbah dari usaha
pertambangan PT EMM
2. Adanya kesalahan prosedur atau wewenang penerbitan IUP lintas
kabupaten yang seharusnya menjadi kewenangan provinsi
3. Wilayah UIP PT EMM masuk sebagian dalam hutan lindung

PT EMM kemudian mengajukan permohonan untuk menjadi pihak


intervensi dan diterima oleh Majelis Hakim sebagai Tergugat II Intervensi.
Kepala BKPM selaku tergugat berdasarkan surat kuasa dengan hak substitusi
Nomor 8/A.1/2018 tanggal 6 November 2018 menyampaikan bahwa: Dalam
Eksepsi Gugatan Telah Melewati Tenggang Waktu dan Penggungat Tidak
Mempunyai Kepentingan sedangkan Dalam pokok perkara penerbitan objek
tersangka tidak bertentangan Dengan peraturan perundangan undangan yang
berlaku dan keputusan TUN objek sengketa tidak bertentangan dengan asas
asas umum pemerintahan yang baik ( AAUPB ) BKPM memenangkan
gugatan PTUN Jakarta terhadap SK kepada BPKM Nomor
66/I/IUP/PMA/2017 tentang persetujuan penyesuaian dan peningkatan tahap
izin usaha pertambangan eksplorasi menjadi izin usaha pertambangan
operasi produksi Milenial Logam dalam rangka penanaman modal asing untuk
komoditas emas kepada PT Emas Mineral Murni.
Majelis hakim berpendapat bahwa kewenangan untuk menerbitkan IUP
bagi perusahaan dengan PMA ada pada pemerintahan pusat. Dalam hal ini
BPKM yg mendapatkan delegasi atau pelimpahan wewenang dari kementrian
ESDM
Atribusi, delegasi dan mandat dalam kasus penolakan tambang (OTT)
dan Yayasan Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Oleh PTUN Jakarta
Adanya gugatan yang diajukan oleh Otoritas Tolak Tambang ( OTT ) dan
Yayasan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia ( WALHI ) terhadap Kepala
Badan Koordinasi Penanaman Modal ( BKPM ) kpejabat yang menerbitkan
izin. Menurut UU nomor 30 tahun 2014 tentang administrasi pemerintahan,
harusnya yang memberikan izin itu adalah Menteri ESDM, bukan Dirjen
Minerba. Kewenangan atribusi kalau mau didelegasikan harus melalui
Peraturan Pemerintah atau Peraturan Presiden, tidak ada yang
mendelegasikan kewenangan Menteri ESDM kepada Dirjen minerba. Jadi
Objek Sengketa tersebut cacat secara administrasi pemerintahan dan UU
Minerba hingga BKPM memenangkan gugatan PTUN Jakarta terhadap SK
Kepala BKPM Nomor 66/I/IUP/PMA/2017 tentang Persetujuan Penyesuaian
dan Peningkatan Tahap Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi menjadi Izin
Usaha Pertambangan Operasi Produksi Mineral Logam dalam Rangka
Penanaman Modal Asing untuk Komoditas Emas kepada PT Emas Mineral
Murni tanggal 19 April 2017 (SK Kepala BKPM No. 66 IUP OP PMA PT EMM)
yang dibacakan oleh Majelis Hakim PTUN Jakarta pada tanggal 11 April
2019. Dengan ini penyesuaian IUP PMA telah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai