Kasus tersebut merupakan gugatan perwakilan kelompok dan hak gugat
organisasi yang berkaitan dengan kompetensi Pengadilan Tata Usaha Negara dimana berikut Kajian mengenai kasus penolakan tambang (OTT) dan Yayasan Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Oleh PTUN Jakarta Adanya gugatan yang diajukan oleh Otoritas Tolak Tambang ( OTT ) dan Yayasan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia ( WALHI ) terhadap Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal ( BKPM ) dengan Nomor 60 Izin Penanaman Modal Asing PT Emas Mineral Murni ( EMM ) pada tanggal 15 Oktober 2018 di Pengadilan Tata Usaha Negara ( PTUN ) Jakarta dengan Register Perkara No.241/G/LH/2018/ PTUN-JKT. Dengan isi gugatan : 1. Adanya potensi pencemaran lingkungan akibat limbah dari usaha pertambangan PT EMM 2. Adanya kesalahan prosedur atau wewenang penerbitan IUP lintas kabupaten yang seharusnya menjadi kewenangan provinsi 3. Wilayah UIP PT EMM masuk sebagian dalam hutan lindung
PT EMM kemudian mengajukan permohonan untuk menjadi pihak
intervensi dan diterima oleh Majelis Hakim sebagai Tergugat II Intervensi. Kepala BKPM selaku tergugat berdasarkan surat kuasa dengan hak substitusi Nomor 8/A.1/2018 tanggal 6 November 2018 menyampaikan bahwa: Dalam Eksepsi Gugatan Telah Melewati Tenggang Waktu dan Penggungat Tidak Mempunyai Kepentingan sedangkan Dalam pokok perkara penerbitan objek tersangka tidak bertentangan Dengan peraturan perundangan undangan yang berlaku dan keputusan TUN objek sengketa tidak bertentangan dengan asas asas umum pemerintahan yang baik ( AAUPB ) BKPM memenangkan gugatan PTUN Jakarta terhadap SK kepada BPKM Nomor 66/I/IUP/PMA/2017 tentang persetujuan penyesuaian dan peningkatan tahap izin usaha pertambangan eksplorasi menjadi izin usaha pertambangan operasi produksi Milenial Logam dalam rangka penanaman modal asing untuk komoditas emas kepada PT Emas Mineral Murni. Majelis hakim berpendapat bahwa kewenangan untuk menerbitkan IUP bagi perusahaan dengan PMA ada pada pemerintahan pusat. Dalam hal ini BPKM yg mendapatkan delegasi atau pelimpahan wewenang dari kementrian ESDM Atribusi, delegasi dan mandat dalam kasus penolakan tambang (OTT) dan Yayasan Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Oleh PTUN Jakarta Adanya gugatan yang diajukan oleh Otoritas Tolak Tambang ( OTT ) dan Yayasan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia ( WALHI ) terhadap Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal ( BKPM ) kpejabat yang menerbitkan izin. Menurut UU nomor 30 tahun 2014 tentang administrasi pemerintahan, harusnya yang memberikan izin itu adalah Menteri ESDM, bukan Dirjen Minerba. Kewenangan atribusi kalau mau didelegasikan harus melalui Peraturan Pemerintah atau Peraturan Presiden, tidak ada yang mendelegasikan kewenangan Menteri ESDM kepada Dirjen minerba. Jadi Objek Sengketa tersebut cacat secara administrasi pemerintahan dan UU Minerba hingga BKPM memenangkan gugatan PTUN Jakarta terhadap SK Kepala BKPM Nomor 66/I/IUP/PMA/2017 tentang Persetujuan Penyesuaian dan Peningkatan Tahap Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi menjadi Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Mineral Logam dalam Rangka Penanaman Modal Asing untuk Komoditas Emas kepada PT Emas Mineral Murni tanggal 19 April 2017 (SK Kepala BKPM No. 66 IUP OP PMA PT EMM) yang dibacakan oleh Majelis Hakim PTUN Jakarta pada tanggal 11 April 2019. Dengan ini penyesuaian IUP PMA telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.