Anda di halaman 1dari 9

detiknews

Home Berita Daerah Jawa Timur Internasional Kolom Blak blakan Fokus Hoax Or Not Foto Most Popular
Pro Kontra Suara Pembaca Infografis Video detikPemilu Indeks

Home / detikNews / Berita

Kamis 29 Maret 2018, 02:36 WIB

Hakim: Kerugian Negara di Kasus Nur Alam Rp 1,5 Triliun

Aditya Mardiastuti - detikNews

Hakim: Kerugian Negara di Kasus Nur Alam Rp 1,5 Triliun

Nur Alam rugikan negara Rp 1,5 triliun (Foto: Ari Saputra/detikcom)

Jakarta - Kerugian negara akibat korupsi yang dilakukan mantan Gubernur Sulawesi Tenggara Nur Alam
mencapai Rp 1,5 triliun. Jumlah ini lebih kecil dari angka yang ada di tuntutan jaksa sebesar Rp 4,3
triliun.

Hal itu dipaparkan majelis hakim saat membacakan vonis Nur Alam di Pengadilan Tipikor Jakarta, Jakarta
Pusat, Rabu (28/3/2018). Nilai kerugian keuangan negara itu disebut sebagai keuntungan PT Anugerah
Harisma Barakah (AHB) dari izin usaha pertambangan (IUP) yang dikeluarkan Nur Alam.

"Terdakwa bersama-sama dengan saksi Burhanuddin dan saksi Widdi Aswindi juga telah menimbulkan
kerugian keuangan negara sebesar Rp 1.596.385.454.137,00 atau setidak-tidaknya sekitar jumlah itu
sebagaimana Laporan Hasil Audit Penghitungan Kerugian Keuangan Negara dari Deputi Bidang Investigasi
BPKP," ujar majelis hakim.

Baca juga: Divonis 12 Tahun Bui, Hak Politik Nur Alam Juga Dicabut
Burhanuddin merupakan Kabid Pertambangan Umum pada Dinas ESDM Provinsi Sultra. Sementara
Widdi Aswindi merupakan konsultan pemenangan terdakwa Nur Alam saat mencalonkan diri sebagai
Gubernur Sulawesi Tenggara.

Dalam pertimbangannya hakim menilai tidak ada beban kerugian ekologis maupun biaya pemulihan
lingkungan yang dapat dibebankan kepada terdakwa. Hakim menyatakan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup nomor 13/2009 tidak bisa digunakan untuk menghitung ganti rugi akibat pencemaran lingkungan
karena telah dicabut.

"Penggunaan peraturan menteri lingkungan hidup nomor 13 tahun 2009 sebagai dasar untuk
menghitung ganti rugi tidak bisa digunakan akibat mencemari lingkungan adalah salah karena peraturan
menteri tersebut telah dicabut dengan Permen 7 tahun 2014 tentang ganti kerugian akibat pencemaran
dan atau kerusakan lingkungan hidup," terang hakim.

Baca juga: Nur Alam Ajukan Banding atas Vonis 12 Tahun Penjara

Majelis hakim juga menyebut kerugian negara akibat kerusakan lingkungan yang disebabkan aktivitas
pertambangan PT AHB menjadi tanggung jawab PT AHB. Sehingga tidak bisa dibebankan kepada negara.

"Laporan perhitungan kerugian akibat kerusakan tanah dan lingkungan akibat aktivitas pertambangan PT
AHB bertentangan dengan pasal 87 ayat 1 UU 32/2009 tentang perlindungan dan lingkungn hidup
menganut prinsip pencemaran membayar, biaya yang diperlukan untuk memulihkan kerusakan bagian
pertanahan harus ditanggung oleh perusahaan penambang ganti dan tidak dibebankan kepada negara,"
jelasnya.

Hakim menyatakan jika wilayah PT AHB tidak berada di dalam lahan konservasi melainkan di dalam lahan
ATL. Kemudian dari keterangan saksi ahli dari LAPAN yang menyebutkan bahwa PT AHB sudah berupaya
melakukan reklamasi dan dibuktikan dengan citra satelit.

"Diperoleh hasil penambangan PT AHB yang sebagian besar berada pada area ATL itu sudah diupayakan
reklamasi oleh PT AHB namun terus terhenti karena adanya penyidikan dari KPK. Sehingga PT AHB sudah
memiliki iktikad baik untuk melakukan reklamasi untuk proses awal dari perbaikan lingkungan," urainya.
Dengan pertimbangan tersebut hakim memutuskan tidak menjatuhkan kerugian ekologis tersebut
kepada terdakwa.

"Menimbang bahwa kerugian negara sebesar Rp 2.728.745.136.000 sebagaimana perhitungan ahli


bukanlah kerugian negara sehingga harus dikeluarkan dari perhitungan kerugian negara dalam perkara
ini," ujar hakim.

Baca juga: Hakim Perintahkan Jaksa Buka Blokir Tanah dan Rekening Nur Alam

Atas perbuatannya Nur Alam divonis 12 tahun penjara dan denda Rp 1 miliar serta subsider 6 bulan
kurungan. Dia juga dikenakan pidana tambahan berupa pencabutan hak politik selama 5 tahun dan
diminta membayar uang pengganti Rp 2,7 miliar.

Hakim menilai Nur Alam menyalahgunakan jabatannya sebagai Gubernur Sultra dan memperkaya diri
sendiri dari uang yang didapat dari pengurusan izin pertambangan. Uang itu digunakan Nur Alam untuk
membeli rumah dan mobil BMW Z4 atas nama Ridho Isana selaku staf protokoler Pemprov Sultra di
Jakarta. Nur Alam juga dinyatakan menerima gratifikasi sebesar Rp 40 miliar. (ams/rna)

detiknews

Home Berita Daerah Jawa Timur Internasional Kolom Blak blakan Fokus Hoax Or Not Foto Most Popular
Pro Kontra Suara Pembaca Infografis Video detikPemilu Indeks

Home / detikNews / Berita

Kamis 08 Maret 2018, 17:01 WIB

Korupsi Izin Tambang, Gubenur Nur Alam Dituntut 18 Tahun Penjara

Faiq Hidayat - detikNews

Korupsi Izin Tambang, Gubenur Nur Alam Dituntut 18 Tahun Penjara


Nur Alam (Foto: Ari Saputra/detikcom)

Jakarta - Gubernur Sulawesi Tenggara nonaktif Nur Alam dituntut 18 tahun penjara dan denda Rp 1
miliar serta subsider 1 tahun kurungan. Nur Alam diyakini jaksa terlibat korupsi dengan memberikan
persetujuan izin usaha pertambangan kepada PT Anugerah Harisma Barakah (AHB).

"Menuntut supaya majelis hakim yang mengadili dan memeriksa perkara ini, menyatakan terdakwa Nur
Alam terbukti bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama," ujar jaksa pada KPK
membacakan surat tuntutan dalam sidang di Pengadilan Tipikor Jakarta, Jalan Bungur Besar Raya, Jakarta
Pusat, Kamis (8/3/2018).

Jaksa menyatakan Nur Alam memerintahkan anak buahnya Ikhsan Rifani mencarikan perusahaan yang
bergerak di bidang pertambangan. Atas permintaan itu, Ikhsan Rifani menyampaikan ada perusahaan
pertambangan PT Anugerah Harisma Barakah.

Kemudian Nur Alam disebut jaksa meminta Ikhsan Rifani untuk menyerahkan dokumen PT Anugerah
Harisma Barakah kepada Widdi Aswindi di Jakarta. Adapun Widdi Aswindi merupakan konsultan
pemenangan terdakwa (Nur Alam) saat mencalonkan diri sebagai Gubernur Sulawesi Tenggara.

Baca juga: Nur Alam Akui Punya 3 KTP Saat Buat Polis Asuransi

"Kami berkeyakinan Ikhsan Rifani yang pertama meminta atau mempunyai niat pertambangan PT AHB.
Terdakwa (Nur Alam) mengarahkan Ikhsan menemui Widdi Aswindi sebagai investor tambang," ucap
jaksa.

Jaksa mengatakan Nur Alam menyetujui mengeluarkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi. Hingga
akhirnya, Nur Alam mengeluarkan surat izin Peningkatan IUP Eksplorasi menjadi IUP Operasi Produksi
kepada PT Anugerah Harisma Barakah (AHB).

"Walaupun belum ada persetujuan dari Kementerian ESDM terkait IUP Eksplorasi Pertambangan yang
diajukan PT AHB, terdakwa menerbitkan surat gubernur tentang persetujuan izin pertambangan
eksplorasi. Padahal, penerbitan IUP yang dilalukan sebelum diterbitkannya Peraturan Pemerintah
sebagai pelaksanaan undang-undang maka IUP harus diberhentikan sementara," kata jaksa.
Setelah itu, Ikhsan Rifani disebut jaksa menemui Kabid Pertambangan umum pada Dinas ESDM Prov
Sultra Burhanuddin. Adapun draft surat PT Anugerah Harisma Barakah dibuat Burhanudin dan Kamrullah
selaku Kepala Seksi Bahan Galian Mineral pada Dinas ESDM Sultra.

"Isi surat dimaksud pada pokoknya memohon pencadangan wilayah pertambangan 3.024 Ha kepada Nur
Alam selaku Gubernur Sultra yang mana lokasi dimohonkan PT Anugerah Harisma Barakah sebagian
berada di lokasi yang sama dengan lokasi kontrak karya PT International Nickel Indonesia pada blok
Malapulu di Pulau Kabaena," jelas jaksa.

Baca juga: Nur Alam Dicecar soal BMW Z4: Banyak yang Parkir di Rumah Dinas

Atas perbuatannya, jaksa mengatakan Nur Alam memperkaya diri sendiri sebesar Rp 2.781.000.000 dan
korporasi PT Billy Indonesia Rp 1.593.604.454.137. Jaksa juga menyebut negara mendapatkan kerugian
sebesar Rp 4.325.130.590.137 atau Rp 1.593.604.454.137.

Selain itu, jaksa menyakini Nur Alam menerima gratifikasi Rp USD 4.499.900 atau Rp 40.268.792.850 saat
menjabat Gubernur Sulawesi Tenggara dua periode. Gratifikasi yang diterima Nur Alam dari berbagai
pihak.

Nur Alam menerima uang dari Richcorp International Ltd dengan tiga tahap pada bulan Oktober 2010.
Awalnya Nur Alam menerima uang USD 499.965, USD 999.970 dan USD 999.965.

"Selanjutnya terdakwa (Nur Alam) membuat polis asuransi Mandiri Rencana Sejahtera dengan premi
sebesar Rp 22 miliar yang berasal Richcorp International Ltd. Terdapat kelebihan Rp 2 miliar atas
permintaan Nur Alam ditransfer rekeningnya," jelas jaksa.

Dalam perkara ini, Nur Alam melanggar Pasal 2 ayat (1) jo Pasal 18 UU nomor 31 tahun tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU nomor 20 tahun 2001
tentang Perubahan atas UU nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo
Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana.
Nur Alam juga dikenakan Pasal 12 B UU nomor 31 tahun tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan UU nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas UU nomor 31
tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 64 ayat (1) KUHPidana. (fai/dhn)

nur alam suap izin tambang nur alam kpk

Share:

1 komentar

Berita Terkait

Ini Rincian Suap Eks Kalapas Sukamiskin dari 3 Napi Korupsi

KPK Usul Parpol Dibiayai Pemerintah, PKS: Idealnya Biaya Sendiri

Usul DPR Tak Digaji Jika Tak Rampungkan UU Menguat

Reaksi DPR soal Usul KPK 'Tak Digaji Jika UU Tak Rampung'

Kasus Limbah Sawit, KPK Dalami Suap ke Anggota DPRD Kalteng

KPK Tahan 2 Tersangka Proyek Jalan Bengkalis

Pro-Kontra Usulan Parpol Dibiayai Pemerintah

Jadi Pelapor LHKPN Terbaik, Kemenkeu Dapat Penghargaan dari KPK

Baca Juga

detikFinance Efektif Cegah Gratifikasi, Kementan Raih Penghargaan KPK

Efektif Cegah Gratifikasi, Kementan Raih Penghargaan KPK

Dokter terkejut!Turunkan berat tanpa diet!10kg dalam seminggu!


Promoted

detikFinance Patuh Lapor LHKPN, Kementerian ESDM Raih Penghargaan dari KPK

Patuh Lapor LHKPN, Kementerian ESDM Raih Penghargaan dari KPK

detikFinance Jokowi Beberkan Kunci Kementerian dan Lembaga Bebas dari Korupsi

Jokowi Beberkan Kunci Kementerian dan Lembaga Bebas dari Korupsi

detikFinance KPK Pelototi Proses Impor BBM, Ini Hasilnya

KPK 'Pelototi' Proses Impor BBM, Ini Hasilnya

detikFinance Jam Tangan Mewah hingga Keris Sitaan KPK Dilelang Online

Infografis

Jam Tangan Mewah hingga Keris Sitaan KPK Dilelang Online

detikFinance Kemenkeu Buka Lelang Online Barang Gratifikasi, Begini Caranya

Kemenkeu Buka Lelang Online Barang Gratifikasi, Begini Caranya

Deretan Barang Gratifikasi yang Dilelang Besok, Intip Yuk

Foto Bisnis

Deretan Barang Gratifikasi yang Dilelang Besok, Intip Yuk

News Feed

Saat RI Minta Pegiat HAM Dunia Buka Mata Soal Pembunuhan di Papua

Saat RI Minta Pegiat HAM Dunia Buka Mata Soal Pembunuhan di Papua

Kamis 06 Desember 2018, 08:00 WIB

Polisi: Yigi Semula Aman, Tapi Jadi Zona Merah Karena Egianus

Polisi: Yigi Semula Aman, Tapi Jadi Zona Merah Karena Egianus

Kamis 06 Desember 2018, 07:57 WIB

Buku Panduan Lengkap Cara Cepat Hamil


Promoted

Ini Rincian Suap Eks Kalapas Sukamiskin dari 3 Napi Korupsi

Ini Rincian Suap Eks Kalapas Sukamiskin dari 3 Napi Korupsi

Kamis 06 Desember 2018, 07:49 WIB

Bahasa Anak Jaksel: Kenapa The Crab Jalannya Is Miring?

20Detik

Bahasa Anak Jaksel: Kenapa The Crab Jalannya Is Miring?

Kamis 06 Desember 2018, 07:46 WIB

Tampil Gaya Tampil Muda Gara Gara...

Promoted

Jokowi Ke Yogya, Prabowo ke Kwitang

Jokowi Ke Yogya, Prabowo ke Kwitang

Kamis 06 Desember 2018, 07:30 WIB

By retailAds detikcom

Kontak Informasi Detikcom

Redaksi: redaksi[at]detik.com

Media Partner: promosi[at]detik.com

Iklan: sales[at]detik.com

Ke Atas · Berita Lainnya · Search

Navigasi detiknews

HomeBeritaDaerahJawa TimurInternasionalKolomBlak blakanFokusHoax Or NotFotoMost PopularPro


KontraSuara PembacaInfografisVideodetikPemiluIndeks

Lihat Versi Desktop

Redaksi · Pedoman · Info Iklan · Privacy Policy


Copyright @ 2018 detikcom

All right reserved

Back To Top

Kasus : Gubernur Sulawesi Tenggara nonaktif Nur Alam dituntut 18 tahun penjara dan denda Rp 1 miliar
serta subsider 1 tahun kurungan. Nur Alam diyakini jaksa terlibat korupsi dengan memberikan
persetujuan izin usaha pertambangan kepada PT Anugerah Harisma Barakah (AHB).

Kerugian negara yang ditimbulkan : Jaksa KPK menyebut total nilai kerugian keuangan negara akibat
perbuatan korupsi yang dilakukan Nur Alam ketika menjadi Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) adalah
Rp 4,3 triliun. Nilai kerugian keuangan negara itu disebut jaksa sebagai akibat dari izin usaha
pertambangan (IUP) yang dikeluarkan Nur Alam.

Awalnya, jaksa menyebut nilai kerugian keuangan negara sebesar Rp 1.596.385.454.137. Angka itu
didapat KPK dari laporan hasil audit penghitungan kerugian keuangan negara dari deputi bidang
investigasi BPKP./

Selain itu, ada pula kerugian lain yang dihitung berupa kerugian ekologis, kerugian ekonomi, serta biaya
pemulihan lingkungan. Pendapat jaksa itu didukung oleh keterangan ahli sebagai hitungan kerugian
keuangan negara.

Angka Rp 2.728.745.136.000 itu dirinci jaksa sebagai berikut:

1. Biaya kerugian ekologis sebesar Rp 1.451.171.630.000

2. Biaya kerugian ekonomi sebesar Rp 1.246.535.128.000

3. Biaya pemulihan lingkungan sebesar Rp 31.038.378.000

Atas perbuatannya, Nur Alam dituntut 18 tahun penjara dan denda Rp 1 miliar serta subsider 1 tahun
kurungan. Dia juga dikenakan pidana tambahan pencabutan hak politik selama 5 tahun dan diminta
membayar uang pengganti Rp 2,7 miliar.

Bagaimana kasus diatas bisa di kategorikan sebagai korupsi ?

Anda mungkin juga menyukai