Anda di halaman 1dari 39

DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

DIREKTORAT PEMBANGUNAN JALAN


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
DAN PERUMAHAN RAKYAT

LAPORAN BULANAN I
PENYUSUNAN MASTERPLAN
DRAINASE JALAN NASIONAL
DI RUAS JALAN SEMARANG-BULU-
SURABAYA-BANYUWANGI

2018
C

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULAN

1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................................................... I-1


1.2 MAKSUD DAN TUJUAN ......................................................................................................... I-2
1.3 SASARAN .................................................................................................................................... I-2
1.4 LOKASI KEGIATAN ................................................................................................................... I-3
1.5 LINGKUP KEGIATAN ............................................................................................................... I-3
1.6 LANDASAN HUKUM ............................................................................................................... I-4
1.7 SISTEMATIKA LAPORAN........................................................................................................ I-5

BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1 RENCANA KEGIATAN BULAN I .......................................................................................... II-1


2.2 REALISASI KEGIATAN BULAN I .......................................................................................... II-1
2.2.1 Mobilisasi Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung ................................................. II-2
2.2.2 Pemahaman KAK ............................................................................................................ II-2
2.2.3 Penyusunan Metodologi dan Rencana Kerja ...................................................... II-3
2.2.4 Kajian Literatur dan Studi Terdahulu .................................................................. II-11
2.2.5 Penyusunan Metode Survey dan Pengumpulan Data .................................. II-22
2.2.6 Penyusunan Laporan RMK ....................................................................................... II-28
2.2.7 Penyusunan Laporan Pendahuluan ..................................................................... II-29
2.2.8 Penyusunan Laporan Bulanan I ............................................................................. II-29
2.3 REALISASI PROGRES DAN PRODUK PEKERJAAN ................................................... II-30
2.4 PENUGASAN PERSONIL DAN PENGGUNAAN PERALATAN ............................... II-30
2.5 KENDALA PELAKSANAAN KEGIATAN ......................................................................... II-31

BAB III RENCANA KEGIATAN BULAN II


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Banjir dan genangan masih merupakan salah satu masalah utama yang belum

bisa terselesaikan pada ruas-ruas jalan nasional di pantai utara pulau Jawa (Pantura

Jawa). Berdasarkan hasil survei lapangan pada ruas jalan, panjang drainase yang belum

terbangun ternyata lebih panjang dari pada panjang drainase yang sudah terbangun.

Panjang drainase sisi utara dan sisi selatan yang terpasang adalah 596 km (41,83%)

sedangkan yang belum terpasang 829 km (58,17%). Infrastruktur drainase yang ada

pun tidak semuanya berfungsi, ditemukan bahwa 214 km (35,93%) dari jaringan

drainase dalam keadaan rusak. Temuan ini menunjukkan buruknya sistem jaringan

drainase di Pantura Jawa. Tidak mengherankan apabila masalah banjir dan genangan

terus berulang setiap tahun karena infrastruktur drainase jalan yang sangat tidak

memadai yang berakibat pada menurunnya kualitas jalan.

Selain infrastruktur drainase jalan yang tidak memadai, masih ada lagi faktor-

faktor lain yang perlu dicermati, seperti berkurangnya daerah resapan air,

pendangkalan sungai dan saluran, dan beralih-fungsinya daerah sempadan sungai dari

daerah pengaman menjadi area tempat tinggal penduduk. Permasalahan-

permasalahan ini terkadang merupakan masalah yang melibatkan banyak pihak dan

memiliki banyak penyebab. Tidak jarang hal ini terkait dengan masalah sosial yang

kompleks. Secara teknis, penanganan masalah drainase memerlukan suatu

pendekatan yang bersifat menyeluruh atau holistic karena pada dasarnya sistem

drainase adalah suatu sistem yang mengatur limpasan air hujan dan air limbah lainnya

dari awal saluran. Air hujan tersebut sedapat mungkin diberikan kesempatan

I-1
berinfiltrasi sebesar-besarnya sehingga dapat mengurangi debit limpasan,

mengendalikan ukuran profil saluran, dan sekaligus berfungsi sebagai konservasi air

tanah pada daerah hulu (upstream).

Untuk mengatasi permasalahan banjir dan genangan pada jalan nasional di

pantura Jawa maka diperlukan suatu Master Plan Drainase yang komprehensif dan

terpadu. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka diadakan pekerjaan konsultansi

Penyusunan Master Plan Drainase Jalan Nasional di Ruas Semarang - Bulu - Surabaya

- Banyuwangi.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan dari pekerjaan ini adalah menyusun Rencana Induk Drainase

Jalan pada Jaringan Jalan Nasional Pantai Utara Jawa yang terintegrasi dengan sistem

drainase wilayah guna meminimumkan kejadian genangan pada jalan di wilayah rawan

genangan akibat banjir dan pasang surut air laut.

1.3 SASARAN

Sasaran dari pekerjaan penyusunan Master Plan Drainase Jalan Nasional di

sepanjang Semarang – Bulu – Surabaya – Banyuwangi adalah tersedianya Rencana

Induk Drainase Jalan yang berwawasan lingkungan dan selaras dengan rencana

pengembangan wilayah guna meminimukan kejadian genangan pada jalan nasional

akibat banjir pada kawasan yang ditinjau.

I-2
1.4 LOKASI KEGIATAN

Kegiatan jasa konsultasi ini dilaksanakan di Wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Sedangkan lokasi pengambilan data adalah pada ruas Jalan Nasional Pantai

Utara Pulau Jawa, ruas jalan Semarang - Bulu - Surabaya - Banyuwangi.

1.5 LINGKUP KEGIATAN

1. Melakukan pengumpulan data tentang sistem jaringan drainase yang ada

sekarang (eksisting);

2. Melakukan kunjungan lapangan ke wilayah kerja proyek, yaitu ruas-ruas

jalan nasional di Pantura Jawa, untuk mendapatkan data aktual tentang

sistem jaringan drainase dan kondisi fisik fasilitas yang ada;

3. Melakukan evaluasi, analisis, dan pengolahan data tentang semua informasi

yang telah dikumpulkan;

4. Melakukan kajian yang sistematis terhadap sistem jaringan drainase dan

mengusulkan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi beserta

alternatifnya, apabila memungkinkan;

5. Membuat perencanaan Master Plan yang komprehensif dan terpadu untuk

mengatasi masalah banjir dan genangan, serta permasalahan drainase

lainnya yang dijumpai di lapangan. Master Plan yang direncanakan harus

memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Berwawasan lingkungan dan sesuai dengan

b. standar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

c. Dapat meningkatkan konservasi, pendayagunaan, dan pengendalian air;

I-3
d. Mencakup antara lain saluran induk/ primer, saluran sekunder dan

saluran tersier; dan apabila diperlukan maka juga mencakup saluran lokal

dan bangunan peresapan beserta sarana pelengkapnya;

e. Berdasarkan pada Rencana Umum Tata Ruang dan Rencana Pengelolaan

Sumber Daya Air di wilayah tersebut;

f. Sistematika perencanaan Master Plan sedapat mungkin mengikuti

metodologi sebagai berikut:

• Inventarisasi kondisi awal sistem drainase;

• Kajian dan analisis drainase dan konservasi air;

• Pendekatan penyelenggaraan sistem drainase;

• Rencana sistem jaringan drainase, termasuk

• skema jaringan drainase;

• Skala prioritas dan tahapan penanganan;

• Perencanaan dasar;

• Pembiayaan;

• Kelembagaan; dan

• Pemberdayaan masyarakat.

1.6 LANDASAN HUKUM

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2006 tentang Jalan

2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor

12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan

3. Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Perencanaan Sistem Drainase Jalan,

Ditjen Bina Marga tahun 2006

I-4
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No

15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat

5. SK SNI T-06-1990-F tentang Tata Cara Perencanaan Umum Drainase

Perkotaan

6. SNI 03-3424-1994 tentang Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan

Jalan

1.7 SISTEMATIKA LAPORAN

Sistematika dari laporan bulanan I Penyusunan Master Plan Drainase Jalan

Nasional Di Ruas Semarang - Bulu - Surabaya – Banyuwangi adalah sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN: Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang

penyusunan laporan pendahuluan, maksud dan tujuan pekerjaan, maksud dan

tujuan pelaksanaan pekerjaan, sasaran pelaksanaan pekerjaan, lokasi

pelaksanaan pekerjaan, jangka waktu pelaksanaan pekerjaan, ruang lingkup

pelaksanaan pekerjaan, dan sistematika penyusunan laporan bulanan I

BAB II PELAKSANAAN PEKERJAAN: Bab ini akan menguraikan rencana

kegiatan bulan I, realisasi pekerjaan bulan I, realisasi progress dan produk

pekerjaan, penugasan personil dan penggunaan peralatan, serta kendala

pelaksanaan kegiatan.

BAB III RENCANA KEGIATAN BULAN II: Berisi tahapan rencana kegiatan serta

target rencana dan produk kegiatan bulan II

I-5
BAB II

PELAKSANAAN PEKERJAAN

2.1 RENCANA KEGIATAN BULAN I

Pelaksanaan kegiatan Penyusunan Masterplan Drainase Ruas Jalan Semarang-

Bulu-Surabaya-Banyuwangi periode bulan I (19 April-22 Mei 2018) adalah sebagai

berikut:

NO URAIAN PEKERJAAN BOBOT

A PERSIAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN

1 Mobilisasi Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung 2.76%

2 Pemahaman KAK 2.76%

3 Penyusunan Metodologi & Rencana Kerja 2.76%

4 Penyiapan perangkat pekerjaan 2.76%

5 Kajian literatur hasil-hasil studi terdahulu 2.76%

6 Penyusunan metode survey 2.76%

F TAHAPAN PELAPORAN

1 RMK 3.40%

2 Laporan Pendahuluan 3.40%

3 Laporan Bulanan I 0,54%

TOTAL 23.9%

2.2 REALISASI KEGIATAN BULAN I

Realisasi kegiatan Penyusunan Masterplan Drainase Ruas Jalan Semarang-Bulu-

Surabaya-Banyuwangi periode bulan I (19 April-22 Mei 2018) adalah sebagai berikut:

II-1
2.2.1 Mobilisasi Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung
Pekerjaan Persiapan merupakan kegiatan awal dengan terbitnya Surat

Perintah Mulai Kerja (SPMK), yaitu meliputi persiapan dan semua kegiatan yang

berhubungan dengan Administrasi Pekerjaan dan surat menyurat, antara lain :

menyiapkan peralatan kantor dan peralatan survei yang akan dipergunakan,

mengadakan checking kalibrasi seluruh peralatan yang akan digunakan,

mengadakan pengarahan kepada seluruh personil yang akan ditugaskan untuk

menyamakan persepsi dan merencanakan program kerja masing-masing

personil. Adapun kegiatan administrasi yang telah dilaksanakan adalah:

Pembuatan surat penugasan Personil yang terlibat pada kegiatan ini, surat ijin

survei, Koordinasi dengan Dinas/Instansi terkait dan sebagainya.

Mobilisasi personil meliputi: Ketua Tim, Ahli Teknik Jalan, Ahli Hidrologi,

Ahli Geodesi, Ahli Perencanaan Wilayah/Kota, Ahli Teknik Lingkungan, Asisten

tenaga ahli, dan tenaga pendukung. Kegiatan ini juga meliputi mobilisasi Tim

leader dengan para tim tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya untuk

melakukan list kebutuhan pelaksanaan dan mempersiapkannnya.

2.2.2 Pemahaman KAK


Pada kegiatan ini akan menyampaikan pemahaman terhadap Kerangka

Acuan Kerja yang diberikan oleh pengguna jasa dan akan menyampaikan

pemahaman tim konsultan atas hal – hal yang mencakup pada latar belakang

masalah, maksud dan tujuan, ruang lingkup pekerjaan, serta keluaran yang

harus dipersiapkan dengan baik oleh tim konsultan.

Adapun beberapa hal yang harus dipahami akan dilanjutkan dengan

tanggapan dan saran sebagai bentuk manifestasi awal dari tim ahli untuk dapat

menjadi bahan diskusi guna mencapai hasil sesuai yang diharapkan. Pada tahap

sub bab tanggapan dan saran ini memuat beberapa hal yang perlu untuk

II-2
diklarifikasi, dibatasi, dikembangkan lebih lanjut, atau yang perlu diperhatikan

dalam pelaksanaan pekerjaan sehingga proses kegiatan dapat menjadi lebih

efektif dan efisien agar tercapai keluaran sebagaimana yang tertuang dalam

KAK.

2.2.3 Penyusunan Metodologi dan Rencana Kerja

Penyiapan metodologi dan rencana kerja disesuaikan dengan lingkup

kegiatan yang dijabarkan dalam KAK. Sebelum menentukan metodologi yang

digunakan perlu pemahaman mengenai isi permasalahan yang harus

diselesaikan dalam studi ini. Maka disusunlah kerangka berfikir mencakup

beberapa hal, antara lain: hal-hal yang mendasari mengapa studi ini dilakukan,

tujuan dari studi, permasalahan yang dihadapi. Secara garis besar kerangka

berfikir dan tahap metodologi diterangkan dalam Bab 3 Laporan Pendahuluan.

Pada kegiatan ini disusun secara rinci mengenai rencana kerja serta tahapan-

tahapan yang akan dilaksanakan oleh konsultan. Rencana kerja ini akan

dituangkan dalam laporan pendahuluan untuk selanjutnya dikonsultasikan

dengan pihak pemberi kerja untuk mendapatkan persetujuan.

Kerangka pemikiran adalah narasi (uraian) atau pernyataan (proposisi)

tentang kerangka konsep pemecahan masalah yang telah diidentifikasi atau

dirumuskan. Kerangka berpikir atau kerangka pemikiran dalam sebuah

penelitian kuantitatif, sangat menentukan kejelasan dan validitas proses

penelitian secara keseluruhan. Melalui uraian dalam kerangka berpikir, peneliti

dapat menjelaskan secara komprehensif variabel-variabel apa saja yang diteliti

dan dari teori apa variabel-variabel itu diturunkan, serta mengapa variabel-

variabel itu saja yang diteliti. Uraian dalam kerangka berpikir harus mampu

menjelaskan dan menegaskan secara komprehensif asal-usul variabel yang

II-3
diteliti, sehingga variabel-variabel yang tercatum di dalam rumusan masalah

dan identifikasi masalah semakin jelas asal-usulnya.

Pada dasarnya esensi kerangka pemikiran berisi: (1) Alur jalan pikiran

secara logis dalam menjawab masalah yang didasarkan pada landasan teoretik

dan atau hasil penelitian yang relevan. (2) Kerangka logika (logical construct)

yang mampu menunjukan dan menjelaskan masalah yang telah dirumuskan

dalam kerangka teori. (3) Model penelitian yang dapat disajikan secara skematis

dalam bentuk gambar atau model matematis yang menyatakan hubungan-

hubungan variabel penelitian atau merupakan rangkuman dari kerangka

pemikiran yang digambarkan dalam suatu model. Sehingga pada akhir

kerangka pemikiran ini terbentuklah hipotesis.

Dengan demikian, uraian atau paparan yang harus dilakukan dalam

kerangka berpikir adalah perpaduan antara asumsi-asumsi teoretis dan asumsi-

asumsi logika dalam menjelaskan atau memunculkan variabel-variabel yang

diteliti serta bagaimana kaitan di antara variabel-variabel tersebut, ketika

dihadapkan pada kepentingan untuk mengungkapkan fenomena atau masalah

yang diteliti. Berikut adalah diagram logical framework yang dibangun dalam

penyusunan masterplan Drainase Jalan Nasional di Ruas Semarang - Bulu -

Surabaya - Banyuwangi.

II-4
Masalah Banjir dan genangan di ruas
jalan nasional di pantai utara pulau
jawa
Panjang drainase
Disebabkan
Disebabkan oleh:
oleh: yang terpasang:
596 km (41,83%)
Perlu adanya
Infrastruktur drainase yang tidak penanganan sistem
1 memadai drainase secara
Panjang drainase menyeluruh
yang belum
Berkurangnya daerah resapan
2 air
terpasang:
829 km (58,17%)
Pendangkalan sungai dan
3 saluran
Penyusunan
Masterplan
Drainase yang
komprehensif dan
Beralihfungsinya daerah terpadu
sempadan sungai dari daerah
4 pengaman menjadi area tempat
tinggal penduduk

Gambar 1. Kerangka Berpikir


Sumber: Analisa Konsultan, 2018

Kata drainase berasal dari kata drainage yang artinya mengeringkan atau

mengalirkan. Drainase merupakan sebuah sistem yang dibuat untuk menangani

persoalan kelebihan air baik kelebihan di permukaan tanah maupun di bawah

permukaan tanah. Kelebihan air dapat disebabkan oleh intensitas hujan yang

tinggi atau akibat dari durasi hujan yang lama. Secara umum drainase

didifinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang usaha yang mengalirkan

air yang berlebihan pada suatu kawasan. (Wesli, 2008)

Dalam pembangunan maupun pemeliharaan jalan raya, drainase adalah

salah satu hal yang sangat penting yang harus diperhatikan. Kondisi drainase

atau tanah dasar yang buruk, umumnya menjadi penyebab utama kerusakan

perkerasan. Drainase jalan yang baik harus mampu menghindarkan masalah-

masalah kerusakan jalan yang diakibatkan oleh pengaruh air dan beban lalu

lintas. (Hardiyatmo, H. C., 2011)

II-5
Pada saat hujan dengan intensitas sedang sampai tinggi dalam waktu

yang singkat akan terjadi aliran air. Aliran air seharusnya masuk ke saluran

melalui inlet kerb, tetapi air tidak langsung masuk ke saluran melalui inlet kerb

melainkan terus mengalir ke elevasi yang lebih rendah sehingga terjadi

genangan. Genangan tersebut terjadi karena inlet kerb tidak bekerja secara

optimal. Selain itu, akibat pembetonan jalan maka koefisien alir menjadi lebih

besar dibanding dengan aspal, hal ini juga mempengaruhi kecepatan aliran

genangan. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi kinerja dan penanganan

drainase yang ada.

Banjir dan genangan masih merupakan salah satu masalah utama yang

belum bisa terselesaikan pada ruas-ruas jalan nasional di pantai utara pulau

Jawa (Pantura Jawa). Berdasarkan hasil survei lapangan pada ruas jalan, panjang

drainase yang belum terbangun ternyata lebih panjang dari pada panjang

drainase yang sudah terbangun. Panjang drainase sisi utara dan sisi selatan

yang terpasang adalah 596 km (41,83%) sedangkan yang belum terpasang 829

km (58,17%). Infrastruktur drainase yang ada pun tidak semuanya berfungsi,

ditemukan bahwa 214 km (35,93%) dari jaringan drainase dalam keadaan rusak.

Temuan ini menunjukkan buruknya sistem jaringan drainase di Pantura Jawa.

Tidak mengherankan apabila masalah banjir dan genangan terus berulang

setiap tahun karena infrastruktur drainase jalan yang sangat tidak memadai

yang berakibat pada menurunnya kualitas jalan.

Secara teknis, penanganan masalah drainase memerlukan suatu

pendekatan yang bersifat menyeluruh atau holistik karena pada dasarnya

sistem drainase adalah suatu sistem yang mengatur limpasan air hujan dan air

limbah lainnya dari awal saluran. Air hujan tersebut sedapat mungkin diberikan

kesempatan berinfiltrasi sebesar-besarnya sehingga dapat mengurangi debit

II-6
limpasan, mengendalikan ukuran profil saluran, dan sekaligus berfungsi sebagai

konservasi air tanah pada daerah hulu (upstream).

Untuk mengatasi permasalahan banjir dan genangan pada jalan nasional

di pantura Jawa maka diperlukan suatu Master Plan Drainase yang

komprehensif dan terpadu. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka

diadakan pekerjaan konsultansi Penyusunan Master Plan Drainase Jalan

Nasional di Ruas Semarang - Bulu - Surabaya - Banyuwangi.

Berdasarkan paradigma dan pendekatan studi tersebut di atas, suatu

metoda studi dikembangkan untuk memberikan jaminan (assurance) bahwa

sasaran atau keluaran studi ini dapat dicapai dengan tepat dan akurat. Oleh

karena itu metoda studi ini dirinci berdasarkan alur pemikiran dan strategi

pencapaian sasaran studi sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya.

Pada bagian ini akan diuraikan mengenai metodologi yang akan digunakan

penyedia jasa. Berikut diagram alir pelaksanaan pekerjaan dan metodologi

analisis yang akan digunakan untuk menyelesaikan Penyusunan Master Plan

Drainase Jalan Nasional di Ruas Semarang - Bulu - Surabaya - Banyuwangi.

II-7
MULAI

Pekerjaan Persiapan: Mobilisasi


Personil Dan Peralatan Kerja

SDM Peralatan
Termobilisasi Termobilisasi

TIDAK SETUJU
CEK

SETUJU
Menyusun Rencana Mutu Kontrak
(RMK)

Rencana Mutu
Kontrak

TIDAK SETUJU
CEK

SETUJU

Penelahaan terhadap kajian pustaka dan peraturan


perundangan terkait

Review Review
Kajian Studi
standar perundanga
Terdahulu
teknis n terkait

TIDAK SETUJU
CEK

SETUJU
Penyusunan
Laporan Pendahuluan

Draft Laporan Pendahuluan

TIDAK SETUJU
DISKUSI I

SETUJU
Penyusunan Laporan
Final Laporan Pendahuluan
Bulan Ke-1

II-8
A

Pengumpulan data sekunder dari


berbagai badan/instansi terkait

Hasil pengumpulan data sekunder

TIDAK SETUJU
CEK

SETUJU
Inventarisasi data terkait aspek drainase secara umum
dan drainase pada jalur pantura Jawa secara khusus

Hasil inventarisasi data terkait Penyusunan Laporan


drainase secara umum dan khusus Bulan Ke-2

TIDAK SETUJU
CEK

SETUJU
Pelaksanaan survey lapangan ke wilayah kerja
proyek (ruas jalan pantura Jawa)

Hasil survey lapangan ke


Penyusunan Laporan
wilayah kerja proyek (ruas
Bulan Ke-3
jalan pantura Jawa)

CEK
TIDAK SETUJU
SETUJU
Penyusunan Analisis Data

Kajian
Pengolaha Evaluasi Analisis
terhadap
n data data data
informasi

Draft Laporan Antara


Interim
TIDAK SETUJU
DISKUSI II
SETUJU
Penyusunan Laporan
Final Laporan Antara/ Interim
Bulan Ke-4

II-9
B

Pengusulan solusi terhadap


permasalahan yang ada di lapangan

Hasil Usulan solusi


terhadap permasalahan
yang ada di lapangan

TIDAK
TIDAK SETUJU
SETUJU
CEK

SETUJU
SETUJU

Perencanaan masterplan yang


komprehensif dan terpadu

Dokumen perencanaan
Penyusunan Laporan
masterplan yang komprehensif
dan terpadu Bulan Ke-5

TIDAK
TIDAK SETUJU
SETUJU
CEK
SETUJU
SETUJU

Penyusunan Konsep Laporan Akhir

Penyusunan Laporan
Draft Laporan Akhir
Bulan Ke-6

DISKUSI III

TIDAK
TIDAK SETUJU
SETUJU
CEK

SETUJU
SETUJU
Koreksi dan Perbaikan
Laporan

Penyusunan Laporan
Final Laporan Akhir
Bulan Ke-7

Executive Summary

SELESAI

Gambar 2. Diagram Alir Pelaksanaan Kegiatan


Sumber: Analisa Konsultan, 2018

II-10
2.2.4 Kajian Literatur dan hasil studi terdahulu
Penyiapan materi pekerjaan ini dilakukan dengan cara desk study melalui kajian

literatur, peraturan pemerintah, standar teknis terkait dengan penyusunan

masterplan drainase jalan nasional. Materi yang dieksplorasi antara lain

meliputi teori-teori, konsep-konsep, maupun best practice yang terkait dengan

penyusunan masterplan drainase jalan. Studi kebijakan-perundangan dilakukan

melalui pendalaman pemahaman mengenai kebijakan pemerintah maupun

peraturan/perundang-undangan yang terkait dengan penyusunan masterplan

drainase ruas jalan nasional. Berikut ini beberapa peraturan dan standar teknis

yang digunakan dalam penyusunan masterplan drainase:

A. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor


12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan
Penyelenggaraan sistem drainase perkotaan merupakan salah satu

upaya merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengoperasikan, memelihara,

memantau, dan mengevaluasi sistem fisik dan non fisik drainase perkotaan.

Penyelenggaraan sistem drainase perkotaan menganut sistem pemisahan

antara jaringan drainase dengan jaringan pengumpul air limbah pada wilayah

perkotaan.

Tahapan penerapan sistem pemisahan jaringan drainase disesuaikan

dengan situasi dan kondisi masing-masing daerah berdasarkan hasil kajian

teknis. Rencana induk sistem drainase perkotaan disusun untuk Kawasan

metropolitan, Kawasan perkotaan besar dan kota yang mempunyai nilai

strategis. Penentuan rencana induk sistem drainase perkotaan yang melintasi

batas administrasi kabupaten atau kota disusun berdasarkan kesepakatan

II-11
bersana antara kabupaten atau kota dengan memperhatikan peraturan di

daerah masing-masing.

Studi kelayakan sistem drainase perkotaan disusun untuk mengukur

tingkat kelayakan rencana pembangunan prasarana dan sarana sistem drainase

perkotaan di suatu wilayah ditinjau dari aspek teknis, ekonomi, dan lingkungan.

Studi kelayakan yang dimaksud meliputi perencanaan teknis, kelayakan teknis,

kelayakan ekonomi, kelayakan lingkungan, dan rencana penyediaan lahan dan

permukiman kembali jika diperlukan. Tahapan perencanaan teknis yang

dimaksud pada studi kelayakan terdiri atas:

1. analisis hidrologi dan hidrolika;

2. sistem jaringan drainase;

3. analisis model sistem jaringan drainase (jika diperlukan);

4. analisis kekuatan konstruksi bangunan air;

5. nota desain;

6. gambar tipikal sistem jaringan drainase dan bangunan pelengkap;

7. perkiraan volume pekerjaan untuk masing-masing jenis pekerjaan; dan

8. perkiraan biaya pembangunan sistem drainase perkotaan.

Rencana induk sistem drainase perkotaan disusun dengan

memperhatikan rencana pengelolaan sumber daya air, rencana umum tata

ruang kota (RUTRK), tipologi wilayah atau kota, konservasi air, dan kondisi

lingkungan (sosial, ekonomi, dan kearifan lokal).

B. Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Perencanaan Sistem Drainase Jalan


tahun 2006
Pedoman perencanaan drainase jalan digunakan sebagai acuan

perencanaan drainase samping jalan di perkotaan maupun antar kota, tetapi

II-12
bukan untuk drainase wilayah. Perencanaan sistem drainase ditunjang oleh

acuan, karakteristik, atau perhitungan serta analisis lain, seperti:

1. tata cara perencanaan hidrologi dan hidrolika untuk bangunan di sungai;

2. tata cara perencanaan umum drainase perkotaan;

3. metode perhitungan debit banjir;

4. tata cara perencanaan drainase permukaan jalan;

5. tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan;

6. spesifikasi sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan; dan

7. tata cara penanggulangan erosi permukaan lereng jalan dengan

tanaman.

Perencanaan sistem drainase jalan didasarkan pada keberadaan air

permukaan dan bawah permukaan, sehingga perencanaan drainase jalan dibagi

menjadi dua, yaitu:

1. drainase permukaan (surface drainage); dan

2. drainase bawah permukaan (sub surface drainage).

Keberadaan sungai dan bangunan air lainnya yang terdapat di lokasi harus

diperhatikan. Badan sungai yang terpotong oleh rute jalan harus ditanggulangi

dengan perencanaan gorong-gorong dengan memperhitungkan debit aliran

yang tercantum pada SNI 03-1724-1989 tentang tata cara perencanaan

hidrologi dan hidrolika untuk bangunan di sungai.

Langkah-langkah perencanaan sistem drainase jalan secara umum

dimulai dengan melakukan plotting rute jalan yang akan ditinjau pada peta

topografi, sehingga dapat menentukan batas-batas daerah layanan maupun

data-data lain untuk mengenal atau mengetahui daerah layanan. Data-data

penunjang tersebut digunakan untuk memperkirakan kebutuhan penempatan

bangunan drainase penunjang, menentukan penempatan awal bangunan air

seperti saluran samping jalan, fasilitas penahan air hujan, dan bangunan

II-13
pelengkap. Perencanaan sistem drainase jalan harus memperhatikan arah aliran

air yang ada di permukaan (drainase permukaan) maupun yang ada di bagian

bawah permukaan. Segala perencanaan yang dilakukan harus mengikuti

ketentuan teknis yang ada tanpa mengganggu stabilitas konstruksi jalan.

Sistem drainase permukaan berfungsi untuk mengendalikan limpasan air

hujan di permukaan jalan dan dari daerah sekitarnya agar tidak merusak

konstruksi jalan, seperti kerusakan karena air yang melimpas di atas perkerasan

jalan atau kerusakan pada bada jalan akibat erosi. Sistem drainase jalan harus

memperhitungkan debit pengaliran dari saluran samping jalan jika

memanfaatkan saluran samping jalan tersebut untuk menuju ke bagian badan

air atau tempat resapan buatan.

Sistem drainase permukaan jalan terdiri atas kemiringan melintang

perkerasan dan bahu jalan, saluran samping jalan, drainase lereng, dan gorong-

gorong. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada perencanaan drainase

permukaan diurakan pada deskripsi di bawah ini:

a. plot rute jalan di peta Topografi

Kegiatan plotting rute jalan diperlukan untuk mengetahui gambaran

topografi atau daerah kondisi di sepanjang trase jalan yang akan dilalui

dapat dipelajari terlebih dahulu. Kondisi topografi pada daerah layanan

diperlukan untuk menentukan bentuk dan kemiringan yang akan

mempengaruhi pola aliran.

b. inventarisasi data bangunan drainase

Melakukan pencatatan bangunan drainase eksisting meliputi lokasi,

dimensi, arah aliran pembuangan dan kondisi saat ini. Data ini digunakan

agar perencanaan sistem drainase jalan tidak mengganggu sistem drainase

yang telah ada.

c. segmen panjang saluran

II-14
Penentuan panjang segmen saluran didasarkan pada kemiringan rute jalan.

Panjang segmen saluran disarankan kemiringannya mengikuti atau

mendekati kemiringan rute jalan. Memiliki tempat pembuangan air seperti

sungai, waduk, dan sejenisnya. Melakukan tindakan uji coba trial and error,

sehingga didapatkan dimensi saluran paling ekonomis.

d. luas daerah layanan

Perhitungan luas daerah layanan berdasarkan pada segmen jalan yang

ditinjau. Luas daerah layanan untuk saluran samping jalan perlu diketahui

agar dapat memperkirakan volume atau daya tampungnya terhadap curah

hujan atau untuk memperkirakan volume limpasan permukaan yang akan

ditampung saluran samping jalan. Luas daerah layanan terdiri atas luas

setengah badan jalan, luas bahu jalan, dan luas daerah di sekitar.

Batasan luas daerah layanan tergantung dari daerah sekitar dan topografi

daerah sekelilingnya. Panjang daerah pengaliran yang diperhitungkan

terdiri atas setengah lebar badan jalan, lebar bahu jalan, dan daerah sekitar.

Jika diperlukan, pada daerah perbukitan direncanakan beberapa saluran

untuk menampung limpasan dari daerah bukit dengan batas daerah layanan

adalah puncak bukit tersebut tanpa merusak stabilitas lereng.

e. koefisien pengaliran

Nilai koefisien pengaliran dipengaruhi kondisi permukaan tanah dan tata

guna lahan. Nilai ini akan mempengaruhi debit yang mengalir, sehingga

dapat diperkirakan daya tampung saluran. Jenis atau sifat erosi dan tanah

pada daerah sepanjang trase jalan diperlukan untuk mengetahui nilai

permeabilitas dan tingkat erosi permukaan.

f. faktor limpasan

Faktor atau angka yang dikalikan dengan koefisien runoff dengan tujuan

agar kinerja saluran tidak melebihi kapasitasnya akibat daerah pengaliran

II-15
yang terlalu luas. Hal lain yang dapat diperhitungkan adalah analisis

hidrologi yang berupa pengamatan dan perhitungan data curah hujan,

karakteristik hujan intensitas curah hujan, perhitungan debit banjir, dan

debit aliran permukaan.

Perhitungan dan analisis terhadap kemiringan melintang, jenis perkerasan

jalan dan bahu jalan juga perlu diperhatikan. Terdapat perbedaan analisis

yang dilakukan jika kondisi jalan berada pada bidang atau topografi yang

datar dan lurus; kondisi jalan yang menanjak atau menurun dan lurus; dan

daerah tikungan. Tipe dan jenis pembuatan saluran terbuka juga perlu

memperhatikan beberapa kriteria perencanaan, seperti bahan bangunan

saluran, kemiringan saluran, pematah arus, penampang minimum saluran,

dan tipe serta jenis penampang saluran samping jalan.

C. Studi terdahulu
Pada tahun 2017 lalu, telah dilakukan studi serupa untuk penyusunan

masterplan pada ruas jalan nasional Pantura untuk ruas jalan sepanjang dari batas

Karawang sampai batas Kendal. Adapun latar belakang dari penyusunan masterplan

ruas jalan Nasional Pantura tahun lalu hampir sama dengan latar belakang dari

penyusunan masterplan tahun ini yaitu perkembangan lalu lintas jalan nasional

sepanjang Pantai Utara Jawa semakin meningkat, namun ruas jalan tersebut tidak

terlepas dari permasalahan genangan dan banjir yang masih menjadi masalah utama

yang belum terselesaikan. Berdasarkan data lapangan bahwa panjang drainase yang

belum terbangun ternyata lebih panjang dari pada panjang drainase yang sudah

terbangun. Panjang drainase sisi utara dan sisi selatan yang terpasang adalah 596 km

(41,83%) sedangkan yang belum terpasang 829 km (58,17%). Infrastruktur drainase

yang ada pun tidak semuanya berfungsi, ditemukan bahwa 214 km (35,93%) dari

jaringan drainase dalam keadaan rusak. Selain itu banyak took dan warung yang
II-16
memanfaatkan drainase sebagai pondasi tempat jualan kaki-lima atau parkir, sehingga

tertutup dan sulit waktu melaksanakan pemeliharaan terutama di kota-kota.

Adapun maksud dan tujuan dari pekerjaan penyusunan masterplan ruas jalan

pantura pada tahun 2017 adalah menyusun rencana induk drainase dan membuat

kajian terkait kontribusi air limpasan pada saluran drainase jalan nasional Panturan

Jawa yang terintegrasi didalam wilayah drainase jalan, untuk dapat mengatasi masalah

genangan dan rawan genangan dan banjir limpasan dari sungai dan juga wilayah

pasang surut. Tujuannya adalah menyusun masterplan pada ruas jalan nasional

panturan selaras dengan pengembangan kota dan wilayah yang ada, termasuk

inventarisasi jaringan drainase eksisting, kajian drainase yang ada diusulan pemecahan

masalah drainase secara komprehensif dan terpadu.

Tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini meliputi:

1) Persiapan: persiapan administrasi dan perizinan, mobilisasi personil dan

peralatan, serta pengumpulan data sekunder

2) Pelaksanaan survey lapangan: orientasi lokasi, survey detail stripmap,

pemotretan lokasi bermasalah, dan survey detail lokasi genangan

3) Analisa data: analisa data topografi dan profil, analisa data hidrologi, dan

analisa data lingkungan

4) Penyiapan masterplan drainase: elaborasi data, perencanaan sistem drainase,

pemilihan alternative dan prioritas penanganan drainase

5) Penyiapan laporan akhir: perencanaan saluran dan bangunan, dokumentasi dan

album gambar, laporan lingkungan, Rencana Anggaran Biaya (BOQ), dan

penyusunan ringkasan eksekutif

Berikut akan dijelaskan hasil dari pelaksanaan penyusunan masterplan drainase

ruas jalan pantura (Batas Karawang-Batas kota Kendal) tahun 2017:

A. Hasil survey lapangan

II-17
Berdasarkan hasil survey lapangan yang dilakukan, terdapat 96 titik banjir yang

terletak di ruas jalan panturan dari Batas Karawang sampai Batas Kota Kendal.

Adapun banjir tersebut diindikasi terjadi karena disebabkan oleh beberapa hal

antara lain:

 Adanya hambatan aliran air dari inlet tidak sampai outlet pembuang

dikarenagakn saluran drainase kurang berfungsi, banjir kiriman dari arah

selatan jalan, beberapa jalan sejajar dengan jalan kereta api, selokan/

gorong-gorong yang saat ini kapasitasmya tidak memenuhi lagi.

 Factor alamiah saluran itu sendiri karena terjadinya penggerusan dan

terbawanya material saluran oleh aliran air, sehingga terjadi pendangkalan

dan sedimentasi yang mengakibatkan terjadinya penyempitan dimensi

saluran drainase

 Factor pola perilaku masyarakat yang membuang sampah ke dalam saluran

drainase dan pembangunan fisik yang tidak memperhatikan garis

sempadan saluran menyebabkan penyumbatan dan kerusakan

 Adanya pengembangan wilayah kota yang mengubah tata guna lahan.

Permasalahan drainase yang terjadi sampai saaat ini adalah sebagai berikut:

 Beberapa jalan penghubung ke Kecamatan atau kampong ada sebagian

besar yang belum mempunyai saluran samping, sehingga air hujan yang

turun dijalan tersebut mengalir secara alamiah tidak terkendali mengikuti

permukaan tanah yang menurun dan masuk ke saluran drainase jalan

nasional.

 Drainase yang sudah ada kurang pemeliharaan dan perawatan

 Belum tersusunnya program untuk penanganan drainase secara khusus

baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang, sehingga

penanganan drainase masih bagian utama dari pembangunan perkerasan

jalan

II-18
 Masih belum ada bagian/ seksi khusus yang tugas pokok dan fungsinya

secara operasi dan pemeliharannya menangani drainase yang terintegrasi

secara keseluruhan mulai dari drainase tersier, sekunder sampai ke primer.

B. Analisa Data (analisis yang digunakan)

Pada pelaksanaan studi ini dilakukan beberapa analisa data yaitu:

a) Analisa hidrologi: perhitungan hidrologi dilakukan untuk menghitung

potensi dari debit air maksimum yang ada di lokasi rencana guna

mengeringkan atau mengurangi daerah genangan yang sering terjadi pada

setiap musim hujan.

b) Analisa data hujan: analisa data hujan dilakukan dengan menggunakan data

curah hujan yang mewakili daerah terdekat dengan wilayah studi.

c) Analisa frekuensi: analisa frekuensi dilakukan untuk memperkirakan harga

besaran hidrologi yang masa ulangnya panjang dan untuk menentukan

peluang terjadinya suatu peristiwa bagi tujuan perencanaan mendatang.

Adapun perhitungan curah hujan rencana dilakukan menggunakan metode

Gumbel Type I, metode Long Normal, dan metode Long Person Type III

d) Uji distribusi frekuensi: Adapun uji frekunsi dilakukan menggunakan uji chi

square dan uji smirnov Kolmogorov.

e) Intensitas curah hujan: analisa curah hujan yang dilakukan meliputi

pemantauan catchment area, koefisien limpasan, perhitungan distribusi

hujan jam-jaman, curah hujan netto jam-jaman dan perhitungan debit

rencana

f) Perhitungan hidrolika: perhitungan hidrolika yang dilakukan antara lain

analisa genangan, analisa debit drainase, dan analisa hidrolika dengan

metode manning atau strkler

II-19
C. Prioritas penanganan genangan

Priotitas penanganan genangan dibagi menjadi 3 kategori prioritas dari luasan

areal genangan. Kebijakan prioritas penanganan drainase selain pertimbangan

dari luasan dipertimbangkan pula kedalaman, frekuensi, lama waktu surut

genangan.

D. Rencana penanganan permasalahan (konsep drainase berwawasan lingkungan)

Dari hasil survey lapangan dan informasi dari beberapa instansi terkait dengan

pekerjaan ini, lokasi-lokasi genangan sebagian besar adalah merupakan

lingkungan kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan kegiatan

perekonomian seperti pusat perdagangan, kegiatan pasar, terminal, POM

bensin, kawasan industry dan lain-lain, yang mana fasilitas persampahan dan

air limbah sudah disediakan oleh instansi atau pengembang dengan mengikuti

pola pengelolaan sampah dan air limbah Kota atau kabupaten, tetapi masih ada

saja di beberapa tempat air dari tempat industry atau sampah dari tempat

perdagangan yang masuk ke drainase jalan nasional.

 Pola penanganan sampah

Pola penanganan persampahan di tiap rumah yang terkena genangan

atau banjir adalah pola komunal tidak langsung, artinya setiap penduduk

mengumpulkan timbunan sampah di setiap TPS kemudia dari TPS

diangkut ke TPA sampah dengan menggunakan truk.

 Pola penanganan air limbah

Pola penanganan air limbah domestic yang ada di perumahan saat ini

dilakukan dengan sistem pengolahan setempat (onsite sanitation) yaitu

pengolahan limbah dilakukan ditempat secara biologis yaitu dengan

memanfaatkan mikroorganisme an aerob untuk menguraikan limbah

domestic menjadi zat organic yang sempurna.

II-20
Dari kedua pola penanganan diatas, dirumuskan konsep pengelolaan drainase

berwawasan lingkungan dengan pendekatan ekohidraulik yaitu pengelolaan

drainase yang dilakukan dengan memperhatikan fungsi hidraulik dan fungsi

ekologi, serta pendekatan kualitas air yakni upaya meminimalkan dan atau

meniadakan pencemaran air yang dapat menyebabkan masalah kesehatan bagi

manusia dan flora-fauna.

E. Kesimpulan dan Saran

Dari hasil keseluruhan studi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahawa

daerah yang bermasalah dengan genangan ada lima penyebab, diantaranya:

 Daerah cekungan yang samping kiri dan samping kanan lebih tinggi dan

pembuangan agak sulit

Solusi: paling aman untuk ditinggikan badan jalannya (pekerjaan

timbunan) atau menggali saluran agak dalam untuk mencapai outlet dan

untuk menjaga kecelakaan orang yang melintas, saluran drainase harus

tertutup pada daerah yang mulai dalam dan diberi bak control tiap 6 m

untuk memudahkan pemeliharaan.

 Daerah pom bensin yang rata ditinggikan untuk pelaran pon bensin

tetapi kurang diperhatikan saluran drainase yang ditutup dan dimensi

tidak sesuai dengan yang diperlukan, juga kurang bak pengontrol untuk

pemeliharaan

Solusi: saluran drainase daerah SPBU, pemberian ijin menutup saluran

drainase harus mengikuti standar DPU Bina MArga atau mengikuti

saluran drainase yang sudah ada, minimum lebar box 1,20 m untuk

memudahkan pemeliharaan

 Daerah tikungan jalan (super elevasi) satu kemiringan yang elevasinya

berbeda maka air tertahan di median

II-21
Solusi: pada daerah tikungan dengan perbedaan elevasi bagian dalam

lebih tinggi, yang paling aman membuat saluran pembuang/ sudrain

dibawah median cukup dengan diameter 60 cm dan diberi bak control

tiap 5 m dan lubang masuk air hujan (inlet) ke bak control harus cukup

lebar minimal 50 cm x 15 cm dan diberi saringan sampah

 Daerah yang bersilangan dengan saluran irigasi dan beberapa tempat

menimbulkan luapan dan genangan ke permukaan jalan

Solusi: Untuk daerah dengan saluran irigasi memang agak sulit, karena

saluran irigasi mempunyai ukuran/dimensi sesuai debit air yang

diperlukan, akan tetapi yang perlu dilaksanakan adalah perubahan

dimensi saluran irigasi mungkin sudah tidak sesuai lagi karena

pendangkalan, karena perubahan tata guna lahan atau sebelum masuk

ke saluran drainase jalan nasional harus membuat saluran pengelak.

 Banjir kiriman dari saluran jalan dari kampong yang lebih tinggi dan

dialirkan ke saluran drainase jalan nasional

2.2.5 Penyusunan Metode Survey dan Pengumpulan Data

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah pengumpulan data serta

melakukan survei lapangan pada lokasi ruas-ruas jalan nasional di Pantura Jawa, untuk

mendapatkan data aktual tentang sistem jaringan drainase dan kondisi fisik fasilitas

yang ada.

• Review studi pustaka terkait dengan pedoman penyusunan masterplan

drainase jalan

Penyiapan materi pekerjaan dilakukan dengan cara desk study melalui

kajian literatur, studi kebijakan-perundangan serta review kajian terdahulu

dan review standar teknis terkait dengan pedoman penyusunan masterplan

drainase. Materi yang dieksplorasi antara lain meliputi teori-teori, konsep-


II-22
konsep, maupun best practice yang terkait dengan penyusunan masterplan

drainase.

• Regulasi terkait pedoman penyusunan masterplan jaringan drainase

Peraturan adalah sesuatu yang disepakati dan mengikat sekelompok

orang/ lembaga dalam rangka mencapai suatu tujuan dalam hidup

bersama. Regulasi adalah “mengendalikan perilaku manusia atau

masyarakat dengan aturan atau pembatasan.” Regulasi dapat dilakukan

dengan berbagai bentuk, misalnya: pembatasan hukum diumumkan oleh

otoritas pemerintah, regulasi pengaturan diri oleh suatu industri seperti

melalui asosiasi perdagangan, Regulasi sosial (misalnya norma), co-regulasi

dan pasar. Seseorang dapat, mempertimbangkan regulasi dalam tindakan

perilaku misalnya menjatuhkan sanksi (seperti denda). Dilakukan

pendekatan dari sisi regulasi dalam penyusunan masterplan drainase.

• Pengumpulan data dengan survei lapangan ke wilayah tujuan

Pelaksanaan pengumpulan data juga dilakukan melalui kegiatan survei

lapangan guna mengambil data langsung dilapangan dengan wawancara

stakeholder terkait atau dengan data terkait. Survei dilakukan dengan

kunjungan lapangan ke wilayah kerja proyek, yaitu ruas-ruas jalan nasional

di Pantura Jawa, untuk mendapatkan data aktual tentang sistem jaringan

drainase dan kondisi fisik fasilitas yang ada. Adapun data yang dibutuhakan

adalah sebagai berikut:

 Data lingkungan dan topografi: Peta situasi, peta topografi/ kontur/

kelerengan, peta tata guna lahan, serta studi amdal di wilayah

setempat

 Data hidrologi: data surah hujan, data debit dan tinggi muka air, data

daerah pengaliran air hujan

II-23
 Data geologi dan tanah: jenis tanah, Penyelidikan tanah (penyelidikan

muka air tanah, daya dukung tanah, dan permeabilitas tanah)

 Data hidrolika: data pasang surut, kecepatan air, dan morfologi sungai

Tabel 3.1. Kebutuhan Data

No. Kebutuhan Data Instansi Terkait


A. Data Lingkungan dan topografi
1 Peta Situasi
2 Peta Topografi/Kontur/Kelerengan Dinas Tata Ruang,
3 Peta Tata Guna Lahan BAPPEDA
4 Data dan peta Geologi
B. Data Geologi dan Tanah
1 Jenis tanah Dinas PSDA, Dinas
Penyelidikan tanah (muka air tanah, daya Tata ruang,
2
dukung tanah, dan permeabilitas tanah) BAPPEDA
C. Data Hidrologi
Dinas PSDA, Stasiun
1 Curah Hujan
hujan, BMKG
2 Debit air dan tinggi muka air
Dinas PSDA
3 Daerah pengaliran air hujan
4 Debit Sungai
Data fasilitas pemanenan air hujan: kolam,
Dinas PSDA, BBWS
5 embung, waduk, sumur resapan, biopori,
bioretensi, dll.
D. Data Hidrolika
1 Data Pasang surut
2 Kecepatan air Dinas PSDA, BBWS
3 Morfologi sungai
Data dimensi saluran saluran (panjang,
Dinas PSDA, BBWS,
4 lebar, kedalaman, bahan, tahun dibangun,
BBPJN
kapasitas).
II-24
No. Kebutuhan Data Instansi Terkait
Data bangunan: pintu air, gorong-gorong,
box culvert, stasiun pompa (jenis bangunan,
5
letak, tahun dibangun, dimensi, kapasitas,
fungsi, saringan sampah).
Kondisi badan air penerima (elevasi
6 permukaan air tertinggi, sedimentasi,
penyempitan).
Data Ruas jalan dan jaringan drainase
E.
eksisting
Data jalan nasional panturan dalam
1
stripmap
Data Genangan/permasalahan drainase di BBJN, PPK fisik,
2 lapangan (tinggi genangan, kedalaman, Satker Pelaksanaan
lama genangan, frekuensi kejadian) Jalan
Data saluran drainase eksisting dan
3
bangunan pelengkap
Data Sistem jaringan drainase di kawasan
4 Dinas Cipta Karya
perkotaan

Gambar 3. Metode Pelaksanaan Survei

Sumber: Analisa Konsultan, 2018

II-25
Tabel 1. Contoh Formulir survey lapangan

1. Nama Ruas Jalan WIDANG / BEDAHAN – Bts. KOTA LAMONGAN


2 KM KM SBY 58-700
3 Titik Koordinat -7.1074095,112.1551918
4 Desa Banaran
5 Kecamatan Babat
6 Kabupaten Kabupaten Lamongan
7 Provinsi Jawa Timur
8 Lebar Perkerasan 2 x 7 m dengan median 1 m
9 Lebar bahu 2m
10 Tipe Perkerasan Flexible Pavement
11 Kondisi Eksisting Saluran samping tidak terbentuk, hanya berupa kemiringan
Drainase lereng urugan.

PETA INSET FOTO-FOTO (menghadap ke timur:


kearah banyuwangi)

PETA JALAN DAN SALURAN DRAINASE SERTA ARAH ALIRAN


(contoh)

II-26
SKETSA KEMIRINGAN JALAN
Kasih gambar cross section (3 gambar perlembar satu gambar)

II-27
SKETSA JARINGAN DRAINASE EKSISTING

Pasangan: ………

Catatan tambahan :

2.2.6 Penyusunan Laporan RMK

Rencana Mutu Kontrak (RMK) dimaksudkan untuk menerapkan lingkup

prosedur jaminan mutu pelaksanaan kontrak pekerjaan dan dijadikan sebagai

acuan untuk menguraikan secara rinci, lengkap dan jelas tentang tata cara

melaksanakan pekerjaan secara benar sesuai dengan tahapan kegiatan yang

disyaratkan dalam dokumen pelaksanaan (dokumen kontrak).

Sedangkan tujuannya adalah sebagai alat kontrol/pengendali terhadap

mutu suatu pekerjaan, apakah semua item pekerjaan dilaksanakan sesuai

dengan spesifikasi atau kriteria yang berlaku, sehingga apabila terjadi suatu

penyimpangan, maka dengan adanya Rencana Mutu Kontrak (RMK) dapat

diketahui dari awal dan kesalahan yang lebih fatal dapat dihindari, serta kualitas

pekerjaanpun dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan yang diharapkan.

II-28
Rencana Mutu Kegiatan merupakan bagian dari yang disusun oleh Tim

Konsultan Pelaksana Kegiatan Paket Penyusunan Masterplan Ruas Jalan

Nasional Semarang- Bulu- Surabaya- Banyuwangi untuk memenuhi persyaratan

Kerangka Acuan Kerja paket kegiatan dimaksud. Disampaikan pada awal

pelaksanaan pekerjaan (1 Minggu setelah penerbitan SPMK) dan dibuat dalam

rangkap 5 (lima) sebagaimana yang dipersyaratkan dalam Kerangka Acuan

Kerja.

RMK disusun oleh Konsultan dan merupakan dokumen yang dapat

menunjukkan kepada Pengguna Jasa bagaimana Tim Konsultan yang

ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan ini mampu menyelesaikan tugasnya.

RMK juga digunakan untuk kepentingan internal Tim Konsultan sebagai

panduan pelaksanaan kegiatan sepanjang periode kontrak.

2.2.7 Penyusunan Laporan Pendahuluan


Penyusunan Laporan Pendahuluan ini berisi metodologi/pola pikir

pendekatan pelaksanaan kegiatan yang dituangkan dalam program dan

rencana kerja. Tanggapan, masukan dan perbaikan-perbaikan dari hasil diskusi/

pembahasan Laporan Pendahuluan nantinya dimasukkan dalam Laporan

Antara (Interim Report).

2.2.8 Penyusunan Laporan Bulanan Pertama


Laporan Bulanan pertama ini berisi Hasil kemajuan kerja yang telah

dicapai pada bulan ke-1, dan program berikutnya yang akan di kerjakan yang

dilengkapi dengan schedulle dan time sheet, permasalahan dan solusinya.

II-29
2.3 REALISASI PROGRES DAN PRODUK PEKERJAAN

Realisasi progress atau kemajuan pelaksanaan pekerjaan Penyusunan

Masterplan Ruas Jalan Nasional Semarang-Bulu-Surabaya-Banyuwangi periode 19

April-22 Mei 2018 adalah sebesar 100% tercapai. Adapun capaian tersebut dapat

terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Realisasi Pelaksanaan Pekerjaan Bulan I

Rencana Realisasi Keterangan (%)


NO URAIAN PEKERJAAN
(%) (%)
PERSIAPAN PELAKSANAAN
A
KEGIATAN
Mobilisasi Tenaga Ahli dan Tenaga Sesuai Rencana
1 2.76% 2.76%
Pendukung (100%)
Sesuai Rencana
2 Pemahaman KAK 2.76% 2.76%
(100%)
Penyusunan Metodologi & Rencana Sesuai Rencana
3 2.76% 2.76%
Kerja (100%)
Sesuai Rencana
4 Penyiapan perangkat pekerjaan 2.76% 2.76%
(100%)
Kajian literatur hasil-hasil studi Sesuai Rencana
5 2.76% 2.76%
terdahulu (100%)
Sesuai Rencana
6 Penyusunan metode survey 2.76% 2.76%
(100%)
F TAHAPAN PELAPORAN
Sesuai Rencana
1 RMK 3.40% 3.40%
(100%)
Sesuai Rencana
2 Laporan Pendahuluan 3.40% 3.40%
(100%)
Sesuai Rencana
3 Laporan Bulanan 0.54% 0.54%
(100%)

2.4 PENUGASAN PERSONIL DAN PENGGUNAAN PERALATAN

Guna mendukung pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Masterplan Drainase

ruas jalan Nasional Semarang-Bulu-Surabaya-Banyuwangi menugaskan personil yang

II-30
tergabung dalam tim konsultan. Pada pulan pertama periode 19 April-22 Mei 2018

telah ditugaskan beberapa personil sebagai berikut:

 Tenaga Ahli: Team Leader (ahli teknik jalan), Ahli Hidrologi, Ahli Geodesi,

Ahli Perencanaan Wilayah/Kota, Ahli Lingkungan

 Asisten Tenaga Ahli: Asisten hidrologi, asisten geodesi, dan asisten

lingkungan

 Tenaga pendukung: Surveyor, sekretaris, operator computer, operator

CAD, dan pesuruh

Adapun peralatan dan material yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan

pekerjaan pada bulan pertama meliputi: computer, printer, kendaraan, ATK, CD, dan

peralatan komunikasi.

2.5 KENDALA PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Masterplan Drainase ruas jalan Nasional

Semarang-Bulu-Surabaya-Banyuwangi Pada pulan pertama periode 19 April-22 Mei

2018 mengalami kendala dalam koordinasi pelaksanaan survey dengan pihak yang

ada di lapangan karena pihak pemerintahan sedang disibukkan dengan persiapan

pengawasan dan perbaikan jalan menjelang arus mudik lebaran 2018.

II-31
BAB III
RENCANA KEGIATAN BULAN KE II

Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan pada bulan kedua periode 23 Mei-

28 Juni 2018 adalah Pengumpulan data tentang sistem drainase eksisting, pelaksanaan

kunjungan lapangan ke wilayah kerja proyek serta kompilasi seluruh data primer dan

sekunder dan pengusunan laporan bulanan II. Adapun bobot dari masing-masing

pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut:

NO URAIAN PEKERJAAN BOBOT

A PELAKSANAAN SURVEY LAPANGAN

1 Pengumpulan data tentang sistem jaringan drainase eksisting 13.08%

Pelaksanaan kunjungan lapangan ke wilayah kerja proyek (ruas


2 8.49%
jalan nasional di Pantura)

3 Kompilasi seluruh data -data primer dan sekunder 1.48%

F TAHAPAN PELAPORAN

1 Laporan Bulanan II 0.54%

TOTAL 23.59%

III-1

Anda mungkin juga menyukai