Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ika Nur Kholifah

NIM : 2000024004
Kelas : HAN H

TUGAS HAN

Mengkaji kasus gugatan Class Action Otoritas Tolak Tambang (OTT) dan walhi melawan PT.
EMM atas SK Kepala BKPM Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi PMA PT.EMM dalam
putusan No. 241/G/LH/2018/PTUN-JKT. Cari putusan banding. dan analisa delegasi kementerian
ESDM yg dilimpahkan kepada BKPM. kemudian bandingkan atribusi delegasi dan mandat dalam
tabel perbandingan.
Jawab:
 Putusan Banding
Sehubungan dengan gugatan yang diajukan oleh Tim Otoritas Tolak Tambang (Tim
OTT) dan Yayasan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) terhadap SK Kepala
Badan Koordinasi Penanaman Modal Asing PT. Emas Mineral Murni (EMM) pada
tanggal 15 Oktober 2018 di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta dengan
register perkara No. 241/G/LH/2018/ PTUN-JKT. Dengan isi gugatan:
o Adanya potensi pencemaran lingkungan akibat limbah dari usaha pertambangan
PT EMM, karena hal ini akan menimbulkan kerugian serta potensi konflik antara
masyarakat sekitar dengan perusahaan, serta potensial rusaknya alam dan hutan
yang menjadi sumber kehidupan masyarakat setempat, potensi bencana ekologis
yang akan berdampak buruk bagi kehidupan, potensi, potensi direlokasi satu
pemukiman yang tepatnya berada ditengah-tengah areal pertambangan, potensi
pencemaran air akibat limbah dan bahan berbahaya.
o Adanya kesalahan prosedur atau kewenangan penerbitan IUP lintas kabupaten
harusnya kewenangan provinsi
o Wilayah IUP PT EMM masuk sebagian dalam hutan lindung.
Dalam Putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta Nomor
192/B/LH/2019/PT.TUN.JKT pada tanggal 6 september 2019 dalam hal ini putusan ini
yang membatalkan putusan PTUN Jakarta Nomor: 241/G/LH/2018/PTUN.JKT pada
tanggal 11 April 2019 karena tidak dapat di pertahankan dan harus dibatalkan, selanjutnya
Mahkamah Agung akan mengadili sendiri perkara tersebut.
BKPM memenangkan gugatan PTUN Jakarta terhadap SK Kepala BKPM Nomor
66/I/IUP/PMA/2017 tentang Persetujuan Penyesuaian dan Peningkatan Tahap Izin Usaha
Pertambangan Eksplorasi menjadi Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Mineral
Logam dalam Rangka Penanaman Modal Asing untuk Komoditas Emas kepada PT Emas
Mineral Murni tanggal 19 April 2017 (SK Kepala BKPM No. 66 IUP OP PMA PT EMM)
yang dibacakan oleh Majelis Hakim PTUN Jakarta pada tanggal 11 April 2019. Dengan
ini penyesuaian IUP PMA telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Pada dasarnya gugatan class action yang diajukan oleh penggugat harus benar-benar
didasarkan pada sesuatu yang telah nyata terjadi, dan menimbulkan kerugian, bukan
disasarkan pada potensi kerugian. Dalam hal adanya tanggapan keberatan yang berkenaan
dengan “potensi kerugian” dapat dilakukan pada tahapan penyusunan AMDAL.
Terkait kewenangan, Majelis Hakim berpendapat bahwa kewenangan untuk
menerbitkan IUP bagi perusahaan dengan PMA ada pada Pemerintah Pusat, dalam hal ini
adalah BKPM yang mendapatkan pendelegasian dari Kementerian ESDM. Majelis lebih
lanjut berpendapat bahwa Pemerintah Aceh mempunyai otonomi khusus, termasuk
menerbitakan IUP, namun penerbitan IUP tersebut tidak meliputi penerbitan IUP bagi
perusahaan dengan PMA.
Dengan adanya putusan PTUN Jakarta terhadap perkara ini menjamin kepastian
hukum, kepastian investasi dan kepastian berusaha terhadap kegiatan usaha pertambangan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

 Delegasikan Perizinan ke BKPM Kementrian ESDM


Gugatan dengan Nomor Perkara 241/G/LH/2018/PTUN.JKT, Walhi memohon
majelis hakim membatalkan SK Kepala BKPM RI Nomor 66/I/IUP/PMA/2017 tentang
Persetujuan Penyesuaian dan Peningkatan Tahap Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi
menjadi Izin Usaha Pertambagan Operasi Produksi Mineral Logam dalam Rangka
Penanaman Modal Asing untuk Komoditas Emas kepada PT Emas Mineral Murni
tertanggal 19 Desember 2017.
Kementrian ESDM secara resmi mendelegasikan wewenang penerbitan perizinan di
bidang migas, minerba dan kelistrikan pada Pelayanan Terpadu Satu Pintu di bawah
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Dalam paparan Kementrian ESDM telah
memangkas lebih dari 60% jumlah perizinan. Sedikitnya 129 izin telah dipangkas dengan
cara digabungkan. Izin-izin dalam bidang ketenagalistrikan semula berjumlah 52 jenis
(termasuk yang dikeluarkan oleh Instansi terkait lainnya), yang menjadi 29 jenis saja.
Perizinan di bidang migas telah dipangkas dari sebelumnya berjumlah 104 jenis menjadi
42 jenis saja. Sementara itu di bidang minerba semula izin-izin berjumlah 62 jenis, saat
ini menjadi 18 jenis.
Setelah disederhanakan, proses pengurusan izin-izin tersebut dialihkan kepada
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) secara bertahap. Jumlah perizinan yang dialihkan
adalah 42 perizinan di bidang migas yang pemberlakuannya dilaksanakan bertahap selama
3 bulan (Agustus, September, dan Oktober) dan 11 perizinan di bidang minerba. Dengan
pengalihan ini, maka Kementerian ESDM telah mengalihkan 53 perizinan, menyusul
sebelumnya adalah 10 perizinan di bidang ketenagalistrikan termasuk EBTKE, yang telah
dilimpahkan pada tanggal 19 Desember 2014.

 Perbedaan antara Atribusi, Delegasi dan Mandat


Atribusi Delegasi Mandat
Atribusi adalah pemberian Delegasi adalah pelimpahan Mandat terjadi ketika organ
wewenang pemerintahan oleh wewenang pemerintahan dari pemerintahan mengizinkan
pembuat undang-undang satu organ pemerintahan kewenangan dijalannya oleh
kepada organ pemerintahan. kepada organ pemerintahan organ lain atas namanya
Delegasi adalah pelimpahan lainnya. Definisi delegasi Makna frasa “bertindak untuk
wewenang pemerintahan dari pelimpahan kewenangan dan atas nama Menteri Energi
satu organ pemerintahan kepada badan dan pejabat dan Sumber Daya Mineral”
kepada organ pemerintahan pemerintahan yang lebih dalam ketentuan Pasal 5 ayat
lainnya. Didalam definisi rendah dengan tanggung (1) Peraturan Menteri ESDM
Pemberian kewenangan kepada jawab dan tanggung gugat tersebut. Menimbang, bahwa
badan dan/atau pejabat beralih sepenuhnya kepada dengan mengacu pada
pemerintahan oleh UUD 1945 penerima delegasi sesuai ketentuan Pasal 14 UUAP
atau undang- undang sehingga dalam Pasal 1 angka 23 UU berikut penjelasaannya
tangguung jawab berada pada 30/2014, perolehan wewenang sebagaimana telah diuraikan
penerima atribusi. Ada di dapat diberikan oleh badan diatas, kata
dalam Pasal 1 angka 22 dan dan/atau pejabat pemerintahan :”bertindak untuk dan atas
pasal 12 ayat (2) UU 30/2014, di atasnya dan ditetapkan nama” adalah bermakna
Perolehan wewenang Melalui dalam PP, PerPres, atau mandat, bukan delegasi, hal
UUD 1945 dan/atau Undang- PerDa. Serta Sifat tersebut diperkuat lagi
undang memiliki sifat wewenangnya telah ada dengan adanya keharusan
wewenangnya baru di dalam sebelumnya ada di dalam Pasal Kepala Badan Koordinasi
Pasal 12 ayat (1) UU 30/2014 13 ayat (2) UU 30/2014 dan Penanaman Modal untuk
serta Pengalihan wewenang juga Pengalihan wewenang menyampaikan laporan setiap
atribusi tidak dapat di dalam delegasi tidak dapat 3 (tiga) bulan kepada Majelis
delegasikan. Kecuali didelegasikan lebih lanjut Hakim Tingkat Banding
kecuali ditentukan sesuai dalam
ditentukan lain di dalam Pasal berpendapat bahwa objek
Pasal 13 ayat (3) UU 30/2014
12 ayat (3) UU 30/2014 sengketa in litis yang
diterbitkan atas dasar
Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Nomor
25 Tahun 2015 adalah
merupakan pemberian Mandat
dari Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral kepada
Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal,
bukan delegasi, sehingga yang
bertanggung gugat atau yang
didudukan sebagai Tergugat
dalam perkara ini adalah
Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral, bukan Kepala
Badan Koordinasi Penanaman
Modal.

Anda mungkin juga menyukai